• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SEN"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

KEDOKTERAN PENCEGAHAN/ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN

TANGGAL 19 AGUSTUS 2013 s.d. 21 AGUSTUS 2013

Disusun oleh:

Laksmi Alrakhmah Rambe 080100161

Putri Annisa Melia Sari 080100165

Fitrah Sari 080100215

Eva Yanti Harahap 080100196

Norkhartini Binti Abu Kassim 080100415 Nata Kharimantara Nakamura 080100069 Sonia Barbara R. O. Sirait 080100126

Natanael Bonardo Sinaga 080100193

Agus Pratama Ponijan 080100396

Shalini Shanmugalingam 080100402

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas

berkat dan hidayah-Nya sehingga laporan kegiatan ini dapat kami selesaikan tepat

pada waktunya. Pada laporan kegiatan ini, kami menyajikan mengenai rangkaian

kegiatan selama menjalani KKS di Dinas Kesehatan Kota Medan. Adapun tujuan

penulisan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di

Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu

Kedokteran Pencegahan.

Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, drg. Hj. Usma

Polita Nasution, M.Kes, beserta para staf, dr. Yeni, Bapak Parlin Manalu, SKM,

dr. Iman Surya, dr. Julianti Batubara dan dr. Pocut Fatimah, MARS, atas

kesediaannya membimbing kami selama menjalani kegiatan kepaniteraan klinik

senior di Dinas Kesehatan Kota Medan.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kegiatan ini masih belum

sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu,

dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan laporan kegiatan ini. Atas bantuan dan segala

dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis

ucapkan terima kasih. Semoga laporan kegiatan ini dapat memberikan sumbangan

bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya kesehatan.

Medan, September 2013

(3)

DAFTAR ISI

BAB 2 SITUASI UMUM DAN KEADAAN LINGKUNGAN... 4

2.1. Keadaan Geografis... 4

2.2. Keadaan Demografis ... 4

2.2.1. Kepadatan Penduduk ... 4

2.2.2. Rasio Jenis Kelamin ... 4

2.2.3. Umur ... 5

2.4. Lingkungan Fisik dan Biologi ... 6

2.4.1. Rumah Sehat ... 6

BAB 3 PROGRAM KERJA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN. 10 3.1. Visi dan Misi ... 10

3.2. Tujuan... 11

3.3. Pembangunan Kesehatan... 12

3.4. Organisasi ... 17

3.5. Struktur Organisasi ... 22

BAB 4 LAPORAN KEGIATAN... 23

4.1. Pelaporan ... 23

(4)

4.3. Materi Pembekalan KKS... 23

4.3.1. Visi dan Misi Kegiatan KKS... 23

4.3.2. Puskesmas ... 24

4.3.3. Pelayanan Kesehatan ... 30

4.3.4. Pengendalian Masalah Kesehatan ... 35

(5)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daya saing suatu negara ditentukan oleh dua belas pilar, diantaranya

adalah kesehatan. Baik berdiri sendiri, kesehatan dapat mempengaruhi pilar-pilar

lainnya. Gambaran kesehaan yang ingin dicapai adalah sesuai dengan rumusan

Indonesia Sehat 2015. Oleh karena itu, pemerintah telah berupaya

menyelenggarkan pembangunan kesehatan sesuai dengan UU No.23 tahun 1992

dalam meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang

ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku

hidup sehat secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia.

Pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada peningkatan upaya

promotif dan preventif, disamping peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi

masyarakat, utamanya penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia, dan

keluarga miskin. Peningkatan kesehatan masyarakat, meliputi upaya pencegahan

penyakit menular ataupun tidak menular, dengan cara memperbaiki kesehatan

lingkungan, gizi, perilaku dan kewaspadaan dini. Pembangunan kesehatan

dilaksanakan dengan peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,

sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi,alat kesehatan dan makanan,

manajemen dan informasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Upaya

tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi

penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat

kemitraan dan kerjasama lintas sektoral.

Strategi utama sebagai upaya pembangunan kesehatan dalam menuju

Indonesia Seha 2015 adalah dengan pemberdayaan masyarakat dan desentralisasi.

Di Dinas Kesehatan Kota Medan, dicanangkan suatu visi ”Masyarakat Medan

(6)

mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, dan memelihara dan

meningkatkan profesionalisme layanan kesehatan. Tujuan yang ingin dicapai

adalah terwujudnya lingkungan pemukiman, industri dan perdagangan yang sehat,

terciptanya sarana pendidikan, pariwisata dan sarana umum yang sehat,

terwujudnya masyarakat yang mampu melakukan upaya kesehatan yang

paripurna, meningkatnya kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia kesehatan,

tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, meningkatnya pelayanan

kesehatan yang berkualitas dan mudah diakses oleh masyarakat, dan terpenuhinya

pembiayaan operasional dinas kesehatan.

Dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah serta

berbagaikecenderungan pembangunan kesehatan ke depan serta dalam mencapai

sasaran pembangunan kesehatan, disepakati suatu Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025 dalam tahapan ke-2 (2010-2014).

Diharapkan kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu

mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya

berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia, seperti meningkatnya

derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender,

meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak,

terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta menurunnya

kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat dan antar daerah sesuai

dengan target minimal dalam Millenium Developmen Goals.

Salah satu ujung tombak suksesnya pelayanan kesehatan adalah sarana

pelayanan kesehaan strata pertama yaitu puskesmas yang ditanggung jawabi

Dinas Kesehatan Kota Medan. Puskesmas berperan dalam upaya baik promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Oleh karena itu, dalam rangka membentuk

petugas kesehatan yang tidak hanya piawai dalam bidang kuratif dan rehabilitatif,

tetapi juga dalam bidang preventif dan promotif, Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara menyelenggarkan kegiatan kepaniteraan senior klinik (KKS) di

Dinas Kesehatan Kota Medan yang kemudian memberi pembekalan bagi peserta

KKS untuk melakukan kegiatan KKS di puskesmas dan desa binaan yang

(7)

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui program kegiatan Dinas KesehatanKota Medan dan

untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik

Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran

Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan, Universitas Sumatera Utara.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kerorganisasian Dinas Kesehatan Kota Medan.

2. Untuk mengetahui kegiatan yang ditindaklanjuti Dinas Kesehatan Kota

Medan.

3. Untuk mengetahui program dan target puskesmas sebagai pembekalan

kegiatan KKS di puskesmas.

4. Untuk mengetahui program kegiatan pelayanan kesehatan di Kota

Medan.

5. Untuk mengetahui program kegiatan pengendalian wabah dan bencana di

Kota Medan.

1.3. Manfaat

Laporan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis

dan pembaca khususnya pengetahuan mengenai program kesehatan di Dinas

Kesehatan Kota Medan dalam peningkatan partisipasi mendukung strategi

pemberdayaan masyarakat yang dicanangkan dalam program pembangunan

(8)

BAB 2

SITUASI UMUM DAN KEADAAN LINGKUNGAN

2.1. Keadaan Geografis

Kota Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara merupakan pusat

pemerintahan, pendidikan, kebudayaan dan perdagangan. Secara geografis, kota

Medan terletak di Pantai Timur Sumatera dengan sebelah utaraberbatasan dengan

Selat Malaka dan sebelah selatan, baratm dan timur berbatasan dengan Kabupaten

Deli Serdang. Adapun luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 km2yang terdiri

dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar

antara 23,2ºC-24,3ºC dan suhu maksimum berkisar antara30,8ºC- 32ºC.

Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata berkisar antara 84 - 85%.

Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/s, sedangkan rata-rata total

lajupenguapan tiap bulannya 104,3 mm. Hari hujan di Kota Medan rata-rataper

bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya 226-299,5 mm.

2.2. Keadaan Demografis

Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2008 berdasarkan data dari Kantor

Statistik Kota Medan adalah 2.102.105 jiwa dengan penyebaran penduduk tidak

merata.

2.2.1. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk rata-rata 7.929,5/km2. Daerah yang terbanyak

penduduknya adalah Kecamatan Medan Deli dengan jumlah penduduk 148.735

orang dan daerah terpadat penduduknya adalah Kecamatan Medan Perjuangan

yaitu 25.613,2 jiwa/km2. Kecamatan Medan Labuhan merupakan daerah yang

renggang penduduknya yaitu 2.889,7 jiwa/km2.

2.2.2. Rasio Jenis Kelamin

Di Sumatera Utara, jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan

(9)

adalah 98,7% di mana setiap terdapat 100 perempuan, maka terdapat 98,7

laki-laki.

2.2.3. Umur

Komposisi penduduk Sumatera Utara menurut kelompok

umur,menunjukkanbahwa penduduk yang yang berusiaproduktif (15-64

tahun)merupakan penduduk terbanyak, yaitu 1.365.218 orang(68,48% dari jumlah

penduduk).

2.2.5. Jumlah Anggota Keluarga

Anggota keluarga di Medan rata-rata terdiri dari 4-5 anggota keluarga

dengan umlah Rumah Tangga (KK) 472.202 KK.

2.3. Sosial Ekonomi

2.3.1. Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku

masyarakat dalam kesehatan yang selanjutnya dapat berdampak terhadap derajat

kesehatan. Pada tahun 2008, ditunjukkan bahwa mayoritas penduduk kota Medan

berpendidikan sampai SMA.

2.3.2. Ketenagakerjaan

Walaupun pembangunan Kota Medan menghasilkan kemajuan di

berbagai bidang,masalah ketenagakerjaan tetap belum terselesaikan secara

mendasar. Tingkat penyerapan tenaga kerja hanya mencapai 44,07%

jikadibandingkan dengan penduduk usia kerja, atau sekitar 80,18% bila

dibandingkandengan jumlah penduduk yang termasuk kelompok angkatan

kerja.Sebagai salahsatu upaya mengatasi masalah ketenagakerjaan tersebut

diambil langkahpembaharuan dengan menempatkan peran tenaga kerja sebagai

sasarandan sekaligus motor utama pembangunan kota.

2.3.3. Pendapatan

Struktur perekonomian Kota Medan didominasi oleh 4 (empat)

lapanganusaha utamayaitu industri pengolahan (14,28%), perdagangan, hotel, dan

(10)

persewaan, dan jasa (14,42%). Keempat sektor ini memberikan kontribusi sekitar

76,18% terhadapperekonomian daerah.

Pendapatan per kapita sebagai salah satu indikator untuk melihat tingkat

kemakmuranmasyarakat merupakan hasil pembagi antara PDRB dengan Jumlah

Penduduk.Pendapatan per kapita masyarakat Kota Medan atas dasar harga berlaku

pada tahun2000 mencapai Rp 6.264.429,65 atau mengalami kenaikan yang cukup

besar biladibandingkan dengan pendapatan per kapita pada tahun 1993 yang baru

mencapaiRp 2.402.155,05.

2.4. Lingkungan Fisik dan Biologi

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang sering mendapat

perhatiankhusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat dengan

indikator-indikatoryaitu persentase rumah sehat, persentase rumah tangga memiliki akses

terhadapair minum, persentase rumah tangga menurut sumber air minum,

persentase rumahtangga yang memiliki sarana penampungan akhir

kotoran/tinja/BAB.

2.4.1. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi

syaratkesehatan, yaitu memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat

pembuangansampah, sarana pembuangan limbah, ventilasi rumah yang baik,

kepadatan hunianrumah yang sesuai (≥8m2/kapita), dan lantai rumah tidak terbuat

dari tanah.Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun

2008,dari seluruh rumah yang ada yaitu 2.683.062unit, yang diperiksa

sebanyak1.197.322 unit (44,63%), dari jumlah yang diperiksa diketahui bahwa

761.699rumah yang memenuhi syarat kesehatan (63,62%).

2.4.2. Sumber Air Minum

Kebutuhan air bersih Kota Medan dikelola oleh PDAM Tirtanadi Medan.

Sumber airbaku berasal dari pengambilan air permukaan, sumur dalam dan dari

mata air. Totalkapasitas sumber air yang ada di Kota Medan adalah sebesar 3.920

(11)

127.492.741 m3/th,sedangkan total air yang didistribusikan sebanyak 125.232.581

m3/th.

Kota Medan dengan jumlah penduduk 1.963.855 jiwa,membutuhkan air

bersih sebesar 363.313.175 L/hari. Jumlah ini didapatkan darijumlah

pendudukx185 L/orang/hari. Namun PDAM Kota Medan baru dapatmemproduksi

sebanyak 349.315.200 L/hari sehingga masih dibutuhkan kapasitasproduksi

sebanyak 13.997.975 L/hari, atau 162 L/s.

2.4.3. Pembuangan Sampah

Persampahan di Kota Medan dikelola oleh Dinas Kebersihan dan

Pertamanan KotaMedan. Selain itu, pengelolaan persampahan di Kota Medan

juga dilaksanakan olehpihak swasta, khususnya pada kawasan pusat pemerintahan

dan jalan-jalan protokol.

Sesuai dengan standar kota Metropolitan, yaitu tingkat timbulan sampah

sebanyak 3,5liter/orang/hari, Kota Medan dengan jumlah penduduk 1.963.855

jiwa, menghasilkan6.873,49 m3 timbulan sampah. Jumlah ini didapatkan dari

jumlah penduduk x 3,5/1000.Namun Kota Medan baru dapat mengelola sebanyak

5.710 m3. Sehingga banyaknyasampah yang belum terlayani adalah 1.163,49 m3.

