commit to user
i
PENGARUH PENGGUNAAN KOMPUTER
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF
TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA
ANAK TUNARUNGU KELAS D4 SLB-B YRTRW SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/ 2011
SKRIPSI
Oleh: NURUL’AINI
K5107030
PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PENGARUH PENGGUNAAN KOMPUTER
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF
TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA
ANAK TUNARUNGU KELAS D4 SLB-B YRTRW SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/ 2011
Oleh: NURUL’AINI
K5107030
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi
Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
v ABSTRAK
Nurul’aini. PENGARUH PENGGUNAAN KOMPUTER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA ANAK TUNARUNGU KELAS D4 SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2011.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan komputer sebagai media pembelajaran interaktif terhadap peningkatan prestasi belajar bidang studi matematika anak tunarungu kelas D4 SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2010/1011.
Variabel bebas adalah komputer sebagai media pembelajaran interaktif, variabel terikat adalah prestasi belajar bidang studi matematika.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan eksperimen One group pre test- post test design. Populasinya adalah anak tunarungu kelas D4 SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2010/1011 yang berjumah 7 siswa. Sedangkan sampel dalam penelitian ini tidak digunakan karena seluruh anggota populasi dijadikan subyek penelitian (penelitian populasi). Teknik pengumpulan data menggunakan tes objektif berbentuk pilihan ganda untuk mengukur prestasi belajar bidang studi matematika. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik non- parametrik, yaitu Wilcoxon Signed Rank Test (Tes Ranking Bertandas Wilcoxon) dengan bantuan SPSS release 15.
Hasil penelitian menunjukkan: nilai rata-rata prestasi belajar matematika anak tunarungu sebelum diberikan treatment (pretest) sebesar 19,43 dan sesudah diberikan treatment (posttest) sebesar 23,14. Dari hasil analisis data dapat diperoleh probabilitas nilai dari Z hitung adalah 0, 016 pada taraf signifikansi (α) 5% = 0,05, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
commit to user
vi ABSTRACT
Nurul’aini. THE EFFECT OF COMPUTER USE AS AN INTERACTIVE LEARNING MEDIA ON THE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT IN THE DEAF D4 GRADER OF SLB-B YRTRW SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/ 2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, March 2011.
The objectives of research is to find out the effect of computer use as an interavtive learning media on the mathematics learning achievement in the deaf D4 grader of SLB-B YRTRW Surakarta in the school year 201/ 2011.
The independent variable was computer as an interactive learning media, while dependent variable is mathematics learning achievement.
The method employed in this research was experimental method with One Group pre test – post test desaign. The population was in the deaf D4 grader of SLB-B YRTRW Surakarta in the school year 2010/ 2011, consisting of 7 students. Meanwhile the sample was not used in this research because all members of population become the subject of research (population research). Technique of collecting data used was a multiple choice objective test to measure the mathematical learning achievement. Technique of analizing data used was non-parametrical statistical analysis, Wilcoxon Signed Rank Test with SPSS release 15 help.
The result of research shows that mean score of mathematics learning before given treatment (pretest) of 19,43 and after given treatment (posttest) of 23,14. From the result of data anlysis, it can be obtained the Z statistic probability value of 0,016 at significance level (α) 5% = 0,05, meaning that Ho is not
supported and Ha is supported.
commit to user
vii MOTTO
Sesungguhnya perumpamaan apa-apa yang Allah mengutusku dengannya berupa
petunjuk dan ilmu, bagaikan hujan deras yang menimpa bumi. Maka, di antara
bumi ada yang baik, menyerap air dan menumbuhkan pepohonan kecil dan
rerumputan yang banyak. Dan diantara bagian bumi, ada yang keras
(gersang), ia menyerap air. Allah pun memberikan manfaat
kepada orang-orang dengannya....
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Bapak dan ibu tercinta,
yang mendidik dan membesarkan dengan tulus dan penuh kasih sayang.
Pengorbanan yang bapak dan ibu berikan tak terbalaskan oleh suatu apapun
Khoiril Anwar Udin. Engkau adalah semangat bagiku.
Herman dan teman-teman PLB FKIP UNS
Bersamamu, membangunkanku untuk menyelesaikan skripsi ini
Keluarga besar KSR PMI Unit UNS
Sharing di antara kita sungguh memperkaya hati, spiritualitas dan intelektualitas
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Solawat serta salam semoga selalu
tercurah pada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan
keluarganya.
Hambatan dan kesulitan tak lepas selama penyusunan skripsi ini, namun
atas bantuan berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu
kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Drs. A. Salim Choiri, M. Kes. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan Pembimbing I yang telah
memberikan ijin, bimbingan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dra. B. Sunarti, M. Pd. Pembimbing II yang telah memberikan ijin, semangat,
bimbingan serta saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Sudakiem, M. Pd. selaku Penasehat Akademik atas bimbingan dan
nasehatnya.
6. Misdi, S. Pd. Kepala Sekolah SLB-B YRTRW Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
7. Murtini, S. Pd. Guru kelas D4 yang telah memberi bantuan sehingga penuls
dapat melaksanakan penelitian dengan baik
8. Bapak. Ibu dan kakak yang telah memberi dukungan baik moril maupun
spirituil.
9. Herman Prahmono yang telah memberi semangat untukku dan memberikan
commit to user
x
10.Seluruh sahabat dan teman-teman seperjuangan di PLB FKIP UNS terima
kasih untuk bantuan, semangat, saran, pengertian dan selalu mendukungku
11.Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah
mengganti yang lebih baik untuk semua doa dan bantuan kalian semua.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
menerima dengan terbuka semua saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhirnya penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang terkait khususnya bagi kepentingan pendidikan.
Surakarta, 21 Maret 2011
commit to user
xi DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
PENGAJUAN SKRIPSI ... ii
PERSETUJUAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ...v
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 3
D. Perumusan Masalah ... 4
E. Tujuan penelitian ... 4
F. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
1. Tinjauan tentang Anak Tunarungu ... 6
a. Pengetian Tunarungu ... 6
b. Klasifikasi Tunarungu ... 7
c. Penyebab Ketunarunguan ... 10
d. Karakteristik Anak Tunarungu ... 11
2. Tinjauan tentang Prestasi Belajar Matematika... 15
a. Pengertian Belajar ... 15
commit to user
xii
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 17
d. Fungsi Prestasi Belajar ... 20
e. Pengertian Matematika ... 20
3. Tinjauan tentang Komputer sebagai Media Pembelajaran Interaktif ... 22
a. Komputer ... 22
b. Media Pembelajaran ... 27
c. Media Interaktif ... 33
B. Penelitian yang Relevan ... 35
C. Kerangka Berpikir ... 36
D. Hipotesis ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
B. Populasi dan Sampel ... 39
C. Teknik Pengumpulan Data ... 39
1. Validitas ... 42
2. Reliabilitas ... 43
D. Rancangan Penelitian ... 44
1. Metode yang Digunakan ... 44
2. Desain Penelitian ... 45
3. Variabel Penelitian ... 47
E. Teknik Analisis Data ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 49
A. Diskripsi Data Penelitian ... 49
B. Pengujian Hipotesis ... 54
C. Rangkuman untuk Pembuktian Hipotesis ... 55
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Waktu Penyususunan Skripsi ... 38
Tabel 2. Kisi-Kisi Intrumen Prestasi Belajar Matematika ... 41
Tabel 3. Daftar Identitas Siswa Tunarungu Kelas D4 SLB-B YRTRW Surakarta ... 49
Tabel 4. Daftar Nilai Pre-test ... 50
Tabel 5. Daftar Nilai Post-test ... 51
Tabel 6. Daftar Nilai Pre-test dan Post-test ... 53
Tabel 7. Perhitungan Analisis Nilai Pre-test dan Post-test ... 54
Tabel 8. Hasil Tes Statistik Prestasi Belajar Matematika ... 54
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ... 36
Gambar 2. Model Desain OneGroup Pre-test Post-Test………... 45
Gambar 3. Grafik Histogram Nilai Pre-test……….….. 51
Gambar 4. Grafik Histogram Nilai Post-test………... 52
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Prestasi Belajar Matematika ... 64
Lampiran 2. Data Try Out ... 71
Lampiran 3. Uji Validitas ... 72
Lampiran 4. Uji Reliabilitas ... 73
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 74
Lampiran 6. Instrumen Pre-Test dan Post-Test ... 80
Lampiran 7. Data Pre-Test dan Data Post-Test ... 86
Lampiran 8. Tabel Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ... 87
Lampiran 9. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ... 88
Lampiran 10. Surat Keputusan Dekan ... 89
Lampiran 11. Surat Ijin Try Out ... 90
Lampiran 12. Permohonan Ijin Try Out di SLB-B YAAT Surakarta ... 91
Lampiran 13. Surat Ijin Penelitian ... 92
Lampiran 13. Permohonan Ijin Penelitian di SLB-B YRTRW Surakarta ... 93
Lampiran 14. Surat Keterangan Try Out ... 94
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Murni Winarsih (2007: 23) tunarungu adalah seseorang yang
kehilangan atau kekurangan kemampuan mendengar baik sebagian maupun
seluruhnya sehingga ia tidak dapat menggunakan pendengarannya dalam
kehidupan sehari-hari sehingga kemampuan bahasa sebagai alat komunikasi
terganggu.
Menurut Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: 13) terbatasnya
kemampuan bahasa yang mengakibatkan daya abstraksi anak tunarungu sering
dikatakan kurang jika dibandingkan anak normal. Jika kemampuan bahasa anak
tunarungu ditambah maka kemampuan mengabstrasikan juga akan meningkat.
Ketunarunguan seseorang dapat menghambat perkembangan bahasa sehingga
mengalami hambatan untuk berkomunikasi dengan orang mendengar, hal ini
berpengaruh pada proses pendidikan, khususnya mengalami kesulitan dalam
prestasi akademik.
Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik adalah tingkat
intelegensi seseorang. Anak tunarungu ada yang memiliki intelegensi tinggi,
rata-rata, dan rendah. Perkembangan intelegensi sangat dipengaruhi oleh
perkembangan bahasa sehingga perkembangan intelegensi anak tunarungu tidak
sama dengan cepatnya dengan anak normal lainnya.
Rendahnya tingkat presatasi akademik anak tunarungu bukan karena
kemampuan intelektual yang rendah (terbelakang mental), tetapi disebabkan
karena intelegensinya tidak mendapatkan kesempatan untuk berkembang dengan
maksimal. Akan tetapi untuk aspek intelegensi yang bersumber pada penglihatan
dan motorik akan berkembang dengan baik.
Menurut Parwoto (2007: 125) matematika adalah ilmu tentang
struktur-struktur abstrak karena penelaahan bentuk-bentuk dalam matematika membawa
commit to user
2
merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak bagi peserta didik, terlebih bagi
peserta didik tunarungu yang daya abstraksinya rendah.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang penting sebagai pengantar
ilmu-ilmu pengetahuan yang lain dan banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Pengajaran matematika tidak hanya ditekankan pada kemampuan berhitung,
tetapi pada konsep-konsep matematika yang berkenaan dengan ide-ide yang
bersifat abstrak.
Dalam pembelajaran matematika yang abstrak peserta didik khususnya
anak tunarungu memerlukan media dan alat peraga yang dapat memperjelas apa
yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami oleh peserta
didik.
Penyampaian materi akan lebih tercapai dan lebih dimengerti jika disertai
media. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah merupakan hal yang
abstrak bagi anak tunarungu, media sangat penting sebagai stimulus untuk
merangsang kemampuan dan motivasi serta menjadikan matematika menjadi mata
pelajaran yang lebih konkrit.
Media pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan prestasi
belajar, dan prestasi belajar akan kurang maksimal jika tidak menggunakan media
pendidikan yang diperlukan. Dengan demikian guru membutuhkan suatu media
pendidikan dalam proses belajar mengajar supaya materi dapat dimengerti oleh
siswa. Dalam proses belajar mengajar, matematika merupakan suatu pengajaran
yang memerlukan media pembelajaran dalam penyampaiannya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan komputer sebagai media
pembelajaran interaktif yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika anak tunarungu kelas D4 SLB-B YRTRW Surakarta. Karena media
ini disajikan dengan kontrol yang meminta pebelajar mempraktekan ketrampilan
dan menerima balikan serta memberi kesempatan kepada pebelajar untuk
memberi respons aktif.
Pembelajaran dengan menggunakan komputer dapat disesuaikan dengan
kemampuan dan kecepatan belajar siswa. Komputer sebagai media pembelajaran
commit to user
3
langsung dalam pembelajaran, peserta didik juga bisa memperoleh balikan
sehingga dapat mewujudkan iklim pembelajaran yang baik.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Parwoto (2007: 127) ”Program komputer itu sendiri dapat memberikan pengaruh pada motivasi bermain anak”. Hal tersebut selaras dengan pendapat Ronald L. Taylor, Lydia R. Smiley dan
Stephen B. Richard (2009: 275) yang mengemukakan teknologi komputer dapat
digunakan untuk mendukung secara langsung pembelajaran peserta didik.
Penggunaan komputer menurut Paul G. Geisert dan Mynga K. Futrell (1995: 3)
dapat membantu guru dalam membentuk pembelajaran yang efektif, guru juga
dapat melakukaan pekerjaannya lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu
adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran sehingga sulit menerima
materi pelajaran khususnya mata pelajaran matematika yang sifatnya abstrak jika
dalam penyampaiannya secara verbal, sedangkan daya abstraksi anak tunarungu
rendah.
Dengan demikian komputer sebagai media pembelajaran interaktif
diharapkan dapat memaksimalkan anak dalam menangkap materi pelajaran. Dari penjelasan di atas, maka peneliti mengangkat penelitian yang berjudul ”Pengaruh penggunaan komputer sebagai media pembelajaran interaktif terhadap prestasi
belajar bidang studi matematika anak tunarungu kelas D4 SLB-B YRTRW
Surakarta tahun ajaran 2010/ 2011.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Kemampuan anak tunarungu untuk menerima pelajaran kurang maksimal
sebagaimana anak normal
2. Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak
3. Anak tunarungu mempunyai daya abstraksi yang rendah
4. Anak tunarungu mempunyai tingkat kecerdasan rata-rata, akan tetapi prestasi
commit to user
4
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah dapat dikaji secara mendalam, maka perlu pembatasan
masalah. Pembatasan masalah tersebut adalah:
1. Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak
2. Anak tunarungu mempunyai tingkat kecerdasan rata-rata, akan tetapi prestasi
mereka cenderung rendah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat penulis rumuskan:
“Apakah penggunaan komputer sebagai media pembelajaran interaktif berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar bidang studi matematika anak
tunarungu kelas D4 SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2010/1011?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan
komputer sebagai media pembelajaran interaktif terhadap peningkatan prestasi
belajar bidang studi matematika anak tunarungu kelas D4 SLB-B YRTRW
Surakarta tahun ajaran 2010/1011.
