• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHIDUPAN SUKU ANAK – DALAM DI KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEHIDUPAN SUKU ANAK – DALAM DI KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

KEHIDUPAN SUKU ANAK – DALAM DI KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh :

MUHAMMAD IBRAHIM NIM. 0900829

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KEHIDUPAN SUKU ANAK – DALAM DI KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN

Oleh

Muhammad Ibrahim

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

© Muhammad Ibrahim

Universitas Pendidikan Indonesia

2013

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

No. Daftar FPIPS : 1874/UN.40.2.4/PL/2013

LEMBAR PENGESAHAN

KEHIDUPAN SUKU ANAK – DALAM DI KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN

MUHAMMAD IBRAHIM (0900829)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I

Prof. Dr. R Gurniwan Kamil Pasya, M.Si NIP. 19610323 198603 1002

Pembimbing II

Drs. H. Djakaria M Nur, M.Si NIP. 19490205 197803 1001

MengetahuiKetuaJurusanPendidikanGeografi

UniversitasPendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

KEHIDUPAN SUKU ANAK – DALAM DI KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN

Oleh

MUHAMMAD IBRAHIM (0900829)

Suku Anak – Dalam merupakan salah satu masyarakat yang sangat menggantungkan hidupnya terhadap sumber daya alam yang ada dihutan. Semakin berkurangnya luas hutan di Kabupaten Sarolangun akibat dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit, hal ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan sosial-budaya kehidupan Suku Anak - Dalam di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Adapun kehidupan Suku Anak - Dalam yang diteliti yaitu sistem penguasaan hutan yang dilakukan Suku Anak - Dalam di Kecamatan Air Hitam, kearifan lokal Suku Anak - Dalam yang berhubungan dengan hutan, dan adaptasi Suku Anak - Dalam terhadap lingkungan perkebunan kelapa sawit.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian Kualitatif Deskriptif dengan metode Fenomenalogi untuk mengungkap kehidupan Suku Anak - Dalam terkait dengan terjadinya konversi hutan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik prosedur purposive dengan menggunakan key person untuk menentukan informannya. Ada empat rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu : 1) Bagaimanakah sistem penguasaan hutan yang dilakukan Suku Anak - Dalam di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. 2) Apa saja kearifan lokal Suku Anak - Dalam yang masih dipertahankan di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. 3) Bagaimanakah adaptasi Suku Anak - Dalam terhadap lingkungan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. 4) Bagaimanakah implementasi pembelajaran Geografi di SMA dalam menyerap nilai-nilai kearifan lokal Suku Anak - Dalam, dalam menjaga kelestarian hutan.

Berdasarkan hasil penelitian terjadi perubahan pada sistem penguasaan hutan yang dilakukan Suku Anak - Dalam. Perubahan itu yaitu pemerintah dan Suku Anak - Dalam bekerjasama membentuk sebuah hutan adat. Kawasan hutan yang masuk kedalam wilayah hutan adat tidak boleh ditebang untuk dijadikan ladang oleh Suku Anak - Dalam. Sementara Suku Anak -Dalam yang hidup didalam kawasan hutan adat, boleh menebang hutan tetapi harus mengikuti aturan adat. Kearifan lokal Suku Anak - Dalam yang masih mereka jaga dan berhasil dalam menjaga kelestarian hutan yaitu hompongan dan larangan-larangan atau aturan adat berupa kawasan hutan dan pohon-pohon yang tidak boleh ditebang. Adapun adaptasi yang dilakukan oleh Suku Anak - Dalam dilingkungan perkebunan kelapa sawit yaitu dengan mengkonsumsi makanan dari luar hutan, penggunaan teknologi baru dalam kehidupan Suku Anak – Dalam, berubahnya mata pencaharian, dan perubahan pola pembukaan lahan.

