• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENERAPAN KOLABORASI MODEL THINK-PAIRSHARE (TPS) DAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH PADA MATERI ASAM DAN BASA KELAS XI SMA NEGERI 1 SEWON TAHUN AJARAN 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENERAPAN KOLABORASI MODEL THINK-PAIRSHARE (TPS) DAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH PADA MATERI ASAM DAN BASA KELAS XI SMA NEGERI 1 SEWON TAHUN AJARAN 2016/2017."

Copied!
242
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS PENERAPAN KOLABORASI MODEL THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH PADA MATERI ASAM DAN BASA KELAS XI SMA NEGERI 1 SEWON

TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Azmi Rahmawati NIM:13303241003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini ingin ku persembahkan untuk:

1. Bapak Drs. Narduwi dan Ibu Sri Tuwuh, S.Ag, kedua orang tuaku yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan untukku,

2. Kakekku, yang selalu mendukung dan mendoakanku,

3. Kakakku, Zulham Ahmad Fanani, S.E, yang selalu menjadi tempat untuk berbagi segala hal,

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini yang berjudul “Efektivitas Penerapan Kolaborasi Model Think-Pair-Share (TPS) dan

Predict-Observe-Explain (POE) untuk Meningkatkan Kemampuan berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah pada Materi Asam dan Basa Kelas XI SMA Negeri 1 Sewon Tahun Ajaran 2016/2017”. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan

penelitian ini tidak lepas dari peran beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas MIPA UNY yang telah memberikan kelancaran bagi penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini,

2. Jaslin Ikhsan, Drs.,M.App.Sc.,Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia yang telah memberikan kelancaran bagi penulis dalam penelitian dan penyelesaian laporan,

3. Sukisman Purtadi, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memberikan ilmu dan kelancaran bagi penulis dalam penelitian dan penulisan laporan,

4. Dr. Crys Fajar Partana, M.Si. selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan ilmu dengan kesabarannya senantiasa membimbing penulis selama penelitian dan penyelesaian laporan,

(8)

viii

6. Rr. Lis Permana Sari, M.Si. selaku dosen penguji, yang telah memberikan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik,

7. Drs. Marsudiyana selaku Kepala SMA Negeri 1 Sewon yang berkenan memberikan izin melaksanakan penelitian,

8. Dra. Eka Titin Aryani, selaku Guru Kimia SMA Negeri 1 Sewon yang telah membimbing dan membantu penulis selama proses penelitian di sekolah, 9. Peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Sewon Tahun Ajaran 2016/2017,

terutama kelas XI MIA 3 dan XI MIA 5 yang bersedia belajar bersama – sama selama penelitian,

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu, terimakasih untuk segala bantuannya.

Tidak akan cukup kata yang dapat mewakili rasa syukur dan terimakasih penulis. Semoga segala bentuk kebaikan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan balasan kebaikan oleh-Nya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan penelitian ini yang jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN PERNYATAAN ………. iv

HALAMAN MOTTO ……….. v

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. vi

KATA PENGANTAR ………. vii

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR TABEL ……… xi

DAFTAR GAMBAR ……… xii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii

ABSTRAK……… xiv

ABSTRACT ……….. xv

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang ………... 1

B. Identifikasi Masalah ………... 5

C. Pembatasan Masalah ……….. 6

D. Rumusan Masalah ……….. 7

E. Tujuan Penelitian ………... 7

F. Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II LANDASAN TEORI ……….. 9

A. Deskripsi Teori ……….. 9

B. Penelitian yang Relevan ……… 18

C. Kerangka Berpikir ………. 19

D. Hipotesis Penelitian ………... 21

BAB III METODE PENELITIAN ………. 22

A. Desain Penelitian ………... 22

B. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 22

C. Teknik Pengambilan Sampel ………. 23

(10)

x

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ……… 26

F. Teknik Analisis Data ………. 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 40

A. Hasil Penelitian ……….. 40

B. Pembahasan ………... 46

BAB V PENUTUP ………... 62

A. Kesimpulan ……… 62

B. Saran ……….. 62

DAFTAR PUSTAKA ……….. 64

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Silabus Kimia SMA/MA Kelas XI Semester 2 ……….. 17

Tabel 2. Kisi-kisi Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis ………. 27

Tabel 3. Kisi-kisi Penilaian Sikap Ilmiah Belajar Kimia ………. 29

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data Pengetahuan Awal Peserta didik ………. 34

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data Sikap Ilmiah Awal Peserta didik ………. 34

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data SIkap Ilmiah Akhir Peserta didik ……… 35

Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas ………. 36

Tabel 8. Rumus Anakova ………. 37

Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji-t sama Subjek………. 39

Tabel 10. Data Pengetahuan Awal Peserta didik ………. 40

Tabel 11. Ringkasan Data Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik ………. 41

Tabel 12. Ringkasan Data Sikap Ilmiah Peserta didik ………. 41

Tabel 13. Ringkasan Uji Normalitas ……… 42

Tabel 14. Ringkasan Uji Homogenitas ………. 43

Tabel 15. Ringkasan Uji Anakova ………... 44

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian ……… 33

Gambar 2. Proses Pembelajaran Kelas Kontrol ……….. 226

Gambar 3. Proses Pembelajaran Kelas Kontrol ………... 226

Gambar 4. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen ……… 227

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ………... 68

Lampiran 2. Silabus Kimia SMA/MA Kelas XI Semester 2 ……… 152

Lampiran 3. Soal Kemampuan Berpikir Kritis ………. 154

Lampiran 4. Kunci Jawaban Soal Kemampuan Berpikir Kritis ………… 160

Lampiran 5. Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis ……… 172

Lampiran 6. Angket Sikap Ilmiah Peserta didik ………... 199

Lampiran 7. Data Nilai Pengetahuan Awal Kimia ……… 203

Lampiran 8. Data Angket Sikap Ilmiah Peserta didik ……….. 205

Lampiran 9. Data Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik …… 207

Lampiran 10. Uji Validitas ……… 209

Lampiran 11. Uji Reliabilitas ……… 212

Lampiran 12. Uji Normalitas ……… 220

Lampiran 13. Uji Homogenitas ………. 222

Lampiran 14. Uji Anakova ……… 223

Lampiran 15. Uji-t sama Subjek ………... 224

(14)

xiv

EFEKTIVITAS PENERAPAN KOLABORASI MODEL THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH PADA MATERI ASAM DAN BASA KELAS XI SMA NEGERI 1

SEWON TAHUN AJARAN 2016/2017 Oleh:

Azmi Rahmawati 13303241003

Dosen Pembimbing: Dr. Crys Fajar Partana, M.Si.

ABSTRAK

Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam materi kimia kelas XI SMA Negeri 1 Sewon antara yang mengikuti pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan model POE dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran model Discovery Learning, jika pengetahuan awal kimia peserta didik dikendalikan, serta mengetahui adanya perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah peserta didik dalam pembelajaran kimia sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan model POE,.

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI semester 2 SMA Negeri 1 Sewon tahun ajaran 2016/2017 yang terbagi dalam 5 kelas. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Sampel penelitian terdiri atas dua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Masing-masing kelas terdiri dari 31 peserta didik. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah uji-t pair samples t-test) dan uji anakova satu jalur (one way anacova).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran model Discovery Learning, jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik, serta terdapat perbedaan yang signifikan terhadap sikap ilmiah peserta didik, sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan POE.

(15)

xv

EFFECTIVENESS OF TPS AND POE MODELS COLLABORATION APPLICATION ON SCIENTIFIC ATTITUDE AND CRITICAL THINKING

ABILITY OF STUDENTS OF SMA N 1 SEWON GRADE XI SEMESTER 2 ACADEMIC YEAR 2016/2017

By:

Azmi Rahmawati 13303241003

Supervisor: Dr. Crys Fajar Partana, M.Si.

ABSTRACT

The aims of this research were to know the significant differences in critical thinking ability and scientific attitude between students of SMA N 1 Sewon who attending class which using TPS and POE models collaboration and students who attending class which using Discovery Learning model, if prior knowledge controlled statistically.

The population of this research were students of SMA N 1 Sewon grade XI semester 2 on the academic year 2016/2017, which divided in 5 classes. Samples of the research were determined by purposive sampling method. Samples which were two classes, were divided into two groups, one called as experimental class and the other as control class. The hypothesis of this research were analyzed by using pair samples t-test and oneway anacova.

The results showed that there were significant differences in critical thinking ability and scientific attitude between students of SMA N 1 Sewon who attending class which using TPS and POE models collaboration and students who attending class which using discovery learning model, if prior knowledge controlled statistically.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menjadi prioritas utama dalam tujuan kehidupan. Pendidikan dapat digolongkan menjadi 3 jalur pendidikan, yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal. Menurut Pasal 1 ayat 7, Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

(17)

2

pembelajaran. Artinya, proses pembelajaran di dalam kelas bukan lagi teacher centered, tetapi student centered.

Penerapan kurikulum 2013 memiliki kesulitan dan hambatan di lapangan. Peserta didik dan guru mata pelajaran masing-masing belum siap menghadapi perubahan kurikulum yang terjadi. Ditambah dengan fasilitas pendidikan yang belum memadai. Akibatnya, banyak jenjang - jenjang sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 tetapi pelaksanaan pembelajaran di kelas masih konvensional atau ceramah (teacher centered). Hal ini tentu saja tidak relevan dengan tujuan kurikulum 2013 itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan teknik, strategi maupun metode pembelajaran yang dapat mendukung tercapainya tujuan kurikulum 2013.

Model POE (Predict-Observe-Explain) adalah teknik kombinasi yang terdiri dari langkah – langkah berupa predict, observe, dan explain. Predict artinya memprediksi, langkah ini akan memperlihatkan pengetahuan atau konsep yang dimiliki oleh peserta didik tentang fenomena. Observe artinya mengamati, peserta didik dituntun untuk lebih berkonsentrasi pada percobaan atau demonstrasi yang disajikan. Explain artinya menjelaskan, peserta didik dapat secara aktif melakukan diskusi di dalam kelas untuk mengutarakan pendapat mereka masing – masing (Terasong, Chantore, & Nacapricha, 2010).

(18)

3

peserta didik akan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas. Pada pembelajaran yang menggunakan model POE, peserta didik akan disajikan media ataupun sebuah demonstrasi. Sebelumnya akan dilakukan pre-test untuk mengetahui sejauh mana konsep kimia yang mereka kuasai. Kemudian peserta didik akan mengamati demonstrasi yang disajikan, mengumpulkan data, informasi, membuat kesimpulan dan mendiskusikan hasilnya (Kibirige, Osodo, & Tiala, 2014). Sehingga peserta didik akan mendapatkan pemahaman sendiri dan mampu membentuk konsep kimia dengan benar.

Model lain yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah model TPS (Think-Pair-Share). Model TPS merupakan kombinasi dari 3 langkah yaitu think, pair, dan share.Think artinya berpikir, peserta didik dituntun untuk tidak hanya menerima apa yang dijelaskan guru di dalam kelas, tetapi juga memiliki pendapat mereka masing – masing. Pair artinya berpasangan, peserta didik akan diarahkan untuk bekerja di dalam grup – grup kecil untuk menyelesaikan masalah yang telah disajikan. Sedangkan share artinya berbagi, peserta didik akan diarahkan untuk berdiskusi secara bersama – sama, mengungkapkan pendapat mereka masing – masing (Adekunmi, 2015).

Baik model POE maupun model TPS efektif terhadap pelaksanaan pembelajaran kimia di kelas. Penerapan model POE dan model TPS secara mandiri dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini didukung dalam jurnal – jurnal yang berjudul The Effect of Predict-Observe-Explain Strategy on

Learners’ Misconceptions about Dissolved Salts, Development of a Predict

(19)

4

Chemistry, dan Effect of Think-pair-Share Collaborative Inquiry as One of Classroom Practices for Improving Students’ Reflective Thinking Skills in basic

Science (Kibirige, Osodo, & Tlala.2014).

Untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik lagi, model TPS dapat dikolaborasikan dengan model POE. Kolaborasi ini dapat dilakukan dengan penilaian peserta didik dalam bentuk pre-test, untuk mengetahui pengetahuan mereka tentang kimia, kemudian diikuti dengan penyajian materi dalam bentuk demonstrasi. Langkah awal ini termasuk dalam langkah Think dan Predict. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk bekerja secara berkelompok dalam mengamati dan mencoba sendiri demonstrasi yang disajikan. Langkah ini termasuk dalam langkah Pair dan Observe. Kemudian, peserta didik akan diberikan waktu untuk mendiskusikan hasil pengamatan dan percobaan mereka secara berkelompok. Setelah itu, setiap kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi mereka, dengan memberikan pendapat dan penjelasan yang sesuai. Langkah ini termasuk dalam langkah Share dan Explain. Melalui langkah – langkah tersebut, peserta didik akan lebih mudah memahami materi kimia yang diajarkan. Selain itu, kolaborasi model TPS dan model POE ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

(20)

5

model TPS dan model POE untuk diterapkan pada proses pembelajaran kimia di SMA menawarkan suasana belajar yang baru bagi peserta didik.

Atas dasar uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas penerapan kolaborasi model Think-Pair-Share (TPS) dan Predict-Observe-Explain (POE) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Sewon tahun ajaran 2016/2017.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi masalah – masalah sebagai berikut.

1. Kegiatan pembelajaran kimia di SMA N 1 Sewon belum menekankan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik.

2. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas masih berupa pembelajaran satu arah dari guru, sehingga peserta didik bersifat pasif. Sedangkan proses pembelajaran kurikulum 2013 menekankan pada keaktifan/peran peserta didik dalam kelas (student centered).

3. Pembelajaran satu arah (teacher centered) mengurangi kemampuan peserta didik dalam bekerja secara kelompok dan mengurangi sikap ilmiah peserta didik.

(21)

6

dengan model TPS terhadap sikap ilmiah dan kemampuan berpikir kritis peserta didik ini masih perlu untuk diteliti.

5. Model pembelajaran POE yang dikolaborasikan dengan model TPS ini tidak dapat diterapkan pada semua materi kimia.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian sebagai berikut.

1. Materi kimia yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi Asam dan Basa untuk peserta didik kelas XI semester 2.

2. Perlakuan terhadap kelas eksperimen adalah pembelajaran kimia dengan menggunakan kolaborasi model TPS dengan model POE.

3. Pengetahuan awal kimia pada peserta didik berupa nilai Ujian Akhir Semester 1 (UAS) mata pelajaran kimia kelas XI semester 1 tahun ajaran 2016/2017.

4. Kemampuan berpikir kritis peserta didik diungkap dengan menggunakan tugas dan tes kemampuan berpikir kritis materi Asam dan Basa.

(22)

7 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam materi kimia yang mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran model Discovery Learning, jika pengetahuan awal kimia dikendalikan? 2. Adakah perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah peserta didik

dalam pembelajaran kimia sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan model POE?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam materi kimia yang mengikuti pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan model POE dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran model Discovery Learning, jika pengetahuan awal kimia peserta didik dikendalikan

(23)

8 F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi Peserta didik

Peserta didik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta prestasi belajar kimia dengan kolaborasi model TPS dan model POE.

2. Bagi Guru

Guru dapat memperoleh gambaran dalam menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran kimia menggunakan kolaborasi model TPS dan model POE, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar kimia peserta didik.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di sekolah, khususnya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar kimia peserta didik.

4. Bagi Peneliti

(24)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori 1. Kurikulum 2013

Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan suatu proses belajar-mengajar (pembelajaran) di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya (Nasution, 2009, h.5). Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum yang sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis pendidikan karakter. Kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana peserta didik dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikap disiplin yang tinggi. Kurikulum ini secara resmi menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah diterapkan sejak 2006 lalu. Beberapa aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: a. Pengetahuan

(25)

10

bisa diperoleh juga dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013 tersebut, pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum yang dilaksanakan sebelumnya. b. Keterampilan

Keterampilan merupakan aspek baru yang dimasukkan dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill atau kemampuan. Misalnya adalah kemampuan untuk mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat berkas laporan, serta melakukan presentasi. Aspek keterampilan sendiri merupakan salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan, maka peserta didik tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori semata.

c. Sikap

Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk dilakukan penilaian. Sikap meliputi perangai sopan santun, adab dalam belajar, sosial, absensi, dan agama. Kesulitan penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan karena guru tidak setiap saat mampu mengawasi peserta didiknya. Sehingga penilaian yang dilakukan tidak begitu efektif.

2. TPS

(26)

11

dimana guru mengajak peserta didik untuk berpikir dengan menyajikan sebuah pertanyaan maupun demonstrasi, dan peserta didik diberikan waktu beberapa menit untuk berpikir. Pair, adalah proses dimana guru meminta peserta didik untuk berkelompok dan berdiskusi mencari jawaban atas masalah yang telah disajikan oleh guru. Kemudian, aktivitas yang ketiga adalah share, yaitu proses dimana peserta didik secara berkelompok diminta untuk menyampaikan hasil diskusi mereka, ke dalam kelompok diskusi yang lebih besar (dalam satu kelas) (Kaddoura, 2013).

3. POE

(27)

12

POE pertama kali dikembangkan di University of Pittsburgh. Awalnya, POE dikenal sebagai strategi pembelajaran DOE ( demonstrate-observe-explain), karena prosesnya yang menggunakan demonstrasi sebagai obyek untuk diobservasi (Kearney, Treagust, Yeo & Zadnik, 2001).

4. Kemampuan berpikir kritis

Berpikir merupakan salah satu aktivitas mental yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kemampuan berpikir kritis setiap individu berbeda antara satu dengan lainnya sehingga perlu dipupuk sejak dini. Berpikir terjadi dalam setiap aktivitas mental manusia berfungsi untuk memformulasikan atau menyelesaikan masalah, membuat keputusan serta mencari alasan.

Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Berpikir kritis juga merupakan berpikir dengan baik, dan merenungkan tentang proses berpikir merupakan bagian dari berpikir dengan baik ( Fitriawati, N, 2010).

Berpikir kritis secara essensial merupakan proses ‘aktif’ dimana seseorang memikirkan suatu hal secara lebih mendalam, mengajukan berbagai pertanyaan, menemukan informasi yang relevan sehingga memiliki pola pikir yang lebih bila dibandingkan dengan orang lain yang bersikap ‘pasif’ (Fisher,

(28)

13

Berpikir kritis merupakan istilah yang digunakan untuk suatu aktivitas reflektif untuk mencapai tujuan yang memuat kemungkinan dan perilaku yang rasional (Sapriya, 2015, h.144). Terdapat lima tahap berpikir kritis. Proses-proses tersebut mencakup pemfokusan dan observasi pada sebuah pertanyaan atau masalah, penilaian dan pemahaman situasi masalah, analisis masalah, membuat dan mengevaluasi keputusan-keputusan atau solusi-solusi, dan akhirnya memutuskan satu tindakan.

Tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide. Termasuk dalam proses ini adalah melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan. Pertimbangan - pertimbangan itu biasanya didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan. Berpikir kritis dapat mendorong peserta didik untuk mengeluarkan ide baru. Pembelajaran keterampilan berpikir kritis kadang - kadang dikaitkan dengan keterampilan berpikir kreatif.

(29)

14

dugaan-dugaan, kriteria, argumen yaitu sebuah pernyataan atau usul dengan fakta-fakta yangmendukung, penalaran yaitu kemampuan untukmenginferensi sebuah kesimpulan dari satu premis atau lebih, sudut pandang yaitu cara seseorang untuk memandang dunia yang membentuk konstruksi makna seseorang, prosedur-prosedur untuk penerapan kriteria-kriteria.

5. Sikap Ilmiah

Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude” sedangkan istilah

attitudeberasal dari bahasa Latin yaitu “Aptus” yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Sikap ilmiah berkaitan dengan obyek yang disertai dengan perasaan positif atau perasaan negatif. Dengan demikian sikap ilmiah merupakan sikap keilmuwan atau scientific attitude.

(30)

15

Sikap ilmiah peserta didik dapat diketahui melalui angket yang diberkan kepada peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran. Selain itu, sikap ilmiah juga dapat diukur dengan menggunakan lembar observasi.

6. Materi Asam dan Basa

Definisi umum tentang asam dan basa pertama kali diungkapkan oleh Svante Arrhenius pada tahun 1887. Arrhenius menyatakan bahwa asam adalah zat yang apabila terdisosiasi dalam air akan membentuk ion H+, sedangkan basa dinyatakan sebagai suatu zat yang apabila terdisosiasi dalam air akan membentuk ion –OH. Apabila rumus umum zat asam dinyatakan sebagai HA, dan basa sebagai BOH, maka menurut Arrhenius asam dan basa dapat didefinisikan sebagai berikut,

Asam HA + H2O H3O + + A-

Basa BOH + H2O -OH + B+ (Myers, 2003)

Definisi tentang asam dan basa yang dinyatakan oleh Arrhenius hanya terbatas pada larutan berair. Oleh karena itu, Johannes Bronsted pada tahun 1932 mengemukakan definisinya tentang asam dan basa, dimana asam didefinisikan sebagai donor proton, dan basa didefinisikan sebagai acceptor proton.

HCl(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + Cl-(aq)

Proton terhidrasi, H3O+, disebut juga ion hidronium. Reaksi di atas menunjukkan bahwa asam Bronsted (HCl) mendonorkan protonnya kepada basa Bronsted (H2O).

(31)

16

Ion hidroksida dapat menerima proton (H+), dengan persamaan sebagai berikut: H+(aq) + -OH(aq) H2O(l)

Sehingga, ion hidroksida disebut dengan basa Bronsted (Chang, 2010)

Larutan asam dan basa dapat diidentifikasi menggunakan sebuah indikator asam dan basa. Beberapa contoh indikator adalah fenolftalein, bromtimol biru, metil jingga dan metil merah. Indikator akan memberikan perubahan warna yang berbeda pada larutan asam dan larutan basa. Misalnya, fenoftalein yang tak berwarna, akan tetap pada larutan asam dan berubah menjadi merah muda pada larutan basa. Pemilihan indikator akan lebih mudah jika ada perubahan yang besar pada pH di dekat titik ekivalen titrasi (Sastrohamidjojo, 2005, h.291).

(32)

17

Tabel 1. Silabus Kimia SMA/MA Kelas XI Semester 2 3.10 Memahami

 Mengamati zat-zat yang bersifat asam atau basa dalam kehidupan sehari-hari.

 Menyimak penjelasan tentang berbagai konsep asam basa  Membandingkan konsep asam

basa menurut Arrhenius,

Brønsted-Lowry dan Lewis serta menyimpulkannya.

 Mengamati perubahan warna indikator dalam berbagai larutan.  Membahas bahan alam yang dapat

digunakan sebagai indikator.  Merancang dan melakukan

percobaan membuat indikator asam basa dari bahan alam dan melaporkannya.

 Mengidentifikasi beberapa larutan asam basa dengan beberapa indikator

 Memprediksi pH larutan dengan menggunakan beberapa indikator.  Menghitung pH larutan asam kuat

dan larutan basa kuat

 Menghitung nilai Ka larutan asam lemah atau Kb larutan basa lemah yang diketahui konsentrasi dan pHnya.

 Mengukur pH berbagai larutan asam lemah, asam kuat, basa lemah, dan basa kuat yang konsentrasinya sama dengan menggunakan indikator universal atau pH meter

(33)

18 B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Adekunmi (2015) yang berjudul “Effects Of Think-Pair-Share Collaborative Inquiry As One Of Classroom Practices For Improving

Students’ Reflective Thinking Skills In Basic Science” menunjukkan masih

adanya lulusan peserta didik yang gagal di Nigeria akibat penerapan metode pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan penelitian metode TPS, tingkat kegagalan lulusan peserta didik berkurang yang artinya terjadi peningkatan prestasi belajar peserta didik.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Kibirige, Osodo & Tlala (2014) yang berjudul “The Effect of Predict-Observe-Explain Strategy on Learners’ Misconceptions about Dissolved Salts” menunjukkan bahwa miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik kelas X SMA tentang konsep kelarutan garam, dapat diluruskan dengan pembelajaran menggunakan model POE. Pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Teerasong, Chantore & Nacapricha (2010) yang berjudul “Development of a Predict-observe-explain

Strategy for Teaching Flow Injection at Undergraduate Chemistry

menunjukkan bahwa model POE yang menggunakan cara demonstrasi pada

peserta didik dapat meningkatkan prestasi dan motivasi belajar pada peserta

didik dibandingkan dengan metode konvensional.

Selain itu, penelitian mengenai penerapan model TPS dan POE juga

(34)

19

of Predict-Observe-Explain Technique in Probing Students’ Understanding

About Acid-Base Chemistry: A Case for The Concept of pH, pOH and The

Strength” yang menunjukkan bahwa penerapan model POE dapat

meningkatkan tingkat pemahaman peserta didik terhadap suatu materi

pembelajaran kimia.

Penelitian yang dilakukan oleh Ayvaci (2013) yang berjudul

Investigating the Effectiveness of Predict-Observe-Explain Strategy On

Teaching Photo Electricity Topic” menunjukkan bahwa penerapan POE dalam

proses pembelajaran sangat efektif dilakukan, karena terdapat perbedaan yang

signifikan pada kelas yang menerapkan model POE dibandingkan dengan kelas

yang tidak menerapkan model POE.

C. Kerangka Berpikir

Kurikulum pendidikan merupakan alat dalam pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam kurikulum 2013, salah satu tujuan pendidikan yang ingin dicapai adalah peningkatan keaktifan dan partisipasi peserta didik dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas. Artinya, kurikulum 2013 merupakan bentuk revisi dari kurikulum sebelumnya, dimana ada perubahan sistem dari teacher centered menjadi student centered. Perubahan ini tentunya akan sangat didukung dengan penerapan metode pembelajaran di dalam kelas yang tepat.

(35)

20

Oleh karena itu, variasi penerapan metode atau model pebelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 perlu diterapkan. Jika hanya menggunakan satu metode atau model, peserta didik tidak akan menaruh perhatian penuh pada setiap penjelasan materi yang diajarkan.

Model pembelajaran kooperatif dapat menarik perhatian serta partisipasi peserta didik. Dengan penerapan model ini, peserta didik dapat berperan aktif dalam menyampaikan pendapat dan pengetahuan mereka melalui diskusi. Model pembelajaran kooperatif di kelas menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di dalam kelas sehingga tidak dijumpai lagi suasana kelas yang sunyi selama proses pembelajaran berlangsung.

(36)

21 D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

1. Ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam materi kimia yang mengikuti pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan POE dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran model Discovery Learning.

(37)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen dengan desain atau rancangan penelitian satu faktor, dua sampel dan satu kovariabel. Satu faktor yang dimaksud adalah penerapan kolaborasi model TPS dan POE pada pembelajaran kimia. Dua sampel yang dimaksud adalah kelas yang diambil sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Satu kovariabel yang dimaksud adalah pengetahuan awal kimia peserta didik berupa nilai ulangan akhir semester 1 mata pelajaran kimia kelas XI tahun ajaran 2016/2017 SMA Negeri 1 Sewon yang diambil dari guru mata pelajaran kimia yang bersangkutan.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI semester 2 SMA N 1 Sewon tahun ajaran 2016/2017 yang tersebar dalam lima kelas, yaitu kelas XI MIA 1, XI MIA 2, XI MIA 3,XI MIA 4 dan XI MIA 5.

2. Sampel Penelitian

(38)

23

dilakukan sebelum pengambilan data penelitian, dengan meminimalkan kesalahan – kesalahan yang dapat terjadi misalnya, nonsampling errors dan sampling errors (Lungan, 2006, h.196). Sampel penelitian adalah sebagian populasi yang mewakili populasi, dan diambil dari populasi dengan teknik tertentu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas kontrol dan eksperimen yang masing-masing terdiri dari 31 peserta didik. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu berupa jumlah peserta didik dalam kelas dan rata – rata tingkat pengetahuan awal kimia

peserta didik (Arikunto, 2010, h.183). Perlakuan yang diberikan pada sampel adalah melaksanakan pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan model POE. Sedangkan pada kelas kontrol, pembelajaran dilakukan seperti biasa dengan model Discovery Learning.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti mengambil dua kelas sampel yang memiliki rata – rata kelas relatif sama. Langkah – langkah pengambilan sampel dilakukan dengan cara: 1. Mengumpulkan data berupa nilai hasil ujian akhir semester 1 seluruh

(39)

24

2. Menentukan dua kelas yaitu kelas XI MIA 3 dan XI MIA 5 sebagai sampel penelitian dari data nilai ujian akhir semester 1 kelas XI, yang memiliki nilai rata – rata yang relatif sama,

3. Melakukan uji homogenitas dan uji normalitas untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen atau tidak,

4. Kelas sampel tersebut ditetapkan sebagai kelas kontrol (XI MIA 3) dan kelas eksperimen (XI MIA 5).

D. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini, digunakan tiga buah variabel yaitu: 1. Variabel Bebas

(40)

25 2. Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) atau kriterium adalah faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan pengaruh variabel bebas atau prediktor. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan kognitif untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya dan kemampuan untuk memecahkan masalah secara divergen (dari berbagai sudut pandang). Kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat diungkap melalui lembar pengamatan, proses diskusi dan keterampilan peserta didik dalam bereksperimen secara mandiri dalam kelompok. Sedangkan sikap ilmiah merupakan suatu perbuatan yang bersifat ilmiah yang berdasarkan pada pendirian atau keyakinan sendiri. Indikator sikap ilmiah terdiri dari sikap ingin tahu, skipa kritis, sikap objektif, sikap ingin menemukan, sikap menghargai orang lain, sikap tekun dan sikap terbuka.

3.

Variabel Kontrol

(41)

26

Pengetahuan awal kimia peserta didik dikendalikan hanya pada prestasi belajar kimia peserta didik, yang berupa nilai ujian akhir semester (UAS) kimia kelas XI semester 1. Data ini diperoleh melalui data dokumentasi dari guru mata pelajaran kimia kelas XI.

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen perlakuan dan instrumen pengambilan data. Instrumen perlakuan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, sedangkan instrumen pengambilan data berupa tes dan lembar penilaian kemampuan berpikir kritis, serta angket sikap ilmiah.

Instrumen penelitian tersebut dijelaskan secara rinci sebagai berikut. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan instrumen untuk memberi perlakuan terhadap sampel penelitian. RPP yang digunakan dalam penelitian adalah RPP untuk kelas eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan kolaborasi model TPS dan model POE.

b. Tes dan Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis

(42)

27

Tabel 2. Kisi – Kisi Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis

Aspek

Kriteria Penilaian

Kemampuan menyajikan data secara mendetail 3 2 1 0

Kemampuan menggali informasi 3 2 1 0

Kemampuan menunjukkan perbedaan antara dua hal 3 2 1 0 Kemampuan memaparkan langkah – langkah pemecahan masalah

dengan rinci

3 2 1 0 Kemampuan menyatakan pendapat dengan menyertakan alasan

atau perbandingan

3 2 1 0 Kemampuan memberikan interpretasi secara logis terhadap

permasalahan yang ada

3 2 1 0

Kisi – kisi penilaian kemampuan berpikir kritis diadopsi berdasarkan teori Herr dalam Antuni Wiyarsi dan Erfan Priyambodo (2011, h.125) yang disajikan pada Tabel 2.

(43)

28 c. Angket Sikap Ilmiah

Angket sikap ilmiah peserta didik merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur ketertarikan seseorang pada jenis kegiatan yang bersifat ilmiah dalam pembelajaran kimia. Angket sikap ilmiah terdiri dari 40 butir pertanyaan, yang terdiri atas 32 pertanyaan sikap ilmiah positif dan 8 butir pertanyaan sikap ilmiah negatif. Pertanyaan dalam angket sikap ilmiah mencakup indikator pembentukan sikap ilmiah, yaitu berpikir kritis, kemauan belajar, bekerjasama, ketelitian, menghargai orang lain dan kemampuan mengungkapkan pendapat.

Angket sikap ilmiah diadopsi dari skripsi Nur Hartari (2008) , angket sikap ilmiah ini sudah diuji validitas dan reliabilitasnya, dengan hasil yang valid dan memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,942.

(44)

29

Tabel 3. Kisi – Kisi Penilaian Sikap Ilmiah Belajar Kimia

No Indikator Butir Angket Jumlah

1 Mampu berpikir kritis 1,2,6,8,12,13,14*,15,16* ,23,24,39,40

13

2 Memiliki kemauan belajar yang kuat 22,25,27,31 4 3 Mampu bekerja sama dengan baik

dalam kelompok

10,11,30,35,37 5

4 Bertindak teliti dan cermat 5*,17*,18,19,36 5 5 Menghormati dan menghargai orang

lain

7,9,26,32 4

6 Berani mengungkapkan pendapat di dalam forum

3,4*,20,21,28*,29*,33,3 4,38*

9

Jumlah Butir 40

Keterangan : * adalah pernyataan negatif.

2. Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen soal kemampuan berpikir kritis harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 211-242), validitas dan reliabilitas dirumuskan sebagai berikut:

(45)

30

Validitas butir soal essai dapat diuji dengan program Excel pada komputer dengan rumus Product moment Pearson. Product moment Pearson digunakan ketika kedua variabel berupa skala interval.

Rumus untuk koefisien korelasi Product Moment Pearson, r, adalah,

r = � ∑ − ∑ ∑

√{� ∑ − ∑ }{� ∑ − ∑ }

t = √�− √ −

ttabel (α,n-2) (Arikunto, 2010, h.213)

Validitas instrumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari peserta didik yang bersangkutan (Sukardi, 2008: 38). Faktor internal dari tes dapat berupa arahan tes yang disusun dengan makna kurang jelas, alokasi waktu yang kurang tepat, tingkat kesulitan tes yang tidak tepat dengan pembelajaran yang diterima, serta konstruksi item tes yang jelek. Faktor eksternal tes dapat berupa teknik pemberian skor yang tidak konsisten, adanya joki, adanya kecurangan dalam proses pelaksanaan tes, dan sebagainya. Selanjutnya, faktor yang berasal dari peserta didik dapat berupa kemampuan interpretasi soal tes evaluasi yang kurang baik sehingga makna dari soal tidak tersampaikan secara menyeluruh kepada peserta didik.

(46)

31

b. Reliabilitas Soal Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Soal yang reliabel adalah soal yang apabila dikenakan pada objek yang sama dan pada waktu yang berbeda maka hasilnya akan sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan butir alpha (α) item setiap butir variabel

dengan Alpha. Apabila nilai Alpha item lebih kecil daripada Alpha, maka butir variabel telah reliabel. Sebaliknya, apabila nilai Alpha item lebih besar daripada nilai Alpha, maka butir variabel tidak reliabel.

Reliabilitas butir soal essai dapat diuji dengan menggunakan program Excel pada komputer dengan fungsi Spearman Brown dan Alpha Cronbrach. Untuk menghitung koefisien reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach, dapat digunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2006,h.195-199):

r = [

− ] [ − ∑ ��

] Keterangan:

r = koefisien reliabilitas instrumen (Alpha Cronbach) k = banyaknya butir soal yang valid

∑σb2 = total varian butir σt2 = total varian

Pengambilan keputusan tingkat reliabilitas butir soal dikonsultasikan pada rtabel. Menurut Sugiyono (2011, h.184), instrumen dapat dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0.6 atau minimal memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0.6.

(47)

32

Dengan demikian, soal kemampuan berpikir kritis memenuhi syarat untuk digunakan sebagai instrumen. Data perhitungan validitas dan reliabilitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran.

3. Teknik Pengumpulan Data

(48)

33

Diagram alur pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

Gambar 1. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Pengetahuan Awal Kimia

Eksperimen Kontrol

Angket Sikap Ilmiah Awal

Pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan POE

Pembelajaran dengan model konvensional

Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Angket Sikap Ilmiah Akhir

(49)

34 F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kovarians satu jalur (Anakova Satu Jalur) atau One way Anacova. Pengetahuan awal sebagai variabel yang dikendalikan secara statistik. Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas data.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data masing – masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap data pengetahuan awal peserta didik, data sikap ilmiah awal dan akhir peserta didik. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Saphiro-Wilk pada program IBM SPSS Statistics versi 21 dengan dasar pengambilan keputusan, apabila nilai sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Data Pengetahuan Awal Peserta didik

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Data Sikap Ilmiah Awal Peserta Didik

(50)

35

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Data Sikap Ilmiah Akhir Peserta Didik

Berdasarkan uji normalitas terhadap data pengetahuan awal peserta didik, sikap ilmiah awal dan sikap ilmiah akhir peserta didik menunjukkan data berdistribusi normal dan memenuhi syarat analisis kovarians.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini dilakukan terhadap data pengetahuan awal peserta didik, sikap ilmiah awal dan sikap ilmiah akhir peserta didik. Langkah – langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut: 1. Menghitung variansi masing – masing kelompok (SB2)

2. Menghitung harga F dengan rumus Fmax-Hartley:

F = �

� atau F =

� � � � � � �

3. Harga Fhitung dibandingkan dengan harga Ftabel dengan db pembilang (nb-1) dan db penyebut (nk-1). Data berasal dari populasi yang homogen apabila harga Fhitung < Ftabel dan harga P > dari 0,05.

(51)

36 Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas

Keterangan Fhitung Ftabel P Hasil

Pengetahuan Awal 1,048 4,00 .556 Homogen

Sikap Ilmiah Awal 1,202 4,00 .573 Homogen

Sikap Ilmiah Akhir 1,48 4,00 .076 Homogen

Berdasarkan hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen sehingga memenuhi syarat untuk uji hipotesis menggunakan analisis kovarians.

3. Uji Hipotesis

a. Analisis Anakova Satu Jalur

Analisis anakova satu jalur merupakan gabungan dari analisis anava dan analisis regresi. Analisis anakova satu jalur digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan rerata suatu variabel terikat pada dua kelompok dengan mengendalikan variabel lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Hipotesis nolnya (H0) adalah tidak ada pebedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE dengan peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE. Hipotesis nol dapat diuji dengan rumus sebagai berikut (Nurgiyantoro, Gunawan & Marzuki, 2009, h.205-213):

Fo = �

Keterangan : Fo = Fhitung

RKA = rerata kuadrat antar kelompok RKD = rerata kuadrat dalam kelompok

(52)

37

Ringkasan rumus – rumus anakova selengkapnya dapat dilihat pada tabel 8 berikut.

Tabel 8. Rumus Anakova

Sumber Variasi d.b Jumlah Kuadrat (JK)

(53)

38 b. Uji t sama subjek

Uji t sama subjek dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan keadaan satu faktor dengan dua kali pengamatan atau pengamatan ulang. Uji t sama subjek digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan terhadap sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE dan peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE. Hipotesis nol nya (H0) dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE.

(54)

39 Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji t Sama Subjek

Keterangan Rerata P

Sikap ilmiah kelas kontrol Awal 139,42 .067 Akhir 142,22

Sikap ilmiah kelas eksperimen Awal 138,81 .000 Akhir 143,97

(55)

40 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Data Pengetahuan Awal Kimia Peserta Didik

Data pengetahuan awal kimia peserta didik diperoleh dari hasil Ulangan Akhir Semester 1 tahun ajaran 2016/2017 berdasarkan data dokumentasi peserta didik yang bersangkutan. Ringkasan data pengetahuan awal kimia dapat dilihat pada Tabel 10. Data nilai pengetahuan awal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel 10. Data Pengetahuan Awal Kimia Peserta Didik

Variabel Kelas

Eksperimen Kontrol

Pengetahuan awal kimia

Nilai tertinggi 71.00 68.00 Nilai terendah 30.00 35.00

Rerata 47.58 49.42

2. Data Kemampuan Berpikir Kritis

(56)

41

Tabel 11. Ringkasan Data Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas Jumlah Peserta

Didik

3. Data Sikap Ilmiah Peserta Didik

Data sikap ilmiah diambil dari angket sikap ilmiah yang diberikan kepada peserta didik. Angket sikap ilmiah diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebanyak dua kali, yaitu sebelum melakukan pembelajaran kimia dan setelah melakukan pembelajaran kimia, dengan materi kimia pada Bab Asam dan Basa. Berdasarkan perhitungan Phitung yang dikoreksikan dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai P hitung < P tabel yaitu 0.00 < 0.05 untuk kelas eksperimen, dan P hitung > P tabel yaitu 0.067 > 0.05 untuk kelas kontrol. Berikut ringkasan hasil analisis sikap ilmiah peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Sewon tahun ajaran 2016/2017.

Tabel 12. Ringkasan Data Sikap Ilmiah Peserta Didik

Keterangan Uji-t sama subjek

Rerata P

Sikap ilmiah kelas kontrol Awal 139,42 .067

Akhir 142,22

Sikap ilmiah kelas eksperimen Awal 138,81 .000

Akhir 143,97

(57)

42

bahwa H0 diterima, yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran. Namun rerata sikap ilmiah awal dan akhir mengalami kenaikan dari 138.42 menjadi 142.22.

Pada kelas eksperimen, diperoleh nilai P hitung sebesar 0.000 atau Phitung > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik, ada perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia dengan kolaborasi model TPS dan POE. Hasil ini juga didukung dengan data rerata sikap ilmiah awal dan akhir yang mengalami peningkatan, yaitu sikap ilmiah awal (sebelum perlakuan) sebesar 138.81 sedangkan sikap ilmiah akhir (setelah perlakuan) sebesar 143.97.

4. Uji Prasyarat Hipotesis a. Uji Normalitas

Hasil perhitungan normalitas data pengetahuan awal, sikap ilmiah awal dan sikap ilmiah akhir peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji Shapiro-Wilk dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Ringkasan Uji Normalitas

Data Kelas Shapiro-Wilk Sebaran

statistic df Sig.

PA_eksperimen .983 .878

Sikap Ilmiah Awal

SI_kontrol .976 .685

SI_eksperimen .981 .835

Sikap Ilmiah Akhir

SI_kontrol .953 .193

(58)

43

Dengan menggunakan program IBM SPSS statistics versi 21, data berdistribusi normal jika nilai sig. atau P > 0.05. Berdasarkan hasil uji normalitas di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan awal, sikap ilmiah awal dan sikap ilmiah akhir peserta didik pada kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.

b. Uji Homogenitas

Hasil perhitungan uji homogenitas data pengetahuan awal, sikap ilmiah awal, dan sikap ilmiah akhir peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Ringkasan Uji Homogenitas

Keterangan Fhitung Ftabel P Hasil

Pengetahuan Awal 1,048

4,00

.556

Homogen

Sikap Ilmiah Awal 1,202 .573

Sikap Ilmiah Akhir 1,48 .076

Berdasarkan hasil uji homogenitas menggunakan program IBM SPSS statistics versi 21, data bersifat homogen apabila nilai P > 0.05 dan F hitung < F

tabel. Data di atas menunjukkan bahwa data bersifat homogen atau berasal dari populasi yang homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.

5. Uji Hipotesis

(59)

44

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis statistik uji hipotesis pada penelitian ini meliputi:

a. Uji Anakova Satu Jalur

Analisis anakova satu jalur merupakan gabungan dari analisis anava dan analisis regresi. Analisis anakova satu jalur digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan rerata suatu variabel terikat pada dua kelompok dengan mengendalikan variabel lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Hipotesis nolnya (H0) adalah tidak ada pebedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran model Discovery Learning jika pengetahuan awal dikendalikan. Ringkasan hasil uji Anakova dapat dilihat pada tabel 15, dan hasil uji anakova secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel 15. Ringkasan Uji Anakova

Sumber JK db RK Fo P

Antar Kelompok 2497.382 1 2497.382

33.622 .000 Dalam Kelompok 4382.427 59 74.278

Total 7879.809 60 -

R Squared = .624

(60)

45

signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran model Discovery Learning jika pengetahuan awal dikendalikan. Nilai R Squared sebesar 0.624 memiliki arti bahwa pengetahuan awal kimia memberikan sumbangan efektif sebesar 62.4% terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

b. Uji-t Sama Subjek

Uji-t sama subjek dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan keadaan satu faktor dengan dua kali pengamatan atau pengamatan ulang. Uji-t sama subjek digunakan untuk mengetahui efektif atau tidaknya sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE dan peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE. Hasil ringkasan uji-t sama subjek dapat dilihat pada tabel 16. Data perhitungan uji-t sama subjek selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel 16. Ringkasan Uji-t Sama Subjek

Keterangan Rerata P

Sikap ilmiah kelas kontrol Awal 139,42 .067 Akhir 142,22

Sikap ilmiah kelas eksperimen Awal 138,81 .000 Akhir 143,97

(61)

46

Hasil uji-t sama subjek pada kelas eksperimen menghasilkan nilai P sebesar 0.000. Hasil ini berarti nilai P < 0.05, H0 ditolak sehingga ada perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia pada kelas eksperimen. Hasil ini didukung pula dengan nilai rata – rata sikap ilmiah awal dan akhir yang menunjukkan kenaikan, dari 138.81 menjadi 143.97.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sewon pada tanggal 3 Januari sampai dengan tanggal 28 Februari 2017. Sampel yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Masing – masing kelas terdiri dari 31 peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen dengan peserta didik kelas kontrol, jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik, serta sikap ilmiah sebelum dan sesudah pembelajaran kimia. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah awal dan akhir peserta didik pada masing – masing kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, setelah mengikuti pembelajaran kimia.

(62)

47

kontrol diajar oleh guru pengampu mata pelajaran kimia di SMA Negeri 1 Sewon. Materi pokok yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok Asam dan Basa kelas XI Semester 2.

1. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Discovery Learning

Pembelajaran kimia pada kelas kontrol menggunakan model Discovery Learning, dilaksanakan di kelas XI MIA 3, dengan jumlah peserta didik sebanyak 31 orang. Model Discovery Learning memiliki beberapa sintaks yaitu Stimulation, Problem Statement, Data Collecting, Data Processing,

Verification, dan Generalization. Stimulation adalah tahapan penyajian suatu masalah atau fenomena oleh guru dalam proses pembelajaran. Problem statement adalah tahapan peserta didik megungkapkan pertanyaan berkaitan dengan stimulus yang disajikan oleh guru. Data collecting adalah tahap pengumpulan atau pencarian informasi yang relevan dengan permasalahan yang ada. Data processing adalah tahap pengolahan data informasi untuk memperoleh jawaban dari suatu permasalahan. Verification adalah tahap penguatan konsep yang diberikan oleh guru, setelah peserta didik memperoleh jawaban sementara berdasarkan sumber informasi yang didapatkan. Generalization adalah tahapan penarikan kesimpulan atas jawaban permasalahan yang telah diperoleh dan didiskusikan secara bersama-sama.

(63)

48

dengan 8 butir pernyataan negatif dan 32 butir pernyataan positif. Angket sikap ilmiah ini diadopsi dari skripsi Nur Hartari (2008) dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Praktikum Kimia secara Terintegrasi terhadap Sikap Ilmiah Siswa, Prestasi Belajar Kimia, dan Retensi Pengetahuan Kimia Siswa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008”. Angket sikap ilmiah ini sudah diuji validitas dan reliabilitasnya, dengan hasil yang valid dan memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,942.

Angket merupakan suatu metode penelitian kuesioner yang berisikan rangkaian pertanyaan atau pernyataan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Menurut prosedurnya, angket sikap ilmiah termasuk ke dalam angket langsung, yaitu angket yang dikirimkan langsung dan dijawab oleh responden. Sedangkan menurut jenis penyusun itemnya, angket sikap ilmiah termasuk ke dalam angket tipe pilihan, yaitu angket yang harus dijawab oleh responden dengan cara memilih jawaban yang sudah disediakan, dengan 5 alternatif jawaban (Narbuko & Achmadi, 2009, h.28).

(64)

49

pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga adalah ceramah, diskusi, dan tugas (LKPD).

Pada kelas kontrol, peneliti tidak mengajar di depan kelas melainkan guru mata pelajaran kimia yang bersangkutan. Hal ini menjadi faktor pendukung dimana kelas kontrol tetap murni sebagai kontrol, karena pembelajaran dilakukan seperti biasanya. Namun, untuk RPP dan LKPD, guru menyesuaikan dengan peneliti, karena pertemuan hanya dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan saja, termasuk di dalamnya tes evaluasi hasil pembelajaran.

Pada pertemuan terakhir, peserta didik mengerjakan soal tes kemampuan berpikir kritis. Soal kemampuan berpikir kritis bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam memahami materi pembelajaran kimia, dengan materi pokok asam dan basa. Hasil tes ini selanjutnya digunakan sebagai data kemampuan berpikir kritis peserta didik.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Kolaborasi Model TPS dan POE

(65)

50

Pada pembelajaran ini, digunakan kolaborasi antara dua model pembelajaran, yaitu model TPS (Think-Pair-Share) dan model POE ( Predict-Observe-Explain). Model pembelajaran TPS memiliki 3 sintaks yaitu proses Thinking, Pairing, dan Sharing. Sintaks merupakan pola yang menggambarkan alur tahap – tahap keseluruhan pembelajaran, menunjukkan dengan jelas kegiatan – kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru dan peserta didik (Trianto, 2009).

Pada tahap thinking, guru akan memberikan atau mengajukan pertanyaan, isu, terkait dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk dipikirikan oleh peserta didik. Selanjutnya, tahap pairing dilaksanakan dengan guru memberikan instruksi kepada peserta didik untuk berkelompok dan berdiskusi. Kemudian tahapan ketiga yaitu tahap sharing, guru meminta peserta didik untuk saling mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka kepada forum diskusi kelas. Pada tahap ini, akan terjadi diskusi yang lebih luas lagi, didorong dengan adanya Tanya jawab yang akan mendorong pengonstruksian pengetahuan secara integratif (Agus Supriyono, 2011: 91).

(66)

51

observasi dengan cermat ketika diminta untuk membuat sebuah prediksi awal. Kemudian peserta didik akan termotivasi untuk mengetahui jawaban sesungguhnya dari suatu permasalahan atau isu yang diajukan oleh guru. Selain itu, dengan mengungkapkan prediksi jawabannya di dalam kelas, guru dapat mengetahui sejauh mana kemampuan teoritis dari peserta didik tersebut, dan peserta didik dapat melakukan evaluasi pembelajarannya secara mandiri, dengan memperoleh kesimpulan baru (Warsono & Hariyanto, 2012, h.93-94).

Pembelajaran kimia menggunakan kolaborasi model TPS dan POE dilaksanakan pada kelas XI MIA 5, sebagai kelas eksperimen, yang terdiri dari 31 peserta didik, sedangkan pada kelas kontrol, pembelajaran kimia dilakukan dengan metode Discovery Learning (scientific approach). Masing – masing pembelajaran pada kelas eksperimen dan kontrol, dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan. Materi pembelajaran yang disampaikan meliputi konsep asam dan basa, indikator asam dan basa, pH asam kuat, basa kuat, asam lemah dan basa lemah.

Sebelum kegiatan pembelajaran, peserta didik terlebih dahulu diberikan angket sikap ilmiah sebagai angket awal. Angket sikap ilmiah awal bertujuan untuk mengetahui sikap ilmiah peserta didik pada kelas eksperimen sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran. Pemberian angket sikap ilmiah di kelas eksperimen pada dasarnya sama dengan pemberian angket sikap di kelas kontrol.

(67)

52

peserta didik, mengecek kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, dan menyampaikan apersepsi. Penyampaian apersepsi bertujuan untuk menarik perhatian peserta didik, membantu peserta didik untuk mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan awal yang mereka miliki, sehingga dapat membantu proses keberlangsungan pembelajaran.

Pada pertemuan pertama, peneliti mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberikan apersepsi terkait dengan konsep asam dan basa yang telah diperoleh peserta didik pada jenjang pendidikan SMP. Apersepsi yang diberikan antara lain:

a. Apakah yang kamu ketahui tentang zat asam dan zat basa?

b. Secara sederhana bagaimanakah cara untuk mengetahui, apakah suatu zat merupakan zat asam atau zat basa?

c. Bagaimana ciri – ciri suatu zat dapat dikatakan asam atau basa?

Kemudian, peneliti melanjutkan penjelasan lebih lanjut mengenai konsep dan teori asam basa menurut beberapa ahli, dengan menggunakan media berupa video animasi. Pada proses ini, peneliti memberikan sebuah pertanyaan kepada peserta didik, yaitu:

a. Pada tayangan mengenai konsep asam basa menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis, apa yang menjadi dasar pengelompokkan suatu senyawa ke dalam senyawa asam dan basa?

(68)

53

Selanjutnya, peneliti meminta peserta didik untuk berkelompok, dan mendiskusikan jawaban dari pertanyaan tersebut. Proses ini merupakan kolaborasi antara pair dan observe. Setelah jawaban dari masing – masing kelompok peserta didik telah diperoleh, secara bergantian peserta didik dalam setiap perwakilan kelompok mengutarakan jawaban yang mereka peroleh dari hasil diskusi. Pada proses ini terjadi tanya jawab lebih lanjut dan penarikan kesimpulan yang dibantu oleh peneliti, sehingga peserta didik dapat memperoleh konsep baru dalam pengetahuan mereka.

Kemudian peneliti memberikan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) pada seluruh peserta didik. Pemberian LKPD ini bertujuan untuk membantu peserta didik dalam memeperoleh konsep tentang materi pembelajaran yang telah diberikan.

Pada pertemuan kedua, proses pembelajaran dilakukan di dalam laboratorium kimia. Hal ini dikarenakan, materi pembelajaran berupa indikator asam dan basa, sehingga peneliti mengajak peserta didik untuk melakukan praktikum di laboratorium. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, terlebih dahulu peneliti membagi peserta didik ke dalam 8 kelompok yang terdiri atas 4 orang peserta didik pada masing – masing kelompok, lalu diikuti dengan pemberian apersepsi kepada peserta didik sebagai berikut:

(69)

54

b. Jika tidak dimungkinkan untuk bersentuhan langsung dengan suatu zat asam dan zat basa, lalu bagaimanakah caranya untuk mengetahui sifat dari suatu zat tersebut?

Kemudian, kegiatan pembelajaran dimulai dengan identifikasi dan pengelompokkan larutan asam dan basa menggunakan larutan indikator, dengan bantuan data trayek pH larutan indikator. Larutan asam dan basa yang telah disiapkan oleh peneliti, tidak diberikan rumus senyawanya, melainkan hanya berupa kode angka.

Setelah kegiatan praktikum yang pertama telah selesai, peneliti kemudian memberikan pertanyaan kepada peserta didik sebagai berikut:

a. Bahan apakah yang akan digunakan guru untuk membuat indikator asam basa alami?

b. Prediksikan tahap – tahap yang akan dilakukan untuk membuat indikator dari bahan alam! Tuliskan prediksi tahapan secara runtut.

Gambar

Tabel 1. Silabus Kimia SMA/MA Kelas XI Semester 2
Tabel 2. Kisi – Kisi Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis
Tabel 3. Kisi – Kisi Penilaian Sikap Ilmiah Belajar Kimia
Gambar 1. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapaun secara khusus, tujuan dari studi ini adalah untuk menentukan kondisi optimum pada proses pembuatan zeolit sintetis dari abu sekam padi dengan teknik sonikasi.. Pembuatan

amilase. Proses dilakukan pada suhu 80 - 90 o C berakhir nya proses liquifikasi ditandai dengan parameter cairan seperti sup. Enzim yang ditambahkan pada tahap ini adalah enzim

nilai-nilai budaya masyarakat etnis Tionghoa di Sewan kota Tangerang sebagai.. sumber pembelajaran Ilmu Pengetahuan

[10]Minarni Neni, Ismuyanto Bambang, Sutrisno, “ Pembuatan Bioetanol dengan Bantuan Saccharomyces Cerevisiae dari Glukosa Hasil Hidrolisis Biji Durian”, (Jurusan Teknik,

Teknik ini dinilai lebih efektif dan efisien dalam pembuatan zeolit sintesis karena memerlukan waktu yang relative lebih singkat dan tidak banyak bahan kimia yang terbuang. Dari

Gambar L.2 Biji Nangka Yang Telah Dicacah Dan Dijemur Di Sinar Matahari.. Selama ±

Hermawan, Y., 2006, Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar Bentuk Briket, Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Mesin, fakultas Teknik, Universitas Jember.. N.,

Profil Karakter Courage Anak Usia Dini pada Ibu Single