DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 15
1.3 Tujuan Penelitian ... 15
1.4 Kegunaan Penelitian ... 16
1.5 Sistematika Penulis ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 19
2.1.1Konsep Pasar... 18
2.1.2Fungsi Pasar ... 20
2.1.3Konsep Pasar Tradisional... 22
2.1.4Konsep Pasar Modern ... 23
2.1.5Konsep Revitalisasi Pasar Tradisional ... 25
2.1.6Konsep Efektivitas Program ... 27
2.1.7Evaluasi Program ... 29
2.1.8Konsep Kepuasan Konsumen ... 31
2.1.9Konsep Pengelolaan Pasar ... 32
2.1.10Konsep Kondisi Lingkungan... 33
2.1.11Konsep Pendapatan ... 37
2.1.12Peran Revitalisasi Pasar terhadap Kepuasan Konsumen .. 39
2.1.13Peran Revitalisasi Pasar terhadap Pengelolaan Pasar ... 39
2.1.14Peran Revitalisasi Pasar terhadap Kondisi Lingkungan.... 41
2.1.15Peran Revitalisasi Pasar terhadap Pendapatan ... 43
2.2 Hipotesis Penelitian... 45
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 46
3.2 Lokasi Penelitian ... 46
3.3 Obyek Penelitian ... 46
3.4 Identifikasi Variabel ... 47
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 52
3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 53
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 55
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 56
3.9.1 Uji Validitas... 57
3.9.2 Uji Reliabilitas ... 57
3.10 Teknik Analisis Data ………... ... 57
3.10.1 Analisis Deskriptif... 58
3.10.2 Uji Mc Nemar ... 58
3.10.3 Uji Beda Dua Rata-Rata Sampel Berpasangan ... 59
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 62
4.2 Karakteristik Responden ... 63
4.2.1 Umur dan Jenis Kelamin ... 63
4.2.2 Tingkat pendidikan ... 64
4.2.3 Status Perkawinan ... 66
4.2.4 Jenis Barang yang Dijual ... 67
4.3 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 68
4.3.1 Uji Validitas ... 68
4.3.2 Uji Reliabilitas ... 69
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 70
4.4.1 Analisis Efektivitas Program Revitalisasi Pasar Tradisional ... 70
4.4.2 Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen ... 83
4.4.3 Analisis Pengelolaan Pasar... 89
4.4.4 Analisis Kondisi Lingkungan ... 93
4.4.5 Analisis Pendapatan... 100
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 103
5.2 Saran... 104
DAFTAR RUJUKAN ... 106
Abstrak
Revitalisasi pasar tradisional merupakan program pemerintah dengan sasaran memberdayakan para pelaku usaha mikro yang selama ini tumbuh di pasar yang belum memiliki fasilitas transaksi tempat berusaha yang layak, sehat, bersih, dan nyaman, serta dimiliki dan dikelola oleh pedagang itu sendiri. Revitalisasi pasar tradisional memiliki tujuan untuk menghidupkan kembali pasar tradisional agar mampu bersaing dengan pasar modern serta menjaga tradisi agar pasar tradisional selalu eksis di tengah-tengah masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) tingkat efektivitas program revitalisasi pasar di Pasar Desa Adat Intaran, 2) tingkat kepuasan konsumen sesudah program revitalisasi, 3) kondisi pengelolaan pasar setelah program revitalisasi pasar tradisional dibandingkan sebelumnya, 4) kondisi lingkungan setelah program revitalisasi pasar tradisional dibandingkan sebelumnya, 5) kondisi pendapatan pedagang setelah pelaksanaan program revitalisasi pasar tradisional. Penelitian ini dilakukan di Pasar Desa Adat Intaran Sanur. Jumlah sampel yang diambil yaitu 83 pedagang dan 30 pembeli dengan metode probability sampling dan accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara terstruktur dan wawancara mendalam. Teknik analisis yang digunakan adalah uji statistik deskriptif, mc namer dan uji beda dua rata-rata sampel berpasangan.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa tingkat keberhasilan program revitalisasi pasar tradisional dilihat dari variabel input, proses dan output tergolong efektif. Tingkat kepuasan konsumen tergolong tinggi. Pengelolaan pasar lebih baik setelah program revitalisasi pasar tradisional. Kondisi lingkungan lebih baik setelah program revitalisasi pasar tradisional. Terdapat peningkatan pendapatan pedagang setelah program revitalisasi pasar tradisional.