2.5. Pelayanan Kesehatan

2.5.1. Sarana Kesehatan

1. Rumah Sakit Umum : 54 unit

2. Rumah Sakit Jiwa : 5 unit

3. Rumah Sakit Ibu&Anak : 8 unit

4. Rumah Sakit Khusus Lainnya : 4 unit

5. Rumah Bersalin : 298 unit

6. Puskesmas : 39 unit

7. Puskesmas Rawat Inap : 13 unit

8. Puskesmas Non Rawat Inap : 26 unit

9. Puskesmas Pembantu : 41 unit

10. Puskesmas Keliling : 27 unit

(12)

12. Balai Pengobatan/Klinik : 409 unit

13. Apotik : 624 unit

14. Praktek Bersama : 8 unit

15. Praktek Dokter Umum : 1.378 unit

16. Praktek Dokter Spesialis : 791 unit

17. Praktek Dokter Gigi : 531 unit

18. Laboratorium Kesehatan Pemerintah : 1 unit

19. Laboratorium Kesehatan Swasta : 6 unit

2.5.2. Tenaga Kesehatan

1. Dokter Spesialis : 9 orang

2. Dokter Umum : 139 orang

3. Dokter Gigi : 107 orang

4. S2 : 17 orang

5. Tenaga Kesehatan Masyarakat : 39 orang

6. Tenaga Sanitasi : 62 orang

7. Apoteker : 17 orang

8. Asisten Apoteker : 131orang

9. Bidan : 305 orang

10. Perawat : 485 orang

11. Perawat Gigi : 75 orang

12. Tenaga Gizi : 44 orang

13. APRO : 3 orang

14. AKFIS : 2 orang

15. Analis : 60 orang

16. Tenaga Non Medis : 85 orang

2.5.3. Daftar Puskesmas

1. Puskesmas Teladan

2. Puskesmas Glugur Darat

3. Puskesmas Tuntungan

4. Puskesmas P.Bulan

(13)

6. Puskesmas Bromo

7. Puskesmas Pekan Labuhan

8. Puskesmas Desa Terjun

9. Puskesmas Kedai Durian

10. Puskesmas Belawan

11. Puskesmas Medan Deli

12. Puskesmas Helvetia

(14)

BAB 3

PROGRAM KERJA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN

3.1. Visi dan Misi

Visi Dinas Kesehatan Kota Medan adalah “Masyarakat Medan

Sejahtera”. Masyarakat Medan mengandung arti bahwa sasaran kerja dari Dinas

Kesehatan Kota Medan adalah seluruh masyarakat yang berada di wilayah kerja

pemerintah kota Medan.Sehat diartikan sebagai cara berpikir masyarakat kota

Medan yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan yang pada akhirnya

mewujudkan lingkungan yang sehat serta perilaku hidup bersih dan

sehat.Sejahtera mengandung arti bahwa masyarakat kota Medan dengan cara

berpikir yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan, akan memperoleh

kesejahteraan, terutama dibidang kesehatan, yang pada gilirannya akan

mempengaruhi pencapaian derajat kesejahteraan secara umum.

Misi Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu:

1. Menggerakkan Pembangunan Kota Berwawasan Kesehatan

Para penanggungjawab program pembangunan di Pemerintahan Kota

Medan harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua

kebijaksanaan pembangunannya. Program pembangunan yang tidak

berkontribusi positif terhadap kesehatan apalagi yang berdampak negatif,

seharusnya tidak dilaksanakan. Untuk itu, maka seluruh elemen dari

sistem pemerintahan kota harus berperan sebagai pengerak utama

pembangunan Kota Medan menuju Kota Metropolitan yang Modern,

Madani, dan Relijius berwawasan kesehatan.

2. Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat

Sehat merupakan hak asasi sehingga setiap individu berhak mendapatkan

pelayanan kesehatan. Disamping itu sehat juga merupakan investasi,

yaitu bahwa derajat kesehatan yang optimal akan dapat dicapai melalui

investasi baik pemerintah maupun individu. Dengan demikian

diharapkan terciptanya suatu kondisi dimana masyarakat menyadari, mau

(15)

kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan,

baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan

akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tudak mendukung

untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan Meningkatkan Profesionalisme Layanan Kesehatan

Sesuai dengan paradigma sehat, Dinas kesehatan harus mengutamakan

pada upaya kesehatan masyarakat yang dipadukan secara serasi dan

seimbang dengan upaya kesehatan perorangan. Dinas Kesehatan

melakukan revitalisasi sistem kesehatan dasar dan rujukannya dengan

memperluas jaringan yang efektif dan efisien, serta peningkatan kualitas

pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. Sejalan dengan upaya

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, harus dilakukan pula

peningkatan jumlah dan kualitas sumberdaya manusia kesehatan, yang

terdistribusi sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan. Perlu juga ditunjang

dengan administrasi kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang

memadai, serta pengembangan kesehatan.

Dalam mewujudkan visi dan misi, nilai-nilai yang dianut Dinas

Kesehatan Kota Medan yaitu prorakyat, inklusif, responsif, efektif, dan bersih.

3.2. Tujuan

Tujuanyang ingin dicapai Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu:

1. Terwujudnya lingkungan pemukiman, industri dan perdagangan yang

sehat

2. Terciptanya sarana pendidikan, pariwisata dan sarana umum yang sehat

3. Terwujudnya masyarakat yang mampu melakukan upaya kesehatan yang

paripurna

4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia kesehatan

5. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan

6. Meningkatnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mudah diakses

oleh masyarakat

(16)

3.3. Pembangunan Kesehatan

Sasaran strategis Dinas Kesehatan Kota Medan dalam pembangunan

kesehatan tahun 2010- 2014, yaitu:

1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat, dengan:

a. Meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun

b. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per

100.000 kelahiran hidup

c. Menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000 kelahiran

hidup

d. Menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per 1.000

kelahiran hidup

e. Menurunnya prevalensi anak balita yang pendek (stunting) dari 36,8

persen menjadi kurang dari 32 persen

f. Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih (cakupan PN)

sebesar 90%

g. Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED sebesar 100%

h. Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan PONEK sebesar 100%

i. Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) sebesar 90%

2. Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular, dengan:

a. Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 per 100.000

penduduk

b. Menurunnya kasus malaria (Annual Paracite Index-API) dari 2 menjadi 1

per 1.000 penduduk

c. Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,2 menjadi

dibawah 0,5%

d. Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari

80% menjadi 90%

e. Persentase Kelurahan yang mencapai UCI dari 80% menjadi 100%

(17)

3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan

antar tingkat sosial ekonomi serta gender, dengan menurunnya disparitas

separuh dari tahun 2009.

4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam

rangka mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi

seluruh penduduk, terutama penduduk miskin.

5. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat

rumah tangga dari 50 persen menjadi 70 persen.

6. Seluruh Puskesmas melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Tema Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2010-2014 adalah

“Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan” melalui :

1. Program Kesehatan Masyarakat

Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu yang meliputi

pemberian imunisasi dasar kepada 90% balita pada 2015, penyediaan

akses sumber air bersih yang menjangkau 67% penduduk, dan akses

terhadap sanitasi dasar berkualitas yang menjangkau 75% penduduk

sebelum 2015, penurunan tingkat kematian ibu saat melahirkan dari 228

per 100.000 kelahiran pada 2007 menjadi 118 pada 2014, serta tingkat

kematian bayi dari 34 per 1.000 kelahiran pada 2007 menjadi 24 pada

2015.

2. Program Keluarga Berencana (KB) yang meliputi peningkatan kualitas

dan jangkauan layanan KB melalui klinik pemerintah dan swasta selama

2011-2015.

3. Sarana Kesehatan yang meliputi etersediaan dan peningkatan kualitas

layanan Puskesmas ISO minimal 5 puskesmas pada 2013 dan 10

puskesmas pada 2015.

4. Asuransi Kesehatanuntuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100%

pada 2012 dan diperluas secara bertahap untuk warga Medan lainnya

antara 2013-2015.

Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2011-2015 difokuskan

(18)

1. Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan Keluarga Berencana (KB)

2. Perbaikan status gizi masyarakat

3. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti

penyehatan lingkungan;

4. Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan

5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu,

dan penggunaan obat

6. Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis

kesehatan

8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier

Dalam upaya mencapai target MDGs di bidang kesehatan

penyelenggaraan upaya kesehatan ditingkatkan intensitasnya dengan tetap

memberikan perhatian khusus pada penyelenggaraan:

1. Pelayanan kesehatan ibu dan anak

2. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin

3. Penanggulangan penyakit dan gizi buruk

4. Penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana

5. Revitalisasi puskesmas dilaksanakan agar dapat melaksanakan pelayanan

kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan secara serasi

dan sinergis sesuai dengan perkembangan IPTEK dan kesehatan.

6. Kualitas pelayanan di rumah sakit dan sistem rujukan terus ditingkatkan.

7. Penanggulangan penyakit menular terus ditingkatkan, terutama ditujukan

pada penyakit-penyakit terutama target penurunan angka kesakitan yang

disepakati dalam MDGs.

8. Upaya penanggulangan penyakit tidak menular telah lebih berkembang

sejalan dengan meningkatnya penduduk usia lanjut dan perubahan pola

hidup masyarakat.

9. Upaya pembangunan dan perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan dengan

(19)

10. Upaya penanggulangan pencemaran lingkungan lebih ditingkatkan dan

dikembangkan lagi.

11. Pelayanan kesehatan geriatri mulai dikembangkan.

12. Penyediaan air minum dan sarana sanitasi dasar sudah makin meningkat.

13. Pembangunan berwawasan kesehatan sudah mulai dilaksanakan secara

konsisten oleh semua bidang-bidang.

14. Penelitian dan pengembangan kesehatan yang mendasar telah

berkembang mendukung upaya pembangunan kesehatan.

15. Teknologi kesehatan lebih meningkat.

16. Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah lebih meningkat lagi

dengan sustainabilitas pemenuhan pembiayaan untuk pelayanan

kesehatan perorangan bagi seluruh masyarakat rentan dan keluarga

miskin .

17. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat dan swasta telah

semakin meningkat serta telah ada upaya kemitraan pemerintah dan

swasta.

18. Pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah telah fokus pada

pencapaian prioritas pembangunan kesehatan dengan sebagian besar

pembiayaan pemerintah untuk pelayanan kesehatan masyarakat.

19. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan penduduk miskin

mulai dilakukan secara pra-upaya dengan prinsip asuransi kesehatan

sosial yang telah melembaga.

20. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan secara kelompok

formal/penerima upah telah dilakukan dengan cara jaminan kesehatan

sosial dan mulai melembaga. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan

perorangan kelompok informal mulai melembaga dan menganut prinsip

asuransi kesehatan sosial.

21. Pembelanjaan dana kesehatan untuk pelayanan kesehatan perorangan

bersumber dari pembiayaan pemerintah yang dilakukan melalui jaminan

kesehatan sosial telah dilaksanakan secara efektif, efisien, transparan dan

(20)

22. Pembelanjaan dana kesehatan untuk pelayanan kesehatan bersumber dari

pembiayaan swasta dan masyarakat semakin efektif, efisien, transparan

dan akuntabel dengan pelayanan terkendali.

23. Pembelanjaan dana kesehatan untuk pelayanan kesehatan masyarakat

telah semakin mengarah kepada upaya peningkatan dan pencegahan

untuk mengatasi masalah kesehatan.

24. Pemenuhan kebutuhan SDM Kesehatan.

25. Kemampuan daya saing SDM Kesehatan meningkat.

26. Pendidikan dan pelatihan SDM Kesehatan dapat berkembang sesuai

kebutuhan pembangunan kesehatan .

27. Standar pelayanan kesehatan dan standar kompetensi SDM Kesehatan

sebagai acuan dalam penerapan standar pendidikan dan pelaksanaan

pendidikan tersebut.

28. Program distribusi dan rencana penguatan manajemen karier SDM

Kesehatan, dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan.

29. Organisasi profesi, komponen masyarakat dan sektor lain terkait makin

berperan dalam pembangunan kesehatan.

30. Pembinaan, pengawasan, monitoring dan penilaian terhadap SDM

Kesehatan telah berjalan dengan efektif.

31. Sinergisme antara pembinaan, pengawasan perencanaan, pendayagunaan

dan pengadaan SDM Kesehatan makin meningkat. Dukungan sumber

daya untuk Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan telah

makin meningkat.

32. Dukungan peraturan perundang-undangan untuk pengembangan dan

pemberdayaan SDM Kesehatan dapat makin ditingkatkan.

33. Pendistribusian, pelayanan, dan pemanfaatan sediaan farmasi dan alat

kesehatan telah memenuhi kebutuhan, yang menjamin ketersediaan

sediaan farmasi, terutama obat generik di masyarakat.

34. Pengawasan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan lebih

(21)

35. Kebijakan dan administrasi kesehatan dapat lebih mendukung

terwujudnya sinergisme antar berbagai upaya pokok pembangunan

kesehatan telah mulai berkembang. Sistem informasi kesehatan telah

dapat dibangun dengan baik.

36. Sistem pencatatan dan pelaporan sudah makin berkembang.

37. Hukum dan perundang-undangan di bidang kesehatan telah mulai tertata

dengan baik.

38. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan

kesehatan telah lebih meningkat, sehingga peran dan kontribusi

masyarakat dalam pembangunan kesehatan terus berkembang.

39. Pelibatan aktif masyarakat dalam proses pembangunan kesehatan makin

berkembang.

40. Edukasi kesehatan terus ditingkatkan dengan berbagai inovasi, dalam

upaya mewujudkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan bagi

individu, kelompok dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan

sehat.

41. Perilaku individu, kelompok dan masyarakat yang mendukung kesehatan

telah lebih berkembang dan dilaksanakan secara konsisten.

42. Berbagai upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang ada telah

kembali mampu melakukan kegiatan dan fungsinya.

43. Penggerakkan kelompok-kelompok masyarakat yang tergabung dalam

organisasi kemasyarakatan terus ditingkatkan.

44. Peran aktif dan kontribusi organisasi kemasyarakatan dalam

pembangunan kesehatan telah lebih nyata.

45. Kemampuan masyarakat desa dalam mengidentifikasi dan mengatasi

masalah kesehatan, termasuk masalah kesehatan akibat bencana secara

dini telah lebih berkembang.

3.4. Organisasi

Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan menurut Perwal No. 43 tahun

(22)

1. Kepala Dinas Kesehatan

2. Sekretariat

a. Sub Bagian Umum

b. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan

c. Sub Bagian Penyusunan Program

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup

kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan, dan

penyusunan program. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sekretariat

menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan

kesekretariatan; pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas;

pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas

yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan

kerumahtanggaan Dinas; pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia,

pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan; pelaksanaan koordinasi

penyelenggaraan tugas-tugas Dinas; penyiapan bahan pembinaan, pengawasan

dan pengendalian; pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan

kesekretariatan; pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

3. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan

a. Seksi Kesehatan Dasar

b. Seksi Kesehatan Rujukan

c. Seksi Khusus

Bidang Bina Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Dinas lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan

kesehatan khusus.Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Bina Pelayanan

Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan

kegiatan Bidang Bina Pelayanan Kesehatan;penyusunan petunjuk teknis lingkup

pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan kesehatan khusus;pembinaan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar;penyelenggaraan upaya kesehatan

rujukan meliputi kesehatan rujukan / spesialistik, dan sistem

(23)

kesehatan mata, kesehatan kerja, kesehatan haji, kesehatan gigi dan mulut;

penyelenggaraan upaya kesehatan perkotaan, kesehatan indera, dan usia

lanjut;penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah perbatasan;pelaksanaan

proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup pelayanan

kesehatan;pelaksanaan registrasi, akreditasi, dan sertifikasi sarana pelayanan

kesehatan;pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian lingkup

pelayanan kesehatan;pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup

bidang bina pelayanan kesehatan;pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh

Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan

a. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

b. Seksi Wabah dan Bencana

c. Seksi Kesehatan Lingkungan

Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengendalian dan pemberantasan

penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan lingkungan. Dalam melaksanakan

tugas pokoK, Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan menyelenggarakan

fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengendalian

Masalah Kesehatan;penyusunan petunjuk teknis lingkup pengendalian dan

pemberantasan penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan

lingkungan;pengendalian dan pemberantasan penyakit meliputi surveilans

epidemiologi, pengendalian penyakit menular langsung, pengendalian penyakit

bersumber binatang, pengendalian penyakit tidak menular, immunisasi,

kesehatan mata, dan penyelidikan kejadian luar biasa (KLB);pengendalian

wabah dan bencana meliputi kesiapsiagaan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap

darurat, dan pemulihan;penyelenggaraan penyehatan lingkungan meliputi

penyehatan air, pengawasan kualitas lingkungan, penyehatan kawasan dan

sanitasi darurat, sanitasi makanan, dan bahan pangan serta pengamanan

limbah;pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang

pengendalian masalah kesehatan;pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh

(24)

5. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan

a. Seksi Perencanaan dan Pendayagunaan

b. Seksi Pendidikan dan Pelatihan

c. Seksi Registrasi dan Akreditasi

Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas

pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup perencanaan,

pendayagunaan, pendidikan, pelatihan, registrasi, dan akreditasi.Dalam

melaksanakan tugas, Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan

menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang

Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan;penyusunan petunjuk teknis

lingkup perencanaan, pendayagunaan, pendidikan dan pelatihan, registrasi dan

akreditasi sumber daya manusia kesehatan;`pendayagunaan tenaga kesehatan

dan tenaga kesehatan strategis;pelaksanaan pelatihan teknis;pelaksanaan proses

perijinan dan pelayanan lainnya lingkup tenaga medis, tenaga para medis dan

tenaga non medis / tradisional terlatih sesuai urusan pemerintahan

kota;pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang

pengembangan sumber daya manusia kesehatan;pelaksanaan tugas lain yang

diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6. Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan

a. Seksi Kefarmasian

b. Seksi Jaminan Kesehatan

c. Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan

Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kefarmasian, jaminan, sarana, dan

peralatan kesehatan.Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Kefarmasian

Jaminan dan Sarana Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana,

program, dan kegiatan Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana

Kesehatan;penyusunan petunjuk teknis lingkup kefarmasian, jaminan, sarana,

dan peralatan kesehatan;penyelenggaraan kefarmasian;penyelenggaraan jaminan

kesehatan;pelayanan sarana dan peralatan kesehatan;pelaksanaan proses

(25)

sarana, dan peralatan kesehatan sesuai urusan pemerintahan kota;pelaksanaan

monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang kefarmasian jaminan dan

sarana kesehatan;pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

7. Unit Pelaksana Teknis (UPT).

(26)

UPTD

SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN PROGRAM

(27)

BAB 4

LAPORAN KEGIATAN

4.1. Pelaporan

Sebelum memulai KKS di Dinas Kesehatan Kota Medan, para peserta

KKS melapor terlebih dahulu pada tanggal 19 Agustus 2013 ke bagian penerima

tamu, biang pengembangan SDM kesehatan, dan seksi pendidikan dan pelatihan.

4.2. Kegiatan

Kegiatan dimulai pada pukul 08.00 WIB di Dinas Kesehatan Kota

Medan. Adapun 4 materi yang di bahas yaitu materi pembekalan KKS puskesmas,

keorganisasian Dinas Kesehatan Kota Medan, pelayanan kesehatan, dan

pengendalian masalah kesehatan.

4.3. Materi Pembekalan Puskesmas

4.3.1. Visi dan Misi Kegiatan KKS

Visi kegiatan KKS yaitu:

1. Jangka pendek: agar mahasiswa dalam melaksanakan KKS di puskesmas

yang merupakan UPT dari Dinas Kesehatan Kota Medan mendapat

gambaran tentang segala sesuatu yang akan mereka laksanakan selama

KKS di puskesmas

2. Jangka panjang: sebagai seorang mahasiswa kedokteran yang akan

menjadi pemikir di bidang kesehatan nantinya memiliki kepedulian

terhadap kesehatan masyarakat dalam rangka mewujudkan Indonesia

Sehat 2010

Misi kegiatan KKS yaitu untuk mencapai visi di atas maka dilakukan

pembekalan kepada mahasiswa KKS kedokteran dan kedokteran gigi di Ladikkes

Dinas Kesehatan Kota Medan. Adapun sasaran materi yang diberikan yaitu

perkenalan struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan, pembekalan upaya

(28)

4.3.2. Puskesmas

Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat

disamping memberikan pelayanan kesehatan masyarakat yang juga membina

peran serta masyarakat dalam suatu wilayah kerja dalam bentuk usaha-usaha

kegiatan pokok.Visi puskesmas adalah mewujudkan kecamatan sehat dengan

indikator lingkungan sehat, perilaku sehat, pelayanan kesehatan yang bermutu,

dan derajat kesehatan yang optimal.

