• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN KEGIATAN MELIPAT KERTAS ORIGAMI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN KEGIATAN MELIPAT KERTAS ORIGAMI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KEGIATAN MELIPAT KERTAS ORIGAMI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TK

AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL

Ni Kadek Seri Ayu Wiryaningsih

1

, I Nyoman Jampel

2

, Putu Aditya Antara

3

1,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,

2

Jurusan Teknologi Pendidikan

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: wiryaningsihayu@gmail.com

1

, nyoman.jampel@yahoo.com

2

, putu.aditya.antara@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan menerapkan metode penugasan melalui melipat kertas origami pada anak kelompok B2 di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama dua siklus. Siklus I terdiri dari 6 pertemuan dan siklus II terdiri dari 6 pertemuan. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B2 TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 20 anak. Data yang diambil dalam penelitian ini mencakup data tentang kemampuan motorik halus anak. Data kemampuan motorik halus anak dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen lembar observasi dimana penilaian ini dilaksanakan pada tiap pertemuan. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode penugasan melalui melipat kertas origami berwarna dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak pada anak kelompok B2 TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja. Persentase skor kemampuan motoric halus anak pada siklus I adalah 49,58% dengan kriteria rendah meningkat menjadi 82,91% dengan kriteria tinggi pada siklus II.

Kata-kata kunci: metode penugasan, melipat kertas origami, perkembangan motorik halus

Abstract

This research aims to improve Child soft motoric with assignment method through colored origami paper folding which was conducted at B2 children group in Aisyiyah Bustanul Athfal kindergarten Singaraja. This is a Classroom Action Research which was conducted in 2 cycles. The first cycle were 6 meetings and the second cycle also 6 meetings.

Subject of this research was B2 students of TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja in the academic years 2015/2016 which consist of 20 childrens. The main data was about soft motoric skills of the children. Data was collected by observation method, observation sheet instruments. The assessment was done in every meeting. The data collected was analyzed by descriptive statistical analysis. The Research showsed that the implementation of the assignment method through colored origami paper folding state can improve development of soft motoric Children Children at Group B2 in Aisyiyah Bustanul Athfal kindergarten Singaraja. The first cycle showed precentage about 49.58%

which was low Criterion. In the second cycle the precentage raised into 82.91% with high criterion.

Keywords: assignment method, origami paper, and soft motoric development

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yaitu anak yang berusia empat sampai enam tahun. Dalam Undang- undang pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak memasuki pendidikan lebih lanjut.

Tugas utama Taman Kanak-kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap atau perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di sekolah dasar. Guru merupakan faktor yang paling berperan dalam meningkatkan proses belajar mengajar. Penggunaan variasi dalam metode dan interaksi belajar mengajar merupakan awal pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan dan serta pengulangan-pengulangan aktivitas penyebab menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa. Jika terdapat berbagai cara yang bervariasi maka kejenuhan akan berkurang dan siswa akan cenderung meningkat keterlibatannya dalam mengerjakan tugas dan tidak akan mengganggu temannya. Adanya kehangatan dan antusiasme guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan dan merupakan salah satu syarat kegiatan belajar yang optimal.

Pengembangan fisik motorik merupakan salah satu pengembangan kemampuan dasar anak usia dini. Kegiatan pengembangan fisik motorik mencakup kegiatan yang mengarah pada kegiatan untuk melatih motorik kasar dan halus yang terdiri atas gerakan-gerakan jalan, lari, lompat, senam, keterampilan dengan bola, ketrampilan menggunakan peralatan, menari, latihan ritmik dan gerakan berkordinasi. Gerakan-gerakan dasar dilatihkan sedemikian rupa secara bertahap sehingga dikuasai oleh anak.

Guru harus memberikan contoh pada anak dan melakukannya secara bersamaan dengan anak. Pengembangan motorik halus anak dilakukan melalui olah tangan dengan menggunakan alat atau media kreatif seperti kuas, pensil, kertas, gunting, tanah liat, plastisin, busa dan sebagainya.

Serta diberikan suatu kegiatan seperti, menggambar, meronce, menempel, mewarnai, serta menggunting. Dengan menggunakan media kreatif tersebut anak dapat melaksanakan kegiatan yang dapat melatih otot-otot tangan dan kordinasi mata, pikiran dengan tangannya. Gerakkan ini biasanya dilakukan di dalam ruangan, misalnya gerakan jari dan pergelangan tangan agar kegiatan tersebut terlaksana dengan baik, maka anak dituntut memiliki perhatian dan daya tangkap yang baik pula, seperti kecepatan bereaksi, kesanggupan kerjasama, disiplin, jujur dan lain-lain sesuai dengan kemampuan anak.

Menurut Sugianto (2007: 63) pembelajaran edukatif kreatif berfungsi sebagai sumber pengetahuan keterampian yang baru bagi anak, sekaligus sebagai medium pengembangan nalar kreativitas anak, seperti berpikir, menganalisa, memecahkan masalah sendiri, serta membuat secara sistematis dan logika.

Berkenaan dengan sikap atau prilaku yang dilihat peneliti saat, melakukan kegiatan observasi dan wawancara dengan guru kelas di Kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja, dapat di temukan sejumlah permasalahan terkait pengembangan motorik halus anak, diantaranya yaitu masih minimnya penerapan bimbingan yang dilakukan guru untuk mengembangkan keterampilan anak khususnya keterampilan motorik halus anak dalam kegiatan melipat kertas origami.

Dalam berbagai kegiatan yang dilakukan dalam menstimulasi perkembangan motorik halus anak, kegiatan yang diberikan hanya berupa kegiatan menganyam, menempel, menggunting, dan mewarnai saja.

Permasalahannya yang dimaksud disini adalah saat anak diajarkan melipat kertas origami dengan jumlah lipatan yang sangat banyak atau rumit, namun pada saat anak melipat kertas origami yang hanya berbentuk segitiga atau persegi anak-anak sudah mampu melakukannya hingga

(3)

selesai sampai membentuk sebuah segitiga atau persegi.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, guru membenarkan hal ini bahwa kegiatan melipat kertas origami untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak masih cenderung kurang jika anak diajarkan dengan lipatan yang banyak atau yang begitu rumit. Hal ini disebabkan karena anak-anak jarang melakukan kegiatan melipat kertas origami, kegiatan yang dilakukan oleh guru hanyalah kegiatan yang anak sudah sering kerjakan yaitu seperti mewarnai, menempel, menggunting dan lain sebagainya. Sehingga anak merasa bosan dengan kegiatan yang diberikan oleh gurunya karena guru hanya memberikan kegiatan yang monoton terhadap anak-anaknya.

Solusi yang dapat diberikan yaitu salah satunya dengan merancang rencana pelaksanaan pembelajaran harian, dalam merancang rencana pelaksanaan pembelajaran harian ini guru dapat membuat kegiatan melipat kertas origami dengan bentuk menyerupai segitigan, persegi, hingga menyerupai bentuk rumit seperti binatang, bunga maupun yang lainnya sehingga kemampuan motorik anak dalam menggunakan otot-otot tangan dan jari menjadi terlatih dan tidak akan bosan dengan kegiatan monoton yang setiap hari dilakukan oleh guru di kelasnya. Dapat juga membuat anak tertarik dan antusias ketika diajarkan bagaimana cara melipat kertas origami sampai membentuk sebuah bentuk bunga, burung, perahu, dan lain sebagainya. Dan pada saat peneliti membagikan kertas lipat origami, anak- anak sangat antusias sekali saat ditanya ingin membuat lipatan-lipatan yang sederhana berbentuk segitiga atau persegi dan lain sebagainya. Namun hasil lipatan yang mereka inginkan menyerupai bentuk- bentuk yang diinginkan justru kertas menjadi aneka bentuk, serta kecepatan dalam menyelesaikan tugas sangat panjang. Hal ini juga didukung dengan metode pebelajaran yang selama ini gunakan guru hanya ceramah, atau bercerita tanpa ditunjang oleh alat bantu yang bervariasi untuk menarik perhatian anak.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan dari permasalahan yang muncul, maka peneliti menganjukan sebuah media yaitu dengan memberikan keterampilan melipat kertas.

Media melipat kertas untuk membantu menstimulasi perkembangan motorik halus anak. Dimana media melipat kertas menurut Sumantri (2005 dalam Sobariyah, dkk) adalah salah satu kegiatan yang bertujuan untuk melatih koordinasi mata dan otot-otot tangan serta konsentrasi.

Menurut Isao Honda (1965) menyatakan origami merupakan seni melipat kerta dari jepang atau sesuatu (menampilkan bentuk burung, serangga, dan bunga) yang dihasilkan dari seni melipat kertas. Seni melipat kertas yang pertama kali berasal dari Jepang yang disebut dengan Origami, ori berarti lipat dan gami yang berarti kertas, yang berkembang menjadi suatu bentuk kesenian yang modern. Serta penerapan metode pemberian tugas dengan bantuan media kertas lipat akan mampu memberikan hasil yang lebih optimal dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan melipat. Selain itu juga dalam kegiatan ini tidak hanya mengembangkan perkembangan fisik motorik anak saja akan tetapi perkembangan sosial anak juga akan meningkat, dimana anak yang fisiknya lemah akan memiliki kepercayaan diri yang kurang, ketika anak membandingkan dirinya dengan anak-anak yang lain sebayanya. Kegagalan untuk menguasai keterampilan motorik akan membuat anak kurang menghargai dirinya sendiri.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang dipecahkan melalui penelitian ini adalah Apakah Penerapan Metode Penugasan Melalui Kegiatan Melipat Kertas Origami Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016?

Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus melalui melipat pada kelompok B di TK Aisyiyah Bustanul Athfal

(4)

Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan kegiatan bermain sambil belajar serta tidak terlepas dari tingkat capaian pengembangan keterampilan motorik halus anak.

METODE

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitas.

Penelitian tindakan kelas ini pada hakikatnya adalah untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran di kelas, guru dapat menentukan solusi dari masalah yang ditimbulkan di kelasnya sendiri maupun kelas lain dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relefan secara kreatif.

Menurut Sumantri (1998: 15) menjelaskan bahwa pemberian tugas adalah cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan oleh anak di sekolah. Menurut Pasaribu (1986:108) Metode tugas merupakan salah satu aspek dari metode-metode mengajar. Karena tugas-tugas meninjau pelajaran baru, untuk menghafalkan pelajaran yang sudah diajarkan, untuk latihan- latihan, untuk memecahkan suatu masalah dan seterusnya. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas adalah kegiatan belajar mengajar dengan

memberikan kesempatan pada anak untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.

Subjek penelitian adalah murid kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja dengan jumlah sampel anak yakni 20 orang yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 12 laki-laki. Arikunto (2006:74 dalam Marliza. 2012) Penelitian tindakan kelas terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama ada pada siklus yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Gambar 1. Model/desain penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggert (Arikunto dalam Deka, 2013:21)

Tahapan-tahapan yang terdapat pada PTK model Kemmis dan Mc Taggert.

Dalam penelitian ini rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Pada tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun perencanaan tindakan berdasarkan identifikasi masalah pada obeservasi awal sebelum penelitian dilaksanakan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci pada tahap ini segala keperluan pelaksanaan peneliti tindakan kelas dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, pendekatan yang akan digunakan, subjek penelitian serta teknik dan instrumen observasi disesuaikan dengan rencana.

Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumya. Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasil yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang terjadi di kelas.

Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap anak. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang

(5)

dilakukan dalam PTK. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui ada- tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung.

Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria.

Berdasarhan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan perlu dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara guru dan siswa, metode, alat peraga maupun evaluasi.

Tabel 01. Pedoman Konversi PAP Skala Lima Tentang Tingkatan Kemampuan Motorik Halus Anak

Sumber (Agung,2014:145)

Berdasarkan pedoman PAP Skala lima mengenai Kemampuan Perkembangan Motorik Halus Anak di kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja, maka target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah anak mampu mencapai tingkat penguasaan pembelajaran yaitu 80-89%

dengan kriteria tinggi atau aktif.

Menurut Sumantri (2005 dalam Sobariyah, dkk. 2013) menggunakan teknik melipat kertas merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk melatih koordinasi mata dan otot-otot tangan, serta konsentrasi. Teknik melipat pada kegiatan ini sebaiknya dipandu oleh dua orang pendidik. Satu orang pendidik mengajak kepada anak untuk melipat kertas dengan langkah satu persatu secara keseluruhan.

Pendidik lainnya membimbing anak satu persatu dengan cara ikut bekerja dengan anak bagaimana cara melipatnya sambil ikut memegangi. Setiap anak memegang kertas masing-masing satu lembar.

Langkah demi langkah sambil dibantu pendidik melipat kertas sesuai dengan peragaan pendidik di depan kelas. Lipatan tidak mudah lepas atau tidak sulit membentuk maka setelah dilipat, anak dapat menekan diatas meja menggunakan ujung gunting atau kuku pada jempol sambil ditarik kebelakang. Agar lipatan kertas tidak cukup sekali dilipat tetapi akan berkali-kali

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja. Lokasinya sangat strategis karena berada di daerah pertengahan kota dan berdekatan dengan lembaga sekolah lainnya yaitu berdekatan dengan SD Muhammadyah dan dekat dengan Pasar Tradisional. Bangunan TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja berdekatan dengan sekolah SD Muhammadyah. TK Aisyiyah Bustanul Athfal memiliki 7 ruang kelas yaitu Kelompok A ada 3 ruangan (A1, A2, A3) dan Kelompok B ada 3 ruangan (B1, B2, B3), kelompok bermain 1 ruangan, dapur, 4 kamar mandi, satu ruang kepala sekolah, dan halaman sekolah yang luas. Kepala sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja adalah Ibu Wirdah Basnan, S.Pd AUD. Kelas yang dijadikan subjek penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelompok B yang berjumlah 20 anak, yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 12 anak laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.

Hasil penelitian ini merupakan data yang telah diperoleh pada siklus I dan siklus II. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai hasil dan analisis data penelitian siklus I, analisis data penelitian siklus II, dan peningkatan hasil belajar anak.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Siklus I dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan dimana guru terlebih dahulu menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yaitu kegiatan melipat kertas berbentuk sederhana dengan Persentase

Kemampuan Motorik Halus

Kriteria Kemampuan Motorik Halus 90 −100

80 − 89 65 − 74 55 − 64 0 − 54

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

(6)

menggunakan kertas origami. Dimana lima kali untuk pembelajaran dan satu kali untuk evaluasi di akhir siklus. Penelitian Siklus I ini dijabarkan dalam tabel 02.

Gambar 2. Grafik Polygon

Tabel 02. Jadwal penelitian pada Siklus I No Pertemuan Tanggal

1 Ke-1 09 Mei 2016

2 Ke-2 10 Mei 2016

3 Ke-3 11 Mei 2016

4 Ke-4 12 Mei 2016

5 Ke-5 13 Mei 2016

6 Ke-6 (evaluasi) 14 Mei 2016 Pada pertemuan siklus I ini, masih banyak mengalami hambatan. Hal ini juga didukung dari hasil wawancara dengan guru, bahwa sebagian besar anak mengalami kesulitan dalam pembelajaran yang diberikan guru, hal ini tampak pada saat anak diberikan kesempatan untuk melipat kertas origami anak malah berargumen atau bercerita. Sementara itu anak juga masih kurang aktif dalam pembelajaran yang diberikan oleh guru sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan belum tercapai secara maksimal.

Adapun analasis data kuantitatif pada siklus II meliputi tabel distribusi frekuensi, modus, median, mean, dan secara ringkas terangkum dalam grafik polygon serta tingkat kemampuan perkembangan motorik halus pada anak kelompok B pada Siklus II yang akan tersaji pada gambar 3.

Gambar 3. Grafik Polygon

Sesuai dengan refleksi yang disarankan maka penelitian pada siklus II terlaksana dengan penuh persiapan mulai dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), penambahan alokasi waktu, media pembelajaran hasil mengunduh dan guru lebih mengkondusifkan kelas dengan suasana ceria penuh motivasi dalam kegiatan.

Penelitian Siklus I ini dijabarkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 03. Jadwal Penelitian pada Siklus

II No Pertemuan Tanggal

1 Ke-1 16 Mei 2016

2 Ke-2 17 Mei 2016

3 Ke-3 18 Mei 2016

4 Ke-4 19 Mei 2016

5 Ke-5 20 Mei 2016

6 Ke-6 (evaluasi) 21 Mei 2016

Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan peneliti yaitu:

1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) sebagai acuan peneliti dalam melaksanakan penelitian.

2. Mempersiapkan alat dan bahan untuk kegiatan melipat kertas.

3. Menyusun lembar observasi tentang kegiatan melipat kertas yang berisi aspek-aspek penilaian yang meliputi kelancaran dalam melipat kertas.

(7)

4. Menyiapkan kelengkapan peralatan

berupa kamera untuk

mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.

5. Menyiapkan lembar catatan lapangan untuk memperoleh data secara objektif yang tidak terekam melalui lembar observasi.

Peneliti juga melakukan kegiatan lainnya pada tahap pelaksanaan siklus II, yaitu perencanaan perbaikan terhadap beberapa masalah yang dihadapi pada saat pelaksanaan tindakan Siklus I. Perbaikan yang dilakukan adalah:

1. Media kertas origami yang digunakan dirubah menjadi menggunakan kertas origami yang berwarna agar lebih menarik perhatian anak-anak.

2. Pelaksanaan pembelajaran melipat kertas origami diperpanjang alokasi waktunya dari 20 menit menjadi 35 menit, supaya semua anak mendapat kesempatan dalam kegiatan melipat kertas origami.

3. Peneliti membagi kelompok dengan memindahkan anak yang sering membuat kegaduhan dengan anak yang cenderung pendiam menjadi satu kelompok, dengan harapan anak dapat lebih tertib dan berkonsentrasi pada teman yang sedang mengerjakan lipatan kertas origami.

Pelaksanaan tindakan Siklus II masih dilakukan pada kegiatan awal proses pembelajaran, hanya alokasi waktunya ditambah. Setelah berbaris dan berdoa, anak masuk kelas dan duduk di kelompok yang telah dirubah oleh peneliti.

Selanjutnya peneliti memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan serta memberi motivasi supaya anak-anak menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan melipat kertas origami dengan menggunakan kertas origami berwarna.

Berdasarkan hasil evaluasi seluruh kegiatan melipat kertas origami sudah mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Anak-anak mengikuti kegiatan melipat dengan kertas origami berwarna dari awal sampai akhir dengan penuh antusias dan semangat.

Namun masih ada beberapa anak yang belum memenuhi kriteria sempurna Pada saat perbaikan dilakukan di Siklus II, peningkatan kemampuan melipat kertas dengan media kertas origami mengalami peningkatan yang sangat berarti dan sudah mencapai tingkat keberhasilan yang ditetapkan. Hasil pengamatan pada Siklus II menunjukkan bahwa hasil peningkatan kemampuan motorik halus anak yang masuk kriteria sempurna telah mencapai lebih dari 80%, sehingga kegiatan melipat kertas dengan menggunakan kertas origami tidak dilanjutkan karena sudah disudah mencapai peningkatan sesuai kriteria yang diharapkan dalam penelitian, yakni anak mampu mencapai tingkat penguasaan pembelajaran yaitu 80-89% dengan kriteria tinggi atau aktif.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada siklus I sebesar 49,58% dan mencapai peningkatan di siklus II sebesar 82,91% maka diperoleh peningkatan kemampuan motorik halus anak sebesar 33,33% sehingga penelitian yang dilakukan dirasa dapat memberikan dampak positif bagi kemampuan perkembangan motorik halus anak pada kelompok B Tahun Ajaran 2015/2016 di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja. Berikut ini disajikan dalam bentuk Grafik Histogram di bawah ini.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Siklus I Siklus II

Gambar 4. Grafik Histogram Penelitian Kemampuan Motorik Halus Anak Di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016

(8)

Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan melipat kertas untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja. Perkembangan motorik halus anak pada siklus I sebesar 49,58% yang berarti rendah, hal ini di karenakan pada siklus I terdapat beberapa kendala yang dialami seperti secara umum bagaimana cara melipat kertas origami secara optimal sesuai dengan rencana peneliti, hal ini di karenakan anak tidak terbiasa membuat lipatan-lipatan kertas origami.

Mengacu pada kendala-kendala di atas maka sebelum melaksanakan tindakan siklus II anak diberikan penjelasan tentang kegiatan atau proses pembelajaran yang akan diterapkan, agar anak mengetahui dan memiliki kesiapan dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran dengan penerapan metode pemberian tugas dengan media kertas origami, menekankan pada anak bahwa setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran selalu ada penilaian saat anak mengerjakan kegiatan pebelajaran lalu di tahap terakhir aka nada hasil evaluasi terhadap semua hasil kerja anak. Sehingga pada siklus II anak mengalami peningkatan kemampuan motorik halus melipat kertas origami menjadi 82,91% yang menunjukkan kemampuan perkembangan motorik halus anak pada kategori tinggi. Jadi peningkatan hasil perkembangan motorik halus anak dalam melipat kertas origami sebesar 33,33%. Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan melipat kertas origami sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

Menurut Gunarti, dkk (2008: 73), metode pemberian tugas merupakan tugas atau pekerjaan yang sengaja di berikan kepada anak yang harus dilaksanakan dengan baik”. Tugas itu diberikan kepada anak untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak yang lain menyelesaikan tugas yang diberikan didasarkan pada petunjuk langsung dari pendidik yang sudah dipersiapkan sehingga anak dapat menjalani secara nyata dan melaksanakan dari awal sampai menyerupai bentuk

lipatan. Tugas yang diberikan kepada anak harus di sesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan anak. Oleh karena itu guru sangat perlu menerapkan strategi pembelajaran yang efektif secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

Berdasarkan uraian di atas dan bertolak dari penelitian yang dilakukan oleh Sumiarti (2002) yang berjudul

“Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Melipat Kertas Di Kelompok A TK Harapan Bangsa Jono Oge Kecamatan Sigi Biromaru” mebuktikan bahwa dengan kegiatan melipat kertas dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di Kelompok A TK Harapan Bangsa Jono Oge Kecamatan Sigi Biromaru.

Hal ini terbukti adanya peningkatan kemampuan melipat kertas menjadi bentuk perahu atau binatang pada siklus pertama meningkat menjadi 40% kategori sangat baik, dan baik. Kemampuan melipat kertas menjadi bentuk kipas meningkat menjadi 45% kategori sangat baik dan baik dan melipat menjadi bentuk amplop meningkat 40% kategori sangat baik dan baik.

Selanjutnya kecepatan menyelesaikan tugas melipat menjadi aneka bentuk meningkat menjadi 40%. Pada siklus kedua terjadi peningkatan dalam kemampuan melipat kertas menjadi bentuk perahu 80%, kategori sangat baik dan baik. Sedangkan melipat kertas menjadi bentuk kipas menjadi 85% kategori sangat baik dan baik.

Kemampuan melipat kertas menjadi bentuk amplop 34 kategori sangat baik dan baik meningkat 80% pula, serta kecepatan menyelesaikan tugas melipat menjadi aneka bentuk meningkat menjadi 80%.

Sejalan dengan teori yang dilakukan oleh Sumiarti adalah sangat jelas bahwa penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan melipat kertas origami dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Oleh karena itu peneliti sangat perlu menerapkan strategi pembelajaran yang efektif secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan perkembangan motorik halus anak.

(9)

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode penugasan melalui kegiatan melipat kertas origami untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diadakannya penelitian di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Singaraja menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus anak rendah, hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata kemampuan motorik halus anak pada siklus I adalah 49,58%

yang berada pada kategori sedang dan rata-rata peningkatan kemampuan motorik halus anak pada siklus II sebesar 82,91%

berada pada kategori tinggi. Ini menunjukkan adanya peningkatan presentase kemampuan motorik halus anak dari siklus I ke siklus II sebesar 33,33%.

Peningkatan kemampuan motorik halus anak ini dapat terjadi karena kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan melalui kegiatan melipat kertas origami dengan bentuk binatang sederhana. Pelaksanaan tindakan ini secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil karena telah memenuhi kriteria berdasarkan pedoman konversi PAP skala lima.

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian di atas, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut. Bagi guru, Apabila ingin meningkatkan kecerdasan motorik halus anak harus menggunakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dan menarik untuk perkembangan motorik halus anak. Pembelajaran melipat kertas origami berwarna ini sangat membantu anak untuk meningkatkan kemampuan motorik halus. Bagi sekolah, hendaknya dari pihak sekolah memberikan dukungan bagi terlaksananya kegiatan pembelajaran yang bermakna bagi anak.

Dengan memberikan kegiatan secara langsung dan memfasilitasi anak dengan media pembelajaran yang dapat meningkatkan perkembangan anak khususnya dalam perkembangan motorik halus anak. Sehingga anak dapat berkreasi dan berimajinasi dengan memanfaatkan

media pembelajaran tersebut. Terutama dalam peningkatkan kemampuan motorik halus anak. Bagi peneliti lain, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi ataupun acuan sebagai dasar penelitian berikutnya yang ada kaitannya dengan peningkatan kemampuan motorik halus anak, kemudian dapat menggunakan variasi model pembelajaran yang lebih kreatif dan menarik bagi anak-anak.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Pengantar, Singaraja: FIP Undiksha Singaraja.

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006. Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal (RA). Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Pendidikan Nasional No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Depdiknas.

Eqtada A.Bilhaque,2013,Model-Model Menarik Origami,Penerbit Plus Multimedia

Hildayani, Rini dkk, 2004. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Hurlock, 1978. Perkembangan Anak.

Jakarta: Erlangga.

Marliza. 2012. “Peningkatan Kemampuan Motorik Anak Melalui Permainan Melukis Dengan Kuas Taman Kanak-Kanak Barat”. FIP: UNP ; 4- 5.

M. Amanuma, (1997:297). Seni Melipat Kertas dari Negeri Sakura

Makiko Ikeda & Kris Hirschmann, 2009 Origami Seni Lipat Kertas, Penerbit Dahar Prize

Sobariyah, K dkk. 2013. “Penerapan Metode Pemberian Tugas Melipat

(10)

Kertas Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak TK Amarha Kumara tahun Pelajaran 2012/2013”. Fakultas Ilmu Pendidikan, ; 2-7.

Sugihanto. “Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Media Pembelajaran Bermain Di Kelopok Bermain Damar”. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan

; 3.

Sumiarti, Evi. “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Melipat Kertas Di Kelompok A TK Harapan Bangsa Jono Oge Kecamatan Sigi Biromaru” FKIP, Universitas Tadulako, ; 2-9

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Jakarta: Idektif.

Samsudin. 2008. Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta.

Prenada Media Group

Sukardi. Evan S. 2008. Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka Sumanto. 2005. Pengembangan Kreatifitas

Seni Rupa Anak TK. Jakarta:

Depdiknas

Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas

Gambar

Gambar  1.  Model/desain  penelitian  tindakan  kelas  menurut  Kemmis  dan  Mc  Taggert  (Arikunto  dalam  Deka,  2013:21)
Tabel 02. Jadwal penelitian pada Siklus I  No  Pertemuan  Tanggal  1  Ke-1  09 Mei 2016  2  Ke-2  10 Mei 2016  3  Ke-3  11 Mei 2016  4  Ke-4  12 Mei 2016  5  Ke-5  13 Mei 2016
Gambar  4.  Grafik  Histogram  Penelitian  Kemampuan  Motorik  Halus  Anak  Di  TK  Aisyiyah  Bustanul  Athfal  Singaraja  Tahun  Ajaran  2015/2016

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melakukan validasi CVS, citra digital dari hasil cetakan grafik warna Macbeth Colorchecker yang diambil menggunakan CVS lalu diukur dengan menggunakan aplikasi pengolah citra

Dampak keterlibatan Kiai dalam pilkada di Kabupaten Banjarnegara tahun 2006 dapat dibagi menjadi 3 hal, dampak bagi kandidat, bagi Kiai dan dampak bagi santri: Kiai mempunyai

250 Rehabilitasi/pemelihar aan jaringan irigasi Jasa Konsultansi Pengawasan 1 paket APBD

11.3 Kabin alt kirişinin çarpmadan doğan gerilmesi 11.4 Kabin iskeleti yan kirişlerinin boyut kontrolü.. 11.5 Kabin iskeleti yan kirişlerinin eğilme ve çekmeden

Ada beberapa jenis media perekam citra radiografi neutron antara lain adalah gabungan antara film sinar-X dengan skrin konvertcr, pial pencitraan (imaging plafe), palt track

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca sekilas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Pendekatan Berbasis Masalah..

Sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah yang timbul di Desa Setia Mekar adalah belum tertibnya administrasi kependudukan yang mengakibatkan kurang efektif dan

2013.Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Financial Distress ( Kesulitan Keuangan ) Perusahaan(Tinjauan Atas Perusahaan Non Keuangan di Bursa Efek Indonesia).. Jurnal