• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA WUASA KECAMATAN LORE UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA WUASA KECAMATAN LORE UTARA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

2084

Jurnal IDEAL

Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

ANALISIS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA WUASA KECAMATAN LORE UTARA

Silas Roberto

1

; Muhtar Lutfi

2

; Nurnanigsih

3

,

Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo,

Jalan Soekarno - Hatta, KM 9 Palu, 94118 Telp. 082345871525

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan alokasi dana desa di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara. Tipe penelitian adalah deskriptif. Metode analisis data adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Wuasa, seluruh kegiatan yang didanai oleh Alokasi Dana Desa (ADD) direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, teknis dan hukum. Alokasi Dana Desa (ADD) dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat, terarah dan terkendali. Jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa (ADD) sangat terbuka untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan desa dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan masyarakat desa yang diputuskan melalui musyawarah desa. Alokasi Dana Desa (ADD) harus dicatat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dan proses penganggarannya mengikuti mekanisme yang berlaku.

(2)

2085

Jurnal IDEAL

Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah diatur mengenai pelaksanaan sistem desentralisasi di negara Indonesia, yakni pemerintah pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian proses, mekanisme dan tahapan perencanaan yang dapat menjamin keselarasan pembangunan. Pemberian otonomi daerah seluas-luasnya berarti pemberian kewenangan dan keleluasaan kepada daerah untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya daerah secara optimal. Agar tidak terjadi penyimpangan, pemberian wewenang dan keleluasaan yang luas harus diikuti dengan pengawasan yang kuat. Meskipun titik berat otonomi diletakkan pada tingkat kabupaten/kota, namun secara esensi sebenarnya kemandirian harus dimulai dari level pemerintahan di tingkat paling bawah, yaitu desa. Selama ini, pembangunan desa masih banyak bergantung dari pendapatan asli desa dan swadaya masyarakat yang jumlah maupun sifatnya tidak dapat diprediksi. Bergulirnya dana-dana perimbangan tersebut melalui Alokasi Dana Desa (ADD) harus menjadikan desa benar-benar sejahtera. Namun, untuk persoalan Alokasi Dana Desa (ADD) saja, meski telah diwajibkan untuk dianggarkan di pos APBD, namun lebih banyak daerah yang belum melakukannya. Untuk itu, seharusnya proses transformasi ke arah pemberdayaan desa terus dilaksanakan dan didorong semua elemen untuk menuju otonomi desa.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bahwa Dana Desa setiap kabupaten/kota dialokasikan berdasarkan perkalian antar jumlah desa di setiap kabupaten/kota dan

rata-rata Dana Desa setiap provinsi. Besaran Dana Desa setiap desa dihitung dengan bobot 30% untuk jumlah penduduk desa, 20% untuk luas wilayah desa, dan 50% untuk angka kemiskinan desa. Penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap pada tahun anggaran berjalan dengan ketentuan: Tahap I pada bulan April sebesar 40%, Tahap II pada bulan Agustus sebesar 40%, dan Tahap III pada bulan November sebesar 20%. Dana Desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Penggunaan Dana Desa mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa bahwa rincian dana desa setiap desa berdasarkan alokasi yang dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis setiap desa yang dihitung dengan bobot 25% untuk jumlah penduduk desa, 35% untuk angka kemiskinan desa, 10% untuk luas wilayah desa, dan 30% untuk tingkat kesulitan geografis desa. Angka kemiskinan dan tingkat kesulitan geografis desa masing-masing ditunjukkan oleh jumlah penduduk miskin desa dan IKG desa.

(3)

2086

Jurnal IDEAL

Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

suatu proses baru tentang desentralisasi desa diawali dengan digulirkannya Alokasi Dana Desa.

Desa Wuasa merupakan salah satu desa/kelurahan di Kecamatan Lore Utara dengan luas wilayah 113,11 Km2 dengan jumlah penduduk sebesar 3.018 jiwa tahun 2014. Berdasarkan sumber penerimaan, realisasi penerimaan keungan desa terdiri dari penerimaan rutin dan pembangunan. Penerimaan pembangunan digunakan untuk merenovasi atau membangun fasilitas umum. Realisasi penerimaan keuangan desa tahun 2014 sebesar Rp. 280.846.741 yang terdiri dari penerimaan rutin desa sebesar Rp. 183.877.741 dan penerimaan swadaya desa sebesar Rp. 96.969.000. Sementara untuk realisasi pengeluaran desa sebesar Rp. 280.846.741 yang terdiri dari pengeluaran rutin desa sebesar Rp. 110.326.741 dan pengeluaran untuk pembangunan desa sebesar Rp. 170.520.000 (Kecamatan Lore Utara Dalam Angka, 2014:68-70).

Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 28 Tahun 2008 tentang Alokasi Dana Desa bahwa kepada desa diberikan alokasi dana desa dari dana perimbangan pemerintah pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten dan besarnya alokasi dana desa tersebut adalah 10% dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten setelah dikurangi alokasi dasar.

Menindaklajuti Peraturan Daerah Kabupaten Poso telah merealisasikan kebijakan pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) kepada setiap desa. Adapun Alokasi Dana Desa (ADD) yang didistribusikan pada setiap desa bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten. Berdasarkan penetapan alokasi dana desa tahun anggaran 2015 untuk Kabupaten Poso sebesar Rp. 9.811.461.022. Apabila melihat jumlah anggaran yang diberikan kepada desa melalui Alokasi Dana Desa di Desa Wuasa dalam anggaran RPJMDES berdasarkan RKPDES di Desa

Wuasa tahun 2011 sebesar Rp. 17.245.000.000, tahun 2012 sebesar Rp. 1.948.000.000, tahun 2013 sebesar Rp 2.595.000.000, tahun 2014 sebesar Rp. 2.028.000.000, tahun 2015 sebesar Rp. 2.760.000.000. Sumber dana berasal dari

APBN, APBD

kabupaten/provinsi/APBDesa/kabupaten, PNPM (Kantor Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara, 2015).

Sejak digulirkannya Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Wuasa berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDES) Tahun 2011-2015, yang tampak dari kegiatan pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) yaitu pada pembangunan fisik, seperti pembangunan sarana dan prasarana (gedung kantor, drainase, normalisasi sungai, perbaikan jalan dan jembatan, pengadaan mobil dinas desa), ekonomi (saluran irigasi, pengadaan alat pertanian, pencetakan sawah baru, hewan ternak, bibit, penguatan kelompok petani, pembangunan jalan produksi dan jembatan gantung), pendidikan (pembangunan gedung sekolah, pengadaan alat perbengkelan dan keterampilan, pembinaan karang taruna), sosial budaya (pembangunan pintu gerbang desa, pengadaan pakaian adat dan sertifikat tanah, pembebasan lahan pekuburan, bantuan dana pembentukan Kabupaten Konservasi Tampo Lore), kesehatan (pembangunan MCK pasar dan gedung posyandu, air bersih, pengadaan alat tenaga medis dan perlengkapan kesehatan).

(4)

2087

Jurnal IDEAL

Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

SD, bedah rumah, pelatihan keterampilan, dan lain sebagainya.

Pelaksanaan pembangunan di Desa Wuasa antara wilayah timur, selatan, dan utara harus seimbang agar tidak terjadi kecemburuan yang mengakibatkan ketidakharmonisan dalam masyarakat. Demi tercapainya azas adil dan merata, maka pembangunan dilaksanakan secara bertahap. Selain azas tersebut, pelaksanaan pembangunan lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat darurat atau membutuhkan penanganan yang tidak dapat ditunda (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara, 2015).

Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan

penelitian ini yaitu bagaimanakah pengelolaan alokasi dana desa di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara?.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengelolaan alokasi dana desa di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara.

Manfaat Penelitian

M

manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan informasi bagi

pemerintah dalam mengalokasikan dana desa sehingga tidak terjadi ketimpangan dana yang dialokasikan ke setiap desa.

2. Manambah informasi dan memperluas wawasan peneliti dalam ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan.

3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Keuangan Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun

2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, yang dimaksud keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Keuangan desa berasal dari Pendapatan Asli Desa, APBD, dan APBN. Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari APBDesa, bantuan pemerintah pusat, dan bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD, sedangkan penyelenggaraan urusan pemerintah pusat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBN (Nurcholis, 2011:81).

Sistem pengelolaan keuangan desa mengikuti sistem anggaran nasional dan daerah, yaitu mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Kepala desa sebagai kepala pemerintah desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan. Oleh karena itu, kepala desa mempunyai kewenangan (Nurcholis, 2011:82):

1. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa;

2. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa;

3. Menetapkan bendahara desa;

4. Menetapkan petugas yang melakukan pungutan penerimaan desa; dan 5. Menetapkan petugas yang melakukan

pengelolaan barang milik desa.

(5)

2088

Jurnal IDEAL

Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

Sedangkan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disingkat PTPKD adalah unsur perangkat desa yang membantu kepala desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa.

Dalam Pengelolaan Keuangan Desa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007, dikelola oleh:

1. Perencanaan Keuangan Desa dikelola oleh Sekretaris Desa:

a. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan.

b. Sekretaris Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada kepala desa. 2. Pelaksanaan Keuangan Desa:

a. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.

b. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya, maka pengaturannya ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota.

c. Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah. 3. Penatausahaan Keungan Desa

dilakukan oleh Bendahara Desa: a. Bendahara Desa wajib melakukan

pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.

b. Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang

melalui laporan

pertanggungjawaban.

c. Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan kepada kepala desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

d. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran menggunakan buku

kas umum, buku kas pembantu pajak, dan buku bank.

4. Pelaporan Keungan Desa dilakukan oleh Kepala Desa

Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota berupa laporan semester pertama dan laporan semester akhir tahun. Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDesa, laporan realisasi pelaksanaan APBDesa disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan. Laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

5. Pertanggungjawaban dilakukan oleh Kepala Desa:

Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun

anggaran. Laporan

pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa dilampirkan format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran berkenaan; format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan; dan format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke desa.

Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa biasa disebut dengan ADD adalah alokasi khusus desa yang dialokasikan oleh pemerintah melalui Pemerintah Daerah (kabupaten). Tujuan utamanya adalah untuk mempercepat pembangunan tingkat desa baik pembangunan fisik (sarana prasarana) maupun sumber daya manusia.

(6)

2089

Jurnal IDEAL

Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

Pengelolaan Keuangan Desa bahwa tujuan Alokasi Dana Desa (ADD) adalah:

1.

Menanggulangi kemiskinan dan

mengurangi kesenjangan;

2.

Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat;

3.

Meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan;

4.

Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial;

5.

Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat;

6.

Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;

7.

Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat;

8.

Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa);

Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 menegaskan bahwa yang dimaksud dengan “bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah” adalah terdiri dari dana bagi hasil pajak dan sumber daya alam ditambah Dana Alokasi Umum (DAU) setelah dikurangi belanja pegawai. Dalam Pasal Penjelas pula disebutkan bahwa Alokasi Dana Desa adalah 70% untuk pemberdayaan masyarakat dan pembangunan serta 30% untuk Pemerintahan Desa dan BPD. Alokasi Dana Desa selanjutnya disebut ADD adalah dana yang bersumber dari APBD yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar desa untuk mendanai kebutuhan desa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pelayanan masyarakat. Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan perolehan bagian keuangan desa dari kabupaten yang penyalurannya melalui Kas Desa.

