• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK GOLDMANN. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK GOLDMANN. docx"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK GOLDMANN DALAM CERPEN “BEAUTIFULL” KARYA NAWAL AL SA’DAWI

makalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori dan Aplikasi Sastra I

Dosen Pengampu :

Yulia Nasrul Latifi, S.Ag, M.Hum

Disusun Oleh Kelompok 5

Ketua : Arof Nuryadi :1211007

2 Anggota

Tugas Individu

: Hanan Yusuf

Assadzaly

:

1211007 3

Shohibul Hidayat :1211008 7

Imalatus Syarifah :1211009 8

:

(2)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA

ARAB

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN

KALIJAGA

YOGYAKARTA

2014

A. Pendahuluan

Sastra adalah jalan ke empat menuju ke kebenaran setelah jalan agama, jalan filsafat, dan jalan ilmu pengetahuan, ( Andries Teeuw ). Dengan adanya pendefinisian dari Teeuw tersebut sangat jelas peran sastra dalam kehidupan. Ia merupakan jalan terang yang dapat membawa manusia menuju ke kebenaran.

Sastra bukanlah seperti Al Quran yang diciptakan langsung oleh Tuhan. Sastra diciptakan oleh manusia biasa yang hidup dalam ruang dan waktu. Manusia yang menciptakan sastra bukanlah manusia sempurna apalagi layaknya malaikat yang turun dari langit. Selayaknya sebuah karya cipta manusia maka dibutuhkan cara agar dapat memahami sastra secara utuh.

Strukturalisme genetik ditemukan oleh Lucien Goldmann, seorang filsuf dan sosiolog Rumania-Perancis. Teori ini dikemukakannya pada tahun 1956 dengan terbitnya buku The Hidden God: a Study of Tragic Vision in the Pensees of Pascal and the tragedies of Racine. Teori dan pendekatan yang dimunculkannya ini dikembangkan sebagai sintesis atas pemikiran Jean Piaget, Geogre Lukacs, dan Karl Marx.

(3)

mengaitkannya terlebih dahulu dengan kelas sosial dominan. Sebab, struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari sejarah yan terus berlangsung, proses strukturisasi dan destrukturisasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal teks sastra yang bersangkutan. Strukturalisme genetik mencoba mengkaitkan antara teks sastra, penulis, pembaca (dalam rangka komunikasi sastra), dan struktur sosial.

Fungsi utama sastra menurut Nawal adalah sebagai sarana kritik. Di samping wujud ekspresi dan kreasi (al-ibdâ’). Sastra harus mampu mengkritisi semuanya, terutama agama dan politik. Agama tidak boleh membatasi karya sastra. Dan agama harus mengabdi pada sastra, bukan sebaliknya. Anda tahu, negara-negara Barat saat ini maju karena mengabdikan agama untuk ilmu, bukan seperti di negara-negara Timur yang menjadikan segalanya untuk mengabdi pada agama.1

Dari fungsi sastra yang dikemukakan Nawal tersebut sangat jelas tergambar bahwa karya sastranya sarat akan kritik. Maka tidak heran jika semua buku – bukunya laris dipasaran dan menjadi bacaan wajib bagi para pemikir di dunia terutama bagi mereka yang konsen dalam bidang feminisme.

Nawal El Saadawi lahir pada 27 0ktober 1931 di Kafr Tahla, sebuah desa kecil di luar Kairo. El Sa’adawi dibesarkan dalam keluarga besar dengan delapan bersaudara. Keluarganya relatif tradisional, religius, dan hidup berkembang dalam kondisi negara yang berada dalam tekanan kolonial. Ia termasuk penulis yang produktif. Karyanya telah mencapai 40 dalam bentuk fiksi dan non fiksi yang telah diterjemahkan lebih dari 12 bahasa didunia, termasuk indonesia.

