PENENTUAN BILANGAN IODINE (IODINE VALUE) DALAM (REFINED BLEACHED DEODORAZED PALM STEARIN) RBD PALM STEARIN DAN (REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM OLEIN) RBD PALM OLEIN DI PT. SUCOFINDO MEDAN
KARYA ILMIAH
SHELLA ANNISA 142401141
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
PENENTUAN BILANGAN IODINE (IODINE VALUE) DALAM (REFINED BLEACHED DEODORAZED PALM STEARIN) RBD
PALM STEARIN DAN (REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM OLEIN) RBD PALM OLEIN DI PT. SUCOFINDO MEDAN
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
SHELLA ANNISA 142401141
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
PERSETUJUAN
Judul : Penentuan bilangan iodin (Iodine Value) dalam
(Refined Bleached Deodorized Palm Stearin)
RBD Palm Stearin (Refined BleachedDeodorized Palm Olein) RBD Palm Olein
Di PT SUCOFINDO MEDANKategori : Karya Ilmiah
Nama : Shella Annisa
Nomor Induk Mahasiswa : 142401141
Program Studi : Diploma-3 Kimia
Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, Juli 2017
Disetujui Oleh
Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing Ketua,
Dr. Minto Supeno, MS Dr.Andriayani, S.Pd, M.Si
NIP : 196105091987031002 NIP : 196903051999032001
Disahkan Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
Dr. Cut Fatimah Zuhra, S.Si, M.Si
NIP : 197404051999032001
PERNYATAAN
PENENTUAN BILANGAN IODINE (IODINE VALUE) DALAM (REFINED BLEACHED DEODORAZED PALM STEARIN) RBD
PALM STEARIN DAN (REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM OLEIN) RBD PALM OLEIN DI PT. SUCOFINDO MEDAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2017
SHELLA ANNISA
142401141
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-NYA berupa kesehatan dan kertebukaan pikiran bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelessaikan tugas akhir ini yang berjudul “Penentuan bilangan iodine
Iodine Value) dalam (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin) RBD PalmStearin dan (Refined Bleached Deodorized Palm Olein) RBD Palm Olein Di PT.
SUCOFINODO MEDAN” Tidak juga lupa penulis panjatkan shalawat dan salam atas junjungan nabi kita Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma-3 Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orangtua penulis Ayahanda Kamaludin dan Ibunda Latifah yang telah membesarkan dan mendidik serta meberikan dorongan moral dan materil kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Selesainya tugas akhir ini juga tak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dengan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Andriayani, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Dr.Minto Supeno, M.Si selaku ketua program studi D3 kimia Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.
3. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, S.Si, M.Siselaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam khususnya jurusan kimia yang telah mendidik penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Seluruh keluarga saya khususnya kakak saya Siti Hasanah, Silvia Annisa dan adik-adik saya Fadilla Annisa, Amalia Annisa , Dinda diva Annisa yang telah mendukung dan membantu saya memberikan masukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Teman saya Hardi Siswayudi yang telah membantu dan memberikan masukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini
7. Teman-teman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Krisno Sinaga, Elpidayanti, Riama Hutabarat, Anita yang telah sama-sama melaksanakan PKL di PT.
SUCOFINDO LABORATORIES
8. Teman-teman saya IMADIKA 014 telah banyak memberikan bantuan,
khususnya teman – temansaya Nisa Siregar Rafika Dewi dukungannya dan
perhatiannya kepada penulis serta bersama-sama berjuang dalam suka dan duka untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dan kesalahan dalam tugas akhir ini karena keterbatasan kemampuan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tugas akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca
Medan, Juli2017
Penulis
PENENTUAN BILANGAN IODINE (IODINE VALUE) DALAM (REFINED BLEACHED DEODORAZED PALM STEARIN) RBD PALM STEARIN DAN (REFINED BLEACHEDDEODORIZED PALM
OLEIN) RBD PALM OLEIN DI PT. SUCOFINDO MEDAN
ABSTRAK
Salah satu parameter dalam menentukan suatu kualitas minyak dapat ditentukan dengan
menggunakan analisis bilangan iodine yang menyatakan ukuran ketidakjenuhan suatu
minyak. Bila bilangan iodine semakin tinggi, maka semakin tinggi pula tingkat
ketidakjenuhan suatu minyak, dan itu menunjukkan kualitas suatu minyak semakin
bagus. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata bilangan iodin untuk
RBD Palm Stearin (1) = 35,56 meq RBD Palm Stearin (2) = 35,67 meq, RBD Palm
Stearin (3) = 35,74 meq dan untuk RBD Palm Olein (1) = 58,50 meq, RBDP Olein
(2) = 58,42 meq, RBD Palm Olein (3) = 58,71 meq. Dan dari data yang diperoleh hasil
analisis telah memenuhi Standar Mutu yaitu untuk RBD Palm Stearin = min 35 meq dan
untuk RBD Palm Olein = min 56 meq.
DETERMINING IODINE (IODINE VALUE) IN (REFINED BLEACHED DEODORAZED PALM STEARIN) RBD PALM STEARIN AND (REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM
OLEIN) RBD PALM OLEIN IN PT. SUCOFINDO MEDAN
ABTRACT
One of the parameters in determining an oil quality can be determined by using an
iodine number analysis that represents the size of an oil's unsaturation. When the iodine
number is higher, the higher the level of unsaturation of an oil, and it shows the quality
of an improved oil. From result of analysis that have been done, obtained mean iodine
number for RBD Palm Stearin (1) = 35,56 meq RBD Palm Stearin (2) = 35,67 meq,
RBD Palm Stearin (3) = 35,74 meq and for RBD Palm Olein (1) = 58,50 meq, RBD
Palm Olein (2) = 58,42 meq, RBD Palm Olein (3) = 58,71 meq. And from the data
obtained the results of the analysis have met the quality standard is for RBD Palm
Stearin = min 35 meq and for RBD Palm Olein = min 56 meq.
