• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELUANG PASAR BBM INDUSTRI DI SUMATERA UTARA TUGAS SARJANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PELUANG PASAR BBM INDUSTRI DI SUMATERA UTARA TUGAS SARJANA"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELUANG PASAR BBM INDUSTRI DI SUMATERA UTARA

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

oleh

CINTHIA HEASTHY LAROZA NIM : 130403128

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ANALISIS PELUANG PASAR BBM INDUSTRI DI SUMATERA UTARA

TUGAS SARJANA

DiajukanuntukMemenuhiSebagiandari Syarat-syaratMemperolehGelarSarjanaTeknik

Oleh

CINTHIA HEASTHY LAROZA NIM : 130403128

Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 8

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Tugas Sarjana ini merupakan langkah awal bagi penulis untuk mengenal dan memahami lingkungan kerja serta menerapkan ilmu yang telah dipelajari dan diperoleh selama perkuliahan dan ditujukan untuk memenuhi syarat dalam mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul untuk tugas sarjana ini adalah

“Analisis Peluang Pasar BBM Industri di Sumatera Utara”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini masih belum sempurna sehingga diperlukan perbaikan dan penyesuaian lebih lanjut. Untuk itu penulis mengharapkan kritik atau saran yang membangun dari para pembaca.Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga pembaca lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS

MEDAN, Agustus 2018

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah memberikan kesehatan dan ilmu kepada penulis selama masa kuliah dan dalam penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.

Dalam melaksanakan Tugas Sarjana sampai dengan selesainya penelitian ini telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spriritual, informasi maupun administrasi.Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang tua penulis, yaitu Bapak Indra Gunawan Larosa dan ibu Yetni Gea,adik saya Ivan, Dhea, Daniel, dan jojo serta seluruh keluargayang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil dan mendoakan penulis selama pelaksanan Tugas Sarjana dari awal hingga akhir.

2. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, ST, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak mengajarkan ilmu dan meluangkan waktunya untuk bimbingan, arahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

(6)

4. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan yang menjadi bekal penulis dalam meyelesaikan penulisan Tugas Sarjana ini.

5. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Bang Mijo, Bang Nurmansyah, Bang Edi, Kak Rahma, Bu Ester, dan Kak Mia yang banyak membantu dalam penyelesaian administrasi untuk melaksanakan Tugas Sarjana ini.

6. Rekan seperjuangan Tugas Akhiryaitu Andhika, Taufik, Aldi dan Munawir.

7. Teman-teman Para Pencari Tuhan yaitu Yuni, Martha, Sri, Sania, Yohana, teman-teman dari kos 102 yaitu Annisa, Suci, Kiki, Febri, dan Kak del, teman-teman dari Yoseph Eng, dan teman-teman seangkatan penulis yaitu 2013 yang selalu menyemangati penulis selama melaksanakan Tugas Sarjana ini.

8. Kepada Bang Irwan, Pak Andri dan Bang Ivo yang mau meluangkan waktu untuk konsultasi selama melaksanakan Tugas Sarjana ini.

9. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

(7)

ABSTRAK

Konsumen energi terbesar di Provinsi Sumatera Utara adalah sektor transportasi dan yang kedua terbesar adalah sektor industri.Dengan terus meningkatnya kebutuhan BBM, sementara cadangan minyak bumi di Indonesia menipis pemerintah terus mengusahakan pengurangan penggunaan BBM dan meningkatkan penggunaan gas dan batubara sebagai energi alternatif (RUEN, 2007).Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai peluang-peluang pasar BBM khususnya pada sektor industri di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang melihat peluang pasar BBM industri di Sumatera Utara dari hasil deskripsi konsumen BBM, supply BBM dan penggunaan energi lain selain BBM di sektor industri. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa dari segi konsumen, peluang pasar BBM di sektor industri sangat besar karena Sumatera Utara didominasi oleh industri yang intensif menggunakan energi dan dari hasil peramalan diketahui jumlah industri akan terus bertambah hingga tahun 2025 dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 11,57%. Dari segi supply, pengusahaan dan ketersediaan BBM diatur oleh BPH Migas dan hingga saat ini tercatat pada BPH Migas sebanyak 191 badan usaha niaga umum dan 112 badan usaha niaga terbatas.Dilihat dari jumlah fasilitas penyimpanannya, PT. Pertamina (Persero) masih mendominasi dari badan usaha niaga lain yang ada di Sumatera Utara dan di Indonesia. Dari hasil perbandingan penggunaan BBM dengan energi lainya pada tahun 2016 penggunaan BBM masih lebih tinggi dari energi lainnya, namun dari hasil peramalan diketahui pada tahun 2025 energi yang paling banyak digunakan pada sektor industri di Sumatera Utara adalah energi listrik. Diketahui melalui matriks BCG, pada tahun 2016 energi BBM berada pada kuadran cash cow dengan pangsa pasar terbesar, batubara pada kuadran question dan energi listrik, gas dan ebt pada kuadran dog. Namun pada tahun 2025, energi listrik berpindah pada kuadran star dan menjadi energi dengan pangsa pasar terbesar.

Kata kunci :Peluang Pasar

(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxvi

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Perumusan Masalah ... I-6 1.3 Tujuan Penelitian ... I-7 1.4 Manfaat Penelitian ... I-7 1.5 Batasan Masalah dan Asumsi... I-7 1.6 Sistematika Penulisan Laporan ... I-8

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II LANDASAN TEORI ... II-1 2.1 Pasar ... II-1 2.2. Ukuran Pasar ... II-1 2.3. Pangsa Pasar ... II-3 2.4. Segmentasi Pasar ... II-4 2.4.1 Kriteria Segmentasi ... II-5 2.4.2 Penentuan Sasaran Pasar (Market Targeting) ... II-6 2.5. Analisis Peluang Pasar ... II-7 2.6. Peramalan ... II-8 2.6.1. Langkah-langkah Peramalan ... II-8 2.6.2 Metode Peramalan ... II-10 2.6.2.1.Metode Kualitatif ... II-10 2.6.2.2.Metode Kuantitatif ... II-13 2.6.3. Kriteria Performance Peramalan ... II-15 2.6.4. Proses Verifikasi ... II-17 2.6.5. Metode Regresi ... II-19 2.7. Boston Consultan Group Matrix ... II-22

III METODOLOGI PENELITIAN ... III-1 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... III-1 3.2 Jenis Penelitian ... III-1

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.3 Objek Penelitian ... III-1 3.4 Variabel Penelitian ... III-2 3.5 Kerangka Berpikir ... III-3 3.6 Rancangan Penelitian ... III-3 3.7 Pengumpulan Data ... III-5 3.7.1 Metode Pengumpulan Data ... III-5 3.8 Pengolahan Data ... III-5 3.9 Analisis Pemecahan Masalah ... III-6 3.10 Kesimpulan dan Saran ... III-7

IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... IV-1 4.1 Pengumpulan Data ... IV-1 4.1.1Konsumen BBM Industri Sumatera Utara ... IV-1 4.1.2Kebutuhan Total Energi Sektor Industri di

Sumatera Utara ... IV-5 4.1.3 Kebutuhan Total Energi Sektor Industri

per Jenis Energi di Sumatera Utara ... IV-6 4.1.4 Supply BBM Industri di Sumatera Utara ... IV-9 4.1.5 Produksi Energi Indonesia ... IV-14 4.2 Pengolahan Data ... IV-15

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.2.1 Peramalan ... IV-15 4.2.1.1 ... Peramalan Jumlah Industri Besar dan

Sedang di Sumatera Utara ... IV-15 4.2.1.2 .... Peramalan Jumlah Penggunaan BBM di

Sektor Industri ... IV-15 4.2.1.3Peramalan Jumlah Penggunaan Gas di

Sektor Industri ... IV-27 4.2.1.4Peramalan Jumlah Penggunaan

Batubara di Sektor Industri ... IV-28 4.2.1.5Peramalan Jumlah Penggunaan EBT di

Sektor Industri ... IV-29 4.2.1.6Peramalan Jumlah Penggunaan Listrik

di Sektor Industri ... IV-30 4.2.2 Perhitungan Matriks Boston Consultan Group

(BCG) ... IV-32

V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... V-1 5.1 Analisis ... V-1 5.1.1Konsumen BBM Industri ... V-1 5.1.1.1Jumlah Konsumen BBM Industri ... V-1

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.1.1.2Jumlah Industri Berdasarkan Tingkat

Intensif Penggunaan Energi ... V-2 5.1.1.3 Banyak Industri Besar dan Sedang per

Kabupaten/Kota ... V-4 5.1.1.4 Peramalan Jumlah Industri Besar dan

Sedang (Konsumen) ... V-5 5.1.2Supply BBM ... V-6 5.1.3Energi Lainnya ... V-9 5.1.3.1 Perbandingan Penggunaan Energi BBM

dengan Energi Lainnya ... V-9 5.1.3.2 Peramalan Jumlah Penggunaan Masing -

Masing Energi ... V-12 5.1.4Perhitungan Matriks BCG ... V-13 5.2 Pembahasan ... V-15 5.2.1Konsumen ... V-15 5.2.2Supply BBM ... V-16 5.2.3Energi Lainnya ... V-16 5.2.4Perhitungan Matriks BCG ... V-17

(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... VI-1 6.1Kesimpulan ... VI-1 6.2Saran ... VI-2

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Kebutuhan Energi per Sektor di Sumatera Utara dari Tahun

Barrel of Oil) ... I-2 1.2. Jumlah Industri Besar dan Sedang Menurut Kabupaten/

Kota (Unit) di Provinsi Sumatera Utara dari Tahun 2007 –

2016 ... I-2 1.3. Cadangan Minyak di Indonesia dari Tahun 2007 - 2016

(Milyar Barrel) ... I-3 4.1. Jumlah Industri Besar dan Sedang Menurut Kabupaten

/Kota (Unit) di Provinsi Sumatera Utara dari Tahun

2007-2016 ... IV-2 4.2. Jumlah Industri Besar dan Sedang Menurut Golongan

Industri (Unit) di Provinsi Sumatera Utara dari Tahun

2007-2016 ... IV-4 4.3. Kebutuhan Total Energi pada Sektor Industri Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2007 – 2016 ... IV-5 4.4. Kebutuhan BBM pada Sektor Industri Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2007 – 2016 ... IV-6 4.5. KebutuhanGas pada Sektor Industri Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2007 – 2016 ... IV-7

(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

4.6. Kebutuhan Batubara pada Sektor Industri Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2007 – 2016 ... IV-7 4.7. Kebutuhan EBT pada Sektor Industri Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2007 – 2016 ... IV-8 4.8. Kebutuhan Listrik pada Sektor Industri Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2007 – 2016 ... IV-8 4.9. Cadangan Energi Indonesia (BOE) ... IV-15 4.10. Data Jumlah Industri Besar dan Sedang Provinsi Sumatera

Utara Untuk Tahun 2007-2016 ... IV-17 4.11. Perhitungan Parameter Peramalan Jumlah Industri Besar dan

Sedang Provinsi Sumatera Utara dengan Metode Kuadratis . IV-17 4.12. Perhitungan Parameter Peramalan Metode Siklis ... IV-19 4.13. Perhitungan SEE Metode Kuadratis ... IV-21 4.14. Perhitungan SEE Metode Siklis ... IV-21 4.15. Perhitungan Hasil Verifikasi Peramalan Jumlah Industri

Besar dan Sedang Provinsi Sumatera Utara ... IV-23 4.16. Ringkasan Hasil Peramalan Jumlah Industri Besar dan

Sedang Provinsi Sumatera Utara ... IV-25 4.17. Tingkat PertumbuhanJumlah Industri Besar dan Sedang

dari Tahun 2017-2025 ... IV-25

(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

4.18. Data Jumlah Penggunaan BBM di Sektor Industri pada

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2016 ... IV-26 4.19. Ringkasan HasilPeramalan JumlahPenggunaan BBM di

Sektor Industri pada Provinsi Sumatera Utara ... IV-26 4.20. DataJumlahPenggunaan Gas diSektor Industri pada

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2016 ... IV-27 4.21. Ringkasan HasilPeramalan JumlahPenggunaan Gasdi

Sektor Industri pada Provinsi Sumatera Utara ... IV-28 4.22. DataJumlah PenggunaanBatubara diSektor Industri

pada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2016 ... IV-28 4.23. Ringkasan Hasil Peramalan Jumlah Penggunaan

Batubaradi Sektor Industri pada Provinsi Sumatera Utara .... IV-29 4.24. DataJumlah Penggunaan EBT diSektor Industripada

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2016 ... IV-29 4.25. Ringkasan Hasil Peramalan Jumlah Penggunaan

EBTdi Sektor Industri pada Provinsi Sumatera Utara ... IV-30 4.26. DataJumlah PenggunaanListrik diSektor Industri

pada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2016 ... IV-31 4.27. Ringkasan Hasil Peramalan Jumlah Penggunaan

Listrikdi Sektor Industri pada Provinsi Sumatera Utara ... IV-31

(17)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

4.28. RekapanPerhitungan TPPEnergi pada Sektor Industri di

Sumatera Utara Tahun 2016 ... IV-32 4.29. RekapanPerhitungan TPPEnergi pada Sektor Industri di

Sumatera Utara Tahun 2017 - 2025 ... IV-33 4.30. Rekapan Perhitungan Pangsa Pasar Relatif pada Sektor

Industri di Sumatera Utara Tahun 2016 ... IV-34 4.30. Rekapan Perhitungan Pangsa Pasar Relatif pada Sektor

Industri di Sumatera Utara Tahun 2017 - 2025 ... IV-34 5.1. Ringkasan Hasil Peramalan Jumlah Penggunaan Masing -

Masing Energi di Sektor Industri pada Provinsi Sumatera

Utara ... V-12 5.2. Rekapan Perhitungan TPP dan PPR Energi pada Sektor

Industri di Sumatera Utara Tahun 2016 ... V-13 5.3. Rekapan Perhitungan TPP dan PPR Energi pada Sektor

Industri di Sumatera Utara Tahun 2017 - 2025 ... V-14

(18)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Block Diagram Peramalan ... II-9 2.2. Moving Range Chart ... II-18 2.3. Pola Linier ... II-19 2.4. Pola Kuadratis ... II-20 2.5. Pola Eksponensial ... II-21 2.6. Pola Siklis ... II-21 2.7. Matriks BCG ... II-22 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... III-3 3.2. Tahapan Proses Penelitian ... III-4 4.1. Jumlah Badan Usaha yang Memiliki Izin Usaha Hilir

Migas ... IV-12 4.2. Pola Distribusi BBM ... IV-12 4.3. Sebaran Fasilitas Pengangkutan BBM Badan Usaha Per

Provinsi ... IV-13 4.4. Sebaran Fasilitas Penyimpanan BBM Badan Usaha Per

Provinsi ... IV -14 4.5. Scatter Diagram Jumlah Industri Besar dan Sedang

Provinsi Sumatera Utara ... IV -16 4.6. Grafik Uji Hipotesis Jumlah Industri Besar dan Sedang

Provinsi Sumatera Utara dengan Distribusi F ... IV -22

(19)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

4.7. Moving Range Chart Jumlah Industri Besar dan Sedang

Provinsi Sumatera Utara ... IV -24 4.8. Matriks BCG Penggunaan Energi pada Sektor Industri di

Sumatera Utara Tahun 2016 ... IV -35 4.9. Matriks BCG Penggunaan Energi pada Sektor Industri di

Sumatera Utara Tahun 2025 ... IV -35 5.1. Pie Chart Persentase Jumlah Industri Besar dan Sedang

Menurut Golongan Industri ... V-1 5.2. Jumlah Industri Manufaktur Intensif Menggunakan

Energi Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2016 ... V-3 5.3. Jumlah Industri Manufaktur Non Intensif Energi di

Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2016 ... V-3 5.4. Jumlah Industri Bukan Manufaktur di Provinsi Sumatera

Utara ... V-4 5.5. Jumlah Industri Besar dan Sedang Menurut Kabupaten di

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016 ... V-4 5.6. Jumlah Industri Besar dan Sedang Menurut Kota di

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016 ... V-5

(20)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.7. Jumlah Badan Usaha yang Tercatat pada Badan Pengatur Usaha Hilir Migas (BPH Migas) Memiliki Izin Usaha

Hilir BBM ... V-6 5.8. Perbandingan Jumlah Kebutuhan Energi Gas dan BBM

Pada Sektor Industri Provinsi Sumatera Utara dari Tahun

2007-2016 ... V-10 5.9. Perbandingan Jumlah Kebutuhan Energi Batubara dan

BBM Pada Sektor Industri Provinsi Sumatera Utara dari

Tahun 2007-2016 ... V-10 5.10. Perbandingan Jumlah Kebutuhan Energi EBT dan BBM

Pada Sektor Industri Provinsi Sumatera Utara dari Tahun

2007-2016 ... V-11 5.11. Perbandingan Jumlah Kebutuhan Energi Listrik dan

BBM Pada Sektor Industri Provinsi Sumatera Utara dari

Tahun 2007-2016 ... V-12

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Conversion of Energy Unit to BOE... L-1 2. Coal Resouces, Reserves and Supply ... L-2 3. Oil Reserves ... L-3 4. LPG Supply ... L-4 5. Natural Gas Reserves and Production ... L-5 6. Produksi Minyak Mentah Menjadi Bahan Bakar ... L-6 7. Jumlah Industri Besar dan Sedang Provinsi Sumatera Utara

Menurut Kabupaten/Kota ... L-7 8. Jumlah Industri Besar dan Sedang Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan Golongan Industri ... L-8 9. Pola Distribusi BBM di Sumatera Utara (PT. Pertamina Persero) ... L-9 10. Sebaran Kapasitas Penyimpanan BBM Per Provinsi Tahun 2017 .... L-10 11. Sebaran Fasilitas Pengangkutan BBM Badan Usaha Per Provinsi ... L-11 12. Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana ... L-12 13. Surat Keputusan Tugas Sarjana Mahasiswa ... L-13 14. Form Asistensi Dosen Pembimbing ... L-14

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasar bersifat dinamis, kebutuhan pelanggan, kompetitor dan lingkungan terus berubah maka harus terus dicari peluang-peluang baru untuk merancang perubahan strategi pemasaran atau merancang strategi pemasaran yang baru (Cannon, 2008). Langkah awal dalam mengembangkan rencana pemasaran strategis adalah memantau dan menganalisis peluang serta tantangan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor luar perusahaan (Boyd, 2000). Begitu juga dengan pasar BBM, seiiring waktu kebutuhan pelanggan, kompetitor dan lingkungan pasar BBM terus berubah.

Bahan Bakar Minyak adalah bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari minyak bumi (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011) yang merupakan salah satu sumber energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia dalam berbagai sektor.

Berdasarkan penggunanya, BBM dikelompokkan menjadi beberapa sektor, yaitu sektor industri, rumah tangga, komersial, transportasi, dan sektor lainnya.

Pengguna BBM sektor industri adalah kelompok pengguna BBM untuk proses industri seperti memanaskan boiler, pemanasan langsung, pencahayaan dan mesin dan peralatan, tetapi tidak termasuk energi yang digunakan untuk generator listrik untuk industri. Pengguna BBM sektor rumah tangga adalah kelompok pengguna

(23)

energi yang menggunakan BBM untuk memasak, pencahayaan, dan peralatan rumah tangga tetapi tidak termasuk konsumsi energi untuk kendaraan pribadi.

Pengguna BBM sektor komersial adalah kelompok pengguna BBM yang digunakan untuk pencahayaan, AC (Air Conditioning), alat-alat mesin, peralatan memasak, dan pemanas air, tetapi tidak termasuk konsumsi untuk kendaraan/transportasi. Pengguna BBM yang termasuk dalam grup ini adalah perniagaan dan bisnis umum seperti: perdagangan, hotel, restoran, lembaga keuangan, lembaga pemerintah, sekolah, rumah sakit. Pengguna BBM sektor transportasi adalah kelompok pengguna yang menggunakan BBM untuk transportasi kendaraan (Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2017).

Pada Provinsi Sumatera Utara total kebutuhan energi per sektor dari tahun 2007 – 2016 menurut data Regional Energi Outlook Sumatera Utara Province adalah sebagai berikut.

Tabel 1.1. Kebutuhan Energi per Sektor di Sumatera Utara dari Tahun 2007-2016 (Barrel of Oil)

Tahun Industri Rumah Tangga Komersil Transportasi Lainnya Total 2007 7.347.000 5.832.000 2.957.000 11.516.000 1.900.000 29.552.000 2008 7.741.000 6.197.000 2.632.000 12.594.000 2.245.000 31.409.000 2009 8.170.000 6.197.000 3.327.000 13.961.000 2.159.000 33.814.000 2010 8.926.000 6.342.000 3.405.000 15.114.000 2.245.000 36.032.000 2011 9.389.000 6.707.000 3.498.000 16.330.000 2.332.000 38.256.000 2012 10.272.000 7.144.000 3.892.000 17.405.000 2.591.000 41.304.000 2013 10.976.000 7.436.000 3.831.000 18.998.000 2.332.000 43.573.000 2014 11.769.000 7.363.000 4.743.000 20.594.000 2.504.000 46.973.000 2015 12.969.000 7.728.000 4.831.000 21.829.000 2.850.000 50.207.000 2016 14.256.000 8.529.000 5.014.000 23.546.000 2.677.000 54.022.000 Sumber: CAREPI Team Sumatera Utara, 2006

Seperti yang dapat dilihat pada tabeldiatas, konsumen energi terbesar di

(24)

adalah sektor industri. Dilihat dari pengguna-nya, pada sektor transportasi, melalui data BPS Provinsi Sumatera Utara diketahui jumlah kendaraan bermotor (unit) yang terdata dari tahun 2007 sampai 2016 di Sumatera Utara meningkat setiap tahunnya, sementara pada sektor industri jumlah industri besar dan sedang dari tahun 2007 sampai tahun 2016 berfluktuasi. Berikut ini merupakan data jumlah industri besar dan sedang (unit) dari tahun 2007 – 2016 berdasarkan data Badan Pusat Statistik.

Tabel 1.2. Jumlah Industri Besar dan Sedang Menurut Kabupaten/Kota (Unit) di Provinsi Sumatera Utara dari Tahun 2007 – 2016

Tahun Jumlah Industri (Unit)

2007 1.185

2008 1.109

2009 1.044

2010 1.002

2011 1.007

2012 1.023

2013 1.005

2014 1.027

2015 960

2016 1.545

Sumber: Badan Pusat Statistik

Untuk pengusahaan BBM di Indonesia, pada awalnya pengusahaan dan pasar bahan bakar minyak di Indonesia dimonopoli oleh Pertamina (berdasarkan UU No. 8 Tahun 1971). Namun sejak Undang-Undang tersebut dicabut dan kemudian dikeluarkannya Undang-undang No. 22 Tahun 2001 tentang Migas, minyak dan gas bumi kembali diserahkan ke pemerintah sebagai Pemegang Kuasa Pertambangan (Pasal 4 Ayat 2). Dengan demikian, melalui UU Migas,

(25)

pengusahaan Migas menjadi terbuka. Badan Usaha (seperti BUMN, BUMD, Koperasi, Usaha Kecil dan Badan Usaha Swasta) dan Bentuk Usaha Tetap (perusahaan multinasional/asing) berkesempatan terlibat bisnis Migas (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011). Dengan terbukanya pengusahaan Migas di Indonesia, PT. Pertamina (Persero) harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain, seperti Shell Chemical Indonesia (SCI), Aneka Kimia Raya (AKR), Petronas Niaga Indonesia dan Total Oil Indonesia (TOI), dll.

Sejak dikeluarkannya Undang-undang No. 22 Tahun 2001, penyediaan dan pendistribusian BBM di Indonesia diatur oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) dan setiap kegiatan hilir Migas di Indonesia harus mempunyai izin usaha dari BPH Migas. Badan usaha yang melaksanakan kegiatan niaga, wajib menjamin ketersediaan Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, Bahan Bakar Lain dan/atau Hasil Olahan secara berkesinambungan pada jaringan distribusi niaganya (Peraturan Pemerintah, 2004). Hingga Desember 2017, telah tercatat di Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) sebanyak 191 pemilik izin usaha untuk perizinan Niaga Umum dan untuk perizinan Niaga Terbatas tercatat 112 pemilik izin usaha termasuk PT. Pertamina.

Sementara itu, seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi setiap tahunnya, cadangan minyak di Indonesia semakin menurun. Berdasarkan data Outlook Energy Indonesia, berikut ini adalah data cadangan minyak di Indonesia dari tahun 2007 – 2016.

Tabel 1.3. Cadangan Minyak di Indonesia dari Tahun 2007-2016 (Milyar Barrel)

(26)

Tahun Terbukti Potensi Total 2007 3,99 4,41 8,40 2008 3,75 4,47 8,22 2009 4,30 3,70 8,00 2010 4,23 3,53 7,76 2011 4,04 3,69 7,73 2012 3,74 3,67 7,41 2013 3,69 3,86 7,55 2014 3,62 3,75 7,37 2015 3,60 3,70 7,31 2016 3,31 3,94 7,25

Sumber: KESDM, 2017

Dengan meningkatnya kebutuhan BBM, sementara cadangan minyak bumi di Indonesia menipis pemerintah terus mengusahakan pengurangan penggunaan BBM dan meningkatkan penggunaan gas dan batubara sebagai energi alternatif (Peraturan Pemerintah, 2014). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai peluang-peluang pasar BBM khususnya pada sektor industri di Provinsi Sumatera Utara.

Penelitian mengenai analisis peluang juga pernah dilakukan sebelumnya oleh Zuhendrawan, dkk dari Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Pekanbaru dengan judul penelitian “Analisis Peluang Pasar Penjualan Pelumas Pertamina Enduro pada PT. Natiotama Pusaka Contrada di Kota Pekanbaru”. Penelitian ini berisi mengenai analisis peluang penjualan pelumas Pertamina Enduro di PT.

Natiotama Pusaka Contrada di Pekanbaru dan menemukan alternatif kebijakan pemasaran yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk memperluas peluang pasar.

Informasi didapatkan dari hasil interview dan juga dari hasil analisis data sekunder dari perusahaan, kemudian dianalisis dengan cara menghitung potensi,

(27)

disimpulan bahwa hasil dari perhitungan potensi pasar, peramalan pasar dan peramalan peluang potensi penjualan pasar dari penjualan pelumas Pertamina Enduro cukup besar dan meningkat setiap tahunnya dan dari hasil analisis ini diambil alternatif-alternatif kebijakan pemasaran.

Penelitian lainnya mengenai analisis peluang oleh Ira Fitriana, dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dengan judul penelitian “Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi di Sektor Industri – OEI 2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kebutuhan dan penyediaan energi di sektor industri dan melihat peluang pemanfaatan teknologi hemat energi pada beberapa jenis industri.

Dari dua penelitian diatas dapat dijadikan landasan bahwa analisis peluang pasar BBM industri di Provinsi Sumatera Utara juga dapat dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, karena seiring meningkatnya kebutuhan dan harga BBM, sementara cadangan BBM menipis pemerintah terus mengusahakan pengurangan penggunaan BBM dan meningkatkan gas dan batubara sebagai energi alternatif. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai peluang-peluang pasar BBM pada sektor industri di Provinsi Sumatera Utara.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui peluang pasar BBM industri di Sumatera Utara.

(28)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi mahasiswa

Memperoleh peluang untuk dapat memecahkan dan mencari solusi untuk permasalahan-permasalahan yang ada dari sudut pandang akademis.

2. Manfaat bagi pemerintah

Laporan penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah untuk mengetahui informasi mengenai peluang pasar BBM industri di Medan.

3. Bagi Departemen Teknik Industri USU

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi menyelesaikan permasalahan analisis peluang pasar di Sumatera Utara.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Agar penyelesaian masalah tidak menyimpang dari tujuan dan menghindari kemungkinan meluasnya pembahasan dari yang seharusnya diteliti, maka penulis membuat batasan masalah dan asusmsi. Batasan masalah yang digunakan yaitu:

1. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara.

2. Penelitian ini hanya meneliti pasar BBM sektor industri (tidak termasuk BBM untuk Marine).

3. Penelitian ini hanya membahas peluang, tidak sampai pada strategi pemasaran.

(29)

4. Untuk konsumen BBM industri, pada penelitian ini hanya menggunakan data perusahaan besar dan sedang.

5. Pada penelitian ini menggunakan data dari tahun 2007 – 2016.

6. Penelitian ini menggunakan data ramalan dari Regional Energy Outlook Sumatera Utara Province

Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Data ramalan dari Regional Energy Outlook Sumatera Utara Province adalah data aktual

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan dari tugas sarjana akan disajikan dalam Bab I hingga Bab VII.

Dalam Bab I Pendahuluan diuraikan latar belakang permasalahan yang mendasari dilakukannya penelitian, perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan laporan penelitian.

Dalam Bab II Gambaran Umum Instansi diuraikan sejarah singkat dari BPS Sumatera Utara, struktur organisasi, dan lokasi.

Dalam Bab III Landasan Teori diuraikan teori-teori yang mendukung pemecahan permasalahan penelitian. Teori yang digunakan berhubungan dengan teori peluang pasar dan peramalan.

Dalam Bab IV Metodologi Penelitian diuraikan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian seperti penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian,

(30)

objek penelitian, variabel penelitian, kerangka konseptual penelitian, blok diagram prosedur penelitian, pengumpulan data, metode pengolahan data, analisis pemecahan masalah, serta kesimpulan dan saran.

Dalam Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data diuraikan data-data yang dikumpulkan peneliti yang berhubungan dengan pemecahan permasalahan penelitian, serta bagaimana data-data tersebut diolah untuk memperoleh hasil yang menjadi dasar pemecahan permasalahan tersebut.

Dalam Bab VI Analisis dan Pembahasan diuraikan analisis terhadap hasil dari pengolahan data dan diskusi terhadap pemecahan masalah dalam penelitian.

Dalam Bab VII Kesimpulan dan Saran diuraikan kesimpulan yang diperoleh dari analisis dan pembahasan, serta saran-saran yang bermanfaat dan pengembangan penelitian selanjutnya.

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pasar

Menurut Joseph P. Cannon, secara umum pasar (market) adalah sekelompok pelanggan potensial dengan kebutuhan-kebutuhan yang serupa yang mau menukarkan sesuatu yang berharga dengan para penjual yang menawarkan berbagai barang atau jasa. Namun, dalam suatu pasar umum, para manajer yang berorientasi pemasaran menyusun bauran pemasaran untuk pasar target yang spesifik.

2.2. Ukuran Pasar

Ukuran suatu pasar tergantung pada jumlah pembeli yang berada dalam pasar tersebut. Pembeli potensial biasanya memiliki tiga karakteristik pokok, yaitu memiliki minat, penghasilan dan akses. Berdasarkan ketiga karakteristik tersebut terdapat 5 jenis pasar, yaitu:

1. Pasar Potensial

Pasar potensial merupakan sekumpulan konsumen yang memiliki tingkat tertentu terhadap penawaran pasar tertentu. Misalnya, semua orang yang menyatakan berminat untuk membeli sebuah mobil.

2. Pasar yang tersedia

Pasar yang tersedia yaitu sekumpulan konsumen yang memiliki minat, penghasilan dan akses pada penawaran pasar tertentu. Dalam pasar yang

(32)

tersedia, konsumen juga memiliki kemampuan daya beli untuk membeli suatu barang yang diinginkan dan hambatan akses pun juga teratasi. Misalnya, konsumen yang membeli mobil dan mobil tersebut memang tersedia di wilayah tersebut.

3. Pasar tersedia yang memenuhi syarat

Pasar tersedia yang memenuhi syarat ialah sekumpulan konsumen yang memiliki minat, penghasilan, akses dan kualifikasi untuk penawaran pasar tertentu. Misalnya pemerintah melarang penjualan mobil kepada orang yang belum berusia 17 tahun.

4. Pasar yang dilayani

Pasar yang dilayani merupakan bagian dari qualified available market yang ingin dimasuki perusahaan. Misalnya, produsen mobil memutuskan untuk memusatkan perhatian pemasaran dan distribusinya di Pulau Jawa, maka Pulau Jawa menjadi pasar yang dilayani

5. Pasar penetrasi

Pasar penetrasi merupakan sekumpulan konsumen yang benar-benar telah membeli produk. Jadi, yang termasuk dalam pasar penetrasi adalah mereka yang sungguh-sungguh telah membeli mobil pada produsen tersebut.

Menurut John Davis (2006), dalam menentukan ukuran pasar atau “total pasar” tergantung pada berbagai faktor, apakah dalam bentuk unit ataupun dalam bentuk satuan mata uang. Dalam menentukan ukuran pasar, digunakan rumus:

Mt = C x Q Dimana:

(33)

Mt = total pasar (dalam unit atau mata uang) C = total jumlah konsumen

Q = kuantitas rata-rata produk yang dibeli konsumen

2.3. Pangsa Pasar

Pangsa pasar (Market Share) dapat diartikan sebagai bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau prosentasi penjualan suatu perusahaan terhadap total penjualan para pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu (William J.S, 1984). Jika suatu perusahaan dengan produk tertentu mempunyai pangsa pasar 35%, maka dapat diartikan bahwa jika penjualan total produk- produk sejenis dalam periode tertentu adalah sebesar 1000 unit, maka perusahaan tersebut melalui produknya akan memperoleh penjualan sebesar 350 unit.

Besarnya pangsa pasar setiap saat akan berubah sesuai dengan perubahan selera konsumen, atau berpindahnya minat konsumen dari suatu produk ke produk lain (Charles W. Lamb, 2001). Terdapat empat karakteristik yang mempengaruhi pengguna dalam melakukan pembelian yaitu faktor budaya (budaya, subbudaya, dan kelas sosial), faktor sosial (kelompok keluarga, peran, dan status), faktor pribadi (umur, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian), dan faktor psikologis (pengetahuan, motivasi, keyakinan, dan sikap).

Proses keputusan membeli seorang pengguna melewati lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli, dan tingkah laku pasca pembelian (Kotler, 1993) Strategi pemasaran

(34)

bisa digolongkan atas dasar pangsa pasar yang diperoleh suatu perusahaan, maka terbagi atas 4 kelompok, yaitu :

1. MarketLeader, disebut pimpinan pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 40% atau lebih.

2. MarketChalengger, disebut penantang pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 30%

3. MarketFollower, disebut pengikut pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 20%.

4. MarketNitcher, disebut juga penggarap relung pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 10% atau kurang.

2.4. Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar adalah kegiatan mebagi-bagi pasar yang bersifat heterogen dari suatu produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen. Jadi, perusahaan membagi pasarnya ke dalam segmen-segmen pasar tertentu dimana masing-masing segmen tersebut bersifat homogen. Hal ini disebabkan karena dalam kenyataannya banyak produk yang bersifat heterogen bagi seluruh pasar, atau produk tersebut hanya diperlukan oleh kelompok pasar tertentu saja. Sedangkan homogenitas masing-masing segmen tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dalam kebiasaan membeli, cara penggunaan barang, kebutuhan pemakai, motif pembelian, tujuan pembelian dan sebagainya.

(Swastha, 1997).

(35)

2.4.1. Kriteria Segmentasi

Dalam segmentasi pasar ini manajemen harus memiliki kriteria tertentu agar menempatkannya dalam posisi yang lebih baik. Setiap kriteria yang dipakai harus dapat dibuat ukuran-ukurannya. Tingkat permintaan rata-rata untuk suatu merk harus berbeda antara segmen yang satu dengan yang lainnya. Begitu pula tingkat sensitivitas pembeli terhadap kebijaksanaan promosi dan pemasaran perusahaan. Selain itu, media advertensi tertentu (seperti surat-kabar daerah) harus tersedia supaya segmen tersebut dapat dicapai secara efisien. Akhirnya, segmen itu harus cukup besar sehingga strategi segmentasi dapat diutamakan untuk peningkatan laba.

Adapun dasar-dasar yang dapat dipakai untuk segmentasi pasar ini adalah:

1. Faktor demografi, seperti : umur, kepadatan penduduk, jenis kelamin, agama, kesukuan, pendidikan dan sebagainya.

2. Tingkat penhasilan

Faktor sosiologis, seperti: kelompok budaya, klas-klas sosial dan sebagainya.

3. Faktor psikologis/psikografis, seperti: kepribadian, sikap, manfaat produk yang diinginkan dan sebagainya.

Selain faktor-faktor tersebut juga masih ada satu faktor lagi, yaitu faktor geografis, seperti: daerah sejuk, daerah panas (pantai) dan sebagainya (Swastha, 1997).

(36)

2.4.2. Penentuan Sasaran Pasar (Market Targeting)

Ada tiga alternatif strategi yang dapat ditempuh oleh perusahaan untuk memilih pasar yang dituju (dalam menghadapi heteroginitas pasar) (Swastha, 1997).

1. Undifferentiated marketing

Di dalam undifferentiated marketing, perusahaan berusaha meninjau pasar secara keseluruhan, memusatkan pada kesamaan-kesamaan dalam kebutuhan konsumen, dan bukannya pada segmen pasar yang berbeda-beda dengan kebutuhan konsumen yang berbeda pula. Perusahaan mencoba untuk mengembangkan produk tunggal yang dapat memenuhi keinginan semua atau banyak orang. Sebagai contoh: Cola-cola yang rasanya disukai banyak orang.

Penggunaan strategi undifferentiated marketing ini didasarkan pada alasan penghematan ongkos-ongkos (standarisasi dan produk massal). Karena product linenya sempit, maka ongkos produksi, penyimpanan dan pengangkutan dapat ditekan.

2. Differentiated marketing

Dalam strategi ini, perusahaan mencoba untuk mengidentifikasikan kelompok- kelompok pembeli tertentu (segmen pasar) dengan membagi pasar ke dalam dua kelompok atau lebih. Jadi, dalam strategi ini perusahaan berusaha untuk:

a. Memilih sub-grup/kelompok-kelompok yang akan dilayaninya.

b. Merencanankan produk yang dapat memberikan kepuasan kepada kelompok-kelompok tersebut.

(37)

Jadi, strategi differetiated marketing ini dapat meningkatkan penjualan dan menaikkan biaya-biaya.

3. Concentrated marketing

Dalam concentrated marketing ini perusahaan hanya memusatkan usaha pemasarannya pada satu atau beberapa kelompok pembeli saja (kalau undifferentiated dan differentiated marketing itu mencakup seluruh pasar).

Adapun tujuan-tujuan ditempuhnya strategi ini oleh perusahaan antara lain:

a. Untuk memperoleh kedudu\1kan yang kuat dalam suatu segmen yang dilayaninya.

b. Untuk memperoleh penghematan-penghematan dalam operasinya karena adanya spesialisasi dalam produksi, distribusi, dan promosi.

c. Untuk mendapatkan return on investment yang tinggi. Hal ini mungkin terjadi bilamana segmen pasarnya dipilih dengan tepat.

2.5. Analisis Peluang Pasar

Peluang pasar adalah besarnya pasar yang masih diharapkan untuk menyerap produk perusahaan itu. Menurut Kotler, peluang pasar adalah sebuah arena yang menarikkegiatan pemasaran dalam perusahaan tertentu yang akan meraih keunggulan bersaing (Jushermi dan Musbar, 2014). Alasan perlu dilakukan analisa peluang pasar antara lain menurut Basu dan Irawan (Basu dan Irawan, 2001):

1. Banyak perusahaan yang memulai usahanya karena mereka mengetahui adanya kesempatan yang sangat baik. Jadi dapat dikatakan bahwa perusahaan itu

(38)

mempunyai suatu tujuan atau akan melakukan sesuatu karena adanya sesuatu (kesempatan).

2. Banyak perusahaan yang belum mepunyai tujuan secara jela, sulit mengatakan tentang apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Dari segi lain mereka ini mengetahui tentang adanya kesempatan yang jelas.

3. Banyak perusahaan yang mengubah tujuannya bilamana kesempatan yang ada berubah.

2.6. Peramalan

Peramalan (Ginting, 2009) merupakan bagian awal dari suatu proses pengambilan suatu keputusan. Sebelum melakukan peramalan harus diketahui terlebih dahulu apa sebenarnya persoalan dalam pengambilan keputusan itu.

Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang.

Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess), tetapi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu, maka peramalan menjadi lebih sekedar perkiraan. Peramalan dapat dikatakan perkiraan ilmiah (educated guess).

Setiap pengambilan keputusan yang menyangkut keadaan di masa yang akan datang, maka pasti ada peramalan yang melandasi pengambilan keputusan tersebut.

2.6.1. Langkah-langkah Peramalan

Langkah-langkah dalam melakukan peramalan adalah :

(39)

1. Tentukan tujuan peramalan 2. Pembuatan diagram pencar

3. Pilih minimal dua metode peramalan yang dianggap sesuai 4. Hitung parameter-parameter fungsi peramalan.

5. Hitung kesalahan setiap metode yang terbaik, yaitu yang memiliki kesalahan terkecil

6. Pilih metode yang terbaik, yaitu yang memiliki kesalahan terkecil.

7. Lakukan verifikasi peramalan.

Langkah I:

Defenisikan Tujuan Peramalan

Langkah II:

Buat Diagram Pencar

Langkah III:

Pilih beberapa metode

Langkah IV:

Hitung parameter- parameternya

Langkah V:

Hitung setiap kesalahan setiap

metode

Langkah VI:

Pilih Metode dengan kesalahan terkecil

Langkah VII:

Verifikasi Peramalan

Sumber : Rosnani Ginting, Sistem Produksi, 2009

Gambar 2.1.Block Diagram Peramalan

(40)

2.6.2. Metode Peramalan

Metode peramalan dapat diklasifikasi atas dua kelompok besar yaitu metode kualtatif dan kuantitaif. Kedua kelompok tersebut memberikan hasil peramalan yang kuantitatif. Perbedaannya terletak pada pertimbangan akal sehat (human judgement) dan pengalaman. Model kuantitatif adalah sebuah prosedur formal yang menggunakan model matematik dan data masa lalu untuk memproyeksikan kebutuhan dimasa yang akan datang (Sinulingga, 2013).

2.6.2.1. Metode Kualitatif

Metode kualitatif pada umunya digunakan apabila data kuantitatif tentang permintaan masa lalu tidak tersedia atau akurasinya tidak memadai.

Misalnya peramalan tentang permintaan produk baru yang akan dikembangkan, jelas data masa lalu tidak tersedia, kalau kondisi lingkungnan masa yang akan datang sama sekali yang sudah berbeda dengan kondisi masa lalu maka keberadaan data masa lalu itu tidak akan menolong peramalan permintaan masa yang akan datang.

Apabila data masa lalu tidak tersedia atau tidak memadai maka satu- satunya metode adalah kualitatif. Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan yaitu pertama peramalan berdasarkan penaksiran secara langsung digunakan sebagai dasar koreksi terhadap hasil peramalan. Metode peramalan yang umum yang digunakan dalam perencaan produksi ialah :

(41)

1. Keputusan Manajemen

Keputusan manajemen yang sering juga disebut dengan jury of executive opinion merupakan metode umum yang paling umum digunakan dalam memperkirakan besarnya permintaan produk untuk jangka panjang.

Sekelompok anggota eksekutif dari bagian marketing, engineering, manufacturing, beretemu dan berdiskusi tentang isu-isu yang terkait dengan perusahaan dan melakukan perkiraan ke depan tentang besarnya permintaan sehunungan dengan isu-isu yang dibahas.

2. Teknik Delphi

Untuk melakukan permalan jangka panjang dalam lingkungn yang cukup kompleks yaitu perkembangan yang kompleks yaitu perkembangan teknologi yang pesar, perubahan kondisi ekonomi global dan suasana geopolitik yang berubah cepat, sering dibutuhkan sering dibutuhkan pembentukan sebuah panel yang beranggotakan para palar atau ahli dari berbagai latar belakang pengalaman dari luar perusahaan. Untul menghindarkan kemungkinan munculnya pihak dominan maka para pakar ini tidak dipertemukan satu sama lain bahkan mungkin pula tidak saling mengetahui keterlibatan masing-masing.

Mereka secara terpisah diminta memberikan pendapat masing-masing terhadap sejumlah hal yang diajukan sebagai pertanyaan. Jawaban dari setiap anggota panel dianalisa, dan dihitung rata-ratanya dn kemudian kepada panelis yang memberikan jawaban yang mempunyai deviasi yang tinggi diminta untuk memberikan alasan.

3. Gabungan Pendapat Tenaga Penjual

(42)

Para penjual karena selalu berada pada posisi paling epan di pasar memahami benar perilaku pembeli. Apabila mereka diberi kesempatan menyampaikan pendapat sesuai dengan pengalaman masing-masing dan pendapat mereka digabung secara bersama akan diperoleh sebuah hasil peramalan yang cukup terpecaya. Namun demikian, penggunaan data perkiraan berdasarkan pendapat para tenaga penjual ini dapat mengandung penyimpangan karena faktor subjektivitas masing-masing tenaga penjual tersebut.

4. Riset Pasar

Riset pasar adalah pengumpulan data secara sistematis dan analisis terhadap fakta-fakta yang berhubungan dengan pemasaran. Maksudnya ialah mencari solusi terhadap masalah yang berhubungan dengan produk dan metode marketing. Salah satu bentuk riset pasar ialah survei pelanggan dimana informasi mengenai preferensi pelanggan dicari dengan menyampaikan kuesioner kepada sejumlah pelanggan yang ditentukan sebagai sampel. Riset pasar sering digunakan untuk meramalkan jumlah permintaan terhadap produk baru.

5. Analogia Historis

Pertumbuhan permintaan terhadpa produk baru kadang-kadang diramalkan berdasarkan metode analogis historis dari produk dan teknologi yang terkait dengan produk tersebut. Misalnya, peramalan tentang jumlah permintaan terhadap videocassette recorders dilakukan berdasarkan pertumbuha permintaan terhadap televisi hitam putih dan televisi berwarna.

(43)

6. Kurva Siklus Daur Hidup

Kurva daur hidup sering dikembangkan untuk produk-produk yang baru. Kurva ini terutama untuk peramalan permintaan produk-produk yang mempunyai daur hidup beberapa tahun seperti microcomputer dan produk- produk lainnya.

Kurva daur hidup juga sering disebut dengan kurva-S. Permintaan pada awalnya cukup rendah, kemudian berumbuh pada kecepatan tertentu dan kemudian menurun pada saat pasar telah memasuki fase kejenuhan dan kemudian mendatar.

2.6.2.2. Metode Kuantitatif

Peramalan berdasarkan metode kuantitatif mempunyai asumsi bahwa data permintaan masa lalu dari produk atau item yang diramalkan mempunyai pola yang diperkirakan masih berlanjut ke masa yang akan datang. Pola permintaan tersebut mungkin kurang jelas terlihat karena faktor random yang menghasilkan fluktuasi. Peramalan mencakup analisis masa lalu untuk menemukan pola permintaan pada masa yang akan datang. Karena metode peramalan intrinsik ini didasarkan pada asumsi bahwa pada asumsi bahwa pola permintaan masa lalu mampu memproyeksian titik belok yaitu perubahan permintaan secara tiba-tiba. Untuk peramalan jangka pendek masalah demikian tidak akan ditemui.

1. Analisis Time Series

Analisis time series menemukan bagaimana indikator produk tertentu bervariasi terhadap waktu. Time series adalah serangkaian observasi terhadapa

(44)

suatu variabel tertentu yang dilakukan secara diskrit. Analisis time series mengasumsikan bahwa time series dapat didekomposisikan ke dalam sejumlah komponen atau faktor-faktor terkait dan kemudian masing-masing komponen diidentifikasikan.