B. Teori Strukturalisme Genetik Goldmann

Goldmann menyebut teorinya sebagai strukturalisme genetic. Menurutnya, karya sastra adalah sebuah struktur yang tidak statis, akan tetapi struktur dinamis karena merupakan produk dari sebuah proses sejarah yang terus berlangsung yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal karya tersebut.

Berkitan dengan teorinya tersebut, Goldmann membangun beberapa kategori yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu : fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia, pemahaman dan penjelasan.

(4)

1. Fakta kemanusiaan

Fakta kemanusiaan adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia, baik yang verbal maupun fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan (Faruk, 1999b:12). Aktivitas atau perilaku manusia harus menyesuaikan kehidupan dengan lingkungan sekitar. Individu-individu berkumpul membentuk suatu kelompok masyarakat. Dengan kelompok masyarakat manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk beradabtasi dengan lingkungan.

Goldmann menganggap bahwa semua fakta kemanusiaan merupakan suatu struktur yang berarti yang memiliki struktur tertentu dan arti tertentu. Fakta kemanusiaan mempunyai arti karena merupakan respon-respon dari subjek kolektif atau individual. Fakta tersebut merupakan hasil usaha manusia mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannya dengan dunia sekitarnya.

2. Subjek kolektif

Subjek kolektif merupakan bagian dari fakta kemanusiaan selain subjek individual. Fakta kemanusiaan muncul karena aktivitas manusia sebagai subjek. Pengarang adalah subjek yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Oleh karenanya di dalam masyarakat terdapat fakta kemanusiaan. Subjek fakta kemanusiaan dibedakan menjadi dua, yaitu subjek individual dan subjek kolektif/subjek fakta sosial (historis).

Revolusi sosial, politik, ekonomi, dan karya-karya kultural yang besar merupakan fakta sosial (historis). Individu dengan dorongan libidonya tidak akan mampu menciptakannya. Yang dapat menciptakannya hanya subjek trans-individual

Subjek kolektif atau trans-individual merupakan kelas sosial dalam pengertian marxis, sebab menurut Goldmann, kelompok itulah yang terbukti dalam sejarah sebagai kelompok yang telah menciptakan suatu pandanga yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan dan yang telah mempengaruhi perkembangan sejarah umat manusia.

(5)

Menurut Goldmann, pandangan dunia merupakan istilah yang cocok bagi kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, perasaan perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertentangkannya dengan kelompok-kelompok sosial yang lain. Sebagai suatu kesadaran kolektif, pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil situasi sosial dan ekonomik tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang memilikinya.

Proses tersebut terutama disebabkan pula oleh kenyataan bahwa pandangan dunia itu merupakan kesadaran yang mungkin yang tidak setiap orang dapat memahaminya. Kesadaran yang mungkin dibedakan dari kesadaran yang nyata (dimiliki individu-individu dalam masyarakat).

Kesadaran yang mungkin adalah kesadaran yang menyatakan kecenderungan kelompok ke arah suatu koherensi menyeluruh, perspektif yang terpadu mengenai hubungan manusia dengan sesamanya dan alam semesta.

Kesadaran yang demikian jarang disadari pemiliknya kecuali dalam momen-momen krisis dan sebagai ekspresi individual pada karya-karya kultural yang besar. Menurut Goldmann, pandangan dunia adalah kesadaran kolektif yang dapat digunakan sebagai hipotesis kerja konseptual, suatu model, bagi pemahaman mengenai koherensi struktur teks sastra.

4. Struktur Karya Sastra

Goldmann mengemukakan dua pendapat mengenai karya sastra. Pertama, karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner. Kedua, dalam usahanya mengekspresikan pandangan dunia itu, pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner.

(6)

Dengan pengertian tersebut, nilai-nilai yang otentik tersebut hanya ada dalam kesadaran penulis/pengarang/novelis dengan bentuk yang konseptual dan abstrak.