DAFTAR ISI
LEMBARAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN iii
PENGHARGAAN v
ABSTRAK vii
ABSTRAC viii
DAFTAR ISI ix
DAFTRA TABEL xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 3
1.3. Tujuan 3
1.4. Manfaat 4
BAB II TINJAUN PUSTAKA
2.1. Sejarah Kelapa Sawit 5
2.2 Komposisi Minyak Kelapa Sawit 5
2.3 Klasifikasi Botani Kelapa Sawit 6
2.4 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit 7
2.5 Sumber Minyak dan Lemak 9
2.6 Pengolahan Minyak dan Lemak 9
2.6.1. Ekstraksi 9
2.6.2 Pemurnian Minyak 10
2.6.3 Hidrogenisasi 13
2.6.4 Inter-esterifikasi 13
2.6.5 Winterisasi 13
2.7 Penentuan Kadar Lemak Dan Minyak 13
2.8 Penentuan Angka Iodin 14
2.9 Bilangan Iodin 16
B. Cara Kaufman Von Hulb 16
C. Cara Wijs 17
2.10 Standar Mutu Minyak 18
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan 21
3.1.1 Alat 21
3.1.2 Bahan 21
3.2 Prosedur 22
3.2.1 Pembuatan KI 10 % 22
3.2.2 Pembuatan Indikator Pati (Amilum) 1% 22 3.2.3 Pembuatan Larutan Standar Na
2S
2O
30,1 N 22 3.2.4 Pembuatan Standarisasi Larutan Standar Na
2S
2O
30,1 N 22
3.3 Prosedur Kerja Sampel 23
BAB 4 HASIL DAN PEMAHASAN
4.1 Hasil 25
4.1.1 Data Percobaan 25
4.1.2 Perhitungan 26
4.2 Pembahasan 29
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 30
5.2. Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
2.1 Komposisi asam lemak minyak 6
kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit
2.2 Standard Mutu Minyak Berdasarkan PORAM 19
2.3 Standard Mutu Minyak Berdasarkan 19
SNI 01-0018-2006
2.4 Standard Mutu Minyak Berdasarkan 20
SNI 01-0022-1998
4.1 Datahasil analisa bilangan iodine (iodine value) 25 pada sampel RBD Palm Stearin
4.2 Datahasil analisa bilangan iodine (iodine value) 26 pada sampel RBD Palm Olein
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tanaman kelapa sawit (Elaesis guinensis jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat.
Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyatannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya seperti, Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional.
Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit (Fauzi, 2002).
Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industry melalui proses peyulingan penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined-Bleached and
Deodorized Palm Oli). Disamping itu CPO Dapat diuraikan untuk produksi minyaksawit padat (RBD Palm Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD Palm Olein). RBD Palm Olein terutama digunakan untuk pembuatan minyak goreng.
Sedangkan RBD Palm Stearin terutama digunakan untuk pembuatan margarine dan
shortering disamping untuk pembuatan sabun dan detergen. Proses pengolahan buah
kelapa / Tandan Buah Segar (TBS) menghasilkan minyak sawit dapat digunakan dengan
cara modern maupun konvensional. Pada tahap awal proses pengolahan yaitu proses
2
pemerasan (Pengempaan) daging buah kelapa sawit dihasilkan minyak kelapa sawit mentah / kasar yang popular yang dikenal dengan nama Crud Plam Oil (CPO). Melalui proses lebih lanjut yaitu proses fraksinasi akan dihasilkan 2 macam produk :
1. Stearin merupakan fraksi padat dari minyak kelapa sawit
2. Olein yaitu bagian dari minyak kelapa sawit yang merupakan fraksi cair
Melalui proses refinasi (refining) dengan cara melakukan bleaching & Deodorizing maka akan dihasilkan olein murni yang disebut RBD Palm Olein dan RBD Palm Stearin. (Gilbert, A 2009)
Salah satu standart mutu minyak goreng adalah bilangan iodin yang dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan minyak atau lemak dan dapat juga dipergunakan untuk menggolongkan jenis minyak pengering dan minyak bukan pengering.Biasanya jumlah iod yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh.
Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang tinggi akan mengikat iod dalam jumlah yang besar. Bila bilangan iod semakin tinggi maka kualitas dari suatu minyak goreng semakin bagus. Akan tetapi bila bilangan iodin tinggi atau banyak ikatan tidak jenuh makan akan mudah teroksidasi sehingga minyak menjadi tengik dan menurun daya simpannya (Ketaren,S. 1986)
Standart mutu minyak RBD Palm Olein menurut PORAM asam lemak bebas 0,1%
kadar air dan kotoran 0,1 - 0,7% serta bilangan iodin 56% dan RBD Palm Stearin asam lemak bebas 0,2% kadar air dan kotoran 0,15% bilangan iodin 48%
Standart mutu minyak RBD Palm Olein menurut SNI 01-0018-2006 asam lemak bebas
0,1% kadar air dan kotoran 0,1% serta bilangan iodin 56% dan RBD Palm Stearine
menurut SNI asam lemak bebas 0,1% kadar air dan kotoran 0,15% bilangan iodin 40%..
