• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Laju D Reaksi Berkesudahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hukum Laju D Reaksi Berkesudahan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Hukum Laju Reaksi Berkesudahan

Nurul Fadhillah Agdisti, Fajri Rahmat Saputra, Nindia Novari*

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang Jln. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Barat Padang, Indonesia Tlp.0751 7057420

*nindia@gmail.com

Abstrak-Pada eksperimen ini akan dilakukan penentuan orde reaksi dan hukum laju reaksi dari reaksi oksidasi H2O2 oleh KI dalam suasana asam. Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk mengetahui hukum laju serta orde pereaksi dari reaksi berkesudahan. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah H2O2 pekat, larutan KI 0,2 M, larutan kanji 2%, larutan Na2S2O3 0,03 M, larutan Buffer D dengan pH 4,7, dan larutan Buffer E dengan pH 5,0. Metode yang dilakukan adalah dengan mengatur konsentrasi dari pereaksi yang akan ditentukan orde reaksinya berubah dan konsentrasi pereaksi lainnya dalam keadaan konstan. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa orde reaksi H2O2 adalah 1,7095, H3O+ adalah 0 dan I- adalah 0,32. Nilai kontanta laju reaksi tersebut adalah 0,1757. Dan hukum laju reaksi nya adalah

r=0,10757

[

H

2

O

2

]

1,7095

[

I

-

]

0,32 .

Kata Kunci : laju reaksi, orde reaksi, reaksi berkesudahan,

I. PENDAHULUAN

Bidang kimia yang membahas laju reaksi disebut kinetika kimia yang

didasarkan pada fakta bahwa ada reaksi yang berlangsung sangat cepat (seperti terbakarnya bensin) dan ada yang sangat lambat (seperti besi berkarat). Laju rekasi adalah pengurangan konsentrasi pereaksi atau pertambahan konsentrasi hasil reaksi per satuan waktu, sehingga satuan laju reaksi itu adalah mol Ls -1. Pada praktikum kimia dasar 2 telah dilakukan percobaan untuk mengetahui faktor-faktor penentu laju reaksi secara kualitatif, yaitu kereaktifan pereaksi, luas permukaan pereaksi, konsentrasi pereaksi, suhu dan katalis. Di dalam modul ini akan dilakukan percobaan untuk

menentukan faktor penentun laju reaksi tersebut secara kuantitatif. Contohnya untuk reaksi umum

Mempunyai persamaan laju reaksi (r) :

dengan k adalah konstanta laju reaksi, sedangkan x = orde terhadap (A), y = orde terhadap (B) dan z = orde terhadap (C). Orde reaksi = x + y + z. Nilai z, y dan z mungkin bilangan bulat 0, 1, 2, 3 dan pecahan.

Pengaruh konsentrasi masing-masing pereaksi bergantung pada ordenya,

sedangkan faktor kereaktifan, luas

(2)

kemudian akan dapat ditentukan nilai k, yaitu dari persamaan laju reaksinya.

(Tim Kimia Fisika, 2017 : 1-4)

Laju reaksi merupakan peristiwa perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satuan waktu. Laju reaksi juga dapat dinyatakan sebagai suatu laju terhadap kurangnya konsentrasi suatu pereaksi. Konstanta laju reaksi merupakan laju reaksi bila konstanta dari masing-masing jenis larutan kecepatan reaksinya berbanding lurus dnegan konsentrasi tiga pengikut. Biasanya laju reaksi tidak bergantung pada orde reaksi. Suatu reaksi yang merupakan proses suatu satu tahap didefinisikan reaksinya yaitu reaksi dasar (Bird, 2003).

Hukum laju reaksi merupakan suatu bentuk persamaan yang menyatakan laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi semua yang ada termasuk produkproduk yang dihasilkan dalam reaksi tersebut. Hukum laju mempunyai dua penerapan utama, yaitu penerapan teoritis yang merupakan pemandu dalam mekanisme reaksi, sedangkan penerapan praktikannya akan dilakukan setalah mengetahui hukum laju reaksi dan konstanta lajunya ( Atkins,1996).

Kecepatan suatu reaksi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,

yaiu konsentrasi, luas permukaan sentuhan, suhu dan katalis. Rumus yang menyatakan hubungan antara kecepatan reaksi dan konstanta disebut rumus kecepatan reaksi. Rumus kecepatan reaksi diturunkan dari persamaan reaksi stoikiometrik. Untuk mempercepat laju reaksi ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu memperbesar energi kinetik suatu partikel-partikel zat tersebut menyerap energi kalor. Pada suhu yang lebih tinggi molekul banyak bergerak lebih cepat sehingga energi kinetikmya bertambah. Peningkatan energi kinetik menyebabkan kompleks teraktivasi lebih cepat terbentuk, karena energi aktivasi mudah terlampaui. Dengan demikian, reaksi berlangsung lebih cepat kecepatan) dengan setiap massa aktif menigkat sampai daya tertentu. Daya tertentu tersebut tidak harus angka-angka bulat dan tidak disimpulkan dari persamaan reaksinya ( Anonim, 2010).

(3)

bereaksi harus bertabrakan langsung. Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat reaksi ( Syukri, 1999).

Dalam eksperimen ini akan

M, larutan Buffer D dengan pH 4,7, dan larutan Buffer E dengan pH 5,0. Larutan buffer D dan buffer E

dihasilkan direaksikan dengan larutan natrium+ thiosufat. Jumlah larutan natrium thiosulfat harus lebih sedikit dari jumlah I3

-yang dihasilkan. Lalu kelebihan I3- akan

bereaksi dengan amilum mengubah warna larutan dari bening menjadi biru. Reaksi yang terjadi adalah :

I

3

Orde reaksi dari reaksi ini adalah x,y dan z. Orde reaksi dan persamaan laju reaksi ini yang akan ditentukan melalui eksperimen ini.

II. METODOLOGI

II.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam eksperimen ini adalah gelas piala, pipet takar, batang pengaduk, pipet gondok, magnetik stirrer, erlenmeyer, stopwatch, dan pH meter.Bahan-bahan yang digunakan adalah H2O2 pekat,

larutan KI 0,2 M, larutan kanji 2%, larutan Na2S2O3 0,03 M, larutan Buffer

D dengan pH 4,7, dan larutan Buffer E dengan pH 5,0.

II.2. Prosedur kerja

1. Menentukan nilai x (orde H2O2)

Tabel 1

Campurkan seluruh larutan kecuali KI berdasarkan tabel 1. Latakkan diatas kertas bersih pada magnetik stirrer. Lalu tambahkan 5 tetes amilum. Aduk larutan. Lakukan pencatatan waktu saat warna berubah menjadi biru. Lakukan sebanyak 2 kali. Tentukan nilai x atau orde H2O2.

2. Menentukan nilai y (orde H3O+)

Tabel 2.

Campurkan seluruh larutan kecuali KI berdasarkan tabel 2. Latakkan diatas kertas bersih pada magnetik stirrer. Lalu tambahkan 5 tetes amilum. Aduk larutan. Lakukan pencatatan waktu saat warna berubah menjadi biru. Lakukan sebanyak 2

D Amilum(tetes) (mL)KI

1 2 3 5 5 10

E Amilum(tetes) (mL)KI

1 2 2 5 5 6

(4)

Campuran sebelum

Campurkan seluruh larutan kecuali KI berdasarkan tabel 2. Latakkan diatas kertas bersih pada magnetik stirrer. Lalu tambahkan 5 tetes amilum. Aduk larutan. Lakukan pencatatan waktu saat warna berubah menjadi biru. Lakukan sebanyak 2 kali. Tentukan nilai z atau orde I-.

III. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil pengamatan

1. Menentukan nilai x (orde H2O2) ditentukan orde reaksi dan hukum laju reaksi dari reaksi berkesudahan

Reaksi berkesudahan adalah reaksi habisnya I3- yang bereaksi

dengan natrium thiosulfat. Dengan mengatur konsentrasi dari pereaksi dapat ditentukan orde reaksi dan hukum laju dari reaksi tersebut. Persamaan laju reaksi tersebut adalah :

r

=

k

[

H

2

O

2

]

x

¿ ¿

E Amilum(tetes) (mLKI

)

1 2 2 5 5 6 2 0,5

(5)

Mulanya seluruh campuran dicampurkan kecuali KI. Lalu ditambahkan Indikator kanji. Indikato kanji berfungsi sebagai indikator untuk mengetahui apakah I3- terbentuk

dalam reaksi yang terjadi dalam campuran. Karena dalam eksperimen ini H2O2 pekat yang digunakan,

larutan saat awal pertambahan KI berwarna biru namun setelah dibiarkan larutan berubah menjadi warna coklat kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwaI3- banyak terbentuk dalam

reaksi tersebut. Karena semakin pekat H2O2 yang digunakan semakin banyak

I3- yang terbentuk.

Dari hasil perhitungan dan pengamatan didapatkan bahwa orde reaksi Hidrogen peroksida adalah 1,7095, orde reaksi H3O+ adalah 0 dan

orde reaksi KI atau I- adalah 0,32. Hal

ini menunjukkan bahwa konsentrasi asam yang terdapat dari campuran tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi dari reaksi tersebut. Nilai konstanta lajunya adalah 0,10757 dan persamaan laju reaksinya adalah :

r

=

0,10757

[

H

2

O

2

]

1,7095

¿ ¿

IV. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Laju reaksi suatu reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi dari pereaksi yang terlibat.

