TINGKAT PEM
KELAS X
PEMBELAJAR
DENGAN MEN
KONSEP, DAN
Dia
PRO
JURUSAN PENDIDIKA
FAKULT
U
T PEMAHAMAN DAN KESENANGAN
S X SMA NEGERI 1 REMBANG DALA
ARAN GELOMBANG ELEKTROMA
ENGGUNAKAN MODEL CERAMA
AN PEMUTARAN VIDEO PEMBELA
SKRIPSI
iajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Marcellina Anita Prisca Novela
NIM : 091424023
ROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
IKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGE
LTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
GAN SISWA
ALAM
OMAGNETIK
AH, PETA
BELAJARAN
t
ETAHUAN ALAM
TINGKAT PEM
KELAS X
PEMBELAJAR
DENGAN MEN
KONSEP, DAN
Dia
PRO
JURUSAN PENDIDIKA
FAKULT
U
i
T PEMAHAMAN DAN KESENANGAN
S X SMA NEGERI 1 REMBANG DALA
ARAN GELOMBANG ELEKTROMA
ENGGUNAKAN MODEL CERAMA
AN PEMUTARAN VIDEO PEMBELA
SKRIPSI
iajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Marcellina Anita Prisca Novela
NIM : 091424023
ROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
IKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGE
LTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
GAN SISWA
ALAM
OMAGNETIK
AH, PETA
BELAJARAN
t
ETAHUAN ALAM
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Yang dulu tak ku mengerti, s’karang Kau buat mengerti
Kau singkapkan mataku dengan kasih-Mu
Yang tak pernah kupikirkan, sungguh Kau t’lah sediakan Kau curahkan berkat-Mu limpah dalam hidupku
T’rima kasih Yesus, t’rima kasih Yesus
kub’ri syukur hanya bagi-Mu ya Allahku, ya Tuhanku
t’rima kasih Yesus, t’rima kasih Yesus
kub’ri syukur hanya bagi-Mu, t’rima kasih Yesus
(Ir. Welyar Kauntu)
Karya ini kupersembahkan untuk:
vii
ABSTRAK
TINGKAT PEMAHAMAN DAN KESENANGAN SISWA
KELAS X SMA NEGERI 1 REMBANG DALAM
PEMBELAJARAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL CERAMAH, PETA
KONSEP, DAN PEMUTARAN VIDEO PEMBELAJARAN
Marcellina Anita Prisca Novela Universitas Sanata Dharma
2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) model pembelajaran yang dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa kelas X SMA Negeri 1 Rembang diantara model ceramah, peta konsep, dan pemutaran video pembelajaran pada pokok bahasan gelombang elektromagnetik; (2) model pembelajaran yang lebih disenangi siswa kelas X SMA Negeri 1 Rembang diantara model ceramah, peta konsep, dan pemutaran video pembelajaran pada pokok bahasan gelombang elektromagnetik; (3) model pembelajaran yang meningkatkan pemahaman siswa sekaligus disenangi siswa kelas X SMA Negeri 1 Rembang pada pokok bahasan gelombang elektromagnetik.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 s.d. 21 Mei 2013. Sampel penelitian adalah siswa kelas X5 s.d. X8 (rombel G s.d. L) SMA Negeri 1 Rembang. Jumlah siswa sampel penelitian adalah sebanyak 128 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah pretest, posttest, dan angket. Data pretest dan
posttestdianalisis menggunakan SPSS 17 dengan taraf signifikannya adalah 0.05. Data angket tertutup dianalisis dengan penyekoran tiap nomor pernyataan. Data angket terbuka dianalisis dengan pengkodean.
viii
ABSTRACT
UNDERSTANDING THE LEVEL AND PLEASURE OF 10
’
thSTUDENTS IN SMA NEGERI 1 REMBANG ON
ELECTROMAGNETIC WAVES LEARNING USING
LECTURE, CONCEPT MAP, AND VIDEO LEARNING
MODELS
Marcellina Anita Prisca Novela Sanata Dharma University
2013
The purposes of this research are to find out: (1) learning model that most improves understanding of 10’th students in SMA Negeri 1 Rembang between lecture, concept maps, and video learning models on the electromagnetic waves; (2) learning model that most pleasures of 10’th students in SMA Negeri 1 Rembang between lecture, concept maps, and video learning models on the electromagnetic waves; (3) learning model that most improves understanding and pleasures of 10’th students in SMA Negeri 1 Rembang on the electromagnetic waves.
The research was conducted on May 6 until May 21, 2013. The samples of this reseacrh were 10’th5 and 10’th8 students (learning groups G until L) in SMA Negeri 1 Rembang. Amount sample of this research was 128 students. Instrument in this research used a pretest, posttest, and questionnaires. Pretest’sand posttest’s
data were analyzed using SPSS 17 with the level of significance 0.05. Enclosed questionnaire’s data were analyzed by grouping the total score of each student into a frequency distribution table inteval pleasure level students. Open questionnaire’sdata were analyzed by coding.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tingkat
Pemahaman dan Kesenangan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rembang dalam
Pembelajaran Gelombang Elektromagnetik dengan Menggunakan Model
Ceramah, Peta Konsep, dan Pemutaran Video Pembelajaran.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini,
penulis mendapat bimbingan, saran, nasehat, semangat, dan doa dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah sabar mengarahkan, memperhatikan, dan mendampingi penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Drs. Aufridus Atmadi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Sanata Dharma.
3. Dwi Nugraheni Rositawati, S.Si., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik
Program Studi Pendidikan Fisika Angkatan 2009.
4. Seluruh bapak dan ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah
x
5. Bapak Sugeng, Bu Heni, dan Mas Arif (sekertaris JPMIPA) atas kesediaan
dan kerjasamanya dalam memperlancar segala keperluan yang berkaitan
dengan administrasi tugas-tugas studi.
6. Keuskupan Surabaya dan Otasa yang telah memberikan dana bagi penulis
untuk dapat menempuh studi.
7. Bapak Drs. Setiya Purwoko, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Rembang yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan
penelitian.
8. Ibu Kristina Suprapti, S.Pd., selaku guru bidang studi fisika kelas X SMA
Negeri 1 Rembang yang dengan sabar, dan semangat membantu dan
mendukung penulis dalam melaksanakan penelitian.
9. Segenap guru, dan karyawan SMA Negeri 1 Rembang yang telah membantu
dan mendukung penelitian.
10. Siswa kelas X5 s.d. X8 (Rombel G s.d. L) yang telah sudi membantu,
mendukung, dan bekerjasama dalam penelitian mata pelajaran fisika pada
pokok bahasan gelombang elektromagnetik.
11. Bapak, ibuk, dan adik yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi dengan lancar.
12. Teman-teman Pendidikan Fisika 2009 bimbingan Romo Paul: Ipin, Yustin,
Audra, dan Nick yang telah bekerjasama, memberikan motivasi, dan
dukungan selama bimbingan skripsi.
13. Teman-teman di lain program studi: Cae (Pendidikan Matematika 2009) atas
xi
14. Seluruh teman-teman Pendidikan Fisika 2009, atas kerjasama dan
kebersamaan yang telah kita jalani bersama selama masa studi di Universitas
Sanata Dharma.
15. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, arahan, dan doa
kepada penulis selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini
masih jauh dari sempurna sehingga perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat
membangun dan menjadikan penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 21 Agustus 2013
Penulis,
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……… i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ……… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……… vi
ABSTRAK ………. vii
ABSTRACT………viii
KATA PENGANTAR ……… ix
DAFTAR ISI……… xii
DAFTAR TABEL……… xv
DAFTAR GAMBAR……….xviii
DAFTAR LAMPIRAN………xix
BAB I. PENDAHULUAN ………... 1
A. Latar Belakang………. 1
B. Rumusan Masalah……… 5
C. Tujuan……….. 5
D. Manfaat penelitian……… 6
BAB II. LANDASAN TEORI………. 7
A. Pemahaman……….. 7
B. Kesenangan Belajar……….. 9
C. Model Pembelajaran……… 12
1. Model ceramah……….. 12
2. Model konstruktivis ……….. 16
a. Model peta konsep ……….. 17
xiii
D. Gelombang Elektromagnetik……… 24
1. Penemuan dan besaran gelombang elektromagnetik………. 24
2. Spekturm gelombang elektromagnetik……….. 27
3. Karakteristik dan aplikasi gelombang elektromagnetik……… 28
BAB III. METODOLOGI………. 33
A. DesignPenelitian………. 33
B. Populasi dan Sampel……… 34
C. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 35
D. Treatment……….. 35
1. Pembelajaran pada rombel ceramah……….. 36
2. Pembelajaran pada rombel peta konsep…………. ……….... 39
3. Pembelajaran pada rombel video pembelajaran……… 42
E. Instrumen Penelitian……… 48
1. Instrumen tes ……… 48
2. Angket……… 52
F. Validitas Instrumen……….. 57
G. Metode Analisis Data……….. 57
1. PretestdanPosttest……… 57
2. Angket……… 60
BAB IV. DATA DAN ANALISIS DATA…….……… 63
A. Deskripsi Penelitian………. 63
1. Pelaksanaan penelitian rombel ceramah……… 65
2. Pelaksanaan penelitian rombel peta konsep……… 68
3. Pelaksanaan penelitian rombel video………. 70
B. Data dan Analisis Data Penelitian……… 73
1. Ujipretestdanposttest……….. 73
a. Ujipretestdanposttestrombel ceramah (uji-T dependen)……. 73
b. Ujipretestdanposttestrombel peta konsep (uji-T dependen)… 76 c. Ujipretestdanposttestrombel video (uji-T dependen)……….. 80
d. Ujipretestrombel ceramah, peta konsep, dan video (uji-F)…… 83
xiv
2. Angket……… 92
a. Angket langsung-tertutup………. 92
1) Rombel ceramah……… 92
2) Rombel peta konsep ……….. 98
3) Rombel video……….103
b. Angket langsung-terbuka……….112
1) Rombel ceramah………112
2) Rombel peta konsep ………..113
3) Rombel video……….114
3. Data di luarpretest,posttest, dan angket yang didapat di lapangan..116
C. Pembahasan……….121
D. Keterbatasan Penelitian………123
BAB V. PENUTUP……….126
A. Kesimpulan ……….126
B. Saran………126
DAFTAR PUSTAKA………..128
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kemampuan Internal dan Kata Kerja Operasional Perilaku
Pada Ranah Kognitif: Kategori Pemahaman……….. 8
Tabel 2.2 Langkah-Langkah dalam Membuat Peta Konsep………... 20
Tabel 2.3 Tabel Perbedaan Karakteristik antara Model Pembelajaran
Konvensional dan Konstruktivis………. 24
Tabel 2.4 Klasifikasi Gelombang Radio ……… 28
Tabel 3.1 Kegiatan Belajar Rombel Ceramah dan Alokasi Waktu…………. 36
Tabel 3.2 Kegiatan Belajar Rombel Peta Konsep dan Alokasi Waktu……… 39
Tabel 3.3 Kegiatan Belajar Rombel Video Pembelajaran dan Alokasi Waktu 42
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Penyusunan Pekerjaan Rumah (PR)……… 46
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Penyusunan SoalPretestdanPosttest………. 50 Tabel 3.6 Kisi-Kisi Angket Langsung-Tertutup Pengukuran Kesenangan
Siswa pada Rombel Ceramah……….. 53
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Angket Langsung-Tertutup Pengukuran Kesenangan
Siswa pada Rombel Peta Konsep……… 54
Tabel 3.8 Kisi-Kisi Angket Langsung-Tertutup Pengukuran Kesenangan
Siswa pada Rombel Video Pembelajaran……… 55
Tabel 3.9 Kisi-Kisi Angket Langsung-Terbuka Pengukuran Kesenangan
Siswa pada Rombel Ceramah, Peta Konsep, dan
Video Pembelajaran……… 56
Tabel 3.10 Aturan Penyekoran Tiap Butir Soal……… 58
Tabel 3.11 Penetapan Skor untuk Tiap Pertanyaan Angket ………... 60
Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Tingkat Kesenangan Siswa terhadap
Model Ceramah, Peta Konsep, dan Video Pembelajaran………… 62
Tabel 4.1 Jumlah Siswa Rombel G s.d. L kelas X SMA Negeri 1 Rembang . 63
Tabel 4.2 Pembagian Model Pembelajaran Tiap Rombel……….. 63
Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Rombel G s.d. L kelas X
xvi
Tabel 4.4 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Rombel Ceramah……….. 65
Tabel 4.5 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Rombel Peta Konsep…………. 68
Tabel 4.6 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Rombel Video ……….. 70
Tabel 4.7 NilaiPretestdanPosttestSiswa Rombel Ceramah Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik ………... 73
Tabel 4.8a Output Bagian Pertama Uji-T Dependen NilaiPretest-PosttestRombel Ceramah………. 75
Tabel 4.8b Output Bagian Kedua Uji-T Dependen NilaiPretest-PosttestRombel Ceramah………. 75
Tabel 4.9 NilaiPretestdanPosttestSiswa Rombel Peta Konsep Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik………. 77
Tabel 4.10a Output Bagian Pertama Uji-T Dependen NilaiPretest-PosttestRombel Peta Konsep………... 78
Tabel 4.10b Output Bagian Kedua Uji-T Dependen NilaiPretest-PosttestRombel Peta Konsep……… 79
Tabel 4.11 NilaiPretestdanPosttestSiswa Rombel Video Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik……… 80
Tabel 4.12a Output Bagian Pertama Uji-T Dependen NilaiPretest-PosttestRombel Video ………... 82
Tabel 4.12b Output Bagian Kedua Uji-T Dependen NilaiPretest-PosttestRombel Video………... 82
Tabel 4.13 NilaiPretestRombel Ceramah, Peta Konsep, dan Video pada Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik………. 83
Tabel 4.14a Output Bagian Pertama Uji-F NilaiPretest……… 85
Tabel 4.14b Output Bagian Kedua Uji-F NilaiPretest………... 86
Tabel 4.15 NilaiPosttestSiswa Rombel Ceramah, Peta Konsep, dan Video pada Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik……… 87
Tabel 4.16a Output Bagian Pertama Uji-F NilaiPosttest ………. 89
Tabel 4.16b Output Bagian Kedua Uji-F NilaiPosttest ……… 89
xvii
Tabel 4.17 Data Angket Penelusuran Kesenangan Rombel Ceramah
terhadap Model Ceramah……… 92
Tabel 4.18 Daftar Peringkat Pernyataan Penelusuran Angket Kesenangan
Siswa Rombel Ceramah terhadap Model Ceramah……… 95
Tabel 4.19 Data Angket Penelusuran Kesenangan Rombel Peta Konsep
terhadap Model Peta Konsep ………... 98
Tabel 4.20 Daftar Peringkat Pernyataan Penelusuran Angket Kesenangan
Siswa Rombel Peta Konsep……… 101
Tabel 4.21 Data Angket Penelusuran Kesenangan Rombel Video
terhadap Model Pemutaran Video Pembelajaran………... 104
Tabel 4.22 Daftar Peringkat Pernyataan Penelusuran Angket Kesenangan
Siswa Rombel Video……….. 107
Tabel 4.23 Hasil Penelusuran Angket Tingkat Kesenangan Siswa
Rombel Ceramah terhadap Model Ceramah, Rombel Peta Konsep
terhadap Model Peta Konsep, dan Rombel Video terhadap Model
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Konsep pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik ….. 21
Gambar 2.2 Gelombang Elektromagnetik yang Medan Listrik (E) dan Medan Magnetnya (B) Saling Tegak Lurus ……….. 26
Gambar 2.3 Perambatan Gelombang Elektromagnetik………. 27
Gambar 2.4 Rentang Spektrum Gelombang Elektromagnetik ……….. 28
Gambar 2.5 Oven Microwave……… 29
Gambar 2.6 Antena Radar……….. 29
Gambar 2.7 Hasil Citra Foto Inframerah terhadap Tubuh Manusia untuk Pemeriksaan Kesehatan……… 30
Gambar 2.8 Kabel Serat Optik untuk Percakapan Telepon……… 30
Gambar 2.9 Laser……… 30
Gambar 2.10a Kenampakan Uang Asli yang Disinari dengan Sinar UV…….. 31
Gambar 2.10b Kenampakan Uang Asli yang Disinari dengan Sinar UV…….. 31
Gambar 2.11 Hasil Citra Foto Tengkorakdengan Sinar-X……….. 32
Gambar 4.1 Contoh Peta Konsep yang Kurang Tepat……… 116
Gambar 4.2a Contoh Peta Konsep yang Kurang Tepat……… 117
Gambar 4.2b Contoh Peta Konsep yang Kurang Tepat……… 117
Gambar 4.3a Contoh Peta Konsep yang Kurang Tepat……… 118
Gambar 4.3a Contoh Peta Konsep yang Kurang Tepat……… 118
Gambar 4.4 Contoh Peta Konsep yang Tepat……… 120
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Melakukan Penelitian………. 133
Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian……… 134
Lampiran 3 RPP………135
Lampiran 4 Pekerjaan Rumah (PR)………. 166
Lampiran 5 Kunci Jawaban Pekerjaan Rumah (PR)………167
Lampiran 6 SoalPretest……….. 169
Lampiran 7 Kunci Jawaban SoalPretest………. 171
Lampiran 8 Contoh Pengisian SoalPretestRombel G……… 173
Lampiran 9 Contoh Pengisian SoalPretestRombel J………. 177
Lampiran 10 Contoh Pengisian SoalPretestRombel I………. 181
Lampiran 11 Contoh Pengisian SoalPretestRombel L……… 185
Lampiran 12 Contoh Pengisian SoalPretestRombel H……… 189
Lampiran 13 Contoh Pengisian SoalPretestRombel K……… 193
Lampiran 14 SoalPosstest……… 197
Lampiran 15 Kunci Jawaban SoalPosttest……… 199
Lampiran 16 Contoh Pengisian SoalPosttestRombel G………. 201
Lampiran 17 Contoh Pengisian SoalPosttestRombel J……… 205
Lampiran 18 Contoh Pengisian SoalPosttestRombel I……… 209
Lampiran 19 Contoh Pengisian SoalPosttestRombel L……….. 213
Lampiran 20 Contoh Pengisian SoalPosttestRombel H……….. 217
Lampiran 21 Contoh Pengisian SoalPosttestRombel K……….. 221
Lampiran 22 NilaiPretestdanPosttestSiswa Rombel G Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik………. 225
Lampiran 23 NilaiPretestdanPosttestSiswa Rombel J Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik………. 226
xx
Lampiran 25 NilaiPretestdanPosttestSiswa Rombel L
Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik………. 228
Lampiran 26 NilaiPretestdanPosttestSiswa Rombel H
Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik………. 229
Lampiran 27 NilaiPretestdanPosttestSiswa Rombel K
Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik………. 230
Lampiran 28 Angket Untuk Rombel Ceramah………. 231
Lampiran 29 Contoh Pengisian Angket Penelusuran Kesenangan Siswa
Rombel Ceramah………. 232
Lampiran 30 Angket Untuk Rombel Peta Konsep……… 236
Lampiran 31 Contoh Pengisian Angket Penelusuran Kesenangan Siswa
Rombel Peta Konsep……… 237
Lampiran 32 Angket Untuk Rombel Video Pembelajaran……… 241
Lampiran 33 Contoh Pengisian Angket Penelusuran Kesenangan Siswa
Rombel Pemuataran Video Pembelajaran……… 242
Lampiran 34 Data Angket Penelusuran Kesenangan Siswa Rombel G
terhadap Model Pembelajaran………. 246
Lampiran 35 Data Angket Penelusuran Kesenangan Siswa Rombel J
terhadap Model Pembelajaran………. 248
Lampiran 36 Data Angket Penelusuran Kesenangan Siswa Rombel I
terhadap Model Pembelajaran………. 250
Lampiran 37 Data Angket Penelusuran Kesenangan Siswa Rombel L
terhadap Model Pembelajaran………. 252
Lampiran 38 Data Angket Penelusuran Kesenangan Siswa Rombel H
terhadap Model Pembelajaran………. 254
Lampiran 39 Data Angket Penelusuran Kesenangan Siswa Rombel K
terhadap Model Pembelajaran………. 256
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang ini teknologi, gaya hidup, dan pemikiran manusia
berkembang dengan amat pesat. Keberadaan surat, telegram, dan kartu pos
sebagai sarana komunikasi kini semakin terdesak dengan hadirnyahand phone
dan internet yang bisa dipunyai dan diakses oleh semua orang dari berbagai
lapisan dan golongan. Gaya hidup praktis dan modern menjadi sebuah
kebiasaan yang lazim di jaman ini. Pola pikir dan kemauan manusia untuk
hidup lebih baik dan lebih maju semakin menciptakan inovasi yang tidak
terkira banyaknya di segala sektor kehidupan.
Perkembangan dan kemajuan ini juga terjadi pada wajah pendidikan di
dunia, khususnya di Indonesia. Sebagai contohnya adalah peserta didik yang
semakin aktif, tanggap, dan kritis. Tidak hanya dari peserta didik,
perkembangan juga terjadi pada model pembelajaran yang semakin inovatif
dan variatif. Model pembelajaran jaman sekarang tidak hanya pada guru
memberi dan siswa menerima yang sering kita kenal dengan model
pembelajaran konvensional (ceramah), tapi juga bermunculan model
pembelajaran yang lebih mengasyikan, menyenangkan dan menantang siswa
untuk aktif dan berpikir kritis yang dikenal dengan model pembelajaran
diterapkan saat menyampaikan materi pembelajaran. Contohnya adalah model
pembelajaran inquiri, discovery, diskusi kelompok, eksperimen, pemutaran
video atau CD pembelajaran, role playing, simulasi komputer, games,
problem solving, problem making, model POE, kuis, peta konsep,
demonstrasi, dsb.
Di tengah-tengah perkembangan berbagai model pembelajaran yang
terjadi di dunia pendidikan, ternyata masih terdapat pelaku pendidikan yang
belum bisa atau belum mampu mengikuti irama perkembangan yang sudah
terjadi. Tidak banyak guru fisika menerapkan model pembelajaran
konstruktivis dalam menyampaikan materi pembelajaran di dalam kelas.
Kebanyakan guru masih berpikir bahwa siswa adalah suatu obyek yang tidak
tahu apa-apa, dan tugas guru adalah memberikan materi pelajaran kepada
siswa. Pada model pembelajaran konstruktivis siswa dianggap sudah memiliki
gagasan atau pengetahuan tentang lingkungan, dan peristiwa di sekitarnya.
Pada model pembelajaran konstruktivis siswa dan guru saling bertukar
informasi, pendapat, dan pengetahuan. Disinilah siswa diajak untuk ikut
berpikir dan memecahkan persoalan sehingga tidak hanya sekedar menerima
materi dari guru.
Untuk mengetahui apakah siswa dapat menerima materi dengan baik
atau tidak dilakukan tes dan ulangan yang biasanya diadakan rutin oleh guru,
pihak sekolah, dan pemerintah. Hasil tes dan ulangan kemudian akan menjadi
bahan refleksi bagi guru, dan siswa akan keberhasilan guru dalam mengajar
guru, dan siswa dapat mencapai keberhasilan tersebut diperlukan model
pembelajaran yang pas untuk diterapkan kepada siswa, di mana model
pembelajaran tersebut dapat meningkatkan pemahaman dan disenangi siswa.
Jika model pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran dapat meningkatkan pemahaman dan disenangi siswa maka akan
membuat siswa tidak takut lagi pada pelajaran fisika, fisika akan semakin
disenangi, dan semakin enjoy belajar fisika tanpa harus merasa bahwa fisika
itu susah, menyeramkan, dan menegangkan.
Penelitian ini berjudulTingkat Pemahaman dan Kesenangan Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Rembang dalam Pembelajaran Gelombang
Elektromagnetik dengan Menggunakan Model Ceramah, Peta Konsep,
dan Pemutaran Video Pembelajaran. Pada saat penelitian siswa kelas X
ditreatment dengan menggunakan tiga model pembelajaran yaitu model
ceramah, peta konsep, dan pemutaran video pembelajaran pada pokok bahasan
materi gelombang elektromagnetik.
Model pembelajaran ceramah, peta konsep, dan pemutaran video
pembelajaran sengaja dipilih sebagai model untuk menyampaikan pokok
bahasan gelombang elektromagnetik karena ketiganya mempunyai peran yang
berbeda dalam proses pembelajaran dan mempunyai perbedaan yang kontras.
Pada model ceramah penyampaian materi gelombang elektromagnetik
disampaikan secara lisan oleh guru kepada siswa, sehingga pemahaman siswa
tergantung pada apa yang dikatakan oleh guru, dan pada buku pelajaran yang
secara berkelompok yang akan membuat peta konsepnya. Dengan demikian
siswa tidak hanya terpaku dan sekedar menerima penjelasan dari guru dan
buku pelajaran yang digunakan sebagai acuan belajar, tapi siswa juga diajak
untuk mencari referensi materi dari berbagai sumber (internet atau buku acuan
yang lain). Lewat peta konsep siswa diharapkan dapat berpikir kritis dan
membangun kerangka berpikirnya sendiri. Pada model pemutaran video
pembelajaran, siswa diajak untuk dapat melihat fenomena dan gambaran
secara jelas lewat video yang akan diputar. Pada saat itu siswa akan secara
jelas mengamati dengan indra penglihatan dan pendengaran mereka sehingga
dapat membangun pengetahuannya secara nyata.
Peta konsep dan pemutaran video pembelajaran adalah merupakan
contoh dari model pembelajaran yang konstruktivis. Kedua model
pembelajaran tersebut mengajak siswa untuk dapat membangun kerangka
berpikir dan pengertiannya sendiri sehingga konsep yang tertanam akan selalu
diingat dan dipahami. Model pembelajaran konstruktivis memberikan banyak
konstribusi positif. Namun, tidak semua model pembelajarannya sesuai
dengan karakteristik siswa. Dapat terjadi bahwa model pembelajaran
konstruktivis yang satu lebih baik untuk meningkatkan pemahaman siswa
dibandingkan dengan model konstruktivis yang lain. Maka penelitian ini
dibuat tidak hanya melihat perbandingan antara model konvensional dan
konstruktivis, tapi juga melihat perbandingan antara model konstruktivis itu
sendiri dengan parameter perbandingannya adalah tingkat pemahaman dan
B. Rumusan Masalah
1. Di antara model pembelajaran ceramah, peta konsep, dan pemutaran video
pembelajaran, model manakah yang dapat lebih meningkatkan
pemahaman siswa kelas X SMA Negeri 1 Rembang pada pokok bahasan
gelombang elektromagnetik?
2. Di antara model pembelajaran ceramah, peta konsep, dan pemutaran video
pembelajaran, model manakah yang lebih disenangi siswa kelas X SMA
Negeri 1 Rembang pada pokok bahasan gelombang elektromagnetik?
3. Apakah model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman juga
disenangi siswa kelas X SMA Negeri 1 Rembang pada pokok bahasan
gelombang elektromagnetik?
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Model pembelajaran yang dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa
kelas X SMA Negeri 1 Rembang diantara model ceramah, peta konsep,
dan pemutaran video pembelajaran pada pokok bahasan gelombang
elektromagnetik.
2. Model pembelajaran yang lebih disenangi siswa kelas X SMA Negeri 1
Rembang diantara model ceramah, peta konsep, dan pemutaran video
3. Model pembelajaran yang meningkatkan pemahaman siswa sekaligus
disenangi siswa kelas X SMA Negeri 1 Rembang pada pokok bahasan
gelombang elektromagnetik.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru: guru lebih sering menggunakan model pembelajaran
konstruktivis dalam proses belajar mengajarnya.
2. Bagi dunia penelitian: hasil dari penelitian ini dapat memberikan
sumbangan untuk koleksi-koleksi penelitian dalam bidang pendidikan
fisika.
3. Bagi calon guru dan mahasiswa/i pendidikan fisika: penelitian ini
diharapkan memberikan referensi yang dapat berguna untuk
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemahaman
Winkel (2004) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran
menjabarkan makna penting dari pemahaman. Menurut Winkel, pemahaman
mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari. Adanya kemampuan itu dinyatakan dalam menguraikan isi pokok
dari suatu bacaan; mengubah data yang disajikan dalam bentuk lain; membuat
perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu misalnya
grafik. Sementara Sardiman (dalam Erni, 2012) mengartikan pemahaman
sebagai menguasai sesuatu dengan pikiran. Pemahaman juga dapat diartikan
sebagai kemampuan yang menggunakan pengetahuan untuk menguasai situasi
(White, dalam Erni, 2012: 12). Dengan demikian, pemahaman dapat
dipandang sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam
‘menguasai’ materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Menguasai tidak
hanya sekedar menghafal materi pelajaran dari awal sampai akhir, tapi juga
mempunyai berbagai kemampuan operasional yang lebih luas.
Oleh Winkel, berbagai kemampuan operasional yang lebih luas selain
menghafal dijabarkan secara mendetail beserta dengan kemampuan internal
yang dicapai siswa ketika siswa benar-benar telah memahami materi dengan
Tabel 2.1 ini adalah penjabaran kemampuan internal dan kata kerja
operasional perilaku yang dirumuskan oleh Winkel (2004):
Tabel 2.1. Kemampuan Internal dan Kata Kerja Operasional Perilaku pada Ranah Kognitif: Kategori Pemahaman
Kemampuan internal Kata kerja operasional perilaku
Menerjemahkan Menjelaskan
Menafsirkan Menguraikan
Memperkirakan Merumuskan
Menentukan…
misalnya: metode, prosedur
Merangkum
Mengubah
Memberikan contoh tentang
Memahami…
misalnya: konsep, kaidah,
prinsip, kaitan antara fakta isi
pokok
Menyadur
Meramalkan
Menyimpulkan
Memperkirakan
Menerangkan
Mengaitkan/menginterpretasikan…
misalnya: tabel, grafik, bagan
Mendemonstrasikan
Menarik kesimpulan
Meringkas
Mengembangkan
Membuktikan
Penjabaran kemampuan internal dan operasional oleh Winkel yang
tampak pada tabel 2.1, diuraikan kembali oleh Budi (dalam Kurniawan, 2011)
lewat beberapa indikator, yaitu siswa dapat:
1. menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan
kalimat sendiri;
3. menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum;
4. menerapkan konsep untuk menganalisis gejala-gejala alam,
memecahkan masalah-masalah fisika baik secara teoritis maupun
secara praktis, memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi dalam suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi;
5. mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat;
6. membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling
berkaitan;
7. membedakan konsep yang benar dengan konsep yang salah, dan dapat
membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok
bahasan.
Jika siswa sudah memenuhi indikator-indikator yang dijelaskan oleh
Budi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa siswa sudah memahami materi
dengan baik.
Berdasarkan uraian pemahaman yang telah dipaparkan oleh para ahli,
maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan yang dimiliki
oleh siswa dalam menguraikan, menjelaskan, merangkum, mengembangkan,
menyimpulkan, menghubungkan, menerapkan, dan mengelompokkan dari
bahan yang telah dipelajari.
B. Kesenangan Belajar
Belajar biasanya dikaitkan dengan kecerdasan kognitif atau kecerdasan
ukuran standar prestasi. Ketika nilai ujian atau nilai rapor tinggi, maka
dikatakan bahwa seseorang tersebut memiliki kecerdasan intelektual yang
tinggi atau prestasi yang tinggi. Namun, menurut Goleman (1996), faktor
penting yang mempengaruhi prestasi seseorang bukan hanya dengan
kecerdasan intelektual melainkan juga dengan kecerdasan emosional.
Darmansyah (2011) juga mempunyai pendapat yang sama dengan Goleman
yaitu bahwa kecerdasan intelektual menjadi tidak berarti sama sekali jika tidak
didukung oleh kecerdasan emosional yang memadai, dan kecerdasan
emosional itulah yang memungkinkan seseorang mampu menikmati
pembelajaran secara menyenangkan.
Menurut Goleman (1996), kecerdasan emosional yang dimaksud
merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang
lain; kemampuan memotivasi diri sendiri; dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Patton
(dalam Hariyanto, 2010) mengemukakan kecerdasan emosi sebagai
kemampuan untuk mengetahui emosi secara efektif guna mencapai tujuan,
membangun hubungan yang produktif, dan dapat meraih keberhasilan. Emosi
dapat berbentuk kesenangan, kebosanan, amarah, cinta, kejenuhan,
kenyamanan, dll. Maka menjadi jelaslah bahwa kecerdasan emosional ternyata
mempunyai peran penting untuk mencapai prestasi yang gemilang, dan sangat
berperan dalam pembelajaran di sekolah.
Salah satu bentuk kecerdasan emosional yang ditekankan oleh
siswa di sekolah dapat terjadi jika dalam proses pembelajarannya dibuat
menyenangkan. Pembelajaran menyenangkan dapat diciptakan ketika
lingkungan belajar nyaman untuk proses pembelajaran, dan adanya interaksi
dan komunikasi dengan guru. Pada bukunya yang berjudul Strategi
Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, Darmansyah menyebutkan
bahwa interaksi antara guru dan siswa adalah faktor utama yang memicu
kesenangan dalam belajar. Ketika terjadi interaksi antara guru dengan siswa,
maka suasana belajar tidak akan lagi menegangkan. Hal tersebut yang
membuat siswa lebihenjoyuntuk belajar.
Siswa akan lebih aktif dan kreatif secara mental dan fisik ketika
tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan di sekolah. Keaktifan
tersebut dijelaskan secara mendetail oleh Darmansyah (2011), yaitu ketika
siswa merasa senang, siswa akan:
1. lebih aktif dan kreatif bertanya, berdiskusi, dan menjawab berbagai
pertanyaan;
2. mengerjakan tugas-tugas dengan motivasi tinggi;
3. merasakan waktu pelajaran begitu singkat;
4. menantikan pertemuan-pertemuan berikutnya dengan penuh antusias
dan penuh harapan; dan
Sebaliknya ketika guru tidak dapat menciptakan suasana belajar yang
riang dan menyenangkan, siswa akan merasa bosan dan akan cenderung
untuk:
1. stress, dan mengantuk;
2. hilang motivasi;
3. sering ijin keluar kelas;
4. mengobrol dengan sesama teman; dan
5. senang jika guru berhalangan hadir.
Berdasarkan paparan kesenangan belajar menurut para ahli yang telah
disebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa kesenangan belajar yang dialami
oleh siswa merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Ketika
siswa senang belajar, maka siswa akan semakin termotivasi untuk terus belajar
tanpa mengenal bosan dan jenuh; selalu bersemangat; lebih aktif berdiskusi,
mengemukakan pendapat, dan bertanya; selalu mengerjakan tugas;
memperhatikan penjelasan guru; selalu mengukuti pelajaran tanpa
sering-sering ijin keluar kelas; dan akan menantikan pertemuan pembelajaran yang
selanjutnya dengan penuh antusias.
C. Model Pembelajaran
1. Model pembelajaran ceramah
Model pembelajaran ceramah merupakan model pembelajaran
yang kuno atau konvensional. Disebut demikian karena model
untuk menyampaikan materi pembelajarannya di kelas. Taniredja dkk,
(2011) menyatakan bahwa ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui
penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Ceramah
juga merupakan sebuah kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata
yang sering mengaburkan, dan kadang-kadang ditafsirkan salah (Sagala,
dalam Taniredja dkk, 2011: 45). Dapat disimpulkan bahwa model
ceramah merupakan model yang terkesan “otoriter” di mana pusat dari
segala proses pembelajaran adalah guru, dan siswa hanya menjadi
pendengar yang baik.
Model ceramah sebagai model pembelajaran konvensional,
mempunyai ciri-ciri atau karakteristik khusus, yaitu:
a. tidak memberikan kesempatan untuk berdiskusi dan memecahkan
masalah sehingga proses penyerapan pengetahuan kurang tajam
(Sagala, dalam Taniredja dkk, 2011: 47);
b. kurang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan keberanian mengemukakan pendapatnya (Sagala,
dalam Taniredja dkk, 2011: 47);
c. pertanyaan lisan dalam ceramah kurang dapat ditangkap oleh
pendengarnya, apalagi jika digunakan kata-kata asing (Sagala,
dalam Taniredja dkk, 2011: 47);
d. guru sukar mengetahui sampai dimana siswa telah mengerti
e. murid seringkali memberi pengertian lain dari hal yang
dimaksudkan guru (Suryosubroto, dalam Taniredja dkk, 2011: 48);
f. peserta didik belajar secara individual (Surjadi, 2012: 154);
g. pembelajaran sangat abstrak (Surjadi, 2012: 154);
h. rumus ada dalam diri peserta didik yang harus dikembangkan,
dihafalkan, dan latihan (Surjadi, 2012: 154);
i. peserta didik secara pasif menerima rumus/kaidah tanpa
memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran (Surjadi,
2012: 154);
j. pengetahuan yang dimiliki peserta didik adalah penangkapan
(Surjadi, 2012: 154);
k. tidak efektif menarik dan mempertahankan perhatian siswa (Eggen
dan Kauchak, 2012: 402); dan
l. tidak memungkinkan guru memeriksa persepsi dan perkembangan
pemahaman siswa (Eggen dan Kauchak, 2012: 402).
Berdasarkan ciri-ciri model ceramah yang telah dipaparkan oleh
beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa model ceramah tidak dapat
berlangsung secara efektif jika diterapkan terus menerus dalam proses
pembelajaran karena pembentukan pengetahuan hanya berasal dari guru,
bukan dari siswa. Pembelajaran yang berpusat kepada guru, dianggap
Menurut Surya (2004), agar pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif, maka dalam pembelajarannya diharapkan:
a. berpusat pada siswa dengan tujuan untuk membantu proses
perkembangan siswa;
b. ada interaksi edukatif antara guru dengan siswa;
c. suasana dalam kelas yang demokratis akan banyak mendorong
siswa untuk berani mengembangkan gagasannya;
d. metode mengajar yang menyenangkan dari guru akan membuat
siswa menjadi lebih senang dan bersemangat sehingga akan
memberikan hasil yang memuaskan;
e. guru profesional yang memiliki keahlian memadai dalam
bidangnya dan rasa tanggungjawab yang tinggi;
f. bahan yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang
sedang berlaku;
g. lingkungan pembelajaran yang dapat menunjang berbagai proses
pembelajaran secara efektif; dan
h. sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran.
Untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif
seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka perlu dilakukan
pendekatan konstruktivis dengan menggunakan model pembelajaran yang
2. Model pembelajaran konstruktivis
Pada teori belajar konstruktivis, proses belajar menekankan pada
pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh siswa, dan bukan oleh guru
atau bisa dikatakan bahwa pemahaman merupakan bentukan dari pribadi
siswa sendiri. Glaserfeld, Bettencourt, dan Matthews (dalam Siregar dan
Nara, 2011) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang
merupakan hasil konstruksi (bentukan) orang itu sendiri. Asal mula
pengetahuan adalah sebuah ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari
pengalamannya; proses pembentukan ini berjalan terus menerus dan setiap
kali terjadi rekonstruksi karena adanya pemahaman yang baru (Piaget
dalam Siregar dan Nara, 2011: 39). Dengan demikian, pengetahuan
merupakan bentukan setiap pribadi manusia (siswa) yang kemudian
mengalami evolusi atau perkembangan seiring dengan proses belajar yang
dilakukan oleh siswa.
Menurut teori konstruktivis, satu prinsip yang paling penting
adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
siswa, tapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam
benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan dalam proses ini dengan
memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan
ide-ide mereka sendiri.
Model pembelajaran konstruktivis yang dapat diterapkan pada
proses belajar mengajar, salah satunya adalah dengan menggunakan model
a. Model peta konsep
Untuk dapat memecahkan suatu masalah/problem dalam belajar,
seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan berdasar pada
konsep yang diperolehnya. Dahar (2011) menyatakan bahwa jika siswa
dibiarkan terus maju dengan konsep-konsep yang tidak tepat, hal itu akan
berpengaruh pada belajarnya di masa yang akan datang. Jadi perlulah
membangun konsep yang benar pada awalnya untuk memudian dihasilkan
pondasi yang kokoh bagi pengetahuan selanjutnya.
Perlu bantuan dari guru untuk dapat membangun konsep yang
benar bagi siswa. Pada tahap membangun konsep siswa, guru diharapkan
tidak hanya menguasai pengetahuan tapi juga mempunyai berbagai
pendekatan dan strategi pembelajaran untuk mengajarkan konsep-konsep
tersebut. Ausubel (dalam Dahar, 2011) juga menekankan agar para guru
mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa supaya belajar
bermakna dapat berlangsung. Sayangnya, Ausubel belum menemukan cara
dan alat yang tepat yang dapat dipergunakan oleh guru untuk dapat
mencapai tujuan yang dimaksud. Akhirnya, Novak pada tahun 1974
menemukan alat yang dapat membantu guru untuk mengetahui sejauh
mana konsep yang telah dipahami siswa, yaitu dengan menggunakan peta
konsep.
Peta konsep menurut Suparno (2006) adalah suatu gambaran
skematis untuk mempresentasikan suatu rangkaian konsep dan kaitan antar
antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok. Peta
konsep juga dapat dipakai sebagai salah satu indikasi taraf pemahaman
siswa akan konsep-konsep yang dipelajari (Budi, 1990: 63). Menurut
pandangan Martin (dalam Trianto, 2010) peta konsep adalah ilustrasi
grafis kongkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal
dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama. Lewat peta
konsep, pengetahuan dapat dibangun dan disusun berdasarkan
pengelompokan-pengelompokan yang khusus. Berlembar-lembar materi
pelajaran yang terkadang malas dibaca oleh siswa, kini menjadi lebih
praktis dalam bangunan sebuah peta konsep sehingga kegiatan
pembelajaran akan lebih menyenangkan.
Munthe (2009) memandang bahwa peta konsep mempunyai
karakteristik yang khas, yaitu bahwa peta konsep:
1) mempunyai konsep atau ide-ide pokok yang sifatnya adalah utama
(central);
2) memiliki hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang
lainnya;
3) mempunyai label yang membunyikan arti hubungan yang
mengaitkan antara konsep-konsep; dan
4) desainnya berwujud sebuah diagram atau peta yang merupakan
satu bentuk representasi konsep-konsep atau materi bahan ajar
Manfaat dalam menggunakan model peta konsep untuk
pembelajaran menurut Suparno (2007), Munthe (2009), dan Dahar (2011)
adalah:
1) siswa dapat mengerti garis besar inti dari suatu topik dan mengerti
konsep dasarnya karena peta konsep dengan jelas menunjukkan
konsep pokok dari suatu topik dan bagaimana relasi dan hubungan
antara konsep-konsep yang ada;
2) dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa;
3) menyelidiki sejauh mana pengetahuan yang telah dicapai dan
dimengerti oleh siswa;
4) sebagai alat evaluasi;
5) dapat digunakan sebagai cara siswa dalam mencatat pelajaran
sewaktu guru menerangkan di kelas; dan
6) membantu meningkatkan daya ingat siswa dalam belajar, apalagi
ketika siswa sendiri yang membuat peta konsepnya.
Begitu banyak manfaat dari peta konsep yang berguna, terutama
bagi para siswa. Belajar akan menjadi sangat mudah dan tak perlu
susah-susah untuk menghapal seluruh teks buku cetak. Langkah yang diperlukan
hanyalah membuat peta konsep kemudian menguraikan peta konsep satu
Arends (dalam Trianto, 2010) menguraikan langkah-langkah
singkat dan mudah dalam membuat peta konsep, terutama bagi siswa yang
baru saja belajar membuat peta konsep. Tabel 2.2 menjelaskan
[image:41.595.99.520.229.604.2]langkah-langkah dalam membuat peta konsep, yaitu:
Tabel 2.2. Langkah-Langkah dalam Membuat Peta Konsep
Langkah Keterangan
Langkah 1
Mengidentifikasi ide pokok atau
prinsip yang melingkupi sejumlah
konsep. Contoh: Gelombang.
Langkah 2
Mengidentifikasi ide-ide atau
konsep-konsep sekunder yang
menunjang ide utama. Contoh:
gelombang elektromagnetik, teori
Maxwell, radio, inframerah, dll.
Langkah 3 Menempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta konsep.
Langkah 4
Mengelompokkan ide-ide sekunder
di sekeliling ide utama yang secara
visual menunjukkan hubungan
ide-ide tersebut dengan ide-ide utama..
Berdasarkan langkah-langkah dalam membuat peta konsep
seperti yang diuraikan oleh Arends, terdapat contoh peta konsep pada
pokok bahasan gelombang elektromagnetik, yang terlihat pada gambar
terdiri dari
terbentuk dari
Dijelaskan dalam
menemukan
[image:42.595.87.559.97.572.2]menghasilkan
Gambar 2.1. Peta Konsep pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik
b. Model pemutaran video pembelajaran
E-learning (Electronic learning) merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran dengan menggunakan bantuan media elektronik. Media
elektronik yang dimaksudkan adalah telpon, audio, videotape, transmisi
satelit atau komputer (Siregar dan Nara, 2011: 103). Pemutaran video
MIKROWAVE S. INFRAMERAH CAHAYA TAMPAK S. GAMMA S. UV S. X GELOMBANG
GELOMBANG MEKANIK GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
MEDAN MAGNET MEDAN LISTRIK
TEORI MAXWELL
CAHAYA SEBAGAI GEL. ELEKTROMANETIK
SPEKTRUM ELEKTROMAGNETIK
ENERGI PADA GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
APLIKASI
pembelajaran juga merupakan salah satu bentuk dari e-learning.
Pemutaran video pembelajaran tidak hanya diputar melalui DVD atau CD
player, tapi menggunakan video-video pembelajaran yang dapat
didownload dari berbagai situs-situs internet, contohnya dari youtube.com.
Nugroho dan Fatchur (2010) menyebutkan bahwa video adalah teknologi
untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata
ulang gambar bergerak. Video sendiri sangat erat kaitannya denganmotion
& sound, seperti pada video analog dan video digital. Video sering
digunakan di dalam e-learning sebagai cara untuk menambah kekayaan
pengalaman pembelajaran daripada sekedar menggunakan teks untuk
mendorong motivasi belajar (Mason dan Rennie, 2009: 10).
Penggunaan video, film, dan CDRoom mirip dengan simulasi
komputer yaitu siswa belajar konsep fisika dengan melihat dan mengamati
gambar atau peristiwa lewat gambar yang ditayangkan. Meskipun
demikian, tidak semua video, film, dan CDRoom dapat digunakan sebagai
media pembelajaran.
Terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan video,
film, dan CDRoom menurut Suparno (2007), yaitu:
1) Menerangkan prisip fisika.
2) Program tidak terlalu panjang karena dapat membosankan, kecuali
bila itu tentang sejarah atau penemuan fisika.
[image:43.595.96.515.257.693.2]4) Program sebaiknya yang berwarna dan disiapkan yang menarik.
Gambar harus jelas dan tidak kabur saat ditayangkan.
5) Ada baiknya dalam satu program memang hanya satu konsep
yang mau ditekankan.
Kelebihan menerapkan model pemutaran video pembelajaran
adalah kejadiannya dapat diulang atau diputar berkali-kali sehingga siswa
dapat terus mengulangi sampai mengerti konsepnya.
Kelemahan menerapkan model pemutaran video pembelajaran
adalah siswa tidak mungkin untuk melakukan perubahan-perubahan data
seperti simulasi. Siswa hanya mengamati, melihat, lalu setelah itu
mendiskusikannya.
Berdasarkan teori-teori dan model-model pembelajaran yang telah
disebutkan yaitu model ceramah yang merupakan model pembelajaran
konvensional, dan peta konsep dan pemutaran video pembelajaran yang
merupakan model pembelajaran yang konstruktivis, tampak bahwa terdapat
perbedaan yang kontras diantara kedua corak pembelajaran tersebut.
Siregar dan Nara (2011) membuat perbedaan karakteristik antara
pembelajaran yang konvensional dengan konstruktivis, yaitu yang tampak
Tabel 2.3. Tabel Perbedaan Karakteristik antara Model Pembelajaran Konvensional dan Konstruktivis
No. Konvensional Konstruktivis
1.
Kurikulum disajikan dari
bagian-bagian menuju keseluruhan dengan
menekankan pada
keterampilan-keterampilan dasar.
Kurikulum disajikan mulai dari
keseluruhan menuju ke
bagian-bagian, dan lebih mendekatkan pada
konsep-konsep yang lebih luas.
2. Pembelajaran sangat taat pada kurikulum yang telah ditetapkan.
Pembelajaran lebih menghargai
kepada pemunculan pertanyaan dan
ide-ide siswa.
3.
Kegiatan kurikuler lebih banyak
mengandalkan pada buku teks dan
buku kerja.
Kegiatan kurikuler lebih banyak
mengandalkan pada sumber-sumber
data primer dan manipulasi bahan.
4.
Siswa dipandang sebagai kertas
kosong yang dapat digoresi
informasi oleh guru, dan guru pada
umumnya menggunakan cara
didaktik dalam menyampaikan
informasi kepada siswa.
Siswa dipandang sebagai pemikir
yang dapat memunculkan teori-teori
tentang dirinya.
5.
Penilaian hasil belajar dan
pengetahuan siswa dipandang
sebagai bagian dari pembelajaran,
dan biasanya dilakukan pada akhir
pembelajaran dengan cara testing.
Pengukuran proses dan hasil belajar
siswa terjalin dalam kesatuan
kegiatan pembelajaran, dengan cara
guru mengamati hal-hal yang sedang
dilakukan siswa serta melalui
tugas-tugas pekerjaan.
6. Siswa bekerja sendiri-sendiri tanpa ada grup proses dalam belajar.
Siswa banyak belajar dan bekerja di
dalam grup proses.
D. Gelombang elektromagnetik
1. Penemuan dan besaran gelombang elektromagnetik
Teori klasik oleh Newton (dalam Kanginan, 2007) mengatakan
tidak bermassa dan tidak dipengaruhi oleh gravitasi ke segala arah.
Namun, penelitian yang dibuat oleh Thomas Young mengenai celah ganda
yang menghasilkan interferensi cahaya gelap-terang. Augustin Frensel
yang melakukan percobaan mirip celah ganda Young, menggagalkan teori
partikel cahaya Newton dimana teori Newton tidak bisa menjelaskan pola
interferensi cahaya. Kemudian Young dan Frensel mengemukakan teori
gelombang transversal cahaya yaitu bahwa cahaya sebagai gelombang
transversal yang merambat melalui suatu medium.
Gagasan Young-Frensel kemudian menuai banyak tanda tanya.
Jika cahaya memerlukan suatu medium untuk merambat lalu
bagaimanakah dengan cahaya matahari yang sampai ke Bumi? Tidak dapat
dipercaya bahwa medium (eter) memenuhi ruang angkasa dimana banyak
orang tahu bahwa di ruang angkasa planet-planet dapat bergerak melalui
suatu vakum yang tidak ada hambatannya sama sekali. Untuk dapat
memecahkan persoalan tersebut, James Maxwell mengemukakan teori
elektromagnetiknya. Oersted (dalam Kanginan, 2007) menemukan
fenomena bahwa arus listrik (medan listrik) dapat menimbulkan medan
magnetik. Sementara Faraday (dalam Widodo, 2009) menemukan bahwa
perubahan medan magnetik dapat menimbulkan arus listrik. Berdasarkan
fenomena ini, Maxwell (dalam Kanginan, 2007) mengemukakan sebuah
hipotesis: karena perubahan medan magnet dapat menimbulkan medan
listrik, maka perubahan medan listrik pun akan dapat menimbulkan
menerangkan terjadinya gelombang elektromagnetik yang medan listrik
dan medan magnetiknya selalu tegak lurus. Gambar 2.2 memperlihatkan
bentuk gelombang elektromagnetik yang medan listrik dan medan
magnetnya saling tegak lurus yang membentuk gelombang transversal:
Gambar 2.2. Gelombang Elektromagnetik yang Medan Listrik (E) dan Medan Magnetnya (B) Saling Tegak Lurus
Maxwell (dalam Kanginan, 2007) juga menemukan bahwa cepat
rambat gelombang dinyatakan oleh:
=
keterangan: c = cepat rambat gelombang magnetik (m/s)
= permeabilitas vakum (4π x 10-7Wb/A m) = permetivitas vakum (8,85418 x 10-12C2/N m2) Kemudian dengan memasukkan nilai dari dan maka
didapatkan hasil bahwa c = 3 x 108 m/s, yang tepat sama dengan cepat rambat cahaya dalam vakum (tanpa ada medium).
Beberapa tahun setelah Maxwell meninggal dunia, Heinrich
yang dapat menunjukkan gejala perambatan gelombang elektromagnetik.
Dalam percobaan Hertz, digunakan alat yang serupa dengan induktor
Ruhmkoff sebagai penghasil gelombang, yang tampak pada gambar 2.3:
Gambar 2.3. Perambatan Gelombang Elektromagnetik
Jika P digetarkan, maka terjadi getaran pada rangkaian kawat Q
yang nampak sebagai loncatan bunga api di A. Jika kawat B yang tidak
bermuatan didekatkan dengan A ternyata di B terjadi juga loncatan bunga
api. Ini menunjukkan bahwa ada pemindahan energi (perambatan)
elektromagnetik dari A ke B.
2. Spektrum gelombang elektromagnetik
Spektrum gelombang elektromagnetik terdiri dari berbagai jenis
gelombang yang dibedakan berdasarkan frekuensi dan panjang
gelombangnya, yang tampak pada gambar 2.4:
Semua gelombang elektromagnetik yang merambat dalam vakum
mempunyai cepat rambat yang sama yaitu c = 3 x 108m/s.
Untuk semua gelombang elektromagnetik yang merambat dalam
vakum, berlaku persamaan dasar gelombang, yaitu:
=
keterangan: c = cepat rambat gelombang magnetik (m/s)
f = frekuensi gelombang (Hz)
λ = panjang gelombang (m)
3. Karakteristik dan aplikasi (penerapan) gelombang elektromagnetik
a. Gelombang Radio
Gelombang radio dihasilkan oleh muatan-muatan listrik yang
dipercepat melalui kawat-kawat penghantar. Muatan-muatan ini
dibangkitkan oleh rangkaian elektronika yang disebut osilator.
Berdasarkan lebar frekuensinya, gelombang radio dibedakan menjadi
beberapa bagian seperti pada tabel 2.4:
Tabel 2.4. Klasifikasi gelombang radio
Lebar frekuensi Panjang gelombang
tertentu Beberapa penggunaan
Low(LF)
30 kHz–300 kHz
Low wave
1500 m
Radio gelombang panjang dan komunikasi
melalui jarak jauh
Medium(MF)
300 kHz–3 MHz
Medium wave
300 m
Gelombang medium lokal dan radio jarak
jauh
High(HF)
3 MHz–30 MHz
Short wave
30 m
Radio gelombang pendek dan komunikasi,
radio amatir, dan CB
Very High(VHF)
30 MHz–300 MHz
Very short wave
Ultrahigh(UHF)
300 MHz–3 GHz
Ultra short wave
30 cm TV (jalur 4 dan 5)
Super high(SHF)
Diatas 3 GHz
Microvawes
3 cm
Radar, komunikasi satelit, telepon, dan
saluran TV
Gelombang mikro dihasilkan oleh peralatan elektronik khusus,
misalnya dalam tabung Klystron. Gelombang ini dimanfaatkan dalam
alatmicrowave, sistem komunikasi radar, dan analisis struktur molekul
dan atomik. Gambar 2.5 dan 2.6 merupakan dua contoh dari aplikasi
gelombang radio.
Gambar 2.5. Oven Microwave Gambar 2.6. Antena Radar
b. Sinar Inframerah
Sinar inframerah dihasilkan oleh getaran atom-atom dalam
suatu molekul. Getaran ini akan memancarkan gelombang
elektromagnetik pada frekuensi-frekuensi yang khas dalam daerah
inframerah. Sinar inframerah ini diaplikasikan pada TV, AC, VCD,
remote control,alarm pencuri, pencitraan foto inframerah pada gambar
2.7 (yang kemudian dapat digunakan untuk mendiagnosa suatu
penyakit, dan Mendeteksi masalah sirkulasi,radang sendi,arthritis,dan
kanker). Sinar inframerah juga dapat digunakan sebagai sumber panas
Gambar 2.7. Hasil Citra Foto Inframerah terhadap Tubuh Manusia untuk Pemeriksaan Kesehatan
c. Cahaya Tampak
Cahaya tampak merupakan radiasi gelombang
elektromagnetik yang dapat dideteksi oleh mata manusia.
Bayangan benda yang yang dihasilkan oleh cahaya tampak
yang dapat dideteksi oleh retina. Beberapa penggunaan cahaya
ini terdapat pada serat optik seperti yang terlihat pada gambar
2.8, dan laser pada gambar 2.9.
Gambar 2.8. Kabel Serat Optik Gambar 2.9. Laser untuk Percakapan Telepon
d. Sinar UV
Sinar ultraviolet (UV) dihasilkan akibat perubahan
tingkat energi elektron dalam atom. Sinar UV membantu
sinar UV dapat membunuh bakteri serta virus maka sinar ini
digunakan untuk mensterilkan ruang operasi, peralatan operasi,
disinfektan dalam pengolahan air minum, dan menghilangkan
berbagai mikroorganisme yang terdapat dalam makanan.
Dalam bidang perekonomian atau perbankan, sinar UV
dimanfaatkan sabagai alat pendeteksi keaslian uang karena
sinar UV dapat memendarkan bahan (fosfor) pada uang
sehingga menghasilkan warna tertentu. Pendaran warna inilah
yang menunjukkan apakah uang itu asli atau palsu. Hasil
penyinaran sinar UV pada uang asli terlihat pada gambar 2.10a
dan 2.10b.
Gambar 2.10a, dan 2.10b. Kenampakan Uang Asli yang Disinari dengan Sinar UV
e. Sinar-X
Sinar-X dihasilkan oleh elektron-elektron yang berada dibagian
dalam kulit elektron suatu atom, atau pancarannya terjadi
karena elektron dengan kelajuan besar menumbuk logam.
Sinar-X dapat melintas melalui banyak materi sehingga
digunakan dalam bidang medis dan industri. Dalam bidang
Dalam bidang kesehatan, sinar-X digunakan untuk pengobatan
kangker, dan rontgen seperti pada gambar 2.11. Untuk
kepentingan umum, dapat digunakan untuk menganalisis
struktur materi. Kerugian menggunakan sinar-X adalah
sinarnya dapat merusak rantai DNA dan menyebabkan kanker
[image:53.595.100.510.251.595.2]dan mutasi genetik.
Gambar 2.11. Hasil Citra Foto Tengkorak dengan Sinar-X
f. Sinar Gamma
Sinar ini membawa energi dalam jumlah besar dan
dapat menembus logam dan beton. Sinar ini sangat berbahaya
dan dapat membunuh sel hidup, merusak DNA, dan
menyebabkan luka bakar. Akibat yang lebih buruk lagi adalah
ketika sinar gamma dengan tingkat tinggi yang dilepaskan oleh
reaksi nuklir maka dapat mengakibatkan ledakan bom nuklir.
Meskipun berbahaya, jika sinar ini dikontrol maka dapat
digunakan untuk membunuh sel-sel kanker, mengawetkan dan
menyeterilkan makanan, bahan senjata nuklir, dan
33
BAB III
METODOLOGI
A. Design Penelitian
Design penelitian yang digunakan adalah menggunakan riset gabungan
kuantitatif dan kualitatif. Termasuk ke dalam riset kuantitatif karena data yang
diperoleh berupa skor atau angka, dan dalam analisisnya digunakan statistik.
Riset kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman
siswa terhadap pokok bahasan gelombang elektromagnetik, dan tanggapan
siswa (senang atau tidak) terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan
model ceramah, peta konsep, dan pemutaran video pembelajaran. Termasuk
ke dalam riset kualitatif karena data yang diperoleh berupa kata-kata. Riset
kualitatif ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa (senang atau tidak)
terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan model ceramah, peta
konsep, dan pemutaran video pembelajaran.
Data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data pemahaman
awal siswa yang dilakukan sebelum pelaksanaan treatment (data diperoleh
dari pretest), data pemahaman akhir siswa yang dilakukan sesudah
pelaksanaan treatment (data diperoleh dari posttest), dan data kesenangan
siswa terhadap model pembelajaran (data diperoleh dari angket terbuka dan
B. Populasi dan Sampel
Populasi :
Siswa kelas X SMA Negeri 1 Rembang.
Sampel :
Sampel penelitian ini tidak digunakan siswa dalam kelompok
kelas seperti pada umumnya. Namun, menggunakan rombel
(rombongan belajar). Sistem ini mengikuti sistem yang telah
ditetapkan oleh SMA Negeri 1 Rembang.
Jumlah kelas X di SMA Negeri 1 Rembang adalah sebanyak 8
kelas, dengan jumlah siswa disetiap kelasnya adalah 32 siswa. Tidak
semua kelas X pada setahun penuh mendapatkan mata pelajaran fisika.
8 kelas tersebut dibagi menjadi 2 untuk mengikuti mata pelajaran
fisika setiap semesternya. Pada semester 1 yang mendapatkan mata
pelajaran fisika adalah kelas X1 s.d. X4. Sedangkan pada semester 2
yang mendapatkan mata pelajaran fisika adalah kelas X5 s.d. X8. Jadi,
materi pelajaran yang seharusnya diterima dalam 1 tahun dimampatkan
menjadi 1 semester.
Pada proses pembelajarannya, 4 kelas di setiap semester dibagi
lagi menjadi 6 rombongan belajar (rombel) yang setiap rombelnya
terdapat antara 21 s.d. 22 siswa. Untuk kelas X1 s.d. X4, rombelnya
adalah A s.d. F. Sementara untuk kelas X5 s.d. X8, rombelnya adalah
Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran
2012-2013 maka sampel yang diteliti adalah kelas X5 s.d. X8 (rombel
G s.d. L), dengan jumlah sebanyak 128 siswa.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : SMA Negeri 1 Rembang, Jawa Tengah.
Waktu : 6 s.d. 21 Mei 2013.
D. Treatment
Treatment yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan model ceramah, peta konsep, dan pemutaran video
pembelajaran. Pada proses pembelajarannya model ceramah digunakan pada
rombel G dan J (kemudian akan disebut sebagai rombel ceramah), model peta
konsep digunakan pada rombel I dan L (kemudian akan disebut sebagai
rombel peta konsep), dan model pemutaran video pembelajaran digunakan
pada rombel H dan K (kemudian akan disebut sebagai rombel video).
Pembelajaran pada tiap-tiap rombel berlangsung sebanyak 8 jam pelajaran
(4 kali pertemuan). Waktu penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan silabus
1. Pembelajaran pada rombel ceramah
Kegiatan pembelajaran pada rombel ceramah diuraikan pada tabel 3.1
berikut:
Tabel 3.1. Kegiatan Belajar dan Alokasi Waktu Rombel G dan J
NO. KEGIATAN ALOKASI
WAKTU
PERTEMUAN I 2 x 45 menit
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Guru membagikan lembar soal kepada siswa
(pretest).
Setelah 35 menit, lembar jawaban dan lembar soal
dikumpulkan kepada guru.
Guru memberikan beberapa pertanyaan lisan kepada
siswa untuk memancing perhatian dan rasa ingin tahu
siswa.
Guru menerangkan kepada siswa mengenai apa itu
gelombang elektromagnetik, perbedaannya dengan
gelombang mekanik, dan sekaligus menjawab
pertanyaan-pertanyaan apersepsi dan motivasi pada
awal pembelajaran.
Guru menjelaskan konsep-konsep yang mendasari
teori gelombang elektromagnetik oleh para ahli
(Coulomb, Biot-savart, Faraday, Maxwell, dan
Hertz).
Guru menuliskan di papan tulis dan menjelaskan
persamaan cepat rambat yang ditemukan oleh
Maxwell.
Guru memberikan contoh soal beserta penyelesaian
contoh soal matematis persamaan gelombang
elektromagnetik di papan tulis.
dipelajari pada pertemuan I dan kembali menjelaskan
materi jika ada siswa yang bertanya dan belum paham
akan materi.
PERTEMUAN II 2 x 45 menit
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Guru memberikan beberapa pertanyaan lisan kepada
siswa untuk memancing perhatian dan rasa ingin tahu
siswa
Guru menerangkan kepada siswa mengenai apa itu
spektrum gelombang elektromagnetik sekaligus
menjawab pertanyaan-pertanyaan motivasi dan
apersepsi pada awal pembelajaran.
Guru menjelaskan rentang spektrum gelombang
elektromagnetik berdasarkan frekuensi dan panjang
gelombangnya.
Guru menjelaskan persamaan dasar gelombang dan
memberikan contoh soal serta cara mengerjakannya
di depan kelas.
Guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari pada pertemuan II dan kembali menjelaskan
materi jika ada siswa yang bertanya dan belum paham
akan materi.
Guru membagikan lembar PR kepada masing-masing
siswa untuk dikerjakan di rumah sebagai latihan.
PERTEMUAN III 2 x 45 menit
1.
2.
3.
Guru membahas satu persatu jawaban dari soal PR
pada pertemuan sebelumnya.
Guru memberikan beberapa pertanyaan lisan kepada
siswa untuk memancing perhatian dan rasa ingin tahu
siswa.
4.
5.
gelombang radio, sinar inframerah, dan cahaya
tampak pada kehidupan sehari-hari sambil
menayangkan slide power poin.
Guru menjelaskan pengelompokan gelombang radio
berdasarkan frekuensi dan panjang gelombangnya
beserta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari pada pertemuan III dan kembali
menjelaskan materi jika ada siswa yang bertanya dan
belum paham akan materi.
PERTEMUAN IV 2 x 45 menit
1.
2.
3.
4.
5.
Guru memberikan beberapa pertanyaan lisan kepada
siswa untuk memancing perhatian dan rasa ingin tahu
siswa.
Guru menjelaskan kepada siswa mengenai aplikasi
karakteristik sinar UV, sinar-X, dan sinar gamma
pada kehidupan sehari-hari sambil menayangkan slide
power poin.
Guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari pada pertemuan IV dan kembali
menjelaskan materi jika ada siswa yang bertanya dan
belum paha