• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV MI Mathlaul Anwar Bogor Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016)

Oleh :

Deasy Ajeng Woro Palupi 109018300115

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Deasy Ajeng Woro Palupi (109018300115), “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari siswa dengan berbagai macam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya, yang berfungsi agar siswa benar-benar belajar dan semua anggota terlibat dalam mengerjakan soal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret 2016 di MI Mathlaul Anwar pada kelas IV. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, yang terdiri dari dua siklus yang masing-masing memiliki empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi guru dan siswa, instrumen tes, dan catatan lapangan.

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika diperoleh adanya peningkatan aktivitas belajar serta pemahaman konsep siswa selama proses pembelajaran semakin meningkat.

Berdasarkan hasil observasi rata-rata kemampuan bekerjasama siswa pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I yaitu 68,76% menjadi 80,84% dan rata- rata hasil tes pemahaman konsep siswa juga mengalami peningkatan pada siklus II dari siklus I yaitu 68,16 menjadi 87,5. Berdasarkan pada hasil penelitian yaitu pemahaman konsep matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD didapatkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa meningkat.

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, STAD, Pemahaman Konsep

(7)

ii ABSTRACT

Deasy Ajeng Woro Palupi (109018300115), ”The Application Of Cooperative learning model with STAD type to improve Students mathematics comprehension”. Skripsi, Department of Primary teachers Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of State Islamic University Jakarta, 2016.

The research is conducted to reach a description of cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievement Division) to improve students’

comprehension on Mathematics concept. Cooperative learning model type STAD is a cooperative learning which has various capabilities, gender and tribes and function to make students learn and they are involved in doing the test. This research took place at MI Mathlaul Anwar on March, 2016. The research method used was an Action Research, which has two cycles and each cycle has four steps, they are planning, implementation, observation, and reflection. The instrument used was students and teachers observation sheet, test, and research field.

The result of the implementation cooperative learning model type STAD showed that there was an improvement in learning activity and students’ comprehension during the learning process. According to the observation, there was an

improvement on students’ ability to cooperate. The score was 68,76% to 80,84%

at the II cycle from I cycle and so did with the average. The result of students’

comprehension on Mathematics concept improved from 68,16 to 87,5% at the II cycle from I cycle. The conclusion was, there was an improvement on students’

comprehension of mathematics concept by using cooperative learning model type STAD.

Keywords : Cooperative Learning, STAD, Mathematics Comprehension

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil„alamiin, puji serta syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dukungan, do‟a dan partisipasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:

1. Prof. Dr.H.Ahmad Thib Raya.MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam mengesahkan skripsi ini.

2. Dr. Khalimi, M.Ag. selaku ketua program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Syaripuloh, M.Pd, selaku penasihat akademik yang selalu memberikan arahan dan nasihat, serta mempermudah penulis secara administrasi akademik sehingga skripsi ini dapat diajukan dan diujikan.

3. Fery Muhamad Firdaus, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah khususnya di Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah memberikan bantuan dan dukungannya.

5. Bapak Urpiah, S.Pd.I, kepala Sekolah MI Mathlaul Anwar, dewan guru khususnya Bapak Jejen wali kelas IV, dan seluruh karyawan yang telah memberikan kesempatan dan membantu agar penulis dapat melakukan

(9)

iv

penelitian. Serta kepada seluruh siswa/i MI Mathlaul Anwar khususnya untuk kelas IV yang peneliti sayangi.

6. Terimakasih teristimewa untuk kedua orang tua yang penulis cintai, sayangi dan hormati, Bapak Andi Durachman dan Ibu Sari Antini, Kakak ku Chandra Pd dan Denda, serta Adikku Fahri Aziz yang selalu memberikan doa dan kasih sayang, semangat serta dukungan yang tiada henti-hentinya baik moril maupun materil kepada penulis. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya selalu kepada keluargaku.

7. Handini, Siti dan Hifziyah dengan adanya kalian penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku tercinta yang selalu memberikan semangat dan motivasi yang tak pernah henti Emi, Husnul, Lophe, Yanita, Vitri, Teh Chika, Teh Mia, Teh Dara dan Farah. Terima kasih atas seluruh dukungan dan doa kalian.

9. Teman-teman seperjuangan PGMI 2009 yang penulis tidak dapat sebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaiya skripsi ini. Semoga kebaikannya dijadikan amal shaleh dan senantiasa diberikan kemuliaan, Amiin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan yang membangun sebagai bahan perbaikan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Juli 2016

Penulis

(10)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II: KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL PENELITIAN A. Deskripsi Teoritik ... 8

1. Pembelajaran Matematika di MI ... 8

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 11

3. Pemahaman Konsep Matematika ... 15

a. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika ... 15

b. Indikator Pemahaman Konsep ... 20

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 22

D. Hipotesis Tindakan ... 23

(11)

vi BAB III: METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian ... 23

C. Subjek Penelitian ... 27

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian... 27

E. Tahap Intervensi Tindakan ... 27

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 32

G. Data dan Sumber Data ... 32

H. Teknik Pengumpulan Data ... 33

I. Instrumen Pengumpulan Data ... 35

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 37

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 38

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 38

BAB IV: DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan ... 39

1. Pelaksanaan Siklus I ... 39

a. Tahap Perencanaan ... 39

b. Tindakan dan Observasi ... 40

c. Hasil Pengamatan ... 44

d. Tahap Refleksi ... 50

2. Pelaksanaan Siklus II ... 51

a. Tahap perencanaan ... 51

b. Tahap tindakan dan Observasi ... 51

c. Hasil Pengamatan ... 56

d. Tahap Refleksi ... 61

B. Analisis Data ... 61

C. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian... 64

(12)

vii BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 66 B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Alur Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Mc Taggart ... 24

Gambar 4.1 : Pengenalan Pecahan ... 40

Gambar 4.2 : Kegiatan Diskusi Siklus I ... 41

Gambar 4.3 : Suasana Tes Pemahaman Siklus I ... 43

Gambar 4.4 : Kegiatan Diskusi Siklus II ... 52

Gambar 4.5 : Kegiatan Siswa Mengerjakan Kuis Siklus II ... 54

Gambar 4.6 : Suasana Tes Pemahaman Siklus II ... 55

(14)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Perhitungan Skor Individu... 14

Tabel 2.2 : Perhitungan Skor Kelompok ... 14

Tabel 3.1 : Tahap Pra Penelitian ... 27

Tabel 3.2 : Tahap Penelitian Siklus I ... 27

Tabel 3.3 : Tahap Pelaksanaan Siklus II... 29

Tabel 3.4 : Kriteria Skor Pemahaman Konsep Matematika ... 33

Tabel 3.5 : Kisi-kisi Instrumen ... 35

Tabel 4.1 : Data Kemampuan Bekerjasama Siswa Siklus I ... 44

Tabel 4.2 : Nilai Tes Pemahaman Siklus I ... 45

Tabel 4.3 : Catatan Lapangan Siklus I ... 46

Tabel 4.4 : Hasil Deskripsi Siklus I ... 47

Tabel 4.5 : Refleksi Siklus I ... 49

Tabel 4.6 : Data Kemampuan Bekerjasama Siswa Siklus II ... 55

Tabel 4.7 : Nilai Tes Pemahaman Siklus II ... 56

Tabel 4.8 : Catatan Lapangan Siklus II ... 57

Tabel 4.9 : Hasil Deskripsi Siklus II... 59

Tabel 4.10 : Data Kemampuan Bekerjasama Siswa Setiap Siklus ... 61

Tabel 4.11 : Nilai Tes Pemahaman Setiap Siklus ... 62

(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 69

Lampiran 2 : Lembar Kerja Siswa ... 101

Lampiran 3 : Kisi-kisi Soal Tes Siklus I dan Siklus II... 109

Lampiran 4 : Soal Tes Siklus I ... 111

Lampiran 5 : Soal Tes Siklus II ... 113

Lampiran 6 : Lembar Observasi Kemampuan Bekerjasama Siswa ... 115

Lampiran 7 : Lembar Observasi Guru Siklus I dan Siklus II... 116

Lampiran 8 : Pedoman Wawancara Siswa ... 120

Lampiran 9 : Wawancara Guru Pra Penelitian ... 121

Lampiran 10 : Daftar Distibusi Frekuensi Pemahaman Konsep Matematika Siswa Siklus I ... 123

Lampiran 11 : Daftar Distibusi Frekuensi Pemahaman Konsep Matematika Siswa Siklus II ... 125

Lampiran 12 : Daftar Nilai Tes Pemahaman Konsep Siklus I dan II ... 127

Lampiran 13 : Tes Prapenelitian ... 128

Lampiran 14 : Hasil Tes Prapenelitian ... 129

(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Salah satu dari didirikannya negara adalah dengan diselenggarakannya pendidikan, yang pada saat ini umumnya berbentuk sebuah lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat proses belajar dan mengajar. Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa itulah pendidikan nasional diselenggarakan berdasarkan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang di tetapkan dalam UU Sisdiknas (UUSPN) bab II, pasal 3, yaitu sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedang belajar dilakukan peserta didik atau murid. Menurut Dimyati dan Mudjiono, pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa-siswi belajar secara aktif, yang menekankan pada sumber belajar.2

Mengajar tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, akan tetapi juga sejumlah perilaku yang akan menjadi kepemilikan siswa. Pengaturan pendekatan, strategi, dan kelengkapan dalam pengajaran adalah bagian dari kegiatan manajemen pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru. Oleh karena itu, sekolah dan kelas perlu dikelola secara baik, dan menciptakan iklim belajar menunjang.

1 UU RI, No 20 Th 2003 Tentang SISDIKNAS, (Jakarta: PT Kloang Klede Putra Timur dan Koprasi Primer P. M. I 2003) h. 6

2 Esti Yuli Widayanti, dkk, Pembelajaran Matematika MI, (Surabaya: Aprinta, 2009), edisi pertama, h. 6

(17)

2

Salah satu mata pelajaran yang penting untuk diajarkan sejak sekolah dasar dan menengah adalah matematika, karena matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari para siswa, serta matematika juga diperlukan sebagai dasar untuk mempelajari matematika lanjut.3 Secara umum tujuan diberikannya matematika disekolah adalah untuk membantu siswa mempersiapkan diri agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, dan kritis.4

Dalam matematika setiap konsep abstrak yang baru dipahami siswa perlu diberi penguatan, agar mengendap dan tahan lama dalam memori siswa sehigga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya.5 Kesalahan konsep pada matematika dapat disebabkan oleh faktor guru maupun siswa.

Materi pelajaran matematika yang diberikan kepada siswa SD/MI merupakan materi yang bersifat mendasar dan berkesinambungan, sehingga apabila siswa telah bisa menguasai setiap konsep dasarnya, maka akan bisa memahami konsep matematika di tingkat tersebut. Hal itu agar tidak menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa untuk memahami konsep matematika pada tahap selanjutnya. Namun demikian, kita juga tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa sampai sekarang masih banyak yang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Bahkan tidak jarang matemtaika dianggap sebagai

“momok” yang menakutkan, yang sebisa mungkin dihindari.6

Salah satu permasalahan yang sering terjadi dalam pembelajarann matematika adalah sulitnya siswa memahami konsep matematika. Hal ini terlihat dari hasil uji pra penelitian yang dilakukan peneliti di sekolah MI Madhlaul Anwar kelas IV, diperoleh hasil nilai rata-rata siswa pada soal pemahaman konsep matematika sebesar 55,5 terdapat 25 siswa masih mendapatkan nilai dibawah

3 Haryati, Indaryanti dan Zulkardi, Pengembangan Materi Luas Permukaan Dan Volume Limas Yang Sesuai Dengan Karakteristik PMRI Di Kelas VIII SMPN 4 Palembang, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 1, 2008, h. 52

4 Sriyanto, Strategi Sukses Menguasai Matematika, (Yogyakarta: GalangPress, 2007), hal.

15.

5 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 3, h. 2.

6 Sriyanto, op. cit., h. 11

(18)

KKM, selain itu dalam proses mengerjakan soal masih banyak siswa yang belum dapat menemukan dan mendefinisikan konsep baru secara mandiri, juga masih banyak yang belum bisa mengembangkan konsep matematika yang telah diajarkan oleh guru dan siswa masih sering menggunakan rumus-rumus yang hanya diberikan oleh guru serta hanya mengandalkan catatan yang diberikan oleh guru daripada menemukan konsep matematika secara mandiri.

Permasalahan pemahaman konsep matematika ini bukan menjadi sebuah persoalan yang mudah. Karena pada kenyataannya, jangankan untuk dapat memahami konsep matematika yang lebih tinggi. Untuk dapat memahami konsep matematika yang paling mendasar pun, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan. Para siswa berpendapat bahwa materi pada mata pelajaran matematika sulit untuk dipahami. Disamping itu juga guru menekankan pada teknik menghafal rumus atau aturan yang berlaku, padahal tidak semua siswa memiliki kemampuan menghafal yang sama. Hal ini menyebabkan siswa kurang tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikan. Akibatnya banyak siswa yang kurang mampu memahami materi pelajaran dan berimbas pada penyelesaian soal-soal yang diberikan oleh guru.

Selain itu, peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran matematika dikelas IV MI Mathlaul Anwar yang dilakukan di kelas IV pada tanggal 29 februari 2016 diperoleh informasi bahwa guru kurang mengembangkan metode pembelajaran. Metode yang digunakan masih bersifat konvensional, pembelajaran pun bersifat satu arah sehingga siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam kegiatan kelompok.

Berdasarkan Piaget, anak-anak sekolah dasar (7-11 tahun) berada dalam tahap operasional konkret, sehingga secara natural cara terbaik mereka adalah secara nyata dengan melihat, merasakan, dan melakukan dengan tangan mereka.

Konsep sedapat mungkin diajarkan dengan dilihat, dipegang dan dimainkan, digambar, diucapkan lalu ditulis.7 Dalam menciptakan interaksi yang baik

7 Fatimah, Fun Math Matematika Asyik Dengan Metode Pemodelan, (Bandung: DARI MIZAN, 2009), cet. 1, h. 8

(19)

4

diperlukan profesionalisme dan tanggung jawab yang tinggi dari guru dalam usaha untuk membangkitkan serta mengembangkan keaktifan belajar siswa.

Menurut E. Mulyasa pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri.8

Dengan memperhatikan masalah di atas, sudah selayaknya dalam pembelajaran matematika perlu dilakukan inovasi. Maka peneliti menentukan pembelajaran yang dipilih untuk mengatasi hal tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) yang sekiranya dapat mengaktifkan siswa dan memperjelas pemahaman materi yang diajarkan, dimana siswa dapat mengalami sendiri tentang konsep yang diajarkan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokkan/tim kecil yang terdiri dari 4–5 orang yang heterogen baik kemampuan, jenis kelamin, maupun ras.9 Dengan demikian, kelompok siswa bekerja sama dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah mencapai tujuan, yakni menguasai pelajaran tersebut dan dapat memahami dengan sangat baik. Fungsi utama dari tim ini adalah agar semua anggota tim belajar dan bisa mengerjakan kuis dengan baik.10

Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) diharapkan mampu meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan

8 Ilham, Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa, Jurnal Keaktifan Belajar Siswa, http://abangilham.wordpress.om/2009/03/31/pentingnya-upaya-guru-dalam-mengembangkan- keaktifan-belajar-siswa/.htm diakses pada 21 feb 2013

9 Robert E. Slavin, Cooperative Learning, (Bandung: Nusa Media, 2005), hal.144

10 Ibid, hal.144

(20)

Pemahaman Konsep Matematika Siswa Pada Materi Pecahan Kelas IV di MI Mathlaul Anwar Bogor".

B. Identifikasi Masalah

Dari penjelasan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain:

1. Pemahaman siswa akan pelajaran matematika rendah.

2. Metode pembelajaran yang diterapkan guru kurang bervariasi.

3. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

4. STAD akan mmeningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini dapat lebih jelas dan terarah, maka lingkup permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi hanya pada permasalahan meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dengan aspek-aspek sebagai berikut :

1. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar Bogor semester II tahun ajaran 2015/2016.

2. Materi dalam penelitian ini adalah materi pecahan.

3. Kompetensi matematis siswa yang diteliti adalah pemahaman konsep.

4. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dalam meningkatkan

(21)

6

kemampuan bekerjasama siswa pada materi pecahan kelas IV di MI Mathlaul Anwar Bogor ?

2. Apakah pemahaman konsep matematika siswa meningkat dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada materi pecahan kelas IV di MI Mathlaul Anwar Bogor ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di aras, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dalam meningkatkan kemampuan bekerjasama siswa.

2. Untuk mengetahui apakah pemahaman konsep matematika siswa meningkat dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Student Teams Achievement Divisions) pada materi pecahan kelas IV di MI Mathlaul Anwar.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang akan dilakukan memiliki kontribusi yang cukup besar bagi guru, siswa dan peneliti. Kontribusi pada masing-masing komponen dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bagi guru

a. Sebagai gambaran mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division).

b. Dapat mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada mata pelajaran matematika dan mata pelajaran lainnya.

2. Bagi siswa

a. Sebagai model pembelajaran alternatif yang menyenangkan.

(22)

b. Sebagai model pembelajaran yang menuntut ketuntasan materi semua siswa secara merata dan memupuk kerjasama antar siswa.

3. Bagi peneliti

Sebagai sumbangan untuk kemajuan dalam dunia pendidikan di Indonesia serta untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam proses pembelajaran matematika. Selain itu sebagai bahan acuan bagi para peneliti lain dalam melakukan penelitian.

(23)

8 BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Deskripsi teoritik

1. Pembelajaran Matematika di MI

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.1 Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.

Dengan kata lain, pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar.2

Pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan untuk itu.

Pembelajaran disekolah semakin berkembang, dari pengajaran yang bersifat tradisional sampai pembelajaran dengan system modern.3 Di dalam pembelajaran terdapat interaksi antara peserta didik dan pendidik, melibatkan unsure-unsur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran menggambarkan kegiatan guru mengajar dan siswa sebagai pelajar dan unsur-unsur lain yang saling mempengaruhi.4

Dari beberapa definisi diatas, bahwa pembelajaran merupakan suatu yang dirancang oleh guru untuk membelajarkan peserta didik. Di dalam proses belajar guru bukan lagi sebagai subjek belajar, melainkan sebagai fasilitator atau berperan membimbing peserta didik untuk belajar. Salah

1 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,2003) h. 62

2 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2008), h. 85.

3 Deni Darmawan dan Permasih, “Konsep Dasar Pembelajaran” dalam Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. 1, h.128

4 Masitoh Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Dirrektorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), Cet. 1, h. 8

(24)

satu komponen dalam pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks pembelajaran. Sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat memilih model pembelajaran serta media yang cocok dengan materi atau bahan ajaran.

Matematika memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Banyak yang telah disumbangkan matematika bagi perkembangan peradaban manusia. Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Boleh dikatakan landasan utama sains dan teknologi adalah matematika.5

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).6 Objek matematika adalah fakta, konsep, operasi, dan prinsip yang kesemuanya itu berperan dalam membentuk proses berpikir matematis, dengan salah satu cirinya adalah adanya alur penalaran yang logis.7

Beberapa ahli mendefinisikan pengertian tentang matematika.

Diantaranya Johnson dan Rising dalam Russefendi mengemukakan, “ Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan dan pembuktian yang logis”. Sedangkan Reys-dkk mengemukakan, “Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat”. 8

5 Sriyanto, Strategi Sukses Menguasai Matematika, (Yogyakarta: Indonesia Cerdas, 2007), h. 11.

6 Erna suwangsih dan Tiurlina, Model pembelajaran matematika,( Bandung: UPI PRESS, 2006), h. 3.

7 Sriyanto, op, cit., h. 12

8 Erna Suwangsih, op, cit., h. 4

(25)

10

Berdasarkan Piaget, anak-anak sekolah dasar (7-11 tahun) berada dalam tahap operasional konkret, sehingga secara natural cara terbaik mereka adalah secara nyata dengan melihat, merasakan, dan melakukan dengan tangan mereka. Konsep sedapat mungkin diajarkan dengan dilihat, dipegang dan dimainkan, digambar, diucapkan lalu ditulis.9 Pengalaman melakukan secara nyata ini akan sangat membantu anak dalam membentuk abstraksi yang dibutuhkan untuk memahami matematika.

Dalam pembelajaran matematika di MI/SD diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran dikelas.

Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa MI/SD penemuan tersebut merupakan suatu hal yang baru.10

Berikut ini merupakan ciri-ciri pembelajaran matematika di MI/SD yaitu sebagai berikut:11

1. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral 2. Pembelajaran matematika bertahap

3. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif 4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi 5. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna

Berdasarkan uraian diatas, bahwa pembelajaran matematika adalah proses mengembangkan interaksi antara guru dan siswa secara aktif dengan memanfaatkan strategi dan metode pembelajaran pada mata pelajaran matematika agar siswa bisa berpikir (bernalar) secara logis.

9 Fatimah, Fun Math Matematika Asyik Dengan Metode Pemodelan, (Bandung: DARI MIZAN, 2009), cet. 1, h. 8

10 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 4.

11 Erna Suwangsi., op. cit,. H. 25-26

(26)

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materiil-materiil pembelajaran.12 Menurut Kardi, S. Dan Nur, “Model pebelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas”.13

Kooperatif adalah mengerjakan sesuatu dengan bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain. Sedangkan pembelajaran kooperatif artinya belajar bersama-sama, saling membantu satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.

Stahl mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu system kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar.14 Berdasarkan model pembelajaran ini seluruh siswa harus saling bekerjasama agar mendapatkan hasil yang terbaik.

Model pembelajaran tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari universitas John Hopkins. Menurut Slavin,

“Model pembelajaran tipe STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti”. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS dan banyak subjek lainnya,

12 Rusman dan laksmi Dewi, “Pendekatan, Strategi dan Model Pembelajaran”, dalam Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers,2011), cet. 1, h. 198.

13Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Jakarta: PT Bumi Aksara,2011), h. 52

14 Etin Solihatin dan Raharjo, Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 5

(27)

12

dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.15 Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru.

Dalam model ini, siswa dibagi menjadi kelompok yang beranggotakan empat orang dengan beragam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya. Fungsi dari pengelompokkan ini adalah agar semua siswa benar-benar belajar dan semua anggotanya terlibat mengerjakan tugas kelompok. Selanjutnya siswa akan menjalani kuis perseorangan tentang materi yang telah dipelajari dan tidak boleh memberi bantuan satu sama lain. Sehingga, setiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang memenuhi kriteria akan mendapatkan penghargaan.16

Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:17

1) Penyampaian tujuan dan motivasi

Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar.

2) Pembagian kelompok

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa dengan beragam kemampuan, jenis kelamin,rasa tau etnik.

15 Rusman, Model-Model Pembelajaran “Mengembangkan Profesionalisme Guru”, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada , 2012), Cet. Ke 5, h. 213

16 Robert E. Slavin, “Cooperative Learning” Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005) , h. 11-12

17 Rusman, op. cit., h. 215-216.

(28)

3) Presentasi dari guru

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta mempelajari pokok bahasan penting. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar mereka aktif didalam proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran pun guru dibantu media, pertanyaan dan masalah nyata yang terjadi didalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga kemampuan yang harus dicapai siswa, serta memberikan tugas yang dikerjakan serta cara-cara mengerjakannya.

4) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)

Siswa belajar dalam kelompok. Guru memberikan LKS sebagai pedoman bagi kerja kelompok dan semua anggota dituntut untuk berkontribusi dalam mengerjakannya. Guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan serta bantuan bila diperlukan.

5) Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang telah dipelajari dan melakukan penilaian terhadap hasil kerja kelompok. Pada penelitian ini tes individu dilaksanakan setiap 2x pertemuan dengan jumlah soal 5 buah.

Tes dikerjakan selama 20 menit. Siswa diminta mengerjakan soal secara individual dan tidak boleh bekerjasama. Hal ini dilakukan agar siswa mampu bertanggungjawab atas dirinya sendiri dalam memahami materi yang telah dipelajari.

6) Penghargaan prestasi tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dengan memberi angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya memberi penghargaan atas keberhasilan kelompok dengan tahapan sebagai berikut:

a) Menghitung skor individu

(29)

14

Tabel 2.1

No Nilai Tes Skor

Perkembangan 1 Lebih dari 10 poin di

bawah skor awal

10 poin

2 10 poin hingga 1 poin di bawah skor awal

10 poin

3 Skor awal sampai 10 poin diatasnya

30 poin

4 Lebih dari 10 poin di atas skor awal

30 poin

5 Nilai sempurna tidak didasarkan skor awal)

30 poin

b) Menghitung skor kelompok

Perhitungan skor kelompok dihitung dengan cara menjumlahkan tiap perkembangan skor individu dibagi jumlah anggota kelompok. Berdasarkan rata-rata nilai perkembangan tersebut, ditetapkan tiga tingkat penghargaan kelompok, yaitu:

Tabel 2.2

No Rata-rata skor Kualifikasi 1.

2.

3.

4.

0 ≤ N ≤ 5 6 ≤ N ≤ 15 16 ≤ N ≤ 20 21 ≤ N ≤ 30

-

Tim yang baik (good team) Tim yang baik sekali (great team) Tim yag istimewa (super team)

Model student teams achievement division (STAD), memiliki ciri- ciri sebagai berikut:18

18 Robert E. Slavin, Cooperatif Learning Teori Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2008), h. 10.

(30)

(1) Bahan pelajaran disajikan oleh guru dan siswa harus mencurahkan perhatiannya, karena hal itu akan mempengaruhi hasil kerja mereka di dalam tim.

(2) Anggota tim terdiri dari empat atau lima orang; mereka heterogen dalam berbagai hal seperti akademik, jenis kelamin, status sosial, dan etnis.

(3) Setelah satu atau dua kali pertemuan diadakan tes individual yang harus dikerjakan siswa sendiri-sendiri.

(4) Materi pelajaran disiapkan oleh guru dalam bentuk lembar kerja siswa.

(5) Penempatan siswa dalam tim lebih baik ditentukan oleh guru daripada mereka memilih sendiri.

Ada tiga keuntungan penggunaan STAD, yaitu: (1) semua siswa memiliki kesempatan untuk menerima reward setelah menyelesaikan suatu materi pelajaran, (2) semua siswa mempunyai kemungkinan untuk mencapai hasil belajar yang tinggi, (3) reward yang diberikan pada kelompok dapat digunakan untuk memberikan motivasi berprestasi kepada semua siswa.19

Dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD apabila para siswa ingin agar timnya berhasil, mereka akan mendorong anggota timnya untuk lebih baik dan akan membantu mereka melakukannya.

Seringkali siswa mampu menjelaskan gagasan-gagasan yang sulit satu sama lain dengan menerjemahkan bahasa guru ke dalam bahasa anak- anak.

3. Pemahaman Konsep Matematika

a. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman atau understanding mempunyai beberapa tingkat kedalaman arti yang berbeda. Pemahaman adalah proses, cara,

19 Erna suwangsih dan Tiurlina, Model-pembelajaran matematika, (Bandung: UPI PRESS,2006), h. 169

(31)

16

perbuatan memahami atau memahamkan.20 Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu objek atau subjek pembelajaran.

Pemahaman bukan hanya mengingat fakta, tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan menangkap makna atau arti dari sebuah konsep.21

Menurut beberapa ahli sebagaimana dijabarkan Utari Sumarmo, terdapat beberapa tingkat (Pembagian) dalam pemahaman Matematika, tingkatan pemahaman matematika tersebut adalah:

1) Tingkat pemahaman matematika menurut Polya:22

a) Pemahaman mekanikal, yaitu dapat mengingat dan menerapkan sesuatu secara rutin atau perhitungan sederhana.

b) Pemahaman induktif, yaitu dapat menerapkan konsep dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa.

c) Pemahaman rasional, yaitu dapat membuktikan kebenaran rumus atau teorema.

d) Pemahaman intuitif, yaitu dapat memperkirakan sesuatu tanpa ragu-ragu, sebelum menganalisis lebih lanjut.

2) Tingkat pemahaman matematika menurut Skemp:23

a) Pemahaman instrumental, yaitu hafal secara terpisah atau dapat menetapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja.

20 Kadir, dkk. “Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika”, dalam Gusni Satriawati, Vol. 1, No. 1, Juni 2006, h. 108

21 Wina Sanjaya dan Dian Andayani, “Komponen-komponen Pengembangan

Kurikulum”, dalam Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2011). Cet.

1, hal.49.

22 Utari Sumarmo, dkk, Rujukan Filsafat, Teori dan Praktis Ilmu Pendidikan, (Bandung:

UPI Press,2008) h. 682

23 Lia Kurniawati, “Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa SMP”, dalam

AGORITMA Jurnal Matematika, Vol. 1 No. 1 Juni 2006, (Jakarta: CEMED UIN Jakarta, 2006), h.

80.

(32)

b) Pemahaman relasional, yaitu dapat mengkaitkan sesuatu dengan hal lain secara benar dan menyadari proses yang dilakukan.

3) Tingkat pemahaman matematika menurut Pollastek:

a) Pemahaman komputasional, yaitu dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana dan mengerjakannya secara algoritmik. Seperti pengertian pemahaman instrumental dari Skemp

b) Pemahaman fungsional, yaitu dapat mengkaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan. Seperti pengertian pemahaman relasional dari Skemp

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan siswa untuk mengerjakan sesuatu berdasarkan tahapannya, bahkan siswa menyadari proses yang dilakukan karena mereka mampu menganalisis keterkaitan terhadap suatu konsep. Pemahaman terhadap suatu konsep dapat membuat siswa mampu memberikan argument-argument mengenai materi yang telah dipelajari, bukan hanya sekedar mengetahui dan mengingat apa yang telah dipelajari.

Pemahaman atau (comprehension) mempunyai beberapa tingkat kedalaman arti yang berbeda. Pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan menerangkan suatu hal dengan kata-kata yang berbeda dengan yang terdapat dalam buku teks, kemampuan menginterpretasikan atau kemampuan menarik kesimpulan.

Pemahaman tampak pada alih bahan dari suatu bentuk ke bentuk lainnya, penafsiran dan memperkirakan.24 Misalnya menerjemahkan bahan dari suatu bentuk ke bentuk lainnya, menafsirkan bagan, menerjemahkan bahan verbal kerumus matematika. Sedangkan Oemar Hamalik mengatakan “pemahaman adalah kemampuan melihat

24 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.80

(33)

18

hubungan-hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang problematis.25

Menurut Bejamin Bloom pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori yakni penerjemah (translation), penafsir (interpretation), dan ekstrapolasi (ekstrapolation). Penerjemah (Translation) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menterjemahkan kalimat dalam soal menjadi bentuk kalimat lain, missal menyebutkan variable-variabel yang diketahui dan yang dinyatakan. Penafsiran (Interpretation), yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menentukan konsep-konsep yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal. Ekstrapolasi (Ekstrapolation) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa menerapkan konsep dalam perhitungan matematis untuk menyelesaikan soal atau menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui.26

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan siswa untuk mengerjakan sesuatu berdasarkan tahapannya, bahkan siswa menyadari proses yang dilakukan karena mereka mapu menganalisis keterkaitan terhadap suatu konsep. Pemahaman terhadap suatu konsep dapat membuat siswa mampu memberikan argumen-argumen mengenai materi yang telah dipelajari, bukan hanya sekedar mengetahui dan mengingat apa yang telah dipelajari.

Konsep merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika, karena penguasaan terhadap konsep akan sangat membantu siswa dalam penguasaan matematika. Pengertian dari konsep itu sendiri beragam.

Konsep menurut Oemar Hamalik adalah “suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki cirri-ciri umum. Stimuli adalah objek-objek atau

25 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara,2006), h.24

26 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,2003), h.157

(34)

orang-orang”.27 Konsep yang sederhana dapat didefinisikan sebagai pola unsur bersama diantara anggota kumpulan atau rangkaian.

Hakikat konsep tidak terdapat dalam masing-masing anggota, tetapi didalam unsur atau sifat yang terdapat pada semua anggota.

Menurut Rosser, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama.28 Konsep merupakan abstraksi-abstraksi berdasarkan pengalaman, maka setiap orang memiliki konsepnya sendiri terhadap sesuatu. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki stimulus-stimulus yang berbeda yang membuat dua orang tidak memiliki pengalaman yang sama.

Walaupun konsep-konsep setiap orang berbeda namun konsep-konsep tersebut cukup serupa sehingga memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan menggunakan nama-nama yang diberikan pada setiap konsep.

Menurut Sagala konsep merupakan buah pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori.

Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan.29

Berdasarkan pendapat diatas bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan seseorang untuk menghubungkan konsep atau fakta sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya serta mampu menangkap makna suatu konsep dari apa yang telah dipelajarinya dengan cara menguraikan kembali apa yang telah didapatkannya ke dalam bentuk lain.

27 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2005), h. 162

28 Syaiful Sagala, op.cit., h.73

29 Ibid., h.71

(35)

20

Adapun ciri-ciri konsep menurut oemar hamalik adalah sebagai berikut:30

1) Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara konsep satu dengan konsep lainnya.

2) Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut.

3) Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan konsep lainnya.

4) Kedominan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih dominan daripada lainnya.

Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem menyatakan bahwa “ untuk mengetahui apakah siswa telah menegetahui suatu konsep paling tidak ada empat hal yang dapat diperbuatnya, yakni”:

a. Ia dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep tersebut.

b. Ia dapat menyatakan cirri-ciri konsep tersebut.

c. Ia dapat membedakan antara contoh-contoh dan yang bukan contoh.

d. Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan konsep tersebut.31

b. Indikator Pemahaman Konsep

Kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan untuk memahami konsep matematika melalui kegiatan translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi.

Indikator pemahaman konsep Benyamin S. Bloom sebagai berikut:

1) Translasi, yaitu kemampuan menyatakan ulang konsep pecahan ke dalam bentuk lain.

30 Oemar Hamalik, op. cit., h. 163

31 Oemar Hamalik, op. cit., h. 166

(36)

2) Interpretasi, yaitu kemampuan untuk memberikan penjelasan terhadap suatu konsep atau situasi matematis dalam kehidupan sehari-hari.

3) Ekstrapolasi, yaitu kemampuan untuk menerapkan konsep pecahan ke dalam situai lain.

Pemahaman konsep meliputi pemahaman konsep, operasi, dan relasi. Seseorang dikatakan memahami suatu konsep matematika bila ia telah mampu melakukan beberapa hal, antara lain:

a. Menemukan (kembali) suatu konsep yang sebelumnya belum diketahui berdasarkan pada pengetahuan dan pengalaman yang telah diketahui dan dipahami sebelumnya.

b. Mendefinisikan atau mengungkapkan suatu konsep dengan cara dan kalimat sendiri namun tetap memenuhi ketentuan berkenaan dengan ide atau gagasan konsep tersebut.

c. Mengidentifikasi hal-hal yang relevan dengan suatu konsep dengan cara yang tepat.

d. Memberikan contoh ( dan bukan contoh) atau ilustrasi yang berkaitan dengan suatu konsep guna memperjelas konsep tersebut.32

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini pemahaman konsep yang digunakan adalah dengan mencampurkan indikator pemahaman yang dikemukakan diatas tersebut.

B. Hasil Penelitian Relevan

Sebagai bahan penguatan tentang pemahaman konsep pecahan dengan penerapan model kooperatif tipe STAD, penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan, yaitu:

a) Pramita Dewiatmini dalam penelitiannya yang berjudul “upaya meningkatkan pemahaman konsep matematika pada pokok bahasan

32 Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Jakarta:

Universitas Terbuka, 2007), Cet. 2, h. 7.21

(37)

22

himpunan siswa kelas VII A SMP Negeri 14 yogyakarta dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa terutama pada pokok bahasan himpunan matematika. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata nilai siswa kelas VIIA meningkat dari tes kemampuan awal sebesar 50,67 ke siklus I sebesar 71,76 dan siklus II sebesar 75,56.

b) Anita Zurnani dalam penelitiannya yang berjudul “penerapan teknik perkalian nafir untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang perkalian dalam pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas IV SDN kaweron 02”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunujukkan bahwa penerapan teknik perkalian nafir dalam pembelajaran kooperatif model STAD dapat memberikan peningkatan hasil belajar siswa tentang perkalian. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa berupa pemahaman konsep klasikal mengalami peningkatan dari siklus I 40%, siklus II 63,3% dan siklus III 86,67%. Kemampuan bekerjasama sisa siklus I 33,3%, siklus II 63,3%, dan siklus III 93,3%, sedangkan penerimaan terhadap perbedaan kemampuan akademik siswa siklus I 33,3%, siklus II 66,67%, dan siklus III 86,6%.

C. Kerangka Berpikir

Matematika adalah suatu pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa dan kebanyakan guru menggunakan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dikelas, sedangkan siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran dan hanya mengikuti apa saja yang disajikan oleh guru. Selain itu, guru kurang memberikan model pembelajaran yang bervariatif akibatnya siswa menjadi bosan dan sulit dalam memahami pembelajaran matematika.

(38)

Pemahaman konsep matematika merupakan landasan dasar dalam belajar matematika, maka dari itu harus ditekankan terlebih dahulu pemahaman konsep yang baik dan benar. Para guru matematika harus berusaha agar konsep abstrak matematika menjadi lebih konkret. Salah satu cara agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika diharapkan agar konsep pembelajaran akan lebih mudah dipahami.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa akan duduk bersama dalam kelompok untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Apabila siswa ingin agar tim nya berhasil, mereka akan mendorong anggota timnya untuk lebih baik dan akan membantu anggota tim melakukannya. Dengan demikian diharapkan situasi pembelajaran akan lebih aktif dan menyenangkan sehingga pemahaman siwa terhadap konsep matematika meningkat.

D. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), maka pemahaman konsep matematika siswa pada materi pecahan kelas IV MI Mathlaul Anwar Bogor semester II tahun ajaran 2015/2016 dapat meningkat”.

(39)

24 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Mathlaul Anwar yang beralamat di Babakan RT/RW.01/09 desa bantarjaya kecamatan rancabungur bogor.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan ini dilakukan pada tahun ajaran 2015/2016 semester genap dengan menyesuaikan jam pelajaran matematika di kelas IV pada sekolah tersebut.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau lebih dikenal dengan Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu kajian reflektif terhadap kegiatan belajar dengan memunculkan sebuah tindakan yang dilakukan secara nyata pada saat proses pembelajaran, tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.1

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1988). Pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep dasar Kurt Lewin, hanya saja komponen acting dan oserving dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak dapat terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama.2 Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi awal (pra penelitian) dengan cara wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika dan dengan memperhatikan proses pembelajaran secara langsung. Maksud dari kegiatan observasi awal ini ialah untuk mengetahui keadaan yang terjadi

1 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 2

2 Trianto. “Penelitian Tindakan Kelas” Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011), h. 30

(40)

saat proses pembelajaran berlangsung serta untuk mengetahui model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru. Kemudian, sebelum melanjutkan ke siklus I maka dibuatlah bahan ajar dan instrumen penelitian bersama dengan guru matematika sekolah tersebut yang nantinya guru tersebut akan berkolaboratif bersama dengan peneliti sebagai observer.

Apabila pada siklus I, indikator keberhasilan yang dimaksud dalam penelitian ini belum tercapai, maka akan dilaksanakan siklus II berdasarkan perbaikan- perbaikan pada hasil refleksi di siklus I dan seterusnya sampai mencapai hasil yang diharapkan. Dalam penelitian ini setiap siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Gambar 3.1

PTK Model Kemmis dan Mc Taggart

Berikut ini merupakan deskripsi dari tahapan siklus yang dimaksud:

1) Perencanaan (Planning)

a. Mengidentifikasi masalah yang di temui dalam pembelajaran di kelas, khususnya pada mata pelajaran matematika.

b. Data yang telah di identifikasi, kemudian di analisis berdasarkan survey di lapangan dan disimpulkan.

c. Merencanakan tindakan yang lebih tepat berdasarkan akar masalah yang paling dan harus segera diselesaikan secepatnya dengan

(41)

26

menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan instrument penelitian berupa pedoman pemantau aktifitas guru, lembar kerja siswa, dokumentasi serta catatan lapangan yang disusun bersama kolaborator.

2) Pelaksanaan (Acting)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, peneliti melakukan kolaborasi dengan observer untuk memantau jalannya proses kegiatan pembelajaran.

Pada tahap ini rancangan pembelajaran yang telah disusun dan didiskusikan pada tahapan perencanaan itu dilaksanakan.

3) Observasi (Obsevation)

Observasi atau pengamatan secara langsung dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, peneliti dibantu dengan guru kolaborator yang bertindak sebagai observer melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

4) Refleksi (Reflecting)

Pada tahapan refleksi ini, data-data yang telah diperoleh pada saat observasi tersebut dikumpulkan kemudian dianalisis secara menyeluruh.

Setelah data tersebut dianalisis baru diadakan evaluasi dengan tujuan untuk menyempurnakan tindakan berikutnya dan memperbaiki tindakan pada kegiatan sebelumnya.

Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, akan dilanjutkan lagi pada penelitian siklus II. Jika hasil pembelajaran pada siklus II telah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai makan penelitian dihentikan. Namun apabila indicator keberhasilan belum tercapai, maka dilanjutkan penelitian pada siklus III dengan mengacu pada hasil refleksi siklus II.

(42)

C. Subyek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah siswa/i kelas IV MI Mathlaul Anwar tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 31 orang. Terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 13 siswi perempuan.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran dan posisi peneliti pada penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian yakni merencanakan serta melaksanakan tindakan secara langsung dalam proses pembelajaran, selanjutnya peneliti juga melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan yang harus diterapkan pada siklus selanjutnya.

Selain itu dalam pelaksanaan tindakan peneliti juga didampingi oleh observer yang bertugas memberi penilaian berbentuk deskripsi terhadap peneliti pada saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika dan juga mengamati aktivitas belajar matematika siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, hal ini dimaksudkan untuk melihat peningkatan pemahaman konsep siswa pada setiap siklus yang telah diberikan tindakan. Tahapan penelitian tindakan kelas ini diawali dengan tindakan pada siklus I yang terdiri dari tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Setelah melakukan refleksi pada siklus I peneliti akan melanjutkan pada siklus II dengan tahapan yang sama. Apabila indikator keberhasilan telah tercapai pada siklus II, maka penelitian akan dihentikan. Namun apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka akan dilakukan siklus selanjutnya. Adapun rincian tahapan yang akan dilaksanakan dalam setiap siklus ialah sebagai berikut:

(43)

28

1. Pendahuluan

Tabel 3.1 Tahap Pra Penelitian Kegiatan Pendahuluan

a. Observasi awal (pra penelitian) ke MI Mathlaul Anwar dengan melakukan wawancara dengan guru matematika mengenai pemahaman konsep matematika siswa pada proses pembelajaran di kelas. Juga mengenai model, strategi maupun teknik pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru serta melihat langsung keadaan di kelas pada saat pembelajaran matematika.

b. Mengurus surat izin penelitian

c. Meminta izin kepada Kepala Sekolah MI Mathlaul Anwar d. Menentukan kelas subyek penelitian

2. Alur Penelitian Tindakan Kelas Tabel 3.2

Tahap Penelitian Siklus I 1. Tahap Perencanaan a. Menyiapkan kelas penelitian

b. Membuat RPP dengan mengintegrasikan metode STAD dalam pembelajaran matematika bersama dengan guru kolaborator

c. Menyiapkan media pembelajaran

d. Menyiapkan LKS untuk setiap pertemuan e. Menyiapkan instrumen dan lembar observasi f. Membuat soal tes siklus I untuk siswa

g. Menyiapkan alat untuk dokumentasi kegiatan pembelajaran

(44)

2. Tahap Pelaksanaan a. Pertemuan pertama

Pada tahap materi pembelajaran bertema menjelaskan pecahan, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian melakukan Tanya jawab dengan siswa mengenai pecahan. Selanjutnya menjelaskan langkah- langkah pembelajaran model tipe STAD dan melaksanakan model pembelajaran kooperatif tersebut. Setelah itu meminta salah satu dari tim untuk menjelaskan didepan kelas, stelah selesai siswa mendapat

penghargaan.

b. Pertemuan kedua

Pada tahap ini pembelajaran bertema mengurutkan pecahan. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, meminta siswa berkelompok dengan tim mereka kemudian meminta siswa mendiskusikan lks yang diberikan kepada tim masing-masing. Setelah selesai berdiskusi guru memberikan kuis dan meminta siswa mengerjakan sendiri tanpa bantuan tim. Hasil skor individu yang diperoleh akan diakumulasikan untuk skor tim dan tim mendapat penghargaan.

c. Pertemuan ketiga

Pada tahap ini pembelajaran bertema menyederhanakan pecahan biasa.

Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran,meminta siswa duduk berkelompok kemudian mendiskusikan LKS yang diberikan, selanjutnya meminta siswa menjawab prtanyaan yang diberikan guru kemudian menerima penghargaan sesuai skor yang diperoleh siswa.

d. Pertemuan keempat

Pada tahap ini pembelajaran bertema menyederhanakan pecahan campuran. Peneliti meminta siswa mendiskusikan lks yang diberikan kepada tim masing-masing. Setelah selesai berdiskusi guru memberikan kuis dan meminta siswa mengerjakan sendiri tanpa bantuan tim. Hasil skor individu yang diperoleh akan diakumulasikan untuk skor tim sebelumnya dan memberikan penghargaan kepada tim yang skornya meningkat.

e. Pertemuan kelima

Pada tahap ini peneliti mengadakan tes akhir siklus I dengan memberikan soal untuk dikerjakan masing-masing siswa terdiri dari 5 soal essay.

(45)

30

3. Tahap Observasi

Selama proses pembelajaran berlangsung observer melakukan kegiatan pengamatan terhadap kegiatan siswa dan guru dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Observer mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa serta catatan lapangan.

4. Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti dan guru kelas (kolaborator sekaligus observer) mengevaluasi proses pembelajaran siklus I. Peneliti dan guru kelas berdiskusi mengumpulkan dan menganalisis data yang telah didapatkan pada siklus I, dan jika nilai rata-rata siswa belum mencapai KKM, maka penelitian tindakan akan dilanjutkan ke siklus II.

Tabel 3.3

Tahap Pelaksanaan Siklus II 1. Tahap Perencanaan

a. Membuat RPP berdasarkan hasil refleksi dari siklus I bersama guru kolaborator dengan menerapkan metode STAD yang dilakukan secara individu

b. Menyiapkan LKS untuk setiap pertemuan c. Menyiapkan media pembelajaran

d. Menyiapkan lembar observasi siswa e. Menyiapkan soal tes siklus II untuk siswa

f. Menyiapkan alat untuk dokumentasi kegiatan pembelajaran

Gambar

Tabel 3.1  Tahap Pra Penelitian  Kegiatan Pendahuluan
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian  Pemahaman Siswa Dalam Pecahan  No  Indikator
Gambar 4.1  Pengenalan pecahan
Gambar 4.2  Kegiatan Diskusi Siklus I
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu kami meminta kepada saudara untuk menunjukan asli dokumen yang sah dan masih berlaku ( beserta copynya ), sebagaimana yang terlampir dalam daftar

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II” adalah proses mental yang berhubungan dengan panca indera yang terjadi pada mahasiswa Program Studi

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi dokumen penawaran paket pekerjaan Peningkatan Jalan Dengan Konstruksi HRS-Base dalam kawasan Perumahan RSS Oesapa dan

[r]

HASIL EPROF ECCT 2016 - S1 ILMU KOMUNIKASI Berlaku efektif. BAGIAN PUSAT

Dakwah islam Masyarakat kaum muslim merupakan satu state(negara) dibawah bimbingan nabi muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha

bahwa dalam rangka menyesuaikan nomenklatur Tunjangan Kinerja dan pemberian Tunjangan Kinerja sebagaimana diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 156 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai