• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Retensio Urine (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Pendahuluan Retensio Urine (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Retensio urine adlah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth). Retensio urine adalah sutau keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna (PSIK UNIBRAW).

Urin merupakan hasil dari ekskresi manusia yang dihasilkan dari penyaringan darah yang dilakukan di ginjal. Urin normal berwarna kekuning-kuningan atau terang dan transparan.Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.

Dalam urin bisa terdapat amonia. Amonia adalah suatu produk yang dihasilkan ketika proses pencernaan protein. Hati memproduksi amonia yang berbahaya terutama jika fungsi hati juga tidak berjalan dengan baik. Setiap menit akan mengalir sejumlah 1060 ml darah (1/5 cardic out put) menuju ke 2 ginjal melalui arteri renalis. Dari jumlah tersebut darah yang akan kembali melalui vena renalis sejumlah 1059 ml sedangkan sisanya sebesar 1 ml akan keluar sebagai urin.

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih)

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi refek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfnger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).

(2)

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah : 1. Apa yang dimaksud denganRetensi urine ?

2. Bagaimana anatomi dan fsiologi Perkemihan ? 3. Apa penyebab dari Retensi urine?

4. Apa saja faktor resiko dari Retensi urine? 5. Bagaimana klasifkasi dari Retensi urine ?

6. Bagaimana patofsiologi dan pathway dari Retensi urine? 7. Apa saja manifestasi klinis dari Retensi urine?

8. Apa komplikasi yang akan ditimbulkan dari Retensi urine ? 9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dariRetensi urine ? 10. Bagaimana penatalaksanaan dariRetensi urine?

11. Bagaimana pencegahan dari Retensi urine?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini dibedakan menjadi dua yakni : 1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan ini secara umum adalah agar mahasiswa dapat memahami “LANDASAN TEORI “Retensi urine” dan bisa di terapkan dalam praktek keperawatan nantinya.

2. Tujuan Khusus

Tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya sebagai berikut : a) Memahami tentang pengertian dari Retensi urine

b) MemahamikembalianatomidanfsiologiPerkemihan c) MemahamitentangetiologidariRetensi urine

d) Memahamitentangfaktor resiko dari Retensi urine e) MemahamitentangklasifkasidariRetensi urine

f) Memahamitentangpatofsiologi/pathway dariRetensi urine g) MemahamitentangmanifestasiklinisdariRetensi urine h) MemahamikomplikasidariRetensi urine

i) MemahamitentangpemerikaandiagnosadariRetensi urine j) MemahamitentangpenatalaksanaanmedisdariRetensi urine k) Memahami tentang pencegahan dari Retensi urine

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN RETENSI URIN

Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria. (Kapita Selekta Kedokteran).

Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi secara akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes 1995). Retensio urine adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut.(Brunner & Suddarth). Retensio urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. (PSIK UNIBRAW).

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN

Struktur anatomi dan fsiologi system urinaris bagian bawah.

Sistem urinaria bagian bawah terdiri atas buli-buli dan uretra yang keduanya harus bekerja secara sinergis untuk dapat menjalankan fungsinya dalam menyimpan (storage) dan mengeluarkan (voiding) urine. Buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas mukosa, otot polos destrusor, dan serosa. Pada perbatasan antara buli-buli dan uretra, terdapat sfngter uretra interna yang terdiri atas otot polos. Sfngter interna ini selalu tertutup pada saat fase miksi atau pengeluaran (evacuating). Disebelah distal dari uretra posterior terdapat sfngter uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris dari otot dasar panggul. Sfngters ini membuka pada saat miksi sesuai dengan perintah dari korteks serebri. (buku dasar-dasar urologi)

Pada fase pengisian, terjadi relaksasi otot destrusor dan pada fase pengeluaran urine terjadi kontraksi otot detrusor. Selama pengisian urine, buli-buli mampu untuk melakukan akomodasi yaitu meningkatkan volumenya dengan mempertahankan tekanannya dibawah 15 cm H2O, sampai volumenya

cukup besar. (buku dasar-dasar urologi ) 2.3 ETIOLOGI

(4)

1. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis S2 S4 setinggi T12L1.Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel,tabes doraslis, atau spasmus sfnkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.

2. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.

3. Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil,tumor pada leher vesika, atau fmosis.

4. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan patologi urethra(infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.

5. Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine), preparatantidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat antihistamin (Pseudoefedrin hidroklorida= Sudafed), preparat penyekat β adrenergic (Propanolol), preparat antihipertensi(hidralasin)

2.4 KLASIFIKASI RETENSI URINE 1. Retensi urin akut

Retensi urin yang akut adalah ketidakmampuan berkemih tiba-tiba dan disertai rasa sakit meskipun buli-buli terisi penuh. Berbeda dengan kronis, tidak ada rasa sakit karena urin sedikit demi sedikit tertimbun. Kondisi yang terkait adalah tidak dapat berkemih sama sekali, kandung kemih penuh, terjadi tiba-tiba, disertai rasa nyeri, dan keadaan ini termasuk kedaruratan dalam urologi. Kalau tidak dapat berkemih sama sekali segera dipasang kateter

3. Retensi urin kronik

Retensi urin kronik adalah retensi urin ‘tanpa rasa nyeri’ yang disebabkan oleh peningkatan volume residu urin yang bertahap. Hal ini dapat disebabkan karena pembesaran prostat, pembesaran sedikit2 lama2 ga bisa kencing. Bisa kencing sedikit tapi bukan karena keinginannya sendiri tapi keluar sendiri karena tekanan lebih tinggi daripada tekanan sfngternya. Kondisi yang terkait adalah masih dapat berkemih, namun tidak lancar , sulit memulai berkemih (hesitancy), tidak dapat mengosongkan kandung kemih dengan sempurna (tidak lampias). Retensi urin kronik tidak mengancam nyawa, namun dapat menyebabkan permasalahan medis yang serius di kemudian hari.

Perhatikan bahwa pada retensi urin akut, laki-laki lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan 3/1000 : 3/100000. Berdasarkan data juga dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya umur pada laki-laki, kejadian retensi urin juga akan semakin meningkat.

2.5 MANIFESTASI KLINIS

(5)

Adaun tanda dan gejala dari pnyakit retensi urin ini adalah : 1. Di awali dengan urin mengalir lambat

2. Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan kandung kemih tidak efsien.

3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih

4. Terasa ada tekanan, kadang trasa nyeri dan kadang ingin BAK 5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc

Tanda klinis retensi:

1. Ketidak nyamanan daerah pubis 2. Distensi vesika urinia.

3. Ketidak sanggupan untuk berkemih.

4. Ketidak seimbangan jumlah urin yang di keluarkan dengan asupannya. Retensi urine dapat menimbulkan infeksi yang bisa terjadi akibat distensi kandung kemih yang berlebihan gangguan suplai darahpada dinding kandu kemih dan proliferasi bakteri. Gangguan fungsi renal juga dapat terjadi, khususnya bila terdapat obstruksi saluran kemih.

2.6 FATOFISIOLOGI

Secara garis besar penyebab retensi dapat dapat diklasifkasi menjadi 5 jenis yaitu :

1. Obstruksi 2. Infeksi 3. Farmakologi 4. Neurologi 5. Faktor trauma

Obstruksi pada saluran kemih bawah dapat terjadi akibat faktor intrinsik atau faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal dari sistem saluran kemih dan bagian yang mengelilinginya seperti pembesaran prostat jinak, tumor buli-buli, striktur uretra, phimosis, paraphimosis, dan lainnya. Sedangkan faktor ekstrinsik, sumbatan berasal dari sistem organ lain, contohnya jika terdapat massa di saluran cerna yang menekan leher buli-buli, sehingga membuat retensi urine. Dari semua penyebab, yang terbanyak adalah akibat pembesaran prostat jinak. Penyebab kedua akibat infeksi yang menghasilkan peradangan, kemudian terjadilah edema yang menutup lumen saluran uretra. Reaksi radang paling sering terjadi adalah prostatitis akut, yaitu peradangan pada kelenjar prostat dan menimbulkan pembengkakan pada kelenjar tersebut. Penyebab lainnya adalah uretritis, infeksi herpes genitalia, vulvovaginitis, dan lain-lain. 3 Medikasi yang menggunakan bahan anti kolinergik, seperti trisiklik antidepresan, dapat membuat retensi urine dengan cara menurunkan kontraksi otot detrusor pada bulibuli.

(6)

mediator prostaglandin. Banyak obat lain yang dapat menyebabkan retensi urine.

Secara neurologi retensi urine dapat terjadi karena adanya lesi pada saraf perifer, otak, atau sumsum tulang belakang. Lesi ini bisa menyebabkan kelemahan otot detrusor dan inkoordinasi otot detrusor dengan sfngter pada uretra.

Penyebab terakhir adalah akibat 5 trauma atau komplikasi pasca bedah. Trauma langsung yang paling sering adalah straddle injury, yaitu cedera dengan kaki mengangkang, biasanya pada anak-anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedalnya, sehingga jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda. 2.7 KOMPLIKASI

1. Urolitiasis atau nefrolitiasis

Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal, sedangkan urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. 2. Pielonefritis

Pielonefritis adalah radang pada ginjal dan saluran kemih bagian atas. Sebagian besar kasus pielonefritis adalah komplikasi dari infeksi kandung kemih (sistitis). Bakteri masuk ke dalam tubuh dari kulit di sekitar uretra, kemudian bergerak dari uretra ke kandung kemih. Kadang-kadang, penyebaran bakteri berlanjut dari kandung kemih dan uretra sampai ke ureter dan salah satu atau kedua ginjal. Infeksi ginjal yang dihasilkan disebut pielonefritis.

3. Hydronefrosis 4. Pendarahan

5. Ekstravasasi urine

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan specimen urine.

2. Pengambilan: steril, random, midstream.

3. Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit. 4. Sistoskopy, IVP

Table urinalitis No

.

Pemeriksa an

Normal Abnormal

Warna Kekuning-kuningan Merah : Menunjukan hematuri

(7)

Kejernihan Jernih Keruh : Terdapatkotoran,

sendimenbakteri (infeksiurinaria) Bobotjenis 1.003-100351 Biasanyamenunjukan intake cairan

semakin sedikit iritan cairan semakin tinggi bobot jenis

Bila bobot jenih tetap rendah (1.010-1.014) di duga terdapat penyakit ginjal.

Protein 0-8 mg/dl Protein uria dapat terjadi karena diet tinggi protein dan karena banyak gerakan (terutama yang lam ) Gula 0 Terlihat pada penyakit renal Eritrosit 0-4 Cedera jaringan ginjal

Leukosit 0-5 Infeksi saluran kemih Cast/

silinder

0 Infeksi saluran ginjal, penyakit renal

PH 4.6-6.8 ( rata-rata 6.0 )

Alkali bila dibiarkan atau pada infeksi saluran Kemih, tingkat asam

meningkat pada asidosistubulusrenalis Keton 0 Keton uria terjadi karena kelaparan

dan ketoasidosis diabetic

2.9 PENATALAKSANAAN

Bila diagnosis retensi urin sudah ditegakkan secara benar,

penatalaksanaan ditetapkan

berdasarkan masalah yang berkaitan dengan penyebab retensi urinnya. Pilihannya adalah

1. Kateterisasi

(8)

BAB III

KONSEP KEPERAWATAN 3.1 PENGKAJIAN

1. Identitas

Nama, Umur, Jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.

2. Keluhan utama

Biasnaya klien merasakan rasa tidak enak pada uretra kemudian di ikuti nyeri ketika berkemih atau nyeri saat kencing.

3. Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri, dan kapan keluhan dirasakan.

4. Riwayat penyakit dulu

Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya 5. Riwayat kesehatan keluarga

(9)

3.2 PENGUMPULAN DATA 1. Aktivitas/istirahat

Gejala : Tidak bisa tidur/istirahat dengan tenang jika rasa nyeri timbul

Tanda : Gelisah 2. Eliminasi

Gejala : Penrunan dorongan aliran urine, keragu-raguan pada awal berkemih,

kandung kemih terasa pnuh, tidak dapat erkemih kecuali dngan cara mengejan, urin keluar sedikt-sedikit.

