• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Banjir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA A. Banjir"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Banjir

Banjir merupakan peristiwa terjadinya genangan pada daerah datar sekitar sungai sebagai akibat meluapnya air sungai yang tidak mampu ditampung alur sungai. Menurut Suwardi (1999) bencana banjir merupakan aspek interaksi antara manusia dengan alam yang timbul dari proses dimana manusia mencoba menggunakan alam yang bermanfaat dan menghindari alam yang merugikan manusia.

Banjir dan bencana akibat banjir dapat terjadi karena faktor alamiah maupun pengaruh perlakuan masyarakat terhadap alam dan lingkungannya.

Faktor alamiah yang utama yaitu elemen meteorologi seperti intensitas, distribusi, frekuensi dan lamanya hujan berlangsung. Kondisi alam lainnya seperti topografi, hidrologi dan pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap perubahan karakteristik aliran sungai berkaitan dengan berubahnya areal konservasi yang dapat memperbesar peluang terjadinya aliran permukaan. Pengaruh perubahan penggunaan lahan erat kaitannya dengan perlakuan masyarakat. Pada umumnya banjir terjadi dikarenakan debit aliran sungai yang terjadi lebih besar daripada kapasitas pengaliran alur sungai.

Hujan yang jatuh terus-menerus pada musim hujan biasanya mengakibatkan permukaan air sungai akan meningkat sedangkan kapasitas penumpangan air sungai relatif tetap, sehingga air sungai meluap (Sudaryoko, 1987 dalam Grenti, 2006).

Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai besar di Jakarta. Hampir tiap tahun, sungai Ciliwung meluap dan menyebabkan banjir di Jakarta.

Daerah kawasan yang dilalui oleh sungai Ciliwung adalah Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Ada 14 titik rawan banjir sepanjang aliran sungan Ciliwung di Jakarta, yaitu : Pengadegan, Kalibata, Rawa Jati, Gang Arus, Bukit Duri, Bidara Cina, Kampung Melayu, Matraman, Kali Pasir, Kwitang, Jatinegara, Jati Pulo, Tomang, Pulo Gadung. Pos pemantau banjir sepanjang aliran sungai Ciliwung diantaranya : Pintu Air Manggarai, Pintu Air Depok, Pintu Air Bendung Katulampa.

(2)

Bendung Katulampa adalah bangunan yang terdapat di Kecamatan Katulampa, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bangunan ini dibangun pada tahun 1911 dengan tujuan sebagai sarana irigasi lahan seluas 5.000 hektar yang terdapat pada sisi kanan dan kiri bendung. Saluran irigasi dari bendung ini mempunyai kapasitas maksimum sekitar 6.000 liter per detik. Fungsi lain dari Bendung Katulampa adalah sebagai indikator terhadap bahaya banjir sungai Ciliwung yang akan memasuki Jakarta. Data mengenai ketinggian air di Bendung Katulampa ini memperkirakan bahwa sekitar 3 - 4 jam kemudian air akan sampai di daerah Depok. Selanjutnya di Pintu Air Depok ketinggian air dipantau dan dilaporkan ke Jakarta sehingga masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar aliran sungai Ciliwung sudah dapat mengantisipasi sedini mungkin datangnya air banjir yang akan melewati daerah mereka (Wikipedia, 2010). Ketinggian air dibagi menjadi 6 status, yaitu : normal pada ketinggian muka air dibawah 70 cm, status waspada pada ketinggian muka air 70 cm hingga 100 cm, siaga 4 pada ketinggian muka air 100 cm hingga 170 cm, siaga 3 pada ketinggian muka air 170 cm hingga 240 cm, siaga 2 pada ketinggian muka air 240 cm hingga 300 cm, siaga 1 pada ketinggian muka air di atas 300 cm. Status siaga 1 dan siaga 2 mengindikasikan akan terjadi banjir kiriman di Jakarta. Jika tinggi muka air berada pada status waspada, siaga 4 dan siaga 3 maka diduga akan terjadi banjir, jika hujan terus terjadi di daerah sepanjang sungai ciliwung, terutama di daerah Jakarta sendiri. Status normal menunjukkan bahwa tinggi muka air di Bendung Katulampa berada pada posisi aman, sehingga diduga tidak akan terjadi banjir.

B. Model

Model adalah sesuatu yang dibuat untuk dapat mempunyai hubungan sifat fisik dengan prototype, sehingga dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik prototype. Sedangkan prototype adalah sesuatu yang dibuat untuk menguji sesuatu yang baru. Syarat-syarat suatu model adalah : lebih kecil, lebih murah, lebih mudah diamati dan lebih sederhana serta harus punya hubungan karakteristik dengan prototypenya (Murphy, 1959 dalam Harmaji, 1991).

(3)

Model diklasifikasikan menjadi 4 macam : 1. True Model

True model atau model yang sebenarnya, yaitu model yang pendekatan karakteristiknya menggunakan skala. Skala geometri antara model dan prototype sama.

2. Adequate Model

Adequate model atau model yang secukupnya, yaitu model yang hanya menggunakan satu parameter sebagai acuan sedangkan yang lainnya bebas, karena model ini hanya mengandalkan ketepatan prediksi dari parameter acuan saja.

3. Distorted Model

Distorted model, yaitu model yang menggunakan beberapa skala model sehingga bentuk geometri model dan prototype tidak sama.

4. Dissimilar Model

Dissimilar model, yaitu model yang digunakan untuk memproduksi karakteristik suatu prototype dengan menggunakan pendekatan analog.

C. Sistem Informasi

Sistem merupakan sekumpulan komponen yang saling berhubungan dan bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan dengan cara menerima masukan (input) dan menghasilkan keluaran (output) didalam suatu proses yang terorganisasi (O’Brien,1999 dalam Nurista, 2007). Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen-elemen atau komponen dapat diartikan bahwa sistem sebagai kumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan (Sutabri, 2004). Informasi adalah data yang telah diolah atau diklasifikasikan atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Sistem pengolahan informasi akan mengolah data dari bentuk tak berguna menjadi berguna bagi yang menerimanya (Sutabri, 2004).

Istilah teknologi informasi menyajikan berbagai jenis perangkat lunak (software), perangkat keras (hardware) yang digunakan pada suatu sistem informasi termasuk komputer dan jaringannya. Sistem informasi adalah

(4)

sekumpulan elemen yang bekerja secara bersama-sama baik secara manual ataupun berbasis komputer dalam melaksanakan pengolahan data yang berupa pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan data untuk menghasilkan informasi yang bermakna dan berguna bagi proses pengambilan keputusan (Simkin, 1987 dalam Nurista, 2007). Tujuan dari sistem informasi manajemen adalah untuk memudahkan manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik dengan menggunakan informasi yang berkualitas (Post and Anderson, 2003 dalam Nurista, 2007).

D. Short Message Services (SMS)

Short Message Services (SMS) adalah suatu fitur untuk mengirim dan menerima pesan dalam telepon selular. SMS merupakan layanan komunikasi tanpa kabel (wireless) dengan panjang maksimal satu kali pengiriman adalah 160 karakter. Keuntungan menggunakan teknologi SMS adalah harga relatif murah, keamanan dan kesopanan terjaga dan tidak mengganggu penerima pesan. SMS memiliki aplikasi autorespon info yang merupakan aplikasi yang dapat menerima dan membalas SMS secara otomatis tanpa adanya interaksi pengguna (Teddy, dkk., 2006).

Dalam arsitektur jaringan SMS, terdapat beberapa komponen dan bagian yang penting, diantaranya :

1. External Short Message Entities (ESME)

ESME merupakan ragam pelayanan untuk meningkatkan kualitas jaringan telekomunikasi dari operator telekomunikasi yang bersangkutan. ESME dapat berupa VMS (Voice Mail Service), web, email dan aplikasi lain. Dengan beerapa aplikasi tersebut, ESME dapat digunakan untuk reservasi tiket, registrasi anggota suatu komunitas, game/kuis, survei, bahkan dapat digunakan untuk pemilihan umum (Riswan, 2006).

2. Short Messaging Service Center (SMSC)

SMSC merupakan kombinasi perangkat keras dan lunak yang bertanggung jawab untuk mengirim, menyimpan dan meneruskan SMS dari pengirim ke penerima.

(5)

3. Signal Transfer Point (STP)

STP adalah komponen yang bertanggung jawab untuk komunikasi dengan jaringan telepon selular.

Gambar 1. Arsitektur jaringan SMS (Oetomo dan Handoko, 2003).

