77 OLEH :
NI LUH PUTU SUARDIYANTI NIM 0813011005
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
BERORIENTASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
KELAS V SD NEGERI SE-KELURAHAN DAUHWARU NEGARA
SKRIPSI Diajukan kepada
Universitas Pendidikan Ganesha untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh :
NI LUH PUTU SUARDIYANTI NIM 0813011005
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR SARJANA PENDIDIKAN
Menyetujui
Pembimbing I
Prof. Dr. Phil. I Gusti Putu Sudiarta, M.Si NIP 19651205 199103 1 005
Pembimbing II
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 1 Agustus 2012
Dewan Penguji Ketua,
Prof. Dr. Phil. I Gusti Putu Sudiarta, M.Si NIP 19651205 199103 1 005
Anggota,
Prof. Drs. Sariyasa, M.Sc., Ph.D. NIP 19640615 198902 1 001
Anggota,
Dr. I Wayan Sadra, M.Ed. NIP 19511231 197703 1 006
Anggota,
Pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 25 Agustus 2012
Mengetahui
Ketua Ujian,
Prof. Dr. I Made Ardana, M.Pd NIP 19620827 198903 1 001
Sekretaris Ujian,
Dra. Gusti Ayu Mahayukti, M.Si NIP 19600823 198601 2 001
Mengesahkan
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran IKRAR Berorientasi Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri se-Kelurahan Dauhwaru Negara” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini.
Singaraja, 25 Juli 2012 Yang membuat pernyataan,
I NYOMAN WESEN
IBU SAYA,
NI KETUT SAYUNI
ADIK SAYA,
NI MADE PEBRI YANTI
Terima kasih karena telah menjadi keluarga yang sangat berharga bagiku. Keluarga yang selalu ada dalam suka dan duka, selalu berbagi dan setia memberikan motivasi
serta dukungan dalam setiap langkahku. Beserta seluruh keluarga besar saya di Negara dan Tabanan:
Kakek dan nenek tercinta (yang telah tiada), semua paman dan bibi saya, sepupu dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu namun senantiasa menguatkan langkah saya dalam perjuangan mencapai cita-cita.
TERIMA KASIH SAYA UCAPKAN KEPADA:
Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pegawai di Lingkungan Jurusan Pendidikan MatematikaPak Sariyasa, Pak Suarsana, Pak Sukajaya, Bu Mahayukti, Bu Mertasari, Bu Parwati, Pak Suparta, Pak Ardana, Pak Candiasa, Pak Suharta, Pak Djoko, Pak Sudiarta, Pak Gita, Pak Puja Astawa, Pak Sadra, Pak Sugiarta, Pak Suweken, Pak Wisna, Pak Pujawan, Pak Yudi, serta Pak Komang dan Mbok Fitria
Sahabat saya dalam “DeViL NyAnTE COmMuNitY”…LUH PUTU PRAJAYANTHI WISMANTARI DAN NI MADE KRISNA MAHARANI
Masa kuliah jadi berkesan karena kalian… berbagi canda tawa, keributan, film, video menarik dan foto-foto unik.. Menghabiskan waktu nyante bersama dan begadang buat tugas, memori yang membuat hidupku berwarna.. Tetaplah menjadi the “PiNk DeViL” and “bLaCk DeViL” yang selalu memberikan warna merah muda dan hitam dalam kehidupan merah sang “ReD DeViL”..
Rekan satu payung penelitian..Kadek Rahayu Puspadewi dan Ratih Ayu Apsari
Terima kasih karena telah menuntutku menjadi manusia yang lebih rajin dalam menyusun karya ini… Tanpa mbok puspa dan sodaraqu Ratih, aku tak akan mampu lepas dari belenggu kemalasan..
I NYOMAN WESEN
IBU SAYA,
NI KETUT SAYUNI
ADIK SAYA,
NI MADE PEBRI YANTI
Terima kasih karena telah menjadi keluarga yang sangat berharga bagiku. Keluarga yang selalu ada dalam suka dan duka, selalu berbagi dan setia memberikan motivasi
serta dukungan dalam setiap langkahku. Beserta seluruh keluarga besar saya di Negara dan Tabanan:
Kakek dan nenek tercinta (yang telah tiada), semua paman dan bibi saya, sepupu dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu namun senantiasa menguatkan langkah saya dalam perjuangan mencapai cita-cita.
TERIMA KASIH SAYA UCAPKAN KEPADA:
Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pegawai di Lingkungan Jurusan Pendidikan MatematikaPak Sariyasa, Pak Suarsana, Pak Sukajaya, Bu Mahayukti, Bu Mertasari, Bu Parwati, Pak Suparta, Pak Ardana, Pak Candiasa, Pak Suharta, Pak Djoko, Pak Sudiarta, Pak Gita, Pak Puja Astawa, Pak Sadra, Pak Sugiarta, Pak Suweken, Pak Wisna, Pak Pujawan, Pak Yudi, serta Pak Komang dan Mbok Fitria
Sahabat saya dalam “DeViL NyAnTE COmMuNitY”…LUH PUTU PRAJAYANTHI WISMANTARI DAN NI MADE KRISNA MAHARANI
Masa kuliah jadi berkesan karena kalian… berbagi canda tawa, keributan, film, video menarik dan foto-foto unik.. Menghabiskan waktu nyante bersama dan begadang buat tugas, memori yang membuat hidupku berwarna.. Tetaplah menjadi the “PiNk DeViL” and “bLaCk DeViL” yang selalu memberikan warna merah muda dan hitam dalam kehidupan merah sang “ReD DeViL”..
Rekan satu payung penelitian..Kadek Rahayu Puspadewi dan Ratih Ayu Apsari
Terima kasih karena telah menuntutku menjadi manusia yang lebih rajin dalam menyusun karya ini… Tanpa mbok puspa dan sodaraqu Ratih, aku tak akan mampu lepas dari belenggu kemalasan..
I NYOMAN WESEN
IBU SAYA,
NI KETUT SAYUNI
ADIK SAYA,
NI MADE PEBRI YANTI
Terima kasih karena telah menjadi keluarga yang sangat berharga bagiku. Keluarga yang selalu ada dalam suka dan duka, selalu berbagi dan setia memberikan motivasi
serta dukungan dalam setiap langkahku. Beserta seluruh keluarga besar saya di Negara dan Tabanan:
Kakek dan nenek tercinta (yang telah tiada), semua paman dan bibi saya, sepupu dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu namun senantiasa menguatkan langkah saya dalam perjuangan mencapai cita-cita.
TERIMA KASIH SAYA UCAPKAN KEPADA:
Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pegawai di Lingkungan Jurusan Pendidikan MatematikaPak Sariyasa, Pak Suarsana, Pak Sukajaya, Bu Mahayukti, Bu Mertasari, Bu Parwati, Pak Suparta, Pak Ardana, Pak Candiasa, Pak Suharta, Pak Djoko, Pak Sudiarta, Pak Gita, Pak Puja Astawa, Pak Sadra, Pak Sugiarta, Pak Suweken, Pak Wisna, Pak Pujawan, Pak Yudi, serta Pak Komang dan Mbok Fitria
Sahabat saya dalam “DeViL NyAnTE COmMuNitY”…LUH PUTU PRAJAYANTHI WISMANTARI DAN NI MADE KRISNA MAHARANI
Masa kuliah jadi berkesan karena kalian… berbagi canda tawa, keributan, film, video menarik dan foto-foto unik.. Menghabiskan waktu nyante bersama dan begadang buat tugas, memori yang membuat hidupku berwarna.. Tetaplah menjadi the “PiNk DeViL” and “bLaCk DeViL” yang selalu memberikan warna merah muda dan hitam dalam kehidupan merah sang “ReD DeViL”..
Rekan satu payung penelitian..Kadek Rahayu Puspadewi dan Ratih Ayu Apsari
I Nyoman Budayana Luh Pande Diyatmika [Widi], I Wayan Widn Raka], Komang Sukra [Mira], Bhayu Bodiaria [Tata], Ni Putu Zeni S red], Luh Made Purna Anggara Wati [Angga Made Yoga Wicaksan
We always be best friends forever…
Tetangga Satu Angkatan [Initial-B] Agus Ari Gunawan [PuDwijendra [DJ], Wind Pande Subiksa, Putra Wiwin Suryaprani, Dy Prawira, Eka Purwita,
Tetaplah berjaya dengan motto “sombong” yang kalian punya…
Teman di Bawah Satu Atap [Kost Bisma Barat]Bapak Kost [Pak Putrayasa], Mbok Novix, Mbok Eka, Pande, Gek Ling-Ling, Puspadi, Adek-adekku [Adek Eby, Mila & Yuni]
Kalian adalah tetangga dan keluarga bagiku….
Kepada seluruh anggota HMJ Pendidikan Matematika Selalu
Serta pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tak langsung membantu dalam penyusunan karya ini yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu…♣ ♥
too fast to live too young to die
a [Ming Buda], Bagus Surya Perdana [BaSur], I Waya ika Sari [Pande], I Wayan Adi Sudewa [King Kong], I dnyana [Jumpai], Kadek Dwi Astuti [Dwik], A.A. Istri Rak
kraniasih [Bebek], Gst. Ayu Made Indrawati [Wati], Kad riasih [Gek Bhayu], Ketut Sumanis [Sumanis], I G.A. Ru i Setiawati [Zeni/Emak-red], A.A. Putri Pradnyawati [Gu rnami Rahayu [LuhDe], Luh Putu Prajayanthi Wismantari
gara], Ni Luh Desy Coniarti Partami [Desy], Putu Yudi D ana [Yoga]…
We always be best friends forever…
Tetangga Satu Angkatan [Initial-B][Puyunk], Sri Puspadi [Pus], Krisna Maharani [Kus], indha Krisna Dewi, Dwipayana, Sukma Dewi, Sri Ad tra Yasa, Purnawati, Lili Marlina, Rina Anisawati, Eka Dyani Hapsari, Mirah Handayani, Agus Adi Putrawan ta, dan Arry Sujaya .. Widya Suryaprani, Desi Selviana ..
Tetaplah berjaya dengan motto “sombong” yang kalian punya…
Teman di Bawah Satu Atap [Kost Bisma Barat]Bapak Kost [Pak Putrayasa], Mbok Novix, Mbok Eka, Pande, Gek Ling-Ling, Puspadi, Adek-adekku [Adek Eby, Mila & Yuni]
Kalian adalah tetangga dan keluarga bagiku….
Kepada seluruh anggota HMJ Pendidikan Matematikaalu berikan yang terbaik bagi jurusan kita tercinta…
Serta pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tak langsung membantu dalam penyusunan karya ini yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu…too fast to live too young to die
yan Ari Apika [Apik], , I Wayan Widiantara aka Yuliantari [Gung Kadek Mira Kurniasari Russasmita Sri Padmi unk Tick Khan/GTK-tari [Nky/Nyex], Made i Darmawan [Bojes], I
We always be best friends forever…
Tetangga Satu Angkatan [Initial-B]], Bagus Jayanta [J], Adyanti, Diah Savitri, ka Virgawati, Ari Mei, an [Gus Adi], Yudha
..
Tetaplah berjaya dengan motto “sombong” yang kalian punya…
Teman di Bawah Satu Atap [Kost Bisma Barat]Bapak Kost [Pak Putrayasa], Mbok Novix, Mbok Eka, Pande, Gek Ling-Ling, Puspadi, Adek-adekku [Adek Eby, Mila & Yuni]
Kalian adalah tetangga dan keluarga bagiku….
Kepada seluruh anggota HMJ Pendidikan Matematika…
Serta pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tak langsung membantu dalam penyusunan karya ini yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu…i
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul”Pengaruh Model Pembelajaran IKRAR Berorientasi Kearifan Lokal Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri se-Kelurahan Dauhwaru Negara” tepat pada waktunya.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dorongan, arahan, dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Phil. I Gusti Putu Sudiarta, M.Si, selaku pembimbing I sekaligus ketua payung penelitian yang berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran IKRAR© (Inisiasi-Konstruksi-Rekonstruksi-Aplikasi-Refleksi) Berorientasi Kearifan Lokal Untuk Mengembangkan Kompetensi Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar di Propinsi Bali” yang telah banyak memberikan pengetahuan, pengalaman, dan ide-ide inovatif orisinal yang mampu membuka cakrawala penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
ii
Pendidikan Matematika Undiksha yang telah banyak memberikan motivasi, saran, dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini.
4. Bapak Kepala SD Negeri 3 Dauhwaru dan SD Negeri 4 Dauhwaru yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
5. Bapak dan Ibu guru bidang studi Matematika SD Negeri 3 Dauhwaru dan SD Negeri 4 Dauhwaru yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian di lapangan.
6. Keluarga tercinta atas segala motivasi yang diberikan baik moral maupun material selama penyelesaian studi.
7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan bantuan tenaga dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
iii Oleh
Ni Luh Putu Suardiyanti, NIM 0813011005 Jurusan Pendidikan Matematika
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Lebih lanjut akan diselidiki perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal, model pembelajaran IKRAR dan model konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah Post-test Only Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri se-Kelurahan Dauhwaru Negara tahun pelajaran 2011/2012, yaitu sebanyak 168 orang. Pengambilan tiga kelas sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknikrandom sampling. Data hasil tes kemampuan berpikir kritis dianalisis menggunakan uji ANAVA Satu Jalur. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada ketiga kelompok sampel. Lebih lanjut, diperoleh bahwa: (1) kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, (2) kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional, dan (3) kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran IKRAR berorintasi kearifan lokal berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
iv
Halaman
PRAKATA... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian... 10
1.4 Manfaat Penelitian... 11
1.5 Asumsi Penelitian ... 13
1.6 Keterbatasan Penelitian ... 13
1.7 Penjelasan Istilah ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 16
2.2 Kemampuan Berpikir Kritis ... 21
2.3 Model Pembelajaran IKRAR ... 25
2.4 Kearifan Lokal ... 45
2.5 Model Pembelajaran IKRAR Berorientasi Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Matematika ... 56
v BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian ... 77
3.2 Sampel Penelitian ... 78
3.3 Variabel Penelitian ... 81
3.4 Desain Penelitian ... 82
3.5 Prosedur Penelitian ... 83
3.6 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 84
3.7 Uji Coba Instrumen ... 86
3.8 Teknik Analisis Data ... 89
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 99
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 100
4.3 Pembahasan ... 108
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan... 120
5.2 Saran-saran ... 121 DAFTAR PUSTAKA
vi
Tabel Halaman
2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 24
2.2 Perbandingan Contoh Penyelesaian Masalah Terbuka Menggunakan Model IKRAR dan Model Pemecahan Masalah Biasa ... 30
2.3 Sintaks Model Pembelajaran IKRAR ... 33
2.4 Contoh Pertanyaan Efektif ... 40
2.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model IKRAR ... 43
2.6 Nasehat-nasehat Berlandaskan Kearifan Lokal ... 50
2.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model IKRAR Berorientasi Kearifan Lokal ... 58
2.8 Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Model Konvensional ... 63
3.1 Penyebaran Populasi ... 77
3.2 Ringkasan ANAVA Satu Jalur Untuk Penyetaraan Kelas ... 79
3.3 Desain Penelitian... 82
3.4 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 85
3.5 Ringkasan ANAVA Satu Jalur Untuk Pengujian Hipotesis... 93
4.1 Rangkuman Analisis Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 99
4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data kemampuan Berpikir Kritis Siswa ....101
vii
Kelas V SD Negeri 4 Dauhwaru, Siswa Kelas VA SD Negeri 3 Dauhwaru, dan Siswa Kelas VB SD Negeri 3 Dauhwaru Tahun Pelajaran 2011/2012
Lampiran 02 Uji Kesetaraan Kemampuan Awal Kelompok Sampel
Lampiran 03 Pengkodean Siswa Kelas VB Negeri 3 Dauhwaru, Siswa Kelas VA SD Negeri 3 Dauhwaru, dan Siswa Kelas V SD Negeri 4 Dauhwaru
Lampiran 04 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang Diujicobakan Lampiran 05 Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang Diujicobakan
Lampiran 06 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang Diujicobakan
Lampiran 07 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang Diujicobakan
Lampiran 08 Skor Kemampuan Berpikir Kritis Dari Tes yang Diujicobakan Lampiran 09 Analisis Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang
Diujicobakan
Lampiran 10 Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang Diujicobakan
Lampiran 11 Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Kritis Lampiran 12 Tes Kemampuan Berpikir Kritis
viii
Lampiran 15 Skor Kemampuan Berpikir Kritis Lampiran 16 Pengujian Hipotesis Penelitian
Lampiran 17 Contoh RPP dan LKS Kelas Eksperimen 1 Lampiran 18 Contoh RPP dan LKS Kelas Eksperimen 2 Lampiran 19 Contoh RPP dan LKS Kelas Kontrol
1 1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat pada abad ke-21 ini menuntut seseorang untuk mampu menguasai informasi dan pengetahuan dengan baik. Dengan demikian, diperlukan suatu kemampuan untuk mendapatkan, memilih dan mengolah informasi atau pengetahuan dengan efektif dan efisien. Kemampuan-kemampuan tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis dan kreatif. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, diperlukan suatu sistem pendidikan yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis dan kreatif.
