MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA MURID KELAS V SDN PACCINANG
KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
ANDI BATARI HUSAIN NIM 105401125119
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JUNI 2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Andi Batari Husain NIM : 105401125119
Jurusan/Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Setelah diperiksa dan diteliti ulang, setelah memenuhi syarat untuk mengikuti ujian skripsi.
Makassar, Juni 2021 Disetujui oleh
Pembimbing I, Pembimbing II,
Ernawati, S.Pd., M.Pd. Kristiawati, S.Pd., M.Pd.
Diketahui,
Dekan FKIP Ketua Prodi PGSD
Unismuh Makassar
Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd.
Judul : Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) Pada Murid Kelas V SDN Paccinang Kota Makassar.
Atas nama :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Mahasiswa : ANDI BATARI HUSAIN
Nim : 105401125119
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) Pada Murid Kelas V SDN Paccinang Kota Makassar.
Telah diperiksa dan diteliti secara seksama maka skipsi ini sudah layak diajukan pada Jurusan S-1 PKG Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Makassar, Juni 2021 Disetujui oleh
Pembimbing I, Pembimbing II,
Ernawati, S.Pd., M.Pd. Kristiawati, S.Pd., M.Pd.
Diketahui,
Dekan FKIP Ketua Prodi PGSD
Unismuh Makassar
Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ANDI BATARI HUSAIN NIM : 105401125119
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Judul
Skripsi
: MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA MURID KELAS V SDN PACCINANG KOTA MAKASSAR.
Dengan ini menyatakan bahwa:
Skripsi yang saya ajukan di depan TIM adalah ASLI hasil karya sendiri, bukan hasil ciplakan dan tidak dibuat oleh siapapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Juni 2021
Yang Membuat Pernyataan
ANDI BATARI HUSAIN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : ANDI BATARI HUSAIN Nim : 105401125119
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya yang menyusun sendiri skripsi saya ( tidak dibuatkan oleh siapa pun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing, yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan ( plagiat ) dalam menyusun skripsi saya.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Juni 2021 Yang Membuat Perjanjian,
ANDI BATARI HUSAIN
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
“Kerjakanlah apa yang bisa kamu
kerjakan hari ini, jangan tunggu hari esok”
“maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
dan hanya kepada tuhanmulah hendak kamu berharap”
(QS. Al Insyiroh :7-8)
Persembahanku
kupersembahkan karya sederhana ini
sebagai ungkapan rasa cinta dan banggaku sebagai seorang anak
atas segala pengorbanan dan kasih sayang ibunda dan ayahandaku,
Saudara-saudariku, serta keluargaku yang senantiasa mendoakanku .
ABSTRAK
ANDI BATARI HUSAIN. 2021. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) Pada Murid Kelas V SDN Paccinang Kota Makassar.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Ernawati dan Kristiawati
Masalah utama dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar matematika murid. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Action Reaserch) yang terdiri dari dua siklus dimana setiap siklus dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan. Subjek, lokasi, dan waktu penelitian adalah murid Kelas V SDN Paccinang Kota Makassar yang berjumlah 25 orang, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni pada tahun pelajaran 2020/2021. Fokus penelitian ini adalah 1) Hasil belajar, dan 2) Aktivitas murid.
Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data melalui tes dan observasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif.
Hasil yang dicapai dalam penelitian ini yaitu yaitu: (1) Terjadi peningkatan aktivitas belajar murid dimana pada siklus I dengan rata-rata presentasi 46,6 dan pada siklus II dengan rata-rata presentasi 59,3. (2) Pada siklus pertama diperoleh nilai rata-rata hasil belajar murid Kelas V SDN Paccinang Kota Makassar yaitu 62 (2) Pada siklus kedua diperoleh nilai rata-rata hasil belajar lebih tinggi yang mencapai 90. Ketuntasan belajar matematika pada materi pengolahan data murid kelas V SDN Paccinang Kota Makassar juga mengalami peningkatan. Pada siklus I, dari 10 (40%) murid mencapai ketuntasan belajar, sedangkan pada siklus II sebanyak 22 (88%) murid mencapai ketuntasan belajar dan ketuntasan belajar klasikal tercapai. Hal ini berarti ketuntasan belajar pada siklus II tercapai secara klasikal karena jumlah murid yang tuntas mencapai 80%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, dapat disimpulkan hasil belajar matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) Pada Murid Kelas V SDN Paccinang Kota Makassar mengalami peningkatan.
Kata kunci: Hasil Belajar Matematika, Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. sehingga skripsi yang berjudul
“Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) Pada Murid Kelas V SDN Paccinang Kota Makassar” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, Nabi yang bertindak sebagai rahmatan lil’alamin. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkahmu.
Segala daya dan upaya telah Penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Selama penulisan skripsi ini, segala hambatan dan kekurangan Penulis telah mendapat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih, penghormatan dan penghargaan kepada kedua orang tuaku, suamiku yang tercinta, Ernawati, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I dan Kristiawati, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang sabar, ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, motivasi, serta saran-saran yang berharga kepada Penulis selama penyusunan skripsi. Pada kesempatan ini juga Penulis menyampaikan ucapan terima kasih, penghormatan dan penghargaan kepada : Prof. Dr. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, M.Pd., Ph.D.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar serta seluruh dosen dan staf pegawai program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Kepala Sekolah dan Guru serta staf SDN Paccinang Kota Makassar yang telah memberikan izin dan bantuan selama pelaksanaan penelitian ini.
Teristimewa Penulis haturkan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada teman-teman PKG angkatan 2019.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin, yarrobal ’alamin.
Billahi fisabilil haq fastabiqul khaerat.
Makassar, Juni 2021
Penulis
DAFTAR ISI
Halama n
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
SURAT PERJANJIAN ... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Masalah Penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTA ... 8
A. Kajian Pustaka ... 8
1. Tinjauan Tentang Hasil Belajar ... 8
a. Pengertian Hasil Belajar ... 8
b. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Belajar ... 10
2. Pembelajaran Matematika ... 11
a. Pengertian Matematika ... 11
b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 12
c. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 13
d. Tinjauan tentang Model Pembelajaran ... 14
3. Pembelajaran Kooperatif ... 14
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 14
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 15
c. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 17
d. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 17
4. Kelebihan dan Kelemahan STAD ... 20
5. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 21
B. Kerangka Pikir ... 23
C. Hipotesis Tindakan ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 26
C. Fokus Penelitian ... 26
D. Prosedur Penelitian ... 27
E. Instrumen Penelitian ... 30
F. Teknik Pengumpulan Data ... 31
G. Teknik analisis Data ... 31
H. Indikator Keberhasilan ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
A. Hasil Penelitian... 34
1. Siklus I ... 34
2. Siklus II ... 43
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN
PERSURATAN RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Kategori Keberhasilan ... 32
4.1 Nilai Statistik Pemahaman Matematika Pada Siklus I ... 39
4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Pemahaman Matematika Siklus I ... 39
4.3 Hasil Observasi Kegiatan Belajar Murid Siklus I ... 41
4.4 Persentase Ketuntasan Pemahaman Matematika Pada Siklus I ... 42
4.5 Nilai Statistik Pemahaman Matematika Pada Siklus II ... 48
4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Pemahaman Matematika Siklus II ... 49
4.7 Hasil Observasi Kegiatan Belajar Murid Siklus II ... 50
4.8 Persentase Ketuntasan Pemahaman Matematika Pada Siklus II ... 52
4.9 Persentase Pencapaian Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II ... 55
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Skema Kerangka Pikir ... 25 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas ... 27 4.1 Diagram Batang Hasil Evaluasi Siklus I 40 4.2 Diagram Batang Hasil Evaluasi Siklus II 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran B
1. LKM Siklus I 2. LKM Siklus II 3. Tes Siklus I 4. Tes Siklus II Lampiran C
Kategori Skor Hasil Belajar Murid Lampiran D
1. Lembar Observasi Guru 2. Lembar Observasi Murid 3. Daftar Hadir Murid Lampiran E
1. Dokumentasi Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam rangka menghadapi tantangan di masa depan. Pendidikan di masa depan memiliki peranan yang sangat fundamental di mana cita-cita suatu bangsa dan negara dapat diraih. Dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Pasal 3 Nomor 21 Tahun 2016 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatur:
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi-potensi murid agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
Berangkat dari landasan yuridis di atas, tujuan dan fungsi pendidikan adalah untuk memberikan bekal yang diperlukan oleh murid dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendidikan murid diharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik. Tercapainya tujuan pendidikan nasional dapat dilihat dari hasil belajar, perubahan perilaku dan penguasaan keterampilan di bidang tertentu. Keberhasilan itu secara akademik dikaitkan dengan tinggi rendahnya nilai yang dicapai murid, daya serap murid dan prestasi murid. Sedangkan secara praktik berupa perilaku murid sehari-hari dan penguasaan keterampilan dan kecakapan hidup. Jadi pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingka laku murid agar
1
menjadi dewasa yang mampu hidup sendiri sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan sekitar dimana individu itu berada.
Pembelajaran matematika sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum SD/MI diorientasikan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar matematis murid sebagai bekal untuk mempelajari dan menguasai tingkatan materi ajar matematika yang terdapat pada jenjang pendidikan selanjutnya.
Digagaskan oleh Depdiknas (Yusrianti, 2016:1) sehubungan dengan tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar agar murid dapat memiliki beberapa kemampuan:
(1)Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep, mengaplikasikan konsep atau alogaritma secara luwes, akurat, efesien dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan penyataan matematika; dan (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
Inti dari gagasan ini memberikan informasi bahwa pembelajaran matematika yang ada di sekolah dasar lebih diarahkan agar murid dapat memahami konsep matematika yang tentunya tidak terfokus untuk mengembangkan keterampilan berhitungnya saja, namun lebih daripada itu agar murid dapat memiliki kemampuan memecahkan masalah seperti kemampuan memahami masalah dan menyelesaikannya serta bagaimana memaknai hasilnya.
Hasil observasi awal penulis tanggal 10 Maret 2021 di SDN Paccinang Kota Makassar memperlihatkan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran matematika masih menggunakan model ceramah yang
monoton. Model pembelajaran tersebut tidak efektif dan hasilnya belum memuaskan karena proses pembelajaran terpusat kepada guru. Suasana kelas dan interaksi antara guru dengan murid juga kurang aktif. Murid nampaknya tidak siap menerima pelajaran karena tidak mampu mengaplikasikan pembelajaran teori dengan situasi dunia nyata, sehingga hasil belajar murid rendah. Berdasarkan hasil observasi awal pada mata pelajaran matematika di kelas V jumlah murid yang mencapai KKM sebanyak 5 murid (23%) dan jumlah murid yang belum mencapai KKM sebanyak 20 murid (77%). Nilai rata rata hasil belajar matematika murid kelas V pada ulangan semester ganjil Tahun Pelajaran 2020/2021 yaitu 56,5 dari standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75.
Selain daripada itu, fenomena yang melatarbelakangi penyebab rendahnya hasil belajar murid pada mata pelajaran matematika di sekolah tersebut pada dasarnya disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor guru dan faktor murid. Adapun faktor dari guru yaitu: (1) strategi, model, metode atau teknik mengajar yang digunakan guru tidak memperhatikan kesesuaiannya dengan materi dan kondisi murid; (2) guru kurang mengakomodasi keaktifan belajar murid sehingga ada kecenderungan guru tidak memahami tujuan utama yang akan dicapai dalam suatu proses pembelajaran; (3) guru cenderung menjadi satu-satunya sumber informasi ilmu pengetahuan bagi murid; dan (4) guru lebih menekankan pada pembelajaran individualistis dibandingkan mengarahkan murid untuk belajar secara kooperatif.
Sementara dari faktor murid yaitu: (1) murid cenderung pasif dalam proses pembelajaran seperti lebih banyaknya murid melibatkan diri sebagai pendengar dan pencatat aktif; (2) pada umumnya murid kurang percaya diri dalam
menyelesaikan soal-soal matematika, hanya berharap pada hasil pekerjaan teman mereka yang memang dianggap pintar; dan (3) masih banyak murid kurang memperhatikan penjelasan guru yang disebabkan cara guru memberi penjelasan kurang menarik perhatian murid.
Sebagai upaya untuk menyikapi permasalahan pembelajaran matematika yang terjadi di sekolah sebagaimana yang terjadi di SDN Paccinang Kota Makassar maka salah satu model pembelajaran yang dapat dilaksanakan yakni dengan melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kegiatan pembelajarannya. Dengan alasan bahwa konsep pembelajaran ini dapat menjadikan murid aktif dalam belajar di samping mendorong jiwa kemandirian murid, juga dapat mendorong sikap kooperatifnya dalam belajar karena salah satu prinsip pembelajaran yang ditekankan dalam penerapannya adalah menanamkan nilai kerjasama dalam kelompok belajar murid yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika murid. Di samping itu, dipilihnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga didasarkan pada beberapa pertimbangan seperti dengan memerhatikan karakteristik materi yang akan diajarkan, kondisi murid, suasana pembelajaran dan ketersediaan sumber belajar dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Anak usia SD masih tergolong pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak masih senang bermain dan masih suka mengelompok dengan teman yang disukai. Oleh karena itu, dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru ada baiknya memperhatikan hal-hal tersebut. Guru harus memilih model pembelajaran yang tepat untuk digunakan pada anak usia SD. Model pembelajaran yang dapat
digunakan salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Dalam STAD (Student Teams Achievement Divisions), para murid dibagi dalam kelompok belajar yang terdiri atas empat sampai lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan dan jenis kelaminnya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu murid bekerja dalam kelompok mereka untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua murid mengerjakan kuis mengenai materi pelajaran secara sndiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu. Gagasan utama dari STAD (Student Teams Achievement Divisions) adalah untuk memotivasi murid supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai pelajaran yang diajarkan guru. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dipilih oleh peneliti karena sesuai dengan karakteristik murid SD yang senang bekerja berkelompok dengan teman sebayanya. Melalui model pembelajaran tersebut murid akan saling membantu melalui tutor sebaya dalam menguasai materi dalam mata pelajaran matematika sehingga diharapkan hasil belajar matematika meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berupaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada murid kelas V SDN Paccinang Kota Makassar dengan langkah melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) Pada Murid Kelas V SDN Paccinang Kota Makassar”.
B. Masalah penelitian 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Pembelajaran matematika murid kelas V SDN Paccinang Kota Makassar masih menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat,
2. Perhatian murid kelas V SDN Paccinang Kota Makassar dalam proses pembelajaran matematika masih tergolong rendah,
3. Hasil belajar murid kelas V SDN Paccinang Kota Makassar dalam pembelajaran matematika masih rendah.
2. Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah tentang rendahnya hasil belajar matematika pada murid kelas V SDN Paccinang Kota Makassar akan dipecahkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dalam penelitian tindakan kelas.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah dan alternatif pemecahan masalah yang sudah dikemukakan pada poin sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
“Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada murid kelas V SDN Paccinang Kota Makassar?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)pada murid kelas V SDN Paccinang Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi/acuan yang dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
b. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar bagi pelaksanaan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Murid: Dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran matematika.
b. Bagi Peneliti: Hasil penelitian dapat menambah pengalaman dan pengetahuan khususnya dalam mencari model pembelajaran.
c. Bagi Guru: Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada mata pelajaran matematika.
d. Bagi Sekolah: Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta memberikan masukan dalam mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan tentang Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Sumartono, (2012:81) mengemukakan bahwa
”hasil belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil yang tertinggi dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan anak dalam mengerjakan sesuatu pada saat tertentu”.
Menurut Dimiyati dan Mudjiono, (2013: 250-251), ”hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi murid dan sisi guru.
dari sisi murid, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar”.
Sementara itu Muquin (Abdullah, 2013: 35) bahawa ”Hasil belajar adalah kecakapan yang dapat diukur langsung dengan suatu alat berupa tes”
Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha menguasai hal-hal yang baru di mana dalam belajar ada perubahan dalam diri seseorang.
Definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli yang berbeda pendapatnya, berbeda titik tolaknya. Tetapi, kalau dikaji dapat disimpulkan sebagai berikut :
8
1) Belajar itu berdampak pada perubahan dalam arti perubahan perilaku, baik aktual maupun potensial.
2