Untuk meningkatkan pendapatan pedagang pemerintah maupun pengelola pasar perlu melakukan pelatihan mengenai pengembangan jiwa kewirausahaan dalam upaya meningkatkan pendapatan pedagang sehingga seluruh pedagang dapat memperoleh peningkatan pendapatan setelah adanya program revitalisasi. Selain itu, masih diperlukan peningkatan dari sisi sosialisasi, kecepatan respon petugas terhadap keluhan, manajemen pasar, maupun keindahan pasar sehingga disarankan perlu dilakukan evaluasi secara rutin agar pelaksanaan program sesuai dengan acuan dan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya meningkatkan pembangunan ekonomi untuk mewujudkan masyarakat demokratis yang berkeadilan dan sejahtera. Witjaksono (2009) mendefinisikan pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara/daerah dalam rangka memakmurkan warga negara atau penduduk daerah setempat. Pembangunan ekonomi mengarah pada kebijakan yang diambil pemerintah guna mencapai tujuan ekonomi yang mencakup dalam pengendalian inflasi, kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pengendalian kesempatan kerja dapat diwujudkan dalam pemanfaatan pasar sebagai tempat penyerapan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran. Pasar dapat dikatakan sebagai pusat pembangunan perekonomian karena mampu menciptakan kesempatan kerja.
Pasar merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah hak dari Pemerintah Daerah yang dapat diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam suatu periode pemerintahan yang bersangkutan. Defitri (2012) menyebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber PAD yang salah satunya berasal dari retribusi pelayanan pasar. Peran pasar sangat berkaitan dengan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna menunjang pembangunan perekonomian suatu daerah sehingga keberadaan pasar harus mendapat perhatian khusus oleh pemerintah daerah setempat.
Pasar merupakan salah satu tempat kegiatan perekonomian yang ada di masyarakat. Pasar tidak hanya berperan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tetapi juga sebagai wadah untuk berinteraksi sosial dan representasi nilai-nilai tradisional di ruang lingkup masyarakat. Keberadaan pasar di tengah-tengah masyarakat memiliki peranan yang sangat penting karena di dalam pasar terdapat berbagai macam kebutuhan pokok, baik berupa bahan pangan maupun sandang yang dijual secara grosir maupun ritel.
Seiring perkembangan masyarakat yang semakin pesat menuju ke arah modern, mengakibatkan mulai banyak bermunculan pasar-pasar modern seperti
hypermarket dan supermarket yang kehadirannya saat ini semakin dilirik oleh
masyarakat. Secara umum, masyarakat mengenal dua jenis pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tadisional dan pasar modern menjalankan aktivitas yang sama namun ada beberapa ciri yang membedakan keduanya yaitu dilihat bangunan, tepat berjualan dan sistem jual beli yang dilakukan. Menurut Kusrini dan Arie (2011), pasar tradisional adalah salah satu program yang diumumkan oleh pemerintah terutama untuk mendorong usaha kecil dan menengah agar dapat tumbuh.
Pasar tradisional umumnya memiliki kondisi lingkungan yang tidak nyaman seperti kotor, becek, bau dan biasanya terdiri dari los atau tenda, sedangkan pasar
modern biasanya memiliki bangunan megah dan permanen dengan fasilitas yang lebih nyaman dan aman daripada di pasar tradisional. Istijabatul,dkk (2014) mengatakan pasar tradisional secara fisik ditandai dengan banyaknya bangunan los dan lahan terbuka. Keberadaan pasar tradisional ditandai dengan hubungan yang kuat dengan kegiatan produksi masyarakat.
Bagi para pedagang di pasar tradisional, munculnya pasar modern bukanlah menjadi faktor utama penurunan pangsa pasar. Pasar tradisional masih mampu bersaing dengan pasar modern baik dari segi kualitas maupun harga. Hal senada juga dikatakan oleh Rosfadhila (2007) dalam Aryani (2011) menyatakan bahwa supermarket bukanlah penyebab utama kelesuan usaha yang dialami pedagang pasar tradisional. Hampir seluruh pasar tradisional di Indonesia masih bergelut dengan masalah internal pasar seperti buruknya manajemen pengelolaan pasar, sarana dan prasarana pasar yang sangat minim, menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL) sehingga mengurangi pelanggan pedagang pasar, dan minimnya bantuan permodalan yang tersedia bagi pedagang tradisional. Selama ini, pedagang pasar tradisional merasa dalam posisi lemah di mata hukum dan kekuasaan. Selain berkedudukan dalam ruang sempit, kumuh, dan becek, para pedagang harus berjuang menghadapi pungutan, baik resmi maupun illegal.