(5)

ABSTRAK

KEHIDUPAN SUKU ANAK – DALAM DI KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN

Oleh

MUHAMMAD IBRAHIM (0900829)

Suku Anak – Dalam In is one of the very society drape his life to natural resources that exist in the forest. A devastating vast forests in Sarolangun result converted to Palm oil plantations, this will result in the occurrence of changes in socio-cultural life of Suku Anak – Dalam In Air Hitam District in Sarolangun. As for the lives Suku Anak – Dalam In the forest tenure system which researched carried out Suku Anak - Dalam In Air Hitam district, Tribal Suku Anak - Dalam of local wisdom In dealing with the forest, and adaptation Of Suku Anak – Dalam In Palm oil plantations on the environment.

This research was carried out by using a descriptive Qualitative design research with the method Fenomenalogi to uncover the lives of Suku Anak - Dalam in the tribe associated with the occurrence of forest conversion. Sampling techniques using the technique of purposive procedure using the key person to determine the informan. There are four formula issue in this study, namely: 1) How did the forest tenure system which made the Suku Anak - Dalam in Air Hitam District in Sarolangun. 2) What are the local wisdom Of Suku Anak – Dalam in that is still maintained in Sarolangun Regency Air Hitam. 3) How is the adaptation Of the children in the neighborhood of palm oil plantations in Sarolangun Regency Air Hitam. 4) How is the implementation of learning Geography in high school in absorbing local wisdom values the Suku Anak - Dalam inside, in maintaining forest sustainability.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKSIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

A. Manusia dan Hutan ... 5

1. Hutan Sebagai Penyedia Kebutuhan Manusia ... 5

2. Ketergantungan Manusia Dengan Hutan ... 7

B. Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Manusia ... 9

C. Kearifan Lokal ... 11

D. Hubungan Manusia Dengan Lingkungannya ... 12

E. Adaptasi... 18

1. Pengertian Adaptasi ... 18

2. Model Konsep Adaptasi ... 19

3. Mekanisme Adaptasi ... 20

4. Dimensi Adaptasi ... 21

5. Karakteristik Respon Adaptif ... 21

6. Adaptasi Manusia Terhadap Lingkungan ... 22

F. Kaitan Pembelajaran Geografi Dengan Kajian Hubungan Manusia Dengan Lingkungannya ... 23

G. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Geografi... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Objek dan Informan Penelitian ... 28

1. Objek Penelitian ... 28

2. Informan Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian... 29

C. Desain Penelitian ... 30

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 30

1. Wawancara Mendalam ... 30

(7)

3. Study Dokumentasi ... 31

E. Pemeriksaan dan Keabsahan Data ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Hasil Penelitian ... 34

1. Lokasi Penelitian ... 34

2. Kehidupan Suku Anak – Dalam ... 37

3. Kearifan Lokal Suku Anak – Dalam ... 41

4. Struktur Organisasi Masyarakat Suku Anak – Dalam ... 47

B. Pembahasan ... 51

1. Sistem Penguasaan Hutan yang Dilakukan Suku – Dalam ... 51

2. Kearifan Lokal Suku Anak – Dalam yang Masih Dipertahankan ... 53

3. Adaptasi Suku Anak – Dalam Terhadap Lingkungan Perkebuann Kelapa Sawit ... 59

4. Implementasi Pembelajaran Geografi di SMA Dalam Menyerap Nilai-nilai Kearifan Lokal ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Rekomendasi ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... viii

(8)

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

1.1 Jumlah Suku Anak – Dalam Berdasarkan Jenis

Kelamin dan Kabupaten ... 2

3.1 Kategori Informan ... 29

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

4.1 Peta Lokasi Penelitian ... 35

4.2 Peta Persebaran Suku Anak – Dalam Kecamatan Air Hitam ... 36

4.3 Tanah Peranakan ... 43

4.4 Bento Benuaran ... 45

4.5 Pohon Sialang ... 46

4.6 Pohon Setubung ... 46

4.7 Pohon Tenggeris ... 47

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia terus ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Usaha – usaha pemerintah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat direalisasikan melalui pembangunan dibidang ekonomi.

