• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Pada Siswa Siswi Kelas XI Yang Underachiever di SMUN "X", Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Pada Siswa Siswi Kelas XI Yang Underachiever di SMUN "X", Bandung."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul studi deskriptif mengenai self-efficacy pada siswa siswi kelas XI yang underachiever di SMA “X”, Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai self-efficacy pada siswa siswi kelas XI yang underachiever di SMA ”X”, Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian maka rancangan penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik survei.

Populasi penelitian ini adalah siswa underachiever yang terdaftar di SMA ”X”, Bandung sebanyak 102 orang siswa. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui self-efficacy adalah alat ukur yang dimodifikasi sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Bandura, dengan validitas berkisar antara 0,319 sampai dengan 0,647 dan reliabilitas 0,952 menggunakan program SPSS 11.0 dengan uji statistik rank spearman.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa self-efficacy pada siswa siswi kelas XI yang underachiever di SMA ’X’, Bandung yaitu sebagai berikut: 76,5% siswa siswi underachiever memiliki self-efficacy yang rendah sedangkan 23,5% siswa siswi underachiever memiliki self-efficacy yang tinggi. Diketahui juga bahwa sumber yang mempengaruhi perkembangan self-efficacy siswa adalah social persuasion, vicarious experiences, dan mastery experiences sedangkan psychological and affective states kurang mempengaruhi perkembangan self-efficacy siswa.

(2)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Lembar Judul Lembar Pengesahan

Lembar Persembahan

Abstrak ...ii

Kata Pengantar………iii Daftar isi………...vii

Daftar Tabel...xii

Daftar Bagan...xiii

Daftar Lampiran...xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….1

1.2 Identifikasi Masalah……….………...6

1.3 Maksud dan Tujuan Peneltian 1.3.1 Maksud Penelitian……….………...7

1.3.2 Tujuan Penelitian……….………....7

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis….……….……….7

(3)

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pikir………...8

1.6 Asumsi……….16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Efficacy belief……...………17

2.1.1 Belief...17

2.1.2 Definisi self-Efficacy………18

2.1.3 Sumber-sumber Self-Efficacy………...19

2.1.4 Proses-proses utama Self-Efficacy………23

2.1.4.1 Proses Kognitif………...23

2.1.4.2 Proses Motivasi………..24 2.1.4.3 Prsoses Afektif………...26

2.1.4.4 Proses Seleksi……….26

2.1.5 Sekolah sebagai sarana untuk menanamkan Self-Efficacy…………27

2.2. Remaja…...………...31

2.2.1 Pengertian Remaja (Adolescence)...31

2.2.1.1 Konteks adolescence pengaruh pada perkembangannya...32

2.2.1.2 Lima hal konteks adolesence yang berpotensi menimbulkan masalah...32

2.2.2 Perkembangan Kognitif Remaja...35

2.3 Sekolah dan remaja...38

(4)

Universitas Kristen Maranatha

2.3.2 Interaksi dengan teman sebaya...39

2.3.4 Orangtua dan Sekolah...40

2.4 Pentingnya Masa Remaja dalam Pencapaian Prestasi...40

2.5 Belajar...41

2.5.1 Konsep Taksonomi Bloom dalam Belajar...42

2.6 Prestasi Belajar...43

2.6.1 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar...45

2.6.2 Penggolongan Siswa Berdasarkan Prestasi Akademik...48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian………...52

3.2 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional…..……..53

3.2.1 Variabel Penelitian...53

3.2.2 Definisi Konseptual...53

3.2.3 Definisi Operasional...53

3.3 Alat Ukur……….54

3.3.1 Alat Ukur Self-Efficacy………..………..54

3.3.2 Prosedur pengisian………56

3.3.3 Sistem penilaian………56

3.3.4 Kuesioner Data Pribadi dan Data Penunjang...57

3.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………57

(5)

Universitas Kristen Maranatha

3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur………...59

3.5 Populasi Sasaran dan Tehnik Sampling………...61

3.5.1 Populasi Sasaran………...61

3.5.2 Karakteristik Populasi………...61

3.5.3 Tehnik Penarikan Sampel...61

3.6 Tehnik Analisis Data………61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian...63

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...63

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia...64

4.2 Gambaran Hasil Penelitian...64

4.2.1 Komponen Self Efficacy-Akademik pada Siswa Underachiever...64

4.3 Pembahasan Hasil...65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...80

5.2 Saran...82

5.2.1 Saran Teoritis...82

(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RUJUKAN

(7)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1 Tabel persentase responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.1.2 Tabel persentase responden berdasakan usia

(8)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

(9)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Item Alat Ukur Self-Efficacy

Lampiran 2 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 3 Data Penunjang

(10)
(11)

LAMPIRAN 1

Kuesioner Self-Efficacy

PETUNJUK PENGISIAN :

Bacalah baik-baik pertanyaan dibawah ini, kemudian tentukanlah seberapa yakin

saudara dapat melaksanakan setiap tugas tersebut dengan cara memberi tanda silang (X) pada setiap kolom yang sesuai dengan keyakinan saudara.

 Pililah “Sangat Yakin” jika saudara dapat melaksanakan tugas tersebut.

 Pililah “Cukup yakin” jika saudara cukup yakin dapat melaksanakan tugas

tersebut.

 Pililah “Kurang yakin” jika saudara kurang yakin dapat melaksanakan tugas

tersebut.

 Pililah “Tidak yakin” jika saudara tidak yakin dapat melaksanakan tugas

tersebut.

Jika telah selesai, periksalah kembali jawaban saudara agar tidak ada yang

terlewatkan.

 Keyakinan dalam membuat pilihan yang berkaitan dengan kehadiran di kelas.

No. Item Sangat

Yakin

Cukup Yakin

Kurang Yakin

Tidak Yakin 1. Saya memilih untuk selalu

hadir tepat waktu di sekolah. 5. Saya memilih mengikuti

(12)

mendengarkan penjelasan guru di kelas.

 Keyakinan dalam membuat pilihan yang berkaitan dengan kegiatan belajar.

No. Item Sangat

dengan lengkap semua penjelasan guru.

13. Saya memilih untuk mencari cara yang tepat untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan metode belajar saya dalam proses belajar mengajar di kelas.

17. Saya memilih untuk dapat melaksanakan jadwal belajar yang saya buat.

21. Saya memilih untuk mencari bahan atau referensi lain agar dapat menyelesaikan tugas. 25. Saya memilih untuk bertanya

tentang materi yang tidak dimengerti kepada guru agar materi menjadi lebih jelas.

 Keyakinan dalam membuat pilihan yang berkaitan dengan mengerjakan tugas.

No. Item Sangat

menyelesaikan tugas membaca dan merangkum yang diberikan oleh guru.

33. Saya memilih untuk mengerjakan sendiri soal-soal yang diberikan guru.

(13)

 Keyakinan dalam membuat pilihan yang berkaitan dengan ujian.

mengumpulkan materi ujian dengan lengkap.

45. Saya memilih untuk melengkapi catatan saya agar mampu menghadapi ujian. 49. Saya memilih untuk belajar

sungguh-sungguh bersama dengan teman-teman untuk mempersiapkan ujian.

53. Saya memilih untuk menguasai materi ujian dan mengerjakan ujian dengan baik.

57. Saya memilih untuk belajar dengan sungguh-sungguh agar memperoleh nilai ujian yang baik dan lulus dengan prestasi yang baik.

(14)

 Keyakinan dalam usaha yang dikeluarkan dalam kaitannya dengan kegiatan penjelasan-penjelasan yang diterangkan oleh guru.

14. Saya berusaha mencoba untuk dapat menentukan metode belajar yang tepat.

18. Saya berusaha melaksanakan jadwal belajar yang telah saya tetapkan.

22. Dengan bersungguh-sungguh saya terus mencari bahan atau referensi lain dalam menyelesaikan tugas individual saya.

26. Saya berusaha mencari kesempatan untuk bertanya agar saya lebih mengerti tentang materi yang diajarkan oleh guru.

 Keyakinan dalam usaha yang dikeluarkan dalam kaitannya dengan mengerjakan tugas.

berkonsentrasi menyelesaikan

tugas membaca dan

merangkum sehingga

memperoleh hasil yang baik. 34. Saya berusaha mengerjakan

soal-soal segera setelah soal diberikan guru.

(15)

 Keyakinan dalam usaha yang dikeluarkan dalam kaitannya dengan ujian. sungguh-sungguh dan seksama untuk melengkapi catatan dengan mencatatnya sendiri bukan memfotocopynya dari teman.

50. Jika ada materi yang saya tidak mengerti maka saya berusaha sungguh-sungguh untuk bertanya kepada teman sampai saya mengerti materi tersebut. 54. Saya belajar jauh-jauh hari

dengan bersungguh-sungguh untuk mempersiapkan ujian. 58. Saya berusaha berkonsentrasi

dalam mengerjakan soal-soal ujian untuk memperoleh nilai yang baik.

 Keyakinan dalam daya tahan yang berkaitan dengan kehadiran di kelas.

No. Item Sangat

dapat ditahan, saya tetap hadir untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas 7. Saya akan tetap bertahan

(16)

 Keyakinan dalam daya tahan yang berkaitan dengan kegiatan belajar.

11. Meskipun mencatat

merupakan hal yang membosankan, saya akan tetap bertahan untuk mencatat dan melengkapinya.

15. Walaupun merasa kewalahan, saya terus mencoba berbagai macam metode belajar sampai saya menemukan yang tepat untuk saya.

19. Saya tetap menepati jadwal belajar walaupun saya sudah mulai bosan.

23. Jika bahan yang saya cari tidak ada di perpustakaan, saya akan tetap bertahan mencarinya. 27. Jika saya tidak mendapatkan

kesempatan untuk bertanya didalam kelas, saya akan bertahan untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut kepada guru yang bersangkutan diluar kelas..

 Keyakinan dalam daya tahan yang berkaitan dengan mengerjakan tugas.

No. Item Sangat menunda menyelesaikan tugas membaca dan merangkum saya.

35. Saya tetap akan mengerjakan soal-soal yang diberikan guru meskipun merasa jenuh.

(17)

apapun juga.

 Keyakinan dalam daya tahan yang berkaitan dengan ujian.

No. Item Sangat 43. Saya akan terus mencari materi

ujian sampai memperolehnya secara lengkap.

47. Saya akan tetap bertahan mencatat semua penjelasan guru meskipun merasa lelah. 51. Saya tetap terus belajar dan

berkosentrasi walaupun teman-teman sudah banyak yang mengobrol.

55. Walaupun malas, saya tetap bertahan untuk belajar.

59. Walaupun soal ujiannya sulit, saya akan bertahan untuk mengerjakannya.

 Keyakinan dalam penghayatan perasaan yang berkaitan dengan kehadiran di kelas. untuk tetap mengikuti kegiatan belajar dan mendengarkan penjelasan guru.

 Keyakinan dalam penghayatan perasaan yang berkaitan dengan kegiatan belajar.

No. Item Sangat

walaupun diwajibkan untuk selalu mencatat di setiap mata pelajaran yang diberikan guru. 16. Saya merasa kecewa jika usaha

(18)

yang maksimal.

20. Saya merasa kesal jika saya tidak dapat melaksanakan dan mempertanggung-jawabkan jadwal belajar yang telah saya rencanakan.

24. Saya akan merasa kecewa jika tidak menemukan bahan atau referensi lain yang saya butuhkan.

28. Saya akan merasa cemas meskipun materi yang diberikan guru belum dapat saya mengerti.

 Keyakinan dalam penghayatan perasaan yang berkaitan dengan mengerjakan tugas.

No. Item Sangat

Yakin

Cukup Yakin

Kurang Yakin

Tidak Yakin 32. Saya merasa senang jika saya

telah dapat menyelesaikan

tugas membaca dan

merangkum saya dengan baik. 36. Saya tidak akan menjadi cemas

walaupun soal-soal yang diberikan guru sulit untuk dikerjakan.

(19)

 Keyakinan dalam penghayatan perasaan yang berkaitan dengan ujian.

No. Item Sangat

Yakin

Cukup Yakin

Kurang Yakin

Tidak Yakin 44. Saya merasa tenang jika sudah

mendapatkan materi ujian secara lengkap.

48. Saya merasa tenang dalam persiapan menghadapi ujian jika catatan saya lengkap. 52. Saya merasa senang jika

kegiatan belajar bersama teman-teman berjalan lancar dan tidak sia-sia sehingga hasil ujian saya memuaskan.

56. Saya merasa senang dan tenang jika mampu menguasai materi ujian.

(20)

LAMPIRAN 2

(21)

No. Item Validitas Keterangan

Item terpakai 60 item

2.2. Reliabilitas Alat Ukur

(22)

Universitas Kristen Maranatha pertanyaan isian, jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut sesuai dengan keadaan diri saudara dengan jelas dan singkat.

Jika telah selesai, periksalah kembali jawaban saudara agar tidak ada yang terlewatkan.

Mastery experiences :

1. Target yang ingin dicapai dalam bidang akademik?

……… 2. Hal apakah yang membuat saudara termotivasi untuk belajar?

a. Diri sendiri. b. Teman.

3. A). Seberapa sering saudara mengalami keberhasilan? a. Sering.

b. Jarang.

B). Seberapa sering saudara mengalami kegagalan ? a. Sering.

b. Jarang.

4. A). Dalam bidang apa saudara mengalami keberhasilan? a. Akademik

b. Non Akademik

B). Dalam bidang apa saudara mengalami kegagalan? a. Akademik

b. Non Akademik

5. A). Bagaimana perasaan saudara saat berhasil? a. Senang.

b. Biasa saja.

B). Bagaimana perasaan saudara saat mengalami kegagalan? a. Biasa saja.

(23)

Universitas Kristen Maranatha 6. Apakah keberhasilan dan kegagalan tersebut mempengaruhi keyakinan diri

saudara?

a. Sering. b. Jarang.

Vicarious experiences :

7. Siapa yang menjadi contoh dan memberi pengaruh pada keberhasilan saudara?

a. Orangtua. b. Guru. c. Teman.

8. A). Seberapa sering keberhasilan teman saudara mempengaruhi keyakinan diri saudara dalam hal berprestasi?

a. Sering. b. Jarang.

B). Seberapa sering kegagalan teman saudara mempengaruhi keyakinan diri saudara dalam hal berprestasi?

a. Sering. b. Jarang.

9. A). Keberhasilan dalam hal apa yang mempengaruhi keyakinan diri saudara? a. Gaya belajar.

b. Prestasi.

B). Kegagalan dalam hal apa yang mempengaruhi keyakinan diri saudara? a. Mengerjakan tugas.

b. Mengerjakan ulangan.

10. A). Apa dampak dari keberhasilan tersebut bagi keyakinan diri saudara? a. Ingin berkompetisi.

b. Meningkatkan prestasi seperti teman.

B). Apa dampak dari kegagalan tersebut bagi keyakinan diri saudara? a. Menurunkan motivasi berprestasi.

b. Meningkatkan motivasi berprestasi.

11. Apakah keberhasilan dan kegagalan teman, kakak atau adik saudara mempengaruhi keyakinan diri saudara?

a. Sering. b. Jarang.

Social persuasion :

12. Keterlibatan orangtua dalam belajar? a. Besar.

(24)

Universitas Kristen Maranatha 13. Siapakah yang biasanya memberikan feedback yang berkaitan dengan bidang

akademik kepada saudara ? a. Orangtua. b. Guru. c. Teman.

14. A). Seberapa sering saudara mendapat pujian atas keberhasilan saudara? a. Sering.

b. Jarang.

B). Seberapa sering saudara menerima kritikan atas kegagalan saudara? a. Sering.

b. Jarang.

15. A). Dalam hal apa biasanya saudara mendapat pujian? a. Hal prestasi akademik.

b. Hal prestasi non akademik.

B). Dalam hal apa biasanya saudara mendapat kritikan? a. Hal prestasi akademik.

b. Hal prestasi non akademik.

16. A). Apa dampak pujian tersebut bagi keyakinan diri saudara? a. Meningkatkan semangat.

b. Menurunkan semangat.

B). Apa dampak kritikan tersebut bagi keyakinan diri saudara? a. Meningkatkan semangat.

b. Menurunkan semangat.

17. Apakah pujian dan kritikan tersebut mempengaruhi keyakinan diri saudara? a. Sering.

b. Jarang.

Phisiological and affective state :

18. Bagaimana kondisi fisik yang saudara rasakan selama ini? a. Sehat.

b. Sering sakit.

19. Apakah kondisi fisik saudara mempengaruhi pencapaian prestasi saudara? a. Ya.

b. Tidak.

20. A). Kondisi fisik yang bagaimana yang mempengaruhi keberhasilan saudara? a. Sehat.

b. Semangat.

B). Kondisi fisik yang bagaimana yang mempengaruhi kegagalan saudara? a. Tegang.

(25)

Universitas Kristen Maranatha 21. A). Seberapa sering kondisi fisik mempengaruhi pencapaian prestasi saudara?

a. Sering. b. Jarang.

B). Seberapa sering pengaruh suasana hati mempengaruhi pencapaian prestasi saudara?

a. Sering. b. Jarang.

22. Apakah keadaan fisik dan suasana hati saudara mempengaruhi keyakinan diri saudara?

(26)

Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 4

(27)

Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 5

Mastery experiences :

Tabel 1. Tabulasi silang antara target yang ingin dicapai dengan self-efficacy Target Yang Ingin Dicapai Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Apapun Yang Ditakdirkan 55

(53.9%)

4 (3.9%)

59 (57.8%)

Memperoleh Nilai Yang Baik 16

(15.7%)

Tabel 2. Tabulasi silang antara hal yang membuat siswa termotivasi dengan self-efficacy Hal Yang Membuat Siswa Termotivasi Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 3.A. Tabulasi silang antara frekuensi mengalami keberhasilan dengan self-efficacy Frekuensi Mengalami Keberhasilan Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 3.B. Tabulasi silang antara frekuensi mengalami kegagalan dengan self-efficacy Frekuensi Mengalami Kegagalan Self-Efficacy Total

(28)

Universitas Kristen Maranatha

Tabel 4.A. Tabulasi silang antara keberhasilan yang pernah diraih dengan self-efficacy Keberhasilan Yang Pernah Diraih Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 4.B. Tabulasi silang antara kegagalan yang pernah diperoleh dengan self-efficacy Kegagalan Yang Pernah Diperoleh Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 5.A. Tabulasi silang antara perasaan saat mengalami keberhasilan dengan self-efficacy Perasaan Saat Mengalami Keberhasilan Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 5.B. Tabulasi silang antara perasaan saat mengalami kegagalan dengan self-efficacy Perasaan Saat Mengalami Kegagalan Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 6. Tabulasi silang antara pengaruh keberhasilan dan kegagalan terhadap keyakinan diri siswa dengan self-efficacy

Pengaruh Keberhasilan Dan Kegagalan

Terhadap Keyakinan Diri Siswa Self-Efficacy Total

(29)

Universitas Kristen Maranatha Vicarious experiences :

Tabel 7. Tabulasi silang antara figur yang mempengaruhi keberhasilan dengan self-efficacy Figur Yang Mempengaruhi Keberhasilan Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 8.A. Tabulasi silang antara frekuensi terpengaruh keberhasilan teman dengan self-efficacy Pengaruh Keberhasilan Teman Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 8.B. Tabulasi silang antara frekuensi terpengaruh kegagalan teman dengan self-efficacy Pengaruh Kegagalan Teman Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 9.A. Tabulasi silang antara keberhasilan yang mempengaruhi dengan self-efficacy Keberhasilan Yang Mempengaruhi Self-Efficacy Total

(30)

Universitas Kristen Maranatha

Tabel 9.B. Tabulasi silang antara kegagalan yang mempengaruhi dengan self-efficacy Kegagalan Yang Mempengaruhi Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Mengerjakan Tugas 19

(18.6%)

9 (8.9%)

28 (27.5%)

Mengerjakan Ulangan 59

(57.8%)

Tabel 10.A. Tabulasi silang antara dampak keberhasilan teman dengan self-efficacy Dampak Keberhasilan Teman Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Ingin Berkompetisi 49

(48%)

13 (12.7%)

62 (60.8%) Meningkatkan Prestasi Seperti Teman 29

(28.4%)

Tabel 10.B. Tabulasi silang antara dampak kegagalan teman dengan self-efficacy Dampak Kegagalan Teman Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Menurunkan Motivasi Berprestasi 46 (45.1%)

8 (7.8%)

54 (52.9%) Meningkatkan Motivasi Berprestasi 32

(31.4%)

Tabel 11. Tabulasi silang antara pengaruh keberhasilan dan kegagalan teman terhadap keyakinan diri siswa dengan self-efficacy

Pengaruh Keberhasilan Dan Kegagalan Orang

Lain Terhadap Keyakinan Diri Siswa Self-Efficacy Total

(31)

Universitas Kristen Maranatha Social persuasion :

Tabel 12. Tabulasi silang antara keterlibatan orangtua dengan self-efficacy Keterlibatan Orangtua Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 13. Tabulasi silang antara figur yang memberi feed back dengan self-efficacy Figur Yang Memberi Feed Back Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 14.A. Tabulasi silang antara frekuensi pujian yang diperoleh dengan self-efficacy Frekuensi Pujian Yang Diperoleh Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 14.B. Tabulasi silang antara frekuensi kritikan yang diperoleh dengan self-efficacy Frekuensi Kritikan Yang Diperoleh Self-Efficacy Total

(32)

Universitas Kristen Maranatha

Tabel 15.A. Tabulasi silang antara hal yang sering memperoleh pujian dengan self-efficacy Hal Yang Sering Memperoleh Pujian Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Hal Prestasi Akademik 38

(37.3%)

9 (8.9%)

47 (46.1%)

Hal Prestasi Non Akademik 40

(39.2%)

Tabel 15.B. Tabulasi silang antara hal yang sering memperoleh kritikan dengan self-efficacy Hal Yang Sering Memperoleh Kritikan Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Hal Prestasi Akademik 72

(70.6%)

20 (19.6%)

92 (90.2%)

Hal Prestasi Non Akademik 6

(5.9%)

Tabel 16.A. Tabulasi silang antara dampak dari pujian dengan self-efficacy Dampak Dari Pujian Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Meningkatkan Semangat 73

(71.6%)

23 (22.5%)

96 (94.1%)

Menurunkan Semangat 5

(4.9%)

Tabel 16.B. Tabulasi silang antara dampak dari kritikan dengan self-efficacy Dampak Dari Kritikan Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Meningkatkan Semangat 31

(30.4%)

14 (13.7%)

45 (44.1%)

Menurunkan Semangat 47

(46.1%)

Tabel 17. Tabulasi silang antara pengaruh pujian dan kritikan terhadap keyakinan diri siswa dengan self-efficacy

Pengaruh Pujian Dan Kritikan Terhadap

Keyakinan Diri Siswa Self-Efficacy Total

(33)

Universitas Kristen Maranatha Phisiological and affective state :

Tabel 18. Tabulasi silang antara keadaan kondisi fisik dengan self-efficacy

Keadaan Kondisi Fisik Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 19. Tabulasi silang antara pengaruh kondisi fisik dengan self-efficacy Pengaruh Kondisi Fisik Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 20.A. Tabulasi silang antara kondisi fisik yang mempengaruhi keberhasilan dengan self-efficacy

Kondisi Fisik Yang Mempengaruhi Keberhasilan Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 20.B. Tabulasi silang antara kondisi fisik yang mempengaruhi kegagalan dengan self-efficacy

Kondisi Fisik Yang Mempengaruhi Kegagalan Self-Efficacy Total

(34)

Universitas Kristen Maranatha

Tabel 21.A. Tabulasi silang antara frekuensi pengaruh kondisi fisik dengan self-efficacy Frekuensi Pengaruh Kondisi Fisik Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 21.B. Tabulasi silang antara frekuensi pengaruh suasana hati dengan self-efficacy Frekuensi Pengaruh Suasana Hati Self-Efficacy Total

Rendah Tinggi

Tabel 22. Tabulasi silang antara pengaruh kondisi fisik dan suasana hati terhadap keyakinan diri siswa dengan self-efficacy

Pengaruh Kondisi Fisik Dan Suasana Hati

Terhadap Keyakinan Diri Siswa Self-Efficacy Total

(35)

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam

berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

tersebut berdampak pada semakin ketatnya persaingan. Agar mampu bersaing, maka siswa diharapkan mempunyai kompetensi. Salah satu cara untuk mendapatkan

kompetensi ialah melalui pendidikan formal juga non formal. Pendidikan formal ditempuh melalui institusi pendidikan, dimulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT). Sedangkan pendidikan non formal diperoleh melalui kursus

dan pelatihan, baik dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga.

Pendidikan formal maupun non formal berkaitan dengan proses pembelajaran

yang telah dimulai sejak siswa berusia dini. Dalam pendidikan formal, setiap proses pembelajaran akan melewati mata rantai proses penyampaian materi pelajaran dan diakhiri dengan tes prestasi belajar. Hasil evaluasi belajar akan menentukan tingkat

keberhasilan siswa dalam pelajaran yang terlihat pada prestasi akademik siswa selama siswa mengenyam pendidikan.

(36)

Universitas Kristen Maranatha hasil belajar (Winkel, 1983). Prestasi akademik seringkali diukur berdasarkan nilai rapor siswa setiap semester. Tinggi atau rendahnya prestasi akademik siswa dapat

dilihat melalui proses pembelajaran sesuai dengan ketentuan kurikulum yang berlaku. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh hal-hal dari dalam diri siswa maupun

dari luar diri siswa. Menurut Winkel (1983) salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar ialah fakor inteligensi. ldealnya, siswa dengan inteligensi

tinggi akan berkorelasi dengan prestasi akademik yang tinggi pula. Namun pada kenyataannya tidak selalu demikian.

Menurut keterangan yang diberikan oleh seorang guru Bimbingan dan

Penyuluhan (BP) di SMA ”X” Bandung, terdapat 49,5% siswa kelas XI yang dikategorikan underachiever. Siswa yang termasuk underachiever di SMA “X”

dikategorikan berdasarkan inteligensi yang berada pada rata-rata atau bahkan di atas rata sedangkan prestasi akademiknya atau nilai rapornya berada di bawah rata-rata kelas.

Prestasi akademik merupakan hal yang penting dalam proses pendidikan yang dijalankan siswa underachiever, karena prestasi merupakan salah satu tolok ukur

keberhasilan siswa underachiever dalam bidang akademik, tidak terkecuali para remaja ketika menjadi siswa di sekolah menengah atas. Siswa underachiever menyadari bahwa untuk memperoleh prestasi akademik yang memuaskan, mereka

harus menetapkan strategi dalam proses pembelajaran yaitu dengan memahami materi pelajaran, mengulang kembali materi yang telah diberikan, mempersiapkan diri untuk

(37)

Universitas Kristen Maranatha mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian akhir semester. Dalam menjalani proses tersebut, tidak jarang siswa menemui hambatan baik dari dalam maupun dari luar

dirinya yang membuat siswa tidak optimal dalam belajar untuk meraih prestasi akademik. Demikian juga halnya dengan siswa kelas XI yang underachiever di SMA “X‟. Hambatan dari dalam diri yang dirasakan oleh siswa underachiever pada

umumnya berbentuk motivasi belajar yang kurang, kurang percaya diri akan

kemampuannya, dan rasa bosan ketika belajar. Sedangkan hambatan dari luar berbentuk soal-soal ujian yang dirasakan terlalu sulit, kurangnya waktu untuk belajar karena padatnya tugas dari guru, kesibukan yang terlalu banyak dan ajakan

teman-teman yang tidak dapat ditolak untuk bermain.

Apa pun yang menjadi hambatan siswa underachiever dalam upaya

memperoleh prestasi akademik yang optimal, penyelesaiannya akan kembali kepada siswa yang bersangkutan. Siswa underachiever yang memandang hambatan sebagai tantangan yang harus di atasi akan menjalani proses belajar secara optimal, dan ini

akan berdampak pada prestasi akademik. Sebaliknya, siswa underachiever yang memandang hambatan sebagai rintangan akan menjalani proses belajar secara tidak

optimal sehingga berdampak pada prestasi akademiknya yang tidak optimal pula. Untuk mengatasi hambatan tersebut maka siswa underachiever perlu memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu memperoleh prestasi akademik yang optimal. Belief

seseorang tentang kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan tindakan yang dibutuhkan untuk mengatur situasi-situasi yang dihadapi disebut dengan self-efficacy

(38)

Universitas Kristen Maranatha Jika siswa underachiever memiliki self-efficacy yang tinggi maka hal tersebut akan membuat siswa underachiever memiliki pola kegiatan belajar yang telah

ditentukan untuk menghasilkan prestasi akademik yang optimal, kegiatan-kegiatan tersebut seperti berusaha secara optimal dalam mengerjakan tugas sekolah dari guru,

mendengarkan apabila guru menerangkan di kelas, mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajari disekolah, tidak mudah menyerah apabila mengalami hambatan

dalam belajar. Selain itu, bila mereka memperoleh nilai ulangan harian yang tidak memuaskan maka siswa underachiever akan memperbaikinya pada ulangan yang berikutnya dengan belajar lebih giat lagi, menambah waktu belajar di rumah juga

mengikuti kegiatan les tambahan di luar jam belajar di sekolah.

Sebaliknya, siswa underachiever dengan self-efficacy yang rendah akan

menghindari tugas-tugas yang sulit yang dipandang sebagai ancaman terhadap diri mereka. Ketika berhadapan dengan tugas-tugas yang sulit, mereka terpaku pada kelemahan-kelemahan mereka. Siswa underachiever tersebut akan menurunkan

usahanya dan cepat menyerah dalam menghadapi kesulitan. Siswa underachiever lambat bangkit dari kegagalan karena mereka memiliki performa yang kurang, hanya

dengan sedikit kegagalan saja mereka bisa kehilangan keyakinan mengenai kemampuan mereka, sehingga performance mereka dalam prestasi akademik tidak optimal.

Berdasarkan survei awal mengenai self-efficacy dalam bidang akademik yang dilakukan terhadap 15 siswa kelas XI yang underachiever di SMA ”X” Bandung,

(39)

Universitas Kristen Maranatha kemampuannya untuk mencapai nilai yang optimal secara akademik, mempunyai ciri-ciri tingkah laku sebagai berikut. Mengenai pilihan untuk menentukan goal,

77,8% siswa underachiever memilih goal yang menantang dengan menetapkan target nilai ujian di atas rata-rata kelasnya. Sedangkan 22,2% siswa underachiever lainnya

memilih menetapkan target nilai cukup untuk naik kelas. Mengenai usaha yang dikeluarkan, 44,4% siswa underachiever banyak berlatih soal-soal jauh sebelum

ujian, mereka belajar sedikit demi sedikit agar lebih dapat memahami materi, sedangkan 55,6% siswa underachiever lainnya hanya belajar sehari sebelum ujian dan kurang berusaha memahami teori. Mengenai daya tahan dalam menghadapi

rintangan, 66,7% siswa underachiever mengatasi hambatan secara langsung dengan belajar bersama teman dan mengatur waktu belajar sebaik-baiknya. Sedangkan 33,3%

siswa underachiever lainnya berusaha belajar lebih rajin, akan tetapi jika hambatan dialami terus menerus, mereka cenderung menurunkan usahanya. Terakhir mengenai penghayatan perasaan, 55,6% siswa underachiever tidak merasakan stres dan

kecemasan yang berlebihan jika mengalami kegagalan dalam mencapai nilai optimal. Sedangkan 44,4% siswa underachiever lainnya merasakan stres dan kecemasan yang

berlebihan jika mengalami kegagalan ketika tidak berhasil memperoleh nilai yang optimal.

Sedangkan 40% siswa underachiever lainnya yang merasa tidak yakin dengan

kemampuannya, mempunyai ciri-ciri tingkah laku sebagai berikut, mengenai pilihan untuk menentukan goal, 33,3% siswa underachiever memilih goal yang menantang

(40)

Universitas Kristen Maranatha siswa underachiever lainnya memilih menetapkan target nilai cukup untuk naik kelas. Mengenai usaha yang dikeluarkan, 16,7% siswa underachiever banyak berlatih

soal-soal jauh sebelum ujian, mereka belajar sedikit demi sedikit agar lebih dapat memahami materi, sedangkan 83,3% siswa underachiever lainnya hanya belajar

sehari sebelum ujian dan kurang berusaha memahami teori. Mengenai daya tahan dalam menghadapi rintangan, 33,3% siswa underachiever mengatasi hambatan secara

langsung dengan belajar bersama teman dan mengatur waktu belajar sebaik-baiknya. Sedangkan 66,7% siswa underachiever lainnya menghindari hambatan dan lebih memilih hiburan. Terakhir mengenai penghayatan perasaan, 100% siswa

underachiever merasakan stres dan kecemasan yang berlebihan jika mengalami

kegagalan dalam mencapai nilai optimal.

Berdasarkan data survei awal tersebut, peneliti menemukan adanya variasi dalam derajat self-efficacy bidang akademik siswa yang underachiever di SMA ”X” Bandung. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

derajat self-efficacy bidang akademik pada siswa kelas XI yang underachiever di SMA ”X” Bandung.

1 2. Identifikasi Masalah

Bagaimana gambaran derajat self-efficacy pada siswa kelas XI yang

(41)

Universitas Kristen Maranatha

1. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini ialah untuk memperoleh gambaran mengenai

self-efficacy pada siswa kelas XI yang underachiever di SMA „X” Bandung.

1. 3. 2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendalami self-efficacy beserta faktor-faktor

yang mempengaruhi self-efficacy pada siswa kelas XI yang underachiever di SMA “X” Bandung.

1. 4. Kegunaan Penelitian

1. 4. 1. Kegunaan Teoretis

1. Memberikan masukan bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan

mengenai derajat self-efficacy pada siswa-siswi kelas XI yang underachiever di SMA “X” Bandung.

2. Memberikan sumbangan informasi bagi mahasiswa Psikologi lain yang ingin

meneliti lebih lanjut mengenai self-efficacy pada siswa yang underachiever.

1. 4.2. Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada siswa SMA mengenai gambaran derajat

self-efficacy, agar siswa SMA terutama yang underachiever dapat meningkatkan

(42)

Universitas Kristen Maranatha mengatasi hambatan dan memberi dorongan kepada siswa dalam mencapai tujuannya yaitu memperoleh prestasi akademik yang optimal.

2. Memberikan informasi kepada para orangtua dan pendidik mengenai

gambaran derajat self-efficacy siswa yang underachiever, agar para orangtua

dan guru dapat membantu siswa yang underachiever tersebut.

1. 5. Kerangka Pikir

Masa remaja akhir berkisar antara 16-22 tahun dan siswa SMA berada pada tahap perkembangan remaja akhir. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa

anak-anak menuju ke masa dewasa yang ditandai dengan terjadinya perubahan biologis, kognitif dan sosial (Santrock, 1999). Sebagai remaja yang akan memasuki

masa dewasa, maka para siswa harus mulai belajar untuk memikul tanggung jawab yang penuh bagi diri mereka sendiri dalam hampir setiap dimensi kehidupan, salah satunya adalah dalam bidang pendidikan yaitu dengan menuntut ilmu sebagai bekal

bagi kehidupan di masa depan. Tolok ukur keberhasilan siswa dalam menjalani proses pendidikan tercermin melalui prestasi akademik.

Prestasi akademik mencerminkan kecakapan siswa yang terlihat setelah melewati suatu proses pembelajaran. Menurut Winkel (1983), proses belajar siswa ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal

adalah taraf inteligensi, motivasi belajar, perasaan, sikap, minat, dan keadaan fisik, sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah lingkungan tempat belajar (fasilitas

(43)

sosio-Universitas Kristen Maranatha ekonomi keluarga dan keadaan sosio-kultur), dan faktor situasional (keadaan politik-ekonomis, keadaan waktu dan tempat, keadaan musim).

Inteligensi merupakan salah satu faktor internal yang dapat memprediksi prestasi akademik siswa. Bila siswa memiliki inteligensi tinggi, maka akan memiliki

peluang lebih besar untuk berprestasi dalam bidang akademik. Ini berarti, dapat dikatakan bahwa inteligensi merupakan salah satu faktor yang berperan besar,

khususnya dalam keberhasilan akademik yang dicapai siswa. Siswa achiever dan

underachiever dapat dilihat melalui perbandingan antara prestasi akademik dan

potensi kecerdasan (IQ). Siswa underachiever adalah siswa yang prestasi

akademiknya atau nilai rapornya berada di bawah potensi kecerdasan yang dimiliki, yaitu siswa yang memiliki prestasi akademik atau nilai rapor di bawah rata-rata

kelasnya, sedangkan seharusnya siswa tersebut mampu untuk memperoleh nilai minimal sama dengan rata-rata kelas atau bahkan di atas rata-rata kelasnya.

Memperoleh prestasi akademik yang memuaskan merupakan keinginan

sekaligus goal yang ingin diraih setiap siswa. Akan tetapi, siswa underachiever merasa cukup puas dengan prestasi yang telah mereka peroleh selama ini, meskipun

prestasi yang mereka raih masih di bawah rata-rata kelas, padahal mereka memiliki potensi di atas rata-rata dan hal ini menunjang keberhasilah prestasi akademik yang lebih baik.

Greene (1986) mengungkapkan faktor yang melatarbelakangi seorang siswa menjadi underachiever adalah masalah belajar, masalah keluarga, keadaan

(44)

Universitas Kristen Maranatha yang masih tergolong remaja, masih rentan terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya sehingga siswa tersebut membutuhkan keyakinan terhadap dirinya sendiri.

Menurut Bandura, belief seseorang tentang kemampuan dirinya dapat memprediksi

performance akademiknya (Bandura, 2002). Belief siswa underachiever mengenai

kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan sumber-sumber dari suatu tindakan yang diperlukan untuk mengahadapi situasi-situasi inilah yang disebut

self-efficacy. Self-efficacy yang dimiliki siswa underachiever akan terlihat pada pilihan

yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, berapa lama dirinya dapat bertahan saat dihadapkan pada kesulitan-kesulitan belajar, serta bagaimana penghayatan

perasaannya (Bandura, 2002).

Self-efficacy dapat dibentuk melalui empat sumber utama. Sumber yang

pertama adalah mastery experiences, yaitu pengalaman ketika siswa underachiever mampu memperoleh hasil yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Pengalaman kegagalan dalam mengikuti jenjang pendidikan baik akademik mau pun

non akademik akan menurunkan derajat efficacy dalam diri siswa. Pengalaman kegagalan cenderung menghambat penilaian efficacy siswa underachiever terutama

bila kegagalan terjadi saat efficacy belum terbentuk secara mantap, misalnya jika siswa underachiever memperoleh nilai rapor yang kurang dari rata-rata kelas atau di bawah angka 6, maka hal ini akan menurunkan derajat efficacy siswa underachiever.

(45)

Universitas Kristen Maranatha

underachiever. Misalnya jika siswa underachiever naik kelas, maka pengalaman naik

kelas tersebut akan meningkatkan efficacy siswa underachiever tersebut.

Sumber yang kedua adalah vicarious experiences, yaitu pengalaman yang dapat diamati dari model sosial. Dalam hal ini, misalnya siswa underachiever

memandang orang-orang sekitarnya, misalnya saudara kandungnya, kakak atau adiknya yang memiliki inteligensi di atas rata-rata sama dengan dirinya, mengalami

kegagalan meskipun telah berusaha keras, maka hal ini akan menurunkan efficacy siswa underachiever tersebut. Namun, bila siswa underachiever memandang model sosial atau orang lain yang serupa dengan dirinya mengalami kesuksesan melalui

usaha terus menerus, maka hal ini akan meningkatkan efficacy dalam diri siswa

underachiever bahwa dirinya juga memiliki kemampuan untuk menguasai aktivitas

yang kurang lebih sama untuk mencapai kesuksesan.

Sumber yang ketiga adalah verbal/social persuasion, yaitu penguatan keyakinan bahwa siswa underachiever memiliki hal-hal yang dibutuhkan untuk

berhasil. Misalnya jika siswa underachiever kurang dipersuasi secara verbal oleh orang-orang yang signifikan seperti orangtua, teman dan guru bahwa dirinya

mempunyai kemampuan untuk berprestasi, maka siswa underachiever cenderung tidak menggerakkan usaha yang lebih besar dalam berprestasi dan cenderung terpaku pada ketidakmampuan diri mereka di saat menghadapi kesulitan dalam belajar.

(46)

Universitas Kristen Maranatha cenderung akan menggerakkan usaha yang lebih besar dan mempertahankan prestasi akademik yang telah diperolehnya.

Sumber yang keempat adalah physiological and affective states, yaitu kondisi fisik dan emosional yang dialami siswa underachiever. Suasana hati mempengaruhi

penilaian seseorang terhadap personal efficacynya. Sebagian siswa underachiever bergantung pada keadaan fisik dan keadaan emosional dalam menilai kemampuan

dirinya. Siswa underachiever memiliki masalah yang berkaitan dengan emosinya, yaitu memiliki toleransi yang rendah terhadap stres, maka setiap masalah yang timbul akan membuatnya merasa stres. Dalam hal ini, prestasi akademik siswa

underachiever yang kurang optimal akan menimbulkan masalah bagi dirinya karena

tidak dapat memenuhi tuntutan orangtuanya. Siswa underachiever merasa masalah

tersebut akan membuatnya stres sehingga mengakibatkan kondisi fisiknya terganggu dan mudah terserang penyakit (Bandura, 2002).

Sumber-sumber pengaruh utama tersebut merupakan informasi bagi siswa

underachiever yang kemudian akan diolah untuk membentuk self-efficacy. Informasi

yang relevan untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan diri yang disampaikan

melalui keempat sumber tersebut, akan menjadi instruktif hanya jika melalui pemrosesan secara kognitif terhadap informasi efficacy yang diperoleh. Oleh karena itu informasi tersebut akan diseleksi, ditimbang, dan diintegrasikan kedalam penilaian

self-efficacy. Pengalaman yang telah diproses secara kognitif inilah yang akan

(47)

Universitas Kristen Maranatha Empat sumber pengaruh utama tersebut akan menentukan derajat self-efficacy, yang dapat terlihat melalui keyakinan siswa underachiever mengenai pilihan yang

dibuat, usaha yang dikeluarkan, daya tahan, dan penghayatan perasaan. Siswa

underachiever dengan self-efficacy yang tinggi akan menentukan tujuan yang

menantang dan berkomitmen terhadap tujuan tersebut. Ketika mereka menemui hambatan saat mengerjakan tugas-tugas sekolah, mereka akan menganggap hambatan

tersebut sebagai tantangan yang harus dikuasai, dan bukan sebagai ancaman atau sesuatu yang harus dihindari. Mereka tetap mempertahankan usahanya pada saat menghadapi kegagalan dan yakin bahwa mereka dapat mengatasi hambatan tersebut.

Siswa underachiever dengan self efficacy yang tinggi akan lebih memilih goal yang menantang dan tidak cepat menyerah dengan hambatan yang ditemuinya ketika

sedang berusaha untuk mencapai goal tersebut. Ketika siswa underachiever tersebut menemui hambatan belajar, mereka akan menambah waktu untuk belajar dan tidak mencari kegiatan yang lain agar dapat menjawab soal-soal yang sulit tersebut. Usaha

yang penuh keyakinan tersebut akan mengurangi stres dan menurunkan kerentanan terhadap depresi. Dalam hal ini, menurut Bandura (2002) siswa underachiever

memiliki self-efficacy yang tinggi.

Sebaliknya, siswa underachiever dengan self-efficacy yang rendah biasanya memiliki aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan-tujuan yang

telah mereka tetapkan. Siswa underachiever tersebut akan menghindari tugas-tugas sulit yang dipandang sebagai ancaman bagi dirinya. Siswa-siswa tersebut akan

(48)

Universitas Kristen Maranatha Hanya dengan sedikit kegagalan saja, mereka bisa kehilangan keyakinan mengenai kemampuan mereka. Siswa underachiever dengan self efficacy yang rendah biasanya

tidak memiliki goal yang menantang, mereka mengembangkan perasaan bahwa dirinya telah memperoleh nilai yang cukup dalam hal akademik, sehingga kurang

memiliki keinginan untuk berusaha meningkatkan prestasi akademik di semester berikutnya. Siswa underachiever tersebut juga tidak berusaha untuk menambah

waktu belajarnya, baik waktu belajar sendiri maupun mengikuti les pelajaran. Ketika siswa tersebut menemui kesulitan dalam belajar, siswa underachiever tidak dapat bertahan untuk tetap belajar, sebaliknya mereka akan lebih memilih untuk melakukan

kegiatan lain. Siswa underachiever juga mudah merasa stres dan frustrasi karena tidak dapat memenuhi tuntutan orangtuanya dalam bidang akademik. Dalam hal ini,

menurut Bandura (2002) siswa underachiever memiliki self-efficacy yang rendah. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diketahui bahwa pencapaian prestasi akademik yang memuaskan ditentukan oleh banyak faktor. Salah satu

faktornya ialah self-efficacy. Derajat self-efficacy yang diperoleh dari berbagai macam sumber akan membentuk self-efficacy, kemudian diproses melalui empat

proses utama yang akan mempengaruhi tingkah laku siswa underachiever.

(49)

Universitas Kristen Maranatha

(50)

Universitas Kristen Maranatha

1. 6. Asumsi Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir, peneliti mempunyai asumsi bahwa:

1. Mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan

physiological and affective states yang merupakan sumber informasi bagi

siswa kelas XI yang underachiever akan diolah secara kognitif dan menghasilkan derajat self-efficacy yang beragam.

2. Derajat self-efficacy bidang akademik rendah apabila siswa kelas XI yang

underachiever tidak yakin dalam memilih goal yang menantang, tidak yakin

untuk dapat berusaha semaksimal mungkin, tidak yakin untuk tetap bertahan

bila menghadapi hambatan atau kegagalan, dan tidak yakin dalam menghayati perasaan untuk tetap tabah menghadapi kegagalan.

3. Derajat self-efficacy bidang akademik tinggi apabila siswa kelas XI yang

underachiever memiliki keyakinan dalam memilih goal yang menantang,

memiliki keyakinan untuk dapat berusaha semaksimal mungkin, memiliki

keyakinan untuk tetap bertahan bila menghadapi hambatan atau kegagalan, dan memiliki keyakinan dalam menghayati perasaan untuk tetap tabah

(51)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar self-efficacy belief siswa underachiever tergolong rendah. Hal

ini dipengaruhi oleh empat sumber utama, yaitu social persuasion, vicarious

experiences, mastery experiences, dan physiological and affective states.

2. Social persuasion merupakan sumber yang paling dapat secara efektif

mempengaruhi self-efficacy belief siswa underachiever, baik siswa

underachiever yang memiliki self-efficacy belief rendah maupun tinggi,

menerima feedback dari lingkungan sosialnya. Namun, siswa underachiever yang memiliki self-efficacy belief rendah lebih sering menerima kritikan

daripada menerima pujian dari orang-orang yang signifikan seperti orangtua dan teman. Sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy belief tinggi lebih

sering menerima pujian daripada menerima kritikan dari orang-orang yang signifikan seperti orangtua dan teman.

3. Sumber vicarious experiences merupakan sumber kedua yang cukup dapat

secara efektif mempengaruhi self-efficacy belief siswa underachiever. Siswa

underachiever yang memiliki self-efficacy belief rendah lebih sering

(52)

Universitas Kristen Maranatha yang cenderung banyak dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya, seperti orangtua dan teman, pengalaman kegagalan teman-temannya sering

mempengaruhi siswa underachiever yang memiliki self-efficacy belief rendah, tetapi tidak demikian bagi siswa underachiever dengan self-efficacy belief

tinggi yang menyatakan bahwa mereka jarang terpengaruh dengan kegagalan teman, karena mereka merasa yakin akan kemampuan yang mereka miliki.

Pengalaman kegagalan teman tersebut dianggap dapat meningkatkan motivasi sekaligus menurunkan motivasi. Selain kegagalan, keberhasilan teman juga sering mempengaruhi siswa underachiever baik yang memiliki self-efficacy

belief rendah maupun tinggi, menurut siswa tersebut keberhasilan teman

memacu mereka untuk berkompetisi.

4. Pengalaman mastery experiences, bagi siswa underachiever kurang dapat

secara efektif mempengaruhi self-efficacy belief. Siswa underachiever yang memiliki self-efficacy rendah merasa lebih sering mengalami keberhasilan

daripada siswa underachiever yang memiliki self-efficacy tinggi. Siswa

underachiever yang memiliki self-efficacy belief rendah sudah merasa puas

dengan prestasi akademik yang telah mereka raih saat ini, membuat mereka lebih sering merasakan keberhasilan, sedangkan siswa underachiever yang memiliki self-efficacy belief tinggi merasa bahwa prestasi yang telah mereka

raih saat ini belum menggambarkan kemampuan yang mereka miliki, membuat mereka belum merasakan keberhasilan. Selain keberhasilan, siswa

(53)

Universitas Kristen Maranatha

self-efficacy belief rendah lebih sering merasakan kegagalan dalam bidang non

akademik, sedangkan siswa underachiever dengan self-efficacy belief tinggi

lebih sering merasakan kegagalan dalam bidang akademik.

5. Physiological and Affective states memiliki kaitan yang paling kurang dapat

mempengaruhi self-efficacy belief siswa underachiever di SMA “X”, Bandung, yaitu siswa underachiever yang memiliki self-efficacy belief rendah

kurang dapat mengelola kondisi emosional (stres, tegang, frustrasi) dan kondisi fisik (sakit, lelah, lemas) yang dialaminya, sehingga kondisi tersebut dianggap sebagai penghambat dalam mencapai tujuan, sedangkan siswa

underachiever yang memiliki self-efficacy belief tinggi lebih dapat mengelola

kondisi emosi dan fisik, sehingga kondisi tersebut tidak dijadikan penghambat

oleh mereka.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5.2.1. Saran Teoretis

1. Studi deskriptitif mengenai kontibusi sumber-sumber self-efficacy terhadap

(54)

Universitas Kristen Maranatha

5.2.2. Saran Praktis

1. Bagi siswa underachiever disarankan agar dapat lebih mengolah feedback

baik yang berupa kritikan maupun pujian, dapat mengolah kondisi emosional seperti stres, tegang dan frustrasi, dapat mengolah kondisi fisik yang kurang

sehat seperti sakit, lelah dan tegang yang mempengaruhi mereka untuk meningkatkan perkembangan self-efficacy beliefnya. Selain itu, bagi siswa

underachiever disarankan untuk dapat lebih membuka diri agar mau bergaul

dengan teman-temannya yang memiliki prestasi akademik yang baik, hal ini dirasa baik karena pengaruh dari keberhasilan teman dapat lebih

meningkatkan prestasi akademik siswa underachiever.

2. Bagi orangtua, disarankan untuk dapat menjaga keseimbangan antara

pemberian feed back, baik yang berupa pujian maupun kritikan dalam waktu dan porsi yang tepat, hal ini karena kritikan dan pujian tersebut diperlukan oleh siswa underachiever untuk mengetahui hal apa yang baik untuk

dipertahankan dan hal apa yang sebaiknya diubah oleh mereka guna meningkatkan self-efficacy belief siswa. Selain itu, orangtua diharapkan dapat

menyarankan anak-anak mereka yang masih memiliki prestasi akademik rendah agar mau bergaul dengan teman-temannya yang memiliki prestasi akademik yang baik.

3. Bagi guru wali kelas dan guru BP, diharapkan penelitian ini dapat memberi

informasi mengenai self-efficacy belief siswa underachiever, sehingga dapat

(55)

Universitas Kristen Maranatha meningkatkan efficacy siswa underachiever, sehingga siswa underachiever dapat berprestasi sesuai dengan kemampuannya. Selain itu diharapkan agar

guru BP dapat memberikan feedback, baik yang berupa pujian maupun kritikan pada waktu dan porsi yang tepat, juga dapat menyarankan kepada

(56)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert, 2002. Self-Efficacy: The exercise of Control. Freeman and Company: Stanford University, New York.

Berliner/Gage. 1984. Educational Psychology. 3rd edition. Houghton Mifflin

Company. All right reserved.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design Analysis, and Use. USA: Allyn & Bacon.

Greene, J. L. 1986. Kids Who Underachieve. New York : Simon and Schuter

Grinder, E. R. 1973. Adolesence. Wiley International Edition. New york, USA : John Wiley & Sons, Inc.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta.

Munandar, Utami S. C. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: PT Gramedia. Santrock, J. W. Adolescence. 1999. New York: McGraw Hill International Edition.

Simamora, Bilson. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Steinberg, Laurence. 2002. Adolescence Psychology. 6th edition. The Mc.Graw-Hill

Companies, Inc All rights reserved, inc 1221.

(57)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Sitepu, Nirwana. SK. 1995. Analisis Korelasi, Jati Nangor: Fakultas MIPA, Universitas Padjajaran

www.banduratheory.com

Gambar

Tabel 3.A. Tabulasi silang antara frekuensi mengalami keberhasilan dengan self-efficacy
Tabel 5.A. Tabulasi silang antara perasaan saat mengalami keberhasilan dengan self-efficacy
Tabel 8.A. Tabulasi silang antara frekuensi terpengaruh keberhasilan teman dengan self-efficacy
Tabel 9.B. Tabulasi silang antara kegagalan yang mempengaruhi dengan self-efficacy
+5

Referensi

Dokumen terkait

Siswa yang memiliki self-efficacy beliefs tinggi akan cenderung lebih percaya diri dan merasa siap untuk menghadapi ujian nasional.. Mereka pun akan mengarahkan perilakunya

Setelah keempat sumber self efficacy belief diolah dalam cognitive processes , terbentuklah self efficacy belief yang dapat mempengaruhi besar keyakinan dalam

SMKP “X” Bandung, yaitu self-efficacy belief tinggi, cenderung tinggi, cenderung rendah, dan rendah. Derajat self-efficacy belief ini dilihat dari

Mereka juga dalam bergaul atau bersosialisasi akan terpengaruh oleh nilai-nilai budaya yang dimilikinya, karena pada masa remaja ini mereka sedang berada pada tehap

Kemudian mahasiswa yang sering mengalami kegagalan, seperti gagal dalam mata kuliah dan mengulang beberapa kali mata kuliah yang sama, juga akan menurunkan

[r]

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas 2 IPA di SMAN “X” Bandung (88,7%) memiliki self efficacy tinggi dan sebanyak 11,3% siswa lainnya

Self efficacy akan akademik berpengaruh terhadap pencapaian prestasi akademik. Individu yang memiliki Self efficacy akademik yang tinggi mau menerima tugas-tugas akademik