4. Home Location Register (HLR)

HLR adalah basis data yang berisi informasi routing subscriber, misalnya HLR dapat memberikan informasi status telepon selular penerima (aktif atau tidak aktif) dan dimana lokasi telepon selular penerima berada ke SMSC.

5. Mobile Switching Center (MSC)

MSC adalah komponen yang bertanggung jawab untuk mengirim SMS ke telepon selular penerima melalui base station yang sesuai.

6. Base Station (BS)

BS adalah komponen yang bertanggung jawab untuk semua fungsi yang berkaitan dengan transmisi sinyal antara MSC dan telepon selular.

ESME

Keterangan : 1. PC : Personal Computer 2. PDA : Personal Digital Assistant

3. ESME : External Short Messaging Entities 4. SMSC : Short Messaging Service Center 5. STP : Signal Transfer Point

6. HLR : Home Location Register 7. MSC : Mobile Switching Center 8. BS : Base Station

PC

Ponsel

PDA

SMSC

STP

STP MSC BS Mobile

Device Air Interface

MSC BS Mobile

Device Air Interface

HLR

HLR

(6)

7. Air Interface (AI)

AI adalah teknologi jaringan komunikasi berbasis radio yang menghubungkan telepon selular dan base station.

8. Mobile Device (MD)

MD adalah peralatan yang mampu mengirim dan menerima SMS.

E. SMS Gateway

Short Messaging Service Center (SMSC) bertanggung jawab menangani operasi-operasi SMS pada jaringan tanpa kabel. Ketika pesan SMS terkirim dari telepon selular, pesan akan menuju SMSC terlebih dahulu. SMSC lalu meneruskan pesan ke nomor tujuan. Sebuah pesan SMS bisa jadi melewati lebih dari satu SMSC sebelum mencapai tujuan. Tugas utama SMSC adalah mengarahkan pesan dan mengatur prosesnya. Jika penerima tidak berada di area sinyal atau telepon selularnya tidak diaktifkan, SMSC akan menyimpan pesan. Pesan akan dikirimkan jika telepon selular penerima telah aktif.

Seorang pengembang aplikasi SMS dapat menerima dan mengirim SMS salah satunya adalah dengan menghubungkan aplikasinya langsung ke SMSC.

Salah satu masalah SMS adalah SMSC dikembangkan oleh perusahaan yang berbeda menggunakan protokol komunikasi sendiri dan kebanyakan protokol ini mempunyai hak kepemilikan. Vendor yang berbeda akan menggunakan SMSC yang berbeda, akibatnya aplikasi pesan SMS harus mendukung banyak spesifik protokol SMSC. Akhirnya aplikasi menjadi rumit dan perlu banyak waktu untuk mengembangkannya. Hal tersebut dapat ditangani menggunakan telepon selular atau modem GSM/GPRS untuk mengatasi koneksi ke SMSC.

Aplikasi SMS yang dibuat harus tahu bagaimana cara berkomunikasi ke telepon selular atau modem GSM/GPRS menggunakan AT Commands. AT Commands adalah perintah yang digunakan untuk mengontrol modem. AT adalah singkatan dari attention (perhatian). Setiap baris perintah dimulai dengan ”AT” atau”at”. Itulah sebabnya perintah modem GSM/GPRS atau telepon selular disebut AT Commands.

(7)

Gambar 2. Hubungan aplikasi ke SMSC via telepon selular atau modem GSM/GPRS (Maradona, 2008).

Perusahaan telepon selular biasanya tidak menerapkan seluruh AT Commands pada telepon selularnya. Demikian pula perlakuan dilaksanakannya AT Commands dapat berbeda dari standar yang ditetapkan.

Jika menghubungkan aplikasi ke SMSC menggunakan lebih dari satu telepon selular yang berbeda atau dilakukan pergantian telepon selular yang berbeda, maka aplikasi pesan harus mengetahui AT Commands setiap telepon selular.

Koneksi aplikasi ke beberapa telepon selular dapat dilakukan menggunakan SMS gateway. SMS gateway mampu menerjemahkan AT Commands sehingga dapat dilakukan koneksi ke aplikasi pesan SMS. Aplikasi hanya perlu mengetahui bagaimana cara berkomunikasi dengan SMS gateway tanpa perlu mengetahui tentang AT Commands. Protokol yang digunakan untuk koneksi ke SMS gateway biasanya menggunakan HTTP/HTTPS.

Gambar 3. Hubungan aplikasi ke telepon selular atau modem GSM/GPRS melalui SMS gateway(Maradona, 2008).

F. Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan syaraf tiruan (artificial neural network) adalah sistem proses informasi yang mempunyai beberapa persamaan karakteristik dengan jaringan syaraf biologi. Jaringan syaraf tiruan memiliki karakteristik sebagai berikut (Siang, 2005) :

Aplikasi Pesan Teks

Telepon Selular atau

Modem GSM/GPRS SMSC

AT Commands

Protokol SMSC

Aplikasi

pesan Teks SMS

gateway

Telepon Selular atau modem GSM/GPRS 1

Telepon Selular atau modem GSM/GPRS 2

Telepon Selular atau modem GSM/GPRS 3

AT Commands 2 HTTP/HTTPS

AT Commands 1

AT Commands 3

(8)

1. Pola hubungan antar neuron disebut arsitektur jaringan.

2. Metode untuk menentukan bobot penghubung (metode training / learning / algoritme).

3. Fungsi aktivasi yang dijalankan masing-masing neuron pada masukan jaringan untuk menentukan keluaran.

Pada gambar 4 ditunjukkan suatu jaringan syaraf tiruan yang terdiri atas 3 lapisan unit pengolah. Lapisan pertama adalah unit-unit masukan. Unit-unit ini menyatakan nilai sebuah pola sebagai masukan jaringan. Lapisan tengah adalah lapisan tersembunyi (hidden layer) yang menanggapi sifat-sifat tertentu yang mungkin terlihat dalam pola masukan. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu lapisan tersembunyi. Lapisan terakhir adalah lapisan keluaran yang bertugas sebagai tempat keluaran bagi jaringan syaraf tiruan.

Gambar 4. Jaringan syaraf tiruan sederhana (Pusparianti, 2008).

Seperti halnya otak manusia, jaringan syaraf tiruan juga terdiri dari beberapa neuron. Neuron tersebut akan berhubungan satu dengan yang lain.

Neuron tersebut akan mentransformasikan informasi yang diterima melalui sambungan keluarnya menuju ke neuron yang lain. Pada jaringan syaraf tiruan, hubungan ini dikenal dengan nama bobot. Informasi tersebut disimpan pada suatu nilai tertentu pada bobot tersebut.

Informasi (masukan) akan dikirim ke neuron dengan bobot kedatangan tertentu. Masukan ini akan diproses oleh suatu fungsi perambatan yang menjumlahkan nilai-nilai semua bobot yang datang. Hasil penjumlahan ini kemudian akan dikembangkan dengan suatu nilai ambang (threshold) tertentu melalui fungsi aktivasi setiap neuron. Apabila masukan tersebut melewati suatu nilai ambang tertentu, maka neuron tersebut akan diaktifkan, akan tetapi

W1

masukan tersembunyi keluaran

W2

W3

W4

W5

(9)

jika tidak, maka neuron tersebut tidak akan diaktifkan. Apabila neuron tersebut diaktifkan maka neuron tersebut akan mengirimkan keluaran melalui bobot- bobot keluarannya ke semua neuron yang berhubungan dengannya, demikian seterusnya. Jaringan syaraf tiruan sederhana dengan bobot ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 5. Jaringan syaraf tiruan dengan bobot (Kusumadewi, 2006).

Pada gambar 3 dapat dijelaskan bahwa Y menerima masukan dari neuron X1, X2, dan X3 dengan bobot hubungan masing-masing adalah w1, w2 dan w3. Ketiga impuls neuron yang ada dijumlahkan :

net =X1W1 + X2W2 + X3W3 ... (1) Besarnya impuls yang diterima oleh Y mengikuti fungsi aktivasi

Y = f(net) ... (2) Apabila nilai fungsi aktivasi cukup kuat, maka sinyal akan diteruskan.

Nilai fungsi aktivasi (keluaran model jaringan) juga dapat dipakai sebagai dasar untuk mengubah bobot.

Hubungan antar neuron dalam jaringan syaraf tiruan mengikuti pola tertentu tergantung pada arsitektur jaringan syaraf tiruannya, yaitu :

1. Single Layer Net.

Single layer net adalah jaringan dengan lapisan tunggal yang hanya memiliki satu lapisan dengan bobot-bobot terhubung. Jaringan ini hanya menerima masukan kemudian secara lansung akan mengolahnya menjadi keluaran tanpa harus melalui lapisan tersembunyi. Dengan kata lain, ciri- ciri dari arsitektur jaringan syaraf tiruan dengan lapisan tunggal adalah hanya terdiri dari satu lapisan masukan dan satu lapisan keluaran tanpa lapisan tersembunyi.

(10)

2. Multilayer Net

Multilayer net adalah jaringan dengan banyak lapisan memiliki satu atau lebih lapisan yang terletak diantara lapisan masukan dan lapisan keluaran (memiliki satu atau lebih lapisan tersembunyi). Umumnya, ada lapisan bobot-bobot yang terletak antara 2 lapisan yang bersebelahan.

Jaringan dengan banyak lapisan ini dapat menyelesaikan permasalahan yang lebih sulit dibandingkan dengan lapisan tinggal.

3. Competitive Layer Net

Competitive layer net adalah jaringan syaraf dengan lapisan kompetitif. Arsitektur ini memiliki bentuk yang berbeda yaitu antar neuron dapat saling dihubungkan.

Backpropagation merupakan algoritme pembelajaran yang terawasi dan biasanya digunakan oleh perceptron dengan banyak lapisan untuk mengubah bobot-bobot yang terhubung dengan neuron yang ada pada lapisan tesembunyinya. Pelatihan suatu jaringan dengan algoritme backpropagation meliputi dua tahap yaitu perambatan maju dan perambatan mundur.

Selama perambatan maju, tiap unit masukan (Xi) menerima sebuah masukan sinyal ini ke tiap-tiap lapisan tersembunyi Zi, …, Zp. Tiap unit tersembunyi ini kemudian menghitung aktivasinya dan mengirimkan sinyalnya (zj) ke tiap unit keluaran. Tiap unit keluaran (Yk) menghitung aktivasinya (yk) untuk membentuk respon pada jaringan untuk memberikan pola masukan.

Selama pelatihan, tiap unit keluaran membandingkan perhitungan aktivasinya yk dengan nilai targetnya tk untuk menentukan kesalahan pola tersebut dengan unit itu. Berdasarkan kesalahan ini, faktor δk (k = 1, …, m) dihitung. δk digunakan untuk menyebarkan kesalahan pada unit keluaran Yk

kembali ke semua unit pada lapisan sebelumnya (unit-unit tersembunyi yang dihubungkan ke Yk ). δk juga digunakan untuk memperbaharui bobot-bobot antara keluaran dan lapisan tersembunyi. Dengan cara yang sama, faktor δj ( j

= 1, …, p) dihitung untuk tiap unit tersembunyi Zj. Tidak perlu untuk menyebarkan kesalahan kembali ke lapisan masukan, tetapi δj digunakan

(11)

untuk memperbaharui bobot-bobot antara lapisan tersembunyi dan lapisan masukan.

Setelah seluruh faktor δ ditentukan, bobot untuk semua lapisan diatur secara serentak. Pengaturan bobot wjk (dari unit tersembunyi Zj ke unit keluaran Yk ) didasarkan pada faktor δk dan aktivasi zj dari unit tersembunyi Zj. penyesuaian bobot vij (dari unit masukan Xi ke unit tersembunyi Zj ) didasarkan pada faktor δj dan aktivasi xi masukan.

Backpropagation memiliki beberapa unit yang ada dalam satu atau lebih layar tersembunyi. Gambar 6 merupakan ilustrasi arsitektur backpropagation dengan n buah masukan (ditambah sebuah bias) serta m buah unit keluaran.

Gambar 6. Arsitektur jaringan backpropagation (Fausett, 1994).

Fungsi aktivasi adalah suatu fungsi yang digunakan dalam jaringan syaraf tiruan untuk mengkonversi bobot-bobot dari setiap neuron berdasarkan suatu masukan aktivasi tertentu. Beberapa fungsi aktivasi yang sering digunakan dalam jaringan syaraf tiruan adalah :

1. Fungsi Sigmoid Biner (logsig)

Fungsi ini digunakan untuk jaringan syaraf tiruan yang dilatih dengan metode backpropagation. Fungsi ini dalam aplikasi MATLAB dikenal dengan logsig, memiliki nilai pada range 0 sampai 1. Fungsi ini sering digunakan untuk jaringan syaraf tiruan yang membutuhkan nilai

(12)

keluaran yang terletak pada interval 0 sampai 1. Namun, fungsi ini bisa juga digunakan oleh jaringan syaraf tiruan yang nilai keluarannya 0 atau 1.

Fungsi sigmoid biner dirumuskan sebagai berikut ( ) 1

1 x

y f x

e

 

 ... (3) Dengan fungsi turunannya

'( ) ( )[1 ( )]

f x f xf x ... (4) 2. Fungsi Sigmoid Bipolar (tansig)

Fungsi ini didalam aplikasi MATLAB dikenal dengan tansig, memiliki nilai pada range 0 sampai 1. Fungsi ini hampir sama dengan fungsi sigmoid biner, hanya saja keluarannya terletak pada interval -1 sampai 1. Fungsi ini dirumuskan sebagai berikut

( ) 1 1

x x

y f x e

e

  

 ... (5) Dengan fungsi turunannya

'( ) [1 ( )][1 ( )]

f x 2 f x f x

   ... (6) 3. Fungsi Linear (purelin)

Fungsi ini didalam aplikasi MATLAB dikenal dengan purelin, memiliki nilai keluaran yang sama dengan masukannya. Fungsi ini dirumuskan sebagai berikut

yx ... (7) Keakuratan antara pendugaan dan aktual dihitung berdasarkan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) dengan menggunakan persamaan (Makridakis, 1999 dalam Anugerah, 2007) :



 

  

 1 | | 100%

%

100 xAktual

xPendugaan xAktual

y n ... (8)

Persamaan normalisasi data untuk fungsi aktivasi sigmoid biner :

DataMin DataMax

DataMin yi xi

  ... (9)

xi = nilai data ke- i

DataMin = nilai minimum dari seluruh data DataMax = nilai maksimum dari seluruh data

(13)

G. System Development Life Cycle (SDLC)

System Development Life cycle (SDLC) merupakan metode dalam melakukan pengembangan suatu sistem. SDLC terdiri dari beberapa tahapan yaitu investigasi sistem, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem dan pemeliharaan sistem.

1. Tahapan investigasi sistem

Manfaat dari fase penyelidikan adalah untuk menentukan permasalahan atau kebutuhan yang timbul (Sutabri, 2004). Pada tahapan investigasi sistem dilakukan perumusan masalah yang dihadapi oleh pengguna, membuat solusi alternatif pemecahan masalah yang tersedia, melakukan studi kelayakan, analisis manfaat (baik yang terukur atau yang tidak terukur) terhadap solusi alternatif, serta membuat perencanaan manajemen proyek pembangunan (Post,1999 dalam Nurista, 2007).

Tahapan investigasi sistem terdiri dari studi awal dan studi kelayakan.

Pada tahapan studi awal, dimana gagasan untuk membangun sistem baru atau menyempurnakan sistem yang berjalan, diterima dan dipelajari pada sistem yang berjalan paling awal (Sutabri, 2004). Studi kelayakan adalah suatu tinjauan sekilas pada faktor utama yang akan mempengaruhi kemampuan sistem untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan studi kelayakan adalah mengevaluasi alternatif sistem dan kemudian mengusulkan sistem yang paling nyata dan layak untuk pembangunan sistem (Post, 1999 dalam Nurista, 2007).

2. Analisis sistem

Tahapan analisis sistem merupakan tahap yang kritis dan sangat penting karena kesalahan dalam tahap ini akan menyebabkan kesalahan pada tahap selanjutnya. Proses analisis sistem dalam pengembangan sistem informasi adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk pemeriksaan masalah dan penyusunan alternatif pemecahan masalah yang timbul serta membuat sertifikasi sistem yang baru atau sistem yang akan diusulkan atau dimodifikasi (Sutabri, 2004).

(14)

3. Desain sistem

Tahapan desain sistem merupakan prosedur untuk mengkonversi spesifikasi logis ke dalam sebuah desain yang dapat diimplementasikan pada sistem komputer organisasi. Mendesain format tampilan yang dapat menghubungkan antara sistem dengan pengguna dan juga membuat proses desain yaitu dengan cara mentransformasikan input menjadi output serta membuat keamanan sistem. Tahapan desain sistem dalam SDLC meliputi : a. Desain user interface

Desain user interface merupakan prototipe pembuatan desain model kerja dan dimodifikasi berulang kali menggunakan timbal balik dari pengguna. Aktifitas pada desain user interface terfokus pada dukungan interaksi antara pengguna dan aplikasi berbasis komputer.

b. Desain data

Desain data dilakukan pada tahap desain struktur database yang akan digunakan oleh sistem.

c. Desain proses

Aktifitas desain proses terfokus pada desain perangkat lunak berupa program dan prosedur yang telah diusulkan.

4. Implementasi sistem

Tahap implementasi sistem adalah untuk menyelesaikan desain sistem yang sudah disetujui, menguji serta mendokumentasikan program-program dan prosedur sistem yang diperlukan, memastikan bahwa kompnen yang terlibat dapat mengoperasikan sistem baru dan memastikan bahwa konversi sistem lama ke sistem baru dapat berjalan secara baik dan benar.

5. Pemeliharaan sistem

Tahap akhir SDLC melibatkan monitoring, evaluasi dan modifikasi sistem untuk membuat perbaikan yang penting atau diinginkan oleh pihak end user.

H. Penelitian Terdahulu

Raja Faizal Maradona (2008), Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Sistem

(15)

Informasi Harga Benih Ikan Berbasis SMS (Short Message Service). Pada sistem ini, kontrol SMS menggunakan SMS gateway.

Anizza Restra Pusparianti (2008), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melakukan penelitian dengan judul Peramalan Kurs Rupiah terhadap Dolar dengan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik. Pada penelitian ini pelatihan jaringan syaraf tiruan dilakukan dengan menggunakan algoritme backpropagation.

Lesa Ilma Grenti (2006), Fakutas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melakukan penelitian dengan judul Peringatan Dini Banjir pada DAS Ciliwung dengan Menggunakan Data Curah Hujan. Pada penelitian ini peringatan dini banjir dilakukan berdasarkan curah hujan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Bagian Hulu yang menyebabkan terjadinya banjir di daerah Jakarta. Data yang digunakan adalah data debit harian Stasiun Katulampa dan curah hujan harian Stasiun Gunung Mas, Stasiun Citeko dan Stasium Katulampa. Data-data tersebut diolah dengan menggunakan Analisis Korelasi Berganda dan Analisis Regresi Berganda.

Gambar

Gambar 1. Arsitektur jaringan SMS (Oetomo dan Handoko, 2003).
Gambar 3. Hubungan aplikasi ke telepon selular atau modem GSM/GPRS melalui  SMS gateway(Maradona, 2008)
Gambar 5. Jaringan syaraf tiruan dengan bobot (Kusumadewi, 2006).
Gambar 6. Arsitektur jaringan backpropagation (Fausett, 1994).

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya dari kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan kegiatan bersama dalam pengembangan kegiatan penelitian atau penulisan ilmiah yang dilakukan guru dan siswa SMA se

Berdasarkan kriteris-kriteria di atas, yaitu morfologi gua, kondisi lingkungan, dan adanya indikasi permukaan berupa artefak, ekofak, ataupun fitur, maka beberapa gua kering

Ditinjau dari kelompok usia anak, jenis permainan dapat dibagi menjadi permainan untuk bayi, todller, prasekolah, sekolah, dan anak usia remaja (Supartini, 2004). Kemampuan

Demikian pula dalam analisa data uji coba acak yang mencakup 250 pasien dengan kreatinin serum >1,5mg/dl yang menerima iohexol selama intervensi coroner perkutan

Hal ini dikarenakan masih terdapat laporan pengaduan dari masyarakat mengenai kinerja pelayanan perizinan di UP PTSP Kota Jakarta Barat melalui call center dan

Simpulan penelitian ini adalah CPOT merupakan instrumen penilaian nyeri yang lebih tepat dan cermat dibanding dengan skala COMFORT, namun tidak terdapat perbedaan reliabilitas

sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala LIPI tentang Pengelola Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik Lembaga Ilmu

sagu yang tidak berduri. Berbagai aksesi sagu yang diamati terletak pada satu kawasan yang sama namun memiliki ciri- ciri morfologi yang berbeda. Kemungkinan berbagai aksesi tersebut