1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Remaja putri pada umumnya akan mengalami menstruasi. Gejala-gejala yang dialami menjelang haid berupa rasa nyeri pada perut bagian bawah, nyeri pada payudara, sakit kepala disertai perubahan psikologis dan tingkah laku.
Gejala-gejala tersebut biasa dikenal dengan istilah Premenstrual Syndrome (Haryanti, 2016). Dampak premenstrual syndrome pada remaja terhadap prestasi belajar siswa antara lain: menyebabkan penurunan konsentrasi belajar, peningkatan ketidakhadiran di kelas sampai tidak bisa mengikuti ujian. Pencapaian tujuan belajar akan terhambat bila kondisi kesehatan terganggu.
Definisi remaja (adolescence) menurut WHO adalah periode usia Antara 10- 19 tahun sedangkan menurut PBB menyebut kaum muda (youth) untuk usia 15 sampai 24 tahun (Eva, dkk. 2010). Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami perubahan fisik yang pesat, sebagai pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa reproduksi.
Sekitar 40% wanita berusia 14-50 tahun mengalami sindrom pra-menstruasi (Eva,dkk. 2010). Menurut Nashruna dkk (2012), premenstrual syndrome (PMS)
merupakan suatu kondisi yang dialami wanita yakni munculnya beberapa gejala fisik, emosi, dan perubahan perilaku yang terjadi sebelum menstruasi, mengganggu aktivitas harian dan gejala akan berangsur-angsur hilang saat menstruasi. Seperti hasil penelitian Delara dalam Maulidah (2016) 66,3% remaja Indonesia mengalami PMS ringan, 31,4% dengan PMS sedang dan 2,3% dengan PMS berat.
Perilaku seseorang merupakan keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal.
Salah satu ranah perilaku yaitu pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya pada waktu penginderaan menghasilkan pengetahua yang sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. (Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian Wismari (2015) mengenai tingkat pengetahuan siswi kelas VII tentang premenstrual syndrome sebagian besar memiliki pengetahuan cukup yaitu 61,7% (21 responden). Menurut penelitian Haryanti (2016) pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMP Purnama Sintang didapat hasil tidak seorangpun dari responden yang berpengetahuan baik (0%), sebagian responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 16 orang (45,7%) dan sebagian responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 19 orang (54,3%). Hasil penelitian yang dilakukan Maulidah (2016) mayoritas responden memiliki pengetahuan yang
kurang tentang Premenstrual Syndrome yaitu 36 responden (45%) dari 80 siswi di SMPN 1 Kasihan Bantul.
Kurangnya pengetahuan dan kurangnya informasi yang dimiliki oleh wanita terutama oleh remaja putri tentang Premenstrual Syndrome dapat memperberat gejala-gejala yang timbul. Dalam teori Wawan dan Dewi (2011) pun menyebutkan bahwa informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Oleh karena sebagai perawat diharapkan melakukan penyuluhan-penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang Premenstrual Syndrome untuk meningkatkan pengetahuan remaja dalam pencegahan dan penanganan Premenstrual Syndrome.
Dari pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif yang nantinya akan menimbulkan sikap postif dan sikap negatif terhadap kesehatan reproduksi (Wawan dan Dewi, 2011).
Mayoritas remaja sudah mampu menentukan mana aspek positif dan mana aspek negatif karena salah satu tahap perkembangan pada usia remaja dimana tampak dan merasa ingin mencari jati diri.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara- cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud disini adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respons (Azwar, 2016).
Studi pendahuluan yang dilakukan di SMPN 9 Bandung, 8 responden dari 12 responden mengatakan seringkali sebelum haid merasakan nyeri pinggang yang akhirnya aktivitas terganggu karena lebih memilih tidur untuk mengurangi rasa nyeri, lalu payudara menjadi keras dan sakit, timbul jerawat, sering buag air kecil juga nafsu makan bertambah. Selain itu responden mengatakan jika perasaannya sensitif dan sering cepat marah.
Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan dan sikap pada remaja putri kelas VII dan VIII tentang Premenstrual Syndrome di SMPN 9 Bandung
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap pada remaja putri kelas VII dan VIII tentang Premenstrual Syndrome di SMPN 9 Bandung Tahun 2018.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap pada remaja putri kelas VII dan VIII tentang Premenstrual Syndrome di SMPN 9 Bandung Tahun 2018.
1.3.2. Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri kelas VII dan VIII tentang Premenstrual Syndrome di SMPN 9 Bandung Tahun 2018.
b. Mengetahui gambaran sikap remaja putri kelas VII dan VIII tentang Premenstrual Syndrome di SMPN 9 Bandung Tahun 2018.
1.4. Manfaat penelitian 1.4.1. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan, memperluas pemikiran tentang masalah yang ada dimasyarakat khususnya pada kalangan remaja dan juga dapat memperdalam lagi mengenai keperawatan komunitas terutama mengenai gambaran pengetahuan dan sikap terhadap Premenstrual Syndrome pada remaja.
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Bahan bacaan bagi Mahasiswa Kesehatan, khususnya mahasiswa Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Keperawatan tentang keperawatan komunitas terutama tentang Premenstrual Syndrome pada remaja.
1.4.3. Bagi Institusi Tempat Penelitian
Sebagai masukan dan informasi pada pihak sekolah untuk menyediakan informasi-informasi kesehatan reproduksi khususnya pengetahuan dan sikap remaja putri tentang Premenstrual Syndrome.
1.4.4. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan informasi dan meningkatkan upaya pencegahan perawat Puskesmas yang bertanggung jawab pada program terkait UKS dan promosi kesehatan dengan melakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang Premenstrual Syndrome.