3
Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk memilih judul untuk karya ilmiah penulis Penantuan Bilangan Iodin (Iodin Value) pada (Refined Bleaching Deodorized
Palm Stearin) RBDP Stearin dan (Refined Bleaching Deodorized Palm Olein) RBDPOlein di PT PT. SUCOFINDO MEDAN
1.2. Permasalahan
1. Apakah kadar Bilangan Iodin(Iodine Value) pada minyak RBD Palm Stearin yang dilakukan di PT. SUCOFINDO GATOT SUBROTO sudah sesuai dengan Standar Mutu
2. Apakah kadar Bilangan Iodin (Iodine Value) pada minyak RBD Palm Olein yang dilakukan di PT. SUCOFINDO GATOT SUBROTO sudah sesuai dengan Standar Mutu
1.3. Tujuan
1. Untuk menentukan bilangan iodin (Iodine Value) dari RBD Palm Stearin Sehingga dapat diketahui mutu dari minyak tersebut
2. Untuk menentukan bilangan iodin (Iodine Value) dari RBD Palm Olein Sehingga dapat diketahui mutu dari minyak tersebut
1.4. Manfaat
4
1. Dengan mengetahui kadar bilangan iodin yang terdapat dalam minyak RBD Palm Stearin yang di analisa, maka dapat diketahui bahwa minyak tersebut sudah memenuhi standar mutu atau belum, sehingga pihak perusahaan dapat melakukan penanganan lebih lanjut untuk meningkatkan mutu minyak tersebut.
2. Dengan mengetahui kadar bilangan iodin yang terdapat dalam minyak RBD Palm Stearin yang di analisa, maka dapat diketahui bahwa minyak tersebut sudah memenuhi standar mutu atau belum, sehingga pihak perusahaan dapat melakukan penanganan lebih lanjut untuk meningkatkan mutu minyak tersebut.
3. Dapat mengetahui kegunaan dari RBD Palm Stearin dalam industry
4. Dapat mengetahui kegunaan dari RBD Palm Olein dalam industry
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Kelapa Sawit
Kelapa sawit pertama kali diintroduksikan ke Indonesia oleh pemerintahan kolonial belanda pada tahun 1848, tepatnya dikebun raya bogor (s’Lands Plantetuin Buintezorg).
Pada tahun 1876, sir yosepph hooker mencoba menanam 700 bibit tanaman kelapa sawit di Labuhan deli, Sumatera Utara.
Setelah 10 tahun, tanaman yang benihnya dibawa dari kebun raya kew (London) ini ditebang habis diganti dengan kelapa. Sesudah tahun 1911, K,Schadt seorang kebangsaan Jerman dan M.adrien Hallet kebangsaan Belgia mulai mempelopori tanaman kelapa sawit. Schadt mendirikan perusahaan diPulau Raja (Asahan) dan Sungai Liput (Aceh).
Sejak itulah dimulai dibuka perkebunan-perkebunan baru. Pada tahun 1938, di Sumatera dieprkirakan sudah ada 90.000 Ha perkebunan kelapa sawit. Pada saat ini perkebunan kelapa sawit telah berkembang lebih jauh sejalan dengan kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produk industri oleochamical. Produk minyak sawit meurpakan komponen penting dalam perdagangan minyak nabati dunia (Pahan, 2002)
2.2. Komposisi Minyak Kelapa Sawit
Mengandung kurang kebih 80% dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar
minyak dalam prikarp sekitar 34 - 40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat
yang mempunyai komposisi yang tetap. Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan
jumlah rantai asam lemak dalam minyak sawit dan minyak inti sawit menyebabkan
6
kedua jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak sawit dalam suhu kamar bersifat setengah padat, sedangkan pada suhu yang sama minyak inti sawit berbentuk cair. Jika terjadi penguraian minyak sawit, misalnya dalam proses pengolahan makan akan didapatkan berbagai jenis asam lemak. Masing-masing bahan kimia tersebut mempunyai ruang lingkup penggunaan yang tidak sama, sehingga dari bahan itu dapat dikembangkan menjadi produk yang siap pakai atau bahan setengah jadi.
Tabel 2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit
Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit
(persen)
Minyak Inti Sawit (persen)
Asam kaprilat Asam kaproat Asam laurat Asam miristat Asam palmitat Asam stearat Asam oleat Asam linoleat
- - -
1,1 – 2,5 40 – 46 3,6 – 4,7 39 – 45 7 - 11
3 – 4 3 – 7 46 – 52 14 – 17 6,5 – 9 1 – 2,5 13 – 19 0,5 - 2
Sumber: Ketaren 1986
2.3. Klasifikasi Botani Kelapa Sawit Divisi = Embryophyta Siphonagama Kelas = Angiospermae
Ordo = Monocotiledonae
Famili = Arecacea (dahulu disebut Palmae) Subfamili = Cocoideae
Genus = Elaeis
Spesies = 1. E. guineensis Jacq.
7
2. E.oleifera ( H.B.K.) Cortes 3. E.odora
( Pahan, I. 2011)
2.4. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generative. Bagian generatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembang biakan terdiri dari bunga dan buah.
1. Bagian Vegetatif a. Akar
Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Selain itu, sebagai penyangga berdirinya tanaman sehingga mampu menyokong tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter hingga tanaman 25 tahun.Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna putih atau kekuningan. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh kebawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter.
b. Batang
Kelapa sawit merupakan tanaman monoktil, yaitu batangnya tidak mempunyai cambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfuingsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan.
c. Daun
8
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 - 9 m. Jumlah anak daun disetiap pelepah berkisar antara 250 - 400 helai
2. Bagian Generatif a. Bunga
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious) artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Setiap rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi seludang, dapat dibedakan bunga jantan dengan bunga betina, yaitu dengan melihat bentuknya. Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil, sedangkan bunga betina bentuknya agal bulat dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar.
b. Buah
Buah disebut juga fructus.Buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian
pertama adalah perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokarpium, sedangkan
yang kedua adalah biji, yang teridiri dari endokaprium, endosperms, dan lembaga atau
embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang keras dan licin, sedangkan mesokaprium
yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan rendemen paling
tinggi. Endokaprium merupakan tempurung berwarna hitam dan keras. Endosperm atau
disebut juga kernel merupakan penghasil minyak inti sawit, sedangkan lembaga atau
embrio merupakan bakal tanaman.( Fauzi,Y. 2002)
9
2.5 Sumber Minyak dan Lemak
Lemak dan minyak yang dapat dimakan (edible fat), dihasilkan oleh alam, yang dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan, minyak tersebut berfungsi sebagai sumber cadangan energi. Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, sebagai berikut:
1. Bersumber dari tanaman
a Biji-bijian palawija : minyak jagung , biji kapas, kacang. Rape seed, wijen, kedele, bunga matahari.
b Kulit buah tanaman tahunan : minyak zaitun dan kelap sawit.
c Biji-bijian dari tanan tahunan : kelapa, coklat, inti sawit, babassu cohunesejenisnya.
2. Bersumber dari hewani
a Susu hewan peliharaan : lemak susu
b Daging hewan peliharaan : lemak sapi dan turunannya oleostearin, oleo oil dari oleo stock, lemak babi, dan mutton tallow.
c Hasil laut : minyak ikan sarden, manhaden dan sejenisnya, dan minyak ikan paus. (S.Ketaren.1986)
2.6 Pengolahan Minyak dan Lemak 2.6.1 Ekstraksi
Ekstarksi adalah suatu cara mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi bermacam-macam,
10
yaitu : rendering (dry rendering dan wet rendering), echanical expression dan solvent extraction.
a. Rendering
Rendering merupakan suatu car ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak dan lemak dengan kadar air yang tinggi
b. Pengepresan Mekanis (Mechanical Expression)
Pengepresan mekanisme merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70 pesen).
c. Ekstraksi dengan pelarut (Solvent Ekstraction)
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak. Pelarut minyak atau lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline karbon disulfida, karbon tetraklorida, benzen dan n-heksana.
2.6.2 Pemurnian Minyak
Tujuan utama dari proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industri 1. Perlakuan Pendahuluan
Tujuan perlakuan pendahuluan salah satunya adalah sebagai berikut :
1. Menghilangkan kotoran dan memperbaiki stabilitas minyak dengan mengurangi jumlah ion logam terutama besi dan tembaga.
2. Proses pemisahan gum dilakukan terhadap minyak untuk tujuan tertentu.
11
3. Untuk memudahkan proses pemurnian selanjutnya, dan mengurangi minyak yang hilang selama proses pemurnian, terutama pada proses netralisasi.
a. Pemisahan Gum (de-Gumming)
Pemisahan gum merupakan suatu prose pemisahan getah atau lendir-lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin, tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak.
Biasanya proses ini dilakukan dengan car dehidratasi gum atau kotoran lain agar supaya bahan tersebut lebih mudah terpisah dari minyak, kemudian disusul dengan proses pemusingan (sentrifusi). Caranya ialah dengan melakukan uap air panas kedalam minyak disusul dengan pengaliran air dan selanjutnya disentrifusi sehingga bagian lendir terpisah dari air. Pada waktu proses sentrifusi berlangsung, ditambahkan bahan kimia yang dapat menyerap air misalnya asam mineral pekat atau garam dapur (NaCl).
Suhu minyak pada waktu proses sentrifusi berkisar antar 32-50
oC dan pada suhu tersebut kekentalan minyak akan berkurang sehingga gum mudah terpisah dari minyak.
2. Tahap-tahap Pemurnian a. Netralisasi
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock)
b. Pemucatan (Bleaching)
Pemucatan adalah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat
warna yang tidak disukai dalam minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti tahan
12
serap (fuller eart), lempung aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan kimia.
c. Deodorisasi
Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dala minyak prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfer atau keadaan vakum.
Proses deodorisasi dilakukan terhadap minyak yang digunakan untuk bahan pangan.
Pada tahap ini minyak dari bleaching DBPO (Degumming bleaching palm oil) akan dimurnikan dari kadar asam lemak bebas (FFA), bauk (odor), warna (collour), proses deodorisasi di lakukan dalam tabung bajah yang tertutup dan vertical.
Pada proses deodorisasi di lakukan dengan cara memompakan minyak tersebut di panaskan dalam suhu 200-250
oC pada tekanan 1 atm dan selanjutnya pada tekanan rendah (± 100 mm hg) sambil di aliri uap panas selama 4-6 jam untuk mengangkut sampah yang menguap. Jika masih ada uap air yang tertinggal dalam minyak setelah pengaliran uap selesai, maka tersebut perlu di vakumkan pada tekanan turun yang lebih rendah
Pada suhu yang tinggi, komponen yang menimbulkan bau pada minyak akan
lebih mudah menguap, sehngga komponen tersebut di angkut sari minyak bersama – sama dengan uap panas. Setelah proses deodorisasi sempurna, maka minyak
harus cepat di dinginkan ± 84
oC dan selanjunya ketel di buka dan di keluarkan dari
ketel
13
(Ketaren S,2005)
2.6.3 Hidrogenisasi
Hidrogenisasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi tingkat ketidakjenuhan minyak atau lemak
Proses hidrogenisasi, terutama bertujuan untuk membuat minyak atau lemak bersifat plastis. Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap minyak atau lemak dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikan titik cair. Juga dengan hilangnya ikatan rangkap, akan menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan terhadap oksidasi. (Ketaren S, 2005)
2.6.4 Inter-esterifikasi
Interesterifikasi (penukaran ester atau esterifikasi menyangkut pertukaran gugus asil antartrigliserida. Karena trigliserida mengandung 3 gugus ester per molekul, maka peluang untuk pertukaran tersebut cukup banyak. (Ketaren S, 2005)
2.6.5 Winterisasi
Winterisasi yaitu proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair tinggi dari trigliserida bertitik cair rendah. Pada suhu rendah, trigliserida padat tidak dapat larut dalam trigliserida cair. (Ketaren S, 2005)
2.7 Penentuan Kadar Lemak Dan Minyak
Penentuan kadar lemak dan minyak dengan pelarut, selain lemak juga terkut fosfoipida,
sterol, asam lemak bebas, kerotenoid dan pigmen yang lain. Karena itu hasil analisanya
14
lemak kasar (“crude fat”) pada garis besarnya analisa “lemak kasar“ ada dua macam yaitu cara kering dan basah .
Pada cara kering bahan dibungkus atau diitempatkan dalam thimble, kemudian dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Pemanasan harus secepatnya dan dihindari suhu yang terlalu tinggi, untuk ini dianjurkan dengan vakum oven ( suhu 70
oC) dengan tekanan vakum. Karena sampel kering maka pelarut yang dipilih harus bersifat tidak menyerap air. Apabila bahan masih mengandung air yang tinggi maka bahan pelarut akan sulit masuk kedalm jaringan/sel dan pelarut menjadi jenuh dengan air selanjutnya ekstraksi lemak kurang efisien. Selain itu adanya air akan menyebabkan zat-zat yang terlarut dalam air akan ikut pula terekstrasi bersam lemak sehingga hasil analisa kurang mencerminkan yang sebenarnya. Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dikerjakan secara terputus putus atau bersinambungan. (Sudarmadji.1989)
2.8. Penentuan Angka Iodin
Angka iod mencerminkan ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak dan lemak.
Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iod yang dan membentuk senyawa yang jenuh. banyaknya iod yang diikat menjukkan banyaknya ikatan rangkap. Angka iod dinyatakan sebagai banyaknya gram iod yang diikat oleh 100 gram minyak dan lemak von hubl, atau dengan cara wijs. Penentuan angka iodin dapat dengan cara hanus atau cara kaufmaun dan von hubl, atau dengan cara wijs . (Sudarmadji.1989 )
Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau lemak
dan dapat juga dipergunakan untuk menggolongkan jenis minyak “pengering” dan
minyak “bukan pengering”. Minyak “pengering” mempunyai bilangan iod yang lebih
15
dari 130. Minyak yang mempunyai bilangan iod antara 100 sampai 130 bersifat setengah mengering. (KetarenS, 1986)
2.9 Bilangan Iodin
Bilangan Iodin adalah jumlah (gram) iodin yang dapat diikat oleh 100 gram lemak.
Ikatan rangkap yang trdapat pada asam lemak tidak jenuh akan bereaksi dengan iodin atau senyawa iodin. Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang tinggi akan mengikat iodin dalam jumlah yang lebih besar. Bilangan iodin di tetapkan dengan melarutkan sejumlah contoh minyak atau lemak (0,1 sampai 0,5 gr) dalam kloroform atau karbon tetra klorida. Kemudian ditambahkan halogen secara berlebihan. Setelah didiamkan pada tempat yang gelap dengan periode waktu yang dikontrol, kelebihan dari iodin yang tidak bereaksi diukur dengan jalan menitrasi larutan-larutan campuran tadi dengan natrium tiosulfat. Reaksi dari ion yang berlebihan tersebut adalah sebagai berikut:
2 Na
2S
2O
3+ I
22 NaI + Na
2S
4O
6Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dengan indikator amilum.Bilangan iodin dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau lemak dan juga dapat digunakan menggolongkan jenis minyak pengering dan minyak bukan pengering. Minyak mengering mempunyai bilangan iodin yang lebih dari 130.
Minyak yang mempunyai bilangan iodin 100 sampai 130 bersifat setengah mongering.
Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap sejumlah
iodin dan membentuk senyawa jenuh. Besarnya jumlah iodin yang diserap
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh.Bilangan iodin
dinyatakan sebagai jumlah gram iodin yang diserap oleh 100 gr lemak/minyak.
16
Kecepatan reaksi antara asam lemak tidak jenuh dengan halogen tergantung pada macam halogen dan struktur dari asam lemak.Dalam urutan iod > brom > flour > klor, menunjukkan bahwa semakin kekanan reaktivitasnya semakin bertambah. Penentuan bilangan iodin biasanya menggunakan cara Hanus, Kaufmann, dan Wijs dan perhitungan bilangan iodin dari masing-masing cara tersebut adalah sama. Semua cara ini berdasarkan atas prinsip titrasi dimana pereaksi halogen berlebihan ditambahkan pada contoh yang diuji. Stelah reaksi sempurna kelebihan reaksi ditentukan jumlahnya dengan titrasi (Ketaren S, 1986).
A. Cara Hanus
Dalam cara Hanus digunakan pereaksi iodium bromida dalam larutan asam asetat glasial (Larutan Hanus). Untuk membuat larutan ini, 20 gram iodium bromide dilakukan dalam 1000 ml alcohol murni yang bebas dari asam asetat. Jumlah contoh yang ditimbang tergantung dari perkiraan besarnya bilangan iod, yaitu sekitar 0,5 gram untuk lemak, 0,25 gram untuk minyak,dan 0,1 sampai 0,2 gram untuk minyak dengan derajat ketidakjenuhan yang tinggi. Jika ditambahkan 25 ml pereaksi harus ada kelebihan pereaksi sekitar 60 persen.
B. Cara Kaufmann dan Von Hubl
Pada cara ini digunakan pereaksi Kaufmann yangterdiri dari campuran 5,2 ml larutan brom murni didalam 1000 ml methanol dan dijenuhkan dengan natrium bromide.
Contoh yang telah ditimbang dilarutkan dalam 10 ml kloroform kemudian ditambahkan
25 ml pereaksi. Di dalam pereaksi ini, natrium bromide akan mengendap. Reaksi
dilakukan di tempat yang gelap. Larutan ini dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat
0,1 N dengan indikator larutan pati. Blanko dikerjakan dengan cara yang sama.
17
Pada cara Von Hubl dugunakan pereaksi yang terdiri dari larutan 25 gram iod di dalam 500 ml etanol dan larutan 30 gram merkuri klorida di dalam 500 ml etanol. Kedua larutan ini baru dicampurkan jika akan dipergunakan, dan tidak boleh berumur lebih dari 48 jam. Pereaksi ini mempunyai reaktivitas yang lebih kecil dibandingkan dengan cara-cara lainnya, sehingga membutuhkan waktu reaksi selama 12 sampai 14 jam C. Cara Wijs
Pembuatan Larutan Wijs
Pereaksi Wijs yang terdiri dari larutan 16 gram iod monoklorida dalam 1000 ml asam asetat glasial. Cara lain yang lebih baik untuk membuat larutan ini yaitu dengan melarutkan 13 gram iod dalam 1000 ml asam asetat glasial, kemudian dialirkan gas klor sampai terlihat perubahan warna yang menunjukkan bahwa jumlah gas klor yang dimasukkan sudah cukup. Pembuatan larutan ini agak sukar, dan bersifat tidak tahan lama: Larutan ini sangat peka terhadap cahaya, panas, dan udara, sehigga harus disimpan di tempat yang gelap, sejuk dan tertutup rapat.
Prosedur:
Contoh minyak yang telah disaring ditimbang sebanyak 0,1-0,5 gram di dalam
Erlenmeyer 500 ml yang bertutup, kemudian ditambahkan 20 ml karbon tetraklorida
sebagai pelarut. Ditambahkan 25 ml larutan wijs dengan pipet, dengan kelebihan
volume pereaksi sekitar 50-60 persen. Dengan cara yang sama dibuat juga larutan
blanko. Erlenmeyer disimpan di tempat gelap pada suhu 25º ± 5ºC selama 30
menit.Akhirnya ditambahkan 20 ml larutan kalium iodide 15 persen dan 100 ml
air.Kemudian, botol ditutup serta dikocok dengan hati-hati. Titrasi dilakukan dengan
18
larutan natrium thiosulfat 0,1 N dengan menggunakan indikator larutan pati.(
Ketaren.S,1986)
Titrasi Iodometri
Titrasi Iodometri dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena warna I2 yang dititrasi itu akan lenyap bila titik akhir tercapai, warna itu mula-mula cokelat agak tua, menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning-muda, dan seterusnya, sampai akhirnya lenyap. Namun lebih mudah dan lebih jelas bila ditambahkan amilum ke dalam larutan sebagai indikator.Amilum dengan I2 membentuk suatu kompleks berwarna biru tua yang masih sangat jelas sekalipun I2 sedikit sekali.Pada titik akhir titrasi, iod yang terikat itu pun hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru lenyap mendadak dan perubahan warnanya tampak sangat jelas. Penambahan amilum ini harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi ( bila iod sudah tinggal sedikit yang tampak dari warnanya yang kuning-muda). Maksudnya ialah agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkannya sukar lepas kembali. Hal itu akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir titrasi tidak kelihatan tajam lagi. Bila iod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir. (Harjadi,1993).
2.10. Standar Mutu Minyak
Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia.Oleh karena itu,
syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah mutu minyak
dapat dibedakan menjadi dua arti .pertama, banar-benar murni dan tidak bercampur
dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan
menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur, angka penyabunan,
19
dan bilangan iodium. Kedua pengertian mutu sawit berdasarkan spesifikasi standart mutu internasional yang meliputi kadar asam lemak bebas, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industry pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh Karen itu kemurniannya harus diperhatikan.
