• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN PARENTING ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK USIA DINI (Studi Deskriptif pada Orangtua Siswa TK Annur 1 Tahun Ajaran 2020/2021)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN PARENTING ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK USIA DINI (Studi Deskriptif pada Orangtua Siswa TK Annur 1 Tahun Ajaran 2020/2021)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN PARENTING ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK USIA DINI

(Studi Deskriptif pada Orangtua Siswa TK Annur 1 Tahun Ajaran 2020/2021)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Dhea Maysa Putri 171114074

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

i

TINGKAT PENGETAHUAN PARENTING ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK USIA DINI

(Studi Deskriptif pada Orangtua Siswa TK Annur 1 Tahun Ajaran 2020/2021)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Dhea Maysa Putri 171114074

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

HALAMAN MOTTO

Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! (Yeremia 17:7)

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan

dengan ucapan syukur. (Filipi 4:6)

Kepuasan itu terletak pada usaha, bukan pada pencapaian hasil. Berusaha keras adalah kemenangan besar. (Mahatma Gandhi)

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan bagi:

Tuhan Yang Maha Esa

yang selalu menyertai dan memberkati setiap langkah kehidupan saya, selalu menerima keluh kesa dan memberikan jalan keluar pada saat saya sedang dalam

masalah.

Orangtuaku

Tri Margono dan Debi Hapsari

yang selalu mendampingi, menyayangi, dan mendoakan saya sampai sekarang ini.

Keluarga “Mommy”

Dimas Nuansa Ginting Suka, Halifah Shafira Fitri Setiawan, Adelia Kusuma Putri Terimakasih atas segalanya, waktu, kasih sayang, dukungan dan bantuan secara

materi maupun non materi yang sudah kalian curahkan untuk saya.

Sobat “Nguli”

Nawang Pangestu, Raena Dwi Kurniasih, Valeri Shinta Adi Kristianti, Veronica Dentha Sukma, Agustinus Wanda, Maria Yosepha Endryana Lory, Leonardo Edo.

Yang sudah bersedia belajar bersama dan selalu membantu saya selama masa studi.

Teman-teman “Randomku”

Suryo Kumoro Jatie, Kinanthi Larasshati, Dimas Krisna Wiradharma, Ditri Siva, Setyawan Jodhi, Muhammad Akhyari, Bryanzano, Rihadatul Aisy Nafia Putri.

Yang selalu memberikan perhatian dan mendengarkan keluh kesa saya saat sedang ada masalah.

Seluruh Mahasiswa Bimbingan dan Konseling 2017 Dosen Pembimbing Dr. Gendon Barus, M.Si.

Terimakasih atas segala waktu, tenaga, pikiran, dan kesabaran yang diberikan pada saya selama proses pengerjaan skripsi hingga sekarang.

Bapak/Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Almamaterku Tercinta Universitas Sanata Dharma

(7)

vi

(8)

vii

(9)

viii ABSTRAK

TINGKAT PENGETAHUAN PARENTING ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK USIA DINI

(Studi Deskriptif pada Orangtua Siswa TK Annur 1 Tahun Ajaran 2020/2021)

Dhea Maysa Putri

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2021

Penelitian ini bertujuan : 1) Mengkategorisasi tingkat pengetahuan parenting pada orangtua yang memiliki anak usia dini di TK Annur 1; 2) Mengidentifikasi hal hal terkait pengetahuan parenting orangtua siswa di TK Annur 1 yang belum optimal.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian berjumlah 30 orangtua yang memiliki anak usia dini di TK Annur 1 Jogja.

Pengumpulan data menggunakan Kuesioner Pengetahuan Parenting pada Orangtua yang Memiliki Anak Usia Dini. Kuesioner berisi 46 item valid, disusun berdasarkan aspek-aspek parenting anak usia dini, yaitu: (1) Kontrol, 2) Tuntutan, 3) Komunikasi, 4) Kasih sayang, dan 5) Campur tangan. Nilai koefisien reliabilitas instrumen diuji menggunakan Apha Cronbach sebesar 0,947. Teknik analisis data dilakukan dengan menentukan skor dan mengolah data, membuat tabulasi data, kemudian membuat kategorisasi tingkat pengetahuan parenting.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (76,67 %) orangtua anak usia dini di TK Annur 1 Jogja memiliki tingkat pengetahuan parenting pada kategori sangat tinggi, 20 % orangtua memiliki tingkat pengetahuan parenting dalam kategori tinggi, dan hanya 1 (3,33 %) orangtua memiliki tingkat pengetahuan parenting dalam kategori sedang. Butir pengukuran pengetahuan parenting anak usia dini yang menunjukkan capaian skor terendah adalah kontrol perilaku anak usia dini dan pengharapan prestasi anak usia dini di sekolah.

Kata kunci: Parenting, Anak usia dini, Orangtua.

(10)

ix ABSTRACT

THE LEVEL OF PARENTING KNOWLEDGE IN PARENTS WHO HAVE EARLY CHILDREN

(Descriptive Study of Parents at Kindergarten Annur 1 Academic Year 2020/2021)

Dhea Maysa Putri Sanata Dharma University

2021

The purpose of this research were : 1) Categorizing the level of parenting knowledge in parents who have children at Kindergarten Annur 1; 2) Identifying things related to parenting knowledge of parents in Kindergarten Annur 1 that were not yet optimal.

Type of this research was descriptive quantitative. The research subjects were 30 parents who had early children at Kindergarten Annur 1 Jogja. Data collection used the Parenting Knowledge Questionnaire on Parents with Early Children. The questionnaire contained 46 valid items, arranged based on the aspects of early childhood parenting, which were: (1) Control, 2) Demands, 3) Communication, 4) Affection, and 5) Intervention. The value of instrument reliability coefficient was tested using the Cronbach Apha of 0.947. The data analysis technique was conducted by determining the score and processing the data, tabulating the data, then categorizing the level of parenting knowledge.

The result of this study showed that most (76.67%) parents of early childhood in Kindergarten Annur 1 Jogja were categorized as very high level of parenting knowledge, 20% of parents had a high level of parenting knowledge, and only 1 (3.33%) parents had a medium level of parenting knowledge.

Measurement points of early childhood parenting knowledge explained the lowest score was the control of early children behavior and achievement expectations in school.

Keywords: Parenting, early childhood, parents

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas karunia yang teah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. Tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan kerjasama yang baik dari pihak-pihak yang terlibat, maka skripsi ini tidak dapat selesai dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih pada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si, selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi, Psi, selaku kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd, selaku wakil kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. Gendon Barus, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah membantu dari awal proses pengusunan skripsi.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing dan membagikan ilmunya selama menempuh pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

6. Bapak Stefanus Priyakmoko atas kesabaran dan semangatnya dalam melayani proses administrasi di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

7. Kepada Orangtua saya Tri Margono dan Debi Hapsari yang selalu memanjatkan doa dan memberikan nasihat selama proses penulisan skripsi.

(12)

xi

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Batasan Istilah... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Hakikat Parenting ... 12

1. Pengertian Parenting. ... 12

2. Aspek-Aspek Parenting. ... 13

3. Peranan Orangtua dalam Parenting... 16

4. Gaya Pengasuhan (Parenting Style). ... 16

(14)

xiii

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Pengasuhan Orangtua. ... 19

6. Teori Ekologi oleh Uri Bronfenbenner. ... 22

7. Pengasuhan dan Pendidikan Anak dalam Keluarga. ... 25

B. Hakikat Orangtua sebagai Dewasa Awal dan Peran dalam Parenting ... 27

1. Pengertian Dewasa Awal. ... 27

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal. ... 28

3. Parenthood Sebagai Pengalaman Pekembangan Dewasa Awal. ... 28

4. Peran Orangtua dalam Pengasuhan Anak ... 30

5. Pengetahuan Orangtua Mengenai Pengasuhan Anah Usia Dini... 31

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 33

D. Kerangka Pikir ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 37

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

C. Subjek Penelitian ... 38

D. Definisi Variabel Penelitian... 38

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 39

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 43

G. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Tingkat pengetahuan parenting pada orangtua yang memiliki anak usia dini di TK Annur 1 Jogja. ... 52

2. Analisis Capaian Skor Item Pengukuran Pengetahuan Parenting pada Orangtua yang Memiliki Anak Usia Dini di TK Annur 1 Jogja ... 53

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

(15)

xiv

1. Tingkat Pengetahuan Parenting pada Orangtua yang Memiliki Anak Usia

Dini di TK Annur 1 Jogja. ... 54

2. Analisis Capaian Skor Item Pengukuran Pengetahuan Parenting pada Orangtua yang Memiliki Anak Usia Dini di TK Annur 1 Jogja ... 61

BAB V PENUTUP ... 65

A. Simpulan ... 65

B. Keterbatasan Penelitian... 65

C. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 69

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Table 1.1Data anak usia dini kecanduan Game Online Surabaya (Jawa

Timur) ... 5

Tabel 3.1 Data Subjek Penelitian Orangtua Siswa TK Annur 1 tahun ajaran 2020/2021 ... 38

Tabel 3.2 Norma Skoring Kuesioner Pengetahuan Parenting ... 41

Tabel 3.3 Kisi – Kisi Kuesioner Pengetahuan Parenting Orangtua yang Anak Usia Dini ... 42

Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan Parenting Orangtua yang Memiliki Anak Usia Dini ... 45

Tabel 3.4 Nilai Koefisien ... 47

Tabel 3.5 Kriteria Guilford ... 47

Tabel 3.6 Norma Kategorisasi ... 49

Tabel 3.7 Norma Kategorisasi Tingkat Pengetahuan Parenting pada Orangtua yang Memiliki Anak Usia Dini di TK Annur 1 Jogja ... 50

Tabel 3.8 Norma Kategorisasi Capaian Skor Butir Pengukuran Tingkat Pengetahuan Parenting pada Orangtua yang Memiliki Anak Usia Dini di TK Annur 1 Jogja... 51

Tabel 4.0 Kategori Skor Item Pengetahuan Parenting pada Orangtua yang Memiliki Anak Usia Dini di TK Annur 1 Jogja... 52

Tabel 4.6 Kategori Capaian Skor Butir Pengukuran Pengetahuan Parenting pada Orangtua yang Memiliki Anak Usia Dini di TK Annur 1 Jogja ... 54

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 70

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 71

Lampiran 3. Hasil Komputasi Uji Validitas Total Instrumen Penelitian ... 77

Lampiran 4. Tabulasi Data Penelitian ... 82

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah yang digunakan.

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah unit terkecil dari suatu populasi di antara lingkungan masyarakat. Banyak orang yang memiliki pemikiran sendiri untuk menjelaskan arti kata “Keluarga”. Bahkan, di dalam aspek ekonomi, budaya, dan sosial, “Keluarga” tentu saja memiliki arti yang berbeda-beda. Pengertian keluarga secara umum adalah kelompok sosial yang mendasar dalam masyarakat yang umumnya terdiri dari satu atau dua orangtua dan anak-anak mereka. Orang-orang yang tergabung dalam satu keluarga ini umumnya memiliki komitmen jangka panjang satu sama lain dan sebagian besar tinggal dalam satu atap bersama-sama. Keluarga terbentuk dari gabungan anggota rumah tangga yang hidup bersama karena hubungan darah, ikatan pernikahan, atau proses adopsi. Setiap anggota keluarga akan berinteraksi satu sama lain dan memiliki peran masing-masing dalam satu rumah tangga tersebut.

Keluarga juga dapat menjadi sarana untuk mempertahankan suatu budaya.

Secara umum, keluarga juga memiliki banyak fungsi seperti fungsi perlindungan, fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi, dan masih banyak lainnya.

Fungsi pendidikan dalam keluarga bertujuan untuk menanamkan nilai- nilai budaya dan pengetahuan agar anak dapat berkembang secara optimal

(19)

2

sesuai tugas perkembangan. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh semua anak karena pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya.

Dalam kaitannya dengan sumber daya rnanusia ini usia dini memiliki peran yang sangat menentukan. Pada usia ini berbagai pertumbuhan dan perkembangan mulai dari yang sedang berlangsung, seperti perkembangan fisiologis, bahasa, motorik, kognitif. Perkembangan ini akan menjadi dasar bagi perkernbangan anak selanjutnya.

Dalam bahasa Inggris “Parenting” berarti pekerjaan dan keterampilan orangtua dalam mengasuh anak .Pengasuhan anak yang sangat diperlukan dan sangat bermanfaat bagi perkembangan anggota keluarga. Orangtua menjadi lebih tahu mengenai aspek-aspek yang dapat mendukung dan menghambat perkembangan seorang anak. Orangtua bisa memilah hal mana yang sebaiknya diberikan dan hal mana yang sebaiknya dijauhkan dari jangkauan anak.

Aspek-aspek perkembangan merupakan dasar dari pembentukan karakter anak. Pengetahuan mengenai parenting juga membahas bagaimana karakter anak terbentuk. Orangtua yang paham macam-macam karakter anak, tentu lebih siap menghadapi dan menyesuaikan gaya pengasuhannya daripada orangtua yang tidak paham mengenai macam-macam karakter anak.

Pengetahuan yang kurang mengenai karakter anak, bisa berdampak pada proses parenting yang terkesan otoriter, sehingga anak terus menerus ditekan tanpa dipahami karakternya. Parenting seringkali berpengaruh pada proses penyelesaikan tugas perkembangan anak. Pemahaman mengenai tugas

(20)

3

perkembangan merupakan bekal dasar parenting. Orangtua yang memahami tahap-tahap perkembangan anak tentu memiliki tingkat kesiapan yang lebih matang pada pendidikan anak dalam keluarga, dibanding orangtua yang berpengetahuan minim mengenai tugas perkembangan anak.

Pendidikan yang diberikan oleh orangtua berbentuk sebuah budaya.

Pembentukan budaya dalam keluarga disepakati oleh kedua orangtua. Dalam sebuah keluarga, orangtua yang memiliki dua latar belakang budaya yang berbeda, kemudian kedua budaya digabungkan hingga menghasilkan satu budaya baru yang telah disepakati untuk ditanamkan pada anak. Proses penanaman budaya tersebut sama halnya dengan proses pendidikan dalam keluarga. Proses pendidikan yang terjadi dalam sebuah keluarga merupakan suatu dinamika yang menunjukan adanya corak perbedaan pola pendidikan di setiap keluarga.

Pola pendidikan dari waktu ke waktu mengalami perubahan.

Perubahan tersebut dapat ditinjau dari gaya parenting pada jaman tradisional dan modern. Pola pendidikan di jaman tradisional cenderung kaku, mengulang kebiasaan, menaati budaya yang ada, dan mengutamakan treatment. Orangtua di jaman tradisional lebih sering memberi treatment atau tindakan secara langsung dalam mendidik anak daripada lisan. Pola pendidikan di jaman modern mulai luwes dan mau terbuka dengan ilmu baru mengenai pendidikan, manusia, dan perkembangan anak. Orangtua di jaman modern mulai memodifikasi treatment ditambah dengan ceramah dalam proses parenting.

Orangtua di jaman modern lebih memperbesar pengharapan dibanding praktik

(21)

4

parenting. Orangtua cenderung mengharapkan anak menjadi pribadi yang sempurna tanpa memperhatikan praktik langsung di kehidupan sehari-hari.

Orangtua saat ini kurang memperhatikan pengetahuan dasar dalam parenting, khususnya parenting pada anak usia dini.

Orangtua bertanggung jawab untuk berkontribusi secara substansial untuk pengembangan karakter etika dan kompetensi pada anak-anak mereka melalui upaya sosialisasi mereka (Baumrind, dalam Bornstein, 2002:12).

Menurut Jane Brooks (2011), orangtua merupakan partner yang interaktif, terus memberikan pengasuhan yang peka untuk menjaga kemelekatan yang memberi rasa aman pada anak dan kepercayaan dalam berhubungan dengan orang lain.

Berdasarkan studi kualitatif yang dilakukan oleh Juhardin, dkk.

(2016) hasil wawancara pada kepala Desa, di Desa Amberi Kecamatan Lambuya Kabupaten Konawe, terdapat 719 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 186 dan jumlah anak berusia 5 sampai 18 tahun sebanyak 130. Di desa ini anak memiliki perilaku perilaku yang berbeda-beda, berapa anak sering melakukan tindakan negatif seperti berjudi, meminum miras, merokok, mencuri, dan terlibat perkelahian. Tetapi tidak semua anak di desa ini melakukan tindakan-tindakan negatif itu, tapi sebagian anak juga melakukan tindakan positif seperti sering ke masjid, ada yang taat kepada orang tuanya, sopan santun. Dan ada juga yang sifatnya pemarah dan keras kepala. Hasil studi tersebut membuktikan adanya dampak negatif pada kesalahan pola asuh yang diterapkan pada anak.

(22)

5

Menurut Dina Ulfiana(2018) yang melakukan studi terhadap kesalahan pola asuh pada anak usia dini yang menyebabkan anak menjadi pecandu game online. Anak usia dini yang kecanduan game online diketahui bahwa awal mula bermain game online dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, terutama orangtua dan teman sebaya. Dalam keluarga, subjek memiliki fasilitas game yang dibutuhkan seorang gamers. Bahwa salah satu penyebab seorang anak kecanduan game online karena pengaruh teman dan kurangnya wawasan pengasuhan anak usia dini dari orangtua. Pada dasarnya, anak usia dini menyukai permainan. Seiring perkembangan jaman, orangtua mempertemukan anak usia dini dengan game online yang sangat menarik, banyak hal-hal baru yang terdapat di dalam game online, ketika permainan pertama selesai selalu ada permainan baru yang menyebabkan anak ingin terus bermain, dijelaskan bahwa anak-anak pelajar cenderung suka bermain, terutama game online. Karena animasi dan keseruan yang mereka dapatkan dari permainan tersebut. Selain itu, game menawarkan fitur yang menarik.

Table 1.1

Data anak usia dini kecanduan Game Online Surabaya (Jawa Timur)

Sumber: Jurnal S1 Sosiologi Universitas Airlangga

Berdasarkan data di atas, jumlah anak usia dini kecanduan game online di Surabaya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari data di atas, peneliti ingin menunjukan bahwa pemahaman terhadap penanganan dan pengasuhan anak

Tahun Persen Umur

2014 20-30% 5-10 tahun

2015 74% 6-8 tahun

2016 70% 0-6 tahun

2017 64% 5-7 tahun

(23)

6

usia dini sangat diperlukan oleh orangtua. Anak usia dini adalah pribadi yang berkembang melalui beberapa tahapan yang berlangsung secara berurutan dan berkesinambungan dalam tempo perkembangan yang tertentu. Anak usia dini adalah anak yang berusia kurang dari 6 tahun, dimana pada masa itu seorang anak sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat secara fisik dan kognisi.

Berdasarkan hasil penelitian Kuswanto (2019), masalah perilaku yang sering di alami anak usia taman kanak-kanak yaitu pertama, pemalu cenderung bermain sendiri, sukar berkumpul dengan teman sebayanya; pemalu adalah pemalu sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang, dimana orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan merasa cemas kaena penilaian sosial tersebut, sehingga cenderung untuk menarik diri atau tidak mau terbuka. Kedua, anak yang penakut seperti tidak mau maju kedepan untuk mempersentasikan hasil karyanya, iya merasa takut di tertawakan. Takut adalah emosi yang kuat dan tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kesadaran atau antisipasi akan adanya suatu bahaya. Ketakutan yang tidak beralasan dan sangat kuat merupakan hasil dari kepanikan. Ketiga, kecemasan karena berpisah, seperti kesedihan yang berlebih ketika berpisah dengan ibu, enggan pergi ke sekolah atau tempat lainnya karena takut berpisah. Kecemasan adalah suatu perasaan yang bersifat umum, di mana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya. Keempat, anak temperamen seperti seperti menangis dengan keras, berguling-guling dilantai, menjerit, melempar barang dan memukul, menenang, tantrum temperamen tantrum merukapan luapan

(24)

7

emosi yang meledak-ledak. Perilaku ini sering diikuti dengan tingkah dan berbagai kegiatan. Kelima, perilaku agresif seperti ringan tangan, merebut mainan temannya. Agresif merupakan bentuk ekspresi marah yang diwujudkan melalui prilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk menyakiti orang lain.

Orangtua perlu menambah pengetahuan parenting sebagai langkah preventif yang bisa dilakukan untuk mencegah berkembangnya output buruk parenting dalam diri anak usia dini. Gunarsa (2004) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi orangtua dalam mengasuh dan mendidik anak diantaranya adalah pengalaman masa lalu yang berhubungan erat dengan pola asuh ataupun sikap orangtua mereka, tipe kepribadian, nilai-nilai yang dianut, kehidupan perkawinan dan alasan mempunyai anak. Kerjasama antara Ayah dan Ibu (coparenting) dalam pengasuhan dirasa sangat penting. Ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman kepada anak sehingga anak dapat berkembang dengan optimal (Rahman, Istianah, 2008). Input parenting yang baik perlu diusahakan oleh orangtua, agar output parenting yang baik bisa tumbuh dalam diri anak usia dini. Orangtua yang berhasil melaksanakan proses parenting akan lebih membantu anak menyelesaikan tugas-tugas perkembangan. Anak juga mampu mengaktualisasikan dirinya di lingkungan sekitar. Fenomena permasalahan akibar kurangnya pengetahuan pengasuhan terhadap anak usia dini juga ada di TK Annur 1 Jogja. Fenomena yang masih seringkali terjadi adalah anak yang tantrum ketika ditinggal orangtuanya dan sikap individualis anak yang tidak mau berbagi makanan atau mainan. Berdasarkan fakta tersebut, orangtua yang tidak cukup

(25)

8

memiliki pengetahuan parenting menyebabkan munculnya hambatan pada aspek- aspek pertumbuhan anak usia dini.

B. Identifikasi Masalah.

Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah mengenai kesiapan pengasuhan anak pada orangtua antara lain:.

1. Orangtua mengabaikan pengetahuan parenting bagi anak usia dini.

2. Orangtua tidak mengetahui pentingnya memahami tugas perkembangan anak usia dini.

3. Orangtua kurang pengetahuan kontrol penggunaan gadget untuk anak usia dini.

C. Pembatasan Masalah.

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi yakni untuk mengetahui tingkat pengetahuan parenting yang dikaji pada orangtua sebagai pribadi Dewasa Awal yang memiliki anak usia dini di TK Annur 1. Peneliti akan mengkaji mulai dari tingkat pemahaman mengenai pola asuh suatu keluarga utuh pada anak usia dini.

D. Rumusan Masalah

Peneliti telah menurumuskan masalah yang hendak diteliti, antara lain:

1. Seberapa baik pengetahuan parenting pada orangtua yang memiliki anak usia dini di TK Annur 1?

2. Dalam hal hal apa pengetahuan parenting orangtua yang memiliki anak usia dini di TK Annur kurang baik?

(26)

9 E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mencapai sasaran utama yang akan dicapai oleh orangtua dalam mengasuh anak usia dini. Sesuai dengan judul penelitian maka yang menjadi tujuan penelitian adalah:

1. Mengkategorisasi tingkat pemahaman parenting pada orangtua yang memiliki anak usia dini di TK Annur 1.

2. Mengidentifikasi hal hal terkait pemahaman parenting orangtua siswa di TK Annur 1 yang kurang dikuasai orangtua.

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya tujuan penelitian di atas maka manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan tentang tingkat pengetahuan parenting orangtua yang memiliki anak usia dini 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Orangtua yang memiliki anak usia dini.

Hasil penelitian ini diharapkan orangtua mampu mengimplementasi pengasuhan yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan anak usia dini. Orangtua juga bisa mempelajari pola perilaku maupun dinamika psikologi dari anak usia dini.

b. Bagi Guru di TK Annur 1 Jogja.

(27)

10

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan usulan topik bahasan pada saat rapat orangtua di sekolah. Peneliti berharap bahwa guru-guru dapat mengedukasi orangtua dalam pengasuhan anak usia dini.

c. Peneliti lain.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian tentang parenting pada anak usia dini.

G. Batasan istilah

Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Parenting.

Parenting dapat didefinisikan sebagai proses mengasuh anak yang mengandung makna metode atau cara orang tua mencukupi kebutuhan fisiologis dan psikologis anak; membesarkan anak berdasarkan standar dan kriteria yang orang tua terapkan; menanamkan dan memberlakukan tata nilai kepada anak.

2. Orangtua.

Orang tua adalah ibu dan bapak sebagai satu kesatuan utuh yang mengayomi dan melindungi anak-anaknya dan seisi rumah sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Anak Usia Dini.

3. Anak Usia Dini

(28)

11

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 3-6 tahun.

Menurut Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010: 7), anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini (Augusta, 2012) adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Dari berbagai definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 3-6 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental. Anak usia dini adalah pribadi yang membutuhkan rangsangan dan bimbingan orangtua dalam menyelesaikan tugas perkembangan agar memiliki kesiapan dalam memasuki tahap perkembangan selanjutnya.

(29)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi paparan konseptual mengenai pengertian parenting, manfaat dan tujuan parenting hingga aspek-aspek parenting. Penjelasan mengenai pengetahuan parenting orangtua yang memiliki anak usia dini. Bab ini juga menguraikan tugas perkembangan dewasa awal sebagai figur orangtua.

A. Hakikat Parenting.

1. Pengertian Parenting.

Parenting memiliki bermacam-macam makna. Secara terminologi dapat diidentifikasikan sebagai proses mengasuh anak. Di dalam bahasa Indonesia, kata mengasuh mengandung makna metode atau cara orang tua mencukupi kebutuhan fisiologis dan psikologis anak; membesarkan anak berdasarkan standar dan kriteria yang orang tua terapkan; menanamkan dan memberlakukan tata nilai kepada anak.

Menurut Jane Brooks (2011) parenting didefinisikan sebagai pengasuhan anak oleh orangtua (ayah dan ibu) sebagai sebuah proses tindakan dan interaksi antara orangtua dan anak, dimana kedua belah pihak saling mengubah satu sama lain sejak anak lahir sampai pada saat anak tumbuh menjadi dewasa. Jadi orangtua disini berkolaborasi dengan anak, orangtua mengasuh anak hingga tumbuh dewasa. Karena peran orangtua yakni memang mengasuh anak dan mendidik hingga anak tumbuh dewasa seperti yang diharapkan oleh orangtua.

(30)

13

Sementara itu, menurut Gunarsa (2002) pengasuhan orang tua merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian, dan lain sebagainya) dan kebutuhan psikologis (afeksi atau perasaan) tetapi juga norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungan. Disamping itu, Wahyuning (2003) menyatakan pengasuhan merupakan seluruh cara perlakuan orang tua pada anak, yang merupakan bagian penting dan mendasar menyiapkan anak untuk menjadi bagian dari kelompok masyarakat yang baik.

Pada akhirnya, parenting atau pengasuhan adalah segala hal yang mencakup apa seharusnya yang dilakukan oleh orang tua/pengasuh dalam menjalankan tugas-tugas dan tanggung jawab terhadap perkembangan anak. Dari pengertian parenting di atas, tugas orang tua berkembang menjadi lebih dari sekedar memenuhi kebutuhan fisik, juga memberikan yang terbaik bagi kebutuhan materil anak, memenuhi kebutuhan emosi dan psikologis anak, dan menyediakan kesempatan untuk menempuh pendidikan yang terbaik.

Dalam parenting, cara orang tua mendidik anak menjadi ruang lingkup pembahasan yang penting dan utama karena mendidik merupakan pekerjaan dan tanggung jawab yang fundamental bagi para orang tua.

2. Aspek-Aspek Parenting.

Menurut Baumrind (2002), ada beberapa aspek dalam pola asuh orang tua, yaitu :

(31)

14

a. Kontrol, merupakan usaha mempengaruhi aktivitas anak secara intensif untuk mencapai disiplin pada anak. Aspek ini berhubungan dengan sejauhmana orangtua mengharapkan dan menuntut kematangan serta perilaku yang bertanggung jawab dari anak. Dalam aspek kontrol juga terkandung indikator berupa pembatasan dan tuntutan tanggungjawab pada diri anak. Pembatasan merupakan suatu pencegahan atas suatu hal yang ingin dilakukan anak. Keadaan ini ditandai dengan banyaknya larangan yang dikenakan pada anak.

Orangtua cenderung memberikan batasan-batasan terhadap tingkah laku atau kegiatan anak tanpa disertai penjelasan mengenai apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, sehingga anak dapat menilai pembatasan-pembatasan tersebut sebagai penolakan orangtua atau pencerminan bahwa orangtua tidak mencintai anak.

b. Tuntutan, yaitu menekankan kepada anak untuk mencapai suatu tingkat kemampuan secara intelektual, sosial dan emosional tanpa memberikan kesempatan pada anak untuk berdiskusi. Orangtua memiliki kesempatan untuk mengharapkan suatu pencapaian pada anak, tentunya sesuai dengan kemampuan anak dan dalam bimbingan orangtua. Secara umum dapat dikatakan bahwa adanya tuntutan berarti orangtua mengharapkan dan berusaha agar anak dapat memenuhi standar tingkah laku, sikap serta tanggung jawab sosial yang tinggi atau yang telah ditetapkan. Tuntutan yang diberikan oleh

(32)

15

orangtua akan bervariasi dalam hal sejauh mana orangtua menjaga, mengawasi atau berusaha agar anak memenuhi tuntutan tersebut.

c. Komunikasi anak dan orang tua, Prasetyo (2000), Komunikasi orangtua dan anak adalah suatu proses hubungan antara orangtua (ibu dan ayah) dan anak yang merupakan jalinan yang mampu memberikan rasa aman bagi anak melalui suatu hubungan yang memungkinkan keduanya saling berkomunikasi sehingga adanya keterbukaan, percaya diri dalam menghadapi dan memecahkan masalah.

d. Kasih sayang, yaitu adalah salah satu kebutuhan utama anak yang harus dipenuhi oleh orangtua. Kasih sayang diberikan orangtua dalam bentuk perhatian, perawatan dan perasaan kasih, serta keterlibatan orangtua dalam mendampingi perkembangan anak. Perhatian orangtua sangat berarti bagi anak yang berada dalam masa golden age. Dalam masa ini anak banyak melakukan eksplorasi dan menemukan hal baru.

Anak akan merasa senang apabila orangtua memberikan respon positif maupun perhatian terhadap hal baru yang dikerjakan oleh anak.

Kehangatan juga merupakan bentuk dari kasih sayang. Kehangatan merupakan dasar berkembangnya kemelekatan orangtua dan anak.

e. Campur tangan, yaitu keikutsertaan orang tua dalam perencanaan dan pemilihan hal-hal yang mendukung tumbuh kembang anak. Dalam proses campur tangan dalam pengasuhan anak, orangtua perlu memahami karakteristik dan tugas perkembangan anak. Orangtua juga memahami pendampingan yang harus dilakukan berkaitan dengan

(33)

16

pengembangan minat bakat maupun tugas perkembangan anak.

Orang memegang sebagian besar kendali dalam pengambilan keputusan untuk anak, karena anak dirasa belum mampu membuat keputusan yang tepat dan sesuai.

3. Peranan Orangtua dalam Parenting.

Jane Brooks (2011) mengidentifikasi peranan orangtua dalam mendampingi perkembangan anak, antara lain:

a. Memberikan lingkungan yang protektif

b. Memberikan pengalaman yang membawa pada pengembangan potensi maksimal.

c. Menjadi penasehat dalam komunitas yang lebih besar

d. Menjadi kekuatan yang tak tergantikan dalam kehidupan anak.

4. Gaya Pengasuhan (Parenting Style).

Dalam mendidik anak, gaya pengasuhan merupakan satu hal yang penting untuk dipahami. Gaya pengasuhan merupakan serangkaian sikap yang ditunjukkan oleh orang tua kepada anak untuk menciptakan iklim emosi yang melingkupi interaksi orangtua dan anak. Pengasuhan pada anak dipercaya memiliki dampak terhadap perkembangan individu.

Baumrind (2002) melakukan penelitian kemudian membagi gaya pengasuhan dalam 4 jenis, yaitu: Authoritative, Authoritarian, Permissive, dan Uninvolved. Masing-masing gaya pengasuhan diuraikan sebagai berikut ini:

(34)

17 a. Gaya pengasuhan Authoritarian.

Gaya pengasuhan authoritarian merupakan gaya pengasuhan yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak anak untuk mengikuti petunjuk yang diberikan dan menghormati pekerjaan dan usaha-usaha yang telah dilakukan orangtua. Orangtua yang authoritarian menetapkan batasan-batasan dan kendali yang tegas dan kurang memberikan peluang kepada anak untuk berdialog secara verbal, sehingga orangtua yang authoritarian memegang kendali penuh dalam mengontrol anak-anaknya (Santrock, 2011). Orangtua authoritarian mencoba untuk membentuk, mengontrol, dan mengevaluasi perilaku dan sikap anak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Setiap tindakan dan setiap keputusan hidup anak ditentukan oleh orangtua. Orangtua memegang sikap bahwa mereka adalah sosok otoritas, dan anak-anak didorong untuk tunduk dengan mengorbankan keinginan mereka sendiri.

b. Gaya pengasuhan Authoritative.

Orangtua authoritative mendorong anak untuk mandiri tetapi tetap memberi batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka, juga memberi kesempatan kepada anak untuk berdialog secara verbal.

Orangtua yang authoritative bersikap terbuka, fleksibel dan memberikan kesempatan kepada anaknya untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan peraturan yang rasional (Santrock, 2011).

Orangtua mengarahkan perilaku anak secara rasional, dengan memberikan penjelasan terhadap maksud dari aturan yang

(35)

18

diberlakukan oleh orangtua. Hal ini menyebabkan orangtua mempunyai hubungan yang dekat dengan anak-anaknya dan selalu mendorong anaknya untuk ikut terlibat dalam membuat peraturan dan melaksanakan peraturan dengan penuh kesadaran. Orangtua authoritative memperhatikan keinginan dan pendapat anak, kemudian memberikan kesempatan anak untuk berdiskusi atau menyampaikan pendapatnya.

c. Gaya pengasuhan Permissive.

Orangtua permissive tidak pernah memberi hukuman dan menerima apa yang dilakukan anak tanpa memberikan intervensi.

Orangtua tipe ini memberikan respon pada anak dengan cara menerima apapun tindakan anak. Orangtua memberikan sedikit tuntutan terhadap tanggungjawab anak, sehingga anak juga kurang memiliki rasa tanggungjawab. Orangtua permissive tidak menegakkan aturan secara ketat, cenderung mengacuhkan dan memanfaatkan tingkah laku bermasalah anak (Kusdwiratri, 2011:93).

Orangtua permissive menerapkan sedikit disiplin dan sekalipun mereka menerapkan disiplin kepada anak, mereka bersikap tidak konsisten dalam penerapannya. Orangtua memberikan kebebasan penuh kepada anak-anaknya untuk bertindak sesuai dengan keinginan anak, sehingga dapat emngakibatkan timbulnya tingkah laku agresif pada anak (Martin dan Colbert, dalam Prasetyawati, 2010:166).

Orangtua permissive menurut Baumrind (2002) memiliki sikap

(36)

19

acceptance (penerimaan) tinggi, namun kontrol rendah dan memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya (dalam Yusuf, 2009:52).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Pengasuhan Orangtua.

Dalam pengasuhan terdapat banyak faktor pengaruh yang melatarbelakangi penerapan gaya pengasuhan oleh orangtua pada anak . Menurut Berns (dalam Prasetyawati, 2010:167), Belsky (dalam Lestari, 2012:51), dan Manurung (1995:53), ada beberapa faktor yang mempengaruhi gaya pengasuhan yaitu:

a. Latar belakang pengasuhan orangtua.

Dalam mengasuh anak, para orangtua belajar dari gaya pengasuhan yang pernah didapat dari orangtua mereka sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (1991:240) yang mengatakan bahwa orangtua menerapkan gaya pengasuhan pada anak berdasarkan gaya pengasuhan yang didapat sebelumnya.

b. Riwayat pendidikan orangtua

Orangtua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan berbeda gaya pengasuhannya dengan orangtua yang hanya memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

c. Status ekonomi serta pekerjaan orangtua.

Berns (dalam Prasetyawati, 2010:168) mengatakan, orangtua dengan status sosial ekonomi rendah biasanya mempunyai gaya

(37)

20

pengasuhan otoriter, disiplin dan sering melakukan hukuman fisik.

Orangtua dengan status ekonomi tinggi cenderung sibuk dalam urusan pekerjaannya terkadang menjadi kurang memperhatikan keadaan anak-anaknya. Keadaan ini mengakibatkan fungsi atau peran orangtua diserahkan kepada pembantu, yang pada akhirnya gaya pengasuhan yang diterapkanpun sesuai dengan pengasuhan yang diterapkan oleh pembantu. Jenis pekerjaan menurut Belsky (dalam Lestari, 2012:52), dapat pula mempengaruhi pengasuhan, misalnya orangtua yang bekerja sebagai tentara mungkin bersikap lebih otoriter dan suka memberi perintah. Sementara orangtua yang bekerja sebagai pengacara lebih suka menggunakan penalaran dan penjelasan. Dalam studi yang dilakukan oleh Miller dan Swanson (Berns, 2004) terhadap praktik pengasuhan orangtua di Amerika menemukan bahwa orangtua yang bekerja di pemerintahan lebih menekankan kebiasaan-kebiasaan yang egalite, penyesuaian sosial, dan kebersamaan. Sedangkan orangtua yang bekerja di swasta atau wiraswasta lebih menekankan kemandirian, kompetensi, dan kepercayaan diri.

d. Kepribadian orangtua

Dimensi kepribadian yang dikenal dengan Big Five dapat mempengaruhi kepekaan, ketanggapan dan ungkapan emosi orangtua dalam pengasuhan (Belsky & Barends, 2002; Smith, Sinrad, Einsenberg, Gaertner, Popp, dan Maxon, 2007). Penelitian

(38)

21

Aken, Junger, Verhoeven, Aken, Dekovic, dan Dennisan (2007) menemukan bahwa kestabilan emosi merupakan ciri kepribadian yang mempengaruhi pengasuhan dan berkaitan dengan perilaku agresi dan masalah perhatian pada anak.

e. Karakteristik anak

Anak dengan perilaku yang “manis” maka orangtua akan dapat bersikap halus. Akan tetapi, bila anak berperilaku “tidak manis”

maka akan menjadi penyebab orangtua bersikap kurang baik.

Anak-anak yang sangat bandel dan impulsif akan mendorong orangtua untuk bersikap keras, membuat orangtua merasa kehabisan akal, kurang afektif, sehingga memunculkan tindakan konfrontatif atau melakukan pengabaian.

f. Konteks budaya dan sosial

Dalam cakupan yang lebih luas konteks budaya dan sosial turut mempengaruhi pelaksanaan gaya pengasuhan. Generalisasi pengaruh kesukuan dan keragaman terhadap pengasuhan menghasilkan dua kelompok orientasi, yaitu orientasi kolektivistik yang mementingkan kerjasama dan saling bergantung, dan orientasi individualistik yang menekankan pada kompetensi dan kemandirian (Berns, dalam Lestari, 2012: 52). Orangtua di Amerika umumnya lebih cenderung pada orientasi individualistik, sedangkan orangtua Asia cenderung pada orientasi kolektivistik.

Perubahan budaya, yaitu dalam hal nilai, norma serta adat istiadat

(39)

22

antara dahulu adn sekarang juga ikut mempengaruhi gaya pengasuan orangtua. Sekarang ini banyak ibu yang bekerja di luar rumah sebagai wanita karir untuk menambah penghasilan dalam maupun sebagai suatu bentuk kepuasan, hal ini pada akhirnya menyebabkan urusan pengasuhan anak diserahkan kepada orang lain, dan pada akhirnya menyebabkan pengasuhan tidak sesuai dengan harapan orangtua

6. Teori Ekologi oleh Uri Bronfenbenner.

Teori ekologi diperkenalkan oleh Uri Bronfenbrenner, seseorang ahli psikologi dari Cornell University Amerika Serikat. Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan akan membentuk tingkah laku individu tersebut. Informasi lingkungan tempat tinggal anak akan menggambarkan, mengorganisasi, dan mengklarifikasi efek dari lingkungan yang bervariasi. Bronfenbrenner menyebutkan adanya lima sistem lingkungan berlapis yang saling berkaitan, yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem. Satu hal yang terpenting dalam teori ekologi Brofenbenner adalah bahwa pengkajian perkembangan anak dari subsistem manapun, harus berpusat pada anak, artinya pengalaman hidup anak yang dianggap menjadi penggerak utama bagi perkembangan karakter dan habitnya di kemudian hari. Masing-masing subsistem dalam teori Brefenbrenner tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut:

(40)

23 a. Mikrosistem.

Mikrosistem merupakan lingkungan yang paling dekat dengan pribadi peserta didik yaitu meliputi keluarga, guru, individu, teman- teman sebaya, sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan hal-hal lain yang sehari-hari ditemui oleh peserta didik. Dalam mikrosistem inilah terjadi interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial tersebut.

Individu tidak dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif dalam setting ini, tetapi individu bahkan ikut aktif membangun setting pada mikrosistem ini. Karakteristik individu dan karakteristik lingkungan akan berkontribusi dalam proses interaktif yang terjadi, sehingga membentuk sebuah karakter dan habit tertentu. Keluarga terutama orangtua dan lingkungan sekolah merupakan agen sosialisasi terdekat dalam kehidupan setiap individu, sehingga keluarga mempunyai pengaruh besar pada pembentukan karakter dan habit seseorang.

b. Mesosistem.

Mesosistem mencakup interaksi di antara mikrosistem di mana masalah yang terjadi dalam sebuah mikrosistem akan berpengaruh pada kondisi mikrosistem yang lain. Misalnya hubungan antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan, dan pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya, serta hubungan keluarga dengan tetangga. Dalam kaitannya dengan proses pendidikan, tentunya pengalaman apapun yang didapatkan oleh peserta didik di rumah akan ikut mempengaruhi kondisi

(41)

24

peserta didik di sekolah baik secara langsung maupun tidak. Sebagai contoh, ada tidaknya dukungan atau perhatian keluarga terhadap kebutuhan literasi tentunya akan mempengaruhi kinerja peserta didik di sekolah. Sebaliknya, dukungan sekolah dan keluarga akan mempengaruhi seberapa jauh peserta didik akan menghargai pentingnya literasi.

c. Eksosistem.

Eksosistem adalah sistem sosial yang lebih besar di mana anak tidak terlibat interaksi secara langsung, akan tetapi dapat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Sebagai contoh, jam kerja orangtua bertambah yang menyebabkan peserta didik kehilangan interaksi dengan orangtuanya sehingga kurangnya keterlibatan orangtua dalam pola asuh tersebut tentunya mempengaruhi perkembangan anak.

Subsistem dari eksosistem lain yang secara tidak langsung menyentuh pribadi peserta didik akan tetapi berpengaruh besar adalah koran, televisi, dokter, keluarga besar, dan lain sebagainya.

d. Makrosistem.

Makrosistem adalah sistem lapisan terluar dari lingkungan anak.

Subsistem makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, nilai masyarakat secara umum, dan lain sebagainya, di mana individu berada. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam lapisan makrosistem tersebut akan berpengaruh pada keseluruhan interaksi di semua lapisan. Misalnya, jika kebudayaan masyarakat menggariskan bahwa orangtua bertanggungjawab untuk membesarkan

(42)

25

anak-anaknya, maka hal tersebut akan mempengaruhi struktur di mana orangtua akan menjalankan fungsi psikoedukasinya. Menurut Berk, budaya yang dimaksud dalam subsistem ini adalah pola tingkah laku, kepercayaan, dan semua produk dari sekelompok manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi.

e. Kronosistem.

Kronosistem mencakup pengaruh lingkungan dari waktu ke waktu beserta caranya mempengaruhi perkembangan dan perilaku.

Contohnya seperti perkembangan teknologi dengan produk-produk turunannya, seperti internet dan gadget, membuat peserta didik mahir, nyaman, dan terbiasa menggunakannya untuk pendidikan maupun hiburan. Demikian halnya dengan maraknya fenomena wanita karir akibat industrialisasi, telah mengubah kehidupan keluarga. Perhatian ibu terhadap anak menjadi berkurang. Kronosistem meliputi keterpolaan peristiwa-peristiwa sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan sosiohistoris.

7. Pengasuhan dan Pendidikan Anak dalam Keluarga.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan kualitas seorang individu. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 (dalam Suherman, 2011, hlm.1) tentang sistem pendidikan nasional adalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar oeserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

(43)

26

akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Menurut Yudiana & Subroto (2010) Pendidikan adalah proses menolong, membimbing, mengarahkan, dan mendorong individu agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan individu menjadi individu-individu yang kreatif, berdaya-cipta, dan yang dapat menemukan atau discover.

Pengertian pengasuhan menurut Alvita (2009) sebagai serangkaian keputusan tentang sosialisasi pada anak, yang mencakup apa yang harus dilakukan oleh orang tua/pengasuh agar mampu bertanggung jawab dan memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat termasuk juga apa yang harus dilakukan orangtua/pengasuh ketika anak menangis, marah, berbohong, dan tidak melakukan kewajiban dengan baik.

Menurut Ayun (2016) Dalam perjalanan hidupnya, untuk memiliki kepribadian yang terpuji seorang anak memerlukan pendidikan dan pengasuhan dari orang tua. Keluarga yang didalamnya termasuk orang tua adalah merupakan sekolah pertama yang anak temui ketika pertama kali dilahirkan di dunia. Memberikan pendidikan dan pengasuhan pada anak dapat dilakukan oleh orang tua dengan cara memberikan pendidikan kepada anak sejak usia dini. Pendidikan dan pengasuhan yang diberikan oleh orang tua kepada anak dapat dilakukan dengan beberapa metode,

(44)

27

yaitu: keteladanan; kebiasaan; perhatian; nasehat dan hukuman.

Pendidikan dan pengasuhan anak dapat dimulai sejak anak usia dini atau pra sekolah yakni usia (2-6) tahun sesuai tahapan perkembangan.

Sedangkan, pendidikan secara formal dapat diberikan pada anak mulai usia pra sekolah dengan metode yang menyenangkan bagi anak mengingat usia pra sekolah pada anak kemampuan kognitif yang dimiliki masih terbatas pada perkembangan tertentu.

B. Hakikat Orangtua sebagai Dewasa Awal dan Perannya dalam Parenting

1. Pengertian Dewasa Awal.

Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (1991) berpendapat bahwa orang dewasa adalah seseorang yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya di dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Dewasa awal adalah masa peralihan setelah masa remaja akhir. Hurlock (1991) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40 tahun. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa awal ialah mereka yang berusia 20-40 tahun.

Santrock (2011) menjelaskan orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik secara fisik, transisi secara intelektual serta transisi peran sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak

(45)

28

dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya pandangan egosentris menjadi sikap yang empati.

Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting.

Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1991) mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal.

Optimalisasi perkembangan orang dewasa awal mengacu pada tugas-tugas perkembangan dewasa awal. Havighurst, 1953 (dalam Hurlock, 1986) mengemukakan rumusan tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal sebagai berikut :

a. Memilih teman (sebagai calon istri atau suami) b. Belajar hidup bersama dengan suami/istri

c. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga d. Mengelola rumah tangga

e. Mulai bekerja dalam suatu jabatan

f. Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara

3. Parenthood Sebagai Pengalaman Pekembangan Dewasa Awal.

Kehadiran bayi menandai perubahan besar dalam kehidupan orangtua. Sosok baru yang amat tergantung orang lain secara penuh ini individu dan hubungannya. Ketika si anak berkembang, orangtua juga

(46)

29

berkembang. Keterlibatan pria (ayah) dan wanita (ibu) dalam parenthood merupakan bagian dari penuntasan tugas perkembangan dewasa awal sebagai figur orangtua. Pria dan wanita memiliki perasaan bercampur aduk saat menjadi orangtua. Bersama dengan kegairahan, mereka mungkin merasakan kecemasan akan tanggungjawab membesarkan anak dan komitmen waktu serta energi yang dituntut.

Para ayah pada saat ini memiliki keterlibatan lebih besar dalam kehidupan anak mereka, dan bahkan dalam pengasuhan anak serta pekerjaan rumahnya, dibandingkan masa-masa sebelumnya. Dalam sebuah studi terhadap orangtua dari anak usia 4 tahun di 10 negara Eropa, Asia, dan Afrika serta AS., para ayah menghabiskan kurang dari satu jam sehari mengasuh sang anak seorang diri sepanjang hari-hari kerja, sedangkan para ibu di AS. Menghabiskan 11 jam tiap minggu mengasuh anak usia prasekolahnya- lebih banyak dari pada ibu dari 10 negara lainnya (Olmsted & Weikart, 1994).

Merupakan hal yang penting untuk mengenali diversitas keluarga- keluarga ini dalam mempelajari pasangan yang sama-sama bekerja (Barnett & Hyde, 2001). Di samping pola tradisional pemberi nafkah utama (biasanya pria) dan pemberi nafkah sekunder (biasanya wanita), ada beberapa keluarga dengan pasangan suami istri yang memiliki tingkat penghasilan dan karier yang tinggi. Banyak pula keluarga kelas menengah yang salah satu pasangan atau keduanya “menahan diri”: memotong jam kerja atau menolak lembur atau menolak pekerjaan yang

(47)

30

mengharuskannya bepergian secara berlebihan, dengan demikian dia meningkatkan waktu untuk keluarga dan mengurangi stress (Becker &

Moen, 1999; Crouter & Manke, 1994).

4. Peran Orangtua dalam Pengasuhan Anak

Menurut Brooks (2011) peran dasar orangtua ialah bertanggung jawab atas pemeliharaan, seperti yang sudah kita bahas sebelumnya.

Masyarakat memberikan kewenangan utama pada orangtua untuk memenuhi kebutuhan anak karena orangtua dianggap mengetahui hal-hal terbaik bagi anak.

Menurut Brooks (2011), orangtua anak yang berusia 2 hinga 5 tahun menghadapi tugas baru sama seperti tugas lama. Pengasuhan dalam periode usia ini mencakup hal-hal berikut:

a. Menjadi pengasuh yang peka dan responsif yang menjaga kemelekatan aman denan anak.

b. Membantu anak mempelajari aturan dan mengatur perilaku mereka.

c. Membantu anak mengelola rasa frustasi dan tantanan sehingga mereka bisa merasakan keberhasilan.

d. Merangsang pertumbuhan dan kompetensi anak melalui buku, permainan, dan aktivitas.

e. Melatih anak ketika mereka memiliki kesulitan dalam aktivitas dan dengan orang lain.

(48)

31

f. Memberikan dampingan dan bimbingan dalam perbincangan dan permainan.

g. Mendapatkan, dan jika tidak tersedia, mengadvokasi layanan lingkungan bagi anak dan keluarga.

Brooks (2011) menjelaskan bahwa kontribusi ayah dalam keuangan meningkatkan sumber yang tersedia untuk membesarkan anak.

Tanpa adanya sumber tambahan, keluarga mungkin tidak memiliki layanan seperti jaminan kesehatan dan akan hidup di lingkungan yang miskin dengan sekolah yang buruk dan layanan masyarakat yang lebih sedikit. Sementara itu ibu memegang tanggung jawab utama untuk mengelola tugas keluarga. Ibu akan memastikan pemenuhan gizi pada anak, menjadwalkan pekerjaan rumah, menjadwalkan jam mandi anak, kemudian membiasakan anak tidur sesuai jamnya.

5. Pengetahuan Orangtua Mengenai Pengasuhan Anah Usia Dini.

Menurut Brooks (2011) perilaku orangtua merupakan hal penting dalam pertumbuhan dan kompetensi anak. Perilaku pertama orangtua di 2 tahun pertama kehiduapn mempengaruhi kompetensi anak dalam periode usia prasekolah, dan interaksi orangtua dengan anak usia prasekolah memengaruhi bagaimana anak akan berkembang ketika mereka berada di sekolah dasar.

Pola asuh orangtua dalam membantu anak untuk mengembangkan disiplin diri adalah upaya orangtua yang diaktualisasikan terhadap penataan lingkunan fisik, lingkungan sosial internal dan eksternal,

(49)

32

pendidikan internal dan eksternal, dialog dengan anak-anaknya, suasana psikologis, sosiobudaya, perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya pertemuan dengan anak-anak, kontrol terhadap perilaku anak-anak, dan menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku dan yang diupayakan kepada anak-anak (Shochib, 2010: 15).

Pendidikan anak usia dini merupakan dasar fondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang mendapatkan pembinaan sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental, yang itu akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja dan produktifitas. Pada akhirnya anak akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki (Hibana, 2002:5). Orangtua perlu mempelajari dan memahami hal-hal apa saja yang perlu diketahui dalam mengasuh anak usia dini. Orangtua perlu melatih anak agar memiliki kontrol perilaku sejak dini. Kontrol perilaku diberikan oleh orangtua mulai dari lingkungan terdekat, yaitu dirumah. Selain melatih kontrol, anak usia dini juga dilatih agar memiliki tanggungjawab mulai dari hal-hal kecil seperti mengerjakan PR dan merapikan mainan setelah selesai bermain.

Orangtua juga perlu memahami cara-cara memenuhi kebutuhan kasih sayang pada anak. Pengasuhan anak usia dini difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dan pemberian rangsangan terhadap perilaku yang belum bisa dilakukan oleh anak usia dini sendiri.

(50)

33 C. Hasil Penelitian yang Relevan.

Penelitian ini mengenai tingkat pengetahuan parenting pada orangtua yang memiliki anak usia dini di TK Annur 1 Jogja. Beberapa hasil penelitian yang relevan terkait objek penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian MG. Andi Ardiana pada tahun 2007 dengan judul

“Deskripsi Pemahaman Orang Tua Siswa Taman Kanak-Kanak Kanisius Siswa Siwi Muntilan Tahun Ajaran 2006/2007 Ditinjau Dari Prinsip Pendidikan Anak Prasekolah Berdasarkan Pendekatan Karakteristik Perkembangan, menyimpulkan bahwa terdapat sebanyak 9% dari orangtua siswa TK Kanisius Siswa Siwi Muntilan tahun ajaran 2006/2007 tidak memahami prinsip pendidikan anak prasekolah berdasarkan pada pendekatan karakteristik perkembangan.

Pemahaman orangtua ditinjau dari prinsip-prinsip pendidikan anak prasekolah berdasarkan pendekatan karakteristik perkembangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yaitu: pertama, nilai- nilai yang dimiliki orangtua; kedua, pengalaman dan pendidikan akademis ataupun lingkunan pergaulannya; ketiga, akses orangtua terhadap informasi yang benar bahwa pendidikan anak prasekolah harus berdasarkan prinsip-prinsip perkembangan anak; keempat, kemampuan orangtua untuk mengkritisi opini-opini dalam masyarakat tentang pendidikan anak prasekolah sehingga orangtua memiliki penafsiran yang benar terhadap opini-opini tersebut; kelima,

(51)

34

kepedulian orangtua terhadap pertumbuhan, perkembangan serta pendidikan anak mereka.

2. Penelitian Nurdeni Mai Fitri pada tahun 2008 dengan judul

“Efektifitas Pola Asuh Orangtua Terhadap Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Di Taman Kanak-kanak Pembina Painan”, menyimpulkan bahwa bentuk pola asuh yang diterapkan orangtua kepada anak dirumah khususnya pada Taman Kanak-kanak Pembina Painan yang paling dominan diterapkan oleh orangtua dirumah adalah pola asuh permissive.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan parenting orangtua sangat berpengaruh pada anak usia dini. Orangtua yang memberikan pengasuhan yang tidak sesuai dengan karakteristik dan tugas perkembangan anak usia dini akan berdampak pada perkembangan anak.

D. Kerangka Pikir.

Pada bagian ini peneliti memaparkan mengenai kerangka pikir.

Peneliti menggali aspek-aspek yang mendukung keberhasilan dalam proses parenting. Parenting merupakan hal yang penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Orangtua berperan penting merawat, membimbing, mendidik, dan menyayangi dalam proses parenting pada anak usia dini. Penerapan proses parenting juga merupakan salah satu cabang dari hidup berkeluarga atau mengelola keluarga yang merupakan tugas perkembangan dari orangtua yang berada pada tahap dewasa awal. Orangtua tentunya mempersiapkan diri untuk pengasuhan

(52)

35

anak, mulai dari tahap persiapan kehamilan hingga tahap kemandirian anak. Dalam mengasuh anak usia dini tentunya diperlukan pengetahuan mengenai karakteristik dan kebutuhan anak usia dini.

Anak usia dini adalah pribadi dengan rentang umur 3-6 tahun yang berada pada tahapan golden age (usia emas), yaitu usia emas yan sangat berharga dan unik. Usia tersebut merupakan periode diletakkannya dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidup. Maka anak usia dini membutuhkan bimbingan dan bantuan orangtua dalam proses tumbuh kembang menuju tahap perkembangan selanjutnya.

Orangtua dapat membimbing dan membantu tumbuh kembang anak usia dini dengan melakukan parenting pada anak usia dini. Terdapat 5 aspek parenting yang menjadi dasar orangtua mengasuh anak usia dini, yaitu (1) Kontrol, (2) Tuntutan, (3) Komunikasi, (4) Kasih Sayang, (5) Campur Tangan. Kelima aspek tersebut merupakan hal-hal yang mendasari pengetahuan dalam mengasuh anak usia dini.

Proses parenting dapat dikatakan berhasil apabila orangtua bisa mengasuh anak sesuai dengan karakteristik dan perkembangan anak.

Pengetahuan dan keterampilan parenting anak usia dini merupakan kunci orangtua dalam membina tumbuh kembang anak melalui rangsangan fisik, motorik, perilaku sosial, dan kecerdasan emosi. Selain itu, orangtua juga mampu mengembangkan fungsi pendidikan, sosialisasi, dan kasih sayang dalam keluarga.

(53)

36 Gambar 2.1

Kerangka Pikir Penelitian

Perilaku anak usia dini

Pengasuhan orangtua

Kontrol

Tuntutan

Komunikasi

Kasih sayang

Campur Tangan Lingkungan

belajar dan bermain Lingkungan sosial

budaya

Media Sosial

(54)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memuat penjelasan mengenai jenis penelitian, populasi penelitian, metode pengumpulan data dan analisis data.

A. Jenis dan Desain penelitian.

Penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan mengasilkan dalil atau fakta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Jenis penelitian kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut juga metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini jugta disebut metide discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan sebagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2015:13).

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran lebih detail mengenai suatu gejala berdasakan data yang ada, menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasi (Narbuko & Achmadi, 2003).

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan memperoleh gambaran

(55)

38

mengenai tingkat pengetahuan parenting pada orangtua yang memiliki anak berusia dini di TK Annur 1 pada tahun ajaran 2020/2021.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian : Semester Gasal 2020/2021. Pengumpulan data dilakukan tanggal 10 – 17 November 2020

2. Tempat Penelitian : TK Annur 1 Jogja.

C. Subjek penelitian.

Subjek penelitian merupakan tempat variabel melekat. Subjek penelitian adalah tempat di mana data untuk variabel diperoleh (Arikunto, 2010). Subjek penelitian ini adalah orangtua siswa TK Annur 1 tahun ajaran 2020/2021 yang berjumlah 30 orang. Jumlah subjek penelitian disajikan dalam tabel data subjek penelitian berikut,

Tabel 3.1

Data Subjek Penelitian

Orangtua Siswa TK Annur 1 tahun ajaran 2020/2021 Subjek Penelitian Jumlah

Orangtua siswa kelas TK A 20 orang Orangtua siswa kelas TK B 10 orang

Jumlah: 30 orang

D. Definisi Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan parenting. Konsep parenting yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep Jane Brooks (1999) bahwa “Parenting in general can be described as a series of actions and interaction on the part of parents to promote the development of children”, yang berarti pengasuhan secara umum dapat dideskripsikan sebagai

Gambar

Tabel 3.4  Nilai Koefisien

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan penghalusan menggunakan metode Rietveld dengan program GSAS, parameter kisi lapisan tipis BaZr 0,15 Ti 0,85 O 3 semakin besar dengan bertambahnya

[r]

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikatakan oleh Greenspoon & Saklofske (2001) yang menyatakan bawa meskipun kesejahteraan dan tekanan psikologis sering

Berbagai sudut pandang di atas, meskipun tidak dinafikan keberadaannya, tetapi dalam kajian ini tidak mampu mencakup tipologinya satu persatu. Dengan berpijak pada

Keluarga yang memiliki berbagai fungsi yang dijalankannya merupakan perwujudan dari suatu wahana/wadah dimana seorang Individu mengalami proses bersosialisai untuk

tetraetil ortosilikat (TEOS) dan besi (III) nitrat sebagai prekursor diikuti dengan perlakuan termal pada temperature 500"C. Karakterisasi dilakukan dengan

Sektor ekonomi tersier (dikenal sebagai sektor jasa atau industri jasa) adalah satu dari tiga sektor ekonomi, yang lainnya adalah sektor sekunder (manufaktur) dan sektor

Karena kondisi Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo sebagai rumah sakit peralihan dari tipe kelas C menjadi B, maka diperlukan penerapan asuhan keperawatan yang sesuai