Kemampuan berpikir kritis harus dikembangkan dalam pendidikan melalui suatu proses pembelajaran. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran akan membina manusia yang mampu untuk bersikap selektif dalam menerima dan memahami setiap persoalan serta bersikap lebih berhati-hati dalam bertindak dan berperilaku.
adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi dari diri siswa dan kebermaknaan bagi diri dan kehidupannya saat ini dan dimasa yang akan datang. Undang-undang No.20/2003 mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta belajar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Definisi ini membangun paradigma baru dalam praktek pendidikan agar lebih menekankan kepada pembelajaran yang pada akhirnya kepada proses pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas merupakan suatu proses yang mampu mengembangkan seluruh potensi dalam diri siswa sebagai peserta belajar termasuk pengembangan pola untuk berpikir kritis.
Sekolah dasar sebagai salah satu jenjang pendidikan dasar, dalam proses pembelajarannya harus lebih diarahkan pada pengembangan kemampuan dasar serta kemampuan berpikir dan pemahaman konsep sebagai dasar untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Kemampuan berpikir, khususnya berpikir kritis di sekolah dasar dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika karena kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis dan kreatif merupakan bagian dari tujuan pendidikan matematika (Depdiknas, 2003).
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, analitis dan kreatif serta mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif (Panduan Lengkap KTSP 2006). Kemampuan berpikir khususnya berpikir kritis sangat penting untuk dilatih sejak dini karena berpikir kritis merupakan proses dasar yang memungkinkan siswa menanggulangi dan mereduksi ketidakpastian di masa datang (Cabrera dalam Sudiarta, 2008). Kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa sangat membantu dalam menentukan informasi yang penting didapatkan, diubah, ditransformasikan dan dipertahankan sesuai dengan kebutuhan untuk dapat mengatasi persaingan global di masa mendatang.
mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa, terutama kemampuan berpikir kritis.
Melihat pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis sejak dini, perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan suatu proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan pemberian masalah terbuka (open-ended problem), yaitu permasalahan-permasalahan yang menghendaki banyak solusi dan mungkin juga banyak jawaban yang benar (Shimada, dalam Sudiarta 2008).
Melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sekolah diharapkan dapat mengakomodasi dan memfasilitasi aspek-aspek kemahiran matematika yang selayaknya dimiliki siswa, terutama dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis mulai jenjang sekolah dasar memang dimungkinkan, namun tentu saja dengan mempertimbangkan tahapan perkembangan anak. Perlu dipahami bahwa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis pada siswa sekolah dasar berbeda dengan mengajar orang dewasa. Meski kemampuan belajar dan berpikir sudah ada sejak awal kehidupan, tetapi perbedaan-perbedaan isi dan kompleksitas struktur pengetahuan mereka berbeda dengan pengetahuan yang dimiliki orang dewasa. Perbedaan itulah yang perlu dijadikan dasar bagi pengajaran berpikir kritis pada anak.
disusun sedemikian rupa sehingga memiliki lebih dari satu jawaban atau cara pemecahan yang masuk akal. Tujuan penerapan model pembelajaran ini adalah untuk mengembangkan kemampuan dan aktivitas pemecahan masalah, kemampuan berargumentasi dan berkomunikasi matematika, serta mengembangkan kreativitas dan produktivitas berpikir kreatif dan kritis tingkat tinggi (Sudiarta, 2008). Model pembelajaran ini tidak semata-mata menuntut siswa untuk menemukan sebuah jawaban benar, tetapi lebih mendorong siswa untuk belajar mengkonstruksi dan mempertahankan solusi-solusi argumentatif yang benar (Schoenfeld; Foong, dalam Sudiarta 2008).
berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan model pembelajaran berbasis masalah matematika. Adapun keempat komponen tersebut yaitu inisiasi, konstruksi-rekonstruksi, aplikasi, dan refleksi yang menjadi tahapan dalam model pembelajaran IKRAR
Santosa (2010) telah melakukan penelitian terkait model pembelajaran IKRAR, yakni mengenai pengaruhnya terhadap kompetensi matematis tingkat tinggi. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa model pembelajaran IKRAR berpengaruh positif terhadap kompetensi matematis tingkat tinggi siswa. Kompetensi matematis tingkat tinggi yang dimaksud dalam hal ini meliputi: (1) kemampuan menyelesaikan masalah non rutin, (2) kemampuan melakukan aktivitas analisis, sintesis, dan evaluasi secara sistematis, dan (3) kemampuan melakukan prediksi yang bermanfaat terhadap permasalahan secara orisinal, kritis, dan kreatif. Selain itu, Diputra (2010) melalui penelitiannya terhadap model pembelajaran IKRAR juga menemukan pengaruh positif model pembelajaran IKRAR terhadap prestasi dan motivasi siswa. Dengan demikian, terlihat bahwa model pembelajaran IKRAR baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran matematika berbasis pemecahan masalah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran dengan model ini, siswa akan dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang dan menuntut kemampuan berpikir dalam memahami langkah-langkah penyelesaian masalah yang diberikan serta alasan memilih langkah penyelesaian masalah tersebut.
pendidikan untuk melakukan adaptasi, modifikasi, dan kontekstualisasi kurikulum sesuai dengan kenyataan lapangan, baik demografis, geografis, sosiologis, kultural, maupun psikologis siswa. Peluang juga terbuka untuk melakukan inovasi pedagogik berbasis kearifan lokal, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan tradisinya sendiri. Hal itu penting, mengingat proses belajar mengajar melibatkan interaksi antarmanusia, sehingga tidak bisa lepas dari nilai-nilai budaya yang berlaku dalam sistem sosial mereka.
Nilai-nilai budaya lokal merupakan budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang menempati lokalitas atau daerah tertentu yang berbeda dari budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang berada di tempat yang lain. Permendagri Nomor 39 Tahun 2007 pasal 1 mendefinisikan budaya daerah sebagai suatu sistem nilai yang dianut oleh komunitas atau kelompok masyarakat tertentu di daerah, yang diyakini akan dapat memenuhi harapan-harapan warga masyarakatnya dan di dalamnya terdapat nilai-nilai, sikap tata cara masyarakat yang diyakini dapat memenuhi kehidupan warga masyarakatnya.
dalam penelitian ini adalah konsepsi nasehat-nasehat yang bersumber pada budaya Bali yang diberikan selama pembelajaran, baik secara lisan maupun tulisan.
Sikap dan perilaku siswa pasti terpengaruh oleh budaya setempat, mengingat budaya merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa dari masyarakat yang berada pada lingkungan tertentu (Sadra, 2007b). Banyak penelitian yang difokuskan pada peningkatan kualitas pembelajaran menggunakan kearifan lokal. Sebut saja penelitian Sugiarta (2010) yang memanfaatkan Kearifan Lokal Nyepi dan Tri Kaya Parisudha untuk meningkatkan kualitas perkuliahan Analisis Real 2, Sadra (2007a) yang meneliti tentang Tri Pramana dan Catur Paramita dalam pembelajaran matematika berbasis budaya, dan Ardana (2007) yang meneliti efektivitas pembelajaran yang mengimplementasikan konsepJengah. Keseluruhan hasil penelitian pembelajaran berlandaskan kearifan lokal ini berpengaruh positif bagi peningkatan kemampuan siswa.
diharapkan mampu meningkatkan suasana menyenangkan dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dapat lebih bermakna dan kemampuan berpikir siswa, utamanya kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan. Kehadiran kearifan lokal ini diharapkan mampu meningkatkan efektivitas keempat komponen pada IKRAR yang keseluruhannya membutuhkan aksi dan proses mental yang beriringan. Hal ini mengingat aksi dan proses mental yang dilakukan siswa dalam pembelajaran memerlukan intervensi tindakan guru yang tepat (Sudiarta, 2011).
Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk mengkolaborasikan model pembelajaran IKRAR dengan nilai-nilai kearifan lokal terkait dengan upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran IKRAR Berorientasi Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri se-Kelurahan Dauhwaru Negara”
sebagai wujud kontribusi yang dapat dilakukan dalam pengembangan model pembelajaran inovatif di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan tersebut dapat dijabarkan secara lebih mengkhusus, sebagai berikut.
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional?
2. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR?
3. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional ?
4. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Secara khusus, tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
3. Mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. 4. Mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran matematika, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
Selain manfaat teoritis, penelitian ini juga memiliki manfaat praktis bagi siswa, bagi guru matematika, bagi peneliti serta praktisi bidang lainnya. Adapun manfaat yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
a. Bagi Siswa
Dari hasil penelitian ini diharapkan siswa akan mendapat pengalaman belajar matematika yang menyenangkan sehingga kemampuan berpikir kritis siswa meningkat melalui proses pembelajaran matematika yang lebih bermakna.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung kepada peneliti dalam mengimplementasikan dan mengetahui pengaruh model pembelajaran IKRAR dan model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
d. Bagi Praktisi Bidang Lainnya
berpikir. Kebenaran penelitian ini terbatas sejauh mana asumsi berikut berlaku. 1. Skor yang diperoleh siswa dalam menjawab tes kemampuan berpikir
kritis yang diberikan mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya. Kondisi siswa seperti keadaan fisik, mental dan lingkungan saat mengerjakan tes dianggap berpengaruh sama terhadap hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Nilai raport siswa kelas V semester ganjil yang digunakan sebagai pedoman dalam uji kesetaraan ketiga kelompok sampel diasumsikan mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya.
3. Variabel-variabel lain seperti lingkungan belajar, guru yang mengajar dan buku matematika yang digunakan siswa dipandang berpengaruh sama terhadap variabel terikat dalam penelitian ini.
1.6 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Populasi pada penelitian ini terbatas hanya pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Dauhwaru Negara
3. Kearifan lokal yang dimaksud pada penelitian ini adalah nasihat-nasihat yang bersumber dari budaya Bali, yang berwujud sasenggakan
(perumpamaan),sesonggan(pepatah), dansesimbing(kata kiasan).
4. Kemampuan berpikir kritis siswa dalam penelitian ini hanya ditinjau dari kompetensi menginvestigasi konteks dan mengembangkan spektrum permasalahan, merumuskan masalah, mengembangkan konsep jawaban dan argumentasi yangreasonable, dan melakukan evalusi.
1.7 Penjelasan Istilah
Untuk menghindari perbedaan persepsi tentang istilah-istilah dalam tulisan ini, perlu diberikan penjelasan mengenai beberapa istilah berikut.
1. Kemampuan Berpikir Kritis
Dalam penelitian ini, kemampuan berpikir kritis yang dimaksud adalah kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah dimana aspek yang ditinjau penulis adalah dari segi menginvestigasi konteks dan mengembangkan spektrum permasalahan, merumuskan masalah, mengembangkan konsep jawaban dan argumentasi yang reasonable, serta melakukan evalusi. Kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari skor tes kemampuan berpikir kritis yang berupa soal uraian.
2. Model Pembelajaran IKRAR
pembelajaran IKRAR yang dikolaborasikan dengan unsur kearifan lokal Bali. Dalam pelaksanaan pembelajarannya, unsur kearifan lokal dituangkan melalui guru memberikan nasihat-nasihat yang bersumber pada kearifan lokal Bali. Nasehat-nasehat yang bersumber pada budaya Bali dalam penelitian ini merupakan nasehat-nasehat yang diberikan selama proses pembelajaran, baik secara lisan maupun tertulis, yang diintegrasikan dalam proses pembelajaran yang berkiblat pada IKRAR. Nasehat-nasehat ini akan dijadikan orientasi oleh guru dalam proses pembelajaran, dimana nasehat-nasehat ini digunakan untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian luhur dan memacu siswa untuk tidak pantang menyerah dalam belajar. Pemberian nasehat-nasehat dalam pembelajaran dapat dilakukan secara lisan dan secara tertulis dalam LKS.
4. Model Pembelajaran Konvensional
16
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakekat Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan, diperlukan penguasaan matematika sejak dini (BSNP, 2006).
Matematika adalah alat untuk mengembangkan cara berpikir. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
definisi. Definisi adalah ungkapan suatu konsep. Dengan adanya definisi, orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang dimaksud.
(2) Prinsip, merupakan objek matematika yang kompleks. Prinsip dapat terdiri dari beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi/operasi. Dengan kata lain, prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa aksioma, teorema dan sifat.
(3) Operasi, merupakan pengerjaan matematika lainnya, seperti penjumlahan, perkalian, gabungan atau irisan. Dalam matematika dikenal macam-macam operasi unair, biner, atau terner tergantung dari banyaknya elemen yang dioperasikan.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika untuk sekolah dasar ini dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan simbol, tabel, diagram, dan media lain.
Selanjutnya, Suherman (2003) mengungkapkan karakteristik mata pelajaran matematika meliputi hal-hal berikut.
1. Materi pembelajaran matematika diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu dari hal konkrit ke abstrak, hal yang sederhana ke kompleks, atau konsep mudah ke konsep yang lebih sukar.
konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam matematika. Pembelajaran dengan pola spiral bukanlah mengajarkan konsep hanya dengan pengulangan atau perluasan saja tetapi harus ada peningkatan.
3. Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif, dimana kebenaran suatu pernyataan dalam matematika haruslah berdasarkan pada kebenaran pernyatan-pernyataan sebelumnya, dan bukan berdasarkan hasil generalisasi pengamatan (induktif).
4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi, yaitu tidak bertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya. Terdapat dua hal penting yang perlu dipelajari dalam belajar matematika untuk sekolah dasar, yaitu:
(1) pengetahuan algoritmik, merupakan strategi umum dalam pemecahan masalah dengan menggunakan langkah, aturan-aturan atau rumus-rumus matematika;
Salah satunya adalah melalui pembelajaran yang mengedepankan diskusi kelompok sebagai prinsip interaksinya.
Pada tahap operasi konkret, anak juga mulai berpikir rasional. Hal ini berarti anak mampu menerapkan operasi-operasi logis dalam menyelesaikan masalah-masalah konkret (Ratumanan, 2002). Sebagai akibat karakteristik ini, pembelajaran matematika yang baik adalah yang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan rasionalnya melalui pemberian masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan demikian, melalui permasalahan tersebut siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.
Ebbut dan Straker (1995) dalam Sudiarta (2007) kemudian menyatakan karakteristik siswa dari segi kognitif yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran di kelas. Karakteristik tersebut meliputi hal-hal berikut.
1. Siswa akan mempelajari matematika apabila mereka memiliki motivasi. Hal ini berarti dalam pembelajaran guru perlu membangun suasana kelas yang kondusif, memberikan kegiatan yang menantang dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, serta menghargai setiap pencapaian siswa.
kemampuan siswa, dan membangun keterampilan siswa baik yang ia peroleh di sekolah maupun di rumah.
3. Siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun melalui kerja sama dengan temannya. Dalam hal ini, guru hendaknya menyediakan kondisi belajar yang dapat mengakomodasi kegiatan siswa dalam kelompok namun tetap ada kesempatan bagi siswa untuk melakukan pekerjaan mandiri.
4. Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam mempelajari matematika. Dalam hal ini guru diharapkan mampu menyediakan dan menggunakan alat peraga yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran, memberi kesempatan siswa menggunakan matematika untuk berbagai keperluan, misalnya menempatkan masalah matematika yang kontekstual dan dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari, menghargai nilai-nilai tradisi, budaya, dan seni dalam kegiatan pembelajaran, serta membantu siswa menilai sendiri kegiatan belajar matematikanya.
Pembelajaran matematika di sekolah dasar memiliki beberapa tujuan. Tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP pada SD/MI (Depdiknas, 2006) adalah sebagai berikut.
(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
(2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Adapun ruang lingkup materi atau bahan kajian matematika di SD/MI mencakup: a) bilangan, b) geometri dan pengukuran, dan c) pengolahan data. Semua ruang lingkup materi bilangan serta geometri dan pengukuran tersebut tertuang dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar pengajaran matematika di SD mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Untuk materi pengolahan data tidak diberikan di semua kelas, tetapi hanya diberikan pada kelas 6 dengan cakupan materi yang masih berupa dasarnya saja.
Pada penelitian ini, materi yang akan dijadikan fokus pembelajaran adalah materi kelas V semester 2 yaitu pecahan yang meliputi operasi pecahan dan menggunakan pecahan dalam penyelesaian masalah.
2.2 Kemampuan Berpikir Kritis
Dalam beberapa tahun terakhir, berpikir kritis telah menjadi suatu istilah yang sangat popular dalam dunia pendidikan. Karena banyak alasan, para pendidik menjadi lebih tertarik untuk mengajarkan kemampuan berpikir kritis (Fisher, 2001). Definisi berpikir kritis telah mengalami perubahan selama beberapa tahun terakhir. Beberapa ahli kognitif, psikologi, dan ahli filsafat (dalam Sudiarta, 2005) telah mencoba memberikan beberapa definisi tentang cara berpikir kritis, antara lain:
(2) Salah satu logika yang mencerminkan kepercayaan seseorang dan keteguhan hati seseorang
(3) Cara berpikir kritis meliputi pemikiran analitis dengan tujuan untuk mengevaluasi apa yang telah dibaca
(4) Suatu proses sadar yang digunakan untuk menginterpretasi atau mempertimbangkan informasi dan pengalaman yang menggiring pada suatu perilaku
(5) Proses pemahaman dan pengevaluasian argumentasi yang aktif dan sistematis. Sebuah argumen memberikan suatu pernyataan yang tegas tentang suatu hal atau hubungan antara dua atau lebih hal dan bukti-bukti untuk mendukung suatu pernyataan. Orang-orang yang memiliki daya pikir kritis mengakui bahwa tidak hanya ada satu cara yang benar untuk memahami dan mengevaluasi argumen
(6) Proses intelektual aktif yang disiplin dalam mengkonseptualisasi, mengaplikasikan, menganalisis, menguraikan, dan atau mengevaluasi informasi yang didapat dari observasi, pengalaman, refleksi, logika, atau komunikasi
(7) Cara berpikir logis yang memfokuskan pada apa yang harus dipercayai atau dilakukan.
Salah satu ahli filsafat yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian berpikir kritis adalah Robert Ennis. Ennis mendefinisikan berpikir kritis sebagai ”Critical thinking is reasonable, reflective thinking that is focused on deciding whatto believe or do”(Ennis, 1991:6). Menurut Ennis, berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah menyakini atau melakukan sesuatu. Dari definisi Ennis dapat diungkapkan beberapa hal penting. Berpikir kritis difokuskan ke dalam pengertian sesuatu yang penuh kesadaran dan mengarah pada suatu tujuan. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi yang pada akhirnya memungkinkan kita untuk membuat keputusan.
digunakan oleh guru yang membentuk perilaku-perilaku positif sesuai dengan hasil akhir yang diharapkan. Beberapa spesialis content, seperti Hickey dan Mertes (dalam Sudiarta, 2005) membuktikan bagaimana cara berpikir kritis dapat diajarkan dalam beberapa skill dan mata pelajaran yang berbeda, seperti dalam membaca, pelajaran sastra, ilmu-ilmu sosial, matematika, dan ilmu alam. Hal ini merupakan salah satu kontribusi yang sangat penting karena daya berpikir kritis dapat berkembang dengan baik apabila hal tersebut diajarkan pada saat siswa belajar content atau mata pelajaran tertentu dibandingkan siswa yang belajar secara terpisah.
Tahapan-tahapan berpikir kritis yang direkomendasikan oleh O’Daffer dan Thornquist adalah meliputi memahami masalah; melakukan pengkajian terhadap bukti, data, asumsi; menyatakan dan mendukung suatu kesimpulan, keputusan, atau solusi. Menurut Glazer, yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam matematika adalah kemampuan dan disposisi untuk melibatkan pengetahuan sebelumnya, penalaran matematis dan menggunakan strategi kognitif dalam menggeneralisasikan, membuktikan, atau mengevaluasi situasi matematis yang kurang dikenal dengan cara reflektif.
dapat digunakan dalam pemecahan masalah dan penentuan suatu keputusan. Steedman menyatakan bahwa teknik yang cenderung linier, berangkai, lebih terstruktur, lebih rasional dan analitis, serta lebih berorientasi pada tujuan digunakan untuk mengajarkan latihan-latihan berpikir kritis.
Sudiarta (2005) mengungkapkan bahwa matematika secara natural merupakan kegiatan mental, sehingga konsep berpikir kritis hendaknya dipandang sebagai kegiatan mental yang menuntut kedisiplinan dan konsistensi dalam mengevaluasi setiap argumentasi, maupun proposisi yang berkaitan dengan masalah matematika yang akan dipecahkan. Lebih lanjut, kemampuan berpikir kritis siswa ini dapat dikembangkan dengan kegiatan pembelajaran yang berbasis masalah matematikaopen-endedseperti yang dinyatakan Sudiarta (2008).
Berikut disajikan alternatif indikator dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
No Kemampuan Berpikir Kritis Indikator 1. Menginvestigasi konteks dan
mengembangkan spektrum permasalahan
Mampu menghasilkan berbagai pengandaian/pemisalan serta mampu menuliskan informasi penting yang relevan digunakan dalam pemecahan masalah.
2. Merumuskan masalah Mampu merumuskan
pertanyaan/masalah matematika bermakna yang memberi arah pemecahan.
3. Mengembangkan konsep jawaban dan argumentasi yang
reasonable
Mampu merumuskan argumen-argumen
reasonableyang menghubungkan konsep dengan permasalahan yang dihadapi.
4. Melakukan deduksi dan induksi
generalisasi dari data, membuat tabel dan grafik, melakukan interpretasi terhadap pernyataan.
5. Melakukan evaluasi Mampu membuat penilaian terhadap konteks masalah, rumusan masalah atau konsep jawaban secara bermakna serta dapat menemukan alternatif
penyelesaian lain.
(dimodifikasi dari Sudiarta, 2005) Sehubungan dengan pembelajaran matematika pada siswa SD kelas V khususnya dalam materi pecahan, maka dalam penelitian ini hanya ditinjau kemampuan berpikir kritis siswa dari aspek kompetensi menginvestigasi konteks dan mengembangkan spektrum permasalahan, merumuskan masalah, mengembangkan konsep jawaban dan argumentasi yang reasonable, serta melakukan evaluasi.
2.3 Model Pembelajaran IKRAR 2.3.1 Landasan Teori
IKRAR merupakan model pembelajaran konstruktivis yang mengadopsi dan memodifikasi model pembelajaran berorientasi pemecahan masalah melalui proses adaptasi nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia serta karakteristik siswa dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran matematika yang dialami siswa.
tertutup biasa, tetapi dengan beberapa variabel yang disembunyikan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan tambahan (open-ended problem with hiding variable), (4) masalah tertutup biasa, tetapi dengan beberapa variabel yang dihilangkan (open-ended problem with missing variable).
Model ini dikembangkan setelah menemukan kelemahan model pemecahan masalah, yang pada kenyataannya sulit untuk diterapkan begitu saja tanpa persiapan, baik dari segi perumusan masalah matematika itu sendiri, tindakan guru untuk memfasilitasi siswa, maupun tindakan dan pola pikir siswa yang efektif untuk dapat memecahkan masalah dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian Sudiarta yang berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Berorientasi Pemecahan Masalah Konstekstual Open-Ended (Contextual Open-Ended Problem Solving)untuk siswa Sekolah Dasar di Propinsi Bali”, Sudiarta (2007) memperoleh satu hal mendasar yang perlu mendapatkan pengkajian mendalam dan penelitian lebih lanjut. Temuan tersebut menyebutkan bahwa model pembelajaran berbasis pemecahan masalah matematika open-ended
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, tetapi cenderung memiliki kelemahan dalam beberapa hal yang meliputi:
(1) rancangan didaktis, bagaimana guru merancang dan merumuskan masalah matematika itu sendiri,
secara mendalam untuk pembangunan konsep matematika baru. Selain kelemahan tersebut, diketahui juga secara konseptual bahwa keberhasilan menerapkan model pemecahan berbasis masalah matematika dipengaruhi oleh 4 komponen kunci didaktis dan pedagogis yang saling berkaitan, yaitu Inisiasi, Konstruksi-Rekonstruksi, Aplikasi dan Refleksi (IKRAR).
Berangkat dari penemuan tersebut, kemudian dikembangkanlah suatu model pembelajaran baru yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran berbasis pemecahan masalah matematika yang disebut model pembelajaran IKRAR. Model ini dikembangkan mengingat model pemecahan masalah biasa, pada kenyataannya sulit untuk diterapkan begitu saja tanpa persiapan, baik dari segi perumusan masalah matematika itu sendiri, tindakan guru untuk memfasilitasi siswa, maupun tindakan dan pola pikir siswa yang efektif untuk dapat memecahkan masalah dengan baik (Sudiarta, 2010a:32). Model IKRAR memiliki 4 karakteristik yaitu sebagai berikut.
(1) Inisiasi
tidak langsung, tetapi harus dilandasi oleh konsep didaktis dan pedagogis yang tepat. Pola pikir siswa di Indonesia yang cenderung belajar melalui contoh dapat diarahkan untuk lebih terbuka dan divergen melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru sebagai pemicu agar siswa dapat memahami masalah.
(2) Konstruksi-Rekonstruksi
Konstruksi-Rekonstruksi merupakan proses membangun pengetahuan/konsep yang merupakan inti dari proses pemecahan masalah matematika, yakni proses untuk menganalisis, mensintesis konsep, prinsip dan prosedur matematika. Dalam tahap ini, guru memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan yang bersifat konseptual maupun prosedural. Dalam proses tersebut, baik konstruksi maupun rekonstruksi merupakan proses dalam kegiatan pembelajaran yang dapat terjadi secara bersamaan. Artinya dalam suatu kegiatan pembelajaran bisa saja siswa membangun pengetahuannya sendiri karena pengetahuan tersebut betul-betul baru bagi siswa (konstruksi) maupun membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman ataupun pengetahuan yang pernah diperoleh/ditemui sebelumnya (rekonstruksi).
(3) Aplikasi
(4) Refleksi
Refleksi merupakan proses mental untuk melihat kembali keseluruhan proses sebelumnya secara utuh. Proses mental ini merupakan ruang evaluasi diri untuk membuka kesadaran mendalam bagaimana dan mengapa suatu konsep dan prinsip prosedur matematika berkaitan satu sama lain serta dapat digunakan untuk membangun konsep baru. Proses refleksi ini membuka peluang bagi siswa untuk melakukan aktivitas invensi, yaitu suatu kemampuan untuk berkarya dan berdaya cipta secara orisinal.
Pada dasarnya model pembelajaran IKRAR hadir untuk melengkapi model kemampuan pemecahan masalah biasa. Kedua model ini sama-sama memanfaatkan masalah tertutup (close problem) maupun masalah terbuka ( open-ended problem) dalam pembelajaran, namun terdapat perbedaan dalam proses pemecahan masalah tersebut. Adapun perbedaan proses pemecahan masalah tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2. Masalah-masalah yang disajikan merupakan contoh masalah pada jenjang pendidikan dasar khususnya kelas V.
Contoh masalah terbuka:
Tabel 2.2 Perbandingan Contoh Penyelesaian Masalah Terbuka Menggunakan Model IKRAR dan Model Konvensional
Model Pembelajaran
IKRAR Konvensional
Inisiasi Memahami Masalah
1. Pernahkan kamu menemukan masalah seperti ini sebelumnya?
2. Informasi apa saja yang diketahui pada soal? (Jawaban yang diharapkan)
Diketahui:
Ibu mempunyai sebuah kue
Dwi dan Tri mendapat bagian kue yang sama.
Catur mendapat bagian kue lebih sedikit dari Eka.
Ditanya :
Berapa bagian kue yang diperoleh tiap anak?
Diketahui:
Ibu mempunyai sebuah kue
Dwi dan Tri mendapat bagian kue yang sama.
Catur mendapat bagian kue lebih sedikit dari Eka.
Ditanya :
Berapa bagian kue yang diperoleh tiap anak?
Konstruksi-Rekonstruksi Merencanakan Penyelesaian
Konstruksi:
1. Ibu dapat membagi kuenya menjadi:
Rekonstruksi:
Apakah ada cara lain untuk membagi kue itu?
2.
3.
Ibu dapat membagi kuenya menjadi:
1. Dari gambar, misalkan bahwa kue dibagi dua sama rata. Kemudian setengah bagian kue untuk Dwi dan Tri, sedangkan setengah lagi untuk Eka dan Catur. dari bagian kue Eka. Berdasarkan gambar tersebut, misalkan Catur mendapat 1/8 bagian, maka Eka sedangkan Catur mendapat 1/8 bagian.
2.
Dari gambar, misalkan bahwa kue dibagi dua sama rata. Kemudian setengah bagian kue untuk Eka, sedangkan setengah bagian kue dibagi dua sama rata lagi. Satu bagian untuk Catur, sedangkan sisanya untuk Dwi dan Tri.
Maka kue yang didapat Eka adalah 1/2 bagian.
Kue yang didapat Catur adalah: = 1/2 : 2 Tri, sedangkan setengah lagi untuk Eka dan Catur.
Maka kue yang didapat Dwi dan Tri adalah:
= 1/2 : 2 = 1/4 bagian.
Kue yang didapat Catur lebih sedikit dari bagian kue Eka. Berdasarkan gambar tersebut, misalkan Catur mendapat 1/8 bagian, maka Eka mendapat:
= 1/2–1/8 = 3/8 bagian.
Jadi, Eka mendapat 3/8 bagian, Dwi dan Tri mendapat 1/4 bagian, sedangkan Catur mendapat 1/8 bagian.
Dwi
Catur Eka
Model Pembelajaran
IKRAR Konvensional
Jadi, Eka mendapat 1/2 bagian, Dwi dan Tri mendapat 1/8 bagian, sedangkan Catur mendapat 1/4 bagian.
3.
Dari gambar, misalkan bahwa kue dibagi lima sama rata. Kemudian Dwi dan Tri masing-masing mendapat satu bagian. Tersisa 3 bagian untuk Eka dan Catur. Tetapi karena bagian Catur harus lebih sedikit dari Eka, maka Catur hanya mendapat satu bagian dan sisanya untuk Eka.
Maka kue yang didapat Dwi dan Tri adalah:
= 1 : 5 = 1/5 bagian.
Kue yang didapat Catur juga satu bagian sehingga ia mendapatkan 1/5 bagian kue.
Sedangkan Eka mendapat sisanya, yaitu: sedangkan Catur mendapat 1/5 bagian.
Refleksi Pengecekan Kembali
Pada tahap ini siswa melakukan pengecekan kembali terhadap perhitungan yang dilakukan.
Pada tahap ini siswa melakukan pengecekan kembali terhadap perhitungan yang dilakukan.
Dwi Catur Eka
Sintaks dideskripsikan dalam urutan aktivitas-aktivitas yang disebut fase, setiap model mempunyai alur fase berbeda. Sintaks Model IKRAR ditunjukan pada tabel berikut.
Tabel 2.3 Sintaks Model Pembelajaran IKRAR
FASE KEGIATAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA Inisasi Memotivasi atau materi (konsep) secara utuh untuk melakukan
pemecahan masalah.
Melakukan penerapan konsep secara utuh untuk melakukan pemecahan
masalah mendapat penekanan penting dalam model ini. Demikian juga interaksi antar siswa dalam kelas pada fase inisiasi dan konstruksi-rekontruksi, mendapat penekanan penting. Guru berfungsi menfasilitasi agar interaksi antar siswa dalam semua aktivitas pembelajaran ini dapat berlangsung baik. Guru perlu pula mengorganisasi pembelajaran sebaik mungkin agar siswa tetap di dalam aktivitas atau tugas belajar (on-task), dan menfasilitasi serta memotivasi siswa agar terjadi kerjasama secara kooperatif dan memungkinkan terjadinya konstruksi pengetahuan.
2.3.4 Prinsip Interaksi
Pada model IKRAR, guru berperan sebagai fasilitator dan moderator. Sebagai fasilitator, guru menyediakan sumber-sumber belajar, mendorong siswa untuk belajar dan memberikan bantuan bagi siswa agar siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya. Sebagai moderator, guru memimpin diskusi kelas, mengatur mekanisme sehingga diskusi kelas berjalan lancar, dan mengarahkan diskusi sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai. Berapa prinsip reaksi yang diharapkan dalam model IKRAR adalah sebagai berikut.
(1) Memberikan perhatian pada penciptaan suasana demokratis dan membangun interaksi siswa yang kondusif dan dinamis dalam kelompok kecil atau kelas.
(2) Menyediakan dan mengelola sumber-sumber belajar yang realistik dan relevan yang dapat mendukung siswa melakukan aktivitas atau pemecahan masalah.
(3) Mengarahkan siswa sehingga dapat mengkonstruksi pengetahuan melalui aktivitas kelompok atau diskusi kelas. Guru perlu menghindarkan diri dari adanya kebiasaan transfer pengetahuan. (4) Menekankan pentingnya bekerjasama secara koperatif dalam
kelompok masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran termasuk upaya meningkatkan keterampilan koperatif siswa.
masalah.
(6) Menghargai pendapat siswa dan mendorong siswa untuk dapat bersikap lebih kritis dalam mengkaji masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
(7) Menempatkan diri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok siswa. Guru perlu menghindari keinginan untuk memposisikan diri sebagai sumber utama pengetahuan bagi siswa.
(Sudiarta, 2010a:36)
2.3.5 Sistem Pendukung
Kondisi pendukung yang diperlukan sehingga model IKRAR tetap dapat terlaksana antara lain keterampilan guru dalam pelaksanaan model, disiplin siswa dalam beraktivitas, dan perangkat pembelajaran seperti Rencana Pembelajaran (RP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang mendukung pemecahan masalah siswa, buku siswa, perangkat evaluasi, dan media pembelajaran yang relevan.
2.3.6 Dampak Pembelajaran dan Dampak Pengiring
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran IKRAR menempatkan siswa sebagai subyek dalam pembelajaran. Dalam model pembelajaran IKRAR, guru tidak lagi berfungsi sebagai pemberi ilmu, tetapi lebih sebagai fasilitator. Guru menyiapkan berbagai perangkat pembelajaran, mengorganisasi siswa dalam kelompok-kelompok kecil, mendorong siswa untuk dapat belajar lebih terfokus dan optimal, mengarahkan diskusi siswa, serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan pembimbing yang merangsang siswa untuk berpikir.
pembelajaran IKRAR dirancang untuk memberikan kesempatan bagi siswa melakukan aktivitas atau pemecahan masalah dalam kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Pada saat melakukan aktivitas atau pemecahan masalah dalam kelompok-kelompok kecil secara kooperatif, siswa saling berinteraksi, saling membantu, dan saling melengkapi. Hal ini akan memungkinkan siswa untuk dapat memahami sendiri suatu konsep atau prinsip matematika dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Model pembelajaran IKRAR juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan bekerjasama siswa. Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran IKRAR ini juga diharapkan dapat memunculkan dampak pembelajaran dan dampak pengiring. Rincian kedua dampak yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Dampak Pembelajaran
Dampak pembelajaran model IKRAR antara lain siswa memiliki kemampuan dalam mengkonstruksi pengetahuan, kemampuan dalam penguasaan bahan ajar, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan komunikasi matematika.
(1) Kemampuan Konstruksi Pengetahuan
(kelas), sehingga diperoleh pengetahuan bersama yang bersifat objektif. Dengan aktivitas rutin semacam ini, kemampuan siswa dalam konstruksi pengetahuan secara mandiri akan semakin meningkat.
(2) Penguasaan Bahan Ajar
Dengan model pembelajaran IKRAR, informasi (pengetahuan) dikonstruksi sendiri oleh siswa melalui aktivitas belajar yang dilakukan di dalam kelompok-kelompok kecil. Pengetahuan yang dikonstruksi sendiri semacam ini akan lebih bermakna bagi siswa dan dapat bertahan lama dalam memori siswa. Dengan bekerja saling membantu dan saling memberikan konstribusi pemikiran, diharapkan bahan ajar yang dipelajari atau didiskusikan dalam kelompok dapat dipahami secara lebih baik dibandingkan bila dipelajari secara individual.