5. Dialektika Pemahaman-Penjelasan

Goldmann mengembangkan sebuah metode yang disebutnya sebagai metode dialektik. Menurutnya, metode itu khas yang berbeda dari metode positivistis, intuitif dan biografis psikologis. Metode dialektik sama dengan positivistik bahwa keduanya sama-sama berawal dan berakhir pada teks sastra. Bedanya, positivistik tidak mempersoalkan koherensi struktural, sedang metode dialektik memperhitungkannya.

Fakta-fakta kemanusiaan akan tetap abstrak apabila tidak dibuat konkrit dengan mengintegrasikannya ke dalam keseluruhan. Karenanya, metode dialektik mengembangkan dua pasangan konsep, yaitu ‘keseluruhan-bagian’ dan ‘pemahaman-penjelasan’. Karena keseluruhan tidak dapat dipahami tanpa bagian, dan bagian juga tidak dapat dimengerti tanpa keseluruhan, maka proses pencapaian pengetahuan dengan metode dialektik menjadi semacam gerak melingkar terus-menerus, tanpa diketahui tempat atau titik yang menjadi pangkal dan ujungnya.

C. Analisis Cerpen “BEAUTIFUL” karya Nawal Saadawi dalam perspektif Strukturalisme Genetik GOLDMANN

1. Sinopsis Cerpen BEAUTIFUL

Diceritakan oleh narator tentang seorang laki-laki yang baru pulang kerja dan tidak menemukan istrinya seperti biasanya. Laki-laki itu kemudian berjalan kecermin seperti biasanya, ketika ia mendapat masalah. Didepan cermin ia melamun mengenai hidupnya, kehidupannya bersama istrinya, bapaknya yang ia banggakan yang berbadan tegap, dan ibunya yang ia banggakan dalam hati yang selalu bekerja. Lamunannya pun berlanjut pada istrinya yang ia rasa sinar-sinar pada istrinya itu mulai hilang, dan muncul kembali ketika ia akan kehilangan segalanya, yaitu pada saat istrinya mulai membayangkan laki-laki lain hadir di balik hidupnya.

(7)

puncak gejolak mulai mendatangi laki-laki (suami) itu. ia merasa dikhianati oleh istrinya yang menjawab kata-kata dari laki-laki asing dengan ucapan Thank You dengan tanpa adanya mimik jengkel atau marah, dan cenderung merasa senang yang tergambar dari senyumnya. Akhirnya gejolaknya pun meluap tak terbendungkan lagi. Ia mengangkat tangannya keudara dan dengan semua kemarahannya ia tampar istrinya. Namun tamparannya hanya mengenai cermin hingga terbelah menjadi dua dan mengakibatkan tangannya mengalirkan darah.

2. Organisasi Internal Cerpen

Menurut Goldmann, hakekat novel adalah pencarian nilai – nilai otentik oleh sang hero yang problematik dalam dunia yang terdegradasi. Karya sastra merupakan sebuah struktur yang dinamis dan tidak bisa dikatakan statis.

Secara internal, struktur cerpen ini kaya akan gagasan gagasan yang mendua dan kontradiktif, diantaranya yaitu :

1] “Didepan kaca dilihatnya wajahnya yang lonjong itu seperti wajah ayahnya, dan punggungnya mulai Bungkuk, padahal pagi tadi tidak bungkuk”

Kalimat itu disebutkan dengan jelas dalam cerpen tersebut pada paragraf ketiga :

"حابصلايفةدوجومنكتملةءانحنإهلتحبصأاضيأ هرهظو"

2] “ ia selalu berbangga hati kepada istrinya seperti ia bangga kepada ibunya”

هم

Namun dibagian lain ia berkata :

“Ia pernah menegur istrinya agar ia menutup jendela. Perempuan itu mematuhinya. Satu minggu berlalu, datanglah hari libur dimana ia melihat istrinya membuka jendela, ia pun kembali menegurnya dengan pukulan agak keras

(8)

