LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VIII DPR RI
KE KABUPATEN SIKKA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TENTANG PENANGANAN BENCANA LETUSAN GUNUNG ROKATENDA
DI PULAU PALUE
MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2013-2014 23 – 25 AGUSTUS 2013
SEKRETARIAT KOMISI VIII DPR RI JAKARTA 2013
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN ... 3
BAB II : PROFIL KABUPATEN SIKKA, PROVINSI NUSA
TENGGARA TIMUR ... 7
BAB III : PELAKSANAAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK ... 12
BAB IV : TEMUAN DAN REKOMENDASI ... 15
BAB I PENDAHULUAN
A. Umum
Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI, sesuai ketentuan peraturan Tata Tertib DPR RI, maka Komisi VIII DPR RI pada Masa Persidangan I Tahun Sidang 2013-2014 membentuk Tim Kunjungan Kerja Spesifik ke Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk melakukan pengawasan terhadap penanganan bencana letusan Gunung Rokatenda.
B. Dasar Kunjungan Kerja
Pelaksanaan kunjungan kerja ke Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan atas:
1. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 20, 20A, Pasal 21, dan Pasal 23 tentang Tugas DPR RI bidang Legislasi, Budget, dan Pengawasan;
2. Keputusan DPR RI Nomor 01/DPR-RI/I/2009-2010 tentang Peraturan Tata Tertib DPR RI :
a. Pasal 6 tentang Tugas dan Wewenang DPR RI;
b. Pasal 53 Ayat (3) tentang Tugas Komisi di Bidang Pengawasan;
c. Pasal 54 Ayat (3) huruf (f) tentang Pelaksanaan Kunjungan Kerja Komisi DPR RI pada masa reses.
C. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
a. Melakukan komunikasi intensif antara DPR RI khususnya Komisi VIII DPR RI dengan daerah, baik Pemerintah Daerah maupun dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan atau pemangku kepentingan (stakeholders) yang berkaitan dengan penanganan bencana letusan Gunung Rokatenda.
b. Melaksanakan fungsi Pengawasan atas Pelaksanaan Undang-undang termasuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
a. Menggali dan menyerap aspirasi daerah dari unsur Pemerintah Daerah maupun masyarakat.
2. Tujuan
Untuk mengumpulkan dan mendapatkan bahan-bahan masukan berupa data dan kondisi faktual tentang pelaksanaan program pembangunan secara umum di daerah yang berkaitan dengan bidang
Agama, Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak
Penanggulangan Bencana dan Pengelolaan Zakat dan khususnya penanganan bencana letusan Gunung Rokatenda.
D. Waktu Pelaksanaan
Kunjungan Kerja Spesifik ini berlangsung pada tanggal 23 - 25 Agustus 2013.
E. Daftar Nama Tim Kunjungan Kerja Spesifik Ke Provinsi Riau
Kunjungan Kerja Spesifik ke Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur ini diikuti oleh 13 Anggota Komisi VIII DPR RI sebagai berikut.
Daftar Nama Anggota Komisi VIII DPR-RI
Yang Melakukan Kunjungan Kerja Spesifik ke Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tanggal 23 – 25 Agustus 2013
Masa Persidangan I Tahun Sidang 2013-2014 No No.
Ang.
Nama Anggota Jabatan/
Fraksi
1. A-176 H. SAYED FUAD ZAKARIA, SE KETUA TIM DAN
WAKIL KETUA KOMISI VIII/FPG
2. A-168 HJ. IDA FAUZIYAH, M.Si KETUA KOMISI
VIII/FPKB
3. A-510 KH.YUNUS ROICHAN, SH. MH ANGGOTA/FPD
4. A-525 DRS. H. MAHRUS MUNIR ANGGOTA/FPD
5. A-545 KASMA BOUTY, SE. MM ANGGOTA/FPD
6. A-202 H.TB.ACE HASAN SYADZILY, M.Si ANGGOTA/FPG
7. A-254 H. MUHAMMAD LUTFI ANGGOTA/FPG
8. A-332 H. ADANG RUCHIATNA
PURADIREDJA
9. A-326 HR.ERWIN MOESLIMIN SINGAJURU, SH
ANGGOTA/ FPDIP
10. A-76 IR. ADE BARKAH ANGGOTA/
FPKS
11. A-142 H. AMRAN, SE ANGGOTA/
FPAN
12. A-282 DRS.H. HASRUL AZWAR, MM ANGGOTA/
FPPP
13. A-11 DRA.HJ.SOEMINTARSIH
MOENTORO, M.Si
ANGGOTA/ F. HANURA
14. TRI USMANIATI SEKRETARIAT
15. ABDUL ROJAK SEKRETARIAT
16. EDI HAYAT TENAGA AHLI
F. Jadwal Pertemuan dan Obyek yang ditinjau
Jadwal Kunjungan Kerja Spesifik
Komisi VIII I DPR RI Ke Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur Masa Persidangan I Tahun Sidang 2013-2014
Tanggal 23 – 25 Agustus 2013
No Waktu Uraian Acara Ket.