Pengelolaan ADD mengacu pada azaz: a). Azas Merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa yang sama untuk setiap desa, yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM); dan b). Azas Adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa berdasarkan Nilai Bobot Desa (BDx) yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu, (misalnya Kemiskinan, Keterjangkauan, Pendidikan Dasar, Kesehatan dan lain-lain), selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP). Besarnya presentase perbandingan antara azas merata dan adil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas, adalah besarnya ADDM adalah 60% (enam puluh persen) dari jumlah ADD dan besarnya ADDP adalah 40% (empat puluh persen) dari jumlah ADD (Permendagri Nomor 37/2007 pasal 20).

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, Pasal 1, ayat 2 : Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan bahwa dana desa tersebut ditransfer melalui APBD kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APBDesa.

Pengelolaan Alokasi Dana Desa

(7)

2090

Jurnal IDEAL

Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

tata kelola pemerintahan desa yang baik, yang memiliki tiga pilar utama yaitu transparansi, akuntabilitas dan partisipatif. Untuk memberikan pedoman bagi pemerintah desa dalam menyusun RPJM-Desa dan RKP-RPJM-Desa perlu dilakukan pengaturan. Dengan itu, maka dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Desa. Pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan agar seluruh proses penyusunan APBDesa semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan penetapan alokasi, serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) harus memenuhi Prinsip Pengelolaan Alokasi Dana Desa sebagai berikut:

1. Seluruh kegiatan yang didanai oleh Alokasi Dana Desa (ADD) direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat.

2. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, teknis dan hukum.

3. Alokasi Dana Desa (ADD) dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat, terarah dan terkendali. 4. Jenis kegiatan yang akan dibiayai

melalui Alokasi Dana Desa (ADD) sangat terbuka untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan desa dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan masyarakat desa yang diputuskan melalui musyawarah desa.

5. Alokasi Dana Desa (ADD) harus dicatat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dan proses penganggarannya mengikuti mekanisme yang berlaku.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa bahwa:

1. Mekanisme Penyaluran dan Pencairan Alokasi Dana Desa (Pasal 21)

a. Alokasi Dana Desa dalam APBD kabupaten/kota dianggarkan pada bagian Pemerintahan Desa.

b. Pemerintah Desa membuka rekening pada bank yang ditunjuk berdasarkan keputusan Kepala Desa.

c. Kepala Desa mengajukan permohonan penyaluran Alokasi Dana Desa kepada Bupati c.q Kepala Bagian Pemerintahan Desa Setda Kabupaten melalui Camat setelah dilakukan verifikasi oleh Tim Pendamping Kecamatan.

d. Bagian Pemerintahan Desa pada Setda Kabupaten akan meneruskan berkas permohonan kepada Kepala Bagian Keuangan Setda Kabupaten atau Kepala Bagian Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) atau Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Kekayaan/Aset Daerah (BPKKAD).

e. Kepala Bagian Keuangan Setda Kabupaten atau Kepala BPKD atau Kepala BPKKAD akan menyalurkan Alokasi Dana Desa langsung dari kas daerah ke rekening desa. f. Mekanisme pencairan Alokasi Dana

Desa dalam APBDesa dilakukan secara bertahap atau sesuai dengan kemampuan dan kondisi daerah kabupaten/kota.

2. Pelaksana Kegiatan (Pasal 22)

a. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari Alokasi Dana Desa dalam

APBDesa sepenuhnya

dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Desa mengacu pada Peraturan Bupati/Walikota.

(8)

2091

Jurnal IDEAL

Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

1) Biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil;

2) Penyertaan modal usaha masyarakat melalui BUMDesa; 3) Biaya untuk pengadaan

ketahanan pangan;

4) Perbaikan lingkungan dan pemukiman;

5) Teknologi tepat guna;

6) Perbaikan kesehatan dan pendidikan;

7) Pengembangan sosial budaya; 3. Pertanggungjawaban dan Pelaporan

(Pasal 23)

a. Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa terintegrasi dengan pertanggungjawaban APBDesa

sehingga bentuk

pertanggungjawabannya adalah pertanggungjawaban APBDesa. b. Bentuk pelaporan atas

kegiatan-kegiatan dalam APBDesa yang dibiayai dari Alokasi Dana Desa adalah:

1) Laporan Berkala yaitu laporan mengenai pelaksanaan penggunaan dana Alokasi Dana Desa (ADD) dibuat secara rutin setiap bulannya. Adapun yang dimuat dalam laporan ini adalah

realisasi penerimaan ADD dan realisasi belanja ADD.

2) Laporan Akhir dari penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) yang mencakup perkembangan pelaksanaan dan penyerapan dana, masalah yang dihadapi dan rekomendasi penyelesaian hasil akhir penggunaan ADD. c. Penyampaian laporan dilaksanakan

melalui jalur struktural yaitu Tim Pelaksana Tingkat Desa dan diketahui Kepala Desa ke Tim Pendamping Tingkat Kecamatan secara bertahap.

d. Tim Pendamping Tingkat

Kecamatan membuat

laporan/rekapan dari seluruh laporan tingkat desa di wilayah secara bertahap melaporkan kepada Bupati, Tim Fasilitasi Tingkat Kabupaten/Kota.

e. Pembiayaan dalam rangka pelaksanaan tugas pendamping, maka Tim Pendamping dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota di luar dana Alokasi Dana Desa (ADD).

Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini bersifat deskriptif berdasarkan tingkat eksplanisinya yang menurut Sugiyono (2008:10-11) yaitu penelitian yang

(9)

2092

Jurnal IDEAL

Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Data kualitatif, yaitu data yang disajikan secara deskriptif atau berbentuk uraian atau pemaparan, seperti pendeskripsian hasil-hasil temuan penelitian di lapangan yang menggambarkan variabel-variabel penelitian yang diteliti. Data ini berupa data jumlah penduduk, luas wilayah, dan realisasi alokasi dana desa serta data penunjang lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

b. Data kuantitatif, yaitu data-data yang disajikan dalam bentuk satuan angka-angka perhitungan, seperti hasil perhitungan statistik terhadap hasil wawancara dari responden. Data ini berupa data hasil perhitungan oleh Badan pusat Statistik dan Kantor Kecamatan serta Kantor Desa.

Berdasarkan jenis data yang digunakan, maka sumber data untuk data kualitatif adalah dari stakeholder atau yang berhubungan dengan fokus penelitian ini. Sedangkan data kuantitatif bersumber dari Badan Pusat Statistik, Badan Permusyawaratan Desa, dan Kantor Kecamatan Lore Utara, serta Kantor Desa Wuasa.

Definisi Operasional Variabel

1. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Poso yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar desa untuk mendanai kebutuhan desa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pelayanan masyarakat Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara yang diukur dalam satuan rupiah.

2. Pengelolaan Alokasi Dana Desa adalah pengalokasian dana desa yang dikelola secara efektif dan efisien melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan tujuan untuk mengurangi terjadinya ketimpangan dana.

3. Pembangunan desa adalah bentuk partisipasi pemerintah dalam kegiatan pembangunan dan mensejahterakan masyarakat.

Analisis Data

Untuk menganalisis pengelolaan alokasi dana desa di Desa Wuasa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa, yaitu:

1. Perencanaan

Perencanaan dilakukan untuk menyusun rencana kegiatan dan menetapkan alokasi anggaran yang dituangkan dalam Daftar Rencana Kegiatan (DRK) oleh tim pelaksana alokasi dana desa.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan alokasi dana desa dilakukan dengan tahap realisasi dari seluruh rencana kegiatan dan

digunakan untuk biaya

penyelenggaran pemerintah yang diserahkan pada masing-masing-masing pos dan untuk biaya pemberdayaan masyarakat.

3. Evaluasi

Evaluasi dilakukan terhadap perhitungan pembagian rincian Dana Desa setiap desa oleh kabupaten/kota dan realisasi penggunaan Dana Desa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara

Dalam penggunaannya, Alokasi Dana Desa (ADD) dibagi menjadi dua komponen, yakni:

1. Sebesar 30% dari besarnya Alokasi Dana Desa ADD) yang diterima oleh masing-masing desa, digunakan untuk Biaya Operasional Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa.