Upaya kesehatan puskesmas dikelompokkan menjadi upaya kesehatan

wajib dan upaya pengembangan kesehatan. Upaya kesehatan wajib terdiri dari:

1. Promosi kesehatan

Tujuannya adalah agar individu dan kelompok masyarakat secara

keseluruhan melaksanakan perilaku hidup sehat dan agar individu dan kelompok

masyarakat berperan aktif dalam upaya-upaya kesehatan, serta ikut aktif dalam

perencanaan dan penyelenggaraan posyandu. Kegiatannya meliputi:

a. Mengadakan penyuluhan mengenai kesehatan pribadi, kesehatan

lingkungan, gizi keluarga, KB, imunisasi, posyandu, dan sebagainya

b. Mengadakan ceramah dan diskusi dengan bantuan poster, pamflet, dan

brosur

c. Pembinaan generasi muda untuk hidup sehat di dalam kegiatan antara

lain berupa gotong royong dan olahraga

2. Kesehatan Lingkungan

Program dan target sasaran kesehatan linkungan yaitu:

a. Sarana air bersih 90%

b. Sarana pembuangan kotoran 90%

c. Penyehatan lingkungan 90%

d. Pemeriksaan TPS/TPA 65%

e. Pemeriksaan sanitasi rumah sakit 100%

f. Pembinaan DPLS (Daerah Percontohan Lingkungan Sehat) 100%

g. Pembinaan sekolah sehat 100%

(29)

KIA adalah upaya kesehatan yang menyangkut pelayanan dan

pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, bayi, dan balita serta anak usia pra sekolah

yang menjadi tanggung jawab puskesmas, dalam rangka meningkatkan

kesehatan serta kesejahteraan bangsa pada umumnya. program dan target

sasaran KIA yaitu:

a. K1 95%

b. K4 95%

c. Resti 20%

d. Kunjungan Neonatus 90%

e. Persalinan Nakes 90%

f. KPKIA 100%

g. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah 90%

h. Pembinaan GSI 100%

5. Perbaikan Gizi

Di Indonesia, masalah ini merupakan masalah yang cukup berat dan

komplit, karena keadaan ekonomi yang kurang dan kurangnya pengetahuan

tentang nilai gizi. Permasalahan gizi di Indonesia adalah defisiensi protein

kalori, defisiensi vitamin A dan defisiensi iodium, dan anemia. Program dan

target sasaran peningkatan gizi yaitu:

a. Pemberian Vit A

i. Bayi 90%

ii. Balita 90%

iii. Bufas 80%

b. Pemberian Tablet Fe: bumil 90%

6. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari

orang atau hewan yang sakit, dari reservoir ataupun benda-benda yang

mengandung bibit penyakit lainnya ke manusia sehat.

a. Imunisasi

i. BCG 95%

(30)

iii. Polio 4 85%

iv. Campak 90%

v. Hepatitis > 7 hari 75%

vi. Hepatitis < 7 hari 75%

vii. DPT Hb 1 95%

viii. DPT Hb 2 90%

ix. DPT Hb 3 85%

b. TB paru

a. TB Paru BTA (+) sembuh > 85%

b. Cakupan penderita TB Paru 70%

c. Konversi 80%

d. Error rate < 5%

c. Demam berdarah

d. Polio

e. ISPA

f. Diare

g. HIV/AIDS

h. Malaria

i. Filariasis

j. Sistomiasis

k. Penyakit menular seksual

l. Kusta

7. Pengobatan

Upaya kesehatan pengembangan terdiri dari:

1. Upaya kesehatan sekolah

Dalam Pasal 45 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan disebutkan, kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan

kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat, sehingga

peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan

optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Program UKS adalah

(31)

derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup bersih dan sehat anak usia

sekolah.

Tujuan umum kegiatan UKS adalah meningkatkan kemampuan perilaku

hidup bersih dan sehat, dan derajat kesehatan siswa serta menciptakan

lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan

perkembangan yang harmonis dan optimal. Tujuan khusus adalah memupuk

kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan meningkatkan derajat kesehatan

siswa, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk

melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat serta berpartisipasi aktif dalam

usaha peningkatan kesehatan di sekolah, di rumah tangga, maupun lingkungan

masyarakat; sehat fisik, mental, maupun sosial; daya hayat dan daya tangkal

terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan NAPZA.

2. Upaya kesehatan olahraga

Upaya kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan

aktivitas fisik dan atau olahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan. Dalam

pasal 46 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan disebutkan

kesehatan olahraga diselenggarakan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan melalui kegiatan olahraga.

3. Upaya perawatan kesehatan masyarakat

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 128/ Menkes/ SK/

II/ Tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas, upaya keperawatan

kesehatan masyarakat merupakan upaya kesehatan penunjang yang kegiatannya

terintegrasi dalam upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan

pengembangan. Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat

faktor ketidaktahuan, ketidakmauan maupun ketidakmampuan dalam

menyelesaikan maslaah kesehatannya. Prioritas sasaran adalah yang mempunyai

masalah terkait dengan masalah kesehatan prioritas daerah yaitu belum kontak

dengan sarana pelayanan kesehatan atau sudah memanfaatkan tetapi

memerlukan tindak lanjut.

(32)

Menurut kebijakan teknis Program Kesehatan Kerja (Depkes RI 2002)

kesehatan kerja adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap pekerja dapat bekerja secara sehat dengan produktivitas

yang optimal tanpa membahayakan diri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan

sekitarnya.

5. Upaya kesehatan gigi dan mulut

Upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut, merupakan salah satu

kegiatan dari puskesmas dalam rangka melaksanakan salah satu program pokok

puskesmas. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut ditujukan kepada keluarga serta

masyarakat di wilayah kerjanya, secara menyeluruh baik pelayanan promotif

(peningkatan kesehatan/penyuluhan), kegiatan pencegahan (preventif), kegiatan

pengobatan (kuratif), dan kegiatan pemulihan kesehatan gigi dan mulut

(rehabilitatif). Selain itu, puskesmas melaksanakan kegiatan Usaha Kesehatan

Gigi Sekolah (UKGS) dan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

6. Upaya kesehatan jiwa

Upaya kesehatan jiwa di puskesmas telah mulai dikembangkan sejak

lama baik secara khusus maupun terintegrasi dengan kegiatan pokok puskesmas

lainnya, dengan kegiatan sesuai Pedoman Kerja Puskesmas adalah pengenalan

dini kasus gangguan jiwa (early detection), meliputi: gangguan psikosis,

gangguan kecemasan, gangguan depresi, retardasi mental, gangguan

psikosomatik atau psikofisiologik, gangguan penggunaaan zat, gangguan pada

anak dan remaja (gangguan tingkah laku, gangguan pemusatan

perhatian/sindrom hiperkinetik, gangguan perkembangan spesifik) dan epilepsi;

memberikan upaya pertolongan pertama pada kasus-kasus gangguan jiwa

(primary treatment);kegiatan rujukan yang memadai (adequate referral); dan

melaksanakan terapi lanjutan (follow up) terhadap kasus jiwa yang sudah selesai

perawatan di RSJ untuk meringankan beban pasien.

7. Upaya kesehatan mata

Tujuan pelayanan kesehatan mata secara umum adalah untuk

meningkatkan derajat kesehatan mata dalam rangka meningkatkan kualitas

(33)

kebutaan dari 1,5% pada tahun 2000 menjadi 1,0% pada tahun 2010 dan 0,5%

pada tahun 2020; meningkatkan kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat

terhadap kesehatan indera penglihatan; meningkatkan jangkauan pelayanan

mulai pemerataan pelayanan termasuk pemenuhan sarana prasarana dan

peningkatan kualitas pelayanan mata; dan meningkatkan kerja sama lintas sektor

dan peran swasta termasuk LSM dalam Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan

Kebutaan dan Upaya Penanggulangan Kebutaan dan low vision.