F. Manfaat Penelitian
Dengan mengadakan penelitian pengaruh penggunaan komputer sebagai
media pembelajaran interaktif terhadap peningkatan prestasi belajar bidang studi
matematika ini, diharapkan penelitian ini mampu memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memperkaya pengetahuan mengenai media pendidikan, khususnya
media pembelajaran interaktif
b. Dapat memberikan alternatif pemilihan media serta cara menggunakannya
commit to user
5 2. Manfaat Praktis
Dengan menggunakan komputer sebagai media pembelajaran interaktif siswa
menjadi lebih tertarik terhadap materi yang disampaikan karena komputer
dapat menampilkan berbagai macam warna dan gambar yang dapat
commit to user
6 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang Tunarungu
a. Pengertian Tunarungu
Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” yang artinya kurang dan “rungu” yang artinya pendengaran. Jadi anak tunarungu adalah anak yang kurang mampu mendengar atau tidak mampu mendengar suara. Tunarungu
merupakan keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh tingkatan baik
ringan, sedang, berat dan sangat berat yang mengakibatkan gangguan pada
komunikasi walaupun sudah menggunakan alat bantu dengar tetapi tetap
memerlukan layanan pendidikan khusus.
Menurut Donald F. Morees dalam Murni Winarsih (2007: 22) “Tunarungu adalah istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai berat sehingga menghambat proses informasi bahasa
melalui pendengaran baik menggunakan alat bantu maupun tidak menggunakan alat bantu”. Mega Iswari (2007: 57) menyatakan istilah tunarungu ditujukan pada anak yang kehilangan kemampuan mendengar baik
sebagian yang disebut kurang dengar maupun seluruhnya yang disebut tuli.
Deafness means a hearing impairment that is so severe the child is impaired in processing linguistic information through hearing, with or without amplification, and that adversely affects a child’s educational performance. Hearing impairment means an impairment in hearing, whether permanent or
fluctuating, that adversely affects a child’s educational performance but that
isnot included under the definition of deafness.(Iindividual’s with Disabilities Education Act of 2004 [IDEA 04] dalam Ronald L. Taylor, Lydia R. Smiley, dan Stephen B. Richards, 2009: 256)
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa tuli adalah suatu gangguan
pendengaran yang sangat berat yang dapat menghambat proses pemerolehan
bahasa dan informasi dengan atau tanpa alat bantu dengar sehingga
berdampak kurang baik dalam penyelenggaraan pendidikannya. Sedangkan
commit to user
7
tidak menetap yang juga berdampak pada pendidikannya akan tetapi tidak
termasuk dalam golongan orang tuli.
Mohammad Effendi (2006, 57) mengemukakan bahwa “Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kerusakan gangguan atau kerusakan satu
atau lebih organ telinga dalam proses pendengarannya sehingga organ tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya”.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tunarungu adalah seseorang yang mengalami hambatan dalam
pendengarannya baik sebagain atau seluruhnya dengan menggunakan atau
tanpa alat bantu dengar yang mengakibatkan gangguan pemerolehan bahasa
dan informasi sehingga proses pendidikannya juga terganggu tidak
sebagaimana mestinya anak normal lainnya yang tidak mengalami gangguan
pendengaran.
b. Klasifikasi Tunarungu
Derajat ketunarunguan seseorang sangat bervariasi, oleh sebab itu ada
klasifikasi tunarungu diperlukan untuk layanan pendidikan. Klasifikasi
menurut Boothroyd dalam Murni Winarsih (2007: 23) antara lain:
1) Kelompok I : kehilangan 15-30 dB, mild hearing atau ketunarunguan
ringan, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia masih
normal.
2) Kelompok II : kehilangan 31-60 dB, moderate hearing losses/
ketunarunguan sedang, daya tangkap terhadap suara cakapan
manusia hanya sebagian.
3) Kelompok III : kehilangan 61-90 dB, severe hearing losses/
ketunarunguan berat, daya tangkap terhadap suara cakapan
manusia tidak ada.
4) Kelompok IV : kehilangan 91-120 dB, profound hearing losses/
ketunarunguan sangat berat, daya tangkap terhadap suara
commit to user
8
5) Kelompok V : kehilangan lebih dari 120 dB, total hearing losses/
ketunarunguan total, daya tangkap terhadap suara cakapan
manusia tidak ada sama sekali.
Sedangkan klasifikasi menurut Samuel A. Kirk dalam Permanarian
Somad dan Tati Hernawati (1996: 29) adalah:
1) 0 Db : menunjukkan pendengaran yang optimal
2) 0 – 26 dB : menunjukkan seseorang yang masih mempunyai
pendengarann yang normal
3) Tunarungu ringan (27 – 40 dB) : mempunyai kesulitan mendengar
bunyi-bunyi yang jauh, membutuhkan tempat
duduk yang strategis letaknya dan memerlukan
terapi bicara
4) Tunarungu sedang (41 – 55 dB) : mengerti bahasa percakapan,
tidak dapat mengikuti diskusi kelas,
membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara
5) Tunarungu agak berat (56 – 70 dB) : hanya bisa mendengar suara dari
jarak yang dekat, masih mempunyai sisa
pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara
dengan menggunakan alat bantu mendengar serta
dengan cara yang khusus
6) Tunarungu berat (71 – 90 dB) : hanya bisa mendengar bunyi yang
sangat dekat, masih mempunyai sisa pendengaran
untuk belajar bahasa dan bicara dengan
menggunakan alat bantu mendengar serta dengan
cara yang khusus
7) Tunarungu sangat berat (91 dB ke atas) : mungkin sadar akan adanya
bunyi atau suara dan getaran, banyak tergantung
pada penglihatan daraipada pendengaran untuk
proses menerima informasi, dan yang
commit to user
9
Sedangkan klasifikasi menurut Ronald L. Taylor, dkk (2009: 257)
adalah sebagai berikut:
1) 20 – 40 dB : mild hearing loss (tunarungu ringan)
2) 41 – 60 dB : moderate hearing loss (tunarungu sedang)
3) 61 – 80 dB : severe hearing loss (tunarungu berat)
4) 81 dB ke atas : profound hearing loss (tunarungu sangat berat)
Sharon Vaughn, Candace S. Bos, dan Jeanne Shay Schum (2002: 258)
mengemukakan orang yang memiliki pendengaran normal jika mempunyai
kemampuan mendengar antara 0-15 dB. Akan tetapi orang yang termasuk ke
dalam kelas kehilangan kemampuan mendengar ringan dan sedang maka
orang tersebut masih mempunyai kemampuan mendengar yang kecil atau
dikatakan orang yang kurang dengar. Sedangkan seseorang yang termasuk ke
dalam kelas kehilangan kemampuan mendengar berat dan sangat berat maka
seseorang tersebut dapat dikatakan orang tuli.
Dari beberapa pendapat, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
tunarungu mempunyai beberapa klasifikasi, tergantung dari kemampuan
mendengar yang dimiliki seseorang. Klasifikasi tersebut antara lain:
1) Hard of hearing, terdiri dari:
a) Slight hearing losses (15- 30 dB): memiliki kemampuan mendengar
yang baik
b) Mild hearing losses (31- 40 dB): mampu memahami percakapan biasa
dari jarak dekat
c) Moderate hearing losses (41- 60 dB): mampu memahami percakapan
keras dari jarak dekat
2) Deaf, terdiri dari:
a) Severe hearing losses (61- 90 dB): daya tangkap terhadap suara
cakapan hanya sebagian
b) Profound hearing losses (91- 120 dB): daya tangkap terhadap suara
cakapan tidak ada
c) Total hearing losses (120 dB ke atas): daya tangkap terhadap suara
commit to user
10 c. Penyebab Ketunarunguan
Banyak sekali faktor yang menyebabkan seseorang menjadi tunarungu,
akan tetapi penyebab khusus ketunarunguan yang dialami oleh seseorang
sering tidak dapat teridentifikasi. Menurut Murni Winarsih (2007: 28-29)
mengelompokkan penyebab ketunarunguan menjadi:
1) Faktor dari dalam diri anak, meliputi:
a) Keturunan dari salah satu atau kedua orang tua
b) Ibu menderita campak Jerman (rubella) ketika sedang mengandung
c) Ibu menderita keracunan darah (toxaminia) ketika sedang mengandung
2) Faktor dari luar diri anak, meliputi:
a) Anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan
b) Meningitis atauRadang Selaput Otak
c) Otitis media (Radang telinga bagian tengah)
d) Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat menyebabkan kerusakan alat
pendengaran
Sedangkan Mohammad Effendi (2006: 65-69) mengelompokkan
penyebab ketunarunguan berdasarkan waktu terjadinya ketunarunguan, yaitu:
1) Ketunarunguan sebelum lahir yaitu terjadinya tunarungu ketika anak
belum lahir atu masih berada dalam kandungan, kedaan yang mnyebabkan
hal ini terjadi antara lain:
a) Keturunan (hereditas)
b) Penyakit cacar air Jerman (maternal rubella)
c) Terlalu banyak menggunakan antibiotika
d) Ibu menderita keracunan pada darahnya
2) Ketunarunguan saat lahir yaitu terjadinya tunarungu karena proses
kelahiran yang tidak semestinya, seperti:
a) Bayi lahir terlalu dini (prematur)
b) Ketidakcocokan antara darah ibu dengan darah anak
c) Proses kelahiran yang menggunakan alat bantu
3) Ketunarunguan setelah lahir yaitu terjadi tunarungu setelah anak
commit to user
11 a) Radang selaput otak
b) Setelah anak lahir terserang penyakit campak (measles), stuip, thypus,
influenza, dan lain-lain
c) Otitis media kronis.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dapat
menyebabkan seseorang menjadi tunarungu adalah antara lain:
1) Keturunan (anak yang mengalami ketunarunguan karena di antara anggota
keluarganya ada yang mengalami ketunarunguan)
2) Campak Jerman (rubella) yang diderita ibu ketika sedang mengandung
anaknya
3) Ketika masih dalam kandungan, ibu terlalu banyak menggunakan
antibiotik
4) Ibu menderita toxaminia ketika mengandung anaknya sehingga
menyebabkan kerusakan plasenta atau janinnya
5) Pada saat dilahirkan anak mengalami infeksi
6) Anak menderita radang selaput otak
7) Telinga anak bagian tengah mengalami kerusakan
8) Bayi lahir prematur
9) Rhesus antara anak dengan ibu tidak cocok
10)Anak menderita penyakit seperti (campak, stuip, typus, dll) atau
kecelakaan yang dapat menyebabkan kerusakan organ pendengaran.
d. Karakteristik Anak Tunarungu
Secara fisik karakteristik anak tunarungu tidak nampak jelas jika
dibandingkan dengan ketunaan yang lain karena secara sepintas mereka
terlihat tidak mengalami kelainan. Akan tetapi anak tunarungu mempunyai
karakteristik yang khas sebagai akibat dari ketunarunguannya tersebut.
Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: 34-39) melihat
commit to user
12 1) Karakteristik dalam segi intelegensi
Anak tunarungu ada yang memiliki intelegensi tinggi, rata-rata dan
rendah sama seperti halnya anak normal. Akan tetapi intelegensi mereka
tidak mendapatkan kesempatan untuk berkembang, karena pendengaran
mereka terganggu sehingga sedikit sekali informasi yang diperoleh anak
tunarungu. Dengan demikian perkembangan intelegensi anak tunarungu
tidak sama cepatnya dengan anak normal lainnya.
2) Karakteristik bahasa dan bicara
Kemampuan bahasa dan bicara anak tunarungu jauh berbeda
dengan kemampuan bahasa dan bicara anak normal. Hal itu disebabkan
karena anak tunarungu tidak dapat mendengar bahasa, kemampuan
bahasanya tidak akan berkembang jika tidak dididik dan dilatih secara
khusus. Perkembangan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan
mendengar. Akibat ketidakmampuannya untuk mendengar dibanding
dengan anak normal sebayanya, maka perkembangan bahasa anak
tunarungu tertinggal jauh.
3) Karakteristik dalam segi emosi dan sosial
Tunarungu menyebabkan seseorang terasing dari aturan sosial dan
pergaulan dalam kehidupan masyarakat mereka, maka anak tunarungu
mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian untuk menuju
dewasa. Hal tersebut menimbulkan efek negatif bagi anak tunarungu,
seperti:
a) Egosentrisme melebihi anak normal
Karena anak tunarungu mengalami hambatan dalam
pendengarannya maka mereka lebih menggunakan penglihatannya
dalam pengamatan, maka anak tunarungu mempunyai sifat ingin tahu
yang besar yang seolah-olah mereka selalu ingin melihat, hal itu dapat
meningkatkan sifat egosentrisme mereka, bahkan mereka ingin
memilikinya, dan bisa terjadi ia langsung merebutnya dari tangan
commit to user
13
b) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang luas
Anak tunarungu sering merasa tidak menguasai keadaan yang
diakibatkan oleh pendengaran yang mengalami gangguan, maka ia
sering merasa takut dan khawatir.
c) Ketergantungan terhadap orang lain
Sikap ketergantungan anak tunarungu menunjukkan bahwa ia
putus asa dan ingin mencari bantuan.
d) Perhatian sukar dialihkan
Keterbatasan bahasa menyebabkan keterbatasan berpikir
seseorang, pikiran anak tunarungu terpaku pada hal yang konkrit,
seluruh perhatiannya tertuju pada sesuatu dan sulit untuk
melepaskannya karena ia tidak mempunyai kemampuan lain. Sehingga
jalan pikiran anak tunarungu sulit untuk berpindah ke hal lain yang
belum nyata.
e) Pada umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tidak banyak
masalah
Kemiskinan dalam bahasa mengakibatkan anak tunarungu
dengan mudah meyampaiakan perasaan dan apa yang ada dalam
pikirannya tanpa memandang segi-segi yang akan menghalanginya.
f) Mudah marah dan mudah tersinggung
Anak tunarungu sering mengalami kesulitan dalam
menyampaikan perasaan dan apa yang dipikirkan serta kesulitan
memahami apa yang disampaikan orang lain, maka hal tersebut
diwujudkan dengan kemarahan.
Dilihat dari pengaruh hilangnya kemampuan mendengar terhadap
perkembangan anak tunarungu, Mega Iswari (2007: 61-63) menjelaskan
karakteristik anak tunarungu dari segi:
1) Karakteristik intelegensi
Anak tunarungu sering menunjukkan prestasi akdemik yang
commit to user
14
kecerdasan di bawah rata-rata akan tetapi disebabkan karena kesulitan
memahami bahasa dan informasi yang diterimanya
2) Karakteristik dalam segi bahasa
Anak tunarungu sangat bermasalah dalam berbahasa, mereka
mengalami kesulitan memahami kalimat.
3) Prestasi akademik
Anak tunarungu mengalami hambatan dalam bahasa sehingga
menjadi kendala dalam memahami mata pelajaran, maka anak tunarungu
mempunyai prestasi akademik yang rendah.
4) Penyesuaian sosial pribadi
Anak tunarungu kehilangan kemampuan mendengar yang
menyebabkan masalah dalam berkomunikasi, sehingga mereka mengalami
kesulitan sosial dan perilaku. Kemiskinan bahasa anak tunarungu juga
dapat menyebabkan anak tunarungu kurang mampu memahami
norma-norma yang berlaku di lingkungannya. Oleh sebab itu anak tunarungu
sering memperlihatkan kekhasannya seperti kekakuan, egosentrik,
impulsif, keras kepala, dan tanpa ada kontrol diri.
Dari penjelasan karakteristik di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa secara fisik anak yang mengalami ketunarunguan terlihat seperti anak
normal yang mampu mendengar pada umumnya. Untuk lebih mudah
memahami karakteristik anak tunarungu maka karakteristik anak tunarungu
dapat dibagi menjadi beberapa segi yaitu:
1) Karakteristik dalam segi intelegensi
Perkembangan intelegensi anak tunarungu tidak sama cepatnya
dengan anak normal lainnya, karena pendengaran mereka terganggu
sehingga sedikit sekali informasi yang diperoleh anak tunarungu.
2) Karakteristik bahasa dan bicara
Karena anak tunarungu tidak dapat mendengar bahasa, kemampuan
bahasanya tidak akan berkembang jika tidak dididik dan dilatih secara
commit to user
15 3) Karakteristik dalam segi emosi
Anak tunarungu sering memperlihatkan kekhasannya seperti
kekakuan, egosentrik, impulsif, keras kepala, dan tanpa ada kontrol diri.
Selain itu juga anak tunarungu sering menggantungkan dirinya kepada
orang lain, mudah marah dan tersinggung, jika ia sudah punya perhatian
terhadap sesuatu maka perhatiannya tersebut sukar dialihkan, rasa takut
jika berada pada lingkungan yang luas sering menghantui anak tunarungu
dan kebanyakan dari mereka mempunyai sikap yang polos sederhana dan
tidak merasa banyak masalah.
4) Penyesuaian sosial pribadi
Tunarungu menyebabkan seseorang terasing dari aturan sosial dan
pergaulan dalam kehidupan masyarakat mereka, maka anak tunarungu
mengalami hambatan dalam perkembangan kepridian untuk menuju
dewasa. Anak tunarungu kehilangan kemampuan mendengar yang
menyebabkan masalah dalam berkomunikasi, sehingga mereka mengalami
kesulitan sosial dan perilaku. Kemiskinan bahasa anak tunarungu juga
dapat menyebabkan anak tunarungu kurang mampu memahami
norma-norma yang berlaku di lingkungannya.
2. Tinjauan tentang Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar
Sebelum membahas tentang prestasi belajar, terlebih dahulu membahas
tentang pengertian belajar, belajar merupakan proses perubahan dari yang
tidak tahu menjadi tahu, dari yang buruk berubah menjadi baik, dan dari yang
tidak dapat menjadi dapat. Para pakar pendidikan telah mengemukakan
pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun demikian
perbedaan pengertian tersebut selalu mengacu pada satu prinsip yaitu setiap
orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam
dirinya.
Mulyati (2009: 5) mengemukakan bahwa ”Belajar merupakan usaha
commit to user
16
latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan”. Menurut Sharon E. Smaldino, James D. Russel, Robert Heinich dan Michael Molenda (2002: 6) “Learning is
development of new knowledge, skills or attitude as individual interacts with
information and the environment”. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa belajar adalah pemerolehan pengetahuan yang baru, ketrampilan dan tingkah
laku sehingga pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku tersebut
berkembang ke arah positif sebagai hasil dari interaksinya dengan informasi
yang diperoleh dan dengan lingkungannya.
Menurut M. Sobry Sutikno dalam Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2009: 5) ”Belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. Dalam konteks sekolah belajar merupakan usaha yang dilakukan siswa untuk mendapatkan perubahan
tingkah laku yang belum pernah ia dapatkan secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya setelah berinteraksi dengan lingkungan.
Sedangkan belajar menurut Mahmud (2010: 61) “Perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru
berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.”
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah modifikasi kelakuan secara sadar melalui pengalaman yang berupa
stimulus dan respon yang bersifat mekanisme yang bertujuan untuk
membangun pemahaman, pengetahuan, ketrampilam, kecakapan, sikap dan
tingkah laku serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar
sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan.
b. Prestasi Belajar
Prestasi dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas
commit to user
17
penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai
dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapakan”.
Munawir Yusuf dan Edi Legowo (2006: 10) menyatakan bahwa “Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan out put dari proses kegiatan belajar. Hasil belajar dalam bidang pendidikan di sekolah biasanya dinyatakan
dengan angka. Angka yang diperoleh dari kegiatan belajar ini selanjutnya disebut hasil belajar atau prestasi belajar”. Sedangkan menurut Ign. Masidjo (2010: 40) “Prestasi belajar adalah hasil proses belajar yang khas yang
dilakukan secara sengaja dan merupakan kemampuan yang sungguh-sungguh
aktual diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran sebagai hasil dari pengukuran”.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin
dicapai. Dengan tercapainya tujuan instruksional tersebut maka dapat dikatakan
siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional mempunyai prestasi belajar. Singgih Gunarsa (1995: 40) mengemukakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil proses belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil dari pengukuran”.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah output dari kegiatan belajar yang dapat menentukan tingkat
kecakapan melalui penilaian dari pendidik sesuai dengan isi pelajaran dan
perilaku yang diharapkan dari siswa dengan membandingkannya dengan
norma tertentu dalam sistem penilaian yang telah dicapai yang berupa angka.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang merupakan hasil proses belajar dari setiap
individu diperoleh tidak sama oleh individu-individu tersebut, keadaan
tersebut dikarenakan banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
commit to user
18
167-168), menyatakan bahwa prestasi belajar ditentukan oleh faktor-faktor
berikut:
1) Faktor yang ada pada siswa, yaitu:
(a) taraf intelegensi
(b) bakat khusus
(c) taraf pengetahuan yang dimiliki
(d) taraf kemampuan berbahasa
(e) taraf organisasi kognitif
(f) motivasi
(g) kepribadian
(h) perasaan
(i) sikap
(j) minat
(k) konsep diri
(l) kondisi fisik dan psikis
2) Faktor-faktor yang ada pada keluarga
(a) hubungan antar orang tua
(b) hubungan orang tua dengan anak
(c) jenis pola asuh
(d) keadaan sosial ekonomi keluarga
3) Faktor-faktor yang ada di lingkungan sekolah
(a) guru: kepribadian guru, sikap guru terhadap siswa, ketrampilan
didaktik guru, gaya mengajar guru
(b) kurikulum
(c) organisasi sekolah, sistem sosial di sekolah
(d) keadaan fisik sekolah dan fasilitas pendidikan
(e) lokasi gedung sekolah
4) Fator-faktor pada lingkungan sosial yang lebih luas
(a) keadaan sosial, politik, dan ekonomi
commit to user
19
Sedangkan faktor utama yang mempengaruhi prestasi belajar menurut
Abdul Hadits dan Nurhayati (2010: 101) yaitu:
1) Faktor internal, yang meliputi:
(a) Psikologis, meliputi: bakat, intelegensi, sikap, perhatian, pikiran,
persepsi, pengamatan, minat, motivasi
(b) Sosiologis yang meliputi kemampuan guru dan siswa dalam