Dengan menggunakan faktor-faktor diatas, model peramalan berdasarkan time series dapat dijelaskan sebagai berikut :

Y=TCSR dimana, Y = nilai peramalan

T = trend

C = siklus variasi sekitar trend S = variasi musiman

R = residu atau variasi lainnya yang tidak dapat dijelaskan a. Trend (T)

Trend ialah salah satu komponen peramalan yang menunjukkan kecenderungan yang dapat dilihat dari pola permintaan masa lalu. Bila tisak ada trend naka permintaan bersifat konstan.

b. Siklus (C)

Siklus adalah pergerakan yang bergantian antara puncak dan lembah.

c. Variasi musiman (S)

Variasi musiman adalah pola permintaan tinggi dan rendah yang terjadi berulang-ulang setiap tahun. Variasi ini pada umumnya terjadi karena faktor musim, baik karena iklim mupun kebiasaan manusia misalnya musim lebaran, musim liburan, tahun baru, natal lain-lain yang terjadi setiap tahun.

(45)

d. Residu (R)

Residu menggambarkan kesempatan terjadinya variasi karena faktor random. Variasi ini tidak dapat dijelaskan oleh trend, siklus atau pun pergerakan musiman. Residu ini tidak dapat diramalakn karena tidak diketahui faktro penyebab terjadinya.

2.6.3. Kriteria Performance Peramalan

Seorang perencana tentu menginginkan hasil perkiraan ramalan yang tepat atau paling tidak dapat memberikan gambaran yang paling mendekati sehingga rencana yang dibuatnya merupakan rencana yang realistis. Ketepatan atau ketelitian inilah yang menjadi kriteria performance suatu metode peramalan.

Ketepatan atau ketelitian tersebut dapat dinyatakan sebagai kesalahan dalam peramalan. Kesalahan yang kecil memberikan arti ketelitian peramalan yang tinggi, dengan kata lain keakuratan hasil peramalan tinggi, begitu pula sebaliknya (Ginting, 2009).

Besar kesalahan suatu peramalan dapat dihitung dengan beberapa cara, antara lain adalah:

1. Mean Square Error (MSE) MSE = 𝑁𝑁𝑡𝑡=1(𝑋𝑋𝑇𝑇−𝐹𝐹𝑇𝑇)2

𝑁𝑁

Di mana:

Xt = data aktual periode t Ft = nilai ramalan periode t N = banyaknya periode

(46)

2. Standard Error of Estimate (SEE)

SEE = �𝑁𝑁𝑡𝑡=1(𝑋𝑋𝑁𝑁−𝑓𝑓𝑇𝑇−𝐹𝐹𝑇𝑇)2 Di mana:

f = derajat kebebasan untuk data konstan, f = 1 untuk data linier, f = 2 untuk data kuadratis, f = 3 untuk data siklis, f = 3 3. Percentage Error (PE)

PEt = (𝑋𝑋𝑇𝑇−𝐹𝐹𝑇𝑇)

𝑋𝑋𝑇𝑇 𝑥𝑥 100%

Di mana nilai dari PE PEt bisa positif ataupun negatif.

4. Mean Absolute Percentage Error (MAPE) MAPE = 𝑁𝑁𝑡𝑡=1|PEt|

𝑁𝑁

5. Mean Percentage Error (MPE)

6. Mean Absolute Deviation (MAD)

7. Sum of Squared Error (SSE)

Keakuratan suatu model peramalan bergantung pada seberapa dekat nilai hasil peramalan terhadap nilai data yang sebenarnya. Perbedaan atau selisih

( )

n Y x100

Y Y MPE

n

1

t t

t

t

=

=

( )

n Y Y MAD

n

t

t

t

=

= 1

(47)

antara nilai aktual dan nilai ramalan disebut sebagai “kesalahan ramalan (forecast error)” atau deviasi yang dinyatakan dala

et = Y(t) – Y’(t) Dimana : Y(t) = Nilai data aktual pada periode t Y’(t) = Nilai hasil peramalan pada periode t t = Periode peramalan

Maka diperoleh jumlah kuadrat kesalahan peramalan yang disingkat SSE (Sum of Squared Errors)

SSE = Σe(t)2= Σ[Y(t)-Y’(t)]2

2.6.4. Proses Verifikasi

Proses verifikasi digunakan untuk melihat apakah metode peramalan yang diperoleh representatif terhadap data. Proses verifikasi dilakukan dengan menggunakan Moving Range Chart (MRC). Dari peta ini dapat terlihat apakah sebaran berada didalam batas kontrol ataupun sudah diluar kontrol. Apabila sebaran berada diluar kontrol, maka fungsi/metode peramalan tersebut tidak sesuai, artinya pola peramalan terhadap data (Y-YF) tersebut tidak representatif.

Proses verifikasi dengan menggunakan Moving Range Chart (MRC) dapat dilihat pada Gambar 2.2.

(48)

A

B C

A B

C Y-Yf

UCL = 2.66 MR

-1/3 x 2.66 MR -2/3 x 2.66 MR Central Line = MR

2/3 x 2.66 MR 1/3 x .66 MR

LCL = -2.66 MR

Sumber :Rosnani Ginting, Sistem Produksi, 2009

Gambar 2.2.Moving Range Chart

Harga MR diperoleh dari :

1

1

2

=

=

N MR R

M

N

t t

Dimana :MRt =

(

YtYTt

) (

Yt1YFt1

)

atau : MRt =etet1

Kondisi out of control dapat diperiksa dengan menggunakan empat aturan berikut:

1. Aturan Satu Titik

Bila ada titik sebaran (Y-YF) berada di luar UCL dan LCL.Walaupun jika semua titik sebaran berada dalam batas kontrol, belum tentu fungsi/metode representatif.Untuk itu penganalisaan perlu dilanjutkan dengan membagi MRC dalam tiga daerah, yaitu A, B, dan C.

2. Aturan Tiga Titik

Bila ada tiga buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, yang mana dua diantaranya jatuh pada daerah A.

3. Aturan Lima Titik

(49)

Bila ada lima buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, yang mana empat diantaranya jatuh pada daerah B.

4. Aturan Delapan Titik

Bila ada delapan buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi, pada daerah C.

2.6.5. Metode Regresi

Data yang dibutuhkan untuk metode ini adalah tahunan, minimal lima tahun. Namun, semakin banyak data yang dimiliki semakin baik hasil yang diperoleh.

Bentuk fungsi dari metode ini dapat berupa:

1. Konstan, dengan fungsi peramalan (Yt):

Yt = a, dimana

N a=

Y1

Dimana: Yt = nilai tambah N = jumlah periode 2. Linear, dengan fungsi peramalan:

Yt = a + bt

Dimana :

n bt

a=Y

( ) ( )

∑ ( ) ∑

∑ ∑ ∑

= − 2

2 t

t n

y t ty b n

Sumber:http//ocw.usu.ac.id.handout_peramalan1.pdf

Gambar 2.3. Pola Linier

(50)

3. Kuadratis, dengan fungsi peramalan : Yt = a + bt + ct2

Dimana :

n

t c t b

a=

Y

∑ ∑

2

b = 2

. . .

α β γ

α θ δ γ

=θ −bα

c

α =

∑ ∑

X X2 n

X3

β =

(

X

)

2 n

X2

γ =

(

X2

)

2n

X4

δ =

∑ ∑

X Yn

XY

θ =

∑ ∑

X2 Y n

X2Y

Sumber:https://wrodpress.com//Metodegresi.pdf

Gambar 2.4. Pola Kudratis

4. Eksponensial, dengan fungsi peramalan : Yt = aebt

(51)

n t b a=

lnY

ln lna= n

nt

lnYt2

( )

t

t 2lnY

Sumber:https://wrodpress.com//Metode%20Regresi.pdf

Gambar 2.5. Pola Eksponensial

5. Siklis, dengan fungsi peramalan :

n c t b n

a

Yt τ 2τ

2 cos ˆ = + sin +

Dimana :

n c t

n b t na

Y τ 2τ

2 cos

sin

= + +

n t n

c t b n

n a t

n

Y τt τ τ τ 2τ

2 cos 2 sin

2 sin 2 sin

sin

2

= + +

n t n

b t c n

n a t

n

Y τt τ τ τ 2τ

2 cos 2 sin

2 cos 2 cos

cos

∑ ∑

2

= + +

Sumber:http//ocw.usu.ac.id.handout_peramalan1.pdf

Gambar 2.6. Pola Siklis

(52)

2.7. Boston Consultan Group Matrix

Boston Consultan Group Matrix digunakan untuk mengetahui perusahaan dari pertumbuhan dan pangsa pasar.Tahap analisis dilakukan dengan mengumpulkan data, yaitu data penjualan tahunan produk dan data penjualan tahunan produk pesaing yang digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan pasar dan tingkat pangsa pasar relatif. Secara sederhana, tingkat pertumbuhan pasar (market growth rate) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

TPP =Volume Penjualan Perusahaan Tahun N - Volume Penjualan Perusahaan Tahun N-1

Volume Penjualan Perusahaan Tahun N-1 x 100%

Sedangkan pangsa pasar relatif (relative market share) secara sederhana dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

PPR = Volume Penjualan Perusahaan Tahun N Volume Penjualan Perusahaan Pesaing Tahun N

Jika sudah didapat nilai dari tingkat pertumbuhan pasar dan tingkat pangsa pasar relatif, maka dapat dilihat nilai tersebut masuk pada kuadran apa pada diagram matrik BCG.

Gambar 2.7. Matriks BCG

(53)

Dalam matriks BCG, terdapat empat jenis produk yang dapat dibedakan tergantung pada penempatan dalam kombinasi produk pasar-pasar didalam salah satu kuadran, antara lain:

1. Bintang (Stars) yaitu pada sel ini memiliki bisnis yang menghadapi pertumbuhan pasar yang sangat cepat dengan pangsa pasar yang sangat besar.

Stars merupakan kemungkinan jangka panjang terbaik (growth and profitability). Bisnis ini memerlukan investasi untuk memperkuat posisi dominanya di dalam pasar yang sedang tumbuh.

2. Sapi Kas (Cash Cow) yaitu pasar dalah kondisi telah dewasa, tingkat pertumbuhan relatif rendah. Hal ini disebabkan karena posisinya relatif kuat.

Karena itu perusahaan disarankan untuk mengadakan investasi pada stars / question mark.

3. Tanda Tanya (Question-mark) yaitu perusahaan dalam kondisi menghadapi masalah pangsa pasar yang rendah dan terjadi justru dalam kondisi pertumbuhan yang tinggi.

4. Anjing (Dogs) yaitu perusahaan dalam kondisi menghadapi pangsa pasar yang sangat rendah yang terjadi pada pertumbuhan yang lamban. Cash flow yang rendah dan sering negatif disebabkan oleh posisi kompetisi yang lemah.

(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian adalah dari bulan Mei 2018 hingga selesai.

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deksriptif dimana penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik tentang fakta-fakta dan sifat- sifat suatu objek atau populasi tertentu. Tujuan dari penelitian descriptive adalah untuk mendapatkan profil atau aspek-aspek yang relevan dari fenomena yang menarik dari suatu organisasi atau kelompok tertentu (Sinulingga: 2011). Dalam penelitian ini, peneliti meneliti peluang pasar bahan bakar minyak industri di Provinsi Sumatera Utara.

3.3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah data penggunaan BBM di industri yang ada Provinsi Sumatera Utara (industri manufaktur besar dan sedang) dan data penggunaan energi lain selain BBM di Industri yang ada Provinsi Sumatera Utara.

(55)

3.4. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan dikaji adalah sebagai berikut:

1. Konsumen BBM industri di Sumatera Utara

Dilihat peluang penjualan BBM dari banyaknya jumlah konsumen BBM Industri yang ada di Sumatera Utara, daerah dengan jumlah industri terbanyak yang ada di Sumatera Utara, jumlah industri yang intensif menggunakan energi, peramalan jumlah industri besar dan sedang untuk tahun 2017-2025 dan pertumbuhan konsumen dari tahun 2017-2025. Dalam variabel ini akan dideskripsikan konsumen BBM industri dari perusahaan besar dan sedang yang ada di Sumatera Utara, karena industri besar dan sedang dianggap sudah mewakili sebagian besar dari konsumen BBM industri.

2. Supply BBM industri di Sumatera Utara

Pada variabel ini dideskripsikan bagaimana supply BBM di Indonesia dan di Provinsi Sumatera Utara.

3. Energi Lainnya

Pada variabel ini dideskripsikan energi lain yang digunakan oleh industri selain BBM seperti gas dan batu bara, energi baru dan terbarukan dan listrik dibandingkan dengan penggunaan BBM di industri Provinsi Sumatera Utara dan peramalan penggunaan masing-masing energi hingga tahun 2025.

(56)

3.5. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir untuk menganalisis peluang pasar BBM industri di Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

3.6. Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yang diawali dengan melakukan identifikasi masalah hingga menghasilkan kesimpulan.Tahapan–tahapan tersebut pada Gambar 3.2.

(57)

Gambar 3.2. Tahapan Proses Penelitian

3.7. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(58)

2. Jumlah industri besar dan sedang serta jumlah industri berdasarkan jenis industrinya.

3. Jenis-jenis energi subtitusi yang didistribusikan di Sumatera Utara dan jumlahnya.

3.7.1. Metode Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Teknik kepustakaan (studi literatur), yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari teori-teori dari buku dan mencari informasi dari jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang diamati.

2. Teknik dokumentasi, yaitu mengumpulkan data sekunder yang diambil dari BPS Sumatera Utara, dan website resmi kementerian yang berhubungan dengan penelitian.

3.8. Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Peramalan distribusi BBM industri di Sumatera Utara untuk tahun selanjutnya.

Peramalan dilakukan untuk melihat apakah pasar BBM Industri di Sumatera Utara akan bertambah atau sebaliknya. Langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan diagram pencar

b. Pilih minimal dua metode peramalan yang dianggap sesuai, contohnya:

linear dan kuadratis.

c. Hitung parameter-parameter fungsi peramalan.

(59)

d. Hitung kesalahan setiap metode yang terbaik, yaitu yang memiliki kesalahan terkecil.

e. Pilih metode yang terbaik, yaitu yang memiliki kesalahan terkecil.

f. Lakukan verifikasi peramalan.

2. Perhitungan matriks BCG

Dalam perhitungan matriks BCG di hitun tingkat pertumbuhan pasr dengan rumus sebagai berikut:

TPP =Volume Penjualan Perusahaan Tahun N - Volume Penjualan Perusahaan Tahun N-1

Volume Penjualan Perusahaan Tahun N-1 x 100%

Dan dihitung pangsa pasar relatif (relative market share) secara sederhana dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

PPR = Volume Penjualan Perusahaan Tahun N Volume Penjualan Perusahaan Pesaing Tahun N

Jika sudah didapat nilai dari tingkat pertumbuhan pasar dan tingkat pangsa pasar relatif, maka dapat dilihat nilai tersebut masuk pada kuadran apa pada diagram matrik BCG.

3.9. Analisis Pemecahan Masalah

Dari pengumpulan data dan hasil pengolahan data, maka akan dianalisis peluang pasar BBM industri di Sumatera Utara dari menganalisis konsumen BBM industri di Sumatera Utara, supply BBM, energi lainnya, dan hasil perhitungan matriks BCG.

Referensi

Dokumen terkait

Data yang dimaksud khusus dipergunakan untuk menyusun Tugas Akhir Mahasiswa yang berjudul “ Peramalan Jumlah Ekspor Pada Sektor Industri Propinsi Sumatera Utara. Tahun

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Sumatera Utara telah mengalami transformasi struktural dimana sektor jasa (tersier) menjadi sektor utama dalam struktur perekonomian

Di samping Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Propinsi Sumatera Utara, terdapat beberapa perusahaan yang mengelola industri turunan (hilir) mengolah minyak CPO menjadi minyak

Siti Deliana Pasaribu : Analisis Kontribusi Sektor Parawisata Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara, 2002... UNIVERSITAS

Pada triwulan III tahun 2014, sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur PDRB Sumatera Utara yakni sebesar 21,18 persen, diikuti oleh sektor pertanian

Judul : Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Model Kohonen dalam Pengelompokan Data Pencemaran Udara Sektor Industri di Sumatera Utara.. Kategori :

Penerapan strategi bauran pemasaran pada industri kecil pengolahan ikan di Sumatera Utara masih lemah karena keterbatasan pengetahuan para pengusaha. Kebanyakan

Di samping Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Propinsi Sumatera Utara, terdapat beberapa perusahaan yang mengelola industri turunan (hilir) mengolah minyak CPO menjadi minyak