Jumat, 23 Agustus 2013
1 15.00 WIB Tim berkumpul di Bandara
soekarno Hatta Terminal 1
Pesawat Lion Air
2 16.50 WIB Pesawat Take Off menuju
Kupang
Transit di Surabaya
3 22.05 WITA Tiba di Kupang langsung
menuju Hotel Sabtu, 24 Agustus 2013
4 05.00-5.30 WITA Sarapan pagi
Moumere dengan Lion Air
6 07.00 Tiba di Bandara Moumere
menuju ke Kantor Bupati Sikka
7 08.00-10.00 Pertemuan dengan Bupati
Sikka, Kepala Dinsos setempat dan BPBD beserta Jajarannya
Pertemuan diatur oleh protokol Kabupaten Sikka 8 10.00-12.00 Kunjungan ke Lokasi Pengungsi 9 12.00-13.00 WITA ISHOMA 10 13.00 -15.00 Peninjauan Lanjutan
11 16.00 WITA Pesawat Take Off menuju
Kupang
12 17.00 WITA Tiba di Kupang langsung
menuju Hotel Minggu, 25 Agustus 2013
14 05.15 WITA Menuju bandara El Tari
Kupang
15 06.00 WITA Pesawat take off menuju
Jakarta
16 09.15 WIB Tiba di Bandara Soekarno
Hatta, Jakarta
Telp Sekretariat Komisi VIII DPR RI : 021-5715 399, Fax: 021- 5715 512. Contac person : Tri Usmaniati, 0812 991 7483
BAB II
PROFIL KABUPATEN SIKKA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Sejarah
Kabupaten Sikka awalnya merupakan Onder Afdeling yang kemudian menjelma menjadi "swapraja sikka" (provinsi sunda kecil). Swapraja Sikka diperintah oleh seorang raja yang memerintah secara turun temurun. Pada tahun 1902 sistem sentralisasi pemerintahan kerajaan dirubah menjadi sistem desentralisasi.
Pada tahun 1967 daerah tingkat II Sikka berganti nama menjadi "Kabupaten Sikka". Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok - pokok pemerintahan di daerah, maka sebutan nama "Daerah Kabupaten Sikka" berganti nama menjadi "Kabupaten Daerah Tingkat II Sikka". Sedangkan 1958 ditetapkan sebagai tahun pembentukan Kabupaten Sikka.
Geografi
Kabupaten Sikka terletak di antara 8°22’ sampai dengan 8°50’ derajat Lintang Selatan dan 121º55'40" sampai 122º41'30" Bujur Timur. Kabupaten Sikka merupakan bagian dari wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di Daratan Flores. Sebelum tahun 2007 Sikka terdiri dari 12 Kecamatan, seiring dengan diberlakukan Undang-Undang Otonomi daerah terjadi pemekaran wilayah kecamatan menjadi 21 Kecamatan, yaitu Paga, Tanawawo, Mego, Lela, Bola, Doreng, Mapitara, Talibura, Waiblama, Waigete, Kewapante, Hewokloang, Kangae, Nelle, Koting, Palue, Nita, Magepanda, Alok, Alok barat, dan Alok Timur.
Kabupaten Sikka merupakan daerah kepulauan dengan total luas daratan 1.731,91 km2. Terdapat 18 pulau baik yang didiami ataupun tidak, dimana pulau terbesar adalah Pulau Besar (3,07 persen). Sedangkan pulau yang terkecil adalah Pulau Kambing (Pulau Pemana Kecil) yang luasnya tidak sampai 1 km2. Dari 18 pulau yang terdapat di wilayah administratif Kabupaten Sikka, sebanyak 9 pulau merupakan pulau yang tidak dihuni dan 9 pulau dihuni.
Perbatasan sebelah timur Kabupaten Sikka adalah Kabupaten Flores Timur, dan perbatasan sebelah barat adalah dengan Kabupaten Ende. Di sebelah utara berbatasan dengan laut Flores dan disebelah selatan berbatasan dengan laut sawu. Kecamatan Talibura adalah kecamatan yang memiliki luas daerah terbesar dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu 260,11 km2(15,02 persen). Kecamatan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Alok, dengan luas wilayah 14,64 km2 (0,85 persen).
Sebelah Utara : Laut Flores Sebelah Selatan : Laut Sawu
Sebelah Barat : Kabupaten Ende
Sebelah Timur : Kabupaten Flores Timur
Luas Wilayah Kabupaten Sikka sebesar 7.553,24 Km2 dengan Luas daratan 1.613,18 Km² 2 dan Luas lautan 5821,33 Km2.
Wilayah Kabupaten Sikka meliputi 18 pulau baik yang didiami maupun tidak dimana pulau terbesar adalah Pulau Besar (3.07 persen) dan Pulau Palue (2.37 persen). Sedangkan pulau yang terkecil adalah pulau Kambing (Pulau Penama kecil) yang luasnya tidak sampai 1 km2. dari 18 pulau yang dimiliki pada wilayah administrasinya sebanyak 9 pulau merupakan pulau yang tidak di huni dan 9 pulau di huni.
Penduduk
Sedangkan berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah Penduduk Kabupaten Sikka adalah 300.328 jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 1.731,91 km2 sebenarnya dapat dikatakan distribusi penduduk di Kabupaten Sikka belum merata. Kepadatan penduduk yang tertinggi ada pada kecamatan Alok yaitu sekitar 2.258 jiwa perkilometer persegi padahal luas wilayahnya hanya sekitar 0,84 persen saja dari luas Sikka secara keseluruhan. Kecamatan Talibura yang mempunyai wilayah paling luas tingkat kepadatan penduduknya hanya sekitar 79 jiwa pekilometer persegi. Sedangkan agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Kabupaten Sikka adalah Katolik 89,72 persen dari total penduduk, kemudian Islam 9,22 persen, Protestan 0,94 persen dan sisanya Hindu dan Buddha.
Tabel Jumlah Pendududuk Kab. Sikka Per Kecamatan Tahun 2010
Kecamatan Penduduk Luas Wilayah Kepadatan Per Km2 Paga 15598 82,85 188,27 Tanawawo 8695 79,78 108,99 Mego 11873 111,26 106,71 Lela 11645 31,33 371,69 Bola 10785 56,83 189,78 Doreng 11191 30,41 368,00 Mapitara 6304 81,02 77,81 Talibura 20454 260,11 78,64 Waiblama 7042 144,36 48,78 Waigete 22181 217,65 101.91
Kewapante 13453 24,14 557,29 Hewokloang 8243 17,58 468,89 Kangae 16389 38,43 426,46 Nelle 5792 14,65 395,36 Koting 6360 23,56 269,95 Palue 9553 41 233.00 Nita 21223 141,07 150,44 Magepanda 11508 166,15 69,26 Alok 33,64 14,64 2 258,47 Alok Barat 16808 62,75 267,86 Alok Timur 32167 92,34 348,35 Kabupaten Sikka 300 328 1 731,91 173,41 Sumber : Sensus Penduduk 2010
Tabel Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin, dan Rasio Jenis Kelamin, 2010
Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin Paga 7279 8319 15598 87,50 Tanawawo 4067 4628 8695 87,88 Mego 5695 6178 11873 92,18 Lela 5336 6309 11645 84,58 Bola 4757 6028 10785 78,92 Doreng 5357 5834 11191 91,82 Mapitara 3020 3284 6304 91,96 Talibura 9814 10640 20454 92,24 Waiblama 3356 3686 7042 91,05 Waigete 10611 11570 22181 91,71 Kewapante 6195 7258 13453 85,35 Hewokloang 3865 4378 8243 88,28 Kangae 7478 8911 16389 83,92 Nelle 2668 3124 5792 85,40 Koting 2974 3386 6360 87,83 Palue 4075 5478 9553 74,39 Nita 10244 10979 21223 93,31 Magepanda 5603 5905 11508 94,89
Alok 16195 16869 33064 96,00
Alok Barat 8318 8490 16808 97,97
Alok Timur 15375 16792 32167 91,56
Kabupaten Sikka 142282 158046 300328 90,03 Sumber : Sensus Penduduk 2010
Indeks Kerawanan Bencana
Indeks kerawanan bencana di Provinsi Nusa Tenggara Timur, termasuk Kabupaten Sikka, adalah sebagai berikut:
a. Kondisi Geografis
NTT merupakan provinsi kepulauan dengan luas sekitar 48.718,10 km persegi yang terdiri lebih dari 560 pulau, dengan tiga pulau utama adalah Flores, Sumba dan Timor Barat. Dari seluruh pulau yang ada, 42 pulau telah berpenghuni sedangkan sisanya masih belum berpenghuni dengan kepadatan penduduk mencapai 91 jiwa per km persegi.
Di wilayah NTT, terdapat 11 gunung api yaitu Gunung Ine Like, Ebu Lobo, Iya, Kelimutu, Rokatenda, Lewo Tobi (Laki–laki), Lewo Tobi (Perempuan), Lera Boleng, Ile Boleng, Ile Lewotolo dan Gunung Ile Werung. Dari gunung-gunung yang ada, mengalir sekitar 40 Sungai besar dimana yang terbesar adalah Sungai Kambaniru (118 km), Benanain (100 km), Noelmina (90 km) dan Wanokaka (80 km).
b. Ancaman Bencana
Banjir, Gempa bumi, Tsunami, Kebakaran Permukiman, Kekeringan, Cuaca Ekstrem, Longsor, Gunung Api, Abrasi, Kebakaran Hutan dan Lahan, Konflik Sosial, Epidemi dan Wabah Penyakit.
c. Indeks Kerawanan Bencana
Kab. Skor Kelas Rawan Ranking Nas.
SIKKA 123 TINGGI 9
FLORES TIMUR 97 TINGGI 32
ALOR 94 TINGGI 38
KUPANG 94 TINGGI 40
BELU 85 TINGGI 67
KOTA KUPANG 78 TINGGI 98
SUMBA BARAT 78 TINGGI 102
SUMBA TIMUR 75 TINGGI 123
TIMOR TENGAH SELATAN
75 TINGGI 125
TIMOR TENGAH UTARA 70 TINGGI 147
LEMBATA 69 TINGGI 154
ENDE 68 TINGGI 160
MANGGARAI BARAT 62 TINGGI 197
NGADA 57 TINGGI 234
ROTE NDAO 55 TINGGI 253
SUMBA BARAT DAYA 46 TINGGI 313
MANGGARAI TIMUR 46 TINGGI 327
NAGEKEO 40 TINGGI 372
SUMBA TENGAH 31 SEDANG 417
BAB III
PELAKSANAAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK Pertemuan
Pertemuan Komisi VIII DPR RI dalam Kunjungan Kerja Spesifik ke Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah dengan Bupati Kabupaten Sikka, dan Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang sedang memberikan bantuan teknis (technical assistances) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka tentang penanganan bencana letusan Gunung Rokatenda.
1. Pertemuan dengan Bupati Kabupaten Sikka
Pertemuan Komisi VIII DPR RI dengan Bupati Kabupaten Sikka bertempat di aula pertemuan kantor Bupati Sikka pada jam 08.00 WITA sampai selesai. Bupati Kabupaten Sikka didampingi Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, Ketua DPRD dan kepala Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kabupaten Sikka. Bupati Kabupaten Sikka menjelaskan kepada Komisi VIII DPR RI tentang penanganan korban letusan Gunung Rokatenda yang terletak di Pulau Palue. Penjelasan Bupati Sikka meliputi kronologi bencana, korban meninggal, pengungsi, dan langkah-langkah yang dilakukan untuk menangani korban bencana letusan Gunung Rokatenda pada tahap tanggap darurat.
Gunung Api Rokatenda mulai menunjukkan tanda-tanda akan erupsi sejak tanggal 12 Oktober 2012 yang ditandai semburan debu vulakanik. Kemudian pada tanggal 30 Desember 2012 terjadi letusan sebanyak 16 kali. Gunung Api Rokatenda meletus besar pada jam 04.27 WITA, tanggal 10 Agustus 2013 yang ditandai semburan lava panas dan abu vulkanik yang ketinggiannya mencapai 1.500 – 2.000 meter dari permukaan laut.
Korban yang meninggal akibat terkena lava panas dan debu vulkanik letusan Gunung Rokatenda pada tanggal 10 Agustus 2013 sebanyak 5 orang, yaitu; Aloysius Roga (62 th), Maria Wea (60 th), Simon Ware (64 th), Randy Tala (11 th), dan Lengga (6 th). Sedangkan korban luka-luka sebanyak 3 orang, yaitu; Florentina Paji (55 th), Petrus Ngae (63 th), dan Margareta Kula (21 th).
Korban yang mengungsi akibat letusan Gunung Rokatenda pada tanggal 12 Oktober 2012 sebanyak 1.337 orang (375 KK) yang ditampung di Kabupaten Sikka, sedangkan yang ditampung di Kabupaten Ende sebanyak 1.417 orang (407 KK). Jumlah pengungsi akibat letusan Gunung Rokatenda pada tanggal 10 Agustus 2013 (berdasarkakan data hingga tanggal 21 Agustus 2013) yang ditampung di Kabupaten Sikka sebanyak 1.118 orang (417 KK).
Langkah-langkah penanganan korban bencana letusan Gunung
Rokatenda dipimpin langsung oleh Bupati Kabupaten Sikka dengan melibatkan berbagai pihak seperti BASARNAS, TAGANA, Kodim 1603 Sikka, Komandan Pangkalan TNI Angkatan Lauat Maumere, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Sosial dan lainnya. Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), dan Kementerian Sosial RI juga terlibat dalam penanganan korban bencana letusan Gunung Rokatenda dengan memberi bantuan teknis dan dukungan dana.
Langkah-langkah yang dilakukan pada masa tanggap darurat adalah evakuasi pengungsi ke Maumere, Kabupaten Sikka dan ke Kabupaten Ende. Para pengungsi ditampung di gedung-gedung pemerintah, tenda-tenda dan rumah kerabat. Selama tahap tanggap darurat, Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka dengan didampingi oleh Kementerian Sosial RI dan BNPB berupaya memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi, seperti pangan, sandang dan papan. Sedangkan pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi para pengungsi yang ditampung di kantor bupati lama Kabupaten Sikka akan direlokasi dari Pulau Palue yang rentan terkena dampak bencana letusan Gunung Rokatenda ke Pulau Besar yang lebih aman dan tidak rentan terhadap bencana. Posko penanganan bencana letusan Gunung Rokatenda, yang dikoordinasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sikkan berlokasi di Kantor BPBD Kabupaten Sikka.
2. BNPB
Komisi VIII DPR RI juga mengadakan pertemuan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang bertempat di Posko BNPB di Gereja di Depan Keuskupan Maumere. Kepada Komisi VIII DPR RI, BNPB menjelaskan tentang berbagai upaya yang sudah dilakukan berdasarkan cluster SAR, kesehatan, dan penanganan pengungsi serta permasalahan yang dihadapi di lapangan.
Yang telah dilakukan BNPB berdasarkan cluster SAR meliputi pendataan tiap ruangan dan menunjuk ketua kelompok, mengupayakan operator radiao 24 jam di Kantor BPBD untuk update informasi, dan mengupayakan suplemen tambahan untuk relawan dengan tujuan untuk menjaga stamina. Cluster kesehatan meliputi penanganan pada ibu hamil yang ada gejala melahirkan dengan merujuk ke rumah sakit, pengecekan rutin terhadap 2 ibu hamil, penyediaan saluran air untuk cuci tangan sebanyak 24 kran, dan penyediaan obat. Sedangkan penanganan pengungsi meliputi pemenuhan kebutuhan dasar, pemenuhan sanitasi, penyediaan lahan untuk pemukiman kembali di Pulau Besar, validasi data pengungsi, dan trauma healing bagi para pengungsi.
Permasalahan yang dihadapi dilapangan meliputi:
a. Data pengungsi yang belum valid. Validasi data pengungsi sangat penting untuk memastikan berapa banyak penduduk yang masih ada di Pulau Palue;
b. Strategi penanganan korban letusan Gunung Rokatenda dalam tahapa darurat belum komprehensif, seperti berapa jumlah armada yang dibutuhkan untuk mengungsikan penduduk dari Pulau Palue secara cepat dan lainnya;
c. Radio komunikasi masih kurang;
d. Kelambu kurang, karena banyak nyamuk di lokasi pengungsian; e. Obat kurang;
f. Ada pengungsi yang sering keluar masuk dan dijemput keluarga;
g. Kebutuhan mendesak untuk aktifitas ekonomi pengungsi seperti peralatan tenun dan lainnya.
Selain itu BNPB juga mengalokasikan bantuan dana untuk penanganan bencana letusan Gunung Rokatenda sebanyak Rp150.000.000- (Seratus Lima Puluh Juta Rupiah) yang dialokasikan untuk BPBD Kabupaten Sikka, dan Rp281.000.000-, (Dua Ratus Delapan Puluh Satu Juta Rupiah) yang dialokasikan untuk BPBD Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Peninjauan Lapangan
Komisi VIII DPR RI, selain mengadakan pertemuan dengan para pihak yang terkait dengan penanganan bencana letusan Gunung Rokatenda, juga melakukan peninjauan lapangan ke tempat penampungan pengungsi di Kantor Bupati Kabupaten Sikka yang lama dan sudah tidak dipergunakan sebagai kantor, karena masih dalam tahap renovasi. Anggota Komisi VIII DPR RI berkomunikasi langsung dengan para pengungsi, menanyakan tentang berbagai permasalahan yang dihadapi pengungsi dan kebutuhan yang harus dipenuhi, misalnya Komisi VIII DPR RI menanyakan kesiapan pengungsi untuk direlokasi ke Pulau Besar.
Komisi VIII DPR RI juga meninjau langsung sarana-prasarana yang ada di tempat pengungsian, misalnya tenda, tempat tidur, sanitasi, MCK, dan dapur umum. Komisi VIII DPR RI berupaya memastikan, apakah sarana-prasarana pendukung yang ada di tempat pengungsian sudah sesuai kebutuhan para pengungsi.
BAB IV
TEMUAN DAN REKOMENDASI Temuan
1. Dampak bencana letusan Gunung Rokatenda mencakup dua kabupaten,
yaitu Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende, namun Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur tidak terlibat aktif mengkoordinasi penanganan terhadap korban bencana letusan Gunung Rokatenda, padahal pengungsi akibat bencana letusan Gunung Rokatenda ada yang ditampung di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende.
2. Sebagian Pulau Besar yang direncanakan sebagai tempat relokasi pengungsi korban letusan Gunung Rokatenda merupakan hutan lindung. Selain itu, para pengungsi bencana yang ditampung di kantor lama Bupati Kabupaten Sikka masih belum bersedia dipindahkan atau direlokasi ke Pulau Besar. Tapi mereka bersedia dipindahkan atau direlokasi ke Maumere. Alasannya, Maumere adalah kota, sedang Pulau Besar adalah pulau yang kondisinya relatif sama dengan Pulau Palue, kampung asal mereka, walau Pulau Besar tidak rentan terhadap bencana letusan gunung berapi.
3. Sarana-prasarana mandi, cuci dan kakus (MCK), saluran sanitasi dan tikar plastik di tempat pengungsian yang ada di kantor bupati lama Kabupaten Sikka tidak memadai. Sarana-prasarana MCK yang telah ada 10 buah padahal yang dibutuhkan minimal 50 buah, air kotor bekas membersihkan badan di MCK ada yang tegenang, tidak mengalir. Sedangkan tikar plastik di setiap kamar atau tenda pengungsian hanya berjumlah 1-3 buah sehingga tidak memenuhi kebutuhan pengungsi. 4. Posko penanganan bencana letusan Gunung Rokatenda ada 2 (dua);
posko yang bertama dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka yang bertempat di Kantor BPBD Kabupaten Sikka dan posko yang kedua dibuat oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang bertempat di gereja di depan Keuskupan Maumere. Posko BNPB baru dibuat sehari menjelang kedatangan Komisi VIII DPR RI untuk melakukan kunjungan kerja spesifik ke kabupaten Sikka pada tanggal 23 Agustus 2013.
5. Bantuan dana siap pakai dari BNPB untuk penanganan bencana letusan Gunung Rokatenda ke Kabupaten Sikka dan Provinsi Nusa Tenggara Timur diproses dan atau dicairkan sehari sebelum Komisi VIII DPR RI datang untuk melakukan kunjungan kerja spesifik ke Kabupaten Sikka pada tanggal 23 Agustus 2013
Rekomendasi
1. Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui BPBD Provinsi dan didampingi oleh BNPB agar terlibat aktif dalam penanganan korban bencana yang dampaknya meliputi dua kabupten atau lebih dengan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait.
2. Terkait dengan rencana pemindahan atau relokasi pengungsi korban letusan Gunung Rokatenda dari Pulau Palue ke Pulau Besar, Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka bersama-sama dengan BPBD Provinsi Nusa Tenggaran Timur dan BNPB agar melakukan:
a. Kajian yang mendalam dan komprehensif terkait relokasi pengungsi ke Pulau Besar serta melakukan koordinasi dengan Kementerian Kehutanan RI terkait dengan hutan lindung yang akan dijadikan lokasi relokasi pengungsi;
b. Melakukan pendekatan persuasif kepada para pengungsi yang belum bersedia direlokasi ke Pulau Besar dan juga melakukan koordinasi dengan tokoh-tokoh masyarakat, baik tokoh agama maupun tokoh adat agar membantu proses relokasi para pengungsi; dan
c. Pembangunan rumah yang diperuntukkan kepada para pengungsi di tempat pemukiman mereka yang baru hendaknya tidak menimbulkan konflik sosial, misalnya bangunan rumah hendaknya tidak lebih bagus dari bangunan rumah penduduk setempat.
3. Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka bersama-sama dengan BPBD Provinsi Nusa Tenggara Timur dan BNPB hendaknya meningkatkan koodinasi dengan Kementerian Sosial RI/Dinas Sosial dan Kementerian Pekerjaan Umum/Dinas Pekerjaan Umum untuk memenuhi sarana-prasaran yang dibutuhkan di tempat pengungsian, seperti pemenuhan kebutuhan MCK, saluran sanitasi, tikar dan lainnya.
4. Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka bersama-sama dengan BPBD Provinsi Nusa Tenggara Timur dan BNPB hendaknya mendirikan posko penanganan bencana sejak awal terjadinya bencana dan secara terpadu dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait, bukan hanya dalam bagan struktur tapi dalam praktiknya. Posko terpadu ini akan memudahkan perumusan kebijakan dan koordinasi penanganan korban bencana.
5. BNPB hendaknya memproses atau mencairkan berbagai bantun untuk penanganan korban bencana, baik berupa logistik maupun dana secepat mungkin, sejak awal terjadinya bencana.
BAB V PENUTUP
Demikian laporan kunjungan kerja spesifik Komisi VIII DPR RI ke Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk melakukan pengawasan terhadap penanganan bencana letusan Gunung Rokatenda. Laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pelaksanaan kunjungan kerja spesifik Komisi VIII DPR RI, temuan-temuan di lapangan, dan rekomendasi yang seyogyanya ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang terkait dengan penanganan bencana.
Jakarta, Agustus 2013
PIMPINAN KOMISI VIII DPR RI KETUA TIM,