(10)

2093

Jurnal IDEAL

Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

masing-masing desa, digunakan untuk membiayai kegiatan

pemberdayaan masyarakat.

Berikut akan diuraikan realisasi Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara berdasarkan tahun anggaran 2015.

Tabel 1.

Realisasi Alokasi Dana Desa di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara Tahun Anggaran 2015

No. Uraian

Jumlah Anggaran ADD (Rp)

Jumlah Realisasi ADD (Rp)

Lebih Kurang (Rp) Alokasi Dana Desa 265.445.468,62 265.445.468,62 - 1. Bidang Penyelenggaraan

Pemerintah Desa 207.595.168,60 206.015.500,00 1.579.668,60 a. Penghasilan Tetap dan

Tunjangan 150.697.796,63 150.688.128,03 9.668,60 b. Operasional Perkantoran 30.697.371,97 29.127.371,97 1.570.000,00 c. Operasional BPD 1.200.000,00 1.200.000,00 - d. Tim Pendataan Desa 6.500.000,00 6.500.000,00 - e. Tim Penyusunan RPJM

dan RKP Desa 12.500.000,00 12.500.000,00 - 2. Bidang Pembinaan

Kemasyarakatan 64.073.828,02 64.063.500,00 10.328,02 a. Pembinaan Lembaga

Adat 11.000.000,00 11.000.000,00 -

b. Karang Taruna 15.000.000,00 14.990.000,00 10.000,00 c. Pembinaan PKK 19.800.000,00 19.800.000,00 - d. Pembinaan LPM 9.748.500,00 9.748.500,00 - Sumber: Kantor Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara, 2016

Berdasarkan Tabel 1, jumlah realisasi Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Wuasa hanya meliputi dua bidang, yaitu Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebesar Rp. 206.015.500,00, dan Bidang Pembinaan Kemasyarakatan sebesar Rp. 64.063.500,00. Dalam realisasi ADD di Desa Wuasa, jumlah anggaran ADD sebesar Rp. 265.445.468,62.

Sementara itu, sebagian kegiatan pembangunan di Desa Wuasa tidak didanai melalui Alokasi Danan Desa (ADD) melainkan di danai dari Dana Desa (DD) yang merupakan pendapatan transfer desa yang berasal dari pusat atau dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Adapaun kegiatan pembangunan lainnya yang didanai dari Dana Desa (DD) yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.

Realisasi Dana Desa di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara Tahun Anggaran 2015

No. Uraian

Jumlah Anggaran ADD (Rp)

Jumlah Realisasi ADD (Rp)

Lebih Kurang (Rp)

Dana Desa 301.053.000,00 301.053.000,00 -

1. Bidang Pelaksanaan

Pembangunan Desa 300.314.900,00 300.264.900,00 50.000,00 a. Pembangunan Drainase 287.368.500,00 287.318.500,00 50.000,00 b. Pembangunan Taman

Balai Desa 12.946.4000,00 12.946.400,00 -

2. Bidang Pemberdayaan

Masyarakat 10.000.000,00 10.000.000,00 -

a. Pendirian BUMDES 5.000.000,00 5.000.000,00 - b. Bimbingan Teknik

Perangkat Desa dan BPD

5.000.000,00 5.000.000,00 -

(11)

2094

Jurnal IDEAL

Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

Berdasarkan Tabel 2, jumlah realisasi Dana Desa (DD) di Desa Wuasa hanya meliputi dua bidang, yaitu Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa sebesar Rp. 300.264.900,00, dan Bidang Pemberdayaan Masyarakat sebesar Rp. 10.000.000,00. Dalam realisasi dan desa di Desa Wuasa, jumlah anggaran desa sebesar Rp. 301.053.000,00.

Melihat uraian realisasi Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD) di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara tahun anggaran 2015 bahwa realisasi Dana Desa (DD) lebih besar dibandingkan Alokasi Dana Desa (ADD) dan merupakan pendapatan desa yang paling besar dari pendapatan desa lainnya di Desa Wuasa.

Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara

Perencanaan Alokasi Dana Desa

(ADD) di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara

Mekanisme tahap perencanaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kepala Desa mengadakan sosialisai pelaksanaan ADD dan membentuk Tim Pelaksana ADD yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

2. Kepala Desa selaku penangungjawab ADD mengadakan musyawarah desa untuk membahas rencana penggunaan ADD;

3. Musyawarah desa dihadiri oleh Kepala Desa, unsur perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pembinaan Kemasyarakat (LPM), dan kelompok masyarakat;

4. Kepala Desa dan Perangkat Desa membuat rencana detail tentang

penggunaan ADD untuk

penyelenggaraan pemerintahan. 5. Kepala Desa bersama LPMD dan

tokoh masyarakat membuat rencana

detail tentang ADD untuk pemberdayaan masyarakat termasuk rencana biaya, kelompok sasaran, kebutuhan material dan tenaga dari masyarakat dan lain-lain sesuai kebutuhan yang berlaku.

6. Tim Pelaksana Desa menyampaikan rancangan penggunaan ADD secara keseluruhan kepada peserta

musyawarah. Rancangan

penggunaan ADD didasarkan pada skala prioritas hasil musrenbangdes tahun sebelumnya;

7. Rancangan penggunaan ADD yang disepakati dalam musyawarah desa, dituangkan dalam Rencana penggunaan ADD yang merupakan salah satu bahan penyusunan APBDes.

8. Kepala Desa menuangkan kegiatan yang didanai ADD dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)

Mekanisme tersebut merupakan upaya bertahap yang memberi kesempatan atau ruang aspirasi masyarakat sekaligus sebagai media pembelajaran masyarakat terhadap prinsip akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa.

Pelaksanaan Alokasi Dana Desa

(ADD) di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara

(12)

2095

Jurnal IDEAL

Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

kesatuan lingkungannya serta pemberdayaa masyarakat.

Mekanisme tahap pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Setelah Peraturan Desa tentang APBDes ditetapkan, maka Tim Pelaksana Alokasi Dana Desa (ADD) Tingkat Desa dapat mulai melakukan kegiatan yang diawali dari penyusunan program kegiatan yang didanai dari Alokasi Dana Desa (ADD).

2. Pelaksanaan ADD meliputi Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa, Bidang Pembinaan Kemasyarakatan, dan Bidang Pemberdayaan Masyarakat 3. Alokasi Dana Desa (ADD) untuk

penyelenggaraan pemerintahan desa dikelola oleh Tim Pelaksana Bidang Pemerintahan.

4. Alokasi Dana Desa (ADD) untuk pelaksanaan pembangunan desa dikelola oleh Tim Pelaksana Bidang Pembangunan.

5. Alokasi Dana Desa (ADD) untuk

pelaksanaan pembinaan

kemasyarakat dikelola oleh Tim Pelaksana Bidang Pembinaan Masyarakat.

6. Alokasi Dana Desa (ADD) untuk pemberdayaan masyarakat dikelola oleh Tim Pelaksana Bidang Pemberdayaan Masyarakat.

7. Pola pelaksanaan kegiatan di Desa Wuasa adalah dengan sisti pola swa-kelola,

Evaluasi Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara

Evaluasi tidak hanya dilakukan pada akhir program, melainkan dilakukan dalam seluruh proses keijakan. Mekanisme tahap evaluasi Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Seluruh kegiatan yang didanai oleh ADD dilaksanakan dan dievaluasi

secara terbuka dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat di desa. 2. Seluruh kegiatan harus dapat

dipertanggungjawabkan secara administratif, tehnis dan hukum. 3. Jika terjadi penyimpangan atau

penyalahgunaan ADD, maka penyelesaiannya secara berjenjang, sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