8. Upaya kesehatan usia lanjut

Tujuan umumnya adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu

kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam

kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata

kemasyarakatan. Tujuan khususnya adalah meningkatkan kesadaran pada usia

lanjut untuk membina sendiri kesehatannya; meningkatkan kemampuan dan

peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam menghayati dan mengatasi

kesehatan usia lanjut; dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.

Sasaran pembinaan secara langsung upaya kesehatan usia lanjut adalah

kelompok usia menjelang usia lanjut (45-54 tahun) atau dalam virilitas dalam

keluarga maupun masyarakat luas; kelompok usia lanjut dalam masa prasenium

(55-64 tahun) dalam keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarakat

umumnya; kelompok usia lanjut dalam masa senescens (>65 tahun) dan usia

lanjut dengan resiko tinggi (lebih dari 70 tahun) hidup sendiri, terpencil, hidup

dalam panti, penderita penyakit berat, cacat, dan lain-lain. Sasaran pembinaan

tidak langsung adalah keluarga dimana usia lanjut berada, organisasi sosial yang

bergerak di dalam pembinaan kesehatan usia lanjut, dan masyarakat luas.

9. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

Dalam Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 47

memuat pengobatan tradisional, setiap upaya pengobatan atau perawatan cara

lain di luar ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan. Pengobatan tradisional yang

dimaksud perlu dibina dan diawasi untuk diarahkan agar menjadi pengobatan

dan atau perawatan cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan

(34)

4.3.3. Pelayanan Kesehatan

1. Pelayanan Kesehatan Dasar Ibu dan Bayi

Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal

sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan

minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua

kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Pelayanan adalah pelayanan

/pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil sesuai standar pada masa kehamilan oleh

tenaga kesehatan terampil (dokter, bidan dan perawat). Cakupan kunjungan ibu

hamil K-4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal

4 kali sesuai dengan standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

2. Pelayanan Kesehatan Dasar Ibu dan Bayi

Pertolongan persalinan adalah pertolongan ibu bersalin di suatu wilayah

dalam kurun waktu tertentu yang mendapatkan pelayanan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Kompetensi kebidanan adalah

ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan dalam bidang pelayanan

kebidanan (dokter dan bidan).Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau

tenaga kesehatan adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca

persalinan. Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas

sedikitnya tiga kali pada 6 jam pasca persalinan sampai dengan 3 hari pada

minggu kedua dan pada minggu ke 6 termasuk pemberian vitamin A dua kali

serta persiapan dan atau pemasangan KB pasca persalinan. Cakupan pelayanan

nifas adalah pelayanan kepada ibu dan neonatal pada masa 6 jam s.d 42 hari

pasca persalinan sesuai standar.

Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara

langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti

/komplikasi kebidanan meliputi: Hb < 8 gr% , Tekanan darah tinggi ( sistole >

140 mmHg, Diastole > 90 mm HG) , oedema nyata, eklamsia, perdarahan

(35)

letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur.

Bumil Risti/ komplikasi yang dirujuk adalah bumil risti /komplikasi yang

ditemukan untuk mendapat pertolongan pertama dan rujukan oleh tenaga

kesehatan.

Cakupan kunjungan neonatus (KN) adalah pelayanan kesehatan kepada

bayi umur 0-28 hari di sarana pelayanan kesehatan maupun pelayanan melalui

kunjungan rumah. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal

dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI eksklusif,

pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian

immunisasi) ; pemberian vitamin K, manajemen terpadu bayi muda (MTBM)

dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan Buku KIA.

Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi umur 1-12

bulan di saran pelayanan kesehatan maupun dirumah, posyandu, tempat

penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas.

Pelayanan kesehatan tersebut meliputi deteksi dini kelainan tumbuh kembang

bayi (DDTK).

Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah

lahir. Penanganan BBLR meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan

resusitasi pencegahan hipotermia, pemberiaan ASI dini dan eksklusif,

pencegahan infeksi berupa perawatan mata, talipusat, kulit dan imunisasi)

pemberian vitamin K, manajemen terpadu bayi muda (MTBM), penanganan

penyulit/komplikasi/masalah BBLR dan penyuluhan perawatan neonatus di

rumah menggunakan Buku KIA. Cakupan bayi berat badan lahir rendah/BBLR

yang ditangani adalah cakupan BBLR yang ditangani sesuai standar oleh Dokter,

Bidan dan Perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan neonatal dan

penanganan BBLR, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3. Pelayanan Kesehatan Balita

Pelayanan DDTK balita dan Prasekolah meliputi kegiatan deteksi dini

masalah kesehatan anak menggunakan MTBS, monitoring pertumbuhan

(36)

motoring halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian); penanganan penyakit

sesuai MTBS, penanganan masalah pertumbuhan, simulasi perkembangan anak

balita dan prasekolah; pelayanan rujukan ke tingkat yang lebih mampu. Setiap

anak umur 0 sampai dengan 5 tahun memperoleh pelayanan DDTK minimal 2

kali per tahun (setiap 6 bulan sekali). Pelayanan DDTKdiberikan di dalam di

dalam gedung maupun diluar gedung (Posyandu, Taman Kanak kanak, Tempat

penitipan anak, Panti asuhan) oleh Dokter Bidan dan Perwat yang memiliki

kompetensi klinis kesehatan anak, DDTK, MTBM dan MTBS. Cakupan deteksi

dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah adalah cakupan anak umur 0-5

tahun yang dideteksi kesehatan dan tumbuh kembangnya sesuai dengan standar

oleh Dokter, Bidan dan Perawat, paling sedikit 2 kali per tahun, di satu wilayah

kerja pada kurun waktu tertentu.

4. Pelayanan Kesehatan Klinik

Rawat Jalan adalah pelayanan keperawatan kesehatan perorangan yang

meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik tanpa tinggal di

ruang rawat inap pada sarana kesehatan. Cakupan rawat jalan adalah jumlah

kunjungan kasus baru rawat jalan di sarana kesehatan dalam kurun waktu 1

(satu) tahun.

Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi

observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang

rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta pada

puskesmas perawatan dan bersalin, yang oleh karena penyakitnya penderita

harus menginap. Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru

di sarana pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah di satu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu.

5. Pelayanan Gizi

Bayi Bawah Garis Merah (BGM) keluarga miskin adalah bayi usia 6-11

bulan yang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah

pada KMS. Keluarga miskin (Gakin) adalah keluarga yang ditetapkan oleh

Pemerintah Daerah Kab/Kota melalui Tim Koordinasi Kab/Kota (TKK) dengan

(37)

secara tepat sesuai dengan Gakin yang disepakati. Cakupan Pemberian makanan

pendamping ASI pada bayi BGM dari keluarga miskin adalah pemberian

MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari selama 90 hari.