Prastyawan, dkk (2015) mengatakan keberadaan pasar tradisional telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat perkotaan dan pedesaan. Pasar tradisional adalah warisan budaya bangsa, tempat untuk aktivitas perdagangan yang sarat dengan nilai-nilai lokal seperti adanya transaksi untuk mencapai kesepakatan
harga. Keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional yang tidak dimiliki dalam pasar modern saat ini yaitu proses tawar-menawar harga. Tawar-menawar harga adalah wujud transaksi timbal-balik yang sering dilakukan antara penjual dan pembeli sehingga diperoleh kesepakatan harga antara keduanya. Informasi mengenai harga dagangan merupakan sebuah komponen penting di pasar tradisional.
Perkembangan pasar modern di Indonesia tidak dapat dipungkiri meningkat lebih pesat dibandingkan perkembangan pasar tradisionalnya. Pembangunan pasar modern yang berkembang pesat, dirasakan oleh banyak pihak berdampak terhadap eksistensi pasar tradisional dan para pelaku usaha sejenis disekitarnya. Dalam penelitian AC Neilson (2004), dinyatakan bahwa pasar modern telah tumbuh sebesar 31,4 persen. Bersamaan dengan itu, pertumbuhan pasar tradisional menurun sebesar 8 persen. Apabila hal ini terus menerus terjadi, maka tidak menutup kemungkinan bahwa pasar tradisional akan punah.
Pada tahun 1999–2004, terjadi peningkatan pangsa pasar supermarket terhadap total pangsa pasar industri makanan yang cukup tajam dari 11 persen menjadi 30 persen. Penjualan supermarket pun tumbuh rata-rata 15 persen per tahun, sedangkan penjualan pedagang tradisional turun 2 persen per tahunnya (Natawidjadja 2006). Deviana,dkk. (2013) juga mengatakan pasar tradisional saat ini mengalami penurunan pertumbuhan. Eksistensi pasar tradisional sekarang ini tidak mencerminkan daya saing yang nyata di tengah-tengah pesatnya perkembangan pasar ritel modern. Keberadaan pasar modern saat ini tak bisa dipungkiri akibat dari tuntutan dan konsekuensi gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat.
Pendapatan yang meningkat, perubahan gaya hidup, globalisasi, perkembangan teknologi yang begitu cepat telah menciptakan produk-produk bernilai tinggi, semi olahan dan makanan instant. Hal tersebutlah yang mendorong terciptanya evolusi pasar dari pasar tradisional menjadi pasar modern yang banyak kita jumpai sekarang ini. Citra negatif yang biasa ditemui di pasar tradisional merupakan salah satu penyebab beralihnya konsumen menuju pasar modern.
Permasalahan yang sering dijumpai dalam pasar tradisional dapat dilihat dari aspek pengelolaan pasar dan kondisi lingkungannya. Menurut Febrianty (2013), manajemen pasar tradisional yang ada tidak mampu mengatasi masalah yang ada dan tidak mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi di masyarakat dimana masyarakat menginginkan pasar yang nyaman, aman dan bersih. Manajemen pengelolaan pasar yang tidak teratur serta infrastruktur yang tidak tertata merupakan salah satu penyebab utama dari kalahnya pasar tradisional dengan pasar modern. Tugas pokok pengelola pasar adalah melakukan pembinaan terhadap pedagang, menciptakan kondisi pasar yang kondusif dan layak untuk berusaha serta mengupayakan kelancaran distribusi barang sehingga tercipta kestabilan harga barang, terutama kebutuhan pokok masyarakat. Saat ini, pengelola pasar baik Dinas Pasar maupun Perusahaan Daerah yang menangani manajemen pasar belum memahami tugas dan fungsinya sebagai pengelola. Orientasi pemerintah daerah masih lebih cenderung pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah daripada peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Pertama dalam aspek finansial, yaitu penguatan pemodalan kepada para pedagang, seperti akses terhadap jasa keuangan serta skema pembiayaannya. Ini jangan hanya dijadikan program di atas kertas, tetapi benar-benar diterapkan agar para pedagang yang sebagian besar dari kalangan menengah ke bawah bisa meningkatkan permodalannya. Kedua, aspek distribusi dan kontrol kualitas barang yang sampai saat ini tidak pernah diprogramkan. Dari hasil penelitian RICA (Rural Investment Climate Assessment) dalam Rizal (2013), bahwa ditemukan kualitas barang yang dipasokan ke pasar tradisional bermutu rendah atau bahkan limpahan dari pasar modern yang reject. Yang terakhir atau aspek ketiga ialah perbaikan sarana fisik dan infrastruktur pasar yang selama ini menjadi andalan pemerintah dalam program revitalisasi pasar. Perencanaan yang matang dan pengawasan yang ketat saat pembangunannya sangat sekali perlu ditingkatkan agar nantinya fisik bangunan dan infrastruktur yang bagus dapat digunakan dalam jangka panjang dan tidak mubazhir. Menurut Wiboonpongse dan Sriboonchitta (2006), pedagang tradisional mempunyai karakteristik yang kurang baik dalam strategi perencanaan, terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan yang tidak mencukupi, tidak adanya skala ekonomi, tidak mempunyai jalinan kerja sama dengan pemasok besar, pengelolaan pengadaan barang yang buruk, dan lemahnya kemampuan dalam menyesuaikan keinginan konsumen.