(3) Kemampuan Pemecahan Masalah
secara individual. Aktivitas semacam ini jika dilakukan secara terus menerus dalam proses pembelajaran akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam hal pemecahan masalah.
(4) Kemampuan Berpikir Kritis
perhatian dalam pembelajaran matematika. Komunikasi dalam matematika merupakan salah satu kemampuan dasar umum yang perlu diupayakan peningkatannya seperti halnya kemampuan dasar umum lainnya, yakni kemampuan penalaran dan kemampuan pemecahan masalah.
b. Dampak Pengiring
(1) Kemandiriaan atau Otonomi Dalam Belajar
Dalam pembelajaran dengan menggunakan model IKRAR, siswa tidak menerima informasi (pengetahuan) secara pasif dari gurunya, tetapi siswa berupaya sendiri melalui aktivitas kelompok untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan tersebut. Kondisi semacam ini akan menumbuhkan kemandirian atau otonomi siswa dalam belajar. Siswa tidak lagi menjadi orang yang pasif menunggu transfer pengetahuan dari gurunya, tetapi akan lebih aktif mencari, mempelajari, dan mengkonstruksi pengetahuan melalui kelompok kecil.
(2) Sikap Positif Terhadap Matematika
demikian, belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran IKRAR juga akan dapat menumbuhkan sikap positif terhadap matematika.
Umumnya guru mengalami kesulitan dalam menempatkan diri sebagai fasilitator, melakukan intervensi, dan memberikan scaffolding yang tepat. Untuk mengatasi hal tersebut, dalam model pembelajaran IKRAR ada yang disebut sebagai pertanyaan efektif, yaitu jenis pertanyaan yang dapat digunakan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator. Adapun contoh pertanyaan efektif yang bisa digunakan dalam penerapan model pembelajaran IKRAR ditunjukan pada tabel berikut.
Tabel 2.4 Contoh Pertanyaan Efektif
FASE
IKRAR PERTANYAAN EFEKTIF
Inisiasi
a. Pernahkah kamu menemui permasalahan seperti itu sebelumnya?
b. Bagaimana cara mengaitkan permasalahan ini dengan materi yang sedang dipelajari?
c. Bagaimana kalian menggambarkan masalah matematika yang ada pada LKS dengan kata-kata kalian sendiri?
d. Apa kamu mengerti dengan masalah yang ingin dipecahkan atau yang ingin dicari solusinya dalam soal cerita yang diberikan?
e. Fakta apa saja yang kamu ketahui yang sudah ada dalam soal?
f. Bagaimana kamu menyelesaikan atau mengerjakan masalah yang ada pada soal cerita tersebut?
Konstruksi
a. Apa yang kamu perlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut?
b. Informasi atau fakta apa yang bisa kamu temukan dalam soal?
c. Setelah mengetahui fakta-fakta yang ada dan apa yang akan dicari, strategi apa yang akan kamu gunakan untuk mencari solusi permasalahan yang diberikan? d. Coba pikirkan, kira-kira bagaimana bentuk jawaban
Rekonstruksi
b. Apakah kamu melihat adanya pola? Dapatkah kamu menjelaskan polanya?
c. Apa ada solusi lain yang mungkin dari masalah yang ada dalam soal?
d. Dalam pikiran kamu, apa yang harus kamu lakukan? e. Apakah itu benar untuk semua kasus? Terangkan. f. Dapatkah kamu mengaitkannya dengan contoh jawaban
yang berbeda?
g. Bagaimana kamu memperoleh penyimpulan penggunaan strategi tersebut benar untuk dilakukan? h. Asumsi apa yang dapat kamu buat?
Aplikasi
a. Dapatkah kamu membandingkan pekerjaan kamu dengan yang lainnya? Apa yang dicoba oleh anggota kelompokmu yang lain? Bisakah kamu menjelaskan pekerjaan yang kamu buat? Apa yang lain dalam kelompokmu juga melakukan hal tersebut?
b. Mengapa kamu memilih menggunakan strategi ini? c. Dapatkah kamu memikirkan strategi lain untuk dapat
mengerjakannya?
d. Apakah itu strategi yang lebih efisien?
e. Kenapa kamu memutuskan hasil yang kamu buat seperti itu?
f. Pernahkah berpikir tentang semua kemungkinan tersebut? Bagaimana kamu bisa yakin atas jawaban yang kamu berikan?
Refleksi
a. Bagaimana kamu memperoleh jawaban kamu?
b. Apakah jawaban kamu dapat dipertanggungjawabkan? Mengapa?
c. Dapatkah kamu menjelaskan strategi yang kamu gunakan pada kami semua? Dapatkah kamu menjelaskan mengapa itu dapat digunakan?
d. Apa yang terjadi jika kamu memulai dengan mencari ... apa tidak lebih baik mencari ... terlebih dahulu? e. Apa strategi itu selalu dapat digunakan untuk
menjawab soal-soal cerita lainnya?
f. Konsep apa yang kamu pelajari atau yang bisa kamu temukan dari permasalahan ini?
g. Apa kunci pokok atau ide pokok dari pembelajaran kali ini?
Tidak semua pertanyaan-pertanyaan efektif ini diberikan pada setiap pembelajaran yang dilakukan di kelas. Pilihan pertanyaan yang digunakan akan disesuaikan dengan keadaan atau situasi di dalam pembelajaran dan seberapa banyak kesulitan yang dihadapi siswa dalam memecahkan masalah. Intensitas pemberian bantuan dengan pertanyaan ini disesuaikan dengan kesulitan siswa, sehingga tidak menutup kemungkinan seorang siswa yang mampu menyelesaikan masalah dengan mandiri tidak akan diberikan pertanyaan efektif. Sebaliknya, bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah, diberikan pertanyaan efektif sesuai dengan kebutuhan siswa yang bersangkutan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran IKRAR, digunakan LKS sebagai media pembelajaran. LKS yang digunakan memuat masalah-masalah open ended yang menuntut kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah matematika yang diberikan. Masalah-masalah yang diberikan adalah masalah-masalah yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya penggunanan LKS yang berorientasi pemecahan masalah diharapkan dapat memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman secara lebih bermakna, keterampilan-keterampilan kognitif secara bebas, pemikiran kreatif dan kritis, rasa percaya diri dalam menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah dan pengambilan keputusan.
LANGKAH-LANGKAH
PEMBELAJARAN KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA Pendahuluan 1. Menyampaikan tujuan
pembelajaran. yang telah dipelajari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
Mencermati apa yang disampaikan guru dan bertanya jika ada hal yang kurang dipahami.
Kegiatan Inti 1. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kelompok. Dalam hal ini, guru menanamkan aspek kerja sama dan demokratis.
Mencermati LKS yang diberikan.
LANGKAH-LANGKAH
PEMBELAJARAN KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA Elaborasi Konstruksi-yang ada di LKS.
Menemukan hubungan informasi (konsep) yang telah dikumpulkan dengan apa yang ditanyakan dalam masalah
matematika yang ada di LKS.
2. Memfasilitasi siswa dalam membuat perencanaan mengenai hal apa saja yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah yang ada di LKS.
Membuat perencanaan Aplikasi 1. Membimbing dan
memfasilitasi siswa dari beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Guru memberikan kesempatan pada siswa yang lain untuk memberikan komentar.
Siswa yang ditunjuk mengerjakan di papan tulis dan siswa lain memberikan komentar. kepada siswa jika ada konsep yang keliru.
Menyimak penjelasan guru dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Konfirmasi Refleksi Membimbing dan memfasilitasi siswa