2. Untuk menentukan orde reaksi dari pereaksi yang terlibat dapat dilakukan dengan mengatur konstrasi dari pereaksi yang terlibat.

3. Orde reaksi H2O2adalah 1,7095.

4. Orde reaksi H3O+ adalah 0

5. Orde reaksi I- adalah 0,32

6. Hukum laju reaksi dari reaksi berkesudahan tersebut adalah :

r

=

0,10757

[

H

2

O

2

]

1,7095

¿ ¿

V. UCAPAN TERIMA KASIH

1. Bapak Umar Kaalmar Nizar,S.Si, M,Si sebagai pembimbing 1 penelitian ini. 2. Bapak Ananda Putra,S.Si, M,Si, Ph,D

sebagai pembimbing 2 penelitian ini. 3. Joni darmanto sebagai asisten dosen

Kimia Fisika 2.

4. Serlitya Anvika Putri sebagai Asisten dosen Kimia Fisika 2.

REFERENSI

[1] Anonim. 2010. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.

[2] Atkins, R.W. 1996. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta : Rineka Cipta.

[3] Bird, T. 2003. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama [4] Keenan, C.W. De, dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

[5] Ryan. 2001. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta : Erlangga.

[6] Suroso. 2002. Biokimia 1. Yogyakarta : UGM.

[7] Syukri. 1999. Kimia Dasar. Bandung : ITB.

(6)

LAMPIRAN

Perhitungan

1. Menentukan nilai x atau orde H2O2

Reaksi yang terjadi :

H

2

O

2

+

3

I

−¿+H3O +¿→ I3

−¿+4H2O¿ ¿

¿

I

3

−¿+2S2O32−¿→S4O6 2−¿+3I−¿ ¿¿

¿¿

Laju reaksi :

r

=

k

[

H

2

O

2

]

x

¿ ¿

Diketahui :

¿ ¿ ¿

¿ ¿ ¿

[

H

2

O

2

]

1

x

[

H

2

O

2

]

2x

=

r

r

1

2

(

2

3

)

x

=

0,5

1

x

=

log

2 3

0,5

x

=

1,7095

2. Menentukan nilai y (orde H3O+)

(7)

r

=

k

[

H

2

O

2

]

x

¿ ¿

Diketahui :

[

H

2

O

2

]

1

x

=[

H

2

O

2

]

2

x

¿ ¿ ¿

¿ ¿ ¿ ¿

(

5

6

)

x

=

1

1

y

=

log

5 6

1

x

=

0

3. Menentukan nilai z (orde I-)

Laju reaksi :

r

=

k

[

H

2

O

2

]

x

¿ ¿

Diketahui :

[

H

2

O

2

]

1

x

=[

H

2

O

2

]

2

x

¿ ¿ ¿

¿ ¿ ¿ ¿

(

5

6

)

x

=

0,94

1

y

=

log

5 6

0,94

x

=

0,32

4. Menentukan nilai k laju reaksi :

r

=

k

[

H

2

O

2

]

1,7095

¿ ¿

0,5

=

k

2

1,7095

3

0,32

k

=

0,10757

5. Hukum laju reaksi

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Angka ini lebih besar dari α=0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan siklus menstruasi remaja putri di Prodi D-III Kebidanan

Mahasiswa menyerahkan 2 (dua) copy Revisi Naskah Kualifikasi berikut bukti persetujuan perbaikan yang telah ditandatangani oleh seluruh penguji kepada KPS, dengan disertai

Adanya kewenangan KPUD dalam menyelenggarakan, mengawasi dan menentukan kampanye dalam Pilkada Serentak Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar 2015 tersebut, yang terjadi di

(4)Menyimpan naskah/arsip perpajakan atas bukti pemungutan/pemotongan, bukti penyetoran (SSP), bukti pelaporan pajak (SPT).Adapun tugas pokok Divre adalah membina dan mengendalikan

Banten pernah diserang sama Demak, jadi kerajaan bawahan lalu atas penunjukan sultan Demak, pada tahun 1526 Sultan Hasanuddin ditunjuk sebagai adipati Banten. Lalu 1552

Dengan dibuatnya pakaian wanita siap pakai dengan inspirasi motif dari tenun Sumba, kemudian motif Sumba yang dikembangkan dengan teknik cukil kayu, merupakan suatu bentuk

Flood Insecurity Estimation in Java Island using Remote Sensing and Geographic Information System... Merapi Hazard Insecurity Using Remote Sensing and Geographic

a. Data yang mengenai penentuan tanah Tunggu Bahaulan dalam kewarisan adat Banjar di desa Sungai Ulin Banjarbaru Kalimantan Selatan oleh ahli waris dari harta waris yang