10 BAB II
PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN E-LEARNING BERBASIS WEB ENHANCED COURSE DAN WEB CENTRIC COURSE PADA SISTEM
REPRODUKSI MANUSIA
A. Pembelajaran Biologi Menggunakan Media 1. Pengertian Belajar
Dalam aktifitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami atau tidak, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita merupakan kegiatan belajar, dengan demikian dapat kita katakan, tidak ada ruang dan waktu di mana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berarti pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti.
Menurut Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang,serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
2. Hasil Belajar
Menurut Purwanto, N (1990: 102), hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: pertama, kematangan/pertumbuhan. Kedua, sifat-sifat pribadi seseorang. Ketiga, keadaan keluarga. Keempat, cara guru mengajar. Kelima, alat-alat pelajaran. Keenam, lingkungan dan kesempatan. Ketujuh motivasi. Kedelapan, kecerdasan/intelejensi. Purwanto (Wadud, 2005: 12) mengartikan Intelejensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi intelejensi seseorang, sehingga terdapat perbedaan intelejensi seseorang ialah: (1) pembawaan, ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. (2) kematangan. Kematangan berhubungan erat dengan umur. (3) pembentukan, ialah segala keadaaan diluar dari seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelejensi, yaitu pembentukan sengaja (sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). (4) minat dan pembawaan yang khas. Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan dari perbuatan itu.
Selain itu juga, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan eksternal (Slameto, 2003: 54).Faktor internal terdiri dari faktor biologis (jasmaniah) dan faktor psikologis. Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur. Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
Faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang,
adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
Faktor lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.
3. Peranan Media Pembelajaran
Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hali ini sejalan dengan pendapat Sudjana dan Rivai (1991; 2) bahwa media akan lebih menarik minat serta motivasi siswa sehingga siswa akan lebih memahami pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, serta memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa.
Memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa dituangkan dalam sebuah kerucut oleh Edgar Dale
Gambar 2. 1
Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh oleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau praktikum langsung sehingga siswa akan mengalami sendiri apa yang telah dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui media tertentu serta mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkrit siswa mengalami bahan pengajaran, maka semakin banyak pengalaman yang akan diperoleh siswa. Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman atau hanya dengan melihat maka pengalaman yang diperoleh siswa semakin berkurang. (Sanjaya, 2008: 165).
B. Pembelajaran Elektronik (E-learning) 1. Pengertian e-learning
Menurut Sa’ud (2008: 180), electronic learning (e-learning) pada hakikatnya merupakan pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer atau internet. Teknologi belajar seperti itu dapat juga disebut pembelajaran berbasis web (Web Based Instruction). SedangkanDong (Purbo, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya atau e-learning didefinisikan sebagai berikut : e-Learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses (Soekartawi, 2003).
Sanjaya (2006) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.Internet, Intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan Pengajaran boleh
disampaikan secara ‘synchronously’ (pada waktu yang sama) ataupun ‘asynchronously’ (pada waktu yang berbeda). Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga harus menyediakan kemudahan untuk ‘discussion group’ dengan bantuan profesional dalam bidangnya.
E-learning berperan dalam kemampuan siswa dalam mengingat materi seperti yang digambarkan oleh Uskov, Dale, dan Dame pada Gbr. 2.1 di bawah ini. Pembelajaran dengan menggunakan buku dan presentasi hanya mampu membantu daya ingatan siswa dalam belajar maksimal sebesar 60%, sedangkan posisi e-learning dengan menggunakan video, animasi, konferensi audio/ video interaktif mampu membantu daya ingatan siswa maksimal hingga 80%. Hal ini membuktikan bahwa e-learning memiliki dasar yang cukup kuat untuk meningkatkan kemampuan mengingat siswa dalam belajar.
Gbr. 2.2 Kerucut e-learning
(Sumber: http://brata56.wordpress.com/2008/07/21/kelebihan-dan-kekurangan-e_learning/) 2. Pengembangan Model E-learning
Pendapat Rosenberg (Efendi, 2009: 136) tentang pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course:
1. Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Model ini bisa dikatakan menggunakan sistem jarak jauh. 2. Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara
belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.
3. Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing
mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
3. Perbedaan Pembelajaran Tradisional Dengan E-learning Berbasis Web Enhanced Course dan Web Centric Course.
Herman (2005) menjelaskan perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learningkhususnya e-learning berbasis web enhanced course, yaitu kelas ‘tradisional’, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya,sedangkan di dalam pembelajaran ‘e-learning’ berbasis web centric course, fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘e-learning’ akan ‘memaksa’ pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri di luar jam sekolah,sehingga pelajar yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan terbantu dengan kemampuan mereka belajar secara mandiri, sedangkan suasana pembelajaran ‘e-learning’ berbasis web enhanced course akan membimbing pelajar untuk aktif dalam pembelajarannya dengan bantuan dari guru dalam mencari informasi dari internet saat jam sekolah berlangsung. sehingga pelajar yang memiliki motivasi belajar rendah akan terbantu dengan adanya guru yang membimbing saat pelajar membuka dan mengumpulkan informasi dari internet.
Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu : sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan system e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya. Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dalam hal ini berarti guru lebih baik menggunakan e-learning berbasis web enhanced course dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar komputernya bersama guru dibandingkan sendiri di rumah tanpa bimbingan orang lain,kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya,dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
4. Karakteristik E-learningBerbasis Web Centric Course.
Petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh (Siahaan, 2002), antara lain :
1. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu dengan fasilitas chatting.
2. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah. 5. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat
diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
7. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi siswa yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional.
Pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learningberbasis web centric course juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik (Efendi, 2009: 140), antara lain :
1. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT.
5. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. 6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
7. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan internet. 8. Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
5. Fungsi E-LearningSecara Umum
Siahaan (2002) menyebutkan bahwa setidaknya ada 3 fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya opsional/pilihan, pelengkap (komplemen), atau pengganti (subtitusi).
Suplemen (Tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada kewajiban bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
Komplemen (Pelengkap), dikatakan sebagai komplemen apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi enrichment (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
Subtitusi (Pengganti), beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada peserta didiknya. Tujuannya agar pada peserta didik dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahan sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari.
C. Sistem Reproduksi Manusia
1. Analisis Kurikulum Materi Sistem Reproduksi Manusia
Materi Sistem Reproduksi Manusia merupakan salah satu materi yang diajarkan pada siswa kelas XI SMA semester genap. Materi ini tercakup dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Siswa diharapkan memahami konsep sistem reproduksi manusia hingga tingkat penguasaan menganalisis (C4). Materi ini juga dijelaskan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Sistem Reproduksi
1. Standar Kompetensi
Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas
2. Kompetensi Dasar
Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.
2. Karakteristik Materi Sistem Reproduksi Manusia
Materi Sistem Sistem Reproduksi Manusia terdiri dari konsep-konsep yang yang cukup sulit untuk dipahami oleh siswa. Hal ini dikarenakan konsep Sistem Reproduksi Manusia terdiri dari identifikasi struktur mikroskopis, beserta fungsinya, proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan fungsinya, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada system reproduksi manusia. Karakteristik materi yang seperti ini dapat dengan mudah dijelaskan dengan metode konvesional yaitu ceramah, tetapi akan sulit untuk mencapai ketuntasan hasil belajar siswa. Materi ini tergolong sebagai konsep yang abstrak. Sehingga, siswa membutuhkan sebuah cara penyampaian materi yang mampu mengubah materi abstrak menjadi konkrit. Selain itu, jika pembelajaran selalu dilakukan dengan metode ceramah, maka semakin lama motivasi siswa akan berkurang. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang
mampu meningkatkan motivasi belajar siswa baik yang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan bagi siswa yang memiliki motivasi belajar rendah sekalipun, sekaligus mampu mengkonkritkan materi Sistem Reproduksi Manusia. Maka, jenis materi seperti ini akan mudah dipahami oleh siswa dengan menggunakan e-learning yang terdiri dari uraian materi secara verbal disertai dengan gambar, video, dan animasi yang dapat membantu siswa dalam memahami sebuah konsep. Karakteristik materi yang dimaksud meliputi deskripsi kerumitan ataupun kemudahan sub materi pada Sistem Reproduksi Manusia seperti yang dirinci dalam Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.
Tabel 2.2 Karakteristik Materi Sistem Reproduksi Manusia
No. Sub Materi Karakteristik Materi
1. Organ reproduksi pria Materi organ reproduksi pada pria ini merupakan awal untuk mempelajari lebih lanjut mengenai organ reproduksi wanita. Siswa tidak hanya mampu menyebutkan struktur organ - organdalam dan luar pada reproduksi pria saja, tetapi juga mendeskripsikan fungsi masing-masing organ reproduksi pada pria. Materi ini tidak terlalu sulit untuk dipahami oleh siswa.
2. Organ reproduksi wanita Materi organ reproduksi wanita tergolong ke dalam materi yang mirip dengan materi
sebelumnya, yaitu organ reproduksi pada pria dan tidak terlalu sulit untuk dipahami siswa. Siswa dituntut untuk menguasai konsep secara utuh dari mulai struktur, dan fungsi masing – masing organ reproduksi pada wanita ini. Materi ini tidak terlalu sulit untuk dipahami siswa.
3. Gametogenesis Materi ini merupakan materi yang membutuhkan daya ingat yang kuat dari siswa untuk bisa memahami proses dari terbentuknya gamet ini secara keseluruhan dari awal proses sampai akhir. Materi ini cukup sulit dipahami siswa jika hanya dijelaskan secara ceramah oleh guru di depan kelas. Proses-proses yang terlibat di dalam materi ini sebaiknya disajikan tidak hanya dengan gambar diam, tapi dengan menggunakan animasi sehingga siswa memahami materi dengan baik. Materi ini cukup sulit dipahami oleh siswa.
4. Siklus Menstruasi Materi siklus menstruasi merupakan materi yang membutuhkan kemampuan daya ingat
siswa dan kemampuan berhitung siswa. Banyak konsep yang harus dikuasai mulai dari proses menstruasi, hormone yang terlibat, perhitungan waktu yang dibutuhkan setiap fase yang terjadi pada proses menstruasi ini cukup menyulitkan siswa. Sehingga siswa harus disajikan sebuah grafik, animasi, dan gambar yang membantu siswa memahami materi ini.
5. Kehamilan Materi kehamilan merupakan materi yang terdiri dari banyak konsep yang harus diingat siswa mulai dari proses terbentuknya janin bayi dari awal setelah proses fertilisasi, hormon yang terlibat di dalam proses kehamilan beserta fungsinya, dll. Materi ini cukup membuat siswa merasa kesulitan dalam memahami keseluruhan materi ini secara utuh
6. Kelainan Organ Reproduksi
Manusia
Kelainan dan penyakit pada sistem Reproduksi manusia merupakan materi yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Fenomena yang terjadi di lingkungan dimasukkan menjadi materi yang harus
dipelajari oleh siswa. Pada materi ini, dapat digunakan metode diskusi untuk membahas masalah yang aktual.
7. Alat Kontrasepsi Materi alat kontrasepsi biasa diajarkan setelah kelainan organ reproduksi manusia. Sehingga siswa diharuskan mengetahui cara mencegah penyakit seksual dengan alat kontrasepsi, namun siswa harus diajarkan keuntungan dan kerugian setiap alat kontrasepsi, sehingga siswa agak kesulitan mempelajari materi ini karena banyaknya alat kontrasepsi yang harus mereka ketahui mulai dari keuntungan dan kerugiannya.
3. Deskripsi Materi Sistem Reproduksi Manusia
No. Sub Materi Deskripsi Materi 1. Organ reproduksi pria
Gambar 2.3 organ reproduksi pria
Organ reproduksi pria terdiri dari : a. Organ luar, yaitu : skrotum
dan penis.
b. Organ dalam, yaitu : testis, epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi, kelenjar reproduksi dan uretrhra
2. Organ reproduksi wanita
Gambar 2.4 Oran reproduksi wanita
Organ reproduksi pria terdiri dari : a. Organ luar, yaitu vagina dan
vulva.
b. Organ dalam, yaitu : Ovarium, fimbrae,
infundibulum, tuba fallopi, uterus, cervix, saluran vagina, dan klitoris.
3. Gametogenesis Gametogenesis terdiri dari
Gambar 2.5 oogenesis
Gambar 2.6 spermatogenesis
sperma), dan oogenesis (pembentukan ovum).
Keduanya memiliki proses yang berbeda. Spermatogenesis dimulai
dari spermatogonium –
spermatogenesit primer – spermatogenesit sekunder - spermatid – dan 4 sperma.
Oogenesis dimulai dari oogonium – oogenesit primer - oogenesit sekunder - ootid – 1 ovum, dan dengan terbentuknya 2 polosit sekunder. Hormon yang terlibat pada spermatogenesis diantaranya adalah testosterone, FSH, dan LH, sedangkan pada oogenesis yaitu progesterone, estrogen, LH, dan FSH.
4. Siklus Menstruasi Menstruasi merupakan proses
Gambar 2.7 grafik hubungan hormon dengan tahapan menstruasi
(endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada setiap kehamilan. Fase menstruasi dimulai dari fase menstruasi – fase folikuler – fase ovulasi - fase luteal.
5. Kehamilan
Gambar 2.8. perkembangan embrio
Kehamilan dimulai setelah terjadinya fertilisasi, yaitu pembuahan terjadi saat oosit sekunder dibuahi oleh sperma setelah memasuki saluran tuba fallopi. Hormone yang terlibat pada proses kehamilan adalah HCG yang akan menghentikan proses menstruasi. Pola perkembangan embrio manusia dimlai pada bulan 4 sampai bulan ke-5 yang masing-masing ditandai dengan terbentuknya organ tertentu setiap fasenya.
6 Kelainan Organ Reproduksi Manusia
Gambar 2.9 penyakit klamidia
Kelainan organ reproduksi manusia terdiri dari HIV (Human Immunodeficiency Virus) , Gonore (Neiserria gonorrhoeae), Sifilis (Treponema pallidum), Herpes genital (Herpes simplex), Klamidia (Chlamidia trachomatis).
5. Alat Kontrasepsi
Gambar 2.10 macam – macam kontrasepsi dan mekanismenya
Kontrasepsi terdiri dari kontrasepsi permanen dan kontrasepsi tidak permanen. Kontrasepsi permanen terdiri dari vasektomi dan tubektomi, dan kontrasepsi tidak permanen terdiri dari kondom, pil, suntikan, susuk KB, spons, IUD, dan diafragma. Masing-masing alat kontrasepsi memiliki sisi keuntungan dan kerugian dalam pemakaiannya. (Sumber: Nurhayati, 2008: 426 ; Campbell, 2004: 156)
D. Penelitian Yang Relevan
Tabel 2.4 Penelitian-penelitian yang relevan
No Nama Tahun Judul Fokus
1 Angriana
Toruan
2006 Pengaruh E-learning Terhadap
Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Sistem Imun di SMA
Pengaruh E-learning pada penguasaan konsep dan berpikir kritis siwa
2 Abdul
Wadud
2005 Pengaruh E-learning Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia
Pengaruh e-learningdalam meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep sistem reproduksi manusia
3 Rissa
Trisnawaty
2006 Pengaruh E-learning Terhadap
Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Sistem Eksresi di SMA
Pengaruh e-learning terhadap penguasaan konsep dan KPS siswa
4 Dety
Hidayati
2005 Pengaruh E-learning terhadap
kemampuan berpikir kritis siwa SMA pada konsep Pencemaran lingkungan
Pengaruh E-learning terhadap kemampuan berpikir kritis