• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum Keuangan"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN HUBUNGAN KEUANGAN

PUSAT DAN DAERAH

INTER-GOVERNMENTAL FISCAL REVIEW

(2)

D AFTAR I SI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR I SI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB I I TI NJAUAN PELAKSANAAN DESENTRALI SASI FI SKAL DI

I NDONESI A 5 2.1. Sej arah Perkem bangan Pelaksanaan Desent ralisasi di

I ndonesia 5 2.2. Hal- hal Pent ing yang Berkait an dengan Pelaksanaan

Desent ralisasi 8 2.2.1. Kewenangan Pem erint ah Pusat dan Pem erint ah

Daerah 8

2.2.2. Pem ekar an Daer ah 10

2.2.3. Paj ak Daer ah 12

2.2.4. Tr ansfer Pem er int ah Pusat ke Daer ah 13

2.2.4.1. Sebelum Tahun 2001 13

2.2.4.2. Sesudah Tahun 2001 15

2.2.5. Pinj am an Daer ah 16

2.2.6. Pelim pahan Pegaw ai dan Aset 18

2.2.7. Pengelolaan Keuangan Daer ah 21

2.3. Kebij ak an Ekonom i Mak r o I ndonesia 22

2.3.1. Kebij akan Pem ulihan Kr isis Ek onom i 22

2.3.2. St abilisasi Ekonom i Mak r o 25

2.3.3. Koor dinasi Kebij akan Fiskal dan Monet er 28 2.3.3.1. Arah Kebij ak an Fisk al I ndonesia 28 2.3.3.2. Arah Kebij ak an Monet er I ndonesia 30 BAB I I I ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH 32

3.1. Pendapat an Daer ah 32

3.1.1. Perkem bangan Pendapat an Asli Daerah ( PAD) 32

3.1.1.1. Pot ensi PAD 36

3.1.1.2. Tax Effor t 39

3.1.2. Per kem bangan Pener im aan Paj ak 41

3.1.3. Per kem bangan Pener im aan Ret r ibusi 48

3.1.4. Pengawasan Peraturan Daerah ( Perda) di Bidang

Paj ak Daer ah dan Ret r ibusi Daer ah 54

3.2. Tr ansfer Dana ke Daer ah 55

3.2.1. Dana Bagi Hasil ( DBH) 57

3.2.1.1. Pelaksanaan Penet apan Alok asi DBH

Paj ak 58 3.2.1.2. Pelaksanaan Penet apan Alok asi DBH

Sum ber Day a Alam ( SDA) 61

3.2.1.3. Pelaksanaan Penyaluran DBH Paj ak dan

SDA 62 3.2.1.4.

Perkem bangan DBH Paj ak , 2000 - 2002 63 3.2.1.5. Perkem bangan DBH SDA, 2000 - 2002 66

(3)

3.2.3.1. DAU Tahun 2001 70

3.2.3.2. DAU Tahun 2002 73

3.2.3.3. DAU Tahun 2003 76

3.2.4. Dana Alokasi Khusus ( DAK) 77

3.2.4.1. Pelaksanaan DAK Dana Reboisasi ( DR) 79

3.2.4.2. Pelaksanaan DAK Non DR 80

3.2.4.2.1 Alokasi DAK Non DR Bidang

Pendidikan 82 3.2.4.2.2 Alokasi DAK Non DR Bidang

Kesehat an 84 3.2.4.2.1 Alokasi DAK Non DR Bidang

I nfr ast r ukt ur Jalan dan

I r igasi 85 3.2.4.2.1 Alokasi DAK Non DR Bidang

Pr asar ana Pem er int ahan 85

3.2.5. Dana Ot onom i Khusus 86

3.2.5.1. Dana Tam bahan 86

3.2.5.2.

Evaluasi Pelaksanaan Ot onom i Khusus

Papua 88

3.3. Belanj a Daerah 89

3.3.1. Belanj a Rut in 93

3.3.1. Belanj a Pem bangunan 96

3.4. Pem biayaan Daer ah 102

3.4.1. Pelaksanaan Pinj am an Daer ah Sam pai Tahun 1999 103 3.4.2. Pelaksanaan Pinj am an Daerah Set elah Tahun

1999 105

BAB I V PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 108

4.1. Pendahuluan 108

4.2. Penganggar an Daerah 110

4.3. Per bendahar aan 117

4.4. Pelapor an Keuangan Daerah 119

4.4.1. Sist em Akunt ansi Keuangan Daer ah 119

4.4.2. Sist em I nfor m asi Keuangan Daerah 123

(4)

BAB I

PEN D AH ULUAN

Desent ralisasi m erupakan salah sat u inst rum en unt uk m em berikan pelayanan publik yang lebih baik dan m encipt akan pr oses pengam bilan keput usan publik y ang lebih dem ok rat is. Desent r alisasi diwuj udk an m elalui ( i) pelim pahan kew enangan dar i pem erint ahan yang lebih t inggi kepada pem erint ahan dibaw ahnya unt uk m elakukan pem belanj aan, pem ungut an paj ak ( t ax ing power) , pem bent ukan Dew an yang dipilih oleh r akyat , pem ilihan Kepala Daer ah oleh DPRD, dan ( ii) pem ber ian bant uan dalam bent uk t r ansfer dar i Pem er int ah Pusat .

Desent ralisasi m erupakan pelim pahan kewenangan dan pem berian bant uan dar i pem er int ahan yang lebih t inggi kepada pem er int ahan dibaw ahnya.

Desent r alisasi yang t er j adi di ber bagai negar a di dunia, t er ut am a di negar a- negar a berkem bang, dipengaruhi oleh beberapa fakt or ant ar a lain adalah lat ar belak ang at au pengalam an suat u negar a, peranannya dalam globalisasi dunia, kem unduran dalam pem bangunan ekonom i, t unt ut an t erhadap perubahan, t ingkat pelay anan m asyar akat , t anda- t anda adanya disint egr asi di beber apa negara, dan respon t erhadap banyaknya kegagalan y ang dialam i oleh sist em pem erint ahan sent ralist ik dalam m em berikan pelayanan m asyarak at secar a lebih efekt if.

Desent ralisasi dipengaruhi oleh beberapa fakt or.

Di I ndonesia, dor ongan desent r alisasi yang begit u kuat t elah m elahirkan dua Undang- undang ( UU) , yait u UU Nom or 22 Tahun 1999 t ent ang Pem er int ahan Daer ah dan UU Nom or 25 Tahun 1999 t ent ang Per im bangan Keuangan Ant ara Pem erint ah Pusat dan Daerah. Kedua UU ini m em uat berbagai perubahan yang sangat m endasar m engenai pengat ur an hubungan ant ara Pem erint ah Pusat dan Daerah, khususnya dalam bidang adm inist r asi pem erint ahan dan hubungan k euangan ant ara Pem erint ah Pusat dan Daer ah. Selain it u kedua UU dim aksud m er upakan r espon at as ber bagai aspirasi daerah di I ndonesia yang sebenar nya t elah cukup lam a m engingink an peran dan kem andirian dalam m engelola kew enangan dan t anggung j aw abnya unt uk m em ber ikan pelayanan kepada m asyar akat dan pem bangunan daer ah. Hal ini m engandung pengert ian bahw a dalam kerangka Negar a Kesat uan Republik I ndonesia ( NKRI ) , kepada daerah diberikan keleluasaan unt uk m enyelenggarakan kew enangan yang secara nyat a ada dan diperlukan, t erm asuk segala k ew aj iban yang ada di dalam nya.

Dor ongan desent ralisasi m elahirkan UU 22/ 1999 dan UU 25/ 1999.

Unt uk it u, kepada daer ah diberikan k ewenangan unt uk m enyelenggar akan selur uh fungsi pem erint ahan, kecuali kew enangan pem er int ahan dalam bidang per t ahanan dan

(5)

keam anan, polit ik luar negeri, fiskal dan m onet er, peradilan, agam a, dan adm inist rasi pem er int ahan yang ber sifat st r at egis. Dengan pem bagian kew enangan/ fungsi t er sebut , pelaksanaan pem erint ahan di daerah diselenggar akan at as asas desent r alisasi, asas dekonsent r asi dan t ugas pem bant uan.

fungsi pem er int ahan.

Selanj ut nya, im plikasi langsung dari kew enangan/ fungsi yang diserahkan kepada daer ah adalah kebut uhan dana yang cukup besar . Unt uk it u, per lu diat ur hubungan keuangan ant ar a Pem er int ah Pusat dan Daerah y ang dim aksudkan unt uk m em biayai pelak sanaan fungsi y ang m enj adi kew enangannya. Hal ini berart i bahw a hubungan keuangan ant ar a pem erint ah pusat dan daer ah per lu diber ikan pengat ur an sedem ikan rupa, sehingga kebut uhan pengeluaran yang akan m enj adi t anggung j aw ab daerah dapat dibiayai dar i sum ber - sum ber pener im aan yang ada.

I m plikasi langsung dari kewenangan/ fungsi yang diser ahkan kepada daer ah adalah kebut uhan dana yang cukup besar .

Alokasi anggaran belanj a unt uk daer ah pada dasar nya m erupakan pencerm inan dar i k ebij ak an perim bangan keuangan pusat dan daer ah dalam m endukung pelaksanaan ot onom i daerah dan desent ralisasi fisk al. Kebij aksanaan per im bangan keuangan pusat dan daerah t er sebut dilakukan dengan m engik ut i pem bagian kew enangan ( m oney follow funct ions) .

Dalam kont eks kebij akan fiskal secar a nasional, t er dapat perbedaan pandangan dalam pelak sanaan desent r alisasi fisk al t erut am a dalam pengelolaan belanj a oleh Pem erint ah Pusat dan Daer ah. Di sat u sisi, sem akin besar nya dana yang didaer ahkan diik ut i dengan k enyat aan bahw a daerah m em punyai keleluasaan ( diskresi) dalam pem anfaat an sum ber- sum ber pem biayaannya. Di sisi lain, sem akin berk ur angnya por si dana yang dikelola oleh Pem er int ah Pusat m em baw a konsekuensi logis pada sem akin sem pit nya r uang ger ak yang dipunyai unt uk m engelola belanj a Pem er int ah Pusat kar ena sebagian besar dar i belanj a t ersebut ber sifat t idak dapat dihindar kan (

non-discret ionar y) .

Dalam beber apa t ahun t er akhir , t r ansfer dana dar i Pem er int ah Pusat kepada Pem erint ah Daerah t elah m em berikan sum bangan t er besar dalam pendapat an daer ah. Hal ini m engandung konsekuensi bahwa w alaupun daer ah m em punyai k eleluasaan penuh dalam pengelolaan belanj anya, nam un harus t et ap sej alan dengan prior it as kebij akan fiskal secar a nasional. Pr ior it as k ebij ak an fisk al t er sebut diant arany a adalah m engger akkan kem bali sekt or riil, m enj aga ket ahanan fiskal yang berk elanj ut an ( fiscal

sust ainabilit y ) , m em elihar a anggar an ber im bang dengan

m engurangi pengeluaran- pengeluaran yang t idak efisien dan m em per kuat basis paj ak, ser t a m em ant apkan

(6)

pelaksanaan desent r alisasi fiskal.

Seiring dengan pelaksanaan ot onom i daerah dan desent ralisasi fiskal, pelaksanaan hubungan perim bangan keuangan ant ara Pem erint ah Pusat dan Daer ah ( HKPD) hingga t ahun ket iga t elah m em baw a banyak perubahan yang m endasar dalam im plem ent asi kebij akan fiskal di I ndonesia. Per kem bangan HKPD t ersebut sangat m enarik unt uk dicer m at i, sehingga buku m engenai t inj auan HKPD per lu disusun. Penyusunan buku ini t idak saj a m engulas m engenai pelaksanaan HKPD secar a m akr o, akan t et api j uga secara m ikr o.

Secara lebih rinci, t uj uan dari penyusunan buk u ini adalah

( i) m em ber ikan gam bar an secar a lebih j elas m engenai

pelaksanaan HKPD, ( ii) m engulas pelaksanaan HKPD, baik dari sisi perencanaan k ebij akan m aupun pelaksanaannya

( iii) m engident ifikasi per m asalahan yang m uncul dalam

pelaksanaan HKPD, ser t a ( iv ) m enj adikan hasil review

sebagai salah sat u r eferensi bagi penyem pur naan kebij akan. Hal ini nam pak pent ing j ika dilihat dar i belum adanya sebuah buk u y ang m engulas t ent ang pelaksanaan HKPD secara m enyelur uh.

Tuj uan peny usunan buku t inj auan pelaksanaan HKPD.

Buku Tinj auan Mengenai Pelaksanaan HKPD 2003 t er dir i dari 4 ( em pat ) bab. Diawali dengan Pendahuluan pada Bab I . Selanj ut nya, gam baran um um pelaksanaan desent ralisasi di I ndonesia dengan segala aspek y ang m elat arbelakanginya akan diur aikan dalam Bab I I . Di dalam Bab ini j uga diur aikan m engenai berbagai k et ent uan perundangan yang berkait an erat dengan pelaksanaan desent ralisasi ser t a isu- isu ut am a, y ait u ( i) kew enangan Pem er int ah Pusat dan Daer ah, ( ii) pem ekar an daer ah,

( iii) paj ak daer ah, ( iv) t r ansfer Pem er int ah Pusat ke

Daer ah, ( v) pinj am an daer ah, ( vi) pelim pahan pegaw ai dan aset , sert a ( vii) pengelolaan keuangan daerah. Selain it u, akan dij elaskan j uga m engenai k ondisi APBN di I ndonesia sehingga akan diket ahui sej auh m ana ket er kait an t ransfer daerah dalam APBN dan sit uasi m akr o yang m endasari penyusunan APBN.

Bab I I ber isi gam baran um um pelaksanaan desen- t ralisasi di I ndonesia.

Bab I I I m enj elaskan m engenai Anggaran Pendapat an dan Belanj a Daer ah ( APBD) , m eliput i pendapat an daer ah, t r ansfer ke daer ah, belanj a daer ah, ser t a pem biayaan daer ah. Pendapat an daer ah m enggam bar kan m engenai sum ber - sum ber pendapat an asli daerah ( PAD) baik Pr ovinsi m aupun Kabupat en/ Kot a, sert a ber bagai per at uran yang m endasarinya. Tr ansfer dana ke Daerah m encakup Dana Bagi Hasil ( DBH) baik y ang bersum ber dari penerim aan paj ak m aupun sum ber daya alam , Dana Alokasi Um um ( DAU) , ser t a Dana Alokasi Khusus ( DAK) . Di sam ping it u dalam bab ini j uga ak an dibicar ak an m engenai

(7)

belanj a daer ah yang akan difokusk an pada belanj a r ut in m eliput i gaj i dan upah, ser t a belanj a pem bangunan unt uk sekt or pendidik an, sekt or kesehat an, dan sekt or apar at ur . Selanj ut nya akan dibahas pula m engenai Pem biayaan Daer ah y ang ber sum ber dar i Pinj am an.

Bab I V m enj elaskan m engenai penganggaran, perbendahar aan, ser t a pelaporan keuangan daer ah. Di dalam penganggar an ak an dij abark an m engenai pelaksanaan penyusunan dan penet apan anggaran, pengint egr asian sist em akunt abilit as kiner j a sist em penganggaran, peny em pur naan klasifikasi anggar an, peny at uan anggaran, dan penggunaan k erangka pengeluar an j angka m enengah dalam penyusunan anggar an. Sem ent ar a it u, di dalam perbendaharaan ak an dij elaskan m engenai pelaksanaan at uran y ang m enj adi dasar dalam pelaksanaan sist em dan fungsi perbendahar aan di pem er int ah daer ah. Selanj ut nya, di dalam pelapor an keuangan daerah akan dibahas m engenai pelaksanaan sist em akunt ansi keuangan daer ah dalam m endukung pengelolaan akunt abilit as pengelolaan keuangan daer ah.

Bab I V m enj elaskan m engenai

(8)

BAB I I

Tin j a u a n Pe la k sa n a a n

D e se n t r a lisa si Fisk a l di I n d on e sia

2 .1 . Se j a r a h Pe r k e m ba n ga n Pe la k sa n a a n D e se n t r a lisa si di I n don e sia

Pelaksanaan pem erint ahan di I ndonesia, dalam sej arahnya diw ar nai oleh sist em sent r alisasi. Hal ini pada dasar ny a m erupakan w arisan pem erint ah kolonial Belanda sej ak t ahun 1800- an. Meskipun pada t ahun 1903 Pem er int ah Belanda m engeluarkan UU Desent ralisasi Unt uk Hindia Tim ur, yang dit andai dengan pem ilihan um um pert am a di t anah Jaw a, nam un pada pelak sanaannya t et ap m engedepank an k onsep dek onsent r asi, dim ana k ek uasaan pem er int ah pusat m asih dom inan. Dar i sisi keuangan, UU ini pada dasar nya m em punyai t uj uan unt uk m engurangi beban pem biayaan pada t ingkat pem er int ahan k olonial dengan m engalihkannya kepada pem er int ahan daer ah, nam un dem ikian k ew enangan pengelolaan m asih di baw ah kont r ol pem er int ah kolonial Belanda.

Pelaksanaan pem erint ahan di I ndonesia, dalam sej arahnya diw ar nai oleh sist em sent ralisasi.

Pada m asa aw al kem er dekaan Republik I ndonesia ( 1945 – 1959) , sit uasi di I ndonesia m asih sangat k ent al dengan w ar na t ransisi paska kem erdekaan, yait u perj uangan bersenj at a unt uk m em pert ahankan kem er dekaan Republik I ndonesia dan per j uangan polit ik unt uk m em persat ukan w ilay ah I ndonesia. Pada m asa ini t elah dikeluark an Undang- undang yang m engat ur pem er int ahan daer ah yang sifat ny a desent r alist is ( UU 22/ 1948 dan UU 1/ 1957) , bahk an pada er a inilah m ulai diper kenalkan ist ilah ot onom i yang seluas- luasnya. Nam un dem ikian, pelak sanaan ot onom i t idak berhasil dilaksanak an dengan baik karena berbagai fakt or, ant ar a lain, ket idak st abilan pem er int ah, kurangnya sum ber daya m anusia yang m endukung, dan t er ut am a kar ena pem er int ah pusat t idak m em punyai dana yang cukup unt uk m endukung pelak sanaan ot onom i.

Dalam t ahun 1945-1959, dik eluar kan UU pem er int ahan daer ah yang sifat nya desent ralist is.

Pada t ahun 1959, set elah dikeluar kannya Dekr it Pr esiden unt uk k em bali kepada UUD 1945, Pr esiden Soekarno m em perk enalkan konsep dem okrasi t er pim pin. Sej ak saat ini, konsep desent r alisasi t elah ber balik ar ah m enj adi sent ralist is. Pelaksanaan pem erint ahan di daerah lebih bany ak m enggunakan pendekat an dekonsent r asi, dim ana Kepala daer ah m er upakan w akil pem er int ah pusat di daer ah. Garis kom ando yang t egas dan sent ralist is dalam pelaksanaan pem er int ahan ini k em udian dit uangkan dalam UU No 18/ 1965.

Pada m asa

dem okrasi t erpim pin, pelak sanaan pem erint ahan di daer ah lebih bany ak m enggunakan pendekat an dekonsent rasi.

Dar i sisi keuangan, pada m asa 1945 – 1965 pelaksanaan desent ralisasi keuangan cukup t er t inggal dibandingk an dengan adm inist rasi pem erint ahannya. Undang- undang

(9)

yang m engat ur m engenai desent ralisasi keuangan bar u keluar pada t ahun 1956, yait u m elalui UU No 32/ 1956. Dengan UU ini, pola hubungan keuangan ant ara pusat dan daerah dilak sanak an m elalui penyerahan sum ber pendapat an negar a kepada daerah, pem ber ian bagian t er t ent u dar i pener im aan ber bagai paj ak negara kepada daer ah, dan pem ber ian subsidi kepada Daer ah. Dalam kenyat aannya, k onsep UU 32/ 1956 t er nyat a sangat sulit unt uk diim plem ent asikan sam pai dengan dicabut nya UU t er sebut pada t ahun 1999 ( ber lakunya UU 25 Tahun 1999) .

UU 32/ 1956.

Pada aw al pem erint ahan orde baru ( 1968) , sebenarny a t elah t er dapat kom it m en yang kuat dar i Maj elis Perm usyawar at an Rakyat Sem ent ara ( MPRS) unt uk m elaksanakan k onsep ot onom i yang seluas- luasny a. Nam un dem ikian, Maj elis Per m usyaw ar at an Rakyat ( MPR) hasil Pem ilu 1971 m enet apkan konsep ot onom i y ang berbeda, yait u “ ot onom i yang nyat a dan ber t anggung

j awab” . At as dasar k et et apan MPR inilah, pem er int ah

m engeluarkan UU No 5 Tahun 1974 t ent ang Pem erint ahan Daerah. Dalam UU ini diat ur bahw a pem erint ahan daerah dibagi ke dalam 2 ( dua) t ingkat an, yait u Pr ovinsi ( Tingk at I ) , dan Kabupat en/ Kot a ( Tingkat I I ) , dengan fokus ot onom i pada Daer ah Tingkat I I . Argum ent asi y ang m endasar i fokus ot onom i pada daerah t ingkat I I adalah k arena t erdapat k ekhaw at iran akan t er j adinya disint egr asi, m engingat Pr ovinsi ( Daer ah Tingkat I ) m em punyai kekuat an polit is dan finansial yang cuk up kuat unt uk m elakukan pem isahan diri. Nam un dem ikian, ot onom i di Daer ah t ingkat I I ini t idak dapat diim plem ent asikan dengan baik karena t idak ada perat uran pelaksanaanny a, hingga dikeluar kannya PP 45/ 1992 m engenai im plem ent asi ot onom i daerah pada Daer ah t ingkat I I ( 18 t ahun set elah keluarnya UU) . I m plem ent asi ot onom i daerah pada era ini bany ak m engalam i kegagalan kar ena kur angny a kom it m en dari elit polit ik unt uk m elaksanakan ot onom i it u sendiri. Dalam kenyat aannya konsep desent ralisasi y ang seharusnya diim plem ent asikan j ust r u ber ubah m enj adi konsep dek onsent r asi yang kent al dengan nuansa sent ralisasi.

UU No 5 Tahun 1974 m engat ur pem bagian pem er int ahan dalam 2 ( dua) t ingkat an, dengan fokus ot onom i pada Daer ah Tingkat I I .

Pada m asa pem er int ahan Orde Bar u ( 1968- 1998) t idak pernah dik eluarkan UU baru yang m engat ur HKPD, sehingga per at ur an y ang ber laku t et ap UU No 32/ 1956. Nam un dem ik ian, UU 32/ 1956 ini j uga t idak per nah diim plem ent asikan pada m asa pem er int ahan or de baru sehingga pengat ur an keuangan daer ah pada m asa ini sebenarnya t idak pernah m em punyai landasan hukum yang kuat . Sej ak t ahun 1965, pola pem bagian paj ak negara kepada daerah digant ikan dengan suat u pola kebij akan yang m em ber ik an subsidi kepada daer ah y ang didasar kan kepada per hit ungan besar nya j um lah pengeluaran unt uk gaj i pegaw ai daerah ot onom at au y ang selanj ut nya disebut sebagai Subsidi Daer ah Ot onom ,

UU 32/ 1956 t idak per nah

(10)

sedangkan unt uk bant uan k euangan yang sifat nya unt uk pem bangunan dikeluar kan I npres. Pada dasar nya ham pir sem ua t ransfer ke daer ah pada m asa Or de Baru bersifat

ear m ar k/ khusus sehingga t idak ada keleluasaan bagi

daer ah unt uk m engelola keuangan daerahnya.

Diawali dengan ber akhir nya kekuasaan Or de Baru pada t ahun 1998, m ak a t unt ut an dem okr asi dan pem ber dayaan daerah m enj adi sangat k uat , ut am anya dar i daer ah- daer ah yang m er asa m em ilik i k ekayaan sum ber daya alam sepert i Riau, Aceh, Kalim ant an Tim ur , dan Papua. Oleh k arena it u, pada m asa pem er int ahan Pr esiden Habibie ( 1999) dikeluarkan 2 ( dua) undang- undang yang m engat ur m engenai pelaksanaan Ot onom i Daer ah, yait u UU 22/ 1999 t ent ang Pem er int ahan Daer ah dan UU 25/ 1999 t ent ang Per im bangan Keuangan ant ar a Pem er int ah Pusat dan Daerah. Dengan kedua UU ini t erdapat 4 ( em pat ) hal yang berubah cukup fundam ent al, y ait u: 1) konsep desent ralisasi lebih m engem uka dibandingkan dengan konsep dekonsent r asi, 2) per t anggungj aw aban lebih bersifat hor izont al dar ipada ver t ikal, 3) pengat uran y ang lebih j elas m engenai alokasi dana dar i pusat ke daer ah, dan 4) kew enangan pengelolaan keuangan diber ikan secara ut uh kepada daer ah. Dengan didasar kan kepada kedua UU t er sebut , dim ulailah pelaksanaan desent r alisasi secara nyat a di I ndonesia, yang dim ulai pada Januar i 2001.

Pada t ahun 1999 dikeluarkan dua UU yang m engat ur pelak sanaan Ot onom i Daer ah.

Dalam UU No. 22/ 1999 secara gar is besar diat ur penyer ahan kewenangan dar i Pusat ke Daer ah sehingga kew enangan Daer ah m enj adi sangat besar. Sebagai konsekuensi logis dari penyer ahan kew enangan ini m aka kant or pem erint ah pusat yang ada di daerah ( Kanw il dan Kandep) sebagian besar diserahkan kepada daer ah, t erm asuk pegaw ai dan aset nya. Meskipun dem ikian, m asih t er dapat beber apa hal yang belum cukup j elas dalam penyer ahan k ew enangan ini, t erut am a m engenai sist em penyer ahan k ew enangan kepada Kabupat en/ Kot a y ang bersifat r esidual ( berdasar kan PP No. 25/ 2001) . Dengan sist em r esidual ini, m aka yang diat ur dalam per at uran per undangan hanyalah kew enangan Pusat dan Pr ovinsi, sedangkan kew enangan Kabupat en/ Kot a adalah sem ua kew enangan yang belum diat ur dalam perat uran perundangan.

UU No. 22/ 1999 m engat ur peny er ahan kewenangan dari Pusat ke Daerah.

Di sisi lain, UU No. 25/ 1999 m engat ur penyer ahan sum ber keuangan kepada daer ah, t er ut am a m elalui m ekanism e t r ansfer yang cukup besar kepada daer ah yang j uga dibar engi dengan keleluasaan pengelolaannya. UU ini lebih m enit ikber at kan pada pola per im bangan yang ber dasar kan pem bagian kekayaan sum ber day a alam dan m asih sangat sedikit yang ber basis pada perpaj akan. Sem ent ara it u, kew enangan daer ah dalam m em ungut pendapat an daerah yang ber sum ber dar i paj ak dan r et r ibusi t elah diat ur dengan UU t er sendir i yait u UU No. 34/ 2000 y ang

UU No. 25/ 1999 m engat ur

(11)

m er upakan r evisi dar i UU No. 18/ 1997.

Salah sat u kendala dalam pelaksanaan desent r alisasi pada saat ini adalah t idak adany a ukur an secar a kuant it at if unt uk m engukur besar an beban kew enangan yang diser ahkan ( ber dasar kan UU No. 22/ 1999) dengan besar an finansial yang dit ransfer dan at au diserahkan kepada daer ah ( ber dasar kan UU No. 25/ 1999) . Hal inilah y ang m enim bulkan ket idakpuasan daerah kar ena daer ah m er asa dana yang diper oleh t idak cukup unt uk m enyelenggar akan pem er int ahan dan pem bangunan. Di sam ping it u, t er dapat beberapa kendala dalam pelaksanaan desent ralisasi k arena kurangnya kej elasan dan k et egasan pengat urannya dalam UU, sepert i pelaksanaan dekonsent r asi dan t ugas pem bant uan, pelaksanaan pinj am an daer ah dar i luar negeri, dan pelaksanaan pengelolaan k euangan daerah.

Ter dapat kendala dalam pelaksanaan desent ralisasi.

Selain per m asalahan t ersebut di at as, secara polit is pelaksanaan ot onom i daer ah pada saat ini m engalam i uj ian berat dengan adanya t unt ut an m er deka dar i 2 ( dua) daer ah, yait u Aceh dan Papua. Pada dasar nya per m asalahan yang t im bul di Aceh dan Papua m er upakan akum ulasi perm asalahan dari kur un w akt u yang cuk up lam a. Masyar akat di kedua daer ah t er sebut m er asa diperlakukan kurang adil dan bany ak t erj adi pelanggar an hak asasi m anusia. Sebagai respon at as perm asalahan ini dan j uga unt uk m em pert ahankan int egr it as NKRI , Pem er int ah bersam a DPR m engeluar kan UU y ang m engat ur ot onom i khusus bagi Nanggr oe Aceh Dar ussalam dan Papua. Dengan kedua UU yang m engat ur ot onom i khusus ini ( UU No. 18/ 2001 m engenai Ot onom i Khusus di Aceh dan UU No. 21/ 2001 m engenai Ot onom i Khusus di Papua) , m aka kepada kedua Daer ah t ersebut diber ikan beberapa kew enangan khusus dan sum ber pendanaan yang lebih bany ak dibandingkan dengan daer ah lainnya ( on t op dar i Dana Per im bangan yang t elah diat ur dalam UU No. 25/ 1999) .

Ot onom i k husus bagi NAD dan Papua diat ur dengan UU No. 18/ 2001 dan UU No. 21/ 2001.

2 .2 . H a l- h a l Pe n t in g Ya n g Be r k a it a n D e n ga n Pe la k sa n a a n D e se n t r a lisa si

2 .2 .1 . Ke w e n a n ga n Pe m e r in t a h Pu sa t da n Pe m e r in t a h D a e r a h

Undang- undang Nom or 22 Tahun 1999 m encerm inkan pergeser an polit ik pem erint ah yang besar dalam desent ralisasi pem er int ahan. Pada dasarnya Pem er int ah Pusat hanya m em egang 5 ( lim a) bidang kew enangan, yait u keuangan dan m onet er, luar negeri, peradilan, pert ahanan dan keam anan, agam a dan kew enangan bidang lain. Kew enangan bidang lain sebagaim ana t erm aksud pada Pasal 7 ay at ( 1) Undang- undang No.22/ 1999, m eliput i k ebij ak an t ent ang :

1. per encanaan nasional dan pengendalian pem bangunan nasional secara m ak ro,

(12)

2. dana per im bangan keuangan,

3. sist em adm inist r asi negar a dan lem baga per ekonom ian negara,

4. pem binaan dan pem berdayaan sum ber daya m anusia, 5. pendayagunaan sum ber daya alam sert a t eknologi

t inggi yang st r at egis,

6. konser vasi dan st andar isasi nasional.

Sem ent ara it u, kew enangan Pr ovinsi sebagai daer ah ot onom i sebagaim ana disebut kan dalam Pasal 2 ayat ( 3) Per at ur an Pem er int ah No. 25/ 2000 t ent ang Kew enangan Provinsi Sebagai Daerah Ot onom , m eliput i kew enangan : 1. Per t anian

2. Kelaut an

3. Pert am bangan dan Ener gi 4. Kehut anan dan Perkebunan 5. Per indust rian dan Per dagangan 6. Per koper asian

7. Penanam an Modal 8. Kepariw isat aan 9. Ket enagakerj aan 10. Kesehat an

11. Pendidikan Nasional 12. Sosial

13. Penat aan Ruang 14. Per t anahan 15. Pem ukim an 16. Peker j aan Um um 17. Per hubungan 18. Lingk ungan Hidup

19. Polit ik Dalam Neger i dan Adm inist r asi Publik 20. Pengem bangan Ot onom i Daer ah

21. Perim bangan Keuangan 22. Kependudukan

23. Olah Raga

24. Huk um dan Perundang- undangan 25. Penerangan.

Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Ot onom .

Adapun kewenangan Kabupat en/ Kot a pada dasar nya sam a dengan kewenangan y ang dim ilik i oleh Pem er int ah Pr ovinsi. Dalam hal ini, bagi Kabupat en/ Kot a diw aj ibkan m elaksanakan sedikit ny a 11 bidang kew enangan, yait u: 1. Peker j aan Um um

2. Kesehat an

3. Pendidikan dan Kebudayaan 4. Per t anian

5. Per hubungan

6. Per indust rian dan Per dagangan 7. Penanam an Modal

8. Lingk ungan Hidup 9. Per t anahan 10. Koper asi 11. Tenaga Kerj a.

(13)

Dik arenak an sebagian besar daerah t idak ber pengalam an m enangani kew enangan baru dan t er bat asnya sum ber pener im aan daer ah, m ak a dapat m engakibat kan pem er int ah daer ah t idak bisa m em berikan pelayanan kepada m asyarak at sesuai st andar . Unt uk m em ecahkan m asalah t er sebut , Pem er int ah Pusat har us t ur ut ser t a m em bant u m enj alank an kew enangan yang sebenarnya sudah dilim pahkan ke daer ah yang ber im plikasi pada beban yang har us dit anggung APBN.

2 .2 .2 . Pe m e k a r a n D a e r a h

Pelaksanaan ot onom i daer ah m em ber ikan kew enangan y ang luas k epada daerah, sehingga ber im plikasi t er hadap sem akin t erbukanya peluang bagi daerah- daer ah t ert ent u unt uk m em bent uk at au m em ekar kan w ilayahnya sebagai daer ah ot onom bar u. Pada pr insipny a, dengan adany a pem bent ukan/ pem ekaran suat u daer ah m enj adi daerah ot onom bar u dihar apk an t er j adi peningkat an efisiensi dan efek t ifit as penyelenggar aan pem er int ahan dan pem bangunan di daer ah yang ber sangkut an, ser t a peningk at an kesej aht er aan m asyar akat .

Pelaksanaan ot onom i daer ah ber im plikasi pada pem bent ukan/ pem ekaran daerah.

Dalam k urun w akt u kurang lebih sat u set engah t ahun sej ak t ahun 1999, sudah t er bent uk 60 kabupat en/ kot a dan 6 provinsi baru. Di luar it u, m asih banyak calon kabupat en/ kot a dan pr ovinsi bar u yang m enunggu unt uk dipr oses oleh Dewan Pert im bangan Ot onom i Daerah ( DPOD) dan DPR. I m plikasi dari adanya pem bent ukan unit pem er int ahan baru adalah dana yang har us disediak an unt uk daer ah baru dalam m engem bangkan unit adm inist r asinya. Masih belum j elas siapa yang m enanggung biaya pem bent ukan pem erint ahan baru t er sebut . Melihat kondisi sekar ang ini t am pakny a bant uan dari pem erint ah pusat yang ber asal dar i APBN m asih diharapkan. Dengan m asih sukarnya m engendalikan keinginan daer ah dalam m asa euphor ia ini, m ak a daer ah-daer ah har us siap m enerim a bagian “ kue” yang lebih kecil sebagai konsekuensi sem akin banyaknya daerah y ang har us m ener im a, padahal kebut uhan m asyar akat nya dim ungkink an t idak m enurun secar a propor sional.

I m plikasi dari pem bent ukan unit pem erint ahan baru adalah dana yang har us disediak an unt uk daerah baru dalam

m engem bangkan unit adm inist rasiny a.

Mesk ipun pada dasar ny a pem bent ukan/ pem ekar an daerah m em punyai m aksud y ang baik, yait u unt uk m eningkat kan kualit as pelay anan kepada m asyar akat , nam un banyaknya pem bent ukan/ pem ekar an daerah baru belakangan ini dapat m em bebani APBN, diant aranya y ait u :

(14)

penunj ang dalam bent uk gedung, peralat an/ m ebeuler , kom put er , kendaraan, dan ATK. Selain sarana dan pr asar ana t er sebut , pem bukaan kant or - kant or ver t ikal t ersebut m engakibat kan pula kebut uhan per sonil pem er int ah pusat di daer ah ot onom bar u, y ang ber akibat pada beban belanj a pegaw ai pusat .

b. Pem ekar an daer ah j uga m em ber ikan beban kepada daer ah lain secara nasional, m eskipun beban t ersebut t idaklah t er lalu besar kar ena t ersebar secar a pr oporsional k epada selur uh daer ah di I ndonesia. Beban yang dim aksudkan adalah m elalui pengurangan secar a r iil por si DAU ( ut am anya DAU pada t ahun kedua set elah pem ekaran daer ah) , karena bert am bahnya j um lah daerah ( fakt or pem bagi) . Penur unan t er sebut pada gilir annya dapat m em bebani APBN, kar ena dibut uhk an dana t am bahan, sepert i yang t er j adi pada t ahun anggaran 2002 dengan dikeluarkannya dana penyeim bang.

Saat ini m ekanism e pem bent uk an/ pem ekaran daerah diat ur m elalui UU No. 22/ 1999 t ent ang Pem erint ahan Daer ah y ang im plem ent asinya m elalui PP No. 129/ 2000 t ent ang Persyarat an Pem bent ukan dan Krit eria Pem ekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daer ah. Mengingat kelem ahan- kelem ahan yang t erdapat dalam PP No. 129/ 2000, Depdagri dan anggot a DPOD t elah m er ekom endasikan unt uk m erevisi PP t er sebut . Kelem ahan- kelem ahan dim aksud ant ara lain kurang ket at nya krit er ia- kr it er ia penilaian yang t erbagi dalam beberapa indikat or dan sub indik at or . Selain it u, aspek-aspek pelaksanaan pem er int ahan, pem binaan sum ber daya m anusia, eksploit asi sum ber daya alam , dan sum ber-sum ber pener im aan bagi pem biayaan pem bangunan daer ah t idak diper t im bangk an dalam sub- sub indikat or , sehingga m em icu keinginan m asyar akat unt uk m engusulkan pem bent ukan/ pem ekaran daer ah ot onom baru. Nam un dem ikian, pada um um nya daer ah cender ung m enggunakan m ekanism e Hak I nisiat if DPR RI dalam m engusulkan pem bent ukan/ pem ekaran daer ah ot onom baru, kar ena dianggap lebih cepat pr osesnya dan lebih berpeluang unt uk diset uj ui.

Mekanism e pem bent ukan/ pem ekaran daerah diat ur m elalui UU No. 22/ 1999 dan PP No. 129/ 2000.

Selanj ut nya, nam a- nam a daerah pem bent uk an/ pem ek aran dalam t ahun 2001 dapat dilihat pada La m pir a n 2 .1 ., sedangkan unt uk t ahun 2002 dapat dilihat pada La m pir a n

2 .2 . Sedangkan beberapa daerah yang m erupakan calon

(15)

2 .2 .3 . Pa j a k D a e r a h

Salah sat u wuj ud dar i pelak sanaan desent r alisasi fiskal adalah pem berian sum ber - sum ber pener im aan bagi daerah yang dapat dipungut dan digunak an sendir i sesuai dengan pot ensinya m asing- m asing. Kew enangan daer ah unt uk m em ungut paj ak dan r et ribusi diat ur dengan UU No. 34/ 2000 y ang m erupakan penyem pur naan dar i UU No. 18/ 1997 dan dit indaklanj ut i per at ur an pelaksanaannya dengan PP No. 65/ 2001 t ent ang Paj ak Daerah, dan PP No. 66/ 2001 t ent ang Ret r ibusi Daer ah.

Kewenangan daerah unt uk m em ungut paj ak dan ret ribusi diat ur dengan UU 34/ 2000,sert a PP 65/ 2001 dan PP 66/ 2001.

Ber dasar kan UU dan PP t er sebut di at as, daer ah diber ik an kew enangan unt uk m em ungut 11 j enis paj ak dan 28 j enis r et r ibusi. Penet apan j enis paj ak dan r et r ibusi t er sebut didasar kan per t im bangan bahw a j enis paj ak dan r et r ibusi t er sebut secar a um um dipungut di ham pir sem ua daerah dan m er upakan j enis pungut an y ang secar a t eor it is dan prak t ek m er upakan j enis pungut an yang baik.

Selain j enis paj ak dan r et r ibusi t er sebut , daer ah j uga diberikan kew enangan unt uk m em ungut j enis paj ak ( kecuali unt uk Provinsi) dan ret ribusi lainnya sesuai kr it er ia- kr it er ia t er t ent u y ang dit et apkan dalam undang-undang. Walaupun k ew enangan m em ungut paj ak t elah diber ikan k epada daerah, nam un m elihat basis paj ak- paj ak yang besar t elah dik uasai oleh Pusat ( yang t ent unya dilakukan ber dasar kan per t im bangan- per t im bangan t er t ent u) , pem ber ian k ewenangan t ersebut t idak ak an berdam pak besar t er hadap peningkat an PAD. Selam a ini, sum bangan PAD dalam pem biayaan kebut uhan daer ah di sebagian besar daer ah ( kabupat en/ kot a) k ur ang dar i 10 persen dan sangat berv ariasi ant ar daerah dari 10 per sen hingga 50 per sen.

Pem ber ian kewenangan pem ungut an paj ak belum ber dam pak besar t erhadap peningkat an PAD.

Pem ber ian k ew enangan kepada daerah unt uk m engenakan pungut an bar u selain yang dit et apkan UU No. 34/ 2000 j o PP No. 65/ 2001 t ent ang Paj ak Daerah dan PP No. 66/ 2001 t ent ang Ret ribusi Daer ah, t elah bany ak m enim bulkan perm asalahan dalam pelaksanaannya. Dengan kew enangan t ersebut , banyak daer ah m enghidupkan kem bali pungut an- pungut an yang dulunya t elah dihapus/ dilar ang ber dasar kan UU No. 18/ 1997. Tindak an t er sebut sebenarnya t idak per lu t er j adi apabila daerah m em at uhi ket ent uan yang berlak u, dim ana t elah dit et apkan secar a t egas kr it eria dari paj ak dan r et r ibusi yang dapat dipungut oleh daer ah.

Banyak

perm asalahan y ang t im bul dalam pelak sanaan UU 34/ 2000.

(16)

2 .2 .4 . Tr a n sfe r Pe m e r in t a h Pu sa t k e D a e r a h

2 .2 .4 .1 . Se be lu m Ta h u n 2 0 0 1

Sebelum ot onom i daer ah dan desent ralisasi fiskal dilaksanakan, secara um um t erdapat t iga j enis t r ansfer di I ndonesia, yait u :

Ter dapat t iga j enis t r ansfer di I ndonesia, yait u SDO, Bant uan I npr es, dan DI P.

1. Subsidi Daer ah Ot onom ( SDO)

SDO bert uj uan unt uk m endukung anggaran r ut in pem erint ah daerah guna m em bant u m encipt akan per im bangan keuangan ant ar t ingkat pem er int ahan. Sebagian besar dana SDO digunakan unt uk m em biayai gaj i pegaw ai pem er int ah di daer ah ( sekit ar 95 persen dar i t ot al SDO) . Sebagian kecil lainnya digunakan unt uk keper luan selain pegawai, yait u subsidi bagi pengeluaran rut in di bidang pendidikan dasar ( SBPP-SDN) , ganj ar an bagi pegaw ai pedesaan ( TPAPD) , subsidi unt uk penyelenggaraan r um ah sakit di daerah ( SBBO- RSUD) , dan subsidi unt uk pem biayaan pelat ihan pegaw ai pem er int ah.

SDO ber t uj uan unt uk m endukung anggar an rut in pem erint ah daer ah.

Dua per t iga dari t ot al SDO diber ikan kepada pem er int ahan t ingkat pr ovinsi ( Dat i I ) , seper t iga sisanya m enj adi m ilik pem er int ahan t ingkat kabupat en/ kot a ( Dat i I I ) . Hal ini disebabkan k arena sebagian besar gaj i pegaw ai pem er int ah di daerah dibayar m elalui anggar an t ingkat pr ovinsi, t erm asuk selur uh gaj i gur u sekolah dasar .

Jum lah t ot al SDO unt uk belanj a pegawai ( sering disebut dengan ist ilah Subsidi Per im bangan Keuangan) dit ent ukan set iap t ahun berdasarkan nilai upah dan gaj i akt ual pegaw ai pem erint ah dar i seluruh t ingkat an dan eselon. Skala gaj i yang dibayar m elalui SDO dit et apkan oleh Pem er int ah Pusat ber dasar kan st r uk t ur gaj i t er padu. St r ukt ur gaj i t er sebut ber sifat ser agam dan t idak m em per hit ungkan per bedaan kem am puan finansial daer ah dalam m em biayai pegawainya.

SDO dapat dikat egor ikan sebagai t r ansfer pusat yang ber sifat k husus ( specific grant ) , kar ena daer ah t idak m em iliki kew enangan dalam m enet apkan penggunaan SDO, dan kegunaan dari t r ansfer ini sudah dit et apkan Pem er int ah, yait u m em biayai belanj a pegaw ai di daer ah. Sifat SDO sebagai alokasi yang ber sifat khusus m akin nyat a lagi, m engingat bahwa st r ukt ur gaj i dan alokasi j um lah pegaw ai yang dit em pat k an di daerah dit ent ukan sepenuhny a oleh pusat .

(17)

digunak an ist ilah Dana Rut in Daer ah ( DRD) sebagai nam a penggant i dari SDO. Seluruh kom ponen dan m ekanism e yang ada dalam SDO sam a dengan y ang ada dalam DRD, yait u Belanj a Pegaw ai Daerah dan Belanj a Non Pegaw ai Daerah ( sepert i ganj aran, bant uan oper asional Sekolah Dasar Negeri, dan bant uan RSUD) . Oleh kar ena pos SDO dalam APBN ada dalam Pengeluaran Rut in, m aka guna m em per t egas pem ilahan belanj a yang dikeluar kan unt uk Daer ah dan belanj a unt uk Pusat , nam a SDO digant i m enj adi DRD.

2. Bant uan I npr es

Bant uan I npres bert uj uan unt uk m em ber ikan bant uan pem bangunan daer ah, baik yang bersifat um um m aupun khusus yang diberikan at as I nst ruksi Presiden. Dasar pem ber ian bant uan t er sebut adalah adanya penyer ahan sebagian ur usan kepada daerah dan t er bat asnya kem am puan keuangan pem er int ah daerah unt uk m em biay ai urusan- urusan t ersebut . Selain it u, t uj uan dar i Bant uan I npres adalah unt uk m encapai pem er at aan, t er ut am a dalam hal kesem pat an ker j a, ber usaha, part isipasi dalam pem bangunan, dan dist r ibusi hasil- hasil pem bangunan.

Bant uan I npres ber t uj uan unt uk m em ber ikan bant uan pem bangunan daer ah.

Pr ogr am Bant uan I npr es diber ikan set iap t ahun kepada daer ah, baik daerah t ingkat I , daer ah t ingkat I I , m aupun desa yang j um lahnya didasarkan at as krit er ia t ert ent u. Jum lah bant uan ini cenderung m eningkat dari t ahun ke t ahun sej alan dengan m eningkat nya kebut uhan pelayanan m asyar akat .

Program Bant uan I npres Dat i I m erupakan bant uan pusat t erbesar y ang diberikan sej ak t ahun anggaran 1974/ 1975 k epada pem er int ah daer ah t ingkat I , nam un t et ap dalam bat as- bat as ar ahan yang diber ikan oleh pem er int ah pusat .

Sist em alokasi pem berian Pr ogram Bant uan I npres Dat i I didasar kan pada j um lah penduduk, nam un bagi daer ah t ingkat I yang penduduknya m elebihi j um lah t ert ent u diberikan bant uan m inim um , sedangkan y ang penduduknya m elebihi j um lah t er t ent u diber ik an bant uan m ak sim um .

(18)

Unt uk m enunj ang perluasan ot onom i daerah, sert a m eningkat kan t anggung j aw ab daer ah t ingkat I dalam penanganan beberapa j enis kegiat an pem bangunan t ert ent u yang dilaksanakan di daerah, m aka dalam t ahun pert am a Repelit a VI at au t ahun anggaran 1994/ 1995 sist em alok asi pr ogr am I npr es Dat i I t elah disem purnakan lagi, ant ara lain dengan m engint egr asikan pr ogram bant uan reboisasi dan program bant uan peningkat an j alan pr ovinsi ke dalam pr ogr am I npres Dat i I . Dalam pada it u, unt uk lebih m eningkat kan t anggung j aw ab pem erint ah daerah t ingkat I dalam pengoperasian dan pem eliharaan j aringan irigasi yang t elah dibangun dan m enj adi t anggung j aw ab daer ah, sej ak t ahun anggaran 1995/ 1996 kepada daer ah t ingkat I diberikan bant uan operasi dan pem elihar aan j ar ingan ir igasi. Selain it u, dalam rangka m eningkat kan kem am puan perencanaan Bappeda t ingkat I dan m em perkuat fungsi pengaw asan inspekt orat w ilayah pr ovinsi ( I t w ilprop) , dalam t ahun anggaran y ang sam a diber ikan bant uan bar u yait u bant uan peningkat an kelem bagaan perencanaan dan pengaw asan daer ah t ingk at I , sebagai pelengkap t erhadap bant uan yang selam a ini t elah diberikan.

Pada Tahun Anggar an 1999/ 2000, anggaran pem bangunan diper t egas dengan pengelom pokan ant ar a anggar an yang dikelola oleh pusat dan anggaran yang dikelola daer ah. Anggar an yang dik elola oleh daer ah inilah yang kem udian dikenal dengan Dana Pem bangunan Daerah ( DPD) sebagai nam a penggant i I npr es. Kom ponen dalam DPD m erupakan int egr asi dar i beber apa kom ponen I npr es yang sebelum nya t er dir i dar i 4 bagian yait u Dana Pem bangunan Desa, Dana Pem bangunan Kabupat en/ Kot a, Dana Pem bangunan Provinsi dan Dana JPS.

3. Daft ar I sian Pr oyek ( DI P)

Subsidi dan bant uan dapat dikat egor ikan sebagai bant uan ant ar t ingkat pem erint ahan ( int er

-gover nm ent al grant s) k arena m enj adi bagian dar i

anggaran pem erint ah daer ah. Sem ent ar a DI P diklasifikasikan sebagai in- kind allocat ion, karena w alaupun dananya m engalir ke daerah, nam un t idak t er m asuk ke dalam anggaran pem er int ah daer ah.

DI P diklasifikasikan sebagai in- kind allocat ion.

2 .2 .4 .2 . Se su da h Ta h u n 2 0 0 1

Sej ak t ahun 2001 t r ansfer dana dari APBN ke daerah dialokasikan dalam bent uk Dana Perim bangan, y ang dit uj ukan unt uk m em berikan kepast ian sum ber pendanaan bagi APBD dan unt uk m engur angi/ m em perkecil perbedaan kapasit as fiskal ant ar daer ah. Dana Perim bangan t er dir i dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Um um , dan Dana Alokasi Khusus. Selanj ut nya, sej ak t ahun 2002 j uga diberikan t ransfer dalam bent uk Dana Ot onom i Khusus dan Dana Penyeim bang.

(19)

2 .2 .5 . Pin j a m a n D a e r a h

Unt uk m em biayai kebut uhan daer ah berkait an dengan penyediaan pr asar ana yang ber sifat cost recov ery, daerah j uga dapat m elakukan pinj am an baik dari dalam neger i m aupun dar i luar negeri m elalui Pem er int ah.

Dar i sisi penggunaannya, pinj am an daerah dibagi m enj adi pinj am an j angka panj ang dan j angka pendek. Pinj am an j angka panj ang ( lebih dari 1 t ahun anggar an) digunak an unt uk m em biayai pem bangunan pr asar ana y ang m er upakan aset daerah, y ang dapat m enghasilkan penerim aan unt uk pem bayaran pinj am an y ang ber sangkut an, ser t a m em ber ik an m anfaat bagi pelay anan um um . Sem ent ara it u, pinj am an j angka pendek ( kurang dari 1 t ahun anggar an) hanya dapat dilakukan dalam r angka pengelolaan kas daer ah.

Pinj am an daer ah dibagi m enj adi pinj am an j angka panj ang dan j angka pendek.

UU No. 22/ 1999 dan UU No. 25/ 1999, m er upakan perangkat perat uran perundang- undangan yang m engat ur m engenai pem bagian kew enangan Pem erint ah Pusat dan Daer ah dalam m engelola pem erint ahan ser t a keuangan daer ah nam un t idak secara eksplisit m enj elaskan m engenai pinj am an daer ah yang ber sum ber langsung dar i luar negeri m elalui m ekanism e penerusan pinj am an (

on-lending) .

Ket ent uan dalam Pasal 13 ayat ( 5) PP No. 107/ 2000 t ent ang Pinj am an Daerah t elah m em ber i peluang bagi daer ah unt uk dapat m elakukan pinj am an langsung y ang bersum ber dar i luar neger i set elah m endapat per set uj uan Pem er int ah Pusat . Nam un dem ikian, per lu diper hat ikan kem am puan daerah dalam m engelola dan m engem balikan pinj am an ser t a kondisi per ekonom ian nasional y ang sedang m engalam i t ek anan ber at bagi keber lanj ut an pem bayar an. Meskipun t idak t ercant um dalam UU m aupun PP, t et ap ada kem ungkinan Pem er int ah Pusat har us ikut bert anggung j aw ab at as ket idak m am puan daer ah dalam m engem balikan pinj am an daerahnya. Dalam kondisi darur at seper t i ini, m aka langkah yang diam bil pem er int ah pusat adalah m enalangi ut ang t er sebut yang bisa diam bil langsung dari pos pengeluaran rut in at au dengan m ener bit kan obligasi seper t i dalam kasus r ekapit alisasi perbankan. Apapun car anya, hal ini akan m em ber at k an sisi pengeluaran APBN dan m em per besar defisit . Per t anyaannya sekar ang adalah ber apa lam a pem erint ah pusat dapat m elarang pem erint ah daer ah m elak ukan pinj am an. Desakan yang sem akin kuat dari pem erint ah daer ah, dan adanya landasan hukum yang kuat ( UU dan PP) m em buat pem er int ah pusat akan ber ada dalam posisi sulit dalam j angka m enengah dan j angk a panj ang, apalagi kalau m em ang keadaan keuangan negar a belum m em baik.

PP No. 107/ 2000 t ent ang Pinj am an Daer ah t elah m em ber i peluang bagi daer ah unt uk dapat m elakukan pinj am an langsung yang ber sum ber dar i luar negeri set elah m endapat per set uj uan Pem erint ah Pusat .

(20)

Ta be l 2 .1 .

PI N JAM AN D AERAH ,SEBELUM D ANSESUD AH TAH UN2 0 0 1

Se be lu m t a h u n 2 0 0 1 Se su da h t a h u n 2 0 0 1

D a sa r H u k u m

UU No.5/ 1974 UU No.25/ 199

PP No.107/ 2000

KepMenKeu No.35/ KMK.07/ 2003

D e pa r t e m e n / Le m ba ga t e r k a it Ke bij a k a n Pin j a m a n

Pe n e t a pa n da n Pe r se t u j u a n

• Depar t em en Dalam Negeri: m enet apkan bat as m aksim um pinj am an dan m em ber ikan per set uj uan pinj am an

• Depar t em en Keuangan:

pengaw asan Rekening Pem bangunan Daerah ( RPD) dan

m em ber ik an per set uj uannya

Pe n e t a p a n da n Pe r se t u j u a n

• Depart em en Keuangan

• DPRD

Sy a r a t Pe n ga j u a n Pin j a m a n

• 1982: Debt Serv ice Cov erage Rat io ( DSCR) < 15%

• Ber dasark an KepMenDagr i No.96/ 1994:

o Minim um DSCR = 1 Rat a- rat a DSCR > 1.5

Sy a r a t Pe n ga j u a n Pin j a m a n

• Jum lah k um ulat if pokok pinj am an daer ah y ang waj ib dibayar t idak m elebihi 75% dar i j um lah pener im aan APBD t ahun sebelum nya, set elah dikurangi DAK, Dana Dar urat , dana pinj am an lam a dan pener im aan lainnya yg penggunaannya dibat asi unt uk m em biayai pengeluaran t er t ent u

• DSCR > 2.5, selam a j angka w ak t u pinj am an proy ek

• Mem enuhi k rit er ia usulan proy ek daer ah

• Jum lah m ak sim um Pinj am an Jangka Pendek adalah 1/ 6 ( sat u per enam ) dar i j um lah belanj a APBD t ahun anggaran yang ber j alan.

Su m be r Pin j a m a n

• Pinj am an Luar Neger i

• Rekening Dana I nvest asi ( RDI )

• Peny er t aan Modal Pem erint ah ( PMP)

• I npr es unt uk pem bangunan pasar

• I uran Pem bangunan Daerah ( I peda)

• Perbankan dan sw ast a

• Rekening Pem bangunan Daerah ( RPD)

• Sum ber Dalam Negeri: a. Pem er int ah Pusat ; b. Lem baga Keuangan Bank; c. Lem baga Keuangan Buk an Bank; d. Masy arakat ;

e. Sum ber Lainny a.

• Sum ber Luar Neger i:

- Bilat eral

(21)

2 .2 .6 . Pe lim pa h a n Pe ga w a i da n Ase t

Sebelum t ahun 2001, pola pem erint ahan dan pem biayaan daer ah adalah sebagai ber ik ut : I ndonesia dalam wilayah- w ilayah j abat an dan m em bent uk aparat ver t ikal, y ait u Kant or Wilay ah

2. Pem biayaan daerah selain ber t um pu pada Pendapat an Asli Daerah ( PAD) , j uga ber t um pu pada subsidi/ bant uan pusat , yang penggunaannya sebagaian besar diar ahk an/ dit et apk an oleh pusat ( specific gr ant ) dan hanya sebagian kecil dit et apkan sendir i oleh pem erint ah daer ah sesuai kebij ak an m asing- m asing

( block gr ant ) .

Set elah t ahun 2001, pola pem er int ahan dan pem biayaan daerah adalah sebagai berik ut :

1. Pem erint ahan di daerah dit at a k em bali ber dasarkan kelem bagaan t unggal ( single- inst it ut ions) , yait u:

( a) Aparat vert ikal, baik Kanw il m aupun Kandep, dihapuskan kecuali unt uk depar t em en/ lem baga yang m elaksanakan 5 ( lim a) t ugas m ur ni pusat ,

( b) Pelaksanaan t ugas dekonsent rasi pada depar t em en/ lem baga di luar 5 ( lim a) t ugas m urni pusat t er sebut di at as, dilim pahkan kepada Guber nur selaku wak il pem erint ah pusat di daer ah. Karena Guber nur selaku w akil pem er int ah di daerah t idak m em ilik i aparat dekonsent rasi, m ak a t ugas dekonsent r asi dilaksanakan oleh dinas- dinas daer ah ot onom .

( c) Pem er int ah Daer ah m em bent uk aparat daerah ot onom , yait u dinas- dinas daer ah.

2. Pem biayaan daer ah y ang bert um pu pada PAD dan dana per im bangan dar i pusat , nam un penggunaan sebagian besar dana perim bangan ini m er upakan “ block grant ” , yait u Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Um um ( DAU) ; dan sebagian kecil saj a yangm asih m er upakan “ specific

(22)

Selanj ut nya, dengan adanya perubahan pola pem erint ahan dan pem biayaan daer ah t er sebut , m aka t er j adi per ubahan pula dalam pem biayaan belanj a pegaw ai daerah sebagai berikut :

1. Sem ula belanj a PNS daerah ot onom m erupakan beban APBN y ang disediakan dalam Subsidi Daer ah Ot onom ( SDO) sebagai “ specific gr ant ” dengan k et ent uan: ( a) Set iap t ahun belanj a pegaw ai dihit ung oleh pusat

ber dasar kan dat a j um lah PNS daer ah ot onom pada set iap pr ovinsi/ kabupat en/ kot a;

( b) Tam bahan PNS daer ah ot onom set iap t ahun dit et apkan sesuai for m asi yang dit et apkan oleh Ment er i Pendayagunaan Apar at ur Negar a ( Menpan) ;

( c) Pengangkat an, pem indahan, pem ber hent ian, dan kenaikan pangkat PNS daer ah ot onom dilak ukan oleh Pem erint ah Daerah m elalui Badan Kepegaw aian Negar a ( BKN) ;

( d) Pem bayar an gaj i PNS daer ah ot onom dilak ukan oleh KPKN kepada Bendaharaw an Gaj i PNS daerah ot onom .

Sej ak 1 Apr il 2001, alokasi SDO t idak disediakan lagi, sehingga belanj a pegaw ai daer ah ot onom sepenuhnya m er upakan beban APBD yang dapat dibiay ai dengan dana per im bangan yang ber sifat “ block gr ant ” dan/ at au PAD.

2. Oleh k arena Kanwil dan Kandep dibubar kan, m aka t erj adi pelim pahan Pegaw ai, Per alat an, Pem biayaan, dan Dokum en/ Ar sip ( P3D) Kanwil dan Kandep t er sebut dar i pusat kepada Daerah. Dengan pelim pahan pegaw ai Kanw il/ Kandep t ersebut , m aka posisi j um lah PNS y ang ber j um lah ± 4 j ut a or ang t er sebut dapat dilihat pada

Ta be l 2 .2 ber ik ut ini.

Ter j adi per ubahan dalam pem biayaan belanj a pegaw ai daer ah.

Ta be l 2 .2

Ju m la h Pe ga w a i N e ge r i Sipil ( PN S) Se be lu m da n Se su da h Pe lim pa h a n

Se be lu m Pe lim pa h a n Se t e la h Pe lim pa h a n

• 2,1 j ut a or ang PNS Pusat

• 1,2 j ut a or ang PNS Pusat diperbant uk an kepada daerah ( t erut am a gur u)

• 0,7 j ut a or ang PNS Daerah Ot onom

• 1,3 j ut a orang PNS Pusat

(23)

Pelim pahan kew enangan pem erint ahan dar i pem erint ah pusat ke pem er int ah daer ah, t er ut am a kabupat en/ kot a, m em punyai im plikasi adanya pengalihan pegawai pusat ke daer ah. Dar i sek it ar 4 j ut a PNS, t erj adi pelim pahan ± 2 j ut a orang PNS Pusat ( t er m asuk PNS Pusat diperbant uk an k epada Daer ah) m enj adi PNS Daerah Ot onom yang sepenuhnya m enj adi beban APBD.

3. Sej ak 1 Apr il 2001, belanj a PNS daerah ot onom m er upakan beban APBD yang dapat dibiay ai dengan dana perim bangan y ang ber sifat “ block gr ant ” ( Dana Bagi Hasil dan Dana Alok asi Um um ) dan/ at au PAD, dengan ket ent uan:

( a) Set iap t ahun belanj a pegaw ai dihit ung oleh daerah ber dasar kan dat a j um lah PNS daer ah ot onom pada set iap pr ovinsi/ kabupat en/ kot a;

( b) Tam bahan PNS Daerah Ot onom set iap t ahun dilakukan sesuai form asi, yang dit et apkan unt uk set iap t ahun anggaran oleh Kepala Daer ah m asing-m asing ( Pasal 3 ayat ( 2) PP No. 97/ 2000 t ent ang Form asi Pegaw ai Neger i Sipil) ;

( c) Pengangkat an, pem indahan, pem ber hent ian, dan kenaikan pangkat PNS daer ah ot onom dilak sanakan oleh Kepala Daer ah m asing- m asing selaku Pej abat Pem bina Kepegaw aian Daer ah ( Pasal 25 ay at ( 2) UU No. 43/ 1999 t ent ang Per ubahan at as UU No. 8/ 1974 t ent ang Pokok- pok ok Kepegaw aian j o. Pasal 3, Pasal 7, Pasal 21 dan Pasal 22 Per at uran Pem er int ah No. 96/ 2000 t ent ang Wew enang Pengangkat an, Pem indahan, dan Pem berhent ian Pegaw ai Neger i Sipil) ;

( d) Unt uk m elaksanakan m anaj em en PNS Daer ah Ot onom , Guber nur / Bupat i/ Walikot a m em bent uk Badan Kepegaw aian Daer ah ( BKD) sebagai per angkat daer ah ( Pasal 34A UU No. 43/ 1999 j o. Keppr es No. 159/ 2000 t ent ang Pedom an Pem bent ukan Badan Kepegaw aian Negar a;

( e) Pem bayar an gaj i PNS daer ah ot onom dilakukan oleh Biro/ Bagian Keuangan m asing- m asing Pr ovinsi/ Kabupat en/ Kot a.

Dengan dem ikian k ew enangan pelaksanaan m anaj em en kepegaw aian daer ah yang sem ula dilakukan oleh Pusat m elalui Badan Kepegaw aian Negar a ( BKN) kem udian dialihkan kepada Kepala Daer ah c.q. Badan Kepegaw aian Daer ah ( BKD) . Pengalihan P3D khususnya pegaw ai ek s kanw il/ kandep dar i depart em en/ lem baga kepada Pr ovinsi/ Kabupat en/ Kot a dilaksanakan sebagai berikut :

1. Selur uh pegaw ai eks kanw il/ kandep dialihkan kepada provinsi/ kabupat en/ kot a dim ana pegaw ai yang ber sangkut an saat it u ber ada.

(24)

2. Realokasi pegaw ai ant ar pr ovinsi/ kabupat en/ kot a sesuai dengan kebut uhan for m asi m asing- m asing daer ah belum dapat dilakukan, kar ena pengalihan P3D har us seger a dilaksanakan.

Hal ini dapat saj a m enyebabkan alok asi pegaw ai t er sebut t idak sesuai dengan kebut uhan m asing-m asing daerah. Ket iasing-m pangan alokasi pegaw ai ini diper par ah dengan kenyat aan:

( a) Perm ohonan pegaw ai unt uk dipindahkan ke pr ovinsi favor it sebelum pengalihan pegaw ai dilakukan, um um nya diset uj ui oleh depar t em en/ lem baga yang bersangkut an. Hal ini pernah dikeluhkan ant ara lain oleh Provinsi Daer ah I st im ew a Yogyakar t a yang r elat if banyak m ener im a pegaw ai pindahan t er sebut ;

( b) Sem ent ara prov insi yang baru dibent uk, y ang um um ny a m asih m engalam i kekurangan pegawai, lebih suka m erekr ut pegaw ai bar u sendir i dar ipada m ener im a lim pahan pegaw ai t er sebut .

Hal sebagaim ana digam bar kan pada but ir ( a) di at as, t er ny at a m enim bulkan beban belanj a pegaw ai y ang m em berat kan beberapa Provinsi/ Kabupat en/ Kot a, khususnya Provinsi/ Kabupat en/ Kot a yang m enerim a dana perim bangan t idak t er lalu besar . Beban ini diperber at dengan adany a:

(1) Kebij akan unt uk m eningkat kan eseloner ing j abat an pada Pem erint ah Daerah yang m enyebabkan peningkat an t unj angan j abat an.

(2) Kenaik an gaj i pok ok akibat int egr asi Tunj angan Per baikan Penghasilan ( TPP) k e dalam gaj i pokok pada t ahun 2001 t idak diant isipasi/ diper hit ungkan dalam penyusunan APBD, w alaupun rencana ini t elah dum um kan dalam pidat o Presiden di m uka DPR pada saat m engant ar kan RAPBN Tahun 2001.

Unt uk m engat asi m asalah t ersebut , pada t ahun anggar an 2001 pem erint ah m engalokasikan dana kont ij ensi unt uk m engurangi beban pem erint ah daerah t er sebut .

2 .2 .7 . Pe n ge lola a n Ke u a n ga n D a e r a h

Ter wuj udny a pelaksanaan desent r alisasi fiskal secar a efekt if dan efisien, salah sat unya t ergant ung pada pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daer ah m erupakan salah sat u bagian yang m engalam i perubahan m endasar dengan dit et apkannya UU No. 22/ 1999 dan UU No. 25/ 1999. Kedua UU t er sebut t elah m em berikan kew enangan lebih luas kepada Pem er int ah Daer ah dalam m enat a sist em pengelolaan Keuangan Daerah. Kew enangan dim aksud diant aranya adalah keleluasaan dalam m obilisasi sum ber dana, m enent ukan

Pengelolaan keuangan daer ah m erupakan salah sat u bagian yang m engalam i

per ubahan m endasar dengan

(25)

ar ah, t uj uan dan t ar get penggunaan anggar an. Selanj ut nya pada t ahun 2003 t elah dit er bit kan sat u Undang- Undang y ang m engat ur pengelolaan keuangan negara yait u UU No. 17/ 2003 t ent ang Keuangan Negara. Salah sat u Undang- undang yang pent ing dalam pengelolaan keuangan di pem erint ah pusat m aupun pem erint ah daerah adalah Undang- undang t ent ang Per bendahar aan Negar a.

Salah sat u bagian pent ing dalam pengelolaan keuangan daer ah adalah Sist em Akunt ansi Keuangan Daer ah ( SAKD) . SAKD diper luk an unt uk m endukung akunt abilit as pengelolaan keuangan daer ah. Set iap penggunaan sum ber keuangan daerah har us dapat diper t anggungj aw abkan secar a t r anspar an baik dar i aspek penggunaan dana it u sendir i m aupun dar i aspek penanggung j aw ab penggunaan dana t ersebut . SAKD har us m engacu kepada St andar Ak unt ansi Pem er int ah ( Pasal 32 UU No. 17/ 2003) . Oleh kar ena it u, pem er int ah t elah berinisiat if unt uk m engeluar kan st andar akunt ansi pem er int ah m elalui Kom it e St andar Akunt ansi. Kom it e St andar Akunt ansi Pem er int ah Pusat dan Daer ah t elah dibent uk oleh Ment er i Keuangan dengan Surat Keput usan Nom or 181/ KMK.012/ 2003 t anggal 9 Mei 2003.

SAKD diperlukan unt uk m enduk ung akunt abilit as pengelolaan keuangan daer ah

Dengan SAKD daerah dapat m enyusun laporan keuangan daer ah yang m eliput i Laporan Per hit ungan APBD, Lapor an Ar us Kas, Ner aca Daer ah, dan Cat at an at as Lapor an Keuangan. Selanj ut nya laporan keuangan daer ah t ersebut disam paik an k e pem erint ah pusat dalam ker angka Sist em I nfor m asi Keuangan Daer ah, sebagaim ana diat ur dalam PP No. 11/ 2001 t ent ang I nfor m asi Keuangan Daerah.

2 .3 . Ke bij a k a n Ek on om i M a k r o I n don e sia

Dalam bagian ini akan diulas secara garis besar perkem bangan kebij akan ekonom i m akr o di I ndonesia, sehingga dapat m em ber ikan gam baran secara m enyeluruh m engenai pr akt ek fiskal secar a r egional m aupun secar a nasional. Hal ini m enj adi pent ing m engingat prakt ek fiskal secara regional sangat er at t er kait dengan ber bagai kebij akan yang ber sifat m akr o. Sebagaim ana diket ahui bahwa pelaksanaan desent r alisasi fisk al y ang dit andai dengan diber lakukannya UU No. 22/ 1999 dan UU No. 25/ 1999 ber sam aan w akt unya pada saat bangsa I ndonesia sedang ber usaha unt uk keluar dari kr isis ekonom i. Ber lakunya kedua UU di bidang ot onom i daerah t ersebut m em berikan per ubahan yang cuk up m endasar, baik dar i sisi kehidupan bernegara secara keseluruhan m aupun dari sisi k euangan negara.

2 .3 .1 . Ke b ij a k a n Pe m u lih a n Kr isis Ek on om i

Kr isis ekonom i yang m elanda I ndonesia dan sebagian

(26)

m em baw a dam pak negat if yang cukup dalam pada ham pir selur uh sekt or dan pelaku ekonom i. Kr isis yang berm ula dari m elem ahnya nilai k ur s Rupiah t er sebut , t elah berkem bang m enj adi k risis m ult idim ensi, sebagai akibat dari adany a krisis k epercayaan m asyar akat t er hadap pem er int ah, dan t idak st abilnya sit uasi sosial polit ik dan keam anan, baik pada t ingkat r egional m aupun pada t ingkat nasional. Sebagai akibat dari sem uanya it u, perekonom ian I ndonesia t elah t er pur uk pada t it ik nadir

Sebagai ilust r asi, laj u perekonom ian I ndonesia m enur un drast is dari 4,7 per sen pada 1997 m enj adi - 13,01 per sen pada t ahun 1998. I nflasi m elonj ak dar i 11,05 per sen pada t ahun 1997 m enj adi 77,63 persen pada t ahun 1998. Rupiah yang sem ula diam bangkan, sej ak 1998 akhir nya dibebaskan ke pasar, sehingga m em buat Rupiah sem akin berflukt uasi, dan m encapai t it ik t erendah pada Juni 1998 dim ana Rupiah t er depr esiasi m enj adi Rp14.950/ US$. Angka penganggur an pun m em bengkak m enj adi 7,5 persen. Kr isis t er sebut j uga t elah m enyebabkan m eningkat nya j um lah ut ang publik, t erm asuk m elonj akny a ut ang dalam neger i unt uk pr ogr am rest r ukt ur isasi perbankan, pengeluaran subsidi yang cukup besar unt uk m asyar akat , biaya r ehabilit asi yang cuk up besar akibat t erj adiny a kerusuhan- kerusuhan di daer ah- daerah, dan penangguhan ber bagai pengeluar an sek t or sosial dan prasarana. Perkem bangan nilai kurs dan inflasi dar i t ahun 1997 – 2003 dapat dilihat pada Gr a fik 2 .1 .

1997/1998 1998/1999 1999/2000 2000 2001 2002 2003

(27)

Monet ary Fund ( I MF) , sebab Pem er int ah m eyakini bahw a

lew at I MF yang beranggot akan 183 negara, kepercayaan yang sudah m ulai m enurun dari m asyarak at kepada pem er int ah diyak ini dapat dir aih kem bali. Diaw ali sur at kesediaan I ndonesia yang dit andat angani oleh Ment er i Keuangan Mar’ie Muham m ad dan Gubem ur BI Soedr aj ad Dj iwandono pada t anggal 30 Okt ober 1997, dan diresm ikan dengan penandat anganan oleh Presiden Soehar t o dan Michael Cam dessus dar i I MF di Jak art a, sej ak 15 Januar i 1998, I ndonesia resm i m enj adi pasien I MF.

Program perbaikan ekonom i I ndonesia at as r ekom endasi I MF m eliput i 7 progr am , yait u : ker angka ker j a m akr o ekonom i, APBN, fiskal, sek t or publik, kebij akan m onet er , rest rukt urisasi korporasi dan perbankan, ser t a r efor m asi t erhadap ham bat an st rukt ural. Selanj ut nya, dalam rangka m em percepat proses pem ulihan ekonom i, pada aw al t ahun 2000 Pem er int ah m encanangk an “ Sepuluh Pr ogr am Percepat an Pem ulihan Ekonom i” , yait u ( 1) m encipt akan st abilit as di sekt or finansial; ( 2) m em acu peningkat an ekspor; ( 3) m eningkat kan pr odukt ivit as dan kesej aht eraan pet ani dan nelayan; ( 4) per cepat an r est r ukt ur isasi perbankan dan dunia usaha; ( 5) m engut am akan pem ulihan ekonom i berdasar kan invest asi ( equit y based

r ecover y) ; ( 6) pr ivat isasi bernilai t am bah ( value cr eat ion privat izat ion) ; ( 7) m elaksanakan desent r alisasi ekonom i; ( 8) m em anfaat kan kekayaan SDA secar a ber kelanj ut an; ( 9) m em acu pengem bangan usaha skala m ik ro, kecil, dan

m enengah; dan ( 10) m eningkat kan kesej aht er aan r akyat di pedesaan unt uk m em perk uat st abilit as sosial- polit ik .

Pr ogr am per baikan ekonom i dan per cepat an pem ulihan ekonom i I ndonesia.

Seir ing r efor m asi di berbagai bidang dalam r angka m engat asi kr isis ekonom i y ang m elanda I ndonesia sej ak pert engahan 1997, pengelolaan k euangan negar a, khususnya APBN j uga ikut m engalam i perubahan y ang cuk up m endasar . Beberapa per ubahan yang cukup signifikan t er sebut ant ara lain ( i) Per ubahan form at APBN dar i T- Account m enj adi I - Account , sej alan dengan perubahan pr insip APBN dari anggar an ber im bang dinam is m enj adi pem biayaan sur plus/ defisit ; ( ii) Per ubahan t ahun anggaran dari 1 April – 31 Mar et t ahun ber ikut nya m enj adi 1 Januar i – 31 Desem ber at au m engikut i t ahun kalender ; ( iii) Pener bit an obligasi pem er int ah dalam rangka m engat asi krisis di sekt or perbankan dan unt uk m enut up defisit anggar an, yang sebelum nya dit ut up hanya dengan pinj am an luar negeri; dan ( iv) Diperkenalkannya Dana Per im bangan dalam APBN, y ang pada dasar nya m er upakan t r ansfer dana dar i pem erint ah pusat kepada daer ah.

Pengelolaan keuangan negara m engalam i beber apa per ubahan yang cukup signifikan.

Selanj ut nya, set elah lim a t ahun di baw ah I MF, Pem erint ah akhir nya m em ut uskan unt uk keluar dari program I MF t er hit ung sej ak t anggal 31 Desem ber 2003 dengan m engam bil opsi Post Progr am Monit or ing ( PPM) . Opsi PPM ini dipilih karena I MF m asih diperlukan unt uk m engaw asi at au m engont r ol penggunaan dana APBN, yang di t ahun

(28)

2004 akan sem akin berat , karena unt uk m em biayai per ang di Aceh, biay a Pem ilu, dan m em bayar ut ang yang t elah j at uh t em po. Selain it u, dengan opsi PPM diharapk an progr am ber akhir sesuai dengan rencana, t idak ada per cepat an, sehingga t idak akan t er j adi shock.

Sebagai t indak lanj ut dar i keput usan unt uk keluar dar i progr am I MF, Pem er int ah har us m am pu m em buat progr am - pr ogram pem bangunan sendir i, dim ana I MF m asih t et ap bert indak sebagai pengaw as. Pr ogr am -progr am t ersebut dit am pung dan dilaksanakan dengan I npr es Progr am , yang dit andat angani Pr esiden Megaw at i pada t anggal 15 Sept em ber 2003. Progr am pem ulihan ekonom i I ndonesia pasca I MF t er sebut m eliput i 3 pr ogram , yait u ( i) Program St abilit as Ekonom i Makro; ( ii) Program Rest r uk t ur isasi dan Refor m asi Sekt or Keuangan; ser t a ( iii) Pr ogr am Peningkat an I nv est asi, Ek spor dan Pencipt aan Lapangan Ker j a.

Pem er int ah m em buat pr ogr am - progr am pem bangunan dalam I npres Program .

2 .3 .2 St a bilisa si Ek on om i M a k r o

Kondisi perekonom ian I ndonesia dalam t iga t ahun t er akhir secara um um m enunj ukkan per kem bangan posit if, y ang dit andai dengan sem akin st abilny a kondisi m akr oekonom i. Dalam t ahun 2002 upaya kit a unt uk keluar dari kr isis ekonom i t elah m enunj ukkan hasil- hasil yang cuk up m enggem bir akan, m eskipun t idak ber langsung secepat yang kit a harapkan. Kebij akan fiskal dan m onet er y ang konsist en didukung oleh beberapa kem aj uan yang dicapai dalam rest rukt ur isasi ekonom i t elah m em bant u t er capainya k est abilan ekonom i dan m onet er.

Dalam t iga t ahun t erakhir kondisi m akr o ekonom i sem akin st abil.

Secara rat a- rat a dalam sat u t ahun, suku bunga SBI m engalam i penurunan yang sangat signifikan dar i 17,62 persen pada t ahun 2001 m enj adi 12,93 per sen pada t ahun 2002. Nilai t ukar m engalam i apr esiasi sebesar 10,10 persen, sehingga r at a- rat a m encapai Rp 9.316 per dolar Am er ika Serikat . Uang prim er t um buh sebesar 9,1 persen lebih rendah dar i sasar an indikat ifnya, sebesar 13 persen – 14 per sen dalam t ahun 2002. Kondisi m onet er yang st abil ini selanj ut ny a t elah m em bawa pengar uh posit if t er hadap t ingkat inflasi, y ang cender ung m enurun hingga m encapai 10,03 persen.

Keberhasilan dalam m encapai ber bagai per baikan indikat or m akr o dan m onet er m asih dihadapk an pada perm asalahan st rukt ural, sehingga perekonom ian I ndonesia t idak t er lalu r esponsif t erhadap per baikan yang t elah dicapai sekt or m onet er t ersebut . Tingginya risiko di sekt or r iil y ang dit im bulkan oleh per m asalahan st r ukt ur al, seper t i ket idakpast ian hukum , ket idak past ian r egulasi invest asi akibat ot onom i daer ah, m asalah per bur uhan, dan fakt or keam anan m enyebabkan sum ber - sum ber per t um buhan ekonom i yang ber asal dar i invest asi dan ek spor m asih t erbat as.

(29)

Dengan adanya per m asalahan st r ukt ur al t er sebut , secar a keselur uhan selam a 2002 perekonom ian I ndonesia hany a m am pu t um buh sebesar 3,7 persen, m eningkat dari t ahun sebelum nya yang sebesar 3,4 per sen. Pert um buhan ini m asih bert um pu pada konsum si, sem ent ar a peranan invest asi dan ekspor dalam m endor ong per t um buhan m asih t erbat as. Di sisi ekst er nal, m asih lem ahnya perekonom ian global, m eningkat nya persaingan di Asia dalam m enar ik m inat inv est asi asing, dan m ulai m enurunnya daya saing I ndonesia m em perburuk kinerj a ekspor. Walaupun dem ikian, dengan keber hasilan rest rukt urisasi ut ang luar negeri ( sw ast a dan pem erint ah) , secara um um ner aca pem bayar an I ndonesia m engalam i per baikan selam a t ahun 2002. Per kem bangan pert um buhan ekonom i dar i t ahun 1997 – 2003 dapat diikut i pada Gr a fik 2 .2 .

Gr a fik 2 .2 .

Gr a fik Pe r t u m bu h a n Ek on om i I n don e sia , 1 9 9 7 - 2 0 0 3

Sum ber dat a : Not a Keuangan dan APBN Tahun 2004

Di bidang fiskal, pelaksanaan k euangan pem erint ah dalam 3 t ahun t erakhir m asih m encerm ink an langkah- langk ah konsolidasi pem erint ah unt uk m enj am in kesinam bungan fisk al j angk a m enengah. Meskipun dem ikian, penurunan defisit anggar an pada t ahun 2002 lebih cepat dar i r encana sem ula, t erut am a k arena sangat r endahnya realisasi pengeluaran pem bangunan. Defisit keuangan pem erint ah t er cat at sebesar 1,7 per sen dar i PDB, lebih r endah dar i r encana sem ula sebesar 2,5 per sen dar i PDB. Di sisi pendapat an, t ax r at io m encapai 12,7 per sen dar i PDB, lebih rendah dari sasaran karena t idak t ercapainya t arget penerim aan PPh nonm igas dan PPN. Meskipun dem ikian, t ekanan dar i sisi per paj akan ini diim bangi dengan lebih t ingginya pener im aan negar a bukan paj ak ( PNBP) , t er ut am a dar i sekt or m igas sej alan dengan kenaikan harga m inyak dunia.

Pelaksanaan

keuangan pem er int ah dalam 3 t ahun t er akhir m asih m encerm inkan langkah- langk ah konsolidasi unt uk m enj am in

kesinam bungan fiskal j angka m enengah. -14.0

-11.0 -8.0 -5.0 -2.0 1.0 4.0 7.0

1997/1998 1998/1999 1999/2000 2000 2001 2002 2003

Tahun

Pe

rs

e

Gambar

Grafik 2 .3 . Perkem bangan Penerim aan Negara, Belanja Negara,
Tabel 3 .1  Realisasi Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan Provinsi
Tabel 3 .6   Kem am puan PAD Dalam  Mem biayai Pengeluaran Rutin
Grafik. 3 .1  Jum lah Kom posisi PAD Provinsi
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sehubungan telah dilaksanakannya evaluasi terhadap data kualifikasi yang masuk pada paket Pekerjaan Penyusunan AMDAL Pembuatan Embung Penampungan Air Baku (Lelang Ulang),

19581204 198101 1 008 - Pembangunan Jembatan Kalapa Lima Tipe C B 6 M DAU 1 Paket 270.000.000,00 270.000.000,00.. Program Perencanaan Tata ruang Penyusunan Kebijakan Tentang

Students are engaged to the process of writing when they learn how to write. The process of writing involves planning, drafting, revising, editing, and making a final draft. Then

bidang usaha peternakan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri.

Layanan jasa teknologi terkait dengan jumlah instansi pengguna di bidang teknologi, pemanfaatan penginderaan jauh dan mitra litbang penginderaan

Berdasarkan Gambar 1, proses penelitian ini diawali dengan memberi masukan pada sistem yaitu data judul bacaan yang diambil dari majalah Kawanku secara random

PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN PADA SMK NEGERI DI BANDUNG. Universitas Pendidikan Indonesia |

- Penyebarluasan informasi / bahan publik (jumpa pers, temu kehumasan, dialog interaktif dan advokasi di media cetak. Lokasi Kegiatan