Balita adalah anak usia di bawah lima tahun (0-49 bulan) yang ada di

Kab/Kota. Gizi buruk adalah status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi

badan (TB) dengan Z score < -3 dan atau dengan tanda klinis (marasmus,

kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor). Balita gizi buruk mendapat perawatan

adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai

tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin A adalah

bayi yang berumur mulai umur 6 bulan s/d 11 bulan dan anak umur 12- 59 bulan

yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A dosis tinggi

terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 SI yang

diberikan kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A berwarna merah

dengan dosis 200.000 SI yang diberikan kepada anak umur 12-59 bulan.

Cakupan balita mendapat kapsul Vitamin A adalah cakupan bayi 6 -11 bulan

mendapat kapsul Vitamin A satu kali dan anak umur 12 – 59 bulan mendapat

kapsul Vitamin A dosis tinggi dua kali per tahun di satu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu.

Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trisemester I s/d

trisemester III. Tablet Fe adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi

Anemia Gizi Besi yang diberikan pada Bumil. Cakupan ibu hamil mendapat

tablet Fe adalah cakupan Ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama periode

kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

6. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi

Ibu hamil Risti/ komplikasi yang tertangani adalah keadaan

penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan

kematian ibu maupun bayi. Risti/ komplikasi kebidanan meliputi anemia ( Hb< 8

g%), Tekanan darah tinggi (sistol >140 mmHg, diastol >90 mmHg), edema

nyata, eklamsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada

(38)

sepsis, persalinan prematu. Ibu hamil resiko tinggi/kompliksasi yang tertangani

adalah Ibu hamil resiko tinggi/komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan

terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah/swasta dengan

fasilitas PONED dan PONEK (Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi

Dasar dan Komprehensif).

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari. Neonatus Risti/

komplikasi adalah neonatus dengan penyimpangan dan normal yang dapat

menyebabkan kesakitan dan kematian. Neonatus meliputi: Asfiksia, Tetanus

Neonatorum, Sepsis, trauma Lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2500 gram),

Sindroma Gangguan pernafasan dan kelainan kongenital. Cakupan Neonatus

risti/komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani

sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan

dan Rumah Sakit Pemerintah/swasta.

7. Pelayanan Gawat Darurat

Kemampuan pelayanan gawat darurat adalah upaya cepat dan tepat untuk

segeramengatasi puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan Resusitasi

Jantung Paru Otak (Cardio – Pulmonary – Crebral – Resusitation) agar

kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekankan sampai minimal

dengan menggunakan bantuan hidup dasar (Basic Life Support) dan bantuan

hidup lanjut (ALS). Cakupan sarana kesehatan yang telah mempunyai

kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar dan

dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu.

4.3.4. Pengendalian Masalah Kesehatan

1. Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Program

penanggulangan yang dilaksanakan adala promotif dengan penyediaan

media promosi, preventif dengen pelatihan kader DBD, pemberdayaan

patroli kesehatan, dan pemeriksaan jentik berkala, kuratif dengan

(39)

fogging, fogging fokus, dan surveilasn epidemiologi DBD. Kegiatan

yang paling digencarkan adalah upaya promotif yaitu gerakan PSN

dengan metode 3M plus.

2. AIDS

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang ditularkan

melalui cairan tubuh seperti darah dan semen. Tujuan dari program

pengendalian dan penanggulangan HIV/AIDS adalah penurunan

kerentanan penularan HIV/AIDS, pencegahan melalui transmisi sexual,

peningkatan penyediaan darah yg aman untuk transfusi, penurunan

prevalensi IMS, pencegahan penularan dari ibu ke anak, pencegahan

penularan pd pemulasaran jenazah, penerapan kewaspadaan universal,

pengurangan penularan pd penasun, peningkatan kwalitas hidup ODHA,

penghapusan stigma dan diskriminasi pd ODHA, dan pengurangan

perilaku berisiko tinggi. Pengurangan dampak buruk dapat dilakukan

dengan pendidikan sebaya, pelayanan kesehatan dasar, perawatan dan

pengobaan HIV/AIDS, substitusi oral terapi NAPZA, komunikasi

informasi edukasi, penjangkauan, konseling testing HIV, pencegahan

ineksi pertukaran jarum suntik, dan pemusnahan jarum suntik bekas

pakai. Untuk itu, telah dibentuk berbagai pelayanan komprehensif

berkelanjutan yaitu:

a. Klinik Infeksi Menular sexual (IMS)

b. Klinik Konseling dan Tes HIV (KT HIV)

c. Perawatan Dukungan dan Perawatan (PDP/CST)Inf. Opurtunistik (IO) &

Anti Retro viral Th/ (ART)

d. Kolaborasi TB-HIV

e. Layanan Alat Suntik Steril (LASS)

f. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM/MMT)

g. Pencegahan Penularan Ibu ke Anak (PPIA/PMTCT)

3. Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

(40)

tuberkulosis adalah komitmen politis, diagnosis dengan mikroskop,

pengobatan jangaka pendek dengan pengawasan langsung, jaminan OAT

yang bermutu, dan pencatatan baku. Standar pelayanan TB sesuai dengan

ISTC.

4. Imunisasi

Pedoman dan jadwal imunisasi mengikuti pedoman IDAI.

(41)

BAB 5 KESIMPULAN

Program kerja di Dinas Kesehatan Kota Medan ditanggung jawabi oleh

masing-masing bidang dan sub bidang. Bidang yang selalu menjadi sorotan adalah

dalam bidang pelayanan kesehatan berkaitan dengan hasil yang dapat dinilai

oleh masyarakat. Setiap 5 tahun, diadakan Rakerkesda untuk menentukan visi,

misi, tujuan dalam penyusunan program kerja. Adapun tanggung jawab Dinas

Kesehatan Kota Medan yang paling penting yaitu dalam pengaturan puskesmas.

Dalam hal ini, telah dibuat program dan sasaran kegiatan yang harus dilaporkan

Referensi

Dokumen terkait

mahasiswa yang diselenggarakan oleh EEC UNY pada tanggal 15 Oktober 2011 di FE UNY 7 11) Mengelola upaya penjualan. Sangat penting untuk menggunakan prinsip-prinsip penjualan

Beberapa kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat Indonesia antara lain sebagai berikut. Kearifan lokal dalam karya-karya masyarakat, misalnya pada seni tekstil

PERINGKAT AKREDITASI    KESEIMBANGAN ANTARA FOKUS PENILAIAN KE-LAYAKAN DAN KINERJA SEKOLAH/MADRASAH KESEIMBANGAN ANTARA PENILAIAN INTERNAL DAN EKSTERNAL KESEIMBANGAN HASIL

Proses Peyelidikan dan Penyidikan yang dilakukan Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Sal Reskrim Polresta Yogyakarta sudah sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun

Meskipun dokumen ini telah dipersiapkan dengan seksama, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi hukum dan keuangan

Pengembangan Peta Digital Kota Salatiga Berbasis Animasi.. Laporan

Organ merupakan kumpulan berbagai jaringan (tidak selalu sama) yang bersatu membentuk suatu material struktural dan fungsional tertentu. Sistem organ adalah kelompok berbagai

Pengaruh Kualitas Produk Dan Brand Image Terhadap Loyalitas Pelanggan Dengan Kepuasan Konsumen Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Konsumen Produk “Supermi”