• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

RENCANA TINDAK PENGENDALIAN (RTP) TAHUN 2021 SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP)

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Jalan Ki. Hajar Dewantoro No. 80 Jebres Surakarta

(2)

KATA PENGANTAR

Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008, tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan upaya pemerintah memenuhi pasal 58 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yaitu menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh dalam rangka meningkatkan kinerja guna mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif,efisien, transparan dan akuntabel.

Penyelenggaraan SPIP di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, telah melewati beberapa tahapan implementasi yaitu pemahaman (knowing), pemetaan (mapping), pembangungan infrastruktur (norming), internalisasi dan implementasi (forming), serta pengembangan berkelanjutan (performing).

Laporan penyelenggaraan SPIP ini berisi hasil Control Environment Evaluation (CEE) atas unsur lingkungan pengendalian, hasil Control Self Assesment (CSA) atas unsur penilaian resiko, dan rencana tindak pengendalian atas resiko resiko yang sudah teridentifikasi.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dalam penyelenggaraan SPIP ini. Selanjutnya kami berharap agar laporan ini dapat memberikan nilai tambah bagi perbaikan penyelenggaraan SPIP untuk mewujudkan tata Kelola pemerintahan daerah yang lebih baik.

Surakarta,

Plt. Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah

dr. SETYOWATI RAHARJO, Sp.KJ,M.Kes Pembina Tingkat I

NIP. 19740625 200312 2 002

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………. 1

DAFTAR ISI ……… 2

DAFTAR LAMPIRAN & DAFTAR TABEL ……….………. 3

BAB I PENDAHULUAN ………. 4

A. Latar Belakang ………. 4

B. Struktur Organisasi, Visi Misi, Tugas dan Fungsi dan Program ……….. 5

C. Dasar Hukum Penyelenggaraan SPIP ……….. 11

D. Ruang Lingkup……… 12

E. Tujuan dan Indikator Keberhasilan yang diharapkan ……….. 12

BAB II GAMBARAN UMUM SPIP ……… 14

A. Pengertian SPIP ………. 14

B. Unsur – Unsur Sistem Pengendalian Intern ……….. 14

C. Profil Lingkungan Pengendalian ……….. 19

BAB III PENYELENGGARAAN SPIP ……….. 24

A. Identifikasi dan Analisis Resiko ……… 25

B. Kegiatan Pengendalian ………. 27

C. Informasi dan Komunikasi ………. 29

D. Pemantauan ……….. 31

BAB IV RENCANA TINDAK PENGENDALIAN ……… 34

A. Penguatan Lingkungan Pengendalian ……….. 34

B. Penilaian Resiko dan Kegiatan Pengendalian ……… 41

C. Informasi dan Komunikasi ………. 44

D. Pemantauan ……….. 44

BAB V PENUTUP ………. 46

(4)

DAFTAR LAMPIRAN

Form 1a : CEE Persepsi

Form 1b : Simpulan CEE Dokumen Form 1c : Simpulan CEE

Form 2a : Konteks Strategis Pemda Form 2b : Konteks Strategis OPD Form 2c : Konteks Operasional Form 3a : KK Risk Strategis Pemda Form 3b : Risk Strategis OPD Form 3c : Risk Operasional OPD Form 4 : KK Analisis Risk Form 5 : Risk Prioritas Form 6 : RTP CE Form 7 : RTP Risk Form 8 : Infokom

Form 9 : Rencana Monitoring PI Form 10 : Monitor Risk Even&RTP

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Dimensi Pengukuran konsekuensi/dampak risiko 19 Tabel 2.2 : Dimensi Pengukuran kemungkinan kejadian risiko 19 Tabel 2.3 : Tingkat Keutamaan Pengendalian Risiko 20 Tabel 2.4 : Hasil Simpulan Survei Persepsi atas Lingkungan Pengendalian

Intern di RSJD Surakarta 24

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008, tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, menyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) diartikan sebagai proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan mamadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui empat pilar, yaitu:

1. Efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan;

2. Keandalan pelaporan keuangan;

3. Pengamanan aset negara; dan

4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Konsep pengendalian intern tersebut menjadi panduan minimal bagi instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam merancang pengendalian inter n di sektor pemerintahan.

Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan penerapan pengendalian intern, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta menyusun Rencana Tindak Pengendalian, sebagai acuan untuk melaksanakan tugas dan fungsi organisasi, sehingga diharapkan dapat memberikan keyakinan memadai atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah telah membentuk Tim Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dengan Surat Keputusan Direktur Nomor : 188/600.1/02/2015 Tanggal 10 Februari 2015 Tentang Pembentukan Tim Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada RS.

Jiwa Daerah Surakarta yang telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188/004.5/01/2021 tanggal 04 Januari 2021 Tentang Pembentukan Tim Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah.

(6)

Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan penerapan pengendalian intern, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, Tim Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta menyusun Rencana Tindak Pengendalian Intern, sebagai acuan bagi para penyelenggara tugas dan fungsi organisasi, sehingga diharapkan dapat memberikan keyakinan memadai atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Rencana Tindak Pengendalian Intern periode tahun 2021 ini diprioritaskan untuk mencapai kualitas penyelenggaraan kegiatan Rumah Sakit terutama dalam hal menciptakan Lingkungan Pengendalian yang baik serta pelaksanaan penilaian Risiko yang memadai.

B. Struktur Organisasi, Visi Misi, Tugas dan Fungsi 1. Susunan Organisasi

Struktur Organisasi Lembaga Perangkat Daerah Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah, dipimpin oleh seorang Direktur yang membawahi 2 (dua) Wakil Direktur, 6 (enam) Kepala Bagian/Bidang dan 12 (dua belas) pejabat eselon IV a, adalah sebagai berikut:

a) Direktur

b) Wakil Direktur Pelayanan Medis, membawahkan : 1) Bidang Pelayanan Medis, membawahi :

a) Seksi Pelayanan Rawat Inap dan Rujukan,

b) Seksi Palayanan Rawat Jalan, Rehabilitasi dan Kesehatan Jiwa Masyarakat,

2) Bidang Pelayanan Keperawatan, membawahi : a) Seksi Keperawatan Rawat Inap dan Rujukan

b) Seksi Keperawatan Rawat Jalan, Rehabilitasi dan Kesehatan Jiwa Masyarakat

3) Bidang Penunjang Medis, membawahi : a) Seksi Penunjang Diagnostik

b) Seksi Penunjang Non Diagnostik

c) Wakil Direktur Administrasi, membawahi :

1) Bagian Perencanaan, Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan, membawahkan :

a) Sub Bagian Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi

(7)

b) Sub Bagian Pendidikan, Penelitian danPengembangan 2) Bagian Keuangan, membawahi :

a) Sub Bagian Akuntansi

b) Sub Bagian Perbendaharaan dan Verifikasi 3) Bagian Umum, membawahkan :

a) Sub Bagian Kepegaiwaian,Tata Usaha dan Hukum b) Sub Bagian Rumah Tangga dan Umum

Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai rumpun jabatan fungsionalnya.

2. Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai Pergub Nomor 97 tahun 2008, tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja RS Jiwa Daerah Dr.Amino Gondohutomo dan RS Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah memiliki Tugas dan Fungsi sebagai berikut :

2.1. Tugas Pokok

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan khususnya usaha Pelayanan Kesehatan Jiwa dengan upaya penyembuhan, pemulihan, peningkatan, pencegahan, pelayanan rujukan, dan penyelenggaran pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat.

2.2. Fungsi

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pelayanan Kesehatan Jiwa.

b. Pelayanan Penunjang dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang Pelayanan Kesehatan Jiwa.

c. Penyusunan rencana dan program, monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan jiwa.

d. Pelayanan Medis Kesehatan Jiwa.

e. Pelayanan Penunjang Medis dan non Medis.

f. Pelayanan Keperawatan.

g. Pelayanan Rujukan.

h. Pendidikan dan Pelatihan tenaga kesehatan khususnya kesehatan jiwa.

i. Penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat.

(8)

j. Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, hukum, hubungan masyarakat, organisasi dan tatalaksana, serta rumah tangga / perlengkapan umum.

3. Visi dan Misi

Visi merupakan suatu keadaan atau harapan yang harus diwujudkan pada masa yang akan datang. Visi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 2023 yaitu “Jawa Tengah Berdikari Semakin Sejahtera Tetep Mboten Korupsi, Moten Ngapusi”.

Makna yang terkandung dalam penggalan visi tersebut adalah perwujuan suatu kondisi masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, perumahan, air bersih, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan fisik maupun non fisik, lingkungan hidup dan sumber daya alam, berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik, mempunyai akses terhadap informasi serta hiburan terselenggara.

Terciptanya hubungan antara rakyat jawa tengah yang dinamis, saling menghargai, bantu membantu, saling mengerti dan tepo seliro serta tersedia sarana dan prasarana publik terkait dengan infrastruktur pelayanan publik transportasi dan teknologi yang mencukupi, nyaman dan terpelihara dengan baik.

Korelasi antara Visi Provinsi Jawa Tengah dengan tugas pokok dan fungsi yang diemben RS. Jiwa Daerah Surakarta adalah sangat erat yaitu dalam rangka mewujudkan kondisi masyarakat Jawa Tengah umumya wilayah timur dan selatan yang terpenuhi kebutuhan dasarnya berupa kesehatan sebagai salah satu indicator dari kesejahteraan rakyat.

Misi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023 adalah :

1. Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religious, toleran dan guyub untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2. Memperluas reformasi birokrasi melelui penguatan kondisi dengan pemerintah kabupaten/kota;

3. Mengurangi kemiskinan dan penangguran dengan memperkuat basis ekonomi rakyat dan membuka ruang usaha baru;

4. Menjadidan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih berbudaya dan mencintai lingkungan.

(9)

Korelasi antara misi RPJMD dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban RS.

Jiwa Daerah Surakarta adalah pada misi ke-4 yaitu menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih berbudaya dan mencintai lingkungan.

4. Program RS . Jiwa Daerah Surakarta

Mendasarkan strategi, arah kebijakan dan kebijkan umum untuk mecapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan guna mewujudkan Visi dan Misi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jawa Tengah tahun 2018-2023, telah dirumuskan 10 (sepuluh) Program unggulan sebagai jabaran operasional, sehingga dapat diimpelentasikan dan diukur tingkat keberhasilannya, yaitu :

1. Sekolah tanpa sekat, pelatihan tentang demokrasi dan pemilu, gender, antkorupsi dan magang gubernur untuk siswa SMA/SMK.

2. Peningkatan peran rumah ibadah, fasilitas pendakwah dan guru ngaji.

3. Reformasi birokrasi di Kabupaten/Kota, system layanan terintegrasi.

4. Satgas kemiskinan, bantuan desa, rumah sederhana layak huni.

5. Obligasi daerah, kemudian akses kredit UMKM, penguatan BUMDes dan pelatihan start up untuk wirausahawan muda.

6. Menjaga harga komonitas dan asuransu gagal panen untuk petani serta melindungi kepentingan nelayan.

7. Pengembangan tansportasi masal, revitalisasi jalur kereta dan bandara serta pembangunan embung/irigas.

8. Pembukaan kawasan industry baru dan rintisan pertanian terintegrasi.

9. Rumah Sakit tanpa dinding, sekolah geratis untuk SMAN, SMKN, SLB dan bantuan sekolah swasta, pondok pesantren, madrasah dan difabel.

10. Festifal seni serta pegembangan infrastruktur olah raga, rumah kebudayaan dan kepedulian lingkungan.

Korelasi antara misi dalam RPJMD dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban RS. Jiwa Daerah Surakarta adalah pada program kerja ke-9 yaitu Rumah Sakit tanpa dinding, sekolah gratis untuk SMAN, SMKN, SLB dan bantuan sekolah swasta, pondok pesantren, madrasah dan difabel.

Dari 10 pragram unggulan yeng tercantum dalam RPJMD tersebut, yang ada korelasinya dengan program kegiatan tercantum dalam Renstra RS.

Jiwa Daerah Surakarta adalah program penguatan sistem pelayanan publik, program rakyat sehat.

Korelasi antara 3 program RPJMD dan program-program pada Renstra RS. Jiwa Daerah Surakarta adalah sebagai berikut :

(10)

1. Program pada RPJMD ”menguatkan sistem pelayanan publik” sangat berkaitan dengan program RS. Jiwa Daerah Surakarta ”Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan BLUD”.

2. Program pada RPJMD ”Rakyat Sehat” sangat berkaitan dengan program pada RS. Jiwa Daerah Surakarta sebagai berikut:

4.2.1.1.1.1.1.1. Program Pelayanan Kesehatan.

4.2.1.1.1.1.1.2. Program Farmasi dan Perbekalan Kesehatan.

4.2.1.1.1.1.1.3. Program Pelayanan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

3. Program pada RPJMD ”Rumah Sakit tanpa dinding” sangat berkaitan dengan program pada RS. Jiwa Daerah Surakarta adalah Program Promosi dan Pemberdayaan masyarakat.

Adapun program dan kegiatan untuk periode tahun 2019 – 2020 RS. Jiwa Daerah Surakarta meliputi:

1. Program Pelayanan Kesehatan Kegiatan:

a. Kegiatan peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan penyediaan fasilitas perawatan kesehatan bagi penderita akibat dampak asap rokok (DBHCHT).

b. Kegiatan pemenuhan sarana prasarana dan alat kesehatan pelayanan rujukan (DAK).

c. Kegiatan peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

d. Kegiatan penyediaan jasa peleyanan kesehatan.

e. Kegiatan pengadaan kendaraan pendukung pelayanan.

f. Kegiatan penyediaan honorarium dan premi BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan bagi tenaga harlep di pelayanan kesehatan.

g. Kegiatan pemenuhan sarana pelayanan kesehatan.

h. Kegiatan pemenuhan fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Program Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Non Kesehatan

Kegiatan : Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan SDM Kesehatan dan Non Kesehatan.

3. Program Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Kegiatan : Kegiatan penyediaan logistik kantor.

4. Program Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan : Kegiatan penyelenggaraan promosi dan pemberdayaan masyarakat.

5. Program Pelayanan dan Pendukung Pelayanan (BLUD)

(11)

Kegiatan : Kegiatan pelayanan dan pendukung pelayanan.

6. Program Peningkatan Mutu Pelayanan (BLUD)

Kegiatan : Kegiatan pelayanan dan pendukung pelayanan.

7. Program Manajemen Administrasi Pelayanan Umum, Kepegawaian dan Keuangan Perangkat Daerah

Kegiatan :

a. Kegiatan penyediaan perlengkapan pendukung perkantoran.

b. Kegiatan pengadaan kendaraan dinas / operasional.

Keluarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah menyebabkan adanya perubahan nomenklatur program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2021 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Adapun program, kegiatan dan sub kegiatan untuk tahun 2021 RS.

Jiwa Daerah Surakarta meliputi :

1. Program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat

1.1. Kegiatan Penyediaan Fasilitas Pelayanan, Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan Untuk UKP Rujukan, UKM dan UKM Rujukan Tingkat Daerah Provinsi

1.1.1. Sub Kegiatan Pengadaan Alat Kesehatan / Alat Penunjang Medik Fasilitas Layanan Kesehatan

1.1.2. Sub Kegiatan Pengadaan Sarana di Fasilitas Layanan Kesehatan 1.1.3. Sub Kegiatan Pengadaan Prasarana Fasilitas Layanan

Kesehatan

1.1.4. Sub Kegiatan Pengadaan dan Pemeliharaan Alat Kalibrasi

1.1.5. Sub Kegiatan Penyediaan Telemedicine di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1.1.6. Sub Kegiatan Pengadaan Bahan Habis Pakai Lainnya (Sprei, Handuk dan Habis Pakai Lainnya)

1.1.7. Sub Kegiatan Pengadaan Obat, Vaksin, Makanan dan Minuman serta Fasilitas Kesehatan Lainnya

1.2. Kegiatan Penerbitan Izin Rumah Sakit Kelas B dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Daerah Provinsi

1.2.1. Sub Kegiatan Peningkatan Mutu Pelayanan Fasilitas Kesehatan 1.2.2. Sub Kegiatan Peningkatan Tata Kelola Rumah Sakit

(12)

1.3. Kegiatan Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKP Rujukan, UKM dan UKM Rujukan Tk. Provinsi

1.3.1. Sub Kegiatan Pengelolaan Pelayanan keehatan orang masalah kesehatan jiwa (ODMK)

2. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Kesehatan

2.1. Kegiatan Pengembangan Mutu dan Peningkatan Kompetensi Teknis Sumber Daya Manusia Kesehatan Tingkat Daerah Provinsi

2.1.1. Sub Kegiatan Peningkatan Kompetensi dan Kualifikasi Sumber Daya Manusia Kesehatan

3. Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

3.1. Kegiatan Advokasi, Pemberdayaan, Kemitraan, Peningkatan Peran Serta Masyarakat dan Lintas Sektor Tingkat Daerah Provinsi

3.1.1. Sub Kegiatan Peningkatan Upaya Advokasi Kesehatan, Pemberdayaan, Penggalangan Kemitraan, Peran Serta Masyarakat dan Lintas Sektor Tingkat Daerah Provinsi

4. Program Penunjang Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi 4.1. Kegiatan Peningkatan pelayanan BLUD

4.1.1. Sub Kegiatan Pelayanan dan penunjang pelayanan BLUD

4.2. Kegiatan Pengadaan Barang Milik Daerah Penunjang Urusan Pemerintah Daerah

4.2.1. Sub Kegiatan Pengadaan Kendaraan Dinas Operasional atau Lapangan

4.3. Kegiatan Perencanaan, Penganggaran, dan Evaluasi Kinerja Perangkat Daerah

4.3.1. Sub Kegiatan Penyusunan Dokumen Perencanaan Perangkat Daerah

4.3.2. Sub Kegiatan Evaluasi Kinerja Perangkat Daerah 4.4. Kegiatan Administrasi Keuangan Perangkat Daerah

4.4.1. Sub Kegiatan Penyediaan Gaji dan Tunjangan ASN

C. DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN SPIP

Dasar penyusunan Rencana Tindak Pengendalian Intern adalah:

a. Undang-Undang nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

b. Peraturan Pemerintah RI, Nomor 60 Tahun 2008, tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

(13)

c. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 89 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah.

d. Keputusan Inspektur Provinsi Jawa Tengah Nomor 700/102/1.2/2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Inspektur Provinsi Jawa Tengah Nomor 700/1541/1.2/2015 Tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Provinsi Jawa Tengah.

e. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pengelolaan Risiko Pada Pemerintah Daerah

f. Surat Keputusan Direktur Nomor : 188/5407.8/08/2019 tanggal 01 Agustus 2019 Tentang Pembentukan Tim Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada RS. Jiwa Daerah Surakarta yang telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188/004.5/01/2021 tanggal 04 Januari 2021 Tentang Pembentukan Tim Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah.