Pengelolaan potensi pasar seyogyanya tidak hanya berorientasi pada peningkatan PAD, tetapi berpihak pada kepentingan masyarakat yang lebih luas. Dalam menggagas model pengelolaan pasar karena itu perlu melibatkan berbagai
stakeholders yang terkait, seperti Dinas Pengelolaan Pasar, Dinas Tata Kota, Dinas
Perhubungan, Koppas, asosiasi pedagang tradisional, perusahaan pengembang, dan sebagainya agar kepentingan dari setiap pihak dapat terakomodasi dengan adil. Dengan demikian, materi muatan kebijakan pengelolaan pasar nantinya akan mengatur pula bagaimana potensi pasar tersebut dikembangkan, mulai dari jenis dan kualitas komoditi yang akan diperjualbelikan, mekanisme bongkar muat komoditi sehingga jalur distribusi produk menjadi lebih efisien dan efektif, serta model kemitraan yang perlu dikembangkan agar tidak ada pihak yang dirugikan akibat revitalisasi pasar tradisional. Revitalisasi ini tidak hanya bertujuan untuk membenahi kondisi fisik tetapi juga akan menata ulang struktur pasar dan membenahi sistem pengelolaan pasar. Masih kurangnya SDM pedagang dan pengelola pasar dalam hal teknis dan pengelolaan juga menjadi sasaran revitalisasi (Lukman,dkk:2012). Para pedagang dan pengelola pasar juga harus dituntut mampu melihat bagaimana perilaku konsumen dalam belanja di pasar tradisional.
Kondisi lingkungan di pasar tradisional tidak telepas dari citra negatif yang dimilikinya. Permasalahan kenyamanan, keamanan dan kebersihan merupakan permasalahan yang sering kita jumpai dalam pasar tradisional. Dari sisi keamanan dan kenyamanan, salah satu ciri pasar tradisional saat ini adalah banyaknya praktek premanisme yang sangat mengganggu kelancaran dan efisiensi transaksi antara pembeli dan penjual. Secara langsung yang menjadi korban dari adanya premanisme ini adalah para pedagang tetapi secara tidak langsung pihak konsumen juga menjadi korban karena harus membeli barang dengan harga yang lebih tinggi. Kurang tertata
rapinya lapak atau kios pedagang menambah kesan kurang tertata rapinya pasar terlebih banyaknya pedagang kaki lima yang sering berjualan hingga menutupi akses masuk kepasar. Selain itu juga bau yang menyengat sangat mengganggu kenyamanan berbelanja para pengunjung. Hal ini semakin menambah daftar panjang penilaian negatif terhadap kondisi kebersihan di pasar tradisional. Tidak adanya Tempat Penampungan Sementara (TPS) di sekitar pasar membuat adanya tumpukkan sampah yang tidak terurus dan dapat menimbulkan penyakit bagi para pedagang maupun pengunjung pasar itu sendiri. Fasilitas penunjang seperti toilet umum yang kurang terawat, tidak adanya penitipan anak, dan klinik kesehetan dan lahan parkir merupakan salah satu alasan pengunjung kurang berminat berbelanja di pasar tradisional. Apabila permasalahan mengenai pengelolaan pasar dan kondisi lingkungan pasar tradisional tidak segera diatasi maka dari tahun ke tahun keberadaan pasar tradisional akan semakin menghilang sebagai akibat dari penurunan pendapatan yang diperoleh oleh pedagang pasar tradisional akibat beralihnya konsumen berbelanja ke pasar modern.
Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern dan Permendagri No. 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisioanal, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, merupakan suatu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk melindungi keberadaan pasar tradisional. Akan tetapi, pada kenyataannya peraturan tersebut tidak diimplementasikan dengan baik. Banyak peraturan yang tidak dipatuhi oleh pendiri pasar modern, misalnya masalah perizinan,
jarak yang terlalu dekat dengan pasar tradisional, penyediaan tempat usaha bagi pedagang kecil.
Menurut Kupita dan Rahadi (2012), keberadaan pasar modern di suatu daerah cenderung tidak memberikan sumbangan yang signifikan pada perekonomian lokal karena pendapatan yang diperoleh dari pasar modern biasanya hanya berasal dari IMB dan pajak reklame. Bandingkan dengan pendapatan pemerintah daerah yang berasal dari penarikan retribusi terhadap pedagang pasar tradisional. Bermunculnya pasar modern saat ini patut diwaspadai karena akan menciptakan iklim persaingan usaha yang tidak sehat karena pengawasan terhadap pembangunan pasar modern yang masih sangat kurang.
Faktor kepuasan konsumen dalam berbelanja di pasar tradisional haruslah sangat diperhatikan, apabila tidak ingin kalah saing dengan pasar modern. Pasar modern yang memiliki kelebihan dari banyak sisi dibandingkan pasar tradisional seiring waktu mulai mengancam keberadaan pasar tradisional itu sendiri. Guna merespon ancaman dari pasar modern dan bisnis eceran besar lainnya, maka pasar tradisional perlu berbenah diri dengan menyesuaikan dirinya sesuai dengan tuntutan selera konsumen. Perkembangan selera konsumen menginginkan tempat berbelanja yang bersih, nyaman, dengan harga yang relatif murah, serta mutu barang yang dapat dipertanggungjawabkan (Salamatun dan Tina, 2004). Faktor kenyamanan, kebersihan serta kualitas barang yang dijual menjadi salah satu permasalahan yang biasa dijumpai dalam berbelanja di pasar tradisional. Maka dari itu, pasar tradisional
harus segera berbenah diri dalam upaya untuk terus menjaga eksistensi dari pasar tradisional itu sendiri.
Pasar Tradisional pada umumnya menjual berbagai keperluan sehari-hari seperti sembako, perlengkapan sembahyang, buah-buahan, daging dan sayur-mayur. Para pedagang biasa menjajakan aneka barang yang dijualnya beralaskan meja baik itu di kios maupun los yang mereka sewa. Grafik 1.1 menggambarkan penggolongan jumlah pedagang menurut lokasi usaha di Pasar Desa Adat Intaran Sanur sebelum revitalisasi yang berjumlah 87 Los, 17 Kios/Toko, yang meningkat menjadi 168 Los, 61 Kios/Toko. Pedagang yang berjualan di los mendominasi di pasar ini dengan menjual jenis dagangan seperti : sayur-mayur, buah-buahan, daging dan sarana upakara.
Los Kios/Toko Total 0 50 100 150 200 250 Sebelum Revitalisasi Setelah Revitalisasi Gambar 1.1
Jumlah Pedagang Menurut Lokasi Usaha di Pasar Desa Adat Intaran Sanur (Satuan Orang)
Sumber : Kantor Pasar Desa Adat Intaran Sanur Tahun 2016 (Data diolah)
Gambar 1.2 menunjukkan bahwa Pasar Desa Adat Intaran Sanur merupakan pasar dengan pemasukan pasar terbesar ketiga yaitu 513.000.000 rupiah setelah Pasar Desa Nyanggelan menempati urutan kedua dengan pemasukan 3.000.000.000 rupiah
dan Pasar Agung Peninjoan menempati urutan pertama dengan pemasukan terbesar pertama dengan pemasukan 13.200.000.000 rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa Pasar Desa Adat Intaran Sanur ini memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk memajukan dan menggerakkan roda perekonomian di Kota Denpasar, maka dari itu eksistensi dari pasar tradisonal harus semakin ditingkatkan karena keberadaan pasar tradisional itu sendiri masih sangat dibutuhkan terutama bagi pedagang yang memang menggantungkan hidupnya berjualan di pasar tradisional.
