• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan kandungan fenolik total fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi (samanea saman (jacq.) merr.) dan aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (dpph)”.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penetapan kandungan fenolik total fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi (samanea saman (jacq.) merr.) dan aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (dpph)”."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr.) adalah salah satu jenis dari famili

Fabaceae yang banyak ditemukan tumbuh di daerah tropis. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kadar senyawa fenolik total dan aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak etanol biji trembesi. Ekstrak tanaman diperoleh dengan metode maserasi menggunakan etanol 70%. Ekstrak selanjutnya difraksinasi dengan cara ekstraksi cair-cair sehingga menghasilkan fraksi air. Kadar fenolik total ditetapkan menggunakan metode spektrofotometri visibel dengan pereaksi Folin-Ciocalteau.

Penentuan fenolik total menunjukkan jumlah senyawa fenolik yang mempengaruhi aktivitas antioksidan yang dinyatakan dengan nilai massa ekuivalen asam galat per massa fraksi (mg ekuivalen asam galat per g fraksi air esktrak etanol). Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) berdasarkan nilai IC50nya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan fenolik total fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi adalah 44,67±0,53 mg ekivalen asam galat per gram fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi. Nilai IC50 rutin adalah 19,05±0,23 µg/mL dan IC50 fraksi air ekstrak etanolik adalah 411,9 ± 13,02 µg/mL.

Kata Kunci : kandungan fenolik total, antioksidan, DPPH, IC50, biji trembesi

(2)

ABSTRACT

Rain tree (Samanea saman (Jacq.) Merr) is a member of Fabaceae family which is found in the tropics. The purpose of this study was to determine total phenolic compounds and antioxidant activity of the water fraction from rain tree seeds ethanol extract. The plant extract with maceration method using 70% ethanol, then the extract was fractionated by liquid-liquid extraction to obtain water fraction. Total phenol level was determined using visible spectrophotometry with Folin-Ciocalteau reagent. Determination of total phenol was showed total phenolic compound which is affected antioxidant activity. It was showed by gallic acid equivalent per mass fraction (mg gallic acid equivalents per g of ethanol extracts water fraction). The determination of antioxidant activity described use DPPH method based on the value of IC50. The result showed that total phenolic which is

contained in the water fraction from ethanolic extracts of rain tree seeds was 42.93±4.21 mg gallic acid equivalents per gram water fraction from ethanolic extract of rain tree seeds. The IC50 value of rutin was 19.05±0.23 µg/mL and the IC50 value

of the water fraction from rain treeseeds ethanol extract was 411.9 ± 13.02 µg/mL.

Keywords : The total phenolic content, antioxidant, DPPH, IC50, rain tree seeds

(3)

PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI AIR EKSTRAK ETANOLIK BIJI TREMBESI (Samanea saman (Jacq.) Merr.) DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL

1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Ignasius Angrenaldo NIM: 098114030

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI AIR EKSTRAK ETANOLIK BIJI TREMBESI (Samanea saman (Jacq.) Merr.) DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL

1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Ignasius Angrenaldo NIM: 098114030

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

SERVUS, SERVUORUM DEI

HAMBA BAGI PARA HAMBA

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Tuhanku Yesus Kristus atas segala berkat dan penyertaan-Nya

Bapak, Ibu dan adik-adikku atas kasih sayang

dan segala hal yang diberikan

(8)
(9)
(10)

vii PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan rahmat serta karunia-nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul ”PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI AIR EKSTRAK ETANOLIK BIJI TREMBESI (Samanea saman (Jacq.) Merr.) DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH)”.

Skripsi ini dibuat sebagai tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan wajib untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.). Penulis menyusun skripsi ini dalam jangka waktu yang cukup panjang melalui penelitian dan pengamatan yang dilakukan sendiri bersama teman-teman satu tim dan juga dibawah bimbingan dosen pembimbing skripsi.

Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama pengusulan skripsi, saat penelitian dan selama penulisan skripsi dengan kesabaran dan penuh perhatian.

(11)

viii

4. Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritikan dan saran yang sangat bermanfaat bagi skripsi ini.

5. C. M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt. sebagai Kaprodi Fakultas Farmasi yang telah memberi masukan dan saran yang baik selama penulis berkuliah.

6. Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si, Apt. sebagai Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Segenap laboran Laboratorium Farmakognosi Fitokimia (Mas Wagiran), Laboratorium Farmasi Fisika (Mas Agung), Laboratorium Kimia Analisis Instrumental (Mas Bimo) dan Laboratorium Kimia Organik (Pak Parlan) atas segala bantuan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini Keluarga yang senantiasa mendukung di rumah, papa, mama dan adik tercinta. 8. Teman seperjuanganku Fendy terima kasih atas kerjasamanya, kepercayaan,

kesabaran, canda, saling memberikan semangat serta suka maupun duka yang telah kita lewati bersama. Tanpa adanya hal-hal tersebut skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik.

9. Teman-temanku Aldo Chritian, Willigis Danu, Anthony Felix, James Wekin, Jen Wekin, Meli Sampe, Donna Daniel dan Widiya Palionan yang sudah menjadi teman-teman ngobrol yang baik dan selalu berbagi cerita, canda dan tawa bersama.

(12)

ix

11. Teman- teman anging mammiri dan K2KAMSY yang sering memberikan dukungan dan semangat.

12.Semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari, masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan bantuan dan masukkan untuk membuat laporan skripsi ini menjadi bermanfaat.

Yogyakarta, 30 Oktober 2013 Penulis

Ignasius Angrenaldo

(13)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.. ... ii

HALAMAN PENGESAHAN… ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN… ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.. ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA… ... vi

KATA PENGANTAR.. ... vii

DAFTAR ISI……….. ... x

DAFTAR TABEL…….. ... xiv

DAFTAR GAMBAR.. ... xv

DAFTAR LAMPIRAN.. ... xvi

INTISARI… ... xviii

ABSTRACT.. ... xix

BAB I. PENGANTAR….. ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan… ... 3

2. Keaslian penelitian….. ... 4

3. Manfaat penelitian……. ... 5

(14)

xi

BAB II. PENELAAH PUSTAKA……. ... 6

A. Uraian tanaman……….. ... 6

1. Nama tumbuhan (Plantamor , 2012)…..…. ... 6

2. Klasifikasi berdasarkan Plantamor (2012)….. ... 6

3. Morfologi trembesi… ... 7

4. Manfaat trembesi ... 7

B. Senyawa Fenolik Total ... 7

C. Antioksidan ... 10

D. Metode DPPH… ... 12

E. Spektofotometri… ... 14

F. Ekstraksi…... 15

G. Validasi Metode Analisis….. ... 16

H. Landasan teori…. ... 20

I. Hipotesis………. ... 21

BAB III. METODE PENELITIAN.. ... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian.. ... 22

B. Variabel Penelitian.. ... 22

1. Variabel bebas.. ... 22

2. Variabel tergantung.. ... 22

3. Variabel pengacau terkendali.. ... 22

4. Variabel pengacau tak terkendali.. ... 22

(15)

xii

D. Bahan dan Alat Penelitian… ... 23

1. Bahan penelitian… ... 23

2. Alat penelitian… ... 23

E. Tata Cara Penelitian.. ... 24

1. Determinasi biji trembesi… ... 24

2. Pengumpulan tanaman.. ... 24

3. Preparasi sampel… ... 24

4. Pembuatan fraksi air.. ... 24

5. Pembuatan larutan DPPH, pembanding dan uji.. ... 25

6. Uji pendahuluan…. ... 26

7. Optimasi metode penentuan kandungan fenolik total…… ... 27

8. Penetapan kandungan fenolik total… ... 27

9. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan.. ... 28

10. Pengujian antivitas antioksidan…. ... 29

F. Analisis Hasil… ... 30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…… ... 31

A. Determinasi Tanaman… ... 31

B. Pengumpulan Bahan.. ... 31

C. Hasil Ekstraksi.. ... 33

D. Hasil Fraksinasi.. ... 35

E. Hasil Uji Pendahuluan.. ... 37

(16)

xiii

2. Hasil uji kualitatif antioksidan.. ... 39

F. Hasil Optimasi Metode Penetapan Kandungan Fenolik Total… ... 40

1. Penentuan operating time (OT).. ... 40

2. Penentuan panjang gelombang maksimum.. ... 41

G. Hasil Validasi Metode Penetapan Kandungan Fenolik Total… ... 43

1. Linearitas metode penetapan kandungan fenolik total.. ... 43

2. Presisi metode penetapan kandungan fenolik total.. ... 44

3. Spesifisitas metode penetapan kandungan fenolik total……... 45

H. Hasil Penetapan Kandungan Fenolik Total.. ... 45

I. Hasil Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan… ... 49

1. Penentuan panjang gelombang maksimum…. ... 49

2. Penentuan operating time (OT).. ... 50

J. Hasil Validasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan…... 53

1. Linearitas metode uji antioksidan.. ... 53

2. Presisi metode uji antioksidan.. ... 55

3. Spesifisitas metode uji antioksidan…. ... 56

K. Hasil Pengukuran Aktivitas Antioksidan.. ... 57

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN… ... 64

DAFTAR PUSTAKA.. ... 65

LAMPIRAN… ... 71

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Nilai presisi yang dapat diterima menurut Kingston

(2004)..…… ...20

Tabel II. Hasil scanning panjang gelombang penetapan kandungan fenolik total ...42

Tabel III. Hasil CV kurva asam galat ...45

Tabel IV. Nilai r penetapan kandungan fenolik total ...47

Tabel V. Hasil Perhitungan kandungan fenolik total …. ...48

Tabel VI. Scanning panjang gelombang maksimum DPPH …. ...50

Tabel VII. Hasil CV dari sampel rutin ….. ...55

Tabel VIII. Hasil CV dari sampel fraksi air………. ...56

Tabel IX. Hasil aktivitas antioksidan rutin dengan menggunakan metode DPPH …. ...59

Tabel X. Hasil pengukuram IC50 Rutin ...59

Tabel XI. Hasil aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak etanol dengan menggunakan metode DPPH …. ...59

Tabel XII. Hasil pengukuram IC50 fraksi air …. ...60

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Reaksi Antioksidan dengan DPPH (Kikukazaki ,2002)..…… ...13

Gambar 2. Hasil uji kualitatif fenolik total..…… ...37

Gambar 3. Hasil uji kualitatif antioksidan..…… ...39

Gambar 4. Operating Time Asam galat..…… ...41

Gambar 5. Scanning asam galat 40 g/ml..…… ...42

Gambar 6. Scanning asam galat 80 g/ml..…… ...42

Gambar 7. Scanning asam galat 120 g/ml..…… ...43

Gambar 8. Kurva seri asam galat..…… ...44

Gambar 9. Kurva persamaan regresi linier asam galat (replikasi 2)..…… ...47

Gambar 10. Scanning rutin 0,016 mM..…… ...50

Gambar 11. Scanning rutin 0,048 mM..…… ...51

Gambar 12. Scanning rutin 0,080 mM..…… ...51

Gambar 13. Operating time dari baku rutin..…… ...52

Gambar 14. Operating time dari fraksi air..…… ...52

Gambar 15. Kurva Seri Baku Rutin..…… ...54

Gambar 16. Kurva Seri Baku Fraksi Air..…… ...54

Gambar 17. Reaksi Antioksidan dengan DPPH (Nishizawa ,2005)..…… ...57

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Determinasi..…… ...71

Lampiran 2. Gambar daun trembesi..…… ...72

Lampiran 3. Gambar biji dan buah trembesi..…… ...72

Lampiran 4. Data penimbangan rendemen..…… ...73

Lampiran 5. Penimbangan uji kandungan fenolik total..…… ...74

Lampiran 6. Scanning kontrol asam galat..…… ...75

Lampiran 7. Optimasi Penentuan kandungan fenolik total..…… ...75

Lampiran 8. Penentuan kandungan fenolik………... 78

Lampiran 9. Data penimbangan untuk pengujian aktivitas antioksidan (DPPH) ..…… ...83

Lampiran 10. Data Konsentrasi bahan untuk pengujian aktivitas antioksidan..…… ...84

Lampiran 11. Scanning Larutan Untuk Pengujian Aktivitas Antioksidan..…… ... 87 Lampiran 12. Penentuan Operating Time (OT) dan maksimum..…… ...91

Lampiran 13. Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal DPPH..…… ...96

(20)

xvii

Lampiran 15. Perhitungan uji stastistik dengan menggunakan program

(21)

xviii

INTISARI

Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr.) adalah salah satu jenis dari famili

Fabaceae yang banyak ditemukan tumbuh di daerah tropis. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kadar senyawa fenolik total dan aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak etanol biji trembesi. Ekstrak tanaman diperoleh dengan metode maserasi menggunakan etanol 70%. Ekstrak selanjutnya difraksinasi dengan cara ekstraksi cair-cair sehingga menghasilkan fraksi air. Kadar fenolik total ditetapkan menggunakan metode spektrofotometri visibel dengan pereaksi Folin-Ciocalteau.

Penentuan fenolik total menunjukkan jumlah senyawa fenolik yang mempengaruhi aktivitas antioksidan yang dinyatakan dengan nilai massa ekuivalen asam galat per massa fraksi (mg ekuivalen asam galat per g fraksi air esktrak etanol). Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) berdasarkan nilai IC50nya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan fenolik total fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi adalah 44,67±0,53 mg ekivalen asam galat per gram fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi. Nilai IC50 rutin adalah 19,05±0,23 µg/mL dan IC50 fraksi air ekstrak etanolik adalah 411,9 ± 13,02 µg/mL.

Kata Kunci : kandungan fenolik total, antioksidan, DPPH, IC50, biji trembesi

(22)

xix

ABSTRACT

Rain tree (Samanea saman (Jacq.) Merr) is a member of Fabaceae family which is found in the tropics. The purpose of this study was to determine total phenolic compounds and antioxidant activity of the water fraction from rain tree seeds ethanol extract. The plant extract with maceration method using 70% ethanol, then the extract was fractionated by liquid-liquid extraction to obtain water fraction. Total phenol level was determined using visible spectrophotometry with Folin-Ciocalteau reagent. Determination of total phenol was showed total phenolic compound which is affected antioxidant activity. It was showed by gallic acid equivalent per mass fraction (mg gallic acid equivalents per g of ethanol extracts water fraction). The determination of antioxidant activity described use DPPH method based on the value of IC50. The result showed that total phenolic which is

contained in the water fraction from ethanolic extracts of rain tree seeds was 42.93±4.21 mg gallic acid equivalents per gram water fraction from ethanolic extract of rain tree seeds. The IC50 value of rutin was 19.05±0.23 µg/mL and the IC50 value

of the water fraction from rain treeseeds ethanol extract was 411.9 ± 13.02 µg/mL.

Keywords : The total phenolic content, antioxidant, DPPH, IC50, rain tree seeds

(23)

1 BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini radikal bebas dan antioksidan menjadi perhatian dunia medis karena radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan sel dan mendasari berbagai macam keaadan patologis seperti penyakit jantung, inflamasi dan kanker (Caillet, Cote, Doyon, Sylvian, Lacroix, 2011). Pola hidup terutama dalam pola makan, radiasi, polusi udara akibat perkembangan industri, asap kendaraan bermotor ataupun asap rokok yang menyebabkan manusia semakin sering terpapar dengan berbagai sumber radikal bebas. Tubuh sebenarnya memiliki mekanisme pertahanan antioksidan dalam bentuk enzim antioksidan untuk menetralisir radikal bebas. Tetapi bila radikal bebas berlebih dalam tubuh, maka antioksidan tubuh tidak dapat melawan radikal bebas sepenuhnya karena itu dibutuhkan tambahan antioksidan (Chanwitheesuk, Teerawutgulrag, Rakariyatham, 2004; Silalahi, 2000).

(24)

tokoferol, katekin dan asam askorbat merupakan contoh antioksidan alami. Antioksidan sintetik antara lain Butylated Hydroxytoluena (BHT), (Butylated Hydroxyanisol (BHA), Propil Galat (PG ), dan etoksiquin (Cahyadi, 2006). Namun penggunaan antioksidan sintetik ini mulai dibatasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antioksidan sintetik seperti BHT dan BHA bukan merupakan antioksidan yang baik karena dapat meracuni binatang percobaan dan pada pemaparan yang lama dapat meningkatkan resiko karsinogenesis (Hosseinimehr and Shahabimajd, 2006). Adanya kekhawatiran terhadap efek samping antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif pilihan (Rohdiana, 2001).

Penelitian yang dilakukan lebih mengarah kepada konsep antioksidan alami karena senyawa antioksidan sintesik ternyata dapat menyebabkan pembengkakan hati (Windono, 2001). Terlebih lagi Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia sangat kaya akan tumbuhan obat dan masih kurang di manfaatkan termasuk familia Fabaceae. Padahal berdasarkan data yang ada pada kebun raya Purwodadi yang memiliki koleksi sekitar 10.605 spesies dan sebanyak di antara 3 spesies anggota familia Fabaceae yakni Acacia auriculiformis, Albizia saman and Milletia xycarpa (Rindyastuti and Darmayanti, 2010).

Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Samanea saman

(25)

sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk mencegah kanker (Hartwell, 1971). Daun trembesi dapat digunakan untuk obat tradisional antara lain demam, diare, sakit kepala dan sakit perut (Duke,1983). Ekstrak daun trembesi memiliki kandungan antimikroba terhadap Escherichia coli, Staphyloccus aureus, Candida albican dan Xanthomonas. Dari hasil penelitian sebelumnya diperoleh data bahwa trembesi mengandung tannin, flavonoid, saponin dan terpenoid (Prasad, Viswanathan, Nayak, Swetha, Archna, Parathasarathy and Rajkumar, 2008 ; Raghavendra, Satish and Raveesha, 2008). Pada penelitian ini yang diuji adalah biji, karena jumlahnya yang tersedia relatif banyak, mudah diperoleh dan dapat dimakan khusus dibuat tempe sebagai pengganti kedelai (Solikhah, 2009). Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk melakukan pengukuran fenolik total dari ekstrak etanol fraksi air dari biji trembesi dan aktivitas antioksidan. Sebab fenolik total memiliki korelasi yang baik dengan aktivitas antioksidan sehingga dapat dilakukan penelitian terhadap keduanya.

1. Permasalahan

a. Berapakah nilai kadar fenolik total berdasarkan nilai ekivalen asam galat dari fraksi air ekstrak etanol biji trembesi ?

(26)

2. Keaslian penelitian

Penelitian mengenai tanaman trembesi telah beberapa kali ditemukan diantaranya:

“Compartive Phytochemical and Antimicrobial Screening of Some Solvent

Extracts of Samanea saman (fabaceae or mimosaceae) pods (Obasi , Egbuonu, Ukoha, and Ejikeme, 2010)”. Penelitian ini dilakukan dengan cara skrinning fitokimia dan antimikrobia.

“Invitro Antioxidant Testing of The Extracts of Samanea saman (Jacq.) Merr” (Arulpriy, Latith, and Hemalatha, 2010). Penelitian ini dilakukan dengan cara uji invitro antioksidan ekstrak Samanea saman (Jacq.) Merr tapi yang diteliti akar, kulit dan daunnya.

“Evaluation of Antioxidant Activity of Ethyl Acetate of Samanea saman (Jacq.) Merr by Cyclic Voltammetry (Arulpriya et al, 2010). Penelitian ini dilakukan dengan cara evaluasi aktivitas antioksidan dengan etil asetat dengan menggunakan voltametri.

Penelitian ini berbeda karena menggunakan uji antioksidan metode radikal

scavenger DPPH dan sampel yang digunakan dari ekstrak etanol fraksi air biji

trembesi yang diambil dari taman Universitas Sanata Dharma. Berdasarkan

(27)

3. Manfaat penelitian a. Manfaat metodologis

Memperoleh metode pengukuran kadar fenolik total serta aktivitas antioksidan dari fraksi air ekstrak etanol yang murah dan praktis.

b. Manfaat teoritis

Mendapatkan kadar fenolik total dan nilai IC50 atau aktivitas antioksidan

dari biji trembesi. c. Manfaat praktis

Dapat memberikan informasi tentang aktivitas antioksidan biji trembesi sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan kesehatan manusia dan dapat untuk membuat suatu produk kesehatan.

B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui nilai kadar fenolik total fraksi air ekstrak etanol biji trembesi berdasarkan nilai ekivalen asam galat.

(28)

6 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Nama tumbuhan (Plantamor, 2012)

Nama latin : Samanea saman (Jacq.) Merr Nama Indonesia : saman, trembesi, munggur, Nama Inggris : rain tree, monkey pod,saman Nama Filipina : Acacia

2. Klasifikasi berdasarkan Plantamor (2012) Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (suku polong-polongan) Genus : Samanea

(29)

3. Morfologi trembesi

Trembesi dapat mencapai tinggi maksimum 15-25 m dan diameter mencapai 1-2 m. Pohon trembesi dapat berbunga sepanjang tahun. Bunga berbentuk umbel (12-25 perkelompok) berwarna pink dengan stamen panjang dalam dua warna (putih dibagian bawah dan kemerahan dibagian atas) yang berserbuk. Penyerbukan dilakukan oleh serangga pada umumnya hanya satu bunga perkelompok yang dibuahi. Biji dalam polong terbentuk dalam 6-8 bulan dan setelah tua akan segera jatuh. Polong berukuran 15-20 cm berisi 5-20 biji. Biji berwarna coklat kemerahan. Biji memiliki cangkang yang keras (Staples and Elevitch, 2006).

4. Manfaat trembesi

Trembesi merupakan jenis pohon yang memiliki kemampuan menyerap karbondioksida dari udara yang sangat besar. Pohon ini mampu menyerap 28.488,39 kg CO2/ pohon setiap tahunnnya . Berdasarkan penelitian (1967-1971) di Venezuela,

akar trembesi dapat digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat. Fungsi untuk mencegah kanker. Ekstrak daun trembesi memiliki kandungan antimikroba terhadap Escherichia coli, Staphyloccus aureus, Candida albican dan Xanthomonas.

Dari hasil penelitian sebelumnya diperoleh data bahwa trembesi mengandung tannin, flavonoid, saponin dan terpenoid (Prasad et al, 2008 ; Raghavendra et al, 2008).

B. Senyawa Fenolik

(30)

memproduksi efek yang menguntungkan sebagai penangkap radikal. Telah banyak senyawa fenolik mempunyai aktivitas antioksidan dan dapat melindungi sel dari kerusakan oksidatif akibat radikal bebas ( Wada and Ou 2002; Chun and Lee, 2003). Ekstrak buah, sayuran dan bahan-bahan lain yang kaya senyawa fenolik menarik bagi kalangan industri makanan karena ekstrak ini mampu menunda kerusakan oksidatif senyawa-senyawa lemak dan mampu meningkatkan nilai nutrisi suatu makanan (Khakonen, Hopia, Vourela, Raula, Pihlaja, kujala, and Heinonen, 1999 ).

Senyawa fenolik atau polifenol merupakan metabolit sekunder yang mempunyai cincin aromatik yang terikat dengan satu atau lebih substituent gugus hidroksi (OH) yang berasal dari jalur metabolisme asam sikimat. Termasuk dalam kelompok senyawa fenolik atau polifenol adalah fenol sederhana, kumarin, tannin dan flavonoat. Dalam tanaman senyawa ini biasa dalam bentuk glikosida atau ester (Proestos, 2003). Senyawa fenolik tanaman paling banyak terdapat dalam bentuk aglikon, glikosida atau ester dan biasanya terdapat dalam vakuola sel (Harborne, 1987).

(31)

golongan fenolik yang terdapat dalam sampel. Kandungan fenoliknya dapat distandarisasi antara lain dengan asam galat, katekin, asam tanat dan asam kafeat (Prior, Ronald, Wu and Scharch, 2005).

Senyawa-senyawa flavonoid merupakan senyawa alami dengan berbagai macam struktur fenolik lebih dari 4.000 telah diindetifikasi dan kelompokkan sesuai struktur molekulnya (Wilmsen, Spada, and Salvador, 2005). Klasifikasi flavonoid ditemukan oleh pola substitusi dan hidroksi pada atom C3. Klasifikasi tersebut meliputi flavon, flavanon, flavonol, flavonolol, isoflavon aouron dan khalkon (Robinson, 1995). Senyawa polifenol banyak dijumpai hampir semua tanaman mulai dari fungi sampai angiospermae dan terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit bunga, buah dan biji (Markham, 1970). Aktivitas senyawa flavonoid yang bermanfaat untuk kesehatan antara lain efek antioksidan, antikarsinogenik, antiproliferatif, antiangoiogenik, antiinflamasi dan antiestrogenik. Berdasarkan sifat di atas banyak suplemen makanan atau produk herbal yang mengandung flavonoid dapat diterima secara komersial pada saat ini (Zhang and Morris, 2003).

(32)

Dengan demikian fase profagasi yang meliputi reaksi radikal berantai dapat dihambat (Wilmsen et al, 2005). Selain itu, flavonoid dapat berfungsi sebagai penangkap radikal hidroksil yang merupakan radikal yang paling reaktif. Flavonoid dapat beraksi sebagai antioksidan dengan menangkap radikal bebas melalui pemberian atom hidrogen pada radikal tersebut. Kemampuan flavonoid untuk menangkap radikal DPPH (Pokorny, Yanishlieva, and Gordon, 2001).

Ekstraksi flavonoid dari dalam simplisia tumbuhan dapat dilakukan dngan menggunakan pelarut polar, semi polar maupun non polar sesuai dengan kelarutan flavonoid yang diekstraksi. Kelarutan flavonoid berbeda sesuai dengan golongan dan subsitusinya (Robinson, 1995). Pelarut kurang polar digunakan untuk mengekstraksi aglikon flavonoid, sedangkan pelarut yang lebih polar digunakan untuk flavonoid atau antosianin. Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai gugus hidroksi yang tidak tersubstitusi atau suatu gula. Oleh karena itu, umumnya flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton dan air (Markham, 1970).

C. Antioksidan

(33)

berfungsi sebagai penangkal radikal bebas dalam tubuh kita. Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dalam dua kelompok, yaitu (Droge, 2002):

(1). Antioksidan alami adalah antioksidan dapat diperoleh dari hasil ekstraksi bahan alam yang diisolasi dari tumbuhan. Antioksidan alami tersebar pada bagian kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari. Antioksidan alami umumnya merupakan senyawa fenolik/polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki efek antioksidan meliputi flavon, flavonol, flavanon, isoflavon, katekin dan kalkon.

(2). Antioksidan sintetik adalah antioksidan ini merupakan antioksidan buatan dari sintetis reaksi kimia. Senyawa-senyawa yang termasuk antioksidan sintetik yaitu

butylhidroksianisol (BHA), butylhidroksitoluene (BHT), propil galat, ter-butyl

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dibagi menjadi antioksidan primer, sekunder dan tersier (Droge, 2002):

a. Antioksidan primer

(34)

b. Antioksidan sekunder

Antioksidan yang bekerja dengan pemutus rantai, berfungsi menangkap radikal bebas dan mencegah reaksi berantai. Contoh dari antioksidan golongan sekunder adalah Vitamin C, Tokoferol, Betakaroten, golongan fenol, amin aromatik, asam urat, bilirubin dan albumin.

c. Antioksidan tersier

Antioksidan golongan tersier memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan (biomolekular) yang disebabkan radikal bebas. Contoh dari antioksidan tersier yaitu enzim metionin sulfoksida reduktase.

D. Metode 1,1-difenil 2 pikrilhidrazil (DPPH)

Metode yang umum digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan suatu bahan adalah dengan menggunakan radikal bebas DPPH (1,1-difenil 2 pikrilhidrazil), DPPH adalah radikal bebas yang bersifat stabil dan beraktivitas dengan cara mendelokasi elektron bebas pada suatu molekul, sehingga molekul tersebut tidak reaktif sebagaimana radikal bebas yang lain. Proses delokalisasi ini ditunjukkan dengan adanya warna ungu pekat yang dapat dikaraterisasi pada absorbansi (Molyneux, 2004).

(35)

merupakan radikal bebas dengan pusat nitrogen organik yang stabil berwarna ungu tua yang ketika tereduksi menjadi bentuk non radikal oleh antioksidan menjadi tidak berwarna (Sashikumar, Maheshu, and Jayadev, 2009).

Metode DPPH merupakan sederhana dan hanya membutuhkan spektrofotometer UV-Vis. Adanya hidrogen /elektron donor (antioksidan penangkap radikal ) membuat intensitas absorpsi menurun dan larutan radikal kehilangan warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang berhasil ditangkap. Mekanisme penangkapan radikal oleh DPPH sebagai berikut:

Gambar I. Reaksi antioksidan dengan DPPH (Kikuzaki, Hisamoto, Hirose, Akiyama, and

Taniguchi, 2002,)

(36)

dan dapat digunakan untuk menguji antioksidan hidrofilik maupun lipofilik (Kedare and Singh, 2011).

Uji penangkapan radikal DPPH mempunyai beberapa keterbatasan antaranya, radikal DPPH dapat berinteraksi dengan radikal lain dan kurva respons untuk mencapai kondisi tidak linier dengan rasio antioksidan/DPPH yang berbeda. Selain itu DPPH sensitif terhadap basa lewis dan solven seperti oksigen. Absorbansi DPPH dalam metanol dan aseton menurun dibawah sinar matahari. DPPH juga memiliki keterbatasan dalam hal merefleksikan antioksidan dalam sistem emulsi dan tidak bermanfaat untuk mengukur antioksidan (Kedare and Singh, 2011).

E. Spektrofotometri

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan atau direflesikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2002).

(37)

F. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses penarikan komponen atau zat aktif suatu simplisia dengan dengan pelarut tertentu. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode esktraksi adalah sifat jaringan tanaman, sifat kandungan zat aktif serta kelarutan zat aktif dalam pelarut yang digunakan. Secara umum, ekstraksi secara berturut-turut mulai dari dengan pelarut non polar , kepolarannya menegah kemudian pelarut polar (Depkes RI, 2000). Pada saat ekstraksi terjadi perpisahan massa komponen atau zat aktif dalam tanaman dari dalam sel kemudian ditarik oleh cairan penyari sehingga terlarut dalam cairan penyari tersebut. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuh dengan penyari semakin luas (Harborne, 1987).

Perbedaan stuktur kimia dari bahan akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat dan derajat keasaman. Pengetahuan mengenai kandungan senyawa aktif dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi secara tepat (Depkes RI, 2000). Pelarut yang baik mempunyai persyaratan antara lain murah, non toksik, tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan zat yang disari, tidak bercampur dengan air dan mudah didapatkan.

(38)

penyarian dengan alat yang sering digunakan . Metode ekstraksi dingin dapat dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi karena tanpa disertai pemanasan sedangkan soxhletasi merupakan metode ekstraksi panas karena dalam proses disertai pemanasan (Depkes RI, 2000).

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature kamar. Maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada kesetimbangan. Keuntungan metode ini adalah lebih mudah dan untuk senyawa yang bersifat termolabil. Kelemahan maserasi adalah jika konsentrasi senyawa aktif pada cari penyari telah jenuh maka senyawa zat aktif di dalam simplisia tidak dapat terekstraksi seluruhnya sehingga perlu diganti penyari baru (Depkes RI, 2000).

Pemisah senyawa aktif dalam ekstrak dapat dilakukan dengan partisi. Proses partisi sangat tergantung pada daya larut solut dalam dalam pelarut (solven yang tidak saling campur dan berbeda polaritasnya). Prinsip partisi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar larut dalam senyawa non polar. Senyawa aktif tersebut terpisah berdasarkan kelarutannya dalam dua macam pelarut yang tidak saling campur dan berbeda polaritasnya berdasarkan prinsip like dissolves like (Snyder and Kirkldan, 1997).

G.Validasi Metode Analisis

(39)

menvalidasi metode adalah linieritas, ketepatan (accurary ) dan ketelitian (precision) (Harmita, 2004). Tujuan akhir validasi metode analisis adalah untuk memastikan bahwa pengukuran dalam analisis yang akan dilakukan dapat memberikan hasil yang mendekati accepted true value untuk tiap penetapan analisis dalam sampel. Kesalahan dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara hasil pengukuran (nilai perhitungan) dengan nilai sebenarnya. Namun pada dasarnya nilai kuantitas dari suatu pengukuran tidak dapat diketahui secara pasti (Rohman, 2007).

Validasi metode analisis digunakan untuk membuktikan bahwa metode analisis memenuhi spesifikasi kualitas data yang ditentukan dan kesalahan (error)

berada dalam batas yang diijinkan. Pada dasarnya kesalahan dalam analisis terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Kesalahan nyata (gross error)

Kesalahan nyata merupakan yang jelas dilakukan dan melibatkan kesalahan yang besar. Kesalahan ini tidak dapat ditolerir sehinnga untuk mengatasinya adalah dengan mengulang kembali percobaan yang dilakukan. Contoh kesalahan nyata adalah sampel tumpah, larutan pereaksi salah dan salah mengambil sampel (Rohman, 2007).

2. Kesalahan sistemik (Systematic error)

(40)

diprediksi. Kesalahan sistematik tidak tergantung pada jumlah pengukuran sehingga dapat dikurangi dengan memperbanyak jumlah pengukuran. Kesalahan sistemik dinyatakan dengan nilai fungsi perolehan kembali (recovery function). Kesalahan ini masih diperbolehkan apabila memenuhi syarat yang ditentukan.

3. Kesalahan acak (random error)

Kesalahan acak disebut juga kesalahan yang tidak tergantung (intermediate error) yang tidak dapat diprediksi sehingga nilainya fluktuatif (Rohman, 2007). Kesalahan ini kesalahan berhubungan dengan ketelitian yang berasal dari sumber yang tidak dapat diprediksi. Kesalahan acak berhubungan dengan nilai presisi dari suatu metode di mana dalam parameter koefisien variasi (CV) atau simpangan baku relatif (RSD). Kesalahan ini masih diterima apabila nilai koefisien variasi atau simpangan baku masih di bawah batas yang diijinkan.

Parameter untuk validasi sebagai berikut : 1. Linieritas

(41)

2. Presisi

Presisi adalah kedekatan hasil uji dengan memperoleh pengukuran dari berbagai contoh dalam kondisi normal. Presisi menunjukkan ukuran derajat kesesuaian antara hasil uji yang diukur melalui hasil penyebaran hasil uji rata-rata yang ditetapkan secara berulang pada sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Presisi dapat didapat tiga tingkatan, yaitu keterulangan (repeatability),

intermediate precision, dan reproducibility (Ermer and Miller, 2005).

Pada umumnya nilai presisi dihitung menggunakan standar deviasi (SD) untuk menghasilkan Relative Standard Deviasion (RSD atau Coeficient Variation (CV). Presisi yang baik dinyatakan dengan semakin kecil persen RSD maka nilai presisi yang didapatkan semakin bagus

SD = − 2

�−1

x = nilai dari masing-masing pengukuran x mean = rata-rata (mean) dari pengukuran N = frekuensi penetapan

N-1 = derajat kebebasan RSD = SD

x mean x100%

RSD = Standar deviasi relatif (%) SD = Standar deviasi

(42)

Tabel I. Nilai presisi yang dapat diterima menurut Kingston (2004)

Kadar zat aktif (%)

Nilai RSD yang masih dapat diterima (%)

>10 < 2

1-10 < 5

0, 1-1 < 10

<0, 1 < 20

3. Spesifisitas

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam sampel atau sering juga diartikan spesifisitas adalah kemampuan untuk mengukur yang dituju secara tepat dan spesifik dengan adaya komponen-komponen lain. Dalam artian metode preparasi sampel tidak boleh hanya membawa jumlah yang terukur dari sampel tetapi komponen yang bersama-sama dengan analit tidak boleh mengganggu dalam analisis (Ohanesian et al, 2002).

H. Landasan Teori

(43)

Pada tanaman trembesi mengandung flavonoid dan senyawa fenolik yang kemampuan menangkap radikal bebas. Tanaman trembesi telah digunakan sebagai pengobatan tradisional di Venezuala dan biji trembesi biasa digunakan sebagai tempe untuk mengganti kedelai.

Kadar fenolik pada sampel ditentukan oleh kemampuan sampel mereduksi reagen Folin-Ciocalteu yang mengandung senyawa asam fosfomolibdat-fosfotungstat berwarna kuning yang akan membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Warna ini dapat diukur intesitasnya dengan spektrofotometri visible.

I. Hipotesis

(44)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk eksperimental dengan rancangan acak sederhana karena subjek uji diberi perlakuan.

B.Variabel Penelitian

1. Variabel bebas berupa konsentrasi fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi.

2. Variabel tergantung berupa aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi.

3. Variabel pengacau terkendali berupa tempat tumbuh tanaman, waktu pemanenan, umur tanaman, dan cara panen.

4. Variabel pengacau tidak terkendali berupa cahaya matahari, iklim dan cuaca. C.Definisi Operasional

1. Ekstrak etanolik biji trembesi adalah sari hasil proses maserasi biji trembesi dengan penyari etanol 70 %.

2. Fraksi air adalah hasil fraksi ekstrak etanolik biji trembesi dengan menggunakan air yang telah difraksinasi menggunakan washbensin dan etil asetat.

(45)

4. Inhibition concentration 50 ( IC50) adalah nilai konsentrasi fraksi air ekstrak

etanolik biji trembesi yang menghasilkan penangkapan 50% radikal DPPH. D. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: biji trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr ) yang terdapat di taman Universitas Sanata Dharma, kampus III, Paingan (Yogyakarta); akuades (Laboratorium Kimia Analisis Instrumental Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma); bahan kualitas p.a. E. Merck, yaitu: metanol, bahan kualitas p.a. Sigma Chem. Co., USA, yaitu: DPPH, reagen Folin-Ciocalteu, asam galat, dan rutin; bahan kualitas teknis Brataco Chemica, yaitu: wasbensin dan etil asetat; bahan kualitas teknis CV. General Laboratorium, yaitu: etanol 70%; dan aluminium foil.

2. Alat penelitian

(46)

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman trembesi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Farmasi USD menurut Plantamor dan Ntbg (2013).

2. Pengumpulan bahan

Tanaman trembesi diperoleh dari koleksi tanaman milik Universitas Sanata Dharma. Pengambilan biji dengan kriteria berwarna hitam.

3. Preparasi sampel

Buah trembesi dikupas dan biji dipisahkan dari daging buahnya kemudian bijinya dibersihkan dengan air mengalir lalu dikeringkan di bawah sinar matahari dengan ditutupi kain hitam. Sampel kemudian diblender untuk mengecilkan ukuran partikel. 4. Pembuatan fraksi air

Simplisia yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 30 g dan dituang kedalam bejana maserasi, ditambah etanol sampai terendam sempurna, dan dicampur homogen. Campuran dimaserasi pada suhu ruangan selama dua hari. Filtrat diperoleh melalui penyaringan dengan corong Buchner. Ampas penyaringan diremaserasi dengan etanol secukupnya selama 2 hari, kemudian disaring. Lalu filtrat diuapkan pelarutnya hingga diperoleh ekstak etanol biji trembesi.

(47)

Dari hasil partisi diperoleh dua fraksi, yaitu fraksi wasbensin dan fraksi air. Selanjutnya, fraksi air diekstraksi cair-cair lagi menggunakan etil asetat dengan perbandingan larutan fraksi air-etil asetat (1:1 v/v) sehingga didapatkan fraksi air dan etil asetat. Setelah dipisahkan fraksi air diuapkan dengan vacum rotary evaporator

hingga didapakan ekstrak kental. Lalu hasil fraksi tersebut digunakan analisis lebih lanjut.

5. Pembuatan larutan DPPH,pembanding dan uji

a. Larutan uji untuk penentuan kandungan fenolik total

Sebanyak 10 mg fraksi air ditimbang, kemudian diencerkan dengan metanol p.a sampai 10 ml sehingga didapatkan konsentrasi sebesar 1000 g/ml.

b. Pembuatan larutan asam galat

Sebanyak 25 mg asam galat ditimbang dan diencerkan dengan metanol p.a : aquadest (1:1) sampai 50 ml sehinggga didapatkan konsentrasi 500 g/ml. Diambil

sebanyak 2; 3; 4; 5; 6 ml larutan tersebut kemudian diencerkan dengan metanol p.a : aquadest (1:1) hingga 25 ml kemudian akan diperoleh larutan asam galat dengan konsentrasi 40; 60; 80; 100; 120 g/ml.

c. Pembuatan larutan DPPH

Sejumlah DPPH dilarutkan ke dalam metanol p.a sehingga diperoleh larutan DPPH dengan konsentrasi 0,4 mM. Larutan tersebut ditutup dengan alumunium foil dan dibuat selalu baru.

(48)

Sebanyak 2,5 mg stok rutin ditimbang dan ditambah metanol p.a hingga 10 ml.

e. Pembuatan larutan seri

Diambil 0,5; 1,0; 1,5; 2, dan 2,5 larutan stok rutin dan diencerkan dengan metanol p.a hingga 25 mL pada labu ukur, sehingga akan diperoleh larutan dengan konsentrasi 5; 10; 15; 20; 25 g/ml.

f. Pembuatan larutan uji aktivitas antioksidan dari ekstrak biji trembesi

Sebanyak 25 mg ekstrak ditimbang dan dilarutkan dengan metanol p.a sampai 25 ml dan didapatkan konsentrasi 1 mg /ml. Dari larutan tersebut diambil sebanyak 1; 2; 3; 4 dan 5 ml lalu di add dengan metanol p.a hingga 10 ml sehingga didapat konsentrasi 100; 200; 3000; 400; 500 g/ml.

6. Uji pendahuluan a. Uji fenolik

Sejumlah 0,5 ml larutan uji 1000 g/ml dan larutan pembanding asam galat 120 g/ml dimasukkan masing-masing dalam tabung reaksi dan ditambah 2,5 ml larutan reagen Folin-Ciocalteu yang diencerkan dengan aquadest (1:10 v/v). Larutan tersebut kemudian ditambah dengan 7,5 ml natrium bikarbonat 1 M. Setelah 10 menit warna larutan diamati.

b. Uji pendahuluan aktvitas antioksidan

(49)

larutan uji konsentrasi 120 µg/ml. Selanjutnya diencerkan dengan 3 ml metanol p.a. Larutan tersebut divortex 30 detik. Setelah 30 menit diamati perubahan warna yang terjadi.

7. Optimasi metode penentuan kandungan fenolik total a. Penentuan OT (Operating Time)

Dibuat larutan baku asam galat konsentrasi 40; 80; dan 120 µg/ml dan masing-masing larutan diambil 0,5 ml dan ditambah dengan 5 ml reagen Folin-Ciocalteu yang diencerkan dengan aquadest (1:1). Kemudian larutan tersebut ditambah dengan 4 mL larutan natrium bikarbonat 1 M. Absorbansinya diukur pada panjang gelombang 750 nm selama 30 menit. Pengerjaan dilakukan 3 kali replikasi.

Operating time tercapai ketika absorbansi larutan telah stabil. b. Penentuan panjang gelombang maksimum

Dibuat larutan baku asam galat dengan konsentrasi 40; 80; dan 120 µg/ml dan masing-masing diambil sebanyak 0,5 ml dan ditambah dengan 5 ml reagen Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan air (1:1) kemudian larutan ditambah 4 ml larutan natrium karbonat 1M. Didiamkan selama OT kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 600-800 nm.

8. Penetapan kandungan fenolik total a. Pembuatan kurva baku asam galat

(50)

v/v). Larutan selanjutnya ditambah dengan 4,0 ml natrium bikarbonat1M. larutan didiamkan selama OT, absorbansinya dibaca pada panjang gelombang maksimum terhadap blanko yang terdiri atas akuades : metanol p.a. (1:1), reagen Folin-Ciocalteu, dan larutan natrium bikarbonat 1M. Pengerjaan dilakukan 3 kali.

b. Validasi metode penetapan kandungan fenolik total

Hasil dari prosedur 10 a divalidasi berdasarkan parameter presisi (%CV), linieritas (nilai r) serta spesifisitas (spektra kontrol).

c. Estimasi kandungan fenolik total larutan uji

Diambil 0,5 mL larutan uji 1000 µg/mL, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, dan dilanjutkan sebagaimana perlakuan pada pembuatan kurva baku asam galat. Kandungan fenolik total dinyatakan sebagai massa ekivalen asam galat (mg ekivalen asam galat per gram fraksi air). Dilakukan 3 kali replikasi.

9. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan a. Penentuan panjang gelombang maksimum

Pada 3 labu ukur 10 mL, dimasukkan masing- masing 0,4; 1,2; dan 2 ml larutan DPPH 0,4 mM. Tiap labu ukur tersebut ditambah metanol p.a hingga tanda batas sehingga didapatkan konsentrasi DPPH sebesar0,016; 0,048; dan 0,080 mM. Larutan tersebut divortex 30 detik. Larutan kemudian didiamkan selama 30 menit. Lalu dilakukan pengukuran absorbansinya dengan spektrofotometer visible pada panjang gelombang antara 400-600 nm.

(51)

Sejumlah larutan DPPH 0,4 mM dimasukkan ke dalam labu ukur sebanyak 3 buah berukuran 5 ml.Kemudian masing-masing labu ukur ditambahkan dengan 1 ml larutan pembanding rutin 5; 15; dan 25 µg/ml kemudian ditambah metanol p.a hingga tanda batas. Larutan tersebut divortex selama 30 detik. Setelah itu dibaca absorbansinya dengan spektrofotometri visible pada panjang gelombang hasil pengukuran selama 1 jam. Perlakuan ini juga dilakukan untuk mencari OT dari larutan uji fraksi fraksi air pada konsentrasi 100, 300, dan 500 µg/ml.

10. Pengujian aktivitas antioksidan

a. Pengukuran absorbansi larutan kontrol

Pada labu takar 5,0 ml, dimasukkan sebanyak 1,0 ml larutan DPPH 0,4 mM kemudian ditambah metanol p.a hingga tanda batas. Larutan tersebut dibaca absorbansinya pada saat OT dan panjang gelombang serapan maksimum. Pengerjaan dilakukan sebanyak tiga kali. Larutan ini digunakan sebagai larutan kontrol untuk menguji larutan pembanding dan larutan uji.

b. Pengukuran absorbansi larutan pembanding dan uji

(52)

c. Validasi metode uji aktivitas antioksidan

Hasil dari prosedur 7 a dan b divalidasi berdasarkan parameter presisi (% RSD), linieritas (nilai r) serta spesifisitas (spektra kontrol).

d. Prosedur 8 a dan b kemudian dihitung % IC dan IC50 untuk rutin dan

fraksi air ekstrak etanol biji trembesi.

F. Analisis hasil

Kandungan fenolik total dalam fraksi air ekstrak etanol biji trembesi dihitung sebagai massa ekivalen asam galat per gram fraksi air. Nilai absorbansi larutan uji dimasukkan ke dalam persamaan kurva baku asam galat sehingga diperoleh nilai ekivalensi larutan uji terhadap asam galat. Kemudian dilakukan perhitungan lebih lanjut berdasarkan rumus di bawah.

Kandungan fenolik total =� �

Aktivitas penangkapan radikal DPPH (% IC) dihitung dengan rumus :

% IC = − 100%

Data aktivitas dianalisis dan dihitung nilai IC50 melalui persamaan

regresi linier dengan sumbu x adalah konsentrasi larutan uji maupun larutan pembanding dan y adalah % IC. Untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan bermakna antara IC50 antara larutan pembanding dan larutan uji kemudian dilakukan

(53)

31 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitin sesuai dengan pustaka dan menghindari kekeliruan dalam pengambilan bahan penelitian. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, pada tanggal 4 September 2013 berdasarkan acuan dari Plantamor dan Ntbg (2013). Hasil ( lampiran 1) determinasi menunjukkan bahwa memang benar tanaman yang digunakan adalah Samanea saman (Jacq.) Merr.

B. Pengumpulan Bahan

(54)

Waktu pemanenan yang tepat akan menghasilkan simplisia yang mengandung bahan yang optimal. Kandungan kimia dalam tumbuhan tidak sama sepanjang waktu. Kandungan kimia akan mencapai kadar optimum pada waktu tertentu. Ketentuan pemanenan buah yang baik yakni pada saat buah telah matang. Buah telah matang dipeti . Kemudian dikupas kulit buahnya dengan pisau kemudian biji dikumpulkan dan dicuci.

Setelah dilakukan pencucian biji trembesi selanjutnya dilakukan proses pengeringan. Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia sehingga simplisia tahan lama dalam penyimpanan. Selain itu pengeringan akan menghindari penguraian kandungan kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme atau jamur (kapang). Proses pengeringan dilakukan sampai diperoleh simplisia kering . Menurut persyaratan OT pengeringan dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari 10% (Agoes, 2007) .

Pengeringan untuk bahan yang akan terekstraksi harus dalam keadaan terawasi untuk mencegah terjadinya perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan harus dikeringkan secepat-cepatnya, tanpa menggunakan suhu tinggi, lebih baik dalam aliran udara yang baik (Harborne,1987).

(55)

C.Hasil Ekstraksi

Ekstrak etanolik biji trembesi dibuat dari maserasi serbuk menggunakan etanol 70% dalam bejana tertutup. Proses dianggap paling tepat karena simpilsia yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam cairan penyari sampai meresap dan melunakkan susunan sel. Hal ini memungkinkan zat-zat yang mudah larut akan melarut .

Etanol digunakan sebagai cairan penyari karena berapa kelebihan antara lain tidak beracun, netral dan merupakan pelarut universal artinya baik senyawa polar dan non polar dapat tersari di dalamnya. Hal ini berkaitan dengan gugus fungsi yang dimiliki etanol yaitu polar (gugus OH) dan non polar (gugus R), sehingga flavonoid ,saponin dan tannin berdasarkan sifat kepolaran masing-masing dapat tersari dalam etanol 70%. Etanol 70 % sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal (Voigt, 1995).

Dalam biji trembesi terkandung berbagai macam senyawa yang beberapa diantaranya dapat membantu kelarutan senyawa lain (bertindak sebagai co-solvent). Hal ini dapat menyebabkan hampir semua bahan dapat terekstraksi ke dalam etanol.

(56)

tertentu yang mudah teroksidasi oleh oksigen dari udara seperti fenol yang dapat teroksidasi sehingga membentuk polimer.

Maserasi dilakukan dalam bejana tertutup dibungkus dengan alumunium foil agar tidak kena cahaya dan terhindar dari paparan sinar matahari untuk menghindari penguapan etanol dan menghindari oksidasi terhadap senyawa aktif. Pada penelitian ini maserasi dilakukan pada serbuk biji trembesi dalam etanol 70% selama 2 hari, sambil sekali diaduk setiap harinya. Pengadukan penting dilakukan agar sel yang kontak dengan cairan penyari lebih banyak sehingga difusi senyawa cairan dalam penyari juga banyak dan penyarian dapat berjalan optimal. Setelah 2 hari dilakukan penyaringan dengan menggunakan vakum, kemudian dimaserasi kembali menggunakan etanol 70 % lalu didiamkan selama 2 hari. Filtrat kemudian disaring dan dicampurkan dengan filtrat sebelumnya.

(57)

Ekstrak etanol hasil pengendapan selanjut disaring dan maserat diuapkan menggunakan vaccuum rotary evaporator. Dalam penguapan larutan penyari digunakan vaccuum rotary evaporator dengan tujuan untuk menghindari kontak dengan panas berlebihan yang dapat merusak sebagian komponen senyawa kimia yang terkandung didalamnya. Tekanan rendah, etanol akan menguap pada suhu dibawah titih didih normalnya. Penguapan dilakukan sampai tidak menetes lagi pelarut etanol dalam vaccuum rotary evaporator, diperoleh ekstrak kental (diasumsikan tidak terdapat lagi pelarut etanol). Hasil dari penguapan ini diperoleh ekstrak etanolik kental biji trembesi, kemudian dihitung persen rendemen. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan berat ekstrak yang tersari dengan berat bahan mula-mula. Hasil proses maserasi dari serbuk kering biji trembesi, diperoleh rendemen ekstrak sebesar 13,9885 g.

D.Hasil Fraksinasi

(58)

Dalam penelitian ini, fraksi yang diteliti adalah fraksi air. Sebelum fraksi, ekstrak etanol kental dilarutkan dengan air hangat agar mudah difraksi. Fraksi diawali dengan pencucian ekstrak dengan washbensin 1:1 untuk mengekstraksi senyawa non polar seperti lemak, minyak, vitamin dan aglikon flavonoid yang non polar misalnya aglikon isofalvon dan termetoksilasi (Harborne,1987). Kemudian wasbensin dan ekstrak menggunakan prinsip ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair prinsip like dissolve like sehingga zat yang nonpolar akan terbawa dalam pelarut nonpolar dan pelarut polar akan terbawa dalam pelarut polar. Fraksi air dan fraksi washbensin akan terpisah dalam corong pisah itu terjadi karena perbedaan berat jenis antar cairan. Dimana washbensin memiliki berat jenis lebih kecil dibandingkan air, sehingga akan berada diatas permukaan air. Fase air kemudian diambil dan fase washbensin dibuang, dan fase air siap difraksi dengan etil asetat.

(59)

E.Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan bertujuan untuk menentukan ada tidaknya keberadaan suatu aktivitas antioksidan dan senyawa fenolik dalam fraksi air dengan mereaksikan suatu sampel uji dengan reaktan tertentu sehingga menunjukkan sifat fisik berupa warna tertentu sebagai indikator. Uji pendahuluan yang dilakukan disebut juga uji tabung karena uji kualitatif dilakukan dengan tabung reaksi.

1. Hasil uji kualitatif fenolik

Gambar 2 . Uji kualitatif fenolik. A= asam galat, B= blanko, C= fraksi uji

(60)

dengan fraksi air biji trembesi maka akan terjadi perubahan warna menjadi biru. Intensitas warna biru ditentukan dengan banyaknya kandungan fenolik dalam fraksi air biji termbesi. Semakin banyak konsentrasi senyawa fenolik dalam fraksi air biji trembesi maka akan semakin biru yang terlihat. Menurut Singleton dan Rossi (1965), warna biru yang teramati berbanding lurus dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk. Semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak fenolat yang terbentuk sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat. Fenolat hanya terdapat dalam larutan basa, tetapi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu dan produk tidak stabil pada kondisi basa. Penambahan natrium karbonat pada uji fenolik bertujuan untuk membentuk suasana basa agar terjadi reaksi reduksi Folin-Ciocalteu oleh gugus hidroksi dari fenolik di dalam fraksi air biji trembesi.

(61)

2. Hasil uji kualitatif antioksidan

Gambar 3 . Uji kualitatif antioksidan A= Rutin, B= blanko, , C= fraksi uji

Uji kualitatif antioksidan bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antioksidan dalam fraksi air ekstrak etanol biji trembesi. Pada uji kualitatif dilakukan menggunakan larutan DPPH (1,1-diphenilpicrylhidrazil) dengan fraksi air biji trembesi maka akan terjadi perubahan warna ungu menjadi kuning. Berkurangnya intensitas warna ungu dari larutan DPPH tersebut dapat menunjukkan bahwa terjadi reaksi antara atom hidrogen yang dilepas dari fraksi air ekstrak etanol biji trembesi dengan molekul radikal DPPH sehingga terbentuk senyawa 1,1-diphenil-2-pikrilhidrazin yang berwarna kuning.

(62)

bahwa fraksi air ekstrak etanol biji trembesi ditambahkan DPPH menjadi kekuningan. Begitu juga dengan rutin yang yang ditambahkan DPPH warna kuning juga. Sedangkan kontrol negatif yakni metanol setelah ditambahkan DPPH warna tetap ungu. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa fraksi air ekstrak etanol biji trembesi memiliki aktivitas antioksidan.

F. Hasil Optimasi Pengukuran Fenolik Total 1.Hasil pengukuran Operating Time

(63)

Gambar 4. Operating time asam galat 2. Hasil pengukuran panjang gelombang maksimum

(64)

Tabel II. Hasil scanning panjang gelombang penetapan kandungan fenolik total

Konsentrasi asam

galat ( g/ml) maksimum(nm)

maksimum rata -rata (nm)

maksimum teoritis (nm)

40 748,5

750,2 750

80 752,5

120 749,5

Gambar 5. Scanning asam galat 40 g/ml

(65)

Gambar 7. Scanning asam galat 120 g/ml

G. Hasil Validasi Metode Penetapan Fenolik Total

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi syarat untuk penggunaannya. Parameter-parameter yang dinilai pada validasi metode analisis adalah linearitas, presisi dan spesifisitas.

1. Linearitas

(66)

yang baik dari 3 replikasi yakni persamaan regresi linear y = 0,006x + 0,013 dan r = 0,9997. Hasil yang didapatkan dalam penelitian diatas memiliki nilai r sesuai dengan persyaratan yaitu r= 0,99 . Jadi dapat disimpulkan metode ini memiliki linieritas yang baik.

Gambar 8. Kurva seri asam galat

2. Presisi

Nilai presisi yang dinyatakan dengan parameter standar deviasi relatif dimana kriteria seksama diperoleh jika metode memberikan rentang konsentrasi 0,1 % maka rentang CV < 20% (Kingston, 2004). Presisi yang baik dinyatakan dengan semakin kecil persen RSD maka nilai presisi semakin tinggi. Nilai RSD asam galat memberikan simpangan kurva relatif kurang 20% dimana RSD untuk asam galat rentang 0,81 %-5,79 %. Sehingga dapat dapat disimpulkan bahwa pengukuran presisi yang dilakukan memenuhi kriteria seksama atau dengan kata lain presisi pengukuran yang baik karena RSD kurang dari 20 %.

(67)

Tabel III. Hasil CV kurva asam galat Spesifisitas metode ditentukan dengan melihat spektra dari pelarut, asam galat dan ekstrak etanolik fraksi air. Dari penelitian yang dilakukan tidak ada serapan pada panjang gelombang molybdenum blue sehingga pelarut, asam galat dan ekstrak etanolik fraksi air yang direaksikan dengan Folin-Ciocalteu tidak menganggu. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan memiliki spesifitas yang baik.

H. Hasil Pengukuran Fenolik Total

(68)

spektofotometri dengan menggunakan pereaksi Folin Ciocalteu dengan asam galat sebagai baku pembanding. Asam galat merupakan standar baku senyawa yang direkomendasikan (Prior et al 2005) kandungan total diekspresiakan sebagai % b/b ekivalen asam galat .

Asam galat merupakan asam dengan 3 gugus hidroksi fenolik sehingga dapat sebagai senyawa baku pembanding yang dapat menetapkan kandungan fenolik total. Selain itu asam galat dalam kemurniaan yang tinggi, stabil dan harga relatif lebih murah (Mongkolship, Pongbupakit, Sae-lee and Sitthithawun, 2004) larutan asam galat dengan dengan kandungan bervariasi dan absorbansinya setelah direaksikan dengan pereaksi Folin Ciocalteu.

(69)

Tabel IV. Nilai r penetapan kandungan fenolik total

Replikasi 1

Konsentrasi

( g/ml) Absorbansi Persamaan

40,16 0,288

( g/ml) Absorbansi Persamaan

40,00 0,268

( g/ml) Absorbansi Persamaan

40,48 0,257

Gambar 9. Kurva persamaan regresi linier asam galat (replikasi 2)

(70)

Hasil yang diperoleh pada pengukuran fenolik total dinyatakan dalam massa ekivalen asam galat. Dari data diatas kurva baku untuk asam galat dilakukan dengan tiga replikasi. Salah satu kurva seri asam galat yang paling baik dari 3 replikasi, yakni persamaan regresi linear y = 0,006x + 0,013 dan r = 0,9997 karena mendekati 1. Semua replikasi persamaan regresi memenuhi syarat karena mendekati 1 sehingga dapat digunakan untuk menentukan kandungan fenolik total. Berdasarkan hasil perhitungan kandungan fenolik total pada replikasi tersebut didapatkan fraksi air ekstrak etanol biji trembesi memiliki kandungan fenolik total rata-rata, yaitu 44,67 ±0,53 mg ekivalen asam galat per gram fraksi air ekstrak etanol biji trembesi.

Tabel V. Hasil Perhitungan kandungan fenolik total

(71)

I. Hasil Optimasi Metode Pengukuran Aktivitas Antioksidan 1. Hasil pengukuran panjang gelombang maksimum

(72)

kecil sekali. Pada panjang gelombang maksimum, perubahan abrobansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu, bentuk kurva absorbansi disekitar panjang gelombang maksimum berbentuk datar sehingga pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi ( Gandjar and Rohman, 2007).

Tabel VI. Scanning panjang gelombang maksimum DPPH

Konsentrasi larutan DPPH

(mM)

� maksimum hasil

scanning(nm)

maksimum rata -rata (nm)

maksimum teoritis (nm)

0,016 515

515,2 517

0,048 515,5

0,080 515

(73)

Gambar 11. Scanning rutin 0,048 mM

Gambar 12. Scanning rutin 0,080 mM

2. Hasil pengukuran Operating Time

(74)

Dalam penelitian pengukuran Operating time dilakukan selama 60 menit dan setiap 5 menit diukur absorbansi . Diperoleh hasil pengukuran antioksidan operating time yang menggunakan baku rutin sebagai pembanding dan pada fraksi air ekstrak etanol biji trembesi sebagai berikut:

Gambar 13. Operating time dari baku rutin

(75)

Dari data (gambar ) diatas dapat dilihat bahwa operating time dicapai pada menit ke 30.

J. Validasi Metode Pengukuran Aktivitas Antioksidan

Validasi metode analisis merupakan suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Validasi metode analisis bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai atau tidak. Terdapat beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis antara lain lineritas, presisi dan spesifisitas.

1. Linearitas

Suatu metode analisis yang menggambarkan kemampuan suatu alat memperoleh hasil pengujian yang sebanding dengan kadar konsentrasi dalam zat uji pada rentang kadar tertentu. Linearitas metode penentuan konsentrasi rutin dan ekstraksi etanolik fraksi air dengan spektrofotometri uv-vis dengan cara membuat kurva hubungan antara konsentrasi pada sumbu x dan absorbansi pada sumbu y.

(76)

Contoh dari kurva regresi pada seri baku rutin dan kurva sampel fraksi seperti gambar di bawah ini. Kurva dipilih dari 3 replikasi karena memiliki koefisien relatif yang terbaik.

Gambar 15. Kurva Seri Baku Rutin

(77)

Salah satu kurva seri rutin yang baik dari 3 replikasi, yakni persamaan regresi linear y = 2,6114x -0,3457 dan r =0,9998 sedangkan kurva seri ekstraksi etanolik fraksi air yang baik dari 3 replikasi, yakni persamaan regresi linear y = 0,1203x + 0,1942 dan r =0,9996. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r yang sudah sesuai dengan yang dipersyaratkan yakni r > 0.99. Jadi metode ini memiliki nilai linearitas yang baik untuk pengukuran aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak etanol biji trembesi dengan metode DPPH.

2. Presisi

Nilai presisi yang dinyatakan dengan parameter standar deviasi relatif dimana kriteria seksama diperoleh jika metode memberikan rentang konsentrasi 0,1 %, maka rentang CV < 20% (Kingston, 2004). Presisi yang baik dinyatakan dengan semakin persen RSD maka nilai presisi semakin tinggi.

Tabel VII. Hasil CV dari sampel rutin

Rutin

rerata kons

rerata

abs SD CV

Gambar

Gambar daun trembesi..…… ................................................................72
Gambar  I. Reaksi antioksidan dengan DPPH (Kikuzaki, Hisamoto, Hirose,  Akiyama, and
Tabel I. Nilai presisi yang dapat diterima menurut Kingston (2004)
Gambar  2 . Uji kualitatif fenolik. A= asam galat, B= blanko, C= fraksi uji
+7

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Surabaya merupakan institusi pendidikan di Surabaya yang dalam perkembangannya mengambil ャ。ョァセ。ィ@ kerja-sama dalam bidang jasa pemesinan

Firstly, teacher has an important role in terms of actual use of the target language in a particular learning environment such as what kind of pronunciation, vocabulary,

[9] yang merupakan penghasil arus yang andingkan dengan koil standar, sehingga akan diperoleh suhu bunga api busi yang tinggi yang dapat membantu proses pembakaran dalam

Adapun solusi yang dapat diberikan sebagai pendamping adalah memberikan motivasi kepada Ibu Siti dan keluarga untuk tetap semangat menjalani hidup dan juga

Berdasarkan perhitungan lotsizing dengan menggunakan 4 teknik yang berbeda serta serta perhitungan total biaya pembelian, langkah selanjutnya adalah menghitung biaya

Pada bab ini merupakan bagian terpenting dalam laporan akhir, karena penulis akan menganalisis mengenai pembahasan dari permasalahan yang terjadi, yaitu mengenai

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “PENGARUH