4. Evaluasi pelaksana Alokasi Dana Desa dilakukan oleh Kepala Desa, Tim Pengendali Tingkat kecamatan, dan Tim Fasilitas Tingkat Kabupaten.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini ad

alah

pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Wuasa, realisasi ADD belum memenuhi target penggunaan yang di tentukan, yaitu 30 % untuk kegiatan pemerintahan dan BPD, dan 70% untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat. Sementara realisasinya lebih besar untuk kegiatan pemerintahan dan BPD, dibandingkan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat (77,61 % > 22,39 %). Hal ini terjadi karena Desa Wuasa merupakan Desa yang sedang dalam kegiatan pembangunan khususnya kegiatan pemerintahan karena merupakan ibu kota Kecamatan sehingga ADD lebih banyak dialokasikan untuk kegiatan pembangunan dibandingkan untuk kegiatan pemberdayaan. Akan tetapi, walaupun ADD lebih diprioritaskan untuk kegiatan peemerintahan, ADD juga telah dialokasikan untuk pemberdayaan masyarakat walaupun belum sepenuhnya dilaksanakan secara menyeluruh”.

Saran

(13)

2096

Jurnal IDEAL

Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

pembangunan yang lebih baik serta dapat memberdayakan masyarakat, beberapa saran yang diperlukan yaitu seluruh masyarakat hndaknya ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan di Desa Wuasa seta turut

memelihara hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan, dan Desa diberikan wewenang sepenuhnya dalam pengelolaan ADD.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Anggito, 1995. Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat.

Yogyakarta: BPFE UGM.

Azwardi dan Sukanto, 2014. Efektifitas Alokasi Dana Desa (ADD) dan Kemiskinan di

Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Juni 2014 Volume

12, No.1, Hal: 29 – 41. ISSN 1829-5843.

Badan Pusat Statistik, 2014. Kecamatan Lore Utara Dalam Angka, 2014. BPS Sulawesi

Tengah.

Hasibuan, Malayu P, 2004 Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta. BPFE.

Kantor Desa Wuasa, 2015. Instrumen RPJMDes Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara.

Munir, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Erlangga.

Ndraha, Taliziduhu. 1984. Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa. Jakarta:PT. Bina

Aksara.

Poerwadarminta,W.J.S, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

Siswanto, Bedjo, 2005. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif

dan Operasional. Jakarta:Bumi Aksara.

Putra, Pratiwi, dan Suwondo, 2012. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa (Studi Pada Desa Wonorejo Kecamatan

Singosari Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6.

Hal. 1203-1212.

Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 28 Tahun 2008 tentang Alokasi Dana Desa.

Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penyerahan Urusan Pemerintah Kabupaten Kepada Desa.

Peraturan Desa Nomor 04 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-DESA) Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2007 tentang

Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.

(14)

2097

Jurnal IDEAL

Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran,Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara, 2015

Sobi, 2009. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bandung:CV. Alfabeta.

Thomas, 2013. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan di Desa Sebawang Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung.

eJournal Pemerintahan Integratif, 2013, Vol. 1, No. 1. Hal, 51-64 ISSN 0000-0000, ejournal.pin.or.id © Copyright 2013.

Tobing, 2014. Analisis Alokasi Dana Desa (ADD) Berdasarkan Karakteristik Desa di

Kabupaten Dairi. Tesis Magister Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Medan.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Wasisitiono, Sadu dan Irwan Tahir, 2006. Prospek Pengembangan Desa.

Jatinangor:Fokus Media.

Widjaja, HAW, 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat, dan Utuh.

Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Realisasi Alokasi Dana Desa di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara Tahun Anggaran 2015

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, dana desa adalah dana yang bersumber

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Alokasi Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bahwa Dana Desa merupakan dana yang

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan

60 Tahun 2014 yakni dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja

Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2014 Dana Desa yang bersumber pada APBN bahwa Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa

Dana desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara APBN yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD