• Tidak ada hasil yang ditemukan

materi 6 diksi

N/A
N/A
ansori

Academic year: 2022

Membagikan "materi 6 diksi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAHASA INDONESIA DAN TATA TULIS ILMIAH

Dosen : MUCHAMAD ARIF S.Pd., M.pd Mahasiswa : ANSORI

NIM : 03121062

DIKSI

DIKSI

Kata merupakan salah satu unsur dasar bahasa yang sangat penting. Dengan kata-kata manusia berpikir, menyatakan perasaan, serta gagasan. Dengan kata-kata manusia menjalin persahabatan, dua bangsa melakukan perjanjian perdamaian dan kerja sama. Tetapi

sebaliknya, dengan kata-kata pula suatu pertengkaran bahkan peperangan dimulai.

Memilih kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan, terutama melalui tulisan, merupakan suatu pekerjaan yang cukup sulit. Hemingway, salah seorang pengarang Amerika Serikat, bahkan menganggapnya sebagai bagian tersulit dalam proses penulisan.

Karangan merupakan media komunikasi antara penulis dan pembaca. Komunikasi hanya akan berlangsung dengan baik, selama pembaca mengartikan kata/rangkaian kata-kata sesuai dengan maksud penulis. Jika pembaca mempunyai tafsiran yang berbeda dengan tafsiran penulis tentang kata atau rangkaian kata kata yang dipakai, komunikasi itu akan terputus.

Terjadilah salah paham, kesenjangan komunikasi, dan sebagainya yang mungkin juga pernah kita alami. Karena itu, perlu berhati-hati dalam memilih kata-kata yang akan digunakan di dalam tulisan/karangan.

Dalam memilih kata-kata, ada dua persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu persyaratan

ketepatan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus dapat dipahami oleh pembaca dengan tepat; artinya, tafsiran pembaca sesuai dengan apa yang

dimaksudkan. Persyaratan kesesuaian menuntut kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan kesempatan dan keadaan pembaca.

Untuk memenuhi persyaratan ketepatan dan kesesuaian di dalam pemilihan kata, perlu dipelajari :

1. Kaidah kata 2. Kaidah kalimat, 3. Kaidah sosial, dan

4. Kaidah karang-mengarang

Dengan kata lain, agar dapat memilih kata dengan tepat, pertimbangkan dengan cermat gagasan apa yang ingin dikemukakan, kepada siapa, dalam situasi bagaimana, di mana,

(2)

dengan tujuan apa, dan dalam rangka apa. Tanpa perhatian pada pertimbangan tersebut dapat mengakibatkan pilihan kata yang kurang tepat.

6.2.1 Sinonim, Homofoni, Homograf

Jika di dalam bahasa setiap kata hanya melambangkan konsep, akan berkuranglah kesulitan komunikasi antara anggota masyarakat. Kenyataannya tidak demikian. Hubungan antara kata dengan maknanya menjadi rumit. Ada beberapa kata yang mempunyai makna yang samar seperti kata-kata: hasil, produksi, prestos; wajah, muka; kabar, berita, warta; buku, kitab; dan seterusnya. Sebaliknya, ada kata-kata yang memiliki beberapa makna yang berdekatan, seperti kata-kata susah, gading, perintah, rupa, dan sebagainya, masih ada lagi kelompok kata yang sama bunyi atau tulisannya yang mempunyai arti yang sama sekali tidak berhubungan (homofoni = sama bunyi; homograf = sama tulisan). Contohnya: sendu, buku, tampang, redam (homofoni); sedan, teras

6.2.2 Denotasi dan konotasi

Suatu kata kerap kali tidak hanya mendukung suatu konsep atau objek (referen) saja, melainkan juga menimbulkan asosiasi dengan suatu. Perhatikan kalimat kalimat berikut Ayahnya pekerja kantor itu

Ayahnya pegawai kantor itu

Baik kata pekerja maupun pegawai menunjuk pada ’seseorang yang bekerja untuk suatu kantor, perusahaan’, dan sebagainya. Dalam pemakaiannya kata pegawai mengandung nilai lebih terhormat daripada kata ’pekerja’. Perhatikan pula kata mati dan gugur. Keduanya berarti

‘hilangnya kehidupan dari badan/organisasi’. Tetapi kata gugur selalu dihubungkan dengan

‘pahlawan atau pejuang’.

Konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna konseptual, referen) disebut denotasi, sedangkan nilai rasa, atau gambaran tambahan yang ada di samping denotasi tersebut disebut konotasi. Nilai kata yang diberikan oleh masyarakat bermacam-macam: tinggi, baik, sopan, lucu, biasa, rendah, kotoran, porno atau sakral. Nilai suatu kata ditentukan oleh masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan. Nilai itu mungkin bersifat positif (tinggi, menyenangkan, baik, sopan, sakral) atau negatif (rendah, menjengkelkan, kotor porno). Kata- kata seperti karyawan, karya, dan wisma dinilai tinggi sedangkan kata-kata seperti buruh, mampus, tampang, dan gubuk dihubungkan dengan sesuatu yang tidak menyenangkan atau tidak baik.

6.2.3 Kata Abstrak Dan Konkret

Kata-kata abstrak ialah kata-kata yang mempunyai referen berupa konsep sedangkan kata-kata konkret mempunyai referen berupa objek yang dapat dilihat, didengar, diraba, atau dirasakan.

Kata-kata abstrak lebih sulit dipahami daripada yang konkret; untuk menjelaskanya, kerap kali diperlukan definisi yang panjang (luas). Bandingkan kata-kata bunga, pohon, kucing, dan bambu, dengan kata-kata seperti penyesalan, ketahanan nasional, demokrasi, dan kecerdasan.

Contoh:

1. Keadaan kesehatan anak-anak di desa sangat buruk. Banyak yang menderita malaria, radang paru-paru, dan kuasiorkor.

2. Perekanomian Negara kita memburuk. Inflasi mencapai diatas dua digit, harga-harga sembako membumbung tinggi, dan banyak rakyat miskin menderita

6.2.4 Kata umum dan khusus

(3)

Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya, makin sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya.

Kata-kata abstrak biasanya merupakan kata umum; tetapi kata umum tidak selalu abstrak. Kata konkret lebih khusus daripada kata abstrak. Tingkat keumuman itu dapat digambarkan sebagai suatu piramida terbalik.

6.2.5 Kata popular dan kata kajian

Kata-kata seperti besar, pindah, batu, waktu, bagian, harga dan lain-lain lebih dikenal oleh masyarakat luas daripada kata seperti makro, transfer, minor, batuan, momentum, faktor, volume. Kelompok kata-kata yang pertama termasuk kata-kata popular. Kata-kata ini dipergunakan pada berbagai kesempatan dalam komunikasi sehari-hari di kalangan semua lapisan masyarakat. Sebagian besar kosakata dalam semua bahasa berupa kata-kata populer.

Kelompok kata yang lain hanya dikenal dan dipergunakan secara terbatas dalam kesempatan- kesempatan tertentu. Kata-kata ini biasanya digunakan para ilmuwan dalam makalah atau perbincangan ilmiah. Banyak di antara kata-kata jenis ini merupakan kata serapan atau kata asing (Latin, Yunani, lnggris).

Pembentukan kata-kata kajian dalam bahasa Indonesia ini, dilakukan secara sadar oleh suatu badan/komisi, yaitu Pusat Bahasa. Dalam hal ini ada beberapa ketentuan yang harus diikuti sesuai dengan Pedoman lstilah.

Bandingkanlah pasangan kata-kata berikut:

Populer Kajian 1. besar - makro 2. sejajar - parallel 3. isi - volume

4. bagian - suku cadang, unsure

6.2.6 Jargon, kata percakapan

Dalam tulisan yang formal, hindarilah kata-kata yang termasuk jargon. lstilah ”jargon”

mempunyai beberapa pengertian, di antaranya kata-kata teknis yang dipergunakan secara

(4)

terbatas dalam bidang ilmu, profesi atau kelompok tertentu. Kata-kata ini kerap kali merupakan kata sandi/kode rahasia untuk kalangan tertentu (dokter, militer, atau perkumpulan rahasia).

Dalam percakapan informal, kaum terpelajar biasa menggunakan kata-kata percakapan.

Kelompok kata-kata ini mencakup kata-kata populer, kata-kata kajian yang hanya dipakai oleh kaum pelajar.

Contoh:

Sikon (situasi dan kondisi), pro dan kon (pro dan kontra), kep (kapten), dok (dokter), prik (suntik) dan sebagainya.

Pada waktu-waktu tertentu banyak terdengar sleng yaitu kata-kata nonbaku yang dibentuk secara khas sebagai cetusan keinginan akan sesuatu yang baru. Kata-kata ini bersifat

sementara, kalau sudah terasa usang, hilang atau menjadi kata-kata biasa (asoy, mana tahan, bahenol, selangit, dan sebagainya).

6.2.7 Perubahan Makna

Dalam memilih kata-kata, anda juga harus waspada karena makna kata kerapkali berubah atau bergeser. Perubahan ini dapat meluas atau menyempit, bahkan kadang-kadang berubah sama sekali. Kata ibu dulu hanya mengandung arti “wanita yang melahirkan”, sekarang menjadi kata umum untuk wanita yang sudah dewasa. Juga kata bapak, kakak, berlayar, kaisar, dan

sebagainya. Sebaliknya, kata pala yang dulu berarti semua macam buah, sekarang hanya dipergunakan untuk semacam buah saja. Gejala itu merupakan penyempitan arti.

Contoh lain:

sarjana (dulu = kaum cendekiawan), pendeta (dulu = orang berilmu).

Perhatikan dengan cermat kata-kata yang digaris bawahi pada kutipan berikut

Kontroversi pertama menyangkut persoalan apakah perlu mempergunakan unsur-unsur estetika dalam pidato-pidato. Georgoas dan Liontini yang mula-

mula memperkenalkan retorika pada orang Athena (sekitar 427 SM) berpendapat bahwa perlu menggunakan upaya-upaya stilistika dalam retorika. Sebab itu gaya yang dipergunakan dalam pidato penuh dengan upaya-upaya stilistika: ia mempergunakan epitet-epitet yang penuh hiasan, antetise-antetise, terminasi (akhir kata), yang penuh ritmis dan bersajak

Kata-kata yang digaris bawahi merupakan unsur-unsur serapan. Beberapa di antaranya sudah tidak disadari sebagai unsur serapan (pertama, soal, mula). Berhati-hatilah anda dalam

menggunakan unsur-unsur serapan, lebih-lebih kata asing. Pahami makna dan cara penulisannya secara tepat.

6.3 Kaidah Kalimat

Kata-kata mempunyai konteks. Artinya, makna kata-kata dibatasi oleh kelompoknya di dalam kalimat. Karena itu, kerap kali dapat diterka makna suatu kata yang baru, yang digunakan di dalam kalimat.

Di dalam menulis, harus berhati-hati memilih kata yang bersinonim, sebab ada kalanya kata- kata itu mempunyai perbedaan arti yang besar jika digunakan dalam konteks tertentu.

Pergunakantah kata-kata sesuai dengan kelompoknya dalam kalimat. Hal ini berhubungan dengan kelaziman yang berlaku di dalam pemakaian suatu bahasa. Kata-kata cepat, laju,

(5)

lekas, segera digunakan dalam kelompok yang berbeda. Juga kata-kata makro, besar, raya, agung.

Contoh :

1. Mereka berangkat dengan kereta cepat.

2. Apa yang dimaksudkan dengan laju pertambahan penduduk?

3. Hal itu segera dilaksanakan.

4. Jangan lekas-lekas mengambil keputusan; pikirkan dahulu baik-baik!

5. Agar efektif, mula-mula kita harus menyusun rencana makro dulu.

6. Mereka telah mendirikan sebuah pabrik yang besar di daerah itu.

7. Hari raya Natal tahun ini jatuh pada hari Sabtu.

8. Jaksa agung Ali Sadikin telah memberikan penjelasan mengenai hasil Konvensi Hukum Laut Internasional.

6.4 Kaidah Sosial

Kaidah sosial berhubungan erat dengan persyaratan kesesuaian pemilihan kata. Ada berberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan kaidah tersebut. Kata-kata yang digunakan harus sesuai dengan kesempatan atau situasi yang akan dimasuki dengan tulisan itu. Apakah anda menulis untuk suatu kesempatan formal, seperti ceramah ilmiah, atau untuk mengabarkan keadaan anda kepada orang tua yang tinggal di kota lain. Di samping itu, juga harus

diperhatikan keadaan masyarakat sasaran tulisan anda: golongan lapisannya, pendidikannya, umurnya, dan sebagainya. Kata kata dalam tulisan yang ditujukan kepada masyarakat umum berbeda dengan kata kata dalam tulisan yang ditujukan kepada kelompok tertentu seperti: guru, ilmuwan, petani yang sebagian besar buta huruf, mahasiswa, siwa SD, dan sebagainya.

Agar anda dapat memenuhi persyaratan kesesuaian dalam memilih kata-kata, perhatikan juga hal-hal berikut :

6.4.1 Nilai-nilai sosial

Dalam memilih kata-kata yang akan anda pergunakan, anda juga harus memperhatikan nilai- nilai yang berlaku dalam masyarakat pembaca anda. Hal ini terutama berhubungan erat dengan nilai sosial kita. Perhatikan apakah di kalangan masyarakat sasaran tulisan ini ada kata-kata tabu, atau kata-kata yang mempunyai konotasi lain yang mungkin akan menyinggung rasa sopan atau kepercayaan mereka.

6.4.2 Kata-kata baku dan nonbaku

Ragam bahasa baku (standar) ialah ragam bahasa yang dipergunakan kelas terpelajar di dalam masyarakat. Ragam bahasa baku dapat dikenali dari kata-kata maupun struktur kalimat yang digunakan. Kata-kata baku dan nonbaku dikenal dari “pilihan” dan ejaannya.

Perhatikan :

Ragam baku dipergunakan dalam tulisan-tulisan formal: peraturan pemerintah, undang-undang, surat dinas, buku teks, majalah/makalah resmi, berbagai makalah ilmiah, dan sebagainya.

(6)

Ragam inilah yang harus lebih diperhatikan, karena ragam tulisan yang digunakan dalam ragam tulisan formal.

Last modified: Sunday, 13 March 2022, 10:27 AM

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk pemakaian disfemia yang ada biasanya memiliki nilai rasa yang terkandung di balik makna daridisfemia tersebut. Nilai rasa merupakan pemahaman suatu kata

Dari contoh di atas dapat dikatakan bahwa kata mou dan ato memiliki makna yang sama yaitu lagi, akan tetapi penggunaan kedua kata tersebut berbeda situasinya. Pada kalimat

Siswa diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan di dalam memahami fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan (bunyi, kata, makna dan gramatikal) dari teks sederhana

2 Bahasa Arab Memiliki kemampuan yang cukup dalam Memahami fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan (bunyi, kata, makna dan gramatikal) dari teks sederhana

Pada penggalan puisi di atas terdapat diksi pada penggunaan kata yang bersinonim, yaitu kata kekal dan kata abadi.. Kata kekal memiliki makna tetap (tidak berubah)

Kompetensi Dasar 3.9 Memahami fungsi sosial dan unsur kebahasaan bunyi, kata dan makna dari teks sangat sederhana terkait tema: ةهزنلا yang melibatkan tindak tutur mendeskripsikan

Memahami fungsi sosial dan unsur kebahasaan bunyi, kata dan makna dari teks sangat sederhana terkait tema: ةيبرعلا ةغللا بحأ yang melibatkan tindak tutur mengekspresika

Kompetensi Dasar Materi Esensial Kelas Indikator Bentuk dan Nomor Soal 1 3.1 Memahami fungsi sosial dan unsur kebahasaan bunyi, kata dan makna dari teks sangat sederhana terkait