• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI Media Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI Media Sosial"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

2. LANDASAN TEORI

2.1. Media Sosial

Pada zaman yang sudah semakin maju ini, media sosial telah menjadi kebutuhan masyarakat luas. Dengan adanya smartphone menjadi pendukung untuk diunduhnya berbagai macam media sosial. Media sosial adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna mempresntasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial secara virtual (Nasrullah, 2012, p.11). Media sosial dapat mempermudah masyarakat dalam hal berkomunikasi apabila tinggal berjauhan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh We Are Social dan Hootsuite, dijelaskan bahwa masyarakat sangat gemar mengunjungi media sosial. Tercatat setidaknya kini ada 130 juta masyarakat Indonesia yang aktif di berbagai media sosial, mulai dari facebook, instagram twitter dan lainnya (techno.okezone.com). Dalam laporan ini juga dijelaskan pada bulan Januari 2018, total masyarakat Indonesia berjumlah 265,4 juta penduduk dan penetrasi penggunaan internet mencapai 132,7 juta pengguna.

Dengan hadirnya sosial media, berbagai aktifitas dapat dilakukan. Melakukan interaksi, mendapatkan informasi, memperluas hubungan pertemanan, dan juga sebagai sarana hiburan. Media sosial memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh beberapa media lainnya, ada batasan-batasan dan ciri khusus tertentu yang hanya dimiliki oleh media sosial dibanding dengan media lainnya. Berikut adalah karakteristik media sosial (Nasrullah, 2012, p.15) yaitu :

1. Jaringan / network

Media sosial memiliki karakter jaringan sosial. Media sosial terbangun dari struktur sosial yang terbentuk di dalam jarinngan atau internet. Jaringan yang terbentuk antar pengguna merupakan jaringan yang secara teknologi dimediasi oleh perangkat teknologi, seperti komputer, telepon

(2)

genggam atau tablet. Jaringan yang terbentuk antar pengguna ini pada akhirnya membentuk komunitas, contohnya seperti Facebook, Twitter, Youtube, dan lain-lain

2. Informasi

Di media sosial, informasi menjadi komoditas yang dikonsumsi oleh pengguna. Komoditas tersebut pada dasarnya merupakan komoditas yang diproduksi dan didistribusikan antar pengguna itu sendiri. Dari kegiatan konsumsi inilah pengguna dan pengguna lain membentuk sebuah jaringan yang pada akhirnya secara sadar atau tidak bermuara pada institusi masyarakat berjejaring.

3. Arsip / archieve

Bagi pengguna media sosial, arsip menjadi sebuah karaktet yang menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan dan bisa diakses kapanpun dan melalui perangkan apapun. Setiap informasi apapun yang diungah di sosial media tidak hilang begitu saja saat pergantian hari, bulan, bahkan sampai tahun.

4. Interaktif

Karakter dasar dari media sosial adalah terbentuknya jaringan antar pengguna. Jaringan ini tidak sekedar memperluas hubungan pertemuan atau pengikut di internet semata, tetapi juga harus dibangun dengan interaksi antar pengguna tersebut.

2.2. Star / Bintang

Christine Gledhill dalam bukunya Stardom menjelaskan bahwa bintang adalah seseorang yang dicirikan dengan artikulasi yang cukup menyeluruh mengenai dirinya serta tentang paradigma dalam kehidupan profesionalnya. With the emergence of the star, the question of the player’s existence outside his/her work in films entered discourse (Gledhill, 1990, p.26). Dengan munculnya seorang bintang, pertanyaan tentang keberadaannya baik di televisi, film, atau media lainnya dapat menjadi sebuah pemberitaan. Selama ini seorang bintang yang diketahui oleh masyarakat dibatasi

(3)

hanya tampil di televisi, dunia perfilman, dan media lainnya. Sehingga kehidupan pribadi seorang bintang, atau sisi lain yang tidak ditampilkan di layar kaca sering menjadi sorotan untuk dijadikan berita.

Seorang bintang hanya dapat menjadi seorang bintang jika dia diakui dan dikenal sebagai seorang bintang (McDonald, 1998, p.177). Tanpa pengakuan dari masyarakat seorang bintang tidak dapat disebut sebagai seorang bintang. Kesuksesan dapat dicapai dengan banyaknya jumlah orang yang mengetahui siapa dia. Selain akting dan kemampuan lain yang dimiliki seorang bintang, skandal juga dapat membuat seorang bintang menjadi naik daun dan lebih terkenal. Sebuah skandal memiliki nilai khusus, karena dari skandal dapat terungkap sebuah kebenaran dari cerita seorang bintang dan tidak dapat disembunyikan. Skandal seorang bintang tidak bisa kita temui dalam dunia pertelevisian dan media lainnya (McDonald, 1998, p.178).

Seorang bintang selalu mempunyai “The Star Vehicle” yang berarti sarana untuk menampilkan pesona bintang mereka dalam karakter tertentu. Menurut Harley (2002, p.107) untuk menciptakan dan mengontrol sebuah image atau performance seseorang, tepatnya seorang bintang, terdapat tiga atribut yang dapat digunakan (star vehicle) yaitu:

1. Visual (penampilan dan pakaian)

2. Cara berkomunikasi/verbal (ucapan-ucapan, interaksi dengan orang lain) 3. Non-verbal atau karakteristik tingkah laku.

2.3. Star Image atau Citra Seorang Bintang

Setiap bintang atau selebritis pasti memiliki citra (image) di mata masyarakat. Selebritis berusaha menjaga perilakunya agar sat berhadapan dengan para wartawan dan media, wartawan dapat merepson perilaku artis dengan baik, sehingga apa yang disampaikan kepada publik sesuai dengan harapan selebritis itu sendiri. Image di sini tidak hanya diartikan sebagai tanda visual, tetapi konfigurasi antara visual dan verbal. Konfigurasi ini menjadi gambaran umum star image pada seorang bintang. Hal ini terwujud tidak hanya di film tetapi di semua jenis teks media.

(4)

Star image dibangun di semua teks media. Alloway dalam buku Richard Dyer (1998, p.99) melihat bintang dan karakter yang mereka mainkan sebagai satu. Dia menganggap bahwa karakter memaksimalkan star image. Dalam kasus tertentu, bintang terlihat berada dalam image yang berbeda namun perbedaan tersebut hanya cukup unuk dikatakan sebagai variasi individual. Variasinya mungkin sedikit selain menambahkan beberapa kekhasan star image tersebut, tapi mungkin juga lebih menonjolkan atau memberi latar belakang aspek star image tersebut sedemikian rupa sehingga star image itu sendiri berubah. Dalam beberapa kasus, star image itu berpusat pada usaha untuk menggulingkan tipe yang menjadi miliknya. Hal ini biasanya dilakukan atas nama individualitas, dan perjuangan bintang untuk menegaskan individualisme dalam menghadapi keidentikannya akan sesuatu tipe kemudian menjadi inti image mereka. Namun resistensi semacam ini juga bisa bertindak untuk mengekspos penindasan oleh tipe ini. Meski individualisme bisa tampak dalam perkembangan yang kontradiktif, perkembangan ini juga bisa dibaca dalam hal memberi kesan bagaimana rendahnya tipe tersebut. Menurut Richard Dyer, citra seorang bintang atau star image dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

1. The star as a construction atau bintang sebagai konstruksi

Seorang bintang merupakan sebuah konstruksi, bukanlah orang yang sesungguhnya. Citra seorang bintang dibangun melalui video musik, majalah, iklan, dan lain sebagainya. Contohnya seorang Miley Cyrus menjadi terkenal karena gaya twerking-nya dan aksinya tanpa busana dalam video klip wrecking ball. Dia tentunya tidak akan melakukan hal-hal semacam ini di dalam privasi/rumahnya sendiri. Ini berarti orang yang adalah Miley Cyrus dan seorang bintang adalah dua orang yang berbeda.

2. The star as a comodity atau bintang sebagai komoditas

Seorang bintang diciptakan untuk menghasilkan keuntungan dengan cara membuat barang-barang merchandise seperti kaos, poster, dan sejenisnya. Label rekaman akan membuat seorang bintang yang sama karena mereka tahu pola dan tren tertentu

(5)

akan bekerja untuk menghasilkan uang bagi mereka. Inilah sebabnya ada banyak boyband yang mirip, seperti One Direction dan The Wanted.

3. The star as an ideology atau bintang sebagai suatu ideologi

Seorang bintang akan menggambarkan atau mencerminkan suatu kelompok dan pandangan sosial tertentu dan karenanya akan menciptakan ideologi tertentu. Akibatnya penggemar seorang artis cenderung meniru gaya mereka dan berbagi pandangan yang sama seperti mereka. Banyak penggemar Beyonce yang berbagi pandangan tentang wanita dan bagaimana mereka menjadi mandiri dan tidak boleh dikendalikan oleh pria. Richard Dyer menjelaskan bahwa ada dua paradoks tentang seorang bintang. Yang pertama adalah seorang bintang harus bisa menjadi keduanya, biasa dan luar biasanya (ordinary and extraordinary). Yang kedua adalah seorang bintang harus mampu ada dan tidak ada.

1. The star must be both ordinary and extraordinary

Bintang harus bisa menjadi orang biasa dan orang yang luar biasa. Supaya bisa tetap menjalin hubungan dengan para penggemarnya tetapi juga memiliki talenta yang luar biasa yang membuat bintang tersebut diidolakan. Contohnya Adele, dia adalah orang biasa dari London yang berbicara dan berprilaku layaknya orang pada umumnya namun dia juga memiliki suara yang luar biasa sehingga orang-orang mengidolakannya. Ini memungkinkan dia untuk menjadi seorang bintang.

2. The star must be both present and absent

Bintang harus hadir dalam kehidupan kita, baik dalam bentuk merchandise, sosial media, atau terlibat dalam obrolan kita dengan teman-teman. Tetapi bintang juga absen, dalam artian mereka tidak benar-benar ada atau ‘di luar jangkauan’. Contohnya adalah Harry Styles, dia adalah kunci dari sebagian besar kehidupan remaja dan gadis-gadis muda. Mereka mungkin memiliki poster atau merchandise dengan gambar Harry, tetapi tidka memungkinkan untuk Harry hadir dan absen pada saat yang sama.

(6)

2.4. Star Studies atau Studi Bintang

Menurut Alberoni dalam buku karangan Richard Dyer (1998 : p.7) bintang adalah sebuah kelompok manusia yang memiliki kuasa institusional terbatas, tetapi perilaku dan cara hidupnya mengundang perhatian dan bahkan mengundang ketertaikan yang besar masyarakat. Sedangkan menurut Jane Stokes dalam bukunya How To Do Media and Cultural Studies bintang adalah para pemain yang ditampilkan, atau para penampil utama, dalam sebuah film. Namun sejak tahun 1980an, bintang telah banyak dieksplorasi karena signifikansi sosialnya. Selama hampir 40 tahun terakhir, peneliti-peneliti film studies telah memilih pendekatan tertentu untuk mempelajari bintang, terutama analisis tekstual tentang star image. Pendekatan ini dibangun atas dasar dari karya Dyer, yang menunjukkan sebuah strategi untuk mempelajari fenomena bintang dan menyarankan kerangka semiotik untuk membaca bintang sebagai sign dan image (Berkvens, 2011, p.12).

Teori ini berasumsi bahwa kita sebagai masyarakat, berhadapan dengan bintang-bintang yang tidak ingin dianggap sebagai manusia biasa. Fakta bahwa mereka juga manusia biasa merupakan aspek penting dari bagaimana mereka diperkenalkan sebagai bukan manusia biasa. Tetapi kita tidak akan mengenal mereka secara personal, karena bintang hanya dapat ditemukan di media. Stars as images berfokus pada apa arti dan pengaruh star image yang diasosiasikan pada mereka (Dyer, 1998, p.2). Dari perspektif ideologi, analisis tentang bintang seperti star image yang ada dalam film dan teks media menekankan pada keragaman makna dan pengaruh yang mereka miliki serta cara konstruksinya sehingga beberapa makna dan pengaruhnya lebih ditonjolkan atau bahkan dihilangkan dari pada yang lain.

2.5. Budaya Populer/ Popular Culture

Sebuah budaya dapat dikatakan populer apabila komoditas tersebut mampu memikul minat masyarakat. Menurut John Fiske dalam bukunya Understanding Popular Culture menjelaskan bahwa budaya populer bukanlah sesuatu yang dikonsumsi, melainkan sebuah proses aktif untuk menghasilkan dan mengedarkan makna dan kesenangan dalam sistem sosial, budaya dan industri di masyarakat

(7)

(Fiske, 2007, p.19). “Popular culture is made by the people, not produced by the culture industry” dapat diartikan bahwa bukan masyarakat yang menciptakan suatu budaya yang populer melainkan suatu industri, industri hiburan yang telah melahirkan banyak bintang.

Yang dapat dilakukan oleh suatu industri adalah menghasilkan suatu budaya untuk masyarakat yang bisa digunakan, atau bisa ditolak dalam proses berkelanjutan dalam proses memproduksi budaya populer. Budaya populer harus relevan dengan situasi sosial langsung dalam masyarakat. “Popular culture is the art of making do with what the system provides”(de Certeau, 1984). Budaya popular adalah seni membuat sesuatu dengan apa yang telah disediakan oleh sistem. Kita sebagai manusia hidup dalam “industrial society” jadi tentu saja budaya populer dalam masyarakat adalah budaya industri. Kreativitas budaya populer tidak terletak pada produksi komoditasnya, melainkan pada penggunaan komoditas industri yang produktif.

2.6. Trend dan Trendsetter

Menurut Malcolm Barnard dalam bukunya “Fashion sebagai komunikasi” trend atau fashion adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan seseorang, tidak seperti dewasa ini yang memaknai sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang. Sedangkan trendsetter dapat diartikan sebagai seseorang yang bukan hanya menjadi pusat perhatian melainkan orang-orang cenderung ingin melakukan hal yang sama seperti yang orang tersebut lakukan. Trendsetter adalah segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian serta diikuti orang banyak. Trendsetter tercipta melalui suatu proses, berikut proses terjadinya trendsetter :

1. Adanya ide kreatif dan inovatif dari seseorang atau sekelompok orang. Ide ini harus benar-benar baru, atau bukan meniru yang sudah ada. 2. Kemudian hasil dari kreatifitas atau inovasi tersebut ditawarkan kepada

masyarakat untuk bersaing dengan ide atau gagasan yang lain. Hal ini terjadi karena ide kreatif dan inovatif tidak hanya muncul dari satu orang atau satu kelompok orang saja, melainkan muncul dari banyak orang.

(8)

3. Hasil dari kreativitas atau inovasi tersebut akan dinilai oleh masyarakat, dan ide yang cocok dan bisa memenuhi keinginan masyarakat akan menjadi pusat perhatian dan akan digunakan oleh masyarakat.

2.7. Mistifikasi dan Dramaturgi

Menurut Daniel Boorstin dalam buku Understanding Celebrity seorang bintang adalah orang yang terkenal dengan kemasyhurannya. (Turner, 2004, p.4). Mistifikasi adalah cara yang dilakukan dalam kinerja seorang bintang untuk menonjolkan hal-hal tertentu dan menyembunyikan yang lain (Goffman, 1956, p.44). Hampir semua bintang melakukan mistifikasi dalam industri hiburan. Kenneth Burke beranggapan bahwa harus disediakan cara agar kekaguman dapat dihasilkan oleh penonton dan dipertahankan. Dengan misteriusnya karakter seorang bintang, membuat sang bintang ini dapat membangun kesan yang akan terbentuk oleh masyarakat sesuai dengan keinginannya.

Setiap bintang tentu akan menunjukkan yang terbaik di depan para penontonnya. Menurut Erving Goffman, dramaturgi adalah ketika seorang individu berperan, secara implisit meminta para penonton untuk menganggap serius kesan yang dipupuk di hadapan mereka. Para penonton diminta untuk percaya bahwa karakter yang mereka lihat benar-benar memiliki atribut yang tampaknya dimiliki oleh sang bintang. Secara umum, hal-hal yang tampak adalah seperti apa mereka kelihatannya. Terdapat setting yang diciptakan oleh seorang bintang bukan hanya karakter di atas panggung, tetapi hal-hal lain juga seperti furniture, decor, dan phisical layout serta background lain yang mendukung tampilan menarik seorang bintang di atas panggung (Goffman, 1956, p13). Setting tersebut dapat meninggalkan kesan yang menancap di masyarakat agar selalu ingat seorang bintang itu memiliki keunikan seperti apa, karakter apa yang terlihat pada dirinya.

2.8. Nisbah Antar Konsep

(9)

ditonton. Seorang bintang merupakan sosok yang sering dilihat oleh khalayak di media. Seputar kegiatannya sehari-hari, keahliannya sampai hal-hal yang memang sengaja ingin ditunjukkan oleh bintang tersebut. Jadi melalui media, citra seorang bintang dibangun. Dengan popularitas yang diperolah, gaya hidup seorang bintang dapat menjadi trendsetter bagai masyarakat yang melihatnya. Hal-hal yang ditunjukan oleh seorang bintang kepada masyarakat adalah sebuah konstruksi yang ingin dibangun agar menciptakan kesan yang baik di mata masyarakat, agar menciptakan image yang positif yang akan melekat di benak masyarakat, dan sang bintang bisa menjadi terkenal dan namanya diketahui oleh publik.

Hasil akhir dari penelitian ini adalah gambaran serta penjelasan mengenai star studies terhadap image Deddy Corbuzier, citra Deddy sebagai seorang bintang dalam menciptakan image yang telah dikenal luas oleh masyarakat.

(10)

2.9. Kerangka Pemikiran

Bagan 2.9. Kerangka Pemikiran Sumber : Olahan Peneliti

Youtube adalah salah satu media sosial yang menjadi situs online video provider paling dominan, dan youtuber banyak digemari oleh masyarakat. Deddy Corbuzier menjadi populer dengan konten-konten di channel youtubenya.

Deddy Corbuzier menjadi seorang bintang dan memiliki 3,5 juta pengikut di Instagram dan 3,9 juta penonton di channel youtubenya.

Star Studies di media sosial

Visual : - Model rambut - Riasan wajah - Tubuh - Kostum Verbal : - Ucapan-ucapan - Interaksi dengan orang lain Non Verbal: - Suara - Ekspresi - Postur tubuh - Kecepatan berbicara

Referensi

Dokumen terkait

“slack” menyajikan secara perhitungan jumlah yang diperlukan untuk merubah tanda ketidaksamaan (<) menjadi persamaan (=) sehingga semua variable ditunjukan dalam persamaan,

Dengan identitas visual yang kurang menarik, pencitraan Bosscha pun menjadi tidak baik di mata masyarakat.. 4.2.1.2

Dalam perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan suatu produk

Dari wawancara terhadap ayah tunggal, ditunjukan adanya beban mental dan fisik yang terjadi, seperti halnya ayah harus menanggung kestabilan finansial. Selain itu, ayah

Salah satu cara untuk memikirkan process development adalah dengan pembuatan awal alternative product secara luas dan selanjutnya dilakukan penyempitan alternatif

Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai

Suatu sistem data mining yang baik, seharusnya dibangun dengan algoritma yang baik, terstruktur, cepat, dan juga dapat menangani data dalam jumlah besar, sehingga ketika

Perkembangan ini biasa ditunjukan dengan sifat sensitive, reaktif yang kuat, emosi yang bersifat temperamental (cepat marah, sedih, tersinggung, dan lain-lain). Remaja yang