Tanda : disensi vesika urinaria, pengeuaran urin < 1500 ml/hari, pengeluaran urin

edikit , nampak pemasangan kateter. 3. Makanan/ cairan

Gejala : klien mengeluh tidak nafsu makan , klien mengluh mual muntah

Tanda : penurunan BB < porsi makan tidak dihabiskan 4. Sesksualitas

Gejala : penurunan kemampuan dalam melakukan hubungan seksual.

5. Nyeri/kenyamanan

Gejala : klin mengeluh nyeri saatberkemih

Tanda : ekspresi wajah nampak mringas dan tampak memegang area yang sakit

6. Integritas ego

Gejala : klien megeluh mengenai penyakitnya Tanda : klin tampak gelisah

3.3 PENGELOMPOKAN DATA Data subjektif :

1. Klien mengeluh tidak bisa tidurr dan istirahat 2. Klien mengeluh berkemih dengan cara mengejan 3. Klien mengeluhkan keragu-raguan pada saat berkemih 4. Klien mengeluhkan kandung kemih nya terasa pnuh 5. Klien menglh urinnya keluar sedikit-sedikit

6. Klien mengeluhkan tidak nafsu makan 7. Klien mengeluh mual dn muntah

8. Klien mengluhkan penurunan kemampuandalam mlakukan hubungan seksual

9. Klien menglh nyeri pada saa berkemih

10.Klien mengeluh khawatir dengan penyakitnnya Data Objektif

1. Gelisah

(10)

3. Pengeluaran urin < 1500 ml/hari

4. Penurunan BB , orsi makan tamak tidak di habiskan 5. Ekspresi wajah meringis saat neri timbul

6. Nyeri tekan daerah suprapubik 7. Distensi abdomen

8. Tampak engeluran urin sedikit 9. Tamak memegaang area yang sakit 3.4 ANALISA DATA

b. Klien mengeluh tidak bisa tidur dan istirahat

c. Klien mengeluh berkemih dengan cara mengejan

(11)

Pengeluaran urin < 1500 ml / hari relaksasi otot

3.4.1 Nyeri b/d agen cidera biologis

3.4.2 gangguan eliminasi urine b/d retensi urine 3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN

N O

Diagnosa kep. Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

c. Kualitas dan faktor presipitasi

(12)

i. Mencatat

d. bantu pasien dan

keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan

e. kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi

a. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

a. Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya b. Kaji ulang frekuensi

mengkritik dirinya c. Bimbing pasien untuk

(13)

tubuh bau pesing) f. Jelaskan tentang

pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit (tawarkan bantuan dari profesional lain sprtpsikolog, ahli konseling seksual)

b. Fasilitasikontakdenganin dividu lain

dalamkelompokkecil yang

(14)

BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan hasil analisa dari bab I sampai pada bab III dapat disimpulkan bahwa Retensio urine adalah ketidakmampuan melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut atau tertahanya urine didalam kandung kemih.

Klien dengan retensio urine dapat terjadi karena berbagai factor seperti: a. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, b. pembesaran porstat

c. kelainan patologi urethra.

Oleh karena itu perlu dilakukan perawatan dan Penatalaksanaan pada kasus retensio urine dengan cara :

a. Kateterisasi urethra.

b. Dilatasi urethra dengan boudy. c. Drainage suprapubik.

4.2 SARAN

Referensi

Dokumen terkait

5eluhan yang paling utama adalah hematuri )-*+ baik mikroskopis maupun makroskopis tanpa disertai rasa nyeri dan intermiten. Pada masa sebagian ke!il pasien dapat

Asfiksia Neonatotum adalah keadaan dimana bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.. Keadaan ini biasanya

- Sering terbangun pada malam hari untuk miksi - Keinginan untuk berkemih tidak dapat ditunda - Nyeri atau terasa panas pada saat berkemih - Pancaran

His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung kencing dan otot- otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul beberapa hari sampai satu

c. Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek dan tidak nyeri tekan. Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan. Jika dimasukkan kedalam

1) Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di saluran kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter

Batu yang kecil dapat lekuar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin; sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan

Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat