• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

21 BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Tinjauan Perusahaan

UD. Sari Kelapa merupakan suatu unit usaha yang bergerak dalam bidang pengolahan biji kedelai menjadi produk tahu. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Susilo pada tahun 2013 di Desa Pendem, Kec. Junrejo, Kota Batu, Malang.

Perusahaan ini memiliki jumlah 5 pekerja yang terdiri dari 2 pekerja bagian pemasaran dan 3 pekerja bagian produksi.

Perusahaan ini merupakan salah satu produksi tahu dengan kapasitas produksi rata-rata 1 sampai 3 kwintal Per hari. Proses produksi tahu ini dilakukan mulai pukul 07.00 s/d 14.00 WIB. Proses produksi tahu dari kedelai sampai menjadi tahu antara lain pemindahan dan penimbangan kedelai, proses perendaman dan pencucian, penggilingan kedelai, perebusan, penyaringan bubur kedelai, dan yang terakhir pencetakan dan pemotongan tahu.

4.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data didapat dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi produksi pembuatan tahu.

4.2.1 Identifikasi Proses Produksi

Identifikasi proses produksi dilakukan pada stasiun kerja yang ada di UD.

Sari Kelapa, Kota Batu, Malang. Untuk mengidentifikasi bahaya apa saja yang terdapat pada proses produksi pembuatan tahu pada UD. Sari Kelapa maka perlu diketahui alur proses produksinya. Proses produksi tahu pada UD. Sari Kelapa sebagai berikut :

1. Penimbangan kedelai yaitu proses penimbangan biji kedelai yang awalnya dibeli langsung dari produsen kedelai.

(2)

2. Perendaman dan pencucian merupakan proses pelunakan struktur sel biji kedelai sehingga akan mengurangi energi yang diperlukan selama penggilingan, perendaman biasanya dilakukan dalam kurun waktu 3-4 jam untuk kedelai impor dan 4-5 jam untuk kedelai lokal. Setelah proses perendaman kedelai akan dibersihkan dengan membuang air rendaman serta kotoran-kotoran yang sering mengapung di atas air.

3. Penggilingan merupakan proses dimana dilakukan penggilingan terhadap biji kedelai sampai menjadi bubur kedelai. Tujuan dari proses penggilingan tersebut yaitu guna memperkecil ukuran partikel kedelai sehingga akan mempermudah ekstraksi protein kedalam susu kedelai. Dalam sekali penggilingan biasanya berkisar 5-6 kg.

4. Perebusan dan penyaringan bubur kedelai dimulai dari proses pemasakan yang diawali dengan memasukkan air yang dibutuhkan ke dalam wajan perebusan, kemudian dilakukan pemanasan. Setelah panas , bubur kedelai yang didapat dari proses penggilingan dimasukkan ke wajan dan dilakukan pemanasan hingga mendidih. Setelah masak, dilakukan penyaringan terhadap bubur tersebut untuk mendapatkam sari kedelai (susu kedelai). Pada umumnya penyaringan dilakukan dengan cara meletakkan bubur kedelai di atas kain belacu atau juga bisa disebut dengan mori kasar, ataupun kain sifon yang secara sengaja dipasang diatas bak penampung. Setelah proses penyaringan dilakukan pengasaman atau penggumpalan menggunakan bahan asam yang biasa disebut

“bibit” yaitu bahan sisa penggumpalan sehari sebelumnya.

5. Pencetakan dan pemotongan merupakan proses dimana bubur kedelai yang telah digumpalkan selanjutnya dicetak menjadi tahu. Pencetakan tahu menggunakan teknik cetak bungkus. Teknik cetak bungkus dilakukan dengan bantuan alat press yang ada cetakannya dengan ukuran cetakan yang berbeda- beda sesuai dengan jenis dan ukuran tahu yang akan dibuat. Tahu yang sudah dicetak sebelumnya dibungkus dengan kain belacu kemudian dipotong sesuai ukuran yang ditentukan.

(3)

Terdapat 5 stasiun kerja yang digunakan sebagai obyek penelitian. Berikut merupakan daftar stasiun kerja dan aktivitas di UD. Sari Kelapa yang ditunjuk pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Stasiun Kerja UD. Sari Kelapa

NO Stasiun Kerja Aktivitas Kerja

1 Penimbangan

1.1 Menaruh kedelai ke timbangan 2.1 mengambil kedelai dari timbangan

2 Perendaman dan Pencucian

2.1 Memasukkan biji kedelai ke dalam bak perendaman

2.2 Meniriskan biji kedelai setelah dicuci 3 Penggilingan 3.1 Mengambil biji kedelai dari tempat penirisan

3.2 Memasukkan biji kedelai ke mesin penggilingan

4 Perebusan dan Penyaringan

4.1 Mengambil bubur kedelai yang sudah digiling 4.2 Mengaduk adonan bubur kedelai

4.3 Menyaring gumpalan bubur kedelai

5

Pengasaman dan Penggumpalan 5.1 Mengambil cairan asam (bibit)

5.2 Meratakan cairan asam pada sari kedelai

6 Pencetakan dan Pemotongan

6.1 Mengambil gumpalan bubur kedelai 6.2 Mencetak bubur kedelai

6.3 Memotong cetakan tahu

4.2.2 Stasiun kerja penimbangan

Berikut merupakan stasiun menimbangan biji kedelai, pada proses ini biji kedelai yang berasal dari pemasok dilakukan penimbangan guna mengetahui berat kedelai yang nantinya akan diproduksi menjadi tahu.

Gambar 4.1 Mesin Timbang

(4)

4.2.3 Stasiun kerja perendaman dan pencucian

Berikut merupakan stasiun perendaman dan pencucian biji kedelai, pada proses ini kedelai di masukkan ke dalam bak perendaman lalu di lakukan pencucian dan penyaringan kotoran maupun kedelai yang rusak. Proses perendaman dan pencucian bisa dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Proses Pencucian dan Perendaman

Sebelum proses perendaman dilakukan pencucian kedelai. Pencucian dilakukan dengan air bersih. Jumlah air yang digunakan tergantung pada besar atau jumlah kedelai yang digunakan. Kemudian dilakukan penyaringan guna memilah kedelai yang layak pakai. untuk mengurangi energi yang diperlukan selama proses penggilingan dilakukan proses perendaman biji yang bertujuan untuk memperlunak struktur sel kulit kedelai Struktur sel yang lunak juga akan memudahkan dalam proses esktrasi dari dari ampasnya. Lama perendaman tergantung pada umur, varietas, suhu air untuk merendam kedelai. Air panas dapat mempercepat proses penyerapan air, tetapi bila temperatur air terlalu panas (lebih dari 55°C) dapat menyebabkan kedelai setengah matang sehingga susu kedelai yang dihasilkan menurun. proses perendaman dikerjakan secara manual oleh produsen. peralatan yang dilakukan dalam proses perendaman meliputi tong plastik dan ember. proses perendaman dilakukan dengan cara menuangkan kedelai kering ke dalam bak perendaman terlebih dahulu kemudian baru diisi air secukupnya. Proses perendaman biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum memasuki proses

(a). Mencuci kedelai (b). Menyaring kotoran (c). Rendaman kedelai

(5)

penggilingan. secara umum proses perendaman dilakukan antara kisaran waktu 3- 4 jam untuk kedelai import dan 4-5 untuk kedelai lokal. setelah direndam biji kedelai dibersihkan dengan cara menghilangkan air rendaman beserta kotoran- kotoran yang terapung diatas air.

4.2.4 Stasiun kerja penggilingan

Setelah direndam, dilakukan proses penggilingan pada biji kedelai sampai menjadi bubur kedelai. Tujuan dari penggilingan tersebut untuk memperkecil ukuran partikel kedelai sehingga proses ekstraksi protein kedalam susu kedelai semakin mudah. Dimana proses penggilingan tersebut bisa dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Proses Penggilingan Biji Kedelai

Penggilingan kedelai menjadi bubur kedelai dilakukan menggunakan mesin giling. Untuk memperlancar penggilingan perlu ditambahkan air dengan jumlah yang sebanding dengan jumlah kedelai. Sebanyak 1,8 liter air per menit ditambahkan dalam proses penggilingan (Purwadadi, 2000). Sistematika ini sesuai dengan pengamatan di industri UD. Sari Kelapa dimana pada setiap penggilingan 10 kg kedelai kering akan dihasilkan sebanyak ± 25-30 liter bubur kedelai dengan berat mencapai 45-50 kg. jumlah kedelai dalam satu kali penggilingan bervariasi antara 5-6 kg.

(a). Memasukkan biji

kedelai (b). Proses Penggilingan

(6)

4.2.5 Stasiun kerja Perebusan, Penyaringan dan Penggumpalan

Berikut merupakan stasiun perebusan, penyaringan bubur kedelai dan penggumpalan, pada proses ini bubur kedelai di masukkan ke dalam tempat perebusan, kemudian dilakukan proses penyaringan setelah bubur kedelai dinyatakan sudah masak dan dilanjutkan dengan proses pengasaman atau penggumpalan. Proses tersebut bisa dilihat pada gambar 4.4

Gambar 4.4 Proses Perebusan, Penyaringan dan Penyaringan

Perebusan kedelai dikerjakan disebuah bak beton bundar yang terhubung dengan mesin uap (boiler) sebagai sumber panasnya. Uap panas tersebut dihasilkan oleh mesin ketel uap yang terletak pada bagaian belakang lokasi proses pembuatan yang dimana uap akan dialirkan melaui pipa besi. Bahan bakar yang digunakan dalam menjalankan mesin ketel adalah kayu bakar. Tujuan dari perebusan adalah

(a). Proses Perebusan (b). Menuang Sari Kedelai (c). Proses Penyaringan

(d). Menuangkan Zat Asam

(e). Proses Penggumpalan

(7)

untuk mendenaturasi protein dari kedelai sehingga protein mudah terkoagulasi saat ditambahkan zat asam.

Proses perebusan dilakukan hingga mendidih selama 5 menit dengan kapasitas bak perebusan sekitar 7,5 kg kedelaiSelama perebusan ini dijaga agar tidak berbuih, dengan cara menambahkan air dan diaduk. Munculnya gelembung- gelembung panas dan mengentalnya larutan /bubur kedelai merupakan titik akhir dari perebusan

Setelah proses perebusan, dilakukanproses penyaringan menggunakan kain belacu/kain mori yang bertujuan untuk memisahhkan ampas atau limbah padat dari bubur kedelai.

Bubur disaring mengguanakan kain saring yang ada diatas bak penampung.

Saat proses penyaringan berlangusng, diilakukan proses penambahan air secara terus menerus yang dituangkan pada bagian tepi saringan agar tidak ada padatan yang tersisa dalam satringan.

Penuangan air dikahiri ketika sari yang dihasilkan sudah tercukupi.

Kemudian ampas yang tersisa pada saringan diperas sampai benar-benar kering.

Dan limbah dari ampas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak ataupun dijadikan bahan baku tempe gembus/bongkrek.

Dari proses penyaringan diperoleh sari berwarna putih seperti susu yang nantinya akan diproses lebih lanjut. Proses pengasaman atau lebih dikenal dengan penggumpalan masih dikerjakan secara manual tanpa bantuan alat. Untuk menggumpalkan sari kedelai, produsen menggunakan bahan asam yang dinamakan bibit. Bibit adalah bahan asam sisa proses penggumpalan sehari sebelumnya. Sisa bibit saat penggumpalan yang tidak dapat menggumpalkan sari bubur kedelai ditampung dalam wadah ember yang selanjutnya didinginkan selama semalam untuk digunakan sebagai bahan pengasaman pada hari berikutnya. Fungsi penambahan bibit yaitu untuk mengendapkan dan menggumpalkan protein tahu sehingga terjadi pemisahan antara whey dengan gumpalan tahu dengan terbentuknya dua lapisan yaitu whey (pada bagian atas) yang dapat di olah menjadi Nata De Soya dan endapan tahu (pada bagian bawah) yang akan dicetak menjadi

(8)

tahu. Terjadinya endapat tersebut dikarenakan adanya koagulasi protein yang disebabkan adanya reaksi antara protein dengan zat asam yang ditambahkan.

4.2.6 Stasiun kerja Pencetakan dan Pemotongan

Berikut ini merupakan stasiun pencetakan dan pemotongan tahu, pada proses ini sari kedelai yang sudah menggumpal dituangkan pada cetakan, kemudian dilakukan proses pemotongan setelah tahu dinyatakan padat. Proses tersebut bisa dilihat pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Proses Mencetak dan Memotong Tahu

Tahap akhir dari pembuatan tahu yaitu proses pencetakan dan pengepresan.

Cetakan yang digunakan adalah cetakan kayu berukuran 70×70 cm yang diberi lubang berukuran kecil disekelilingnya yang berfungsi untuk mengelurkan air saat proses pengepresan dan juga dilakukan pemasangan kain saring tipis di permukaan cetakan. Setelah itu endapan yang telah dihasilkan pada tahapan sebelumnya dipindahkan ke dalam cetakan lalu kain saring ditutup rapat dan kemudian dilakukan tahapan pengepresan. Waktu dalam proses pengepresan ini tidak dapat ditentukan secara tepat, pemilik mitra hanya dapat memperkirakan dan membuka kain saring pada waktu tertentu. Dan parameter yang digunakan adalah tahu tidak pecah/hancur saat nampan digoyangkan. Setelah dirasa telah siap dilakukan pemotongan pada tahu dan tahu siap dipasarkan

(a). Menuang gumpalan sari kedelai

(b). Mencetak tahu (c). Memotong tahu

(9)

4.3 Pengolahan Data

4.3.1 Hazard and Operability Identification

Proses identifikasi bahaya dilakukan pada stasiun kerja yang dijadikan sebagai objek penelitian di UD. Sari Kelapa. Identifikasi bahaya dilaksanakan berdasarkan proses pengamatan langsung di UD. Sari Kelapa.

4.3.1.1 Hazard Identification Stasiun Kerja Penimbangan

Berikut merupakan analisis hazard identification pada stasiun kerja penimbangan dengan metode hazard and operability yang ditunjukkan pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Hazard Identification Stasiun Kerja Penimbangan

No Sumber Bahaya Penyimpangan Penyebab Risiko

1 Lingkungan Kerja Terpeleset dan

terjatuh Lantai licin Pekerja mengalami cidera patah tulang

2 Mesin Posisi timbangan

kurang ergonomis

Posisi pengangkatan beban ke timbangan terlalu tinggi

Cidera otot pada lengan

4.3.1.2 Hazard Identification Stasiun Kerja Pencucian dan Perendaman Berikut merupakan analisis hazard identification pada stasiun kerja penimbangan dengan metode hazard and operability yang ditunjukkan pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Hazard Identification Stasiun Kerja Pencucian dan Perendaman No Sumber Bahaya Penyimpangan Penyebab Risiko

1 Material

Gatal-gatal Air limbah sisa rendaman

Pekerja mengalami gangguan kulit

Tertusuk alat aduk

Alat pengaduk yang sudah tidak layak pakai

Pekerja mengalami cidera tertusuk bilahan bambu

2 Lingkungan kerja Terpeleset dan terjatuh Lantai licin

Pekerja mengalami cidera atau patah tulang

3 Manusia Keluhan

muskuloskeletal

Salah posisi tubuh

Pekerja mengalami cidera otot tubuh

(10)

4.3.1.3 Hazard Identification Stasiun Kerja Penggilingan

Berikut merupakan analisis hazard identification pada stasiun kerja penggilingan dengan metode hazard and operability yang ditunjukkan pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Hazard Identification Stasiun Kerja Penggilingan

No Sumber Bahaya Penyimpangan Penyebab Risiko

1 Lingkungan kerja

Terpeleset lantai licin

Pekerja mengalami cidera tulang atau kesleo

Tersandung lantai tidak rata Pekerja mengalami cidera atau luka Terbatasnya ruang

gerak

ruang kerja sempit

Pekerjaan yang dilakukan sedikit lambat

Suhu tinggi didalam pabrik

Pekerja kurang nyaman mengakibatkan kurang fokus dalam bekerja

Energi yang digunakan terkuras banyak

2 Mesin

Bising suara dan getaran

mesin kuat

Pekerja mengalami gangguan

pendengaran kesetrum kabel terkelupas

Pekerja bisa tersengat listrik akibat kabel yang terkelupas

4.3.1.4 Hazard Identification Stasiun Kerja Perebusan, Penyaringan dan Penggumpalan

Berikut merupakan analisis hazard identification pada stasiun kerja perebusan, penyarinan dan penggumpalan dengan metode hazard and operability yang ditunjukkan pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Hazard Identification Stasiun Kerja Perebusan, Penyaringan dan Penggumpalan

No Sumber Bahaya Penyimpangan Penyebab Risiko

1 Lingkungan kerja

Terpeleset Lantai licin

Pekerja terjatuh dan mengalami cedera otot

Terbatasnya ruang gerak

Ruang kerja sempit

Pekerjaan yang dilakukan sedikit lambat

Tidak terdapat bangku istirahat

Cidera pada lengan, punggung hingga kaki

Suhu tinggi didalam pabrik

Pekerja kurang nyaman mengakibatkan

Energi yang digunakan terkuras banyak

(11)

kurang fokus dalam bekerja

2 Manusia

Posisi kerja kurang ergonomis

Posisi lengan yang salah saat mengambil bubur kedelai

Cidera otot pada lengan tangan

Minim penggunaan APD

Kurangnya kesadaran pekerja terkait

keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja

Tangan melepuh terkena didihan bubur kedelai

Mata iritasi akibat uap panas

3 Mesin Mesin ketel meledak Tekanan uap yang tinggi

Cidera parah sampai kematian

4.3.1.5 Hazard Identification Stasiun Kerja Pencetakan dan Pemotongan Berikut merupakan analisis hazard identification pada stasiun kerja perebusan, penyarinan dan penggumpalan dengan metode hazard and operability yang ditunjukkan pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Hazard Identification Stasiun Kerja Pencetakan dan Pemotongan

No Sumber

Bahaya Penyimpangan Penyebab Risiko

1 Lingkungan

kerja Terpeleset lantai licin

Pekerja terjatuh dan mengalami cedera otot

Cetakan tertumpuk kurang rapi

Minimnya area produksi

Kaki tertimpa tumpukan cetakan Tidak adanya tatakan

pemotong

Pemotongan masih dilakukan secara manual

Tangan terluka terkena pisau

Terbatasnya ruang gerak

Ruang kerja sempit

Pekerjaan yang dilakukan sedikit lambat

Tidak terdapat bangku istirahat

Cidera pada lengan, punggung hingga kaki

2 Manusia

Posisi kerja kurang ergonomis

Posisi lengan yang salah saat mengambil bubur kedelai

Cidera otot pada lengan tangan

Minim penggunaan APD

Kurangnya kesadaran pekerja terkait

keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja

Tangan melepuh terkena didihan bubur kedelai

Mata iritasi akibat uap panas

(12)

4.3.2 Risk Assessment

Identifikasi sumber bahaya pada proses produksi telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah menghitung tingkat risiko melalui risk assessment. Risk Assessment dilaksanakan pada seluruh lokasi stasiun kerja yang terdapat di UD.

Sari Kelapa.

4.3.2.1 Risk Assessment Stasiun Kerja Penimbangan

Berikut merupakan analisis Risk Assessment pada area stasiun kerja penimbangan menggunakan metode Hazard and Operability yang ditunjukkan pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Risk Assessment stasiun kerja penimbangan

No Sumber

Bahaya Penyebab Risiko

Risk Matrix

L* C* Risk

Level

1 Lingkungan

Kerja Lantai licin

Pekerja dapat mengalami cedera patah tulang

2 2 Rendah

2 Mesin

Posisi pengangkatan beban ke timbangan terlalu tinggi

Cedera otot

pada lengan 4 2 Tinggi

Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada stasiun kerja penimbangan terdapat 2 jenis potensi bahaya dimana 1 jenis bahaya yang memiliki potensi bahaya rendah (low) dan 1 jenis bahaya yang memiliki potensi bahaya tinggi (high). Pada stasiun kerja penimbangan ini tidak memiliki potensi bahaya yang sangat tinggi (extrem). Potensi bahaya pada stasiun kerja penimbangan yang termasuk dalam kategori high risk yaitu pekerja dapat mengalami cidera pada otot lengan yang diakibatkan oleh pengangkatan karung berisi biji kedelai ke atas timbangan dimana posisi timbangan yang ada kurang sesuai. Potensi bahaya yang termasuk dalam kategori low risk yaitu pekerja berpotensi mengalami cidera patah tulang dikarenakan lantai tempat produksi licin.

(13)

4.3.2.2 Risk Assessment Stasiun Kerja Pencucian dan Perendama

Berikut merupakan analisis Risk Assessment pada area stasiun kerja pencucian dan perendaman menggunakan metode Hazard and Operability yang ditunjukkan pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Risk Assessment stasiun kerja pencucian dan perendaman

No Sumber

Bahaya Penyebab Risiko

Risk Matrix

L* C* Risk

Level

1 Material

Air limbah sisa rendaman

Pekerja mengalami gangguan kulit

3 2 Sedang

Alat pengaduk yang sudah tidak layak pakai

Pekerja mengalami cedera tertusuk bilahan bambu

2 1 Rendah

2 Lingkungan

kerja Lantai licin

Pekerja mengalami cedera atau patah tulang

3 2 Sedang

3 Ergonomi Salah posisi tubuh

Pekerja mengalami cedera otot tubuh

2 2 Rendah

Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa pada stasiun kerja pencucian dan perendaman terdapat 2 jenis bahaya yang memiliki potensi bahaya rendah (low). 2 jenis bahaya yang memiliki potensi bahaya sedang (medium). Pada stasiun kerja pencucian dan perendaman tidak terdapat potensi bahaya yang high maupun extrem. Potensi bahaya pada stasiun kerja pencucian dan perendalam yang termasuk dalam kategori low risk yaitu kemungkinan pekerja tertusuk serpihan bilahan bambu dari alat pengaduk yang dibuat untuk mencuci biji kedelai dan pekerja mungkin juga mengalami kecapean maupun cidera otot dikarenakan salah dalam posisi proses pencucian. Potensi bahaya yang termasuk dalam kategori medium yaitu pekerja mengalami gtal-gatal atau jamuran pada kulit yang di sebabkan oleh air limbah sisa pencucian atau perendaman yang langsung terkena kulit, dan juga pekerja kemungkinan bisa terjatuh / terpeleset dikarenakan lantai yang licin dan kurang bersih.

(14)

4.3.2.3 Risk Assessment Stasiun Kerja Penggilingan

Berikut merupakan analisis Risk Assessment pada area stasiun kerja penggilingan menggunakan metode Hazard and Operability yang ditunjukkan pada tabel 4.9

Tabel 4.9 Risk Assessment stasiun kerja penggilingan

No Sumber

Bahaya Penyebab Risiko

Risk Matrix

L* C* Risk

Level

1 Lingkungan kerja

Lantai licin

Pekerja mengalami cidera tulang atau kesleo

3 2 Sedang

Lantai tidak rata

Pekerja mengalami cidera atau luka

2 2 Rendah

Ruang kerja sempit

Pekerjaan yang dilakukan sedikit lambat

3 1 Rendah

Pekerja kurang nyaman mengakibatkan kurang fokus dalam bekerja

Energi yang digunakan terkuras banyak

3 1 Rendah

2 Mesin

Suara dan getaran mesin kuat

Pekerja mengalami gangguan pendengaran

2 1 Rendah

Kabel terkelupas

Pekerja bisa tersengat listrik akibat kabel yang terkelupas

3 4 Tinggi

Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa stasiun kerja penggilingan terdapat 4 jenis bahaya yang memiliki potensi bahaya rendah (low), 1 jenis bahaya yang memiliki potensi bahaya sedang (medium), dan 1 jenis bahaya yang memiliki potensi bahaya tinggi (high). Pada stasiun kerja penggilingan ini tidak memiliki potensi bahaya yang extrem. Potensi bahaya yang termasuk pada kategori high risk yaitu kabel mesin penggilingan yang terkelupas menyebabkan terjadinya hubungan pendek arus listrik atau konsleting yang beresiko tinggi untuk pekerja karena pekerja dapat mengalani sengatan arus listrik (kesetrum). Potensi bahaya yang

(15)

termasuk dalam kategori medium risk yaitu lantai produksi yang licin mengakibatkan pekerja terpeleset dan kemungkinan pekerja mengalami cidera otot hingga tulang. Potensi bahaya yang termasuk dalam kategori low risk yaitu lantai yang tidak rata mengakibatkan pekerja terjatuh akibat tersandung, ruang kerja yang sempit mengakibatkan kelambatan untuk bekerja, suhu ruangan yang panas yang disebabkan kurangnya sirkulasi udara mengakibatkan pekerja mengalami dehidrasi, dan suara bising dari mesin penggilingan yang sedikit mengganggu proses produksi.

4.3.2.4 Risk Assessment Stasiun Kerja Perebusan, Penyaringan dan Penggumpalan

Berikut merupakan analisis Risk Assessment pada area stasiun kerja penggilingan menggunakan metode Hazard and Operability yang ditunjukkan pada tabel 4.10

Tabel 4.10 Risk Assessment stasiun kerja perebusan, penyaringan dan penggumpalan

No Sumber

Bahaya Penyebab Risiko

Risk Matrix

L* C* Risk

Level

1 Lingkungan kerja

Lantai licin

Pekerja terjatuk dan mengalami cedera otot

3 2 Sedang

Ruang kerja sempit

Pekerjaan yang dilakukan sedikit lambat

3 1 Rendah

Tidak terdapat bangku istirahat

Cidera pada lengan, punggung hingga kaki

3 2 Sedang

Pekerja kurang nyaman mengakibatkan kurang fokus dalam bekerja

Energi yang digunakan terkuras banyak

4 1 Rendah

2 Ergonimi

Posisi lengan yang salah saat mengambil bubur kedelai

Cidera otot pada lengan tangan

3 2 Sedang

3 Sikap Pekerja Kurangnya kesadaran

Tangan

melepuh 5 3 Ekstrim

(16)

pekerja terkait keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja

terkena didihan bubur kedelai Mata iritasi akibat uap panas

5 3 Ekstrim

4 Mesin Tekanan uap

yang tinggi

Cidera parah sampai kematian

1 5 Tinggi

Pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa pada stasiun kerja perebusan, penyaringan dan penggumpalan terdapat 2 jenis bahaya yang memiliki potensi bahaya rendah (low), 3 jenis bahaya yang memiliki potensi bahaya sedang (medium), 1 jenis bahaya yang memiliki potensi bahaya tinggi (high), dan 2 jenis bahaya yang memiliki potensi bahaya sangat tinggi (extrem). Potensi bahaya yang masuk dalam kategori extrem yaitu kulit pekerja berisiko mengalami cidera (melepuh) akibat terkena cairan bubur kedelai yang mendidih dan iritasi mata akibat terkena uap panas yang dihasilkan dari proses pemasakan bubur kedelai dan resiko tersebut menjadi lebih tinggi apabila pekerja karena tidak menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan dan kaca mata pelindung. Potensi bahaya yang termasuk dalam kategori high yaitu terjadinya ledakan tungku/ketel yang kelebihan kapasitas yang berkemungkinan mengakibatkan cidera parah sampai terjadinya kematian. Potensi bahaya yang termasuk dalam kategori medium risk yaitu lantai produksi yang licin mengakibatkan pekerja mengalami cidera otot bahkan tulang karena terpeleset, pekerja berpotensi mengalami cidera otot pada lengan dikarenakan salah dalam posisi bekerja saat proses pengambilan bubur kedelai hasil perebusan untuk dimasukkan ke dalam saringan, dan tidak adanya bangku untuk istirahat buat pekerja sehingga pekerja mengalami pegal-pegal sampai kesakitan di bagian punggung dan kaki. Potensi bahaya yang termasuk dalam kategori low risk yaitu ruang kerja yang sempit mengakibatkan kelambatan untuk bekerja, suhu ruangan yang panas yang disebabkan kurangnya sirkulasi udara mengakibatkan pekerja mengalami dehidrasi.

(17)

4.3.2.5 Risk Assessment Stasiun Kerja Pencetakan dan Pemotongan

Berikut merupakan analisis Risk Assessment pada area stasiun kerja pencetakan dan pemotongan menggunakan metode Hazard and Operability.

Berikut ini merupakan analisis Risk Assessment pada stasiun kerja penggilingan dengan menggunakan metode Hazard and Operability yang ditunjukkan pada tabel 4.11

Tabel 4.11 Risk Assessment stasiun kerja pencetakan dan pemotongan

No Sumber

Bahaya Penyebab Risiko

Risk Matrix

L* C* Risk

Level

1 Lingkungan kerja

Lantai licin

Pekerja terjatuh dan mengalami cedera otot

3 2 Sedang

Minimnya area produksi

Kaki tertimpa tumpukan cetakan

1 2 Rendah

Pemotongan masih dilakukan secara manual

Tangan terluka terkena pisau

2 2 Sedang

Ruang kerja sempit

Pekerjaan yang dilakukan sedikit lambat

3 1 Rendah

Tidak terdapat bangku istirahat

Mudah lelah. 3 2 Sedang

2 Ergonomi

Posisi lengan yang salah saat mengambil bubur kedelai

Cidera otot pada lengan tangan

1 2 Rendah

3 Sikap pekerja

Kurangnya kesadaran pekerja terkait keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja

Tangan melepuh terkena didihan bubur kedelai

1 3 Rendah

Mata iritasi akibat uap panas

1 2 Rendah

(18)

Pada tabel 4.11menunjukkan bahwa pada stasiun kerja pencetakan dan pemotongan terdapat 6 jenis bahaya yang memiliki potensi bahaya rendah (low) dan 3 jenis bahaya yang memiliki potensi bahaya sedang (medium). Pada stasiun kerja pencetakan dan pemotongan tidak terdapat potensi bahaya yang tinggi (high) dan sangat tinggi (extrem). Potensi bahaya yang masuk dalam kategori medium risk yaitu pekerja berpotensi terpeleset, terjatuh dan cidera otot yang disebabkan oleh lantai licin dan salah posisi dalam pengambilan bubur kedelai dari tempat pemasakan ke tempat penyaringan. Potensi bahaya yang masuk dalam kategori low risk yaitu meningkatnya risiko tangan melepuh terkena didihan bubur kedelai dikarenakan kurangnya kesadaran dari para pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri berupa sarung tangan karet dan juga minimnya area produksi sehingga membuat pekerja menumpuk cetakan tahu dengan tidak rapi yang berpotensi menyebabkan kaki pekerja dapat tertimpa tumpukan cetakan, pekerja mengalami kesulitan untuk bekerja lebih cepat dikarenakan area kerja yang sempit, dan tidak adanya bangku istirahat pekerja cepat lelah dan mengalami pegal-pegal sampai kesakitan pada bagian punggung karena saat istirahat tidak terdapat tempat duduk yang sesuai proporsi tubuh. Tidak adanya tatakan untuk memotong tahu sehingga pekerja melakukan pemotongan secara langsung tanpa alas dan berpotensi tangan pekerja terkena pisau saat pemotongan berlangsung.

4.3.3 Risk Control

Risk Control dilaksanakan pada seluruh stasiun kerja yang telah diidentifikasi. Identifikasi dilakukan secara langsung dengan mengamati proses produksi, wawancara dengan pemilik UD. Sari Kelapa. Tujuan dari risk control yaitu meminimalkan tingkat risiko dari potensi bahaya yang ada. Bahaya dengan level medium risk, high risk, dan extrem risk akan dilakukan action atau langkah- langkah pengendalian risiko bahaya. Pengendalian risiko bahaya dilakukan meminimalkan atau bahkan menghilangkan risiko bahaya yang ada.

(19)

4.3.3.1 Risk Control Stasiun Kerja Penimbangan

Berikut nalisis risk control stasiun kerja penimbangan dengan menggunakan metode hazop yang ditunjukkan pada tabel 4.12

Tabel 4.12 Risk Control stasiun kerja penimbangan No Sumber

Bahaya

Potensi Bahaya

Risk

Level Action

1 Mesin Cidera otot

High Risk

Memperbaiki posisi peletakan timbangan ke posisi yang lebih ergonomis agar operator tidak perlu mengangkat beban terlau tinggi.

4.3.3.2 Risk Control Stasiun Kerja Pencucian dan Perendaman

Berikut merupakan analisis risk control pada stasiun kerja pencucian dan perendaman menggunakan metode hazop yang ditunjukkan pada tabel 4.13

Tabel 4.13 Risk Control stasiun kerja pencucian dan perendaman No Sumber

Bahaya

Potensi Bahaya

Risk

Level Action

1 Material Gangguan Kulit/Gatal

Medium Risk

Menambahkan pipa pada saluran pembuanga agar limbah hasil pencucian tidak tercecer dilantai sehingga tidak menjadikan lantai menjadi becek dan meminimalisir terjadinya gangguan kulit

2 Lingkungan

Kerja Terpeleset Medium Risk

Melakukan penataan ulang lantai produksi pencucian dan perendaman dengan menata ulang lantai produksi lainnya agar limbah tidak tercecer ke lantai produksi lainnya sehingga tidak menyebabkan laintai produsi yang lain menjadi licin.

4.3.3.3 Risk Control Stasiun Kerja Penggilingan

Berikut merupakan analisis risk control pada stasiun kerja penggilingan menggunakan metode hazop yang ditunjukkan pada tabel 4.14

Tabel 4.14 Risk Control stasiun kerja penggilingan No Sumber

Bahaya

Potensi Bahaya

Risk

Level Action

1 Lingkungan

Kerja Terpeleset Medium Risk

Melakukan penataan ulang lantai produksi pencucian dan perendaman dengan menata ulang lantai produksi lainnya agar limbah tidak tercecer ke lantai produksi lainnya sehingga

(20)

tidak menyebabkan laintai produsi yang lain menjadi licin.

2 Mesin Kesetrum High

Risk

Menata ulang instalasi kelistrikan dan mengganti perangkat kelistrikan yang sudah tidak layak pakai agar lingkungan kerja lebih aman dari ancaman konsleting listrik.

4.3.3.4 Risk Control Stasiun Kerja Perebusan, Penyaringan dan Penggumpalan

Berikut analisis risk control stasiun kerja perebusan, penyaringan dan penggumpalan menggunakan metode hazop yang ditunjukkan pada tabel 4.15

Tabel 4.15 Risk Control stasiun kerja perebusan, penyaringan dan penggumpalan No Sumber

Bahaya

Potensi Bahaya

Risk

Level Action

1 Lingkungan Kerja

Terpeleset Medium Risk

Melakukan penataan ulang lantai produksi pencucian dan perendaman dengan menata ulang lantai produksi lainnya agar limbah tidak tercecer ke lantai produksi lainnya sehingga tidak menyebabkan laintai produsi yang lain menjadi licin.

Mudah Capek

Medium Risk

Menggunakan sistem katrol saat proses pengambilan bubur dari wadah perebusan ke tempat penyaringan guna memudakan pekerja saat melakukan pekerjaan dan mengurangi resiko kecelakaan yang ada.

2 Ergonomi

Cidera Otot lengan

Medium Risk

Melakukan penataan kembali pada ruang kerja stasiun perebusan dan penyaringan agar lebih memeiliki ruang gerak yang leluasa dan memiliki lokasi untuk istirahat, hal tersebut bertujuan agar ruang gerak pekerja menjadi lebih leluasa dan mengurangi rasa lelah yang berlebih.

3 Sikap

Pekerja

Tangan melepuh

Extrem Risk

Perusahaan menyediakan sarung tangan tahan panas dan juga kacamata pelindung guna meminimalisir dampak panas yang dihasilkan dalam proses tersebut guna memperkecil angka potensi bahaya yang terjadi.

Iritasi pada mata

4 Mesin

Mesin ketel meledak

High Risk

Melakukan pengontrolan secara berkala terhadap kapasitas uap agar tidak melebihi kapasitas maksimum mesin ketel atau steam boiler tersebut guna menghindari terjadinya ledakan mesin ketel.

(21)

4.3.3.5 Risk Control Stasiun Kerja Pencetakan dan Pemotongan

Berikut analisis risk control stasiun kerja pencetakan dan pemotongan menggunakan metode hazop yang ditunjukkan pada tabel 4.16

Tabel 4.16 Risk Control stasiun kerja pencetakan dan pemotongan No Sumber

Bahaya

Potensi Bahaya

Risk

Level Action

1 Lingkungan kerja

Terpeleset

Medium Risk

Melakukan penataan ulang lantai produksi pencucian dan perendaman dengan menata ulang lantai produksi lainnya agar limbah tidak tercecer ke lantai produksi lainnya sehingga tidak menyebabkan laintai produsi yang lain menjadi licin.

Mudah lelah

Melakukan penataan kembali pada ruang kerja stasiun perebusan dan penyaringan agar lebih memeiliki ruang gerak yang leluasa dan memiliki lokasi untuk istirahat, hal tersebut bertujuan agar ruang gerak pekerja menjadi lebih leluasa dan mengurangi rasa lelah yang berlebih Tangan

terluka

Menggunakan tatakan/telenan untuk memotong tahu, agar pemotongan tidak dilandaskan langsung pada tangan dan proses pekerjaan menjadi lebih aman.

Gambar

Tabel 4.1 Stasiun Kerja UD. Sari Kelapa
Gambar 4.2 Proses Pencucian dan Perendaman
Gambar 4.3 Proses Penggilingan Biji Kedelai
Gambar 4.4 Proses Perebusan, Penyaringan dan Penyaringan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran praktikum secara daring memerlukan perangkat tambahan yaitu software VB.NET yang digunakan untuk komunikasi komputer dengan alat peraga praktikum yaitu PLC

Yang dimaksud dengan Tegangan Tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik adalah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh para teknisi listrik sehingga

Untuk mengedit nomor plat truk, langkahnya adalah mengambil teks yang ada dalam EditText setelah user mengisikan nomor platnya. Namun belum ada aturan yang melarang

Penyediaan air bersih menggunakan sistem down feed karena lebih efisien dan efektif dengan memompakan air ke roof tank dan kemudian mengalirkannya ke jaringan pemipaan

Sedangkan baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar limbah cair adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau

Penggunaan filamen intermediet dalam diagnosis kanker sebagai contoh yaitu pada kanker payudara dan gastrointestinal tract yang mengandung keratin dan sedikit

 Audit Program PPI sangat penting di dalam pelaksanaan PPI di rumah sakit, dengan audit terhadap semua aktifitas pelayanan dan fasilitas penunjang akan terjadi perubahan

Rancangan Jadual dan Mekanisme pembahasan 4 (empat) RUU tentang Pembentukan Pengadilan Tinggi Agama di Provinsi Maluku Utara, Banten, Bangka Belitung dan Gorontalo