D. RUANG LINGKUP

Rencana tindak pengendalian ini fokus kepada pengendalian atas kegiatan‐kegiatan pokok dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan di tingkat RS. Jiwa Daerah Surakarta. Pelaksanaan rencana tindak pengendalian melibatkan seluruh jajaran pimpinan, tingkatan manajemen, pegawai, dan unit kerja di lingkungan RS. Jiwa Daerah Surakarta.

E. TUJUAN DAN INDIKATOR YANG DIHARAPKAN

Tujuan dari pelaporan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah sebagai pelaporan atas penyelenggaraan SPIP di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Adapun Indikator keberhasilan yang diharapkan, adalah:

1. Kegiatan Yang Efektif dan Efisien

Indikator pertama yang diharapkan dari penyelenggaraan SPIP adalah terlaksananya kegiatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang efektif dan efisien. Kegiatan dapat dikatakan efektif bila kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan hasilnya telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan, sedang kegiatan dapat dikatakan efisien bila menghasilkan output kegiatan yang berkualitas dengan sumber daya yang sesuai standar. Oleh karena

(14)

itu, pengendalian harus dirancang agar efektif menjaga tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

2. Laporan Keuangan Yang Dapat Diandalkan

Indikator kedua yang diharapkan dari penyelenggaraan SPIP adalah tersusunnya Laporan Keuangan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang dapat diandalkan.

Informasi dalam Laporan Keuangan sangat penting untuk pengambilan keputusan.

Agar keputusan yang diambil tepat sesuai dengan kebutuhan, maka informasi yang disajikan harus handal/layak dipercaya, dalam arti menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Bila laporan keuangan yang tersaji tidak memadai dan tidak benar, maka akan menyesatkan dan dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah serta merugikan organisasi.

3. Pengamanan Aset Negara

Indikator ketiga yang diharapkan dari penyelenggaraan SPIP adalah terlaksananya pengamanan aset negara di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Pengamanan aset negara merupakan isu penting yang mendapat perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat. Hal ini disebabkan karena kelalaian dalam pengamanan aset akan berisiko terjadinya pencurian, penggelapan, dan bentuk manipulasi lainnya atas aset negara. Risiko tersebut dapat merugikan dan dapat menggagalkan tercapainya tujuan sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Untuk itu, upaya pengamanan aset antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan pengendalian, seperti pengamanan administrasi aset dan pengamanan fisik atas aset

4. Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan

Indikator keempat yang diharapkan dari penyelenggaraan SPIP adalah ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan oleh semua pegawai di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dalam melaksanakan tugas. Untuk itu, pelaksanaan tugas atau kegiatan harus taat terhadap kebijakan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(15)

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Pengertian SPIP

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, merupakan salah satu kebijakan pemerintah di bidang pengelolaan keuangan negara yang dimaksudkan untuk menjadi standar pengendalian intern atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, sehingga pengelolaan keuangan negara menjadi efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) merupakan konsep pengendalian yang dirancang untuk dapat diimplementasikan secara integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan mamadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Definisi SPIP di atas dipahami oleh RS. Jiwa Daerah Surakarta sebagai suatu mekanisme pengendalian yang ditetapkan oleh pimpinan dan seluruh pegawai serta diintegrasikan dengan proses kegiatan sehari-hari dan dilaksanakan secara berkesinambungan guna mencapai tujuan organisasi.

Pencapaian tujuan organisasi tersebut harus dapat diraih dengan cara menjaga dan mengamankan aset negara/ daerah yang diamanatkan kepada RS.

Jiwa Daerah Surakarta menjamin tersedianya laporan manajerial yang handal, mentaati ketentuan yang berlaku, mengurangi dampak negatif keuangan/kerugian, penyimpangan termasuk kecurangan/fraud, dan pelanggaran aspek kehati-hatian, serta meningkatkan efektivitas organisasi dan meningkatkan efisiensi biaya.

B. Unsur – Unsur Sistem Pengendalian Intern

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 dinyatakan bahwa SPIP terdiri dari lima unsur, yaitu Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi dan Komunikasi, Pemantauan Pengendalian Intern.

Kelima unsur pengendalian intern merupakan unsur yang terjalin erat satu dengan yang lainnya. Proses pengendalian menyatu pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai. Oleh

(16)

karena itu, yang menjadi fondasi dari pengendalian adalah orang-orang (SDM) di dalam organisasi yang membentuk lingkungan pengendalian yang baik dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai instansi pemerintah.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 dinyatakan bahwa SPIP terdiri dari lima unsur, yaitu:

1) Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian adalah kondisi yang dibangun dan diciptakan dalam suatu organisasi yang memengaruhi efektivitas pengendalian intern. Oleh karena itu, setiap organisasi wajib menciptakan kondisi lingkungan pengendalian yang kondusif agar sistem pengendalian intern dapat terimplementasi secara efektif.

Untuk mencapai kualitas lingkungan pengendalian yang dapat mendorong tercapainya pengendilan intern yang efektif, perlu dikembangkan lingkungan pengendalian yang akan menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern, yaitu:

a. Penegakan integritas dan nilai etika.

b. Komitmen terhadap kompetensi.

c. Kepemimpinan yang kondusif.

d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan.

e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat.

f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia.

g. Perwujudan peran aparat pengawas intern pemerintah yang efektif.

h. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.

2) Penilaian Risiko

Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian terhadap kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.

Kegiatan penilaian risiko dilaksanakan melalui aktivitas identifikasi risiko dengan menggunakan metodologi dan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko organisasi serta analisis risiko untuk menentukan pengaruh risiko yang telah teridentifikasi terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Penilaian risiko merupakan bagian yang integral dan terpadu dari proses pengelolaan risiko (yang meliputi identifikasi dan analisis risiko) serta sistem pengendalian intern, dengan tujuan untuk:

(17)

1) Mengidentifikasi dan menguraikan seluruh risiko potensial, baik yang disebabkan faktor internal maupun disebabkan faktor eksternal.

2) Memeringkat risiko teridentifikasi berdasarkan level keutamaan prioritas perhatian dan penanganannya agar dapat dikelola secara efektif.

Pelaksanaan proses penilaian risiko dilakukan dalam tiga tahap kegiatan, yang terdiri atas:

1) Penetapan tujuan organisasi, sebagai target terukur yang mengarahkan organisasi dalam menjalankan aktivitasnya. Pernyataan tujuan harus bersifat spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu.

2) Identifikasi risiko untuk menghasilkan suatu gambaran peristiwa yang berpotensi mengganggu pencapaian tujuan aktivitas organisasi. Dalam pelaksanaan proses identifikasi risiko, perlu diperhatikanfaktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya peristiwa risiko.

3) Analisis risiko untuk mengestimasi besaran kemungkinan munculnya peristiwa risiko dan dampak yang ditimbulkan terhadap upaya pencapaian tujuan organisasi apabila peristiwa risiko tersebut benar-benar terjadi, serta mentapkan level atau status risiko sebagai kombinasi hubungan antara kemungkinan dan dampak risiko.

Untuk mendukung terselenggaranya proses penilaian risiko, pada saat pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) telah ditetapkan besaran skala risiko dan pengendalian risiko, sebagai berikut :

a. Pengukuran dimensi konsekuensi/dampak risiko menggunakan 4 (empat) tingkatan, sebagai berikut

Tabel 2.1

Dimensi Pengukuran konsekuensi/dampak risiko

Rating Kategori Contoh Deskripsi

4 Luar Biasa Mengancam Organisasi secara keseluruhan 3 Besar Mengancam sebagian program

2 Rendah Mengganggu sebagian kegiatan 1 Tidak Signifikan Mengganggu administrasi

b. Pengukuran dimensi kemungkinan kejadian risiko menggunakan 4 (empat) tingkatan, sebagai berikut

(18)

Tabel 2.2

Dimensi Pengukuran kemungkinan kejadian risiko

Rating Kategori Contoh Deskripsi

4 Hampir pasti terjadi Terjadi setiap tahun

3 Kemungkinan besar Terjadi 1 kali dalam 2 tahun 2 Kemungkinan Kecil Terjadi 1 kali dalam 3 tahun 1 Hampir mustahil terjadi Tidak terjadi lebih dari 3 tahun

c. Peringkat/status risiko ditentukan berdasarkan tingkat konsekuensi/ dampak risiko dan kemungkinan kejadian risiko, sebagai berikut:

Konsekuensi / Dampak Luar Biasa (4)

Besar (3) Rendah (2) Tdk Sig- nifikan (1)

Hampir Mustahil

(1)

Kemung- kinan Kecil (2)

Kemun- kinan Besar

(3)

Hampir Pasti

(4)

Kemungkinan

d. Tingkat keutamaan pengendalian risiko dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kategori, sebagai berikut:

Tabel 2.3

Tingkat Keutamaan Pengendalian Risiko Posisi

Koordinat Level Deskripsi Tingkat Keutamaan 9 < X ≤ 16 4 Ekstrim Segera dikelola

6 < X ≤ 9 3 Tinggi Diperlukan tindakan untuk mengelola risiko 4 < X ≤ 6 2 Sedang Dikelola bila tersedia sumber daya

X ≤ 4 1 Rendah Tidak perlu tindakan

(19)

Hasil kegiatan penilaian risiko selanjutnya dituangkan dalam rancangan aktivitas pengendalian intern yang berfokus pada upaya penanganan risiko yang berpotensi menghambat pencapaian tujuan utama RS. Jiwa Daerah Surakarta.

Gambaran umum profil Risiko yang akan dikendalikan adalah sebagaimana terlampir.

3) Kegiatan Pengendalian

Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang dipandang tepat untuk dilakukan dalam rangka mengatasi risiko. Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian, juga ditetapkan dan dilaksanaan kebijakan serta prosedur, guna memastikan bahwa tindakan yang dilakukan untuk mengatasi risiko telah bekerja secara efektif. Kegiatan pengendalian yang perlu dilaksanakan organisasi ditentukan berdasarkan hasil penilaian risiko dengan mempertimbangkan kecukupan pengendalian existing.

Kegiatan untuk mengendalikan risiko dikelompokan dalam dua kategori, yaitu prevention dan mitigation. Pengendalian yang bersifat prevention merupakan kegiatan pengendalian yang dibangun untuk mengurangi kemungkinan terjadinya peristiwa risiko. Sedangkan pengendalian yang bersifat mitigation merupakan kegiatan pengendalian yang dibangun untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan apabila terjadi suatu peristiwa risiko.

Penyelenggaraan kegiatan pengendalian lebih diutamakan pada kegiatan pokok organisasi dan relevan dengan hasil kegiatan penilaian risiko, sehingga pelaksanaan kegiatan pengendalian mampu membantu memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan organisasi dapat dicapai.

4) Informasi dan Komunikasi

Informasi adalah data yang telah diolah dan dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.

Pimpinan organisasi dan seluruh jajaran manajemen harus mendapatkan informasi yang relevan dan dapat diandalkan, yang diperoleh melalui proses identifikasi dan distribusi dalam bentuk dan waktu yang tepat, agar mereka dapat melaksanakan tugas dan fungsi secara efisien dan efektif.

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dengan menggunakan media tertentu, baik langsung maupun tidak langsung, untuk mendapatkan umpan balik yang konstruktif.

Dalam rangka penyelenggaraan SPIP, informasi dan komunikasi yang perlu dikelola adalah informasi dan komunikasi yang dapat mengintegrasikan

(20)

pelaksanaan komponen-komponen SPIP secara efektif, terutama yang terkait langsung dengan pencapaian tujuan organisasi serta berhubungan dengan pengelolaan risiko dan pelaksanaan aktivitas pengendalian.

5) Pemantauan Pengendalian Intern

Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian atas mutu kinerja sistem pengendalian intern. Pelaksanaan pemantauan pengendalian intern dimaksudkan untuk memastikan bahwa sistem pengendalian intern sudah bekerja sesuai yang diharapkan dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan telah dilaksanakan sesuai dengan perkembangan kondisi internal dan eksternal organisasi.

Pemantauan pengendalian intern mencakup kegiatan penilaian atas desain dan pelaksanaan pengendalian intern, serta menghasilkan usulan tindakan perbaikan terhadap kualitas sistem pengendalian intern, yang dilaksanakan melalui tiga jenis kerangka pemantauan, yaitu Pemantauan Berkelanjutan, Evaluasi Terpisah, dan Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Audit.

Untuk terwujudnya penyelenggaraan SPIP yang efektif, maka seluruh unsur SPIP tersebut harus diterapkan secara terintegrasi dengan aktivitas organisasi, agar mampu mencegah timbulnya kegagalan dan ketidak efisienan dalam pencapaian tujuan organisasi.

C. Profil Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian adalah unsur pertama dalam Sistem pengendalian Intern Pemerintah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem pengendalian Intern Pemerintah. Dalam PP 60 Tahun 2008 Pasal 4 disebutkan bahwa Pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan 12 memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dalam lingkungan kerjanya, melalui:

1. Penegakan integritas dan nilai etika 2. Komitmen terhadap kompetensi 3. Kepemimpinan yang kondusif

4. Struktur organisasi sesuai kebutuhan

5. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat

6. Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan SDM 7. Perwujudan peran APIP yang efektif

(21)

8. Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah Terkait

Terhadap lingkungan pengendalian Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah telah dilakukan penilaian. Penilaian dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran permasalahan-permasalahan atau kelemahan dalam lingkungan pengendalian. Penilaian tersebut dapat dilakukan secara mandiri dengan reviu dokumen hasil audit Inspektorat/ BPKP dan metode Control Environment Evaluation (CEE). Hasil penilaian lingkungan pengendalian berdasarkan kedua cara tersebut, dapat berupa :

1. Reviu Dokumen

Reviu dokumen dapat dilaksanakan oleh Inspektorat/ BPKP, pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

2. Metode CEE

Metode Control Environment Evaluation (CEE), yaitu suatu penilaian mandiri atas pengendalian/Control Self Assessment (CSA) yang diaplikasikan pada lingkungan pengendalian. CEE dengan menggunakan kuesioner dilakukan dalam rangka mendapatkan data persepsi pegawai terhadap gambaran atas profil lingkungan pengendalian di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Kuesioner persepsi lingkungan pengendalian diisi oleh 100 Pegawai dengan surat penugasan nomor 800/393/01/2021 yang dilakukan pada hari Senin-Sabtu, 01 sd 06 Februari 2021 melalui link bit.ly/kuisonercee di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta sebagai responden, dengan rincian jumlah responden sebagai berikut :

a. Struktural : 17 responden b. Kepala Instalasi : 22 responden c. Kepala Ruang : 21 responden d. Staff : 40 responden

Dari kuesioner tersebut diperoleh hasil kesimpulan dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.4

Hasil Simpulan Survei Persepsi atas Lingkungan Pengendalian Intern di RSJD Surakarta

No. Sub unsur

Hasil Survei Persepsi 1 Penegakan integritas dan nilai etika Memadai 2 Komitmen terhadap kompetensi Memadai

(22)

No. Sub unsur

Hasil Survei Persepsi 3 Kepemimpinan yang kondusif Memadai 4 Struktur organisasi sesuai kebutuhan Memadai 5 Pendelegasian wewenang dan

tanggung jawab yang tepat Memadai 6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan

yang Sehat tentang Pembinaan SDM Memadai 7 Perwujudan peran APIP yang efektif Memadai 8 Hubungan Kerja yang Baik dengan

Instansi Pemerintah Terkait Memadai

Simpulan kondisi lingkungan pengendalian Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta berdasarkan persepsi pegawai adalah sudah memadai, hal ini sesuai hasil CEE yang telah dilakukan di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. (Form 1c : Simpulan CEE)

Rincian hasil kuesioner terhadap kondisi pemahaman SPIP dan penerapan unsur lingkungan pengendalian adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan pemberian pemahaman dan kondisi pemahaman terhadap SPIP berdasarkan hasil kuisioner sebagai berikut:

a. Sosialisasi

Sosialisasi akan diberikan kepada pegawai, baik melalui kegiatan sosialisasi maupun melalui media elektronik.

b. Pendidikan dan Latihan

Direncanakan untuk mengikutkan sebagian pegawai mengikuti pelatihan/diklat SPIP.

c. Workshop

Direncanakan untuk diadakan workshop SPIP.

d. Pemahaman

Memberikan pemahaman kepada pegawai

2. Gambaran penerapan unsur lingkungan pengendalian berdasarkan hasil kuisioner sebagai berikut:

a. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta telah memiliki aturan perilaku, pesan integritas & nilai etika secara rutin yang telah dikomunikasikan kepada seluruh pegawai, serta terdapat fungsi khusus yang melayani pengaduan masyarakat atas pelanggaran aturan perilaku/kode etik dimana pelanggaran tersebut yang harus segera ditindaklanjuti.

(23)

b. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta telah memiliki dan menerapkan strategi peningkatan kompetensi pegawai dimana standar kompetensi tersebut telah ditentukan secara tepat, serta terdapat pelatihan terkait pengelolaan risiko, baik pelatihan khusus maupun pelatihan terintegrasi secara berkala.

c. Pemimpin dengan gaya kepemimpinannya yang dapat mendorong pegawai untuk meningkatkan kinerja, telah menetapkan kebijakan pengelolaan risiko yang memberikan kejelasan arah pengelolaan risiko, menerapkan pengelolaan risiko dan pengendalian dalam pelaksanaan tugas dan pengambilan keputusan, membangun komunikasi yang baik dengan anggota organisasi untuk berani mengungkapkan risiko dan secara terbuka menerima/menggali pelaporan risiko/masalah, berperan serta dan mengikutsertakan pejabat dan pegawai terkait dalam proses pengelolaan risiko, dan menetapkan sasaran strategis yang selaras dengan visi dan misi Rumah sakit dan menyajikan informasi mengenai risiko sehingga dapat disimpulkan bahwa terkait kepemimpinan yang kondusif, telah dibangun atau diterapkan dengan baik, tapi masih dapat ditingkatkan.

d. Pegawai Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta merupakan pegawai tetap (PNS) dan pegawai non PNS (BLUD) yang telah memperoleh kejelasan dan memahami peran dan tanggung jawab masing-masing pada bidang/unit kerja yang tepat dalam pengelolaan risiko disertai dengan transparansi dan ketepatan waktu pelaporan pelaksanaan peran dan tanggung jawab masing-masing sehingga dapat disimpulkan bahwa terkait pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan.

e. Kriteria pendelegasian wewenang dan tanggung jawab telah ditentukan dan dilaksanakan secara tepat serta kewenangan tersebut telah direviu secara periodik sehingga dapat disimpulkan bahwa terkait pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat.

f. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta telah menginternalisasi budaya sadar risiko termasuk adanya pemberian reward dan/atau punishment atas pengelolaan risiko melalui evaluasi kinerja pegawai dan telah dipertimbangkan dalam perhitungan penghasilan /Jasa Pelayanan sehingga dapat disimpulkan bahwa terkait penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia.

(24)

g. Inspektorat secara periodik dan memberikan layanan fasilitasi penerapan pengelolaan risiko dan penyelenggaraan SPIP. Disamping itu telah melaksanakan pengawasan berbasis risiko termasuk dimana temuan dan saran/rekomendasi pengawasan Inspektorat telah ditindaklanjuti sehingga dapat disimpulkan bahwa terkait hubungan kerja yang baik dengan Inspektorat yang efektif, telah dibangun atau diterapkan dengan baik.

h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi/organisasi lain yang memiliki keterkaitan operasional dan terkait atas fungsi pengawasan/pemeriksaan (Inspektorat dan BPKP) telah terbangun sehingga dapat disimpulkan bahwa terkait hubungan yang baik dengan instansi pemerintah terkait.

(25)

BAB III

PENYELENGGARAAN SPIP

Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta merupakan wujud komitmen dalam rangka meningkatkan manajemen pemerintahan dan menguatkan akuntabilitas. Penyelenggaraan SPIP pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dirancang untuk dapat diimplementasikan secara integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, menyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, seluruh menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

Dalam kaitan dengan pengendalian intern tersebut, Gubernur Jawa Tengah telah menerbitkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 89 Tahun 2010, tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah, yang memuat acuan pelaksanaan pengendalian intern pada seluruh kegiatan pemerintahan di Provinsi Jawa Tengah. Untuk memperlancar penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di RS. Jiwa Daerah Surakarta, telah diterbitkan Surat Keputusan Direktur Nomor : 188/600.1/02/2015 Tanggal 10 Februari 2015 Tentang Pembentukan Tim Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada RS. Jiwa Daerah Surakarta yang telah diubah beberapa kali dan telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah Nomor : 188/004.5/01/2021 tanggal 04 Januari 2021 Tentang Pembentukan Tim Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah yang memiliki mandat tugas umum untuk melaksanakan proses pembangunan dan pengembangan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

Dalam rangka meningkatkan maturitas level penyelenggaraan SPIP, Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta secara berkelanjutan telah berupaya melakukan perbaikan atas proses pengendalian intern dan proses bisnis kegiatan unit kerja melalui pemantauan atas pengendalian intern yang telah dilakukan secara mandiri dengan pendekatan Control Self Assessment (CSA) dalam rangka menguji dan menilai efektivitas pengendalian intern. CSA yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta adalah untuk mengidentifikasi kelemahan lingkungan pengendalian, penilaian risiko dan kegiatan

(26)

pengendalian melalui pendekatan survei, diskusi, dan reviu dokumen. Hasil CSA atas penilian risiko dan kegiatan pengendalian adalah sebagai berikut:

A. Identifikasi dan Analisis Resiko

Setiap aktivitas yang dilakukan tidak terlepas dari adanya risiko yang dapat berpengaruh dalam pencapaian tujuan. Risiko yang dihadapi oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta jika tidak dikelola dengan baik dapat mengganggu pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu, upaya implementasi manajemen risiko di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta perlu dikembangkan lebih lanjut.

Implementasi manajemen risiko di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dilaksanakan dengan memperhatikan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang secara garis besar menyatakan bahwa setiap instansi pemerintah diwajibkan untuk menerapkan SPIP dan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pengelolaan Risiko Pada Pemerintah Daerah. Salah satu unsur SPIP mengharuskan setiap instansi pemerintah untuk melakukan penilaian risiko (risk assessment) dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Implementasi manajemen risiko di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta juga dilaksanakan melalui tahapan:

1. Menetapkan Tujuan

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 menyebutkan bahwa sebelum melakukan penilaian risiko, instansi pemerintah harus menetapkan tujuan terlebih dahulu. Tujuan yang ditetapkan mencakup tujuan entitas (instansi) dan tujuan kegiatan. Tujuan entitas (instansi) umumnya terkait dengan tataran strategis sedangkan pada tujuan kegiatan lebih mengarah kepada process business yang terjadi pada entitas tersebut.

Tahap pertama pelaksanaan penilaian risiko adalah menetapkan

“konteks/tujuan”. Dalam tahap ini akan ditetapkan tujuan-tujuan entitas (instansi) dan tujuan kegiatan yang selanjutnya akan dilakukan penilaian risikonya. Dengan memahami tujuan yang hendak dicapai, risiko dapat diidentifikasi dan dianalisis.

Keterkaitan antara tujuan entitas (instansi) dan tujuan kegiatan.

Secara khusus, pembangunan lingkungan pengendalian di lingkungan RS.

Jiwa Daerah Surakarta bertujuan untuk:

1. Tegaknya integritas dan nilai‐nilai etika;

2. Terciptanya komitmen terhadap kompetensi;

(27)

3. Terciptanya kepemimpinan yang kondusif;

4. Terwujudnya struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;

5. Terwujudnya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;

6. Terwujudnya penyusnan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan SDM yang sehat.

Proses penilaian risiko diawali dengan menentukan Program dan Kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, kemudian sasaran dan indikator kinerja dari program dan kegiatan tersebut di mapping keselarasannya.

Hasil mapping tersebut kemudian dilanjutkan dengan menetapkan tujuan kegiatan dan mengidentifikasikan risiko dari masing-masing kegiatan.

2. Mengidentifikasi Risiko

Dalam tahapan ini, berbagai risiko yang mengancam pencapaian tujuan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta diidentifikasi sesuai dengan tahapan prosesnya. Identifikasi risiko tersebut dilakukan oleh masing-masing bidang dengan cara menginventarisasi risiko dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan masing- masing bidang.

Pada tahap identifikasi risiko ini, selain pernyataan risiko masing-masing tujuan kegiatan, juga disampaikan atribut risiko antara lain kode risiko, frekuensi risiko, dampak risiko, dan nilai risiko berdasarkan tingkat kemungkinan risiko dan tingkat dampak risiko yang telah ditetapkan.

3. Menganalisis Risiko

Penetapan kriteria penilaian risiko bertujuan memberikan pemahaman yang sama bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan risiko di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta mengenai kriteria dalam melakukan analisis atas risiko-risiko yang telah diidentifikasi, sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai tingkat risiko yang dapat diterima (acceptable risk) atau tingkat risiko yang dapat ditoleransi (tolerable risk) maupun tingkat risiko yang tidak dapat diterima (unacceptable risk) dan memerlukan respon penanganan lebih lanjut. Kriteria dalam analisis risiko terdiri dari 3 komponen, yaitu Tingkat Probabilitas (Kemungkinan) Keterjadian Risiko, Tingkat Potensi Dampak Jika Risiko Terjadi, dan Matriks Analisis Risiko.

4. Menangani Risiko

Proses penanganan risiko adalah proses memilih dan melaksanakan pilihan- pilihan penanganan guna menghindari, mengurangi, mengalihkan atau menerima risiko. Dari hasil analisis dapat disimpulkan beberapa alternatif penanganan risiko

(28)

sebagai bahan pertimbangan dalam merancang rencana tindak penanganan risiko selanjutnya,

Berdasarkan hasil RCA, kemudian dirancang mitigasi risiko (pengendalian) untuk menghindari terjadinya akar penyebab risiko. Mitigasi risiko (pengendalian) yang direncanakan tersebut akan diuraikan sebagai Rencana Tindak Pengendalian.

B. Kegiatan Pengendalian

Kegiatan pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang dapat membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan rumah sakit untuk mengurangi risiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian risiko. Pimpinan rumah sakit wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi rumah sakit yang bersangkutan.

Selanjutnya kegiatan pengendalian diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan nyata untuk memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang ditetapkan telah diikuti oleh seluruh pegawai yang terkait. Kegiatan pengendalian tersebut meliputi:

1. Reviu atas Kinerja

Reviu kinerja rumah sakit, meliputi reviu terhadap pencapaian hasil, kegiatan, program, kebijakan, dan keselarasan tujuan dengan misi dan visi instansi, penganggaran, keuangan, pelaporan, dan ketaatan terhadap peraturan perundang- undangan. Reviu dilakukan pada tingkat pimpinan rumah sakit dan reviu pada tingkat kegiatan. Reviu pada tingkat pimpinan meliputi reviu terhadap kesesuaian rencana strategis, kebijakan, pengukuran, serta pelaporan hasil kinerja yang dicapai dengan mengacu pada ketentuan dan peraturan yang berlaku. Reviu pada tingkat kegiatan ditujukan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil kinerja keuangan, anggaran, dan operasional dengan hasil yang direncanakan.

2. Pembinaan Sumber Daya Manusia

Pembinaan sumber daya manusia merupakan pembinaan terhadap semua orang yang tergabung dalam Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, baik pimpinan, staf, atasan, bawahan, pegawai tetap, pegawai tidak tetap, dan seterusnya, yang dengan peran dan sumbangannya masing-masing mempengaruhi tercapainya tujuan organisasi.

3. Pengendalian atas Pengelolaan Sistem Informasi

Kegiatan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi meliputi pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum terkait dengan lingkungan pengelolaan informasi, sedangkan pengendalian aplikasi memastikan bahwa input

Gambar

Tabel 2.1  :  Dimensi Pengukuran konsekuensi/dampak risiko  19  Tabel 2.2  :  Dimensi Pengukuran kemungkinan kejadian risiko  19  Tabel 2.3  :  Tingkat Keutamaan Pengendalian Risiko  20  Tabel 2.4  :  Hasil Simpulan Survei Persepsi atas Lingkungan Pengenda

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

1 Telah ada organisasi profesi dalam bentuk Komite Medik dan Kelompok Staf Medis (SMF), akan tetapi belum/tidak sesuai dengan yang dianjurkan sebagaimana dalam Peraturan

Pemeriksaan tanda-tanda infeksi sebelum insersi IUD tidak benar Observasi terhadap 50 kasus 10% kasus tidak dilakukan pemeriksaan tanda infeksi &gt;5%, penyebab masalah

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri 2 Kecila pada tanggal 1 Desember 2010 kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada mata pelajaran Bahasa dan

Adapun faktor yang mempengaruhi di antaranya yaitu siswa masih mengalami kesulitan untuk membayangkan hal-hal yang akan mereka tulis, mengekspresikan apa yang dilihat dan

Berdasarkan uraian yang telah disajikan sebelumnya, penulis tertarik untuk menuangkan tema penelitian ke dalam rumusan judul sebagai berikut: “Pengaruh Kompetensi, Motivasi,

Abad XXI sebagai era globalisasi merupakan era perubahan, atau era yang mau tak mau menuntut adanya perubahan. Perubahan kadang muncul sebagai suatu paradoks dalam

Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel yang paling dominan dalam pola hubungan antara variabel bebas yang meliputi pengaruh peran orang tua,

masih bias dimanfaatkan merupakan kegiatan usaha yang relatif sulit untuk.. diidentifikasi atau dikelompokkan sebagai kegiatan ekonomi karena