3] Pada paragraf kedelapan ia berkata bahwa :

“Ibunya meninggal seperti ayahnya yaitu saat sedang berdiri, ia tidak tidur”

امو

Tetapi pada bagian lain dikatakan :

“Bila ia tidur ia tidak menghabiskan kasur kecuali sebesar tubuhnya yang menempel didinding”

Bila dicermati dengan teliti cerpen tersebut maka akan kita temukan bahwa tokoh – tokoh dalam cerpen tersebut berposisi diantara dua oposisi biner. Tokoh sang “lelaki” yang dari awal cerpen sampai akhir selalu dalam posisi didepan kaca dan membayangkan apa yang telah terjadi. Hal itu mengisyaratkan akan kehidupan yang tidak benar benar hidup. Tokoh “istri” yang selalu ia banggakan sebagaimana ia bangga terhadap ibunya yang ternyata –menurutnya- melakukan penghianatan yang besar –melalui- ucapan terima kasihnya terhadap laki laki asing yang memuji kecantikannya dengan kata beautiful, hingga akhirnya ia melampiaskan amarahnya dengan memukul istrinya –yang ternyata ia memukul cermin-sehingga membuat tangannya terluka. Tokoh ibu yang selalu ia banggakan karena kecintaan dan kepatuhannya terhadap ayahnya ,meskipun ia sering melihat ibunya dipukuli oleh ayahnya.

3. Pandangan Dunia Pengarang

(9)

“Dulu istrinya bekerja dengannya dalam satu perusahaan di Mesir Al-Qodimah. Kehidupan bagi mereka berdua bagai lapangan luas disinari warna oranye dengan warna matahari.”

اهبرضو

“Ia pernah menegur istrinya sekali agar ia menutup jendela (agar tetangga laki lakinya tidak mengintip wajah istrinya), ia pun kembali menegurnya dengan pukulan agak keras.”

Struktur cerpen yang berjudul beautiful menemukan homologi dengan budaya kairo , tempat cerpen ini ditulis, yang sangat diktator, baik itu suami -sebagai arti haqiqi- ataupun pemerintah –sebagai arti majazi dari kata suami-. Budaya mesir waktu itu sangat diktatoris, para suami membunuh kebebasan istrinya dengan dalih cinta dan taat terhadap tradisi. Dilain sisi, pengarang juga menyuarakan protes kritis terhadap kediktatoran penguasa, yang dalam cerpen ini dianalogikan dengan suami, terhadap rakyatnya ,yang dianalogikan terhadap istri. Semua itu tercermin dalam kutipan cerpen berikut ini:

يهف

“ia seperti ibunya yang tidak pernah berhenti bekerja diluar rumah maupun didalam rumah”

اهبرضو

“Ia pernah memukul istrinya ( untuk memperingatkan istrinya ) agar menutup jendela, ia mematuhinya. Setelah seminggu berlalu, datanglah hari libur dimana ia melihat istrinya membuka jendela. Ia pun kembali memukulnya dengan pukulan yang agak keras. Ia merasa bahwa kerasnya pukulan itu lantaran cemburu, dan cemburu yang besar lantaran cintanya yang besar pula dan mestinya istrinya senang seperti ibunya yang dipukuli oleh ayahnya.tapi tampaknya ia tidak senang dengan perlakuan itu.”

(10)

kedua lengannya memeluk dengan erat seolah yang dipeluknya itu seluruh dunia. Pada malam hari ia memeluk istrinya seolah – olah istrinya juga dunia tersebut”.

Dalam teks diatas tergambar jelas bahwa ia seolah memeluk dunia, dengan kata lain bahwa ia sangat menguasai dunia dengan kedua tangannya yaitu kediktatoran, dan istrinya – dan semua kaum wanita umumnya- termasuk dalam dunia itu.

Dilain sisi, pengarang juga menggambarkan keadaan wanita pada masa itu dengan istilah “pada waktu itu tidak seorangpun teman – temannya membanggakan ibu – ibu mereka”. Dilain tempat pada cerpen tersebut juga disebutkan ; “tidur melungker sebagai mana dilakukan ibunya bila tidur. Perempuan itu melipat tangannya disekitar dadanya dan kepalanya juga ditutup sehingga tak satupun anggota tubuhnya terlihat”.

Dari ilustrasi tidur diatas sangat jelas tergambar posisi wanita pada masa itu, masa saat cerpen dibuat, yaitu sangatlah terkekang dan tertindas. Tidak ada ruang bagi wanita untuk melihat dunia, ia hanya pantas terkurung dalam dekapan lelaki. Wanita tidak pantas untuk disebut bahkan dibanggakan. Untuk lebih jelasnya, kami sertakan kutipan teks dalam cerpen ;

“Pada waktu itu tidak ada seorangpun teman – temannya membanggakan ibu – ibu mereka, bahkan tidak seorangpun menyebut nama ibunya.”

روكتت

istrinya tidur melungker sebagai mana dilakukan ibunya bila tidur, perempuan itu melipat tangannya disekitar dadanya dan kepala ditutup sehingga tak satupun anggota tubuhnya terlihat.”

Pengarang memberikan gambaran bahwa sebenarnya telah ada pembaruan –

modernitas- di mesir dengan masuknya faham – faham barat yang oleh pengarang diibaratkan dengan lelaki asing yang sama sekali tidak faham bahasa arab, seperti kutipan cerpen berikut ini ;

(11)

“Tetapi dia sedang bersama laki – laki asing, dan benar – benar tidak mengerti bahasa arab walau satu katapun.”

Pengarang juga mengisyaratkan bahwa kediktatoran mereka, suami, laki – laki ataupun penguasa, hanya akan merugikan diri sendiri sebagaimana tercermin dalam cerpen dengan isyarat :

هفكو ىنميلا ةدودمم

همامأ

,

نمو اهقوف طيخ عيفر نول مدلا

“telapak tangannya yang kanan masih terjulur memanjang, dan diatasnya terdapat garis panjang berwarna darah (terluka).”

Hal ini sangat sejalan dengan keadaan kairo pada saat cerpen ini ditulis, sekitar tahun 1983, penguasa sangatlah semena – mena dalam menyikapi protes dan kritis. Bahkan pengarang sempat mendekam di penjara pada tahun 1981 dengan tuduhan pengarang telah melakukan perbuatan kriminal melawan pemerintah. Bahkan pengarang sempat kehilangan pekerjaannya dipemerintahan dan buku – bukunya dilarang terbit oleh pemerintah pada tahun 1972.

Faktor dominan yang disuarakan oleh pengarang tentang sebab semua itu adalah sistem ekonomi yang dalam cerpen tersebut dianalogikan dengan kalimat “naiknya gaji”.

Seperti kutipan cerpen berikut :

نيحو فعاضت هتبترم

اهاقبأو يف

تيبلا مل طبتغت

“ketika gajinya naik dan itu membuat istrinya tetap tinggal dirumah, ia juga tidak tampak senang.”

4. Subjek kolektif dan Sosio Kultural Zamannya

(12)

dapat menciptakan adalah subjek trans-individual. Subjek yang demikianlah yang menjadi subjek karya sastra yang besar, sebab hasil aktivitas yang objeknya semesta dan kelompok manusia. Menurut Goldmann, kelompok sosial adalah kelas sosial dalam pengertian marxis.

Perempuan sebagai kelompok di dalam masyarakat merupakan ciptaan, tetapi sekaligus juga diredam oleh diskursus yang kontradiktif. Seperti contoh dalam cerpen ini , seorang perempuan sangat tunduk kepada suami, walaupun ia disakiti ia tetap setia dan taat pada suami, namun dilain sisi ia sangat merindukan dunia luar, ia juga sangat merindukan laki – laki lain seperti contoh laki – laki tetangganya diluar jendela.

Sebagaimana karya – karya Nawal yang lain, kritikannya selalu khas feminisme. Seperti dalam karyanya yang berjudul “tak ada tempat bagi perempuan disurga” yang dengan khas menyuarakan tentang keotoriteran terhadap perempuan yang dalam kisah tersebut tergambar segala kesedihannya dalam tokoh zainab. Kritikannya terhadap feminisme tidak berhenti disitu, tapi hampir selalu ada dalam semua karyanya, salah satunya yang cukup fenomenal berjudul “perempuan di titik Nol” yang salah satu kutipannya berbunyi:

“pada suatu peristiwa dia memukul seluruh badan saya dengan sepatunya, muka dan badan saya menjadi bengkak dan memar. Lalu saya tinggalkan rumah lalu pergi ke rumah paman tetapi paman mengatakan kepada saya bahwa semua suami memukul istrinya, dan istrinya menambahkan bahwa pamannya adalah seorang syekh terhormat, terpelajar dalam ajaran agama, dan dia karena itu tak mungkin memiliki kebiasaan memukul istrinya. Dia menjawab bahwa justru laki-laki yang memahami itulah yang suka memukul istrinya. Aturan agama mengijinkan untuk melakukan hukuman itu. (saadawi, 1992: 64 ).

(13)

Dalam cerpen ini Nawal Saadawi mewakili dari kelompok sosial pemikir dan pembaharu islam sangat jelas tergambar dalam cerpen sabagai mana wanita yang selalu ingin melihat dunia luar melalui jendela rumahnya, namun selalu saja ditekan oleh pemerintah yang otoriter dan berkoalisi dengan islam fundamentalism.

Keotoriteran pemerintah berpuncak pada perjanjian damai yang dibuat oleh Anwar sadat kepada israel yang diprakarsai oleh amerika pada tahun 1979. Sadat melakukan itu karena semata – mata kesal kepada negara – negara arab yang tidak mendukung mesir pada perang tahun 1973. Di Mesir, kelompok Islam fundamentalis dibangun oleh Sadat dengan bantuan Amerika dan Israel. Nah, aktivis-aktivis Islam mampu menguasai pemerintahan, pers, organisasi-organisasi pemerintah atau non-pemerintah, dan Al-Azhar sendiri. Dan pemerintah memberi mereka kekuatan dan legitimasi.

Pemerintah dan kelompok Islam fundamentalis seperti dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Dan cara pemerintah memanjakan kelompok Islam dengan memburu intelektual dan sastrawan yang dituduh menghina Islam. Al-Azhar sendiri sejak dulu menjadi alat pemerintah, dari zaman raja-raja Mesir sampai saat ini. Al-Azhar belum pernah beroposisi dengan pemerintah.2

Negara barat tidak hanya mengontrol para pemikir dan golongan islam fundamentalis dimesir tapi juga menyusupinya dengan sistem ekonomi kapitalis yang membawa dampak kemrosotan ekonomi mesir dan juga menimbulkan efek domino tentang peran perempuan di dunia luar. Wanita hanya pantas berdiam diri di rumah dan menjadi ibu rumah tangga.

Atas gebrakan yang dilakukan Saadawi dengan memunculkan karya-karyanya termasuk novel Perempuan di Titik Nol, akhirnya pada tahun 1980, sebagai puncak dari perang lama ia berjuang untuk kemerdekaan perempuan Mesir dalam segala aspek, terutama dalam aspek sosial dan intelektual. Semua kegiatan/ekspresi perempuaan telah ditutup, perempuan tidak mempunyai hak dan peranannya dalam membangun negara karena tempatnya hanya dirumah untuk menjadi ibu rumah tangga, perempuaan dipenjarakan di bawah rezim Sadat, atas tuduhan "kejahatan terhadap Negara”.

(14)

El Saadawi menyatakan "Saya ditangkap karena saya percaya Sadat Dia mengatakan ada demokrasi dan kami memiliki sistem multi-partai dan Anda bisa mengkritik. Jadi saya mulai mengkritik kebijakannya dan saya mendarat di penjara." Begitu kata Nawal el Sadawi. Meskipun dalam penjara, El Saadawi terus melawan penindasan. Dan Pada September1981, Anwar el Sadat menutup semua organisasi yang didirikan oleh Nawal dan juga organisasi-organisasi lain yang dianggap membahayakan Mesir.

El Saadawi terus menulis di penjara, menggunakan "pensil alis pendek hitam" dan "gulungan kecil kertas toilet tua dan compang-camping." Dia dirilis bebas pada tahun 1982, dan pada tahun 1983 ia menerbitkan Memoirs dari Penjara Wanita, di mana ia melanjutkan serangan kritiknyanya pada pemerintah Mesir represif. Dalam kata penutup memoarnya, dia mencatat banyak sifat korup pemerintah negaranya, bahaya penerbitan dalam kondisi otoriter seperti itu dan tekadnya untuk terus menulis kebenaran. Bahkan setelah dia dibebaskan dari penjara, kehidupan El Saadawi itu terancam oleh orang-orang yang menentang pekerjaannya, terutama kaum Islam fundamentalis, dan penjaga bersenjata ditempatkan di luar rumahnya di Giza selama beberapa tahun sampai dia meninggalkan negara untuk menjadi profesor tamu di universitas di Amerika Utara.3

Persoalan wanita sangat kompleks, erat kaitannya dengan masalah global ekonomi dan politik sebuah negara. Wanita tertindas karena struktur patriarkal sosial Arab yang terwarisi turun-temurun. Tradisi Arab cenderung merendahkan wanita. Dalam tradisi agama, wanita dihargai setengah, dan yang setengah itupun selalu dihalang-halangi untuk berperan dalam masyarakat secara bebas.

D. Penutup

Dari uraian yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa pengarang yang berasalkan dari kelompok pemikir dan pembaharu islam yang secara continue mengkritik tradisi keislaman yang terjadi saat cerpen ini ditulis, terutama yang menyangkut masalah kedudukan perempuan dikeluarga, masyarakat, dan negara. Ia mengkritik kebijakan dan pemikiran islam fundamentalis yang berkoalisi dengan penguasa yang tirani.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguraikan gambaran kemampuan aksesibilitas tenaga kerja wanita dalam agribisnis lebah

A Genetic Structuralism analysis of Transex in Roberta Cowell's Story; An Autobiography Novel.. (Analisis Strukturalisme Genetik pada Transex dalam Roberta Cowell's Story; Sebuah

Dalam peristiwa yang disampaikan, ustadz Arifin ingin menjelaskan bagaimana perjalanan rumah tangga tidak selalu indah dan menawan yang terjadi pada minggu-minggu awal

“Alhamdulillah selama saya mengajar di kelas 12, jelas dalam saya mengajar untuk menambah wawasan pengetahuan keagamaan selalu menggunakan buku-buku keagamaan yang

Kebaikan dan kebersihan rezeki juga tergambar dalam simbol warna putih yang selalu manjadi warna perahu sandeq.Bahwa putihnya perahu sandeq mengandung arti bahwa perahu

Pola asuh yang diterapkan orang tua sudah semaksimal mungkin di berikan kepada anak, orang tua selalu ingin menjadikan anaknya yang terbaik dalam proses pendidikan untuk

Penulisan Herodotus lebih kepada objektif seperti mana dalam karya Sejarah Perang Pasai yang ingin menjaga dari hilangnya tentang perkara yang dilakukan oleh manusiac. Selain itu

Akan tetapi, penutur melakukan kesalahan dalam pelafalan kata tersebut, sehingga perlu diperbaiki agar menjadi efektif dan kata yang ingin disampaikan menjadi jelas maknanya 2.20