(Fauzi, 2003)
Tabel 2.2 Standard Mutu Minyak Berdasarkan PORAM (Ningsi,E 2005)
No Karakteristik RBD Palm Oil RBD Palm Olein RBD Palm Stearin 1 Asam Lemak Bebas (FFA)
(AS. Palmitic)
0,1 % 0,1 % - 7,5% 0,2 %
2 Bilangan Iodin (IV) 54.0 max 56,0 min 48 max
3 Kadar Air dan Pengotor 0,1 % 0,1 % 0,15%
4 Titik Lebur 36-40
oC max 24
oC max 44
oC max
5 Colour Lovibond 2 Rmax 6 Rmax 6 Rmax
(Ningsi,E 2005)
Tabel 2.3 Standar Mutu RBD Palm Olein SNI 01-0018-2006
NO Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Warna - 3R maks
2 Air dan kotoran % Fraksi Massa 0,1 maks
3 Asam Lemak Bebas (Sebagai asam Palmitat)
% Fraksi Massa 0,1 maks
4 Bilangan Iodium g Yodium/100 g 56 min
20
Tabel 2.4 Standar Mutu RBD Palm Stearin SNI 01-0022-1998
NO Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Warna - Normal
2 Air dan kotoran % Fraksi Massa 0,15 maks 3 Asam Lemak Bebas (Sebagai
asam Palmitat)
% Fraksi Massa 0,1 maks
4 Bilangan Iodium g Yodium/100 g 40 max
Graha, S.2013
21
BAB 3
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan :
1. RBDP Olein 2. RBDP Stearin
3. Larutan asam asetat : siklo heksana = 1:1 4. Larutan Wijs
5. Larutan KI 10 %
Nama Alat Merek
Erlenmeyer Asah 500 mL Duran Labu Volumetrik 1000 mL Pyrex Pipet Volumetrik 20,25,2 mL Duran
Beaker Glass 100 mL Pyrex
Buret 50 mL Neraca Analitik Oven
Magnetic Stirer
Pyrex Sartorius -
-
22
6. Larutan Indikator Pati (Amilum) 1%
7. Larutan Kalium Dikromat 8. Natrium Tiosulfat 0,1 N 9. Aquadest
3.2 Prosedur
3.2.1 Pembuatan KI 10%
Pertama ditimbang 10 gram kristal KI kemudian masukan kedalam beaker glass 100 ml dilarutkan dengan aquadest sampai 100 mL selanjutnya homogenkan dengan magnetic stirer
3.2.2 Pembuatan Indikator Pati (Amilum) 1%
Pertama ditimbang 1 gram pati masukan dalam beaker glass 100 ml kemudian dilarutkan dengan aquadest sampai 100 ml dihomogenkan dan didinginkan
3.2.3 Pembuatan Larutan Standar Na
2S
2O
30,1 N
Pertama ditimbang ± 24,8 gr Na
2S
2O
3kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL diilarutkan dengan aquadest sebanyak 1 liter
3.2.4 Standarisasi Larutan Standar Na
2S
2O
30,1 N
Pertama dipanaskan Kalium Dikromat dalam oven selama 1 jam didinginkan dalam
desikator kemudian ditimbang 0,16 - 0,22 gr dalam Erlenmeyer ditambahkan asam
sulfat 1:1 5 mL dititrasi dengan Na
2S
2O
3sampai kuning gading ditambahkan indikator
larutan pati ditirasi dengan Na
2S
2O
3sampai titik akhir titrasi berwarna hijau
23
3.3 Prosedur Kerja Untuk Sampel
Prosedur kerja yang dilakukan untuk sampel RBD Palm Olein :
Petama cairkan sampel RBD Palm Olein jika belum dalam keadaan cair (suhu selama pelelehan tidak boleh dari 10
oC titik leleh contoh catatan : seluruh peralatan gelas yang digunakan harus bersih dan kering kemudian timbang 0,2 mL sampel kedalam erlenmeyer asah 500 mL, gunakan tabel untuk penimbangan yang akurat tambahkan 15 mL larutan (Cyclohexan + Glasial Acetic acid ) 1:1 dan pastikan sampel telah larut sempurna tambahkan 25 mL larutan wijs kedalam erlenmeyer asah aduk sempurna simpan segera labu dalam tempat yang gelap untuk mempercepat reaksi pada suhu 25±
5
oC selama 1 jam. Pindahkan labu dari tempat gelap dan tambahkan 20 mL larutan KI 10% dan 100 mL aquadest titrasi dengan larutan Na
2S
2O
30,1N sampai warna kuning gading tambahkan 1-2 mL larutan indikator pati (amilum) 1% dan lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang terakhir lakukan terhadap blanko.
Prosedur kerja yang dilakukan untuk sampel RBD Palm Stearin :
Petama cairkan sampel RBD Palm Stearin, jika belum dalam keadaan cair ( suhu selama pelelehan tidakboleh dari 10
oC titik leleh contoh catatan : seluruh peralatan gelas yang digunakan harus bersih dan kering kemudian timbang sampel 0,2 mL kedalam erlenmeyer asah 500ml, gunakan tabel untuk penimbangan yang akurat tambahkan 15 mL larutan (Cyclohexan + Glasial Acetic acid ) 1:1 dan pastikansampel telah larut sempurna tambahkan 25 mL larutan wijs kedalam erlenmeyer asah aduk sempurna simpan segera labu dalam tempat yang gelap untuk mempercepat reaksi pada suhu 25±
5
oC selama 1 jam. Pindahkan labu dari tempat gelap dan tambahkan 20 ml larutan KI
24
10% dan 100 mL aquadest titrasi dengan larutan Na
2S
2O
30,1N sampai warna kuning
gading tambahkan1-2 mL larutan indikator pati (amilum) 1% dan lanjutkan titrasi
sampai warna biru hilang terakhir lakukan terhadap blanko.
25
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
4.1.1 Data Percobaan
Tabel 4.1 Dari hasil analisa yang dilakukan bilangan iodine (iodine value) pada sampel RBD Palm Stearine yang dikerjakan dengan tiga kali perlakuan setiap satu perlakuan dikerjakan masing-masing dua kali.
No Sampel (g) Berat Sampel
Volume Titrasi Blanko
(mL)
Volume Titrasi Sampel (mL)
Normalitas Na
2S
2O
3(N)
Kadar Bilangan
Iodine gr I
2/100 gr
Rata - rata (mg/L)
1 RBDP Stearin 1 (a)
0,2260 43,80 37,60 0,1022 35,58
35,56 RBDP Stearin
1 (b)
0,2281 43,80 37,55 0,1022 35,54
2 RBDP Stearin 2 (a)
0,2290 43,80 37,50 0,1022 35,68
35,67 RBDP Stearin
2 (b)
0,2272 43,80 37,55 0,1022 35,67
3 RBDP Stearin 3 (a)
0,2286 43,80 37,55 0,1022 35,75
35.74 RBDP Stearin
3 (b)
0,2267 43,80 37,50 0,1022 35,74
26
Tabel 4.2 Dari hasil analisa yang dilakukan bilangan iodine (iodine value) pada sampel RBD Palm Olein dikerjakan dengan tiga kali perlakuan setiap satu perlakuan dikerjakan masing-masing dua kali
No Sampel (g) Berat Sampel
Volume Titrasi Blanko (mL)
Volume Titrasi Sampel (mL)
Normalitas Na
2S
2O
3(N)
Kadar Bilangan
Iodine gr I
2/100 gr
Rata - rata (mg/
L) 1 RBDP Olein
1 (a)
0,2860 46,80 37,60 0,1000 58,57
58,50 RBDP Olein
1 (b)
0,2900
46,80
37,55 0,1000 58,41
2 RBDP Olein
2 (a) 0,2910 46,80 37,50 0,1000 58,43
58,42 RBDP Olein
2 (b) 0,2770 46,80 37,55 0,1000 58,41
3 RBDP Olein 3 (a)
0,2859 46,80 37,55 0,1000 58,81
58,71 RBDP Olein
3 (b)
0,2728 46,80 37,50 0,1000 58,61
4.2. Perhitungan
Iodine value = ( )
Keterangan : Vb : Volume penitaran Blanko (mL)
Vs : Volume penitaran Sampel (mL)
27
N Thio : Normalitas Na
2S
2O
3(N) BE I
2: 12,69
W : Berat Sampel (gram)
A. Sampel RBD Palm Stearin
RBDP Stearin 1 (a) :
Iodine value = ( )
= 35,58
RBDP Stearin 1 (b) :
Iodine value
=
( )
= 35,54
× =
= 35,56
RBDP Stearin 2 (a) :
Iodine value = ( )
= 35,68
RBDP Stearin 2 (b) :
Iodine value
=
( )= 35,67
× =
= 35,67
28
RBDP Stearin 3 (a) :
Iodine value = ( )
= 35,75
RBDP Stearin 3 (a) :
Iodine value
=
( )
= 35,74
× =
= 35,74 B. Sampel RBD Palm Olein
RBDP Olein 1 (a) :
Iodine value = ( )
= 58,57
RBDP Olein 1 (b) :
Iodine value
=
( )
= 58,41
× =
= 58,50 RBDP Olein 2 (a) :
Iodine value = ( )
= 58,,43
RBDP Olein 2 (b) :
Iodine value
=
( )
= 58,41
29
× =
= 58,42 RBDP Olein 3 (a) :
Iodine value = ( )
= 58,81
RBDP Olein 3 (b) :
Iodine value
=
( )
= 58,41
× =
= 58,71
4.3 Pembahasan
Bilangan iod digunakan untuk menentukan ketidakjenuhan dari minyak. Bilangan iod menunjukkan jumlah ikatan rangkap yang dimiliki oleh asam lemak. Semakin banyak asam lemak yang memiliki ikatan rangkap maka wujudnya berupa cairan dan sebaliknya jika asam lemak jenuh tinggi maka wujudnya padat jadi dapat disimpulkan bahwa RBD Palm Stearin memiliki asam lemak yang jenuh sedangkan RBD Palm Olein asam lemak yang tidak jenuh karena berbentuk leih cair dari pada RBD Palm Stearin.
Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang tinggi akan mengikat iod dalam jumlah
yang besar. Bila bilangan iodin semakin tinggi maka kualitas dari suatu minyak goreng
semakin bagus. Jadi parameter iodin ini sangat penting untuk menjaga kualitas dari
suatu minyak sehingga mutunya dapat terjamin dari hasil analisis yang telah dilakukan,
diperoleh rata-rata bilangan iodin untuk RBD Palm Stearin (1) = 35,56 meq RBD Palm
30
Stearin (2) = 35,67 meq, RBD Palm Stearin (3) = 35,74 meq dan untuk RBD Palm
Olein (1) = 58,50 meq, RBD Palm Olein (2) = 58,42 meq, RBD Palm Olein (3) = 58,71
meq dari data yang diperoleh hasil analisis telah memenuhi Standar mutu yaitu untuk
RBD Palm Stearin = min 35 meq dan untuk RBD Palm Olein = min 56 meq.
31
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan di Laboratorium PT. SUCOFINDO Cabang
Medan diperoleh rata-rata hasil untuk RBD Palm Stearin (1) = 35,56 meq RBD Palm Stearin (2) = 35,67 meq, RBD Palm Stearin (3) = 35,74 meq
Dari hasil analisis yang dilakukan di Laboratorium PT. SUCOFINDO Cabang
RBD Palm Olein (1) = 58,50 meq, RBD Palm Olein (2) = 58,42 meq , RBD Palm Olein (3) = 58,71 meq
Rata - rata bilangan iodin pada RBD Palm Olein lebih besar dibandingkan
dengan rata – rata bilangan iodin RBD Palm Stearin
Hasil analisa bilangan iodin yang diperoleh secara analisis telah memenuhi
standar mutu 5.2. Saran
Diharapkan untuk menganalisa minyak CPO dan RBD Palm Olein menggunakan
parameter yang lain, seperti penentuan kadar asam lemak bebas, kadar air, bilangan peroksida, bilangan penyabunan, penentuan titik leleh supaya wawasan kita tidak terpaku pada bilangan iodin saja
Diharapkan pada saat penambahn larutan wijs terhindar dari cahaya, panas dan udara.