melakukan interaksi sosial dan komunikasi sosial baik guru dengan
siswa, siswa dengan siswa, guru dengan guru ataupun kepala sekolah
(c) Fisiologis yang ada pada siswa sebagai pebelajar dan guru sebagai
pembelajar
2) Faktor eksternal,
(a) Masukan lingkungan
(b) Masukan peralatan
(c) Masukan eksternal lainnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Robertus
Angkowo dan A. Kosasih (2007: 50-51) antara lain:
1) Faktor dari dalam diri anak: menyangkut kemampuan, motivasi, minat,
perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi,
kondisi fisik psikis
2) Faktor dari luar (lingkungan) yang menyangkut kualitas pengajaran
3) Pendekatan belajar yaitu upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode pembelajaran.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan untuk mencapai prestasi
belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: faktor yang terdapat
dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor
ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis
sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor
commit to user
20 d. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi, peranannya sangat
penting untuk memantau perkembangan peserta didik dalam mengikuti proses
belajar pembelajaran. Dengan diketahuinya prestasi peserta didik, maka
pendidik akan lebih mudah memberikan tindak lanjut untuk kegiatan
pembelajaran selanjutnya. Fungsi prestasi belajar menurut Zainal Arifin
(1990: 3-4) antara lain:
1) Prestasi belajar dapat digunakan sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang dikuasai peserta didik
2) Prestasi belajar digunakan sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu
3) Prestasi belajar digunakan sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan, menjadi pendorong bagi siswa untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi
4) Prestasi belajar digunakan sebagai indikator intern dan ekstern dari
intitusi pendidik atau indikator keberhasilan kurikulum yang digunakan
relevan dengan kebutuhan pembangunan masyarakat
5) Prestasi belajar digunakan sebagai indikator terhadap daya tangkap
(kecerdasan) siswa.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan proses belajar mengajar,
sehingga dapat diketahui cara mengajar guru sudah sesuai atau belum serta
dengan mengetahui prestasi belajar siswa maka dapat diketahui sejauh mana
peserta didik dapat menangkap materi yang disampaikan oleh guru.
e. Pengertian Matematika
Matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang dimasukkan dalam
kurikulum sekolah, baik itu sekolah dasar sampai sekolah tingkat lanjut.
Matematika bukanlah ilmu, akan tetapi pengetahuan yang disusun secara
konsisten berdasarkan logika deduktif dan dari cara bernalar. Ciri utama
matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau
commit to user
21
sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat
konsisten.
Matematika berasal dari kata “mathema” dalam bahasa Yunani yang
berarti sebagai sains, ilmu pengetahuan atau belajar, dan berasal dari kata “mathematikos” yang berarti suka belajar. Menurut Zamzaili dalam Parwoto
(2007: 176) matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang konsep
bilangan dan ruang. Tugas matematika adalah menentukan hubungan-
hubungan di alam dan menganalisis pola-pola nyata sehingga pola-pola itu
dapat dikenal dan muncul. Sedangkan menurut Anonymous dan Smith dalam
Nzekwe Excel (2009) dalam www.cimt.plymouth.ac.uk. menyatakan bahwa “Mathematics is a subject that has shown it have significant impact on different matters and subject areas”. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui
bahawa matematika adalah sebuah materi yang dapat menunjukkan perubahan
yang signifikan pada masalah dan area subyek yang berbeda.
Sedangkan menurut Russefendi dalam Heruman (2007: 1) “Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang
terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil”. Budi Manfaat (2010: 147) juga mengemukakan pendapatnya tentang matematika adalah
suatu kumpulan konsep yang mempunyai struktur sistematis, urut dengan alur
logika yang jelas dan mempunyai hirarki antara satu konsep dengan konsep
yang lain, satu konsep tersebut dengan konsep yang lain saling berhubungan.
Johnson dan Myklebust sebagaimana dikutip oleh Mulyono Abdurrohman (2003: 252) mengemukakan bahwa “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahakan berpikir.”
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah ilmu yang mempelajari tentang konsep bilangan dan ruang yang
commit to user
22
hubungan kuantitatif yang urut dengan alur logika yang jelas terstruktur secara
sistematis sehingga dapat memungkinkan manusia dapat memikirkan,
mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen kuantitatif.
3. Tinjauan tentang Komputer sebagai Media Pembelajaran Interaktif
a. Komputer
1) Pengertian Komputer
Perkembangan teknologi yang semakin pesat menuntut manusia
untuk berpikir lebih kreatif. Munculnya komputer merupakan akibat dari
kekreatifan manusia untuk memunculkan alat yang dapat membantu
pekerjaan manusia dengan cepat, tepat dengan cara efektif dan efisien. Komputer berasal bahasa latin “Computare” yang berarti menghitung (to compute atau reckon). Berdasarkan sifatnya Daryanto (2007: 11) mengemukakan “Kompuer adalah peralatan elektronik yang bekerja secara koordinatif dan integratif berdasar program, dapat
menerima masukan berupa data, mengolahnya dalam memori dan
menampilkan hasil berupa informasi. Andrew S. Tanenbaum (2001: 2) mengemukakan bahwa “Komputer adalah mesin yang dapat memecahkan berbagai masalah bagi manusia dengan memberikan instruksi-instruksi kepada mesin itu”. Menurut Donald H. Sanders dalam Jogiyanto Hartono (2004: 1) “Komputer adalah sistem elektronik untuk memanipulasi data yang cepat dan tepat serta dirancang dan diorganisasikan secara otomatis
menerima dan menyimpan data input, memprosesnya, dan menghasilkan
output di bawah pengawasan suatu langkah-langkah instruksi program tersimpan di memori”.
Carl Hamacer, Zvonko Vranesic, dan Safwat Zaky (2004: 3)
mengemukakan pendapatnya tentang pengertian komputer adalah mesin
hitung elektronik cepat yang menerima informasi input terdigitalisasi,
mengolahnya sesuai dengan daftar instruksi yang tersimpan secara internal
dan memberikan informasi output hasil. Kemudian pengertian komputer
commit to user
23
yang terdiri atas peralatan input, alat yang mengolah input, dan peralatan
outputyang memberikan informasi serta bekerja secara otomatis”.
Kemudian Azhar Arsyad (2005: 53) juga menjelaskan penngertian kompuer adalah “Mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan pekerjaan dan perhitungan sederhana dan rumit”.
Dari pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
komputer adalah mesin elektronik yang dapat memecahkan masalah dari
instruksi-instruksi yang ada dengan cepat, tepat yang cara kerjanya
dirancang dan diorganisasikan secara koordinatif dan integratif
berdasarkan program secara otomatis menerima input berupa data,
kemudian memproses dan mengolah data tersebut, sehingga menghasilkan
output berupa informasi. Dari penjelasan pengertian komputer maka dapat
dilihat bahwa komputer mempunyai empat komponen yaitu input data,
prosesor yang merupakan unit untuk memproses input, memori untuk
tempat menyimpan data yang akan diolah, serta output.
2) Kelebihan Pengguaan Komputer
Secara umum penggunaan komputer dalam segala hal mepunyai
kelebihan. Kelebihan komputer secara umum menurut Daryanto (2007:
12) antara lain:
a) Dapat mengerjakan pekerjaan dengan cepat dan tepat
b) Komputer tidak mengenal lelah
c) Komputer dapat menyimpan dan mengolah data dalam jumlah banyak
dan dapat diolah kembali.
Sedangkan kelebihan komputer untuk media pembelajaran menurut
Heinick dalam Iif Khoir Ahmadi dan Sofan Amri (2010: 119) antara lain:
a) Memungkinkan pebelajar belajar sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya dalam memahami pengetahuan dan informasi yang
commit to user
24
b) Pebelajar dapat melakukan kontrol terhadap aktifitas belajar
c) Komputer dapat menayangkan kembali informasi yang diperlukan oleh
pengguna
d) Komputer dapat dibuat program memberikan umpan balik terhadap
hasil belajar dan memberi penguatan terhadap prestasi belajar
e) Dapat mengintegrasikan komponen warna, musik, dan animasi grafik
f) Dapat meningkatkan hasil belajar.
Kelebihan pemakaian komputer dalam proses pembelajaran
menurut Ardan Sirodjuddin (2010) dalam www.ardansirodjuddin.
blogspot.com antara lain:
a) Pembelajaran berbantuan komputer bila dirancang dengan baik, merupakan media pembelajaran yang efektif, dapat memudahkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran
b) Meningkatkan motivasi belajar siswa
c) Mendukung pembelajaran individual sesuai kemampuan siswa
d) Dapat digunakan sebagai penyampai balikan langsung
e) Materi dapat diulang-ulang sesuai keperluan, tanpa menimbulkan rasa jenuh
Azhar Arsyad (2005: 54-55) menyebutkan kelebihan komputer
yang digunakan untuk tujuan pembelajaran antara lain:
a) Komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima
pelajaran
b) Komputer dapat merangsang siswa untuk melakukan latihan
c) Komputer dapat menyesuaikan tingkat kecepatan belajar siswa
d) Komputer dapat merekam aktivitas penggunaan media pembelajaran
sehingga dapat memantau perkembangan setiap siswa
e) Dapat berhubungan dan mengendalikan alat lain.
Sedangkan kelebihan komputer sebagai media pembelajaran
menurut Hujair AH. Sanaky (2009: 177) antara lain:
a) Komputer memungkinkan pebelajar belajar sesuai dengan kemampuan
dan kecepatannya
commit to user
25
c) Komputer dapat menayangkan kembali informasi yang diperlukan,
karena mempunyai kapasitas memori yang tinggi
d) Menciptakan iklim belajar yang efektif
e) Komputer dapat diprogram memberikan umpan balik, skor hasil secara
otomatis, saran untuk melakukan kegiatan belajar tertentu
f) Dapat mengintegrasikan komponen warna, musik dan animasi grafik
serta dapat menyampaikan informasi dengan realisme tinggi
g) Komputer dapat meningkatkan hasil belajar
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
komputer yang digunakan untuk tujuan pembelajaran khususnya komputer
yang digunakan untuk media pembelajaran mempunyai keistimewaan
yang dapat membantu guru menyediakan media pembelajaran dan
mendorong siswa untuk lebih agresif dalam proses pembelajaran.
Komputer juga dapat menyesuaiakan kecepatan belajar siswa dengan
dapat menampilkan kembali informasi yang ada pada komputer sehingga
dapat dilakukan secara individual sehingga dapat mengetahui
perkembangan masing-masing individu.
3) Penggunaan Komputer dalam Pembelajaran
Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini, komputer menjadi
salah satu alternatif media yang digunakan untuk pendidik dalam
menyampaikan materinya. Komputer dewasa ini mempunyai kemampuan
untuk menggabungkan dan mengendalikan berbagai peralatan lainnya,
sehingga akan lebih efektif dan maksimal jika digunakan untuk
pembelajaran.
Giovannina Albano, Ciro D’ Apice, Rosanna Manzo (2009) dalam
www.cimt.plymouth.ac.uk. menjelaskan bahwa komputer dapat digunakan
sebagai alat pelengkap untuk pembelajaran sebagaimana baiknya media
pembelajaran yang lainnya, komputer juga dapat menjelaskan materi
commit to user
26
mencari penjelasan lebih jauh dibandingkan dengan penjelasan secara
tradisional dengan menggunakan buku teks.
Penggunaan komputer dalam pembelajaran menurut Donald H.
Anderson (1987: 206) dapat merangsang tiga aspek antara lain:
a) Kognitif
Komputer yang menggunakan bermacam-macam tipe terminal dapat
mengontrol interaksi pengajaran mandiri. Digabungkan dengan media
lain komputer dapat digunakan untuk mengajarkan pengenalan atau
diskriminasi dari stimulus visual dan stimulus audio yang relevan.
Kemampuan komputer untuk kegiatan pengajaran individual terutama
didasarkan pada pengembangan dan keterbatasan media yang
digunakan.
b) Psikomotor
Bila digunakan dengan peralatan yang disimulasikan komputer
merupakan alat yang sangat bagus untuk menciptakan kondisi dunia
yang sebenarnya.
c) Afektif
Digunakan untuk mengontrol bahan-bahan film dan video
Sedangkan penggunaan komputer dalam pembelajaran menurut
Daryanto (2010: 149) adalah:
a) Kognitif
Komputer dapat mengajarkan konsep-konsep, aturan, prinsip,
langkah-langkah, proses, dan kalkulasi yang kompleks. Komputer juga dapat
menjelaskan konsep tersebut dengan sederhana dengan penggabungan
visual dan audio yang dianimasikan.
b) Psikomotor
Dengan bentuk pembelajaran yang dikemas dalam bentuk game dan
simulasi sangat bagus digunakan untuk menciptakan kondisi dunia
kerja. Beberapa contoh program antara lain; simulasi pendaratan
pesawat, simulasi perang dalam medan yang paling berat dan
commit to user
27 c) Afektif
Bila program didesain secara tepat dengan memberikan potongan klip
suara atau video yang isinya menggugah perasaan, pembelajaran sikap/
afektif pun dapat dilakukan mengunakan media komputer.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
komputer dalam pembelajaran dapat mengubah pembelajaran lebih
interaktif dan mudah diterima oleh pembelajar karena dapat menggugah
perasaan melalui klip suara atau video yang ditayangkan. Komputer juga
dapat melatih pebelajar untuk dapat merasakan dunia yang sebenarnya dan
dapat menjadi bekal untuk dunia kerjanya kelak.
b. Media Pembelajaran
1) Pengertian Media Pembelajaran
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan
jamak dari kata medium yang artinya perantara atau pengantar. Menurut Bovee dalam Hujair AH Sanaky (2009: 3) mengemukakan ”Media adalah sebuah alat yang berfungsi menyampaikan pesan”. Sedangkan media
pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk
menyampaiakan pesan pembelajaran. Sedangkan media menurut Arif S.
Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, dan Rahardjito (2007: 17) adalah
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim
kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi.
Kemudian disambung dengan pendapat Sri Anitah (2008: 1) ”Media pemebelajaran berarti sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan”. Sedangkan menurut Iif Khoir Ahmadi dan Sofan Amri. (2010: 116) Media merupakan
alat yang memungkinkan anak muda untuk mengerti dan memahami
commit to user
28
dibandingkan dengan penyampaian materi dengan cara tatap muka dan
ceramah tanpa alat bantu.
Robertus Angkowo dan A. Kosasih (2007: 14) menambahkan bahwa ”Media pembelajaran adalah suatu cara, alat, atau proses yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan yang berlangsung dalam proses pendidikan”. Media pembelajaran menurut David Buckingham (2008: 4-5) adalah sesuatu yang bertujuan untuk
mengembangkan kompetensi dalam belajar dan pembelajaran, sesuatu
tersebut tidak hanya yang dicetak tetapi juga sesuatu yang menggunakan
sistem simbol dari gambar dan suara sehingga dapat meningkatkan
pemahaman dan partisipasi aktif.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa media pembelajaran adalah sesuatau yang dapat digunakan sebagai
alat perantara dan alat pembantu untuk menyampaikan informasi dalam
pengajaran dari pembelajar kepada pebelajar sehingga pebelajar dapat
menerima pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang mengakibatkan
pebelajar dapat mengingat informasi tersebut dalam waktu lama jika
dibandingkan dengan penyampaian materi yang tanpa menggunakan
media pembelajaran.
2) Jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran sangat banyak macam dan jenisnya. Jika
dilihat dari sudut pandang yang luas media pembelajaran tidak hanya
sekedar papan tulis, buku maupun alat tulis yang lainnya. Hujair AH.
Sanaky (2009: 40) membagi jenis media pembelajaran menjadi 3, yaitu:
a. Berdasarkan aspek bentuk fisik, terdiri:
(1) Media elektronik seperti: televisi, komputer, film, radio, VCD,
DVD, LCD, internet
(2) Media non-elektronik seperti: buku, hand out, modul, diktat, media
commit to user
29
b. Berdasarkan aspek panca indra, seperti:
(1) Media audio (dengar)
(2) Media visual (melihat)
(3) Media audio-visual (dengar- melihat)
c. Berdasarkan aspek alat dan bahan yang digunakan
(1) Alat perangkat keras (hardware) sebagai sarana yang menampilkan
pesan
(2) Perangkat lunak (software) sebagai pesan atau informasi
Sedangkan pengelompokan media pembelajaran menurut
Scrahman dalam Daryanto (2010: 17) yaitu:
a) Liputan luas dan serempak seperti: TV, radio, dan facsimile
b) Liputan terbatas pada ruangan seperti: film, vidio, slide, poster, audio
tape
c) Media untuk belajar individual seperti: buku, modul, program belajar
dengan komputer dan telepon.
Pengelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi
perkembangan teknologi menurut Seels & Glasgow dalam Azhar Arsyad
(2005: 33-34) dibagi ke dalam dua kategori luas, yaitu media tradisional
dan media teknologi mutakhir.
a) Media tradisional, terdiri
(1) Visual diam yang diproyeksikan, meliputi: proyeksi opaque,
proyeksi overhead, slides, filmstrip
[image:44.595.145.516.144.507.2](2) Visual yang tidak diproyeksikan, meliputi: gambar, poster, chart,
grafik, diagram, pameran, papan info, papan-bulu
(3) Audio, meliputi: rekaman piringan, pita kaset, reel, cartridge
(4) Penyajian multimedia, meliputi: slide plus suara (tape),
multi-image
(5) Visual dinamis yang diproyeksikan, meliputi: film, televisi, video
(6) Cetak, meliputi: buku teks, modul, teks terprogram, workbook,
majalah ilmiah, lembaran lepas (hand out)
commit to user
30
(8) Realia, meliputi: model, contoh (specimen), manipulatif (peta,
boneka)
b) Media teknologi mutakhir, terdiri:
(1) Media berbasis telekomunikasi, meliputi: telekonferen, kuliah jarak
jauh
(2) Media berbasis mikroprosesor, meliputi: computer-assisted
instruction, permainan komputer, sistem tutor intelijen, interaktif,
hypermedia, compact (video) disc.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dilihat bahwa jenis media
pembelajaran banyak sekali jenisnya jika dilihat dari beberapa segi, maka
penulis menarik kesimpulan bahwa jenis media pembelajaran antara lain:
a) Media audio, meliputi: radio audio tape, rekaman piringan, pita kaset,
reel, cartridge
b) Media visual, terdiri: media visual, meliputi: buku, hand out, modul,
diktat, media grafis, alat peraga, facsimile, slide, poster proyeksi
opaque, proyeksi overhead, slides, filmstrip, poster, chart, grafik,
diagram, pameran, papan info, papan-bulu, teks terprogram, workbook,
majalah ilmiah
c) Media audio-visual, meliputi: televisi, film, komputer, slide plus suara,
VCD, DVD
3) Kriteria Pemilihan Media
Ada bermacam-macam jenis media, oleh sebab itu tidak semua
media pembelajaran dapat digunakan untuk suatu penyampaian materi
pelajaran. Dengan demikian, ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan media. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media
menurut Robertus Angkowo dan A. Kosasih (2007: 14) antara lain:
a) Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
b) Ketepatgunaan untuk hasil dan pencapaian akademik
c) Melihat keadaan siswa dan tidak tergantung dari beda individual antar
commit to user
31
d) Tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru
e) Ada keseimbangan antara biaya yang digunakan untuk membuat media
dengan hasil yang dicapai.
Kriteria pemilihan media pembelajaran menurut Hujair AH.
Sanaky (2009: 6) harus sesuai dengan:
a) Tujuan pengajaran b) Bahan pelajaran c) Metode mengajar
d) Tersedia alat yang dibutuhkan e) Pribadi mengajar
f) Minat dan kemampuan pembelajar g) Situasi pengajaran yang berlangsung
h) Keterkaitan antara media pembelajaran dengan tujuan, metode, dan kondisi pembelajar.
Sedangkan kriteria dalam pemilihan media pembelajaran menurut
Arif S. Sadiman, dkk (2007: 85-86) yaitu: sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai, kondisi dan keterbatasan; tidak terlepas dari konteksnya bahwa
media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan;
ketersediaan sumber setempat; ada dana, tenaga, fasilitas untuk
memproduksinya; keluwesan, kepraktisan dan ketahanan dalam waktu
yang lama; efektifitas biaya dalam jangka panjang.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran di kelas
supaya efektif dan efisien maka ada beberapa hal yang menjadi kriteria
pemilihan media pembelajaran yaitu adanya keterkaitan antara tujuan
pengajaran, metode pembelajaran, kondisi pebelajar dan kondisi
pembelajar. Selain itu juga harus memperhatikan ketersediaan dana,
tenaga dan fasilitas untuk pengadaanya, keawetan dan ketahanannya, serta
juga harus memperhatikan keseimbangan antara penggunaan media
commit to user
32 4) Kegunaan Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar
dapat membangkitkan motivasi keinginan dan minat yang baru, bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Media
pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian materi pelajaran pada saat itu.
Menurut Arif S. Sadiman, dkk (2007: 17-18) kegunaan media
pembelajaran dalam pembelajaran adalah:
a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalitas
b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan panca indra
c) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan variasi dapat mengatasi
sikap pasif peserta didik
d) Mengatasi keunikan setiap siswa dan perbedaan pengalaman siswa
Sedangkan kegunaan media pembelajaran menurut Robertus
Angkowo dan A. Kosasih (2007: 27-28) antara laian:
a) Sebagai alat bantu pembelajaran yang ikut mempengaruhi situasi,
kondisi dan lingkungan belajar dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang telah di desain oleh guru
b) Memperjelas pesan supaya tidak terlalu bersifat verbal
c) Dapat membangkitkan: minat baru, motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar, serta membawa pengaruh psikologis terhadap siswa
d) Membangkitkan gairah belajar, memungkinkan siswa untuk belajar
mandiri sesu