Karena perekonomianlah yang menjadi peran penting dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Bidang perekonomian yang terus dikembangkan oleh pemerintah salah

satunya yaitu sektor perkebunan. Diantara komoditas perkebunan komersil,

tanaman kelapa sawit dapat dikatakan menjadi primadona. Investasi di sektor

perkebunan kelapa sawit yang meningkat pesat pada tahun 1980-an dan 1990-an

yang kemudian membutuhkan penyediaan lahan yang meningkat pula. Penyediaan

lahan untuk perkebunan kelapa sawit tersebut, dilakukan dengan cara

mengkonversi hutan. Perluasan lahan perkebunan sawit dengan mengkonversi

hutan terjadi di Provinsi Jambi. Laju konversi lahan hutan untuk kepentingan

perkebunan kelapa sawit telah terjadi sejak 1970 di Jambi. Sehingga pada tahun

2000an luas hutan jambi hanya berkisar 1,6 juta hektar.

Konversi lahan hutan yang semakin meningkat dari tahun ketahunnya

akibat dari kebutuhan lahan perkebunan sawit yang semakin meningkat hal ini

jelas tidak hanya akan mengancam kehancuran keanekaragaman hayati, namun

juga masyarakat yang ada di dalam dan di sekitar hutan yang selama ini

menggantungkan hidupnya terhadap sumber daya alam yang ada di hutan. Suku

Anak - Dalam atau Orang Rimba merupakan salah satu masyarakat yang hidup

didalam dan diluar sekitar hutan dengan pola hidup yang terbelakang dan terasing

di provinsi Jambi. Suku Anak -Dalam adalah orang pra melayu yang merupakan

penduduk asli Sumatera. Suku Anak - Dalam sangat mengantungkan hidupnya

pada sumber daya alam yang ada dihutan. Mereka hidup berpindah-pindah dan

mengumpulkan makanan dengan cara berburu dan meramu. Prasetijo (2011:19)

(11)

2

―Perubahan fungsi hutan akan mempengaruhi keberadaan masyarakat setempat yang berdiam disekitar hutan, termasuk Orang Rimba yang mendasarkan hidupnya pada hutan. Hutan, bagi Orang Rimba, tidak hanya berfungsi ekonomi tetapi juga mempunyai makna budaya yang sangat tinggi. Perubahan fungsi hutan akan mempengaruhi kualitas hidup Orang Rimba. Secara perlahan – lahan mereka kehilangan mata pencaharian seiring mulai hilangnya hutan – hutan yang ada di Jambi. Mereka terpaksa menyesuaikan diri dengan lingkungan alam yang baru. Karena itu tidak mengherankan jika mereka mulai kesulitan mencari bahan makanan di hutan dan terpaksa mencari makanan di perkampungan melayu. Kualitas hidup mereka semakin lama semakin menurun seperti ditemukannya kasus – kasus kelaparan di beberapa kantong pemukiman Orang Rimba..laporan Bank Dunia mencatat temuan sekelompok Orang Rimba yang menjadi pengemis di jalanan dan menggelandang di pemukiman masyarakat karena hilangnya hutan sebagai

tumpuan hidup mereka‖.

Jumlah Suku Anak - Dalam di Jambi menurut data statistik kabupaten Sarolangun

berjumalah 3.198 jiwa yang tersebar dibeberapa kabupaten atau kota. Untuk lebih

jelasnya lihat Tabel Jumlah Suku Anak - Dalam Berdasarkan Jenis Kelamin dan

[image:11.595.112.516.113.696.2]

Kabupaten di Provinsi Jambi.

Tabel 1.1

Jumlah Suku Anak - Dalam Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kabupaten

Kabupaten/Kota Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan

Merangin 439 419 858

Sarolangun 537 558 1.095

Batanghari 40 39 79

Tanjab Barat 31 26 57

Tebo 420 403 823

Bungo 143 143 286

Jumlah 1.610 1.588 3.198

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sarolangun (2010)

(12)

3

Kabupaten yang memiliki jumlah Suku Anak - Dalam yang terbanyak diantara

Kabupaten lainnya di provinsi Jambi dengan jumlah 1.095 jiwa terdiri dari 537

jiwa dan 558 perempuan. Kabupaten Sarolangun berada pada 10 – 100 mdpl,

dengan suhu rata—rata 26,90ºC. Curah hujan di kabupaten Sarolangun 2000 –

4000 mm/tahun memiliki jenis tanah latosol, andosol dan aluvial. Di lihat dari

kondisi geografis Kabupaten Sarolangun memiliki kriteria lahan yang cocok dan

baik untuk tumbuhnya kelapa sawit. Karena itu Kabupaten Sarolangun juga

merupakan salah satu Kabupaten yang memperluas area lahan perkebunan kelapa

sawit dengan cara mengkonversi hutan. Persebaran Suku Anak – Dalam di

Kabupaten Sarolangun banyak terdapat di Kecamatan Air Hitam, karena di

Kecamatan Air Hitam terdapat Taman Nasional Bukit Dua Belas yang merupakan

kawasan hutan yang khusus diperuntukkan untuk Suku Anak – Dalam. Hutan di

Kecamatan Air Hitam yang menjadi kawasan Suku Anak – Dalam kini telah

beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit dan transmigrasi. Bahkan wilayah

Taman Nasional Bukit Dua Belas yang merupakan wilayah hutan yang dilindungi

kini sebagian wilayahnya telah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit.

Semakin berkurangnya luas hutan di Kecamatan Air Hitam akibat dikonversi

menjadi perkebunan kelapa sawit, hal ini akan mengakibatkan terjadinya

perubahan sosial-budaya kehidupan Suku Anak - Dalam di Kabupaten

Sarolangun. Karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “KEHIDUPAN SUKU ANAK - DALAM DI KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN”

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalahnya adalah :

1. Bagaimanakah sistem penguasaan hutan yang dilakukan Suku Anak - Dalam

di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun?

2. Apa saja kearifan lokal Suku Anak - Dalam yang masih dipertahankan di

Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun?

3. Bagaimanakah adaptasi Suku Anak - Dalam terhadap lingkungan perkebunan

(13)

4

4. Bagaimanakah implementasi pembelajaran Geografi di SMA dalam

menyerap nilai-nilai kearifan lokal Suku Anak - Dalam, dalam menjaga

kelestarian hutan?

C. Tujuan Penilitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan sistem penguasaan hutan yang dilakukan Suku Anak - Dalam di

Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangaun.

2. Mengidentifikasi kearifan lokal Suku Anak - Dalam yang masih

dipertahankan di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

3. Mengidentifikasi adaptasi Suku Anak - Dalam terhadap lingkungan

perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

4. Mendeskripsikan implementasi pembelajaran Geografi di SMA dalam

menyerap nilai-nilai kearifan lokal Suku Anak - Dalam, dalam menjaga

kelestarian hutan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menjadi bahan masukan pemerintah Sarolangun dalam kebijakan

mengkonversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit melihat dampak yang

ditimbulkan.

2. Dapat menjadi bahan literatur dan menjadi bahan penelitian lebih lanjut di

dalam perkembangan kehidupan Suku Anak - Dalam.

3. Bagi para pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

BAB III berisi tentang metode penelitian, terdiri dari : objek dan informan

penelitian, metode penelitian, desain penelitian, prosedur pengumpulan data,

pemeriksaan dan keabsahan data, dan teknik analisis data.

A. Objek dan Informan Penelitian 1. Objek Penelitian

Suku Anak - Dalam merupakan salah satu masyarakat yang

menggantungkan hidupnya terhadap sumber daya alam yang ada di hutan. Hutan

bagi Suku Anak - Dalam tidak hanya memiliki nilai ekonomis saja tetapi memiliki

nilai budaya yang sangat tinggi. Tetapi semakin berkurangnya luas hutan di

Kecamatan Air Hitam akibat dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit hal ini

akan mengakibatkan berubahnya kehidupan sosial-budaya Suku Anak - Dalam di

Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Kehidupan yang dimaksud dalam

penelitian ini yaitu kehidupan Suku Anak - Dalam yang ada di Kecamatan Air

Hitam terkait dengan adanya konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit di

wilayah tersebut. Adapun kehidupan Suku Anak - Dalam yang diteliti yaitu sistem

penguasaan hutan yang dilakukan Suku Anak - Dalam di Kecamatan Air Hitam,

kearifan lokal Suku Anak - Dalam yang berhubungan dengan hutan, dan adaptasi

Suku Anak - Dalam terhadap lingkungan perkebunan kelapa sawit.

2. Informan Penelitian

Untuk menentukan informan penelitian, penulis menggunakan teknik

prosedur purposif. Menurut Bungin (2011:107) mengatakan :

(15)

29

Jadi peniliti menentukan sebagai informan kunci dalam penelitian ini yaitu

Temenggung Air Hitam dan Petugas Kehutanan Balai Taman Nasional Bukit Dua

Belas. Alasan peniliti menggunakan informan kunci dalam penelitian ini

dikarenakan tidak semua Suku Anak - Dalam bisa untuk di wawancarai dan

memberikan informasi mengenai penelitian ini, sehingga peneliti menentukan

informan kunci yang bisa memberikan informasi mengenai penelitian ini dan bisa

menunjuk informan selanjutnya yang bisa memberikan informasi mengenai

[image:15.595.113.516.220.611.2]

penelitian ini sampai data yang diperlukan terpenuhi. Untuk lebih jelasnya lihat

tabel 3.1 Kategori Informan.

Tabel 3.1 Kategori Informan

INFORMAN POKOK INFORMAN PANGKAL

Temenggung Air Hitam dan Petugas

Kehutanan Balai Taman Nasional

Bukit Dua Belas.

Suku Anak Dalam yang ada di Air

Hitam.

Penentuan informan didasarkan atas pengetahuan atau kepemilikan informasi

informan tentang masalah yang akan diteliti. Jumlah informan akan disesuaikan

dengan kebutuhan data informasi sesuai dengan tujuan penelitian sampai data

terkumpul secara lengkap sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk melihat

persebaran Suku Anak – Dalam di Kecamatan Air Hitam dapat dilihat pada

gambar 3.1 Peta Persebaran Suku Anak – Dalam di Kecamatan Air Hitam.

B. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan

pendekatan fenomenalogi. Fenomenalogi berusaha mencari makna dalam setiap

fonomena yang terjadi menurut subjek yang menampakkan fenomena tersebut.

Fenomenologi secara umum dapat diartikan sebagai kajian terhadap fenomena

atau sesuatu yang nampak. Metode fenomenologi adalah metode penelitian yang

berusaha untuk mengungkap makna/hakikat (meaning) terhadap perilaku

(16)

30

Penggunaan metode fenomenalogi dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengungkap makna perilaku kehidupan yang ditimbulkan oleh Suku Anak –

Dalam di Kecamatan Air Hitam akibat terjadinya perubahan lingkungan tempat

tinggal Suku Anak – Dalam dari hutan menjadi perkebunan kelapa sawit.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kualitatif Deskriptif dengan

metode Fenomenalogi untuk mengungkap kehidupan Suku Anak - Dalam terkait

dengan terjadinya konversi hutan. Yang meliputi : sistem penguasaan hutan yang

dilakukan Suku Anak - Dalam di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun,

kearifan lokal Suku Anak - Dalam yang berhubungan dengan hutan, dan adaptasi

Suku Anak - Dalam terhadap lingkungan perkebunan kelapa sawit.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh

data atau informasi. Ada tiga prosedur yang digunakan, yaitu :

1. Wawancara Mendalam (indeft Interview)

Wawancara adalah cara yang digunakan untuk memperoleh informasi

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka, menggunakan pedoman atau tidak

menggunakan pedoman wawancara kepada informan. Bungin (2011:110)

mengatakan :

“Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka anatara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanapa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan”.

Wawancara mendalam dilakukan kepada informan yang ditunjuk secara sengaja

untuk mendapatkan rincian informasi kehidupan Suku Anak Dalam terkait dengan

adanya konversi hutan mengenai penguasaan hutan yang dilakukan Suku Anak -

(17)

31

adaptasi Suku Anak Dalam terhadap lingkungan pada lahan perkebunan kelapa

sawit. Data yang diperoleh akan dicatat secara manual atau direkam dengan

menggunakan kamera.

2. Observasi Partisipasi (observasi participan)

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan terjun langsung ke

objek yang akan diteliti dengan panca indra mata sebagai alat bantunya.

Sedangkan observasi partisipasi adalah pengumpulan data melalui observasi

dengan ikut langsung hidup bersama dengan objek pengamatan. Bungin,

(2011:119) mengatakan observasi partisipasi yang dimaksud adalah pengumpulan

data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup

bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan.

Dalam melaksanakan teknik ini dilakukan dengan cara terjun langsung

kelapangan atau lokasi penelitian dan ikut merasakan aktivitas kehidupan Suku

Anak Dalam. Hasil observasi ini akan didokumentasikan melalui catatan, kamera

atau handy camp.

3. Study Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen

laporan penelitian baik pemerintah maupun perseorangan, membaca dan

mempelajari buku-buku, diktat, maupun bahan-bahan lainnya yang danggap

relevan yang ada kaitannya dengan masalah penelitian.

E. Pemeriksaan dan Keabsahan Data

Penelitian kaulitatif menghadapi persoalan penting mengenai keabsahan

data. Untuk itu diperlukan “triangulasi” sebagai cara yang dapat digunakan untuk

menguji keabsahan hasil penelitian. Uji keabsahan data melalui tringulasi ini

dilakukan karena dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan data tidak

menggunakan alat-alat uji statistik. Bungin (2011:265) mengatakan :

(18)

32

atau berbeda. Apabila berbeda maka peneliti harus dapat menjelaskan perbedaan itu, tujuannya adalah untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda”.

Adapun teknik pemeriksaan dengan menggunakan triangulasi dilakukan sebagai

berikut:

1. Pengambilan data primer akan dilakukan dengan menggunakan dua metode

pengumpulan data yaitu dengan cara observasi partisipasi dan wawancara

mendalam.

2. Data yang terkumpul akan dicek silang dengan cara membandingkan data

yang diperoleh melalui observasi partisipasi dengan wawancara mendalam.

Jika ada data yang tidak sama maka akan dicek kembali kepada informan.

3. Informasi diambil dari beberapa informan yang berbeda dan informasi yang

diambil dari masing-masing informan akan dicek silang. Jika tidak ada

kesesuaian, maka akan dikonfirmasi kepada masing-masing informan.

Langkah – langkah triangulasi yang disebutkan diatas merupakan triangulasi

teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti, peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama. Triangulasi sumber berarti, peneliti mendapatkan data dari sumber

yang berbeda-beda.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2008:428) menyatakan :

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahawa analisis data adalah proses

mencari dan menyusun data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data

kedalam kategori, menyusun kedalam pola, memilih yang penting dan yang akan

(19)

33

dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan

setelah selesai pengumpulan data dalam waktu tertentu. Pada saat proses

wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis belum

memuaskan maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu

diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles dan Huberman yang dikutip dari Sugiyono (2008:430) mengemukakan bahwa “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data

reduction, data display, dan conclusion drawing/verification”. Jadi analisis data

dalam penelitian ini menggunakan analisis data model Miles dan Huberman,

adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :

1. DataReduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu

dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang

penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

3. Conclusing Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Menyimpulkan apa yang

menjadi pokok penelitian dan menjawab rumusan masalah yang dirumuskan

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai “Konversi Hutan Dalam Kehidupan Suku Anak - Dalam di Kabupaten Sarolangun” sebagai bab akhir dari penulisan skripsi ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dan rekomendasi mengenai hasil penelitian yang telah

dilaksanakan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, terjadi perubahan pada sistem penguasaan

hutan yang dilakukan Suku Anak – Dalam di Kecamatan Air Hitam. Jaman

dahulu penguasaan hutan dan pemanfaatan hutan datur oleh Temenggung dan

Dukun. Wilayah hutan yang mereka tempati dianggap merupakan tanah mereka.

Suku Anak - Dalam tidak mengenal tentang kepemilikan lahan, sehingga semua

wilayah hutan yang menjadi tempat jelajah, mereka menganggap itu merupakan

wilayah hutan milik mereka. Karena Suku Anak - Dalam yang sudah mulai

mengenal perkebunan kelapa sawit dan karet, semakin banyak Suku Anak -

Dalam yang menebang hutan secara besar-besaran untuk dijadikan perkebunan

kelapa sawit dan karet yang menyebabkan semakin menyempitnya luas hutan di

Kecamatan Air Hitam. Sehingga hal ini merubah sistem penguasaan hutan yang

dilakukan oleh Suku Anak - Dalam. Pemerintah dan Suku Anak - Dalam

bekerjasama membentuk sebuah hutan adat. Kawasan hutan yang masuk kedalam

wilayah hutan adat tidak boleh ditebang untuk dijadikan ladang oleh Suku Anak -

Dalam. Sementara Suku Anak -Dalam yang hidup didalam kawasan hutan adat,

boleh menebang hutan tetapi harus mengikuti aturan adat. Aturan tersebut adalah

tidak boleh menebang hutan untuk dijadikan perkebuanan sawit dan karet, hanya

untuk menanam ubi dan tanaman buah-buahan agar tutupan lahannya bisa rapat

kembali, luas lahan hutan yang ditebang untuk dijadikan lahan pun terbatas,

misalkan 50 m untuk beberapa orang. Kearifan lokal Suku Anak - Dalam yang

(21)

69

Hompongan. Hompongan dalam bahasa Suku Anak - Dalam berarti

bendungan. Hompongan ini dibuat oleh kelompok Pak Tarib untuk menjaga

kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas dengan membuat ladang-ladang yang

menyambung antara satu dan yang lainnya yang digunakan sebagai pembatas

antara ladang masyarakat Melayu dengan kawasan Taman Nasional Bukit Dua

Belas untuk menghambat proses perambahan hutan yang dilakukan oleh

masyarakat Melayu. Selain Hompongan, Suku Anak - Dalam masih menjaga

larangan-larangan atau aturan-aturan dalam mengelola hutan yang berupa

kawasan hutan dan pohon-pohon yang tidak boleh ditebang atau dirusak yaitu

Tanah Peranakan, Tanah Bedewa – bedewa, Bento Benuaran, Pohon Sialang,

Pohon Setubung, dan Pohon Tenggeris. Dengan banyaknya hutan yang dialih

fungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit, maka terjadi perubahan lingkungan

tempat tinggal Suku Anak - Dalam dari hutan menjadi perkebunan kelapa sawit.

Dengan adanya perubahan lingkungan tempat tinggal, Suku Anak - Dalam mau

tidak mau harus beradaptasi kembali terhadap lingkungan barunya yaitu di

perkebunan kelapa sawit. Adapaun adaptasi yang dilakukan oleh Suku Anak -

Dalam dilingkungan perkebunan kelapa sawit yaitu dengan merubah pola hidup

mereka untuk mempertahankan kehidupan mereka. Adapun adaptasi yang

dilakukan Suku Anak - Dalam akibat berubahnya lingkungan tempat tinggal

mereka dari hutan menjadi perkebunan kelapa sawit yaitu mengkonsumsi

makanan dari luar hutan, penggunaan teknologi baru dalam kehidupan Suku Anak – Dalam, berubahnya mata pencaharian, dan pola pembukaan lahan. Kearifan lokal Suku Anak – Dalam, dalam mengelola hutan merupakan lingkungan sosial

yang dapat dijadikan sumber belajar dan materi pembelajaran Geografi di SMA

untuk pokok bahasan pemanfaatan sumber daya alam secara arif pada kelas

sebelas semester satu, Standar Kompetensi “Memahami Sumber Daya Alam”, Kompetensi Dasar “Menjelaskan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara Arif”.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberpa hal yang penulis

(22)

70

1. Untuk Pemerintah

- Pemerintah hendaknya tidak hanya memberi bantuan kepada Suku

Anak – Dalam berupa sembako dan rumah saja, tetapi juga perlu

adanya bimbingan dan penyuluhan tentang bercocok tanam yang baik

secara berkala agar mereka dapat memanfaatkan lahan yang dimiliki

dengan semaksimal mungkin untuk mencukupi kebutuhan hidup Suku

Anak – Dalam.

- Perlu adanya perhatian yang khusus dan bimbingan secara berkala oleh

pemerintah untuk mencegah terjadinya kasus penjualan lahan oleh

Suku Anak – Dalam kepada orang luar.

- Pemerintah hendaknya harus lebih memperhatikan pendidikan Suku

Anak – Dalam.

2. Untuk Masyarakat

- Masyarakat desa seharusnya tidak membeli lahan yang dijual dari

Suku Anak – Dalam untuk menghambat laju konversi hutan dan tidak

menebang hutan di Taman Nasional Bukit Dua Belas.

3. Untuk Guru

- Guru diharapkan dapat memanfaatkan kearifan lokal Suku Anak

Dalam dan Taman Nasional Bukit Dua Belas sebagai salah satu

(23)

71

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik (2010) . Sarolangun Dalam Angka Tahun 2010. Badan Pusat Statistik : Sarolangun.

Badan Pusat Statistik (2010). Profil Suku Anak Dalam Hasil Sensus Penduduk 2010. Provinsi Jambi.

Bungin, B. (2011). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Dwidjoseputro, D. (1994). Ekologi Manusia dengan Lingkungannya. Jakarta : Erlangga.

Keraf, A. S. (2002). Etika Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kompas

Lestari, T. (2009). Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani. Makalah Kolokium. Tersedia di :

http://kolokiumkpmipb.wordpress.com. Diakses pada tanggal 27-03-2012.

Maulana, E. (2012). Upaya Adaptasi Penduduk Bertahan Tinggal di

Kawasan Banjir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi.

Mutakin dan Pasya. (2006). Geografi Budaya. Bandung : Buana Nusantara

Mutakin, A. (2008). Pengantar Ilmu Sosial. Bandung : Anggita Pustaka Mandiri.

Pasya, K, G. (2006). Geografi Pemahaman Konsep dan Metodologi. Bandung : Buana Nusantara

Prasetijo, A. (2011). Serah Jajah Dan Perlawanan Etnografi Orang Rimba di Jambi. Jakarta. Wedatama Widya Sasatra.

Rasmun. (2004). Stres, Kopling dan Adaptasi: Teori dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto

Saripudin, D. (2005). Mobilitas dan Perubahan Sosial. Bandung : Masagi Foundation.

(24)

72

Siahaan. (2007). Hutan, Lingkungan dan Paradigma Pembangunan. Jakarta : Pancuran Alam

Simanjuntak, M. (2008). Selayang Pandang Anak Lintang Bukit Barisan Suku Tobo Atau Kubu. Pematangsiantar : Kolportase Pusat GKPI.

Soekanto, Soerjono. (2000). Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers

Sugiyono. (2008). Metode penelitian Bisnis.Bandung : Alfabeta

Sumaatmadja, N. (1996). Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta

Sumaatmadja, N. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.

Widagdho, et al. (1998). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Suku Anak - Dalam Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kabupaten
tabel 3.1 Kategori Informan.

Referensi

Dokumen terkait

STRATEGI KOMUNIKASI ISLAM DALAM PEMBINAAN AGAMA PADA SUKU ANAK DALAM BUKIT DUO BELAS. DESA AEK HITAM KECAMATAN PAUH KABUPATEN SAROLANGUN

bagi mereka yang memberikan pembinaan kepada kelompok suku anak dalam. yang ada di kabupaten Sarolangun terkhusus di Bukit Suban desa

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dengan wilayah yang cukup luas, terutama sumber daya alam pertanian. Hingga

Masyarakat desa Buluh Cina yang kesehariannya hidup berdampingan dengan Hutan, yaitu Hutan Adat Rimbo Tujuh Danau adalah salah satu sumber daya alam yang sangat

oleh Suku Anak Dalam karena menurut mereka rumah tidak begitu penting bagi.. mereka, hutan rimba adalah hal terpenting bagi Suku

Daya tarik yang dimiliki Wisata Alam Pantai Air Terjun Tompa Ika memiliki keunikan sumber daya alam yang sangat menarik dan beragam, sehingga sangat berpotensi dijadikan

Erupsi Gunung Sinabung memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di Kabupaten Karo, terutama para masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada Sumber Daya

Hingga pada tahun 2018 Suku Anak Dalam di keluran Limbur tembesi sudah berpindah keyakinan dari kepercayaan animisme ke agama kristen.Dan alasan mereka melakukan konversi adalah karena