Pasar Agung
Peninjoan Pasar Desa Nyanggelan Pasar Intaran Gunung SariPasar Tradisional Pasar Kesiman 0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000 Gambar 1.2
Pasar dengan Omset Penjualan 5 Terbesar Pasar Desa Adat Kota Denpasar Tahun 2013 (Rupiah)
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar Tahun 2015
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi pasar tradisional dapat berupa peremajaan dan renovasi keadaan fisik maupun non fisiknya. Salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya menyelamatkan pasar tradisional yaitu revitalisasi pasar tradisional. Revitalisasi pasar tradisional ialah mensinergikan sumberdaya potensial yang dimiliki pasar tradisional dengan mempertimbangkan
seluruh aspek secara komprehensif sehingga mampu meningkatkan daya saing pasar tradisional dengan tetap mempertahankan kekhasan maupun keunggulan yang dimiliki pasar tradisional tersebut.
Revitalisasi pasar tradisional merupakan program pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Kementerian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dengan sasaran memberdayakan para pelaku usaha mikro yang selama ini tumbuh di pasar yang belum memiliki fasilitas transaksi tempat berusaha yang layak, sehat, bersih, dan nyaman, serta dimiliki dan dikelola oleh pedagang sendiri dalam wadah koperasi (Harian Rakyat Kalbar, 2012). Wasis (2008) mengatakan dalam mengantisipasi persaingan yang tidak sehat antara pasar tradisional dan pasar modern diperlukan peran pemerintah, karena dengan perkembangan usaha pasar modern seperti minimarket yang semakin marak dan pembangunannya terkadang tidak mematuhi aturan yang ada, maka hal tersebut akan dapat menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat diantara pasar modern dan pasar tradisional.
Program revitalisasi pasar tradisional haruslah tidak hanya dikaitkan dengan perbaikan sarana fisik semata namun revitalisasi ini harus merupakan konsep yang menyeluruh dari semua aspek dalam membenahi pasar tradisional. Revitalisasi pasar tradisional harus menjadikannya sebagai pusat ikon perekonomian suatu daerah, pasar tradisional sebagai simbol kewirausahaan daerah, sebagai indikator ekonomi suatu daerah, dan bahkan menjadi identitas sosial-ekonomi dan budaya bangsa. Revitalisasi pasar tradisional itu sangat penting dilakukan untuk mempertahankan usaha kecil mikro dalam persaingan usaha. Program revitalisasi pasar tradisional ini
diharapkan akan membuat perkembangan pasar tradisional tidak kalah dengan pasar modern dan akhirnya masyarakat merasa terpenuhi dan terlayani kebutuhannya oleh pasar tradisional dan juga akan tetap mempertahankan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi rakyat.
Program revitalisasi di Pasar Intaran ini memiliki tujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pendapatan masyarakat berbasis pada ekonomi kerakyatan, mengembangkan pasar untuk mendukung pertumbuhan pasar tradisional melalui menajemen dan lingkungan yang sehat, bersih, dan segar secara berkesinambungan, memberikan pelayanan maksimal kepada konsumen sehingga eksistensi pasar tradisional semakin meningkat serta memberikan kesempatan berusaha kepada masyarakat desa dan sekitar sehingga dapat menambah pendapatan per kapita. Keefektivitasan dari program revitalisasi ini memerlukan dukungan dari semua pihak terutama dari pengelola pasar dan pedagang yang menjadi peran utama dalam aktivitas ekonomi pasar itu sendiri. Ayuningsasi (2010) menyatakan program revitalisasi ini diarahkan untuk menerapkan dan mengadopsi manajemen pusat perbelanjaan modern, terutama berkaitan dengan penanganan kebersihan. Perbaikan dalam berbagai hal baik fisik maupun non fisik diharapkan mampu meningkatkan citra dan daya saing dari pasar tradisional sehingga kembali dilirik oleh konsumen serta mampu bersaing dari serbuan pasar modern yang ada saat ini. Program revitalisasi pasar tradisional diharapkan mampu mengubah “wajah” pasar tradisional dari citra buruk yang dimilikinya menjadi lebih higienis, lebih nyaman dan lebih teratur.
Lokasi penelitian ini mengambil lokasi di Desa Intaran, dimana di desa Intaran sendiri, belum ada informasi mengenai efektivitas program revitalisasi pasar, sehingga belum diketahui manfaat dari adanya program revitalisasi pasar tradisional. Pasar intaran ini dipilih karena pasca direvitalisasi, pasar Intaran menjadi salah satu objek kunjungan turis mancanegara. Pasar Intaran sendiri merupakan pasar pertama yang melakukan revitalisasi dengan biaya sendiri (melalui LPD Desa Adat Intaran). Pengelolaan pasar sepenuhnya diserahkan kepada Desa Adat Intaran karena Desa Adat Intaran selama ini tidak mempunyai laba pura yang dikelola untuk membiayai upacara di Pura Bale Agung dan upacara mecaru ngusaba kota Denpasar yang dipusatkan di Desa Adat Intaran sehingga keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan pasar akan digunakan sebagian untuk membiayai upacara-upacara tersebut.
Peraturan Pemerintah No.39 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan dampak
(impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan serta indikator hasil/manfaat yang
akan diperoleh kedepannya. Oleh karena itu, setiap program-program yang dilaksanakan pemerintah wajib dilaksanakan evaluasi dan monitoring untuk menjamin agar pelaksanaan program sesuai dengan acuan dan rencana yang telah
ditetapkan begitu pula terhadap program revitalisasi pasar tradisional ini. Terealisasikannya program revitalisasi di Pasar Desa Adat intaran Sanur diharapkan mampu untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pendapatan masyarakat berbasis pada ekonomi kerakyatan serta mengembangkan pasar untuk mendukung pertumbuhan dan pengembahan pasar tradisional secara sehat, bersih, dan berkesinambungan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimanakah tingkat efektivitas dari segi input, proses, dan output program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Desa Adat Intaran ?
2) Bagaimana tingkat kepuasan konsumen sesudah program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Desa Adat Intaran ?
3) Apakah pengelolaan pasar lebih baik setelah program revitalisasi pasar tradisional dibandingkan sebelumnya di Pasar Desa Adat Intaran ?
4) Apakah kondisi lingkungan lebih baik setelah program revitalisasi pasar tradisional dibandingakan sebelumnya di Pasar Desa Adat Intaran ?
5) Bagaimanakah pendapatan pedagang setelah pelaksanaan program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Desa Adat Intaran ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1) Untuk menganalisis tingkat efektivitas dari segi input, proses, dan output program revitalisasi pasar di Pasar Desa Adat Intaran.
2) Untuk menganalisis tingkat kepuasan konsumen sesudah program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Desa Adat Intaran.
3) Untuk mengetahui kondisi pengelolaan pasar setelah program revitalisasi pasar tradisional dibandingkan sebelumnya di Pasar Desa Adat Intaran.
4) Untuk mengetahui kondisi lingkungan setelah program revitalisasi pasar tradisional dibandingkan sebelumnya di Pasar Desa Adat Intaran.
5) Untuk menganalisis kondisi pendapatan pedagang setelah pelaksanaan program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Desa Adat Intaran.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini dapat dibedakan menjadi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis
1) Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan teori-teori yang sudah ada, mendukung jurnal sebelumnya, serta menjadi media untuk pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya sehingga dapat menambah referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya tentang program revitalisasi pasar tradisional.
2) Kegunaan Praktis
Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada pihak-pihak yang terkait, terutama kepada pihak
pemerintah daerah dalam menentukan dan melaksanakan program revitalisasi pasar tradisional sebagai upaya dalam mempertahankan eksistensi pasar tradisional.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari skripsi ini disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara sistematis, sehingga antara bab satu dengan bab lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun penyajiannya adalah sebagai berikut.
Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab ini menguraikan kajian pustaka dan rumusan hipotesis. Dalam kajian pustaka dibahas mengenai konsep pasar, fungsi pasar, konsep pasar tradisional, konsep pasar modern, konsep revitalisasi pasar tradisional, konsep efektivitas program, evaluasi program, konsep kepuasan konsumen, konsep pengelolaan pasar, konsep kondisi lingkungan, konsep pendapatan, serta hubungan-hubungan antara variabel.
Bab III : Metode Penelitian
Dalam bab ini diuraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel
dan metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.
Bab IV : Data dan Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden, deskripsi data hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V : Simpulan dan Saran
Dalam bab ini dikemukakan simpulan-simpulan mengenai hasil pembahasan dan saran-saran yang akan ditujukan sebagai masukan.