• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BBTKLPP JAKARTA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BBTKLPP JAKARTA TAHUN"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK)

BBTKLPP JAKARTA TAHUN 2020-2024

DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT JAKARTA

Jalan Bambu Apus Raya No.6 Blok C1 Cipayung, Jakarta Timur 13890 Telepon (021) 8484912 Faksimilie (021) 22106603 email: bbtklppjakarta@kemkes.go.id website: bbtklppjakarta.org

(2)

i

KATA PENGANTAR

Dengan Rasa Syukur atas Rahmat Allah Yang Maha Kuasa atas Berkat dan Karunia-Nya sehingga Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan Sekretariat Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tahun 2020-2024 ini dapat diselesaikan.

Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan ini bertujuan untuk Meningkatkan Pelayanan Surveilans dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat dengan menjabarkan tujuan dan sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi, target kinerja dan kegiatan.

Sebagai buku Rencana Aksi Kegiatan pertama untuk tahun RPJMN 2020-2024, kami merasakan buku ini masih memiliki banyak kekurangan karena dukungan data yang belum memadai terutama data-data yang digunakan sebagai bahan analisis situasi, prioritas program/ kegiatan, dan upaya rencana aksi. Selanjutnya kedepan akan terus disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan kegiatan di wilayah layanan (Provinsi DKI, Jawa Barat, Banten, Lampung dan Kalimantan Barat) Diharapkan program dan kegiatan dalam RAK tahun 2020-2024 dapat dijadikan dasar dan acuan dalam melaksanakan upaya pelaksanaan Surveilans dan laboratorium kesehatan masyarakat. Bagi kepala Bidang dan seksi di bawah Satuan kerja, diharapkan RAK 2020-2024 dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun Rencana Kerja dan Sasaran Kerja Pegawai.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berproses bersama dan mendukung tersusunnya Rencana Aksi Kegiatan (RAK) 2020-2024 ini, semoga buku ini menjadi dokumen bersama dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan Dukungan Manajemen semoga bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, ……Agustus 2020 Kepala BBTKLPP Jakarta Naning Nugrahini, SKM, MKM NIP. 196611251989032001

(3)

ii DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ...

i

Daftar Isi ...

ii

Daftar Tabel ...

iii

Daftar Grafik ...

iii

Daftar Gambar ...

iii

BAB I. Pendahuluan ...

1

A. Latar Belakang ...

1

B. Kondisi Umum ...

1

C. Potensi dan Permasalahan ...

21

BAB II. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Arah Kebijakan Dan Strategi ...

30

A. Visi dan Misi ...

30

B. Tujuan ...

30

C. Sasaran Strategis ...

30

BAB III. Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi ...

31

A. Strategi ...

31

B. Kerangka Regulasi ...

31

BAB IV. Target Kinerja dan kegiatan ...

40

A. Target Kinerja ...

35

B. Kegiatan ...

36

C. Kerangka Pendanaan ...

39

(4)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Jumlah Wilayah Layanan BBTKLPP Jakarta Tahun 2019 ... 5

Tabel 1.2. Kemampuan pemeriksaan laboratorium Penyakit Potensial Wabah ... 9

Tabel 1.3. Perhitungan ABK BBTKLPP Jakarta Tahun 2019 ... 11

Tabel 1.4. Nilai BMN Periode Tahunan Tahun 2019 ... 14

Tabel 1.5. Data Proses Usulan Pengahapusan BMN ... 17

Tabel 1.6. Rincian Barang Rusak Berat Yang Telah Diusulkan Proses Penghapusannya Kepada Pengelola Barang Per 31 Desember 2019 .... 18

Tabel 4.1. Tujuan Strategis, Sasaran Strategis, dan Indikator Sasaran Strategis RAK BBTKLPP Jakarta Tahun 2020-2024 ... 35

(5)

iv

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 1.1. Jumlah PNS di BBTKLPP Jakarta Tahun 2017-2019 ... 6 Grafik 1.2. Jumlah Pegawai BBTKLPP Jakarta Berdasarkan Jenis Jabatan

Tahun 2017-2019 ... 7 Grafik 1.3. Jumlah Pegawai BBTKLPP Jakarta Berdasarkan Tingkat Pendidikan

tahun 2017-2019 ... 8 Grafik 1.4. Jumlah Pegawai BBTKLPP Jakarta Berdasarkan Jenis Kelamin tahun

2015-2019 ... 8 Grafik 1.5. Jumlah Pegawai BBTKLPP Jakarta Berdasarkan Kondisi Mutasi tahun

2017-2019 ... 9 Grafik 1.6. Alokasi dan Realisasi Anggaran Tahun 2017-2019 ... 20 Grafik 1.7. Alokasi dan Realisasi Anggaran Per Jenis Belanja Tahun 2017-2019 ... 21

(6)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1. Peta Wilayah Layanan BBTKLPP Jakarta ... 6

(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sehingga merupakan periode pembangunan jangka menengah yang sangat penting dan strategis. RPJMN 2020-2024 akan memengaruhi pencapaian target pembangunan dalam RPJPN, di mana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas (Upper-Middle Income Country) yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, pelayanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik.

Sejalan dengan Visi Presiden Republik Indonesia Tahun 2020-2024 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong - Royong, dimana peningkatan kualitas manusia Indonesia menjadi prioritas utama dengan dukungan pembangunan kesehatan yang terarah, terukur, merata dan berkeadilan. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat tersebut, dibutuhkan program kesehatan yang bersifat preventif dan promotif salah satunya adalah Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) berbagai kegiatan dilakukan untuk mendukung pencegahan dan pengendalian penyakit di wilayah dilaksanakan berbagai program salah satunya adalah dukungan surveilans dan laboratorium kesehatan masyarakat.

Undang undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa Kementerian/Lembaga menyusun Rencana Strategi (Renstra). Selanjutnya merujuk kepada Keputusan Menteri Kesehatan nomor 21 tahun 2020 tentang Rencana Strategik Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 bahwa tingkat Eselon I menjabarkan dalam Rencana Aksi Program (RAP) dan Eselon II atau satuan kerja menjabarkan Rencana Aksi Kegiatan (RAK).

B. Kondisi Umum

Capaian indikator kinerja RAK Tahun 2019 yang memuat 9 indikator dimana terdapat 5 indikator indikator kinerja telah melampaui target, dengan rincian yaitu: 1) Persentase respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan bencana di wilayah

(8)

2 layanan BTKL sebesar 111,11%; 2) Jumlah rekomendasi surveilans atau kajian faktor risiko penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium sebesar 150,00%; 3) Jumlah sertifikat hasil uji laboratorium dan kalibrasi (SHU) sebesar 136,69%; 4) Jumlah rekomendasi surveilans atau kajian faktor risiko penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotic sebesar 110,53%; 5) Jumlah peningkatan kapasitas SDM bidang P2P sebesar 145,45%; dan 4 indikator indikator kinerja mencapai target 100%, dengan rincian yaitu: 1) Jumlah Teknologi Tepat Guna bidang P2P yang dihasilkan; 2) Jumlah rekomendasi surveilans atau kajian faktor risiko penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium pengendalian penyakit menular langsung; 3) Jumlah dokumen dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya (Dokumen); 4) Jumlah pengadaan sarana prasarana.

Sedangkan capaian kinerja untuk periode perencanaan jangka menengah yang tertuang dalam RAK tahun 2015-2019, dari 10 indikator kinerja bisa disimpulkan bahwa BBTKLPP Jakarta telah berhasil mencapai bahkan melampaui target, yaitu dengan rincian 8 indikator berhasil melampau target dengan capaian tertinggi pada indikator Jumlah peningkatan kapasitas SDM bidang P2P yaitu sebesar 149,13%, dan 2 Indikator mencapai kinerja 100% yaitu pada indikator Jumlah dokumen dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya; dan Jumlah pengadaan sarana prasarana.

Keberhasilan pencapaian indikator kinerja kegiatan tersebut memberikan dampak positif peran BBTKLPP Jakarta terhadap penyelesaian permasalahan faktor risiko penyakit dan kejadian penyakit lintas daerah provinsi di wilayah layanan, seperti (i) keberlanjutan (maintenance) eradikasi polio (ERAPO) di DKI Jakarta dan Kota Bandung yang didukung dengan surveilans tentang ada tidaknya virus polio di alam yang berbasis laboratorium, (ii) maintenance eliminasi malaria perlu didukung surveilans penyakit dan surveilans vektor malaria lintas daerah di Provinsi Lampung, (iii) pencegahan penyebaran dan penularan flu burung dari unggas ke manusia yang didukung oleh surveilans virus influenza berbasis laboratorium di Jawa Barat dan Banten, dan (iv) penilaian kemajuan eliminasi filariasis yang didukung oleh hasil pemeriksaan mikrofilaria berbasis laboratorium lintas daerah provinsi, (v) pencegahan penyebaran dan penularan penyakit difteri dengan pemeriksaan rujukan laboratorium di BBTKLPP Jakarta.

Pencapaian kinerja kegiatan tersebut didukung dengan capaian kinerja keuangan tahun 2019 yaitu: Realisasi penyerapan anggaran BBTKLPP sebesar Rp 29.642.719.205,00 (95,82%) dari pagu sebesar Rp 30.935.996.000,00. Terdapat efisiensi belanja pada komponen alokasi gaji dan tunjangan pegawai sebesar Rp 194.371.331,00, serta kelebihan alokasi Operasional dan Pemeliharaan Kantor sebesar Rp

(9)

3 439.746.217,00, selain juga dikarenakan tidak optimalnya penerimaan PNBP yang hanya mencapai 53,53% dari total target pendapatan sebesar Rp 920.000.000.

Keberhasilan pencapaian kinerja tersebut karena dukungan pimpinan unit utama, sinergitas kegiatan dengan unit utama dan organisasi perangkat daerah, komitmen semua pegawai, konsultasi dan bimbingan teknis dari unit utama dan lintas program, optimalisasi penggunaan sumber daya serta monitoring dan evaluasi berkala atas pencapaian kinerja kegiatan.

Dalam hal upaya pencegahan dan pengendalian penyakit serta memperhatikan karakteristik faktor risiko penyakit dan kejadian penyakit yang tidak mengenal batas wilayah administrasi pemerintahan, maka peran UPT di lingkungan Kementerian Kesehatan khususnya BTKLPP menjadi sangat strategis. Dengan mobilitas barang dan manusia di jaman globalisasi seperti sekarang ini maka faktor risiko penyakit dan kuman penyakit dapat berpindah dari satu Negara ke Negara lain atau dari provinsi yang satu ke provinsi yang lain dengan sangat mudah dan cepat. Keberadaan BTKLPP akan menjadi wakil Kementerian Kesehatan di daerah yang banyak membantu menyelesaikan permasalahan faktor risiko penyakit dan kejadian penyakit lintas wilayah provinsi. Hal ini sejalan dengan UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah khususnya Pasal 13 ayat (2), di mana disebutkan bahwa kriteria urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat adalah Urusan Pemerintahan yang lokasi, penggunanya, manfaat atau dampak negatifnya lintas daerah provinsi atau lintas negara; penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Pemerintah Pusat; dan/atau peranannya strategis bagi kepentingan nasional.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2349/MENKES/PER/VI/2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit, maka Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jakarta mempunyai tugas melaksanakan surveilens epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) di bidang pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BBTKLPP Jakarta mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Pelaksanaan surveilans epidemiologi;

2. Pelaksanaan analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL); 3. Pelaksanaan laboratorium rujukan;

(10)

4 5. Pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi;

6. Pelaksanaan penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini, dan penanggulangan KLB/wabah dan bencana;

7. Pelaksanaan surveilans faktor risiko penyakit tidak menular; 8. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan;

9. Pelaksanaan kajian dan pengembangan teknologi pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan, dan kesehatan matra;

10. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan BBTKLPP.

Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jakarta, memiliki 1 bagian dan 3 bidang teknis,18 Instalasi dan 4 kelompok Jabatan fungsional, yakni:

1. Bagian Tata Usaha;

2. Bidang Surveilans Epidemiologi;

3. Bidang Pengembangan Teknologi dan Laboratorium; 4. Bidang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan; 5. Instalasi;

6. Kelompok Jabatan Fungsional.

Sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Nomer: HK.02.02/I/3130/2019, tanggal 27 Desember 2019, tentang Standardisasi Instalasi Teknis, Sumber Daya Manusi, Sarana, dan Prasarana, serta Penetapan Layanan Unggulan pada Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit, maka Jenis Instalasi Minimal atau sesuai Standar pada BBTKLPP terdiri dari :

1. Instalasi Laboratorium Faktor Risiko Lingkungan;

2. Instalasi Laboratorium Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit; 3. Instalasi Laboratorium Intervensi Perubahan Perilaku;

4. Instalasi Laboratorium Virologi dan Imunologi; 5. Instalasi Laboratorium Mikrobiologi;

6. Instalasi Laboratorium Parasitologi;

7. Instalasi Laboratorium Teknologi Tepat Guna; 8. Instalasi Uji Resistensi dan Efektifitas;

9. Instalasi Mutu, Pemeliharaan, dan Kalibrasi;

10. Instalasi Media, Reagensia, Limbah, dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3); 11. Instalasi Pelayanan Publik dan Hubungan Masyarakat.

(11)

5 Kelompok jabatan fungsional di BBTKLPP Jakarta terdiri dari :

1. Jabatan Fungsional Entomologi Kesehatan;

2. Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan; 3. Jabatan Fungsional Sanitarian;

4. Jabatan Fungsional Epidemiologi Kesehatan.

BBTKLPP Jakarta melayani 5 (lima) provinsi yang meliputi Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Lampung, Banten, dan Kalimantan Barat, dengan Jumlah wilayah kabupaten/kota yang dilayani oleh BBTKLPP Jakarta sebanyak 70 kabupaten/kota, dan jumlah penduduk 85.213.375 yaitu :

Tabel 1.1.

Jumlah Wilayah Layanan BBTKLPP Jakarta Tahun 2019

No. Wilayah Layanan Jumlah Kab/Kota Jumlah Penduduk

1. Provinsi DKI Jakarta 5 kota dan 1 kabupaten 10.467.629 2. Provinsi Jawa Barat 9 kota dan 18 kabupaten 48.683.861 3. Provinsi Banten 4 kota dan 4 kabupaten 12.689.736 4. Provinsi Lampung 2 kota dan 13 kabupaten 8.370.485 5. Provinsi Kalimantan Barat 2 kota dan 12 kabupaten 5.001.664 *) Data BPS Tahun 2019

Setiap wilayah layanan memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Perbedaan karakteristik tersebut disebabkan oleh perbedaan sumber daya alam, perbedaan komposisi penduduk, perbedaan geografis, perbedaan infrastruktur, sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Selain itu, keberadaan kegiatan dan/atau usaha di masing-masing daerah juga berbeda seperti antara lain: industri, pertanian, dan pertambangan. Perbedaan tersebut akan turut mempengaruhi status kesehatan masyarakat.

(12)

6 Gambar 1.1.

Peta Wilayah Layanan BBTKLPP Jakarta

Sumber Daya Manusia (SDM) BBTKLPP Jakarta

Periode tahun 2017 s.d. 2019 jumlah pegawai BBTKLPP Jakarta mengalami tren menurun karena adanya mutasi dan pensiun, selain itu juga pada tahun periode tersebut tidak mendapat alokasi tambahan pegawai dari proses CPNS. Jumlah pegawai tertinggi pada tahun 2017 yaitu sebesar 104 orang sedangkan terendah pada tahun 2018 dikarenakan adanya pegawai yang memasuki BUP, meninggal dan berhenti atas permintaan sendiri.

Grafik 1.1.

(13)

7 Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis Jabatan, sepanjang tahun 2017 s.d 2019 ada tren kenaikan JFT dan tren penurunan JFU/Jabatan Pelaksana, hal ini sejalan dengan PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, yang mendorong PNS untuk meningkatkan profesionalitas dengan menduduki jabatan fungsional tertentu dan didukung pula dengan program Inpassing Nasional sampai dengan tahun 2021.

Grafik 1.2.

Jumlah Pegawai BBTKLPP Jakarta Berdasarkan Jenis Jabatan Tahun 2017-2019

Jumlah Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan. Menuju tahun 2019 jumlah pegawai dengan pendidikan SLTA mengalami tren penurunan, hal ini disebabkan karena pegawai memasuki masa pensiun (BUP) dan 6 orang pegawai yang melanjutkan jenjang pendidikan dari SLTA ke D III pada tahun 2017 melalui program percepatan pendidikan tenaga kesehatan yang diselenggarakan oleh PPSDMK yaitu izin belajar Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).

(14)

8 Grafik 1.3.

Jumlah Pegawai BBTKLPP Jakarta Berdasarkan Tingkat Pendidikan tahun 2017-2019

Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin. Jumlah pegawai laki-laki di BBTKLPP Jakarta selama 3 tahun mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan karena pegawai yang mutasi keluar dan pensiun lebih didominasi pegawai laki-laki. Untuk pegawai perempuan meskipun mengalami tren penurunan namun cenderung jumlahnya tetap pada tahun 2018 dan 2019.

Grafik 1.4.

Jumlah Pegawai BBTKLPP Jakarta Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2015-2019

(15)

9 Pegawai berdasarkan Kondisi Mutasi (Masuk dan Keluar). Mutasi masuk di tahun 2018 tertinggi dibanding dengan tahun setelahnya, hal ini selain disebabkan karena adanya pegawai pindahan sebanyak 4 orang. Kondisi mutasi keluar tertinggi terjadi pada tahun 2018 dimana 2 pegawai mendapatkan promosi jabatan dan 3 orang pegawai mutasi keluar dari BBTKLPP Jakarta.

Grafik 1.5.

Jumlah Pegawai BBTKLPP Jakarta Berdasarkan Kondisi Mutasi tahun 2017-2019

Kemampuan laboratorium BBTKLPP Jakarta, pada tahun 2019 dibagi menjadi: 1. Laboratorium Faktor Risiko Lingkungan

a. Laboratorium Penguji/kalibrasi telah terakhreditasi ISO 17025 oleh KAN dengan 113 ruang lingkup penguji dan 38 rentang ukur kalibrasi.

b. Laboratorim Faktor Risiko Lingkungan mampu melakukan pemeriksaan specimen lingkungan, khususnya air minum dan air bersih (parameter wajib, parameter tambahan belum semua mampu seperti: pemeriksaan disinfektan, pestisida dan senyawa organik lainnya).

2. Laboratorium Penyakit

a. Kemampuan pemeriksaan laboratorium Penyakit Potensial Wabah, beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan yaitu :

Tabel 1.2.

Kemampuan pemeriksaan laboratorium Penyakit Potensial Wabah

No Jenis Penyakit Kemampuan

Metode Keterangan

1. Diare Akut v Biakan

Bakteriologi

Manusia-lingkungan-makanan

(16)

10

No Jenis Penyakit Kemampuan

Metode Keterangan

Rotavirus

2. Malaria konfirm v Mikroskopis,

PCR

Sediaan darah, DBS 3. Tersangka Demam Dengue

Zika v Elisa PCR Imunoserologi Serotype DEN, nyamuk/larva 4. Pneumonia v Biakan PCR Klebsiella, Streptococci Legionella (darah, lingkungan)

5. Diare berdarah (disentri) v Biakan Shigella

6. Tersangka Demam Tifoid v Biakan Salmonella Thypi

7. Sindrom Jaundis akut (Hepatitis A) v Serologi PCR

Hepatitis A (darah, media air)

8. Tersangka Chikungunya v PCR Darah, nyamuk

9. Tersangka Flu Burung v PCR H5N1 (throat swab,

lingkungan)

10. Tersangka Campak (rubella) - - -

11. Tersangka Difteri v Kultur,

mikroskopis, uji biokimia PCR toksigenik Swab tenggorok 12. Tersangka Pertusis - - -

13. AFP (Lumpuh Layu Mendadak) - - -

14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies

- - -

15. Tersangka Antraks - - -

16. Tersangka Leptospirosis v PCR Darah, lingkungan,

rodent

17. Tersangka Kolera v Kultur Feses, lingkungan,

makanan

18. ILI v PCR H1N1pdm09, H3N2

19. Tersangka Encephalitis akut (JE) v Elisa, PCR Darah, hewan

20 Hantavirus v PCR Serum

b. Penyakit Menular dan Neglected

Tahun 2019 melakukan pengembangan pemeriksaan kusta. c. Resistensi dan sensitifitas obat

Tahun 2019 sedang dikembangkan uji kualitas RDT Malaria.

Dalam mendukung pencapaian indikator kinerja BBTKLPP Jakarta, kedudukan sumber daya sangat penting, terlebih kemampuan sumberdaya manusia yang ada sangat menentukan keberhasilan tujuan. Dengan didukung oleh sumberdaya manusia kesehatan yang ada, pencapaian kinerja dapat melebihi target yang telah ditentukan.

(17)

11 1) Upaya peningkatan kapasitas pegawai yang dilakukan melalui

pelatihan-pelatihan teknis dan manajerial yang dilaksanakan setiap tahunnya, terlebih pelatihan untuk penguatan laboratorium.

2) Tingkat pendidikan pegawai yang semakin meningkat dan berkurangnya jumlah pegawai yang berpendidikan Sekolah Menengah.

3) Kebijakan Inpassing Nasional yang diluncurkan dengan terbitnya Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 26 Tahun 2016 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional melalui Penyesuaian/Inpassing dan didukung dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 42 Tahun 2017 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Kesehatan melalui Penyesuaian/Inpassing, kedepannya semakin mendorong ASN untuk menjadi tenaga kesehatan yang profesional dengan menduduki jabatan sebagai tenaga fungsional teknis tertentu.

Namun demikian, dibalik tercapainya kinerja BBTKLPP Jakarta yang baik ini, jumlah pegawai yang berkurang dengan adanya pegawai yang pensiun dan belum ada penggantinya, membuat program sedikit terseok meskipun dapat berjalan. Hal inilah yang mendorong untuk melakukan penghitungan ulang terhadap Analisa Beban Kerja di BBTKLPP Jakarta untuk perencanaan tahun 2020 s.d. 2024 sehingga dari perhitungan ABK tersebut muncullah Peta Jabatan dengan komposisi sebagai berikut:

Tabel 1.3.

Perhitungan ABK BBTKLPP Jakarta Tahun 2019

No. Jabatan KLS B K +/-

1 Epidemiolog Kesehatan Madya 11 0 2 -2

2 Entomolog Kesehatan Madya 11 0 2 -2

3 Pranata Laboratorium Kesehatan Madya 11 0 2 -2

4 Sanitarian Madya 11 0 2 -2

5 Epidemiolog Kesehatan Muda 9 1 5 -4

6 Epidemiolog Kesehatan Pertama 8 0 6 -5

7 Epidemiolog Kesehatan Penyelia 8 0 5 -5

8 Entomolog Kesehatan Muda 9 0 3 -3

9 Pranata Laboratorium Kesehatan Muda 9 8 16 -8

10 Entomolog Kesehatan Pertama 8 0 2 -2

11 Pranata Laboratorium Kesehatan Pertama 8 2 7 -5

12 Entomolog Kesehatan Penyelia 8 0 1 -1

(18)

12

No. Jabatan KLS B K +/-

14 Pembimbing Kesehatan Kerja Muda 9 2 3 -1

15 Sanitarian Muda 9 1 4 -3

16 Pembimbing Kesehatan Kerja Pertama 8 0 2 -2

17 Sanitarian Pertama 8 0 5 -5

18 Sanitarian Penyelia 8 0 2 -2

19 Perencana Muda 9 0 2 -2

20 Analis Kepegawaian Muda 9 0 1 -1

21 Arsiparis Muda 9 0 1 -1

22 Analis Kepegawaian Pertama 8 0 1 -1

23 Arsiparis Pertama 8 0 2 -2

24 Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pertama 8 1 1 0

25 Perencana Pertama 8 0 2 -2

26 Pranata Hubungan Masyarakat Pertama 8 0 1 -1

27 Pranata Komputer Pertama 8 0 2 -2

28 Analis Kepegawaian Penyelia 8 0 1 -1

29 Arsiparis Penyelia 8 0 1 -1

30 Epidemiolog Kesehatan Mahir 7 0 2 -2

31 Epidemiolog Kesehatan Ahli 7 3 3 0

32 Epidemiolog Kesehatan Terampil 6 0 2 -2

33 Entomolog Kesehatan Mahir 7 0 3 -3

34 Entomolog Kesehatan Ahli 7 3 3 0

35 Entomolog Kesehatan Terampil 6 1 3 -2

36 Entomolog Kesehatan 5 0 1 -1

37 Sanitarian Mahir 7 0 1 -1

38 Sanitarian Ahli 7 3 3 0

39 Sanitarian Terampil 6 0 2 -2

40 Sanitarian 5 1 3 -2

41 Epidemiolog Kesehatan Mahir 7 0 2 -2

42 Epidemiolog Kesehatan Ahli 7 1 1 0

43 Epidemiolog Kesehatan Terampil 6 0 2 -2

44 Pranata Laboratorium Kesehatan Mahir 7 6 14 -8

45 Pranata Laboratorium Kesehatan Ahli 7 7 1 6

46 Pranata Laboratorium Kesehatan Terampil 6 2 5 -3

47 Pranata Laboratorium Kesehatan 5 9 1 8

48 Sanitarian Mahir 7 1 2 -1

49 Sanitarian Ahli 7 2 2 0

50 Sanitarian Terampil 6 0 2 -2

(19)

13

No. Jabatan KLS B K +/-

52 Perencana 7 3 2 1

53 Analis Kepegawaian Mahir 7 0 1 -1

54 Arsiparis Mahir 7 0 2 -2

55 Pranata Hubungan Masyarakat Mahir 7 0 1 -1

56 Analis Kepegawaian Terampil 6 0 2 -2

57 Arsiparis Terampil 6 0 3 -3

58 Pranata Hubungan Masyarakat Terampil 6 0 1 -1

59 Analis Kebijakan BMN 7 0 2 -2

60 Analis Keuangan 7 6 3 3

61 Analis Kepegawaian Ahli 7 2 2 0

62 Bendahara 7 2 2 0

63 Pengelola Pengadaan Barang/Jasa 7 0 2 -2

64 Pranata Komputer Ahli 7 0 2 -2

65 Pengadministrasi Keuangan 6 0 4 -4

66 Pengelola BMN 6 1 2 -1

67 Sekretaris 6 0 1 -1

68 Analis Kepegawaian 5 1 1 0

69 Arsiparis 5 3 4 -1

70 Pengelola Instalasi Air dan Listrik 5 3 3 0

71 Pranata Hubungan Masyarakat 5 1 1 0

72 Petugas Keamanan 3 0 12 -12

73 Pemelihara Sarana dan Prasarana 3 0 1 -1

74 Pengemudi 3 0 6 -6

75 Pramubakti 3 0 6 -6

Jumlah 85 169 -76

Berdasarkan perhitungan analisa beban kerja, dengan keadaan pegawai yang ada saat ini, yaitu sebanyak 85 pegawai, idealnya dibutuhkan 76 pegawai lagi agar kinerja dan operasional kantor dapat berjalan optimal. Pada peta jabatan BBTKLPP Jakarta mengusulkan penambahan jabatan pelaksana yang telah di validasi Biro Hukor yaitu Pengelola Pengadaan Barang/Jasa, Analis Kebijakan BMN, Pranata Komputer Muda, Analis Kepegawaian Muda dan Arsiparis Muda. Khusus pada Jabatan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa sangat penting karena pegawai fokus dalam bidang tersebut dan tidak ada lagi pengelola barang/jasa yang merangkap jabatan lainnya.

(20)

14 Sarana dan Prasarana

1. Posisi BMN BBTKLPP Jakarta per 31 Desember 2019

Laporan Posisi Barang Milik Negara pada BBTKLPP Jakarta di Neraca per 31

Desember 2019 setelah mengalami penyusutan regular semester II adalah sebesar Rp. 108.341.783.996,00. Saldo awal neraca di tanggal 01 Januari 2019 adalah

sebesar Rp. 112.435.786.334,00 dengan nilai mutasi sebesar 4.094.002.338,00. Tabel 1.4.

Nilai BMN Periode Tahunan Tahun 2019

No. Akun Neraca Nilai BMN Periode Tahun 2019

Saldo Awal Mutasi Saldo Akhir

(1) (2) (3) (4) (5) = (3) + (4) I POSISI BMN DI NERACA 112.435.786.334 (4.094.002.338) 108.341.783.996 A ASET LANCAR 1.696.436.145 568.182.498 2.264.618.643 1 Persediaan 1.696.436.145 568.182.498 2.264.618.643 B ASET TETAP 110.553.941.366 (4.719.794.287) 105.834.147.079 1 Tanah 37.940.250.000 - 37.940.250.000

2 Peralatan dan Mesin 57.944.843.445 1.541.775.879,00 59.486.619.324 3 Gedung dan Bangunan 48.805.237.521 - 48.805.237.521 4 Jalan, Irigasi dan Jembatan 1.041.200.273 (49.000.000) 992.200.273

5 Aset Tetap Lainnya 160.101.000 - 160.101.000,00

6 Konstruksi dalam Pengerjaan

- - -

7 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap

(35.337.690.873) (6.212.570.166) (41.550.261.039)

C ASET LAINNYA 185.408.823 57.609.451 243.018.274

1 Kerjasama dengan Pihak Ketiga

- - - 2 Aset Tidak Berwujud

(Software)

395.690.000 (64.000.000) 331.690.000 3 Akumulasi Penyusutan

Software

(358.340.000) 51.550.000 (306.790.000) 4 Aset Tidak Berwujud

(Software) yang tidak digunakan dalam

operasional pemerintahan

64.000.000

5 Akumulasi Penyusutan Software yang tidak digunakan dalam

operasional pemerintahan

(21)

15

No. Akun Neraca Nilai BMN Periode Tahun 2019

Saldo Awal Mutasi Saldo Akhir

(1) (2) (3) (4) (5) = (3) + (4)

6 Aset yang tidak digunakan dalam operasional

pemerintahan

4.499.233.348 812.432.099 5.311.665.447

7 Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya (4.351.174.525) (742.372.648) (5.093.547.173) II BMN NON NERACA 756.750.840 300.177.380 1.056.928.220 A EKSTRAKOMPTABEL 395.240 (197.620) 197.620 1 BMN Ekstakomptabel 16.580.100 - 16.580.100 2 Akumulasi Penyusutan Ekstrakomptabel (16.184.860) (197.620) (16.382.480) B BPYBDS - - - C BARANG HILANG 47.500.000 (47.500.000) - D BARANG RUSAK BERAT 708.855.600 347.875.000 1.056.730.600

TOTAL (I+II) 113.192.537.174 (3.793.824.958) 109.398.712.216

2. Aset Lancar/Persediaan

Saldo Persediaan pada Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan per 31 Desember 2019 sebesar Rp. 2.264.618.643 (dua milyar dua ratus enam puluh empat juta enam ratus delapan belas ribu enam ratus empat puluh tiga rupiah). Mutasi persediaan selama periode laporan sebesar Rp. 568.182.498 (lima ratus enam puluh delapan juta seratus delapan puluh dua ribu empat ratus sembilan puluh delapan rupiah).

3. Aset Tetap 1) Tanah

Saldo Tanah pada Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan per 31 Desember 2019 sebesar Rp. 37.940.250.000 (tiga puluh tujuh milyar sembilan ratus empat puluh juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). Mutasi tanah sebesar Rp. 0 karena tidak ada penambahan maupun pengurangan nilai tanah.

2) Peralatan Mesin

Saldo Peralatan dan Mesin pada Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahun 2019 per 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp. 59.503.199.424 (lima puluh sembilan milyar lima ratus tiga juta seratus sembilan puluh sembilan ribu empat ratus dua

(22)

16 Rp. 57.961.423.545 (lima puluh tujuh milyar sembilan ratus enam puluh satu juta empat ratus dua puluh tiga ribu lima ratus empat puluh lima rupiah), mutasi tambah sebesar Rp 5.042.468.678 (lima milyar empat puluh dua juta empat ratus enam puluh delapan ribu enam ratus tujuh puluh delapan rupiah), dan mutasi kurang sebesar Rp. 3.500.692.799 (tiga milyar lima ratus juta enam ratus sembilan puluh dua ribu tujuh ratus sembilan puluh sembilan rupiah).

Penambahan aset tetap berupa peralatan mesin antara lain : • Pengadaan mebeulair kantor (meja, kursi dll)

• Pengadaan mebeulair laboratorium (workstation laboratorium)

• Penyempurnaan mebeulair kantor (backdrop, LCD Projector dan Focusing screen)

• LCD Monitor • Smart TV • Laptop • Scanner

Mutasi kurang peralatan mesin berupa penghentian penggunaan peralatan mesin dengan kondisi rusak berat.

3) Gedung Bangunan

Saldo Gedung dan Bangunan pada Laporan Kuasa Pengguna Barang Tahun 2019 per 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp. 48.805.237.521 (empat puluh delapan milyar delapan ratus lima juta dua ratus tiga puluh tujuh ribu lima ratus

dua puluh satu rupiah). Jumlah tersebut terdiri atas saldo awal sebesar Rp. 48.805.237.521 (empat puluh delapan milyar delapan ratus lima juta dua

ratus tiga puluh tujuh ribu lima ratus dua puluh satu rupiah), mutasi tambah dan mutasi kurang nihil.

4) Jalan, Irigasi dan Jembatan

Saldo Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahun 2019 per 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp. 992.200.273 (sembilan ratus sembilan puluh dua juta dua ratus ribu dua ratus tujuh puluh tiga rupiah). Jumlah tersebut terdiri atas saldo awal sebesar Rp. 1.041.200.273 (satu milyar empat puluh satu juta dua ratus ribu dua ratus tujuh puluh tiga rupiah), mutasi tambah nihil, dan mutasi kurang sebesar Rp. 49.000.000 (empat puluh sembilan juta rupiah).

Mutasi kurang adalah penghentian penggunaan jaringan radio dengan kondisi rusak berat.

(23)

17 5) Aset Tetap Lainnya sebesar Rp. 160.101.000 (seratus enam puluh juta seratus satu ribu rupiah) dengan nilai mutasi untuk aset tetap lainnya sebesar Rp. 0 (nol rupiah)

6) Konstruksi Dalam Pengadaan (KDP) Nilai KDP sebesar Rp. 0 (nol rupiah).

7) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap sebesar (Rp. 42.234.260.237)

Beberapa aset tetap yang berlokasi di kantor lama, Jalan Balai Rakyat No.2 Cakung Timur Jakarta Timur, diusulkan untuk dihibahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melalui surat kepada Direktur Jenderal P2P nomor KN.02.07/1/2470/2019 tanggal 3 Oktober 2019. Nilai aset yang dihibahkan sebesar Rp. 21.737.527.176 (dua puluh satu milyar tujuh ratus tiga puluh tujuh juta lima ratus dua puluh tujuh ribu seratus tujuh puluh enam rupiah), yang terdiri dari 4 unit gedung dan bangunan, 2 unit jaringan dan 51 unit peralatan mesin.

4. Aset Lainnya

1) Kerja sama dengan pihak ke tiga nihil

2) Aset Tidak Berwujud di 31 Desember tahun 2019 sebesar Rp. 331.690.000 (tiga ratus tiga puluh satu juta enam ratus sembilan puluh ribu rupiah). Terdapat aset tak berwujud yang dihentikan penggunaannya sebesar Rp. 64.000.000 (enam puluh empat juta rupiah).

3) Aset yang tidak digunakan per 31 Desember 2019 sebesar Rp. 5.311.665.447 (lima milyar tiga ratus sebelas juta enam ratus enam puluh lima ribu empat ratus empat puluh tujuh rupiah). Mutasi aset yang tidak digunakan di tahun 2019 sebesar Rp. 812.432.099 (delapan ratus dua belas juta empat ratus tiga puluh dua ribu sembilan puluh sembilan rupiah).

Aset yang dihentikan penggunaan tersebut sedang berproses penghapusan sebagai berikut :

Tabel 1.5.

Data Proses Usulan Pengahapusan BMN

No Surat Usulan Penghapusan Nilai Usulan Keterangan 1. a. KN.02.07/1/554.1/2019

tanggal Maret 2019 hal Permohonan Lelang BMN Selain Tanah dan/atau Bangunan di

BBTKLPP Jakarta

1.683.246.348 Proses

penetapan jadwal lelang oleh KPKNL Jakarta II

(24)

18 No Surat Usulan Penghapusan Nilai Usulan Keterangan

b. KN.02.07/1/843/2019 tanggal 30 April 2019 hal Kelengkapan Data Permohonan Lelang BMN di BBTKLPP Jakarta 2. KN.02.07/1.2/3158/2019 tanggal 6 November 2019 hal Permohonan Rekomendasi Penghapusan BMN di BBTKLPP Jakarta 410.996.700 Proses permohonan rekomendasi ke unit utama

4) Akumulasi penyusutan aset lainnya sebesar Rp. (4.409.547.975,00)

5. BMN Non Neraca 1) Ekstrakomptabel

BMN Ekstrakomptabel di tahun 2019 tidak mengalami mutasi. 2) BPYBDS nihil

3) Barang Hilang

Saldo barang hilang per 31 Desember 2019 sebesar Rp. 0,00 (nol rupiah). Di awal tahun 2019, saldo barang hilang sebesar Rp. 47.500.000,00 (empat puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah) berupa 1 unit Mini bus (penumpang 14 orang ke bawah) nup 13, dengan piutang Tuntutan Ganti Rugi (TGR) atas nama Bapak Ma’ruf. Barang hilang tersebut telah dihapus dari aplikasi SIMAK BMN dengan terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/II/106/2019 tanggal 16 Januari 2019 tentang Penghapusan BMN pada BBTKLPP Jakarta.

4) Barang Rusak Berat

Barang rusak berat per 31 Desember 2019 sebesar Rp. 1.056.730.600,00 (satu milyar lima puluh enam juta tujuh ratus tiga puluh ribu enam ratus rupiah). Rincian barang rusak berat tersebut sebagai berikut :

Tabel 1.6.

Rincian Barang Rusak Berat Yang Telah Diusulkan Proses Penghapusannya Kepada Pengelola Barang Per 31 Desember 2019

No. Kode Barang NUP Nama

Barang Merk/Type Nilai Perolehan Keterangan 1 3.02.01.04.001 8 Sepeda Motor HONDA SUPRA X 13.175.000 Telah dilaksanakan lelang dan telah

(25)

19 No. Kode Barang NUP Nama

Barang Merk/Type Nilai Perolehan Keterangan 125 diusulkan penerbitan surat keputusan penghapusan melalui surat no. KN.02.07/1/1988/2019 tanggal 30 Agustus 2019. 2 3.02.01.04.001 9 Sepeda Motor HONDA NF125SD 13.800.000 3 3.02.01.04.001 10 Sepeda Motor HONDA NF125SD 13.800.000 4 3.02.01.01.001 1 Sedan TOYOTA VIOS GMT 209.451.000 5 3.02.01.02.003 5 Mini Bus TOYOTA AVANZA 1300 G 138.424.000 6 3.02.01.02.003 7 Mini Bus SUZUKI APV GX 150.040.000 7 3.02.01.02.003 6 Mini Bus SUZUKI APV GX 150.040.000 Telah dilaksanakan lelang, tetapi tidak terjual, sehingga diusulkan penurunan nilai limit melalui surat no. KN.02.07/1/3057/2019 tanggal 30 Oktober 2019. 8 3.02.01.02.003 8 Mini Bus KIA K2700CKD / Travello 184.000.300 Telah diusulkan persetujuan penjualan ke KPKNL Jakarta II melalui surat no.

KN.02.07/1/3263.8/2018 tanggal 31 Agustus 2018. Telah

dilaksanakan penilaian oleh Tim Penilai KPKNL Jakarta II pada tanggal 7 Januari 2020. Saat ini menunggu persetujuan dari KPKNL Jakarta II. 9 3.02.01.02.003 9 Mini Bus KIA K2700CKD / Travello 184.000.300 Total 1.056.730.600

Capaian Kinerja Anggaran

Alokasi anggaran BBTKLPP Jakarta selama periode 2017 sampai dengan tahun 2019 mempunyai trend menurun. Total anggaran tertinggi berada pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp 51.839.312.000,00 dan terendah pada tahun 2019 hanya sebesar Rp 30.935.996.000,00. Jika dilihat lebih jauh terlihat bahwa penurunan yang sangat signifikan terjadi pada alokasi anggaran belanja modal, pada tahun 2017 BBTKLPP Jakarta mendapatkan alokasi anggaran belanja modal untuk

(26)

20 pembangunan gedung kantor baru dengan alokasi sebesar Rp 29.072.150.000, dan pada tahun 2018-2019 alokasi belanja modal secara signifikan menurun.

Grafik 1.6.

Alokasi dan Realisasi Anggaran Tahun 2017-2019

Alokasi dan Realisasi Anggaran berdasarkan Jenis Belanja

Alokasi anggaran BBTKLPP Jakarta jika dibandingkan dengan alokasi anggaran tahun 2017 sampai tahun 2019 selalu mengalami penurunan. Alokasi anggaran tahun 2019 sebesar Rp 30.935.996.000,00 mengalami penurunan sebesar 40,32% jika dibandingkan dengan alokasi anggaran tahun 2017 yang mencapai Rp 51.839.312.000,00. Jika dilihat lebih rinci anggaran pada tahun 2017 yang signifiikan besar tersebut dikarenakan BBTKLPP Jakarta melakukan mendapat alokasi anggaran untuk kegiatan pembangunan Gedung Bangunan kantor. Dari sisi kinerja realisasi anggaran, BBTKLPP Jakarta selama periode tahun 2017-2019 mengalami flutuasi, realisasi anggaran tertinggi pada tahun 2019 dengan capaian sebesar 95,05% (bruto) dari total anggaran Rp 30.935.996.000,00, dan realisasi anggaran terendah pada tahun 2008 yang hanya mencapai 89,94% dari total anggaran Rp 44.580.818.000,00 atau mengalami penurunan sebesar 5,86% jika dibandingkan dengan capaian tahun 2019. Penurunan capaian realisasi anggaran pada tahun 2018 disebabkan karena adanya efisiensi penggunaan anggaran pada belanja modal yaitu adanya sisa lelang/kontrak pengadaan alat laboratorium, pengadaan meubeulair laboratorium, pengadaan pembangunan clean room laboratorium (pengadaan Air Handling Unit (AHU) dan instalasi), penyempurnaan pembangunan gedung pelayanan BBTKLPP Jakarta sebesar Rp 2.200.015.501,00, kelebihan alokasi

(27)

21 gaji dan tunjangan pegawai sebesar Rp 489.243.053,00, serta kelebihan alokasi Operasional dan Pemeliharaan Kantor sebesar Rp 607.760.395,00.

BBTKLPP Jakarta telah mengupayakan peningkatan realisasi anggaran pada tahun 2018 dengan mengajukan revisi anggaran optimalisasi anggaran pada unit utama dalam hal menutupi kekurangan sebagian anggaran untuk pembayaran kenaikan tunjangan kinerja menjadi 80% (rapel tunjangan kinerja mei-desember), namun hanya sebagian kecil anggaran yang diterima yaitu hanya untuk pembayaran selesih pembayaran untuk bulan November dan Desember

Grafik 1.7.

Alokasi dan Realisasi Anggaran Per Jenis Belanja Tahun 2017-2019

C. Potensi dan Permasalahan

Besarnya cakupan wilayah layanan BBTKLPP Jakarta yang melayani 5 (lima) Provinsi yang meliputi Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Lampung, Banten, dan Kalimantan Barat. Jika dilihat dari luas wilayah yang dilayani oleh BBTKLPP Jakarta, yaitu meliputi 70 Kabupaten/Kota, dengan total jumlah penduduk 83.072.853 orang, terdistribusi terutama pada tiga propinsi di pulau Jawa dengan tingkat kepadatan populasi yang sangat tinggi (Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten), serta adanya Propinsi Kalimantan Barat yang merupakan provinsi dengan daerah perbatasan antar negara (Malaysia), yang tentu memiliki pola endemisitas penyakit menular dan masalah kesehatan yang beragam. Hal yang perlu sangat diantisipasi adalah kemudahan aksesibiltas layanan dan program ke wilayah layanan di mana beberapa di antara wilayah

(28)

22 layanan masihh merupakan daerah terpencil dengan keterbatasan jangkauan transportasi, serta kesesuaian proporsi jumlah pegawai BBTKLPP Jakarta dengan jumlah penduduk berisiko yang harus dilayani.

Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di wilayah layanan. Setidaknya 3 provinsi yang merupakan wilayah layanan BBTKLPP Jakarta merupakan wilayah pertumbuhan ekonomi nasional yaitu DKI Jakarta, Banten dan Jabar. Tingkat pembangunan infrastruktur skala nasional seperti pembangunan Bandara (BIJB), Pelabuhan (patimban), dengan didukung pembangunan kawasan industri di wilayah sekitarnya, akan berimplikasi langsung pada kerusakan lingkungan yang memungkinkan menjadi faktor risiko penyakit pada masyarakat di wilayah tersebut. Selain itu juga akan menarik migrasi penduduk menuju pusat-pusat ekonomi yang tidak terkontrol termasuk masalah kesehatannya.

Jumlah daerah tertinggal yang tinggi. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah tertinggal Tahun 2015-2019, setidaknya terdapat 12 kabupaten yang termasuk dalam daerah tertinggal. Di antaranya yaitu : 1) Provinsi Lampung ada 2 kabupaten; 2) Provinsi Banten ada 2 Kabupaten; 3) Provinsi Kalimantan Barat ada 8 Kabupaten. Yang memungkinkan juga tingkat derajat kesehatannya rendah sehingga kegiatan harus ditingkatkan pada daerah tersebut.

Adanya perubahan SOTK kementerian kesehatan yang berdampak pada perubahan indikator di unit utama, sehingga memerlukan penyesuaian indikator yang sesuai dengan SOTK yang masih berlaku di BBTKLPP Jakarta.

Adapun permasalahan /kelemahan yang dihadapai BBTKLPP Jakarta secara umum meliputi :

• Kurangnya kapasitas SDM baik kuantitas dan kualitas dalam verifikasi rumor dan penyelidikan epidemiologi penyakit berpotensi KLB baik epidemiolog, sanitarian, ATLM, dan entomolog

• Beberapa media reagensia yang diperlukan dalam pemeriksaan laboratorium penyakit potensial KLB memiliki masa kadaluarsa yang singkat dan memerlukan waktu tunggu dalam pengadaannya (inden) kareana merupakan barang import, sehingga kendala dalam penyediaan buffer stock

• Kurangnya media reagensia dan bahan habis pakai yang diperlukan dalam pemeriksaan konfirmasi hepatitis A baik serologi (RDT) maupun PCR Hepatitis A karena tingginya frekuensi KLB Hepatitis A dan luasnya cakupan kejadian.

• Laboratorium belum memiliki kemampuan kapasitas dan sarana prasarana mendeteksi agent Polio di lingkungan.

(29)

23 • Terbatasnya sarana dan prasarana pembuatan model dan uji coba TTG.

• Minimnya pengetahuan tentang pengembangan dan penapisan Teknologi Tepat Guna

• Masih kurangnya kompetensi SDM terhadap pemeriksaan mercury atau parameter logam lainnya pada biomarker secara akurat;

• Belum ada metode pengambilan sampel TBC di lingkungan udara yang tepat sehingga program tidak dapat dilaksanakan secara optimal dalam melihat faktor – faktor risiko lingkungan penyakit TBC.

• Keterbatasan jumlah tenaga supervisor TAS yang terlatih sebagai salah satu persyaratan supervisor TAS.

• Ketidak sesuaian pelaksanaan kegiatan dengan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) oleh karena perlu penyesuaian kembali dengan kegiatan pemangku kepentingan lokasi kegiatan.

• Penetapan rekomendasi terlambat yang menyebabkan penyampaian hasil dan rekomendasi program ke pemangku kepentingan terlambat, sehingga tidak segera di tindak lanjuti daerah terkait.

• Banyak SDM yang pensiun dan pindah tetapi tidak mendapatkan pengganti. • Proporsi JFU dan JFT yang tidak seimbang (lebih banyak JFU dibanding JFT).

• Alat-alat laboratorium yg sudah cukup tua sehingga sering rusak dan menghambat proses pemeriksaan di laboratorium.

• Jumlah Alat laboratorium belum sesuai dengan Perdirjen 3130 tahun 2019, sehingga jumlah sampel yang masuk tidak bisa segera di periksa karena keterbatasan alat. • Kurangnya jumlah lemari penyimpanan sampel sehingga terkadang sampel harus di

tolak/di tunda penerimaannya.

Tantangan /hambatan yang dialami BBTKLPP Jakarta secara umum antara lain :

• Informasi dari wilayah layanan tentang KLB terlambat sehingga seringkali terlambat menemukan index case, penyebab/ sumber penularan ataupun memutus rantai penularan KLB;

• Kemampuan petugas yang tidak sama di daerah dalam melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengelolaan sampel sehingga analisis data epidemiologi dan laboratorium yang didapatkan tidak sesuai;

• Pengadaan reagensia yang terhalang proses import sehingga menghambat proses pemeriksaan

(30)

24 • Beberapa wilayah layanan kurang mendapat informasi tentang kemampuan BBTKL PP Jakarta dalam melakukan penyelidikan epidemiologi dan pemeriksaan/pengujian sampel yang dapat dilakukan.

• Adanya perubahan SOTK kementerian kesehatan yang berdampak pada perubahan indikator di unit utama, sehingga tidak ada rujukan indikator yang sesuai dengan SOTK yang masih berlaku di BBTKLPP Jakarta contohnya kegiatan penyehatan lingkungan.

• Mutasi pejabat di wilayah layanan yang sangat sering sehingga saat koordinasi awal dan pelaksanaan kegiatan tidak sinkron karena terjadi pergantian pejabat.

• Data sekunder program pencegahan dan pengendalian penyakit di wilayah layanan kurang akurat/valid sebagai dasar penentuan lokus kajian, sehingga tidak tepat pelaksanaannya.

• Konsistensi data lokus yang diberikan Subdit/program terkait pada saat perencanaan penganggaran;

• Kurangnya koordinasi dan supervisi dari unit utama, Balitbangkes, Dinas Kesehatan Provinsi dan WHO untuk mengevaluasi program dan pengembangan lokasi pengambilan sampel ERAPO.

• Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga TTG yang sudah terpasang;

• Perlu komunikasi yang baik dengan pemangku kepentingan lain selain Dinas kesehatan yang terkait, sesuai jenis TTG yang diimplementasikan dalam proses pemasangan, pemanfaatan dan pemeliharaannya.

• Dalam pembuatan Teknologi Tepat Guna masih membutuhkan bahan bahan yang tidak sederhana sehingga harganya cukup mahal.

• Beberapa sekolah menolak pelaksanaan survei TAS karena kurangnya informasi dan sosialisasi dari pihak puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten terkait.

• Pada sebagian besar daerah layanan tenaga ahli entomologi sangat minim.

• Daerah survei sulit dijangkau dengan kendaraan umum, cakupan wilayah survey sangat luas wilayah geografisnya, sasaran survei sangat banyak dan membutuhkan mobilitas yang tinggi.

• Kurang optimal komunikasi antara puskesmas dan pondok pesantren sehingga perlu pergantian lokasi pondok pesantren saat survei dilaksanakan.

• Perubahan kebijakan terkait standarisasi Indikator Kinerja pada B/BTKL PP yang ditetapkan oleh pusat berpengaruh terhadap perubahan Rencana Aksi Kegiatan.

(31)

25 • Sulitnya mendapatkan informasi penyelenggaraan pelatihan teknis laboratorium yang terstandar (minimal 32 JPL), serta pelatihan teknis JFT lainnya sehingga menyulitkan dalam perencanaan anggaran.

• Keterbatasan anggaran yang menyebabkan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas SDM kurang memadai termasuk penyediaan bahan regensia dan sarana prasarana di Laboratorium yang kurang lengkap.

Kekuatan dan Peluang untuk mengatasi permasalahan/kelemahan dan hambatan/tantangan antara lain :

• BBTKLPP Jakarta terus berupaya melakukan pengembangan metode pemeriksaan/pengujian laboratorium, untuk menjaga kualitas hasil pemeriksaan/pengujian laboratorium, diantaranya: pemeriksaan Campak-Rubella, pemeriksaan bakteri TBC di udara, MDR-TBC, virus Polio di lingkungan, Antimikroba Resisten dan lainnya.

• Melakukan Peningkatan kapasitas SDM melalui kerjasama dengan unit utama, Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Balitbangkes, BBVRP Salatiga, Lembaga Eijkman, BBLitVet Bogor, organisasi profesi, dan Lembaga penyelenggara pelatihan lainnya.

• Melakukan Peningkatan kapasitas SDM melalui study literatur untuk mencetuskan ide-ide dan mengimplementasikan dalam bentuk TTG terkait rekomendasi kajian sesuai kebutuhan program, pembelajaran ke unit teknis yang mengembangkan TTG dan pengusulan pembentukan Tim teknis TTG yang ditetapkan dengan SK kepala kantor.

• Melakukan monitoring berkala secara ketat untuk memantau pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai rencana.

• Melakukan monitoring berkala secara ketat ke dinas kesehatan dan stakeholders terkait untuk memastikan rekomendasi ditindaklanjuti dengan baik.

• Meningkatkan koordinasi, sinergi, dan kolaborasi dengan dinas kesehatan prov/kab/kota dan unit utama serta stakeholder terkait tugas pokok dan fungsi serta rencana pelaksanaan kegiatan.

• Bersama Ditjen P2P (Unit Utama) sebagai pengampu Perlu melakukan pengkajian bersama terkait penetapan Indikator Kinerja Kegiatan B/BTKLPP untuk periode perencanaan jangka menengah mendatang dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi, serta kewenangan yang ada pada B/BTKLPP, sehingga Indikator Kinerja Kegiatan yang ditetapkan merupakan gambaran kinerja dari B/BTKLPP dan bukan

(32)

26 menjadi boomerang bagi capaian kinerja karena tidak dalam wilayah kewenangan B/BTKLPP.

• Ditjen P2P melakukan pembinaan secara kontinu terutama dalam bidang tatalaksana pengujian laboratorium, termasuk mengadakan pelatihan teknis laboratorium sehingga metode pengujian/pemeriksaan laboratorium dan analisisnya masing-masing B/BTKLPP sama (terstandard).

• Ditjen P2P perlu melakukan singkronisasi terhadap tindaklanjut rekomendasi yang dihasilkan B/BTKLPP dengan menu kegiatan dalam petunjuk teknis perencanaan, misalnya monev tindaklanjut rekomendasi stakeholder serta konsistensi terhadap indikator kinerja yang sudah ditetapkan agar berkesinambungan (tidak terputus ditengah tahun berjalan).

• Perlu ada pengampu secara teknis untuk jafung Pranata Laboratorium di Ditjen P2P sehingga untuk peningkatan jenjang karier termasuk inpassing lebih jelas

• Proses percepatan penataan organisasi khususnya penetapan SOTK B/BTKLPP karena SOTK yang ada (Kepmenkes 2349 tahun 2011) dirasa sudah tidak sesuai dengan SOTK pada unit utamanya.

• Adanya perdirjen 3130 tahun 2019 sebagai dasar yang kuat sebagai dasar penambahan sarana prasarana yg saat ini belum sesuai.

Tantangan lainnya adalah terkait pembangunan kesehatan yang semakin kompleks, di antaranya semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau, disparitas status kesehatan antar wilayah, potensi masalah kesehatan akibat bencana dan perubahan iklim, serta sinergitas kegiatan dan program lintas program, sektor di lingkungan pemerintah, antar provinsi dan pusat serta dengan mitra. Kemajuan teknologi, transportasi, dan globalisasi perekonomian membawa keuntungan bagi pembangunan suatu bangsa dengan masuknya modal asing dan terbukanya kesempatan untuk mengekspor komoditas barang dan jasa ke negara lain. Di sisi lain, kemajuan yang ada juga mempengaruhi kompleksitas permasalahan kesehatan karena meningkatkan arus lalu lintas alat angkut, orang, dan barang antar wilayah, antar daerah, bahkan antar negara. Dari sudut pandang kesehatan, hal ini meningkatkan risiko masuk dan keluarnya penyakit menular (new

emerging infectious diseases, emerging infectious diseases ataupun re-emerging infectious diseases), melalui pintu masuk pelabuhan, bandar udara, dan lintas batas darat

negara.

Disamping permasalahan dan upaya penyelesaian masalah diatas, pada masa pandemi COVID-19 yang terjadi awal Tahun 2020 menambah beban kerja yang cukup

(33)

27 signifikan bagi BBTKLPP Jakarta. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: HK.01.07/MENKES/214/2020 tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), bahwa BBTKLPP Jakarta sebagai laboratorium pemeriksaan COVID-19 dengan fungsi Surveilans wilayah kerja : Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, dan Riau.

Menindaklanjuti hal tersebut di atas BBTKLPP Jakarta telah secara optimal melaksanakan pengendalian COVID-19 mulai pertengahan bulan maret 2020 sampai dengan saat ini, dengan tugas sebagai berikut :

1. Melaksanakan fungsi surveilans yaitu verifikasi rumor, penyelidikan epidemiologi, dan

contact tracing, pengambilan swab, dan pengelolaan data/informasi

2. Melakukan pemeriksaan laboratorium dengan metode RT-PCR, yang berasal dari fasilitas layanan kesehatan maupun dari hasil penyelidikan epidemiologi dan contact

tracing

3. Melakukan Pengendalian Faktor Risiko Penyakit dengan melakukan/pemberian layanan edukasi dan penyebarluasan informasi tentang COVID-19, cara penularan & pencegahannya, hal – hal yang harus dlakukan masyarakat, termasuk isolasi mandiri, serta pemberian layanan desinfeksi pada wilayah – wilayah hotspot, termasuk pengendalian faktor risiko dan K3 di lingkungan BBTKLPP Jakarta terhadap kemungkinan penularan COVID-19 ini.

4. Melakukan distribusi laporan hasil pemeriksaan

Disamping itu untuk memenuhi kebutuhan logistik pemeriksanaan dan operasional pengendalian COVID-19, dengan mengacu pada Surat Dirjen P2P Nomor PR.04.01/1/652/2020 tanggal 10 Maret 2020 Hal Penganggaran Kegiatan Kewaspadaan dan Penanggulangan Penyebaran COVID-19, BBTKLPP Jakarta telah merealokasi seluruh kegiatan teknis menjadi kegiatan untuk mendukung penanganan dan pemeriksaan COVID-19.

Sampai dengan akhir bulan Agustus 2020 total sampel yang masuk ke BBTKLPP Jakarta untuk diperiksa sebanyak 80.990 spesimen dan yang sudah keluar hasil RT-PCR sebanyak 74.634 spesimen dan terdapat sampel yang dikirim ke Litbangkes (pada awal pemeriksaan) sebanyak 5.172 spesimen. Penyelidikan Epidemiologi telah dilakukan sampai dengan akhir agustus lebih dari 160 kali dengan total suspek sebanyak 813 orang dengan jumlah contact tracing sebanyak 9.254 orang. Sampai dengan akhir Agustus 2020 telah dilakukan Pengendalian faktor risiko melalui KIE pada Orang tanpa Gejala (OTG) dan Orang dalam Pengawasan (ODP) sebanyak 5.934 orang dam melakukan desinfeksi dengan luas bangunan sebesar 564.575 m2 dengan Estimasi populasi yang dilindungi sebanyak 24.165 orang.

(34)

28 Merujuk pada penjelasan tersebut, BBTKLPP Jakarta tidak lepas dari permasalahan -permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pengendalian COVID-19 antara lain :

1. Bahwa layanan pemeriksaan Laboratorium COVID-19 BBTKLPP Jakarta telah dilaksankan secara optimal namun karena banyaknya sampel yang diterima setiap harinya menyebabkan terjadinya penumpukan sampel sehingga memparpanjang masa tunggu hasil walaupun telah dilakukan upaya penambahan peralatan dan penambahan shift kerja petugas pemeriksa laboratorium (dibukanya shift malam) dan melakukan pemeriksaan selama 7 hari dalam seminggu.

2. Seluruh kegiatan yang belum terlaksana sampai dengan bulan Maret 2020 ditunda pelaksanaanya dan dialihkan untuk pengendalian COVID-19.

3. Pada saat awal pandemi Pelaksanaan FIFO pada Preparasi, ekstraksi dan RT-PCR belum efektif sehingga pemeriksaan sampel tidak berurutan sesuai antrian.

4. Berkaitan dengan ritme kerja terutama rutinitas pemeriksaan laboratorium, membuat tenaga laboratorium mulai mengalami kejenuhan sementara beban kerja tetap tinggi, perlu diupayakan solusi untuk menambah SDM laboratorium.

5. Untuk pemeriksaan RT-PCR kadang kala terjadi pengulangan pemeriksaan antara lain disebabkan karena hasil ekstraksi yang kurang baik seperti kotaminasi pada ekstraksi sehingga perlu diulang kembali baik ekstraksi maupun RT-PCR. Penyebab lainnya adalah kualitas reagen yang kurang sensitif atau kualitas sample yang kurang baik (terkait proses pengambilan dan pengemasan sampel).

6. Ditengah kesibukan pelaksanaan pengendalian COVID-19, Dalam rangka peningkatan kualitas penerimaan spesimen, pemeriksaan spesimen sampai ke pengelolaan limbah, Badan Standarisasi Nasional meminta BBTKLPP Jakarta untuk menjadi pilot project laboratorium pemeriksa spesimen COVID-19 yang terakreditasi KAN sesuai ISO/IEC 17025; 2017 untuk ruang lingkup pemeriksaan COVID-19 yang berakibat menambah beban kerja untuk pernyiapan akreditasi

7. Keterbatasan sarana penyimpanan sampel yang belum dipreparasi walaupun pada tahun 2020 sudah merevisi anggaran untuk pengadaan lemari penyimpan dan telah mendapat bantuan pinjam pakai lemari penyimpanan sampel dari Gugus Tugas namun oleh karena membludaknya sampel yang masuk, lemari penyimpanan sampel masih kurang.

8. Keterbatasan logistik terutama Alat Pelindung Diri walaupun telah diupayakan setiap bulan pengajuan permintaan ke Pusat Krisis dan Ditjen P2P namun jumlah yang diberikan belum sesuai dengan kebutuhan sehari-hari.

(35)

29 9. Pencapaian kinerja terutama untuk indikator khususnya pada indikator “Rekomendasi surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dilaksanakan” tidak tercapai sesuai target oleh karena pada saat ini seluruh stakeholder terkait yang melaksanakan rekomendasi antara lain Dinkes Propinsi Kab/Kota (Pemda) dan Pusat serta UPT Kemenkes sedang memfokuskan diri pada penanganan COVID-19 sehingga tidak ada kesempatan dan alokasi anggaran untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap Rekomendasi surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dilaksanakan.

Dari potensi masalah/hambatan di atas dilakukan upaya penyelesaian antara lain dengan cara :

1. Melakukan permohonan usulan penamahan tenaga Relawan ke Gugus Tugas dengan harapan agar tidak terjadi penumpukan sampel dan hasil pemeriksaan RT-PCR lebih tepat waktu.

2. Untuk pemenuhan sarana prasarana dan operasional, BBTKLPP Jakarta telah merevisi seluruh anggaran yang tersedia untuk pengendalian COVID-19 sehingga hampir seluruh kegiatan yang direncanakan tahun 2020 ditunda pelaksanaannya. 3. Perbaikan layanan antara lain :

• Penerimaan sampel melalui box dimana perlu diatur mekanisme pengembalian box agar tidak terjadi penumpukan box.

• Coding dan Labeling diupayakan agar tidak terjadi kesalahan terutama dalam melabeling asal sampel.

• Optimalisasi FIFO dengan cara adanya penanggung jawab yang mengatur FIFO pada saat preparasi, ekstraksi dan RT-PCR dan mengatur tata letak sampel secara berurutan.

4. BBTKLPP Jakarta mendapat bantuan tenaga sukarelawan dari Poltekes Jakarta III sebanyak 8 orang yang akan bertugas membantu dalam pemeriksaan Sampel COVID-19 mulai tanggal 21 Juli s.d 21 Oktober 2020 dan diharapkan dapat mengoptimalkan hasil pemeriksaan di laboratorium.

5. BBTKLPP Jakarta segera mempersiapkan tahapan kegiatan untuk dapat diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional sesuai ISO/IEC 17025: 2017 antara lain :

• Identifikasi dan analisis gap terkait existing dokumen, infrastruktur dan peralatan pengujian dengan persyaratan di standar.

• Pengembangan, penyusunan dan penyempurnaan dokumen mutu laboratorium khususnya terkait teknis pengujian covid seperti metoda / prosedur pengujian. • Bimbingan teknis validasi/verifikasi metode, pengendalian dan jaminan mutu,

(36)

30 6. Penambahan jumlah tenaga khususnya percepatan proses preparasi.

7. Menyisir kembali anggaran pengendalian covid yang belum terealisasi untuk direvisi guna pemenuhan logistik APD disamping tetap mengajukan permintaan ke Pusat Krisis dan Ditjen P2P

8. Mengajukan usulan peninjauan kembali ke Dirjen P2P khususnya indikator kinerja "Rekomendasi surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dilaksanakan” agar untuk tahun 2020 target tidak ditentukan.

9. Meminta bantuan penyediaan APD kepada Pusat Krisis Kesehatan, Sekjen Kemenkes, Dit. P2ML, Ditjen P2P dan Dit. Kesling, Ditjen Kesmas.

(37)

31 BAB II

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Visi dan Misi

Dalam rangka mencapai terwujudnya Visi Presiden yakni: “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong”, maka telah ditetapkan 9 (sembilan) Misi Presiden 2020-2024, yakni: Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia, Penguatan Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing, Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan, Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan, Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa, Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan Terpercaya, Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga, Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya dan Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan.

Guna mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, termasuk penguatan struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing, Kementerian Kesehatan telah menjabarkan Misi Presiden Tahun 2020-2024, melalui Menurunkan angka kematian ibu dan bayi, Menurunkan angka stunting pada balita, Memperbaiki pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional dan Meningkatkan kemandirian dan penggunaan produk farmasi dan alat kesehatan dalam negeri.

BBTKLPP Jakarta sebagai unit pelaksana teknis dibawah Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian penyakit mendukung pelaksanaan penjabaran visi misi presiden yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.

B. Tujuan

Guna mencapai tujuan Kementerian Kesehatan khususnya Ditjen pencegahan dan Pengendalian Penyakit dalam peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit serta pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat.

BBTKLPP Jakarta memiliki tujuan strategis yakni Meningkatnya Pelayanan Surveilans dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat.

C. Sasaran Strategis

Dalam mencapai tujuan strategis ditetapkan sasaran strategis, yaitu meningkatnya rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dimanfaatkan sebesar 100%.??? di Capaian RAK thn 2024 50% perlu disepakati

(38)

32 BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGAKA REGULASI

Arah kebijakan dan strategi kegiatan BTKL-PP Jakarta adalah untuk mendukung kebijakan dan strategi Ditjen P2P dan Kementerian Kesehatan yang didukung oleh inovasi dan pemanfaatn teknologi. Adapun arah kebijakan BTKLPP Jakarta Sebagai berikut :

1. Penguatan surveilans dan respon KLB 2. Perluasan pemanfaatan teknologi tepat guna

3. Penguatan akuntabilatas dalam upaya mewujudkan reformasi birokrasi. 4. Penguatan kapasitas dan pengembangan Sumber Daya manusia 5. Penguatan sinergisme, kolaborasi dan integrasi program

A. Strategi

Seperti yang telah ditetapkan di Bab sebelumnya, bahwa BBTKLPP Jakarta telah menatapkan tujuan strategis yang mendukung strategi program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2020 - 2024 serta mengacu pada strategi Kementerian Kesehatan yang kemudian dijabarkan melalui strategi aksi kegiatan sebagai berikut:

1. Peningkatan surveilans dan resoon KLB 2. Peningkatan Pemanfaatn teknologi tepat guna 3. Peningkatan komunikasi dan advokasi

4. Penguatan akuntabilitas

5. Peningkatan kapasitas sumber daya manusis 6. Kerjasama lintas sector dan program

B. Kerangka regulasi

Dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi sebagai pelaksana pelayanan. Sebagai pelaksana pemerintah berkewajiban menyediakan pelayanan yang bermutu. Dalam menjalankan peran pemerintah ini tentunya membutuhkan dukungan regulasi yang menjadi landasan dan dasar hukum sehingga tidak salah arah dan mempunyai aspek perlindungan yang kuat.

(39)

33 Disamping peraturan perundang-undangan yang disusun oleh pusat juga diperlukan peraturan dalam bentuk Standar Operating Procedur (SOP) yang dibuat oleh satuan Kerja. Dukungan regulasi yang baik akan menjamin standar dan mutu dalam pelayanan.

Saat ini sudah tersedia regulasi, anatara lain :

1. Undang – Undang RI Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular.

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

3. Undang-Undang 32/2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup. 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pengesahan

Minamata Convention On Mercury (Konvensi Minamata Mengenai Merkuri)

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pengendalian Zoonosis

7. Peraturan Presiden No 2 tahun 2015 tentang RPJMN tahun 2015-2019.

8. Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 Tahun 1991 Tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

9. Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Filariasis

11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 45/Menkes/SK/VII/2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan

12. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 5 tahun 2013 tentang pedoman Tatalaksana Malaria

13. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan

14. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan

16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2018 Tentang Pencepatan Pergerakan Pencemaran dan kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum

Referensi

Dokumen terkait

Perbaikan rumah tidak layak huni untuk pencegahan terhadap tumbuh kembanya permukiman kumuh dibawah 10 hektar. Perbaikan rumah tidak layak huni untuk pencegahan terhadap tumbuh

GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan sistem untuk menentukan posisi dan navigasi secara global dengan menggunakan satelit.. Sistem ini pertama

Promosi adalah salah satu unsur dari bauran pemasaran (marketing mix) yang dilakukan oleh perusahaan untuk merangsang konsumen agar tertarik pada produk atau jasa

sistem ini didukung dengan aplikasi modern. Sosialisasi ini juga harus dilakukan pada setiap tempat, hal ini bertujuan agar masyarakat yang berkepentingan atau tidak

Sedangkan yang lain mempunyai pemahaman kontekstual, sesuai dengan maksud dari dalil-dalil tersebut, di mana awal dan akhir waktu sholat ditentukan berdasarkan posisi

Tiga elemen dari teori semiotik tersebut tentu saja akan sangat mempengaruhi terhadap persepsi dari makna yang diperlihatkan dalam bentuk yang diperlihatkan pada

Pembuatan peta keterkaitan kegiatan (Activity Relationship Chart) dibutuhkan agar tidak terjadinya penumpukan aktivitas pada setiap fasilitas di Pelabuhan Perikanan Pantai

Jumlah database pelaksanaan kegiatan bidang pariwisata, pemuda dan olahraga, jumlah petugas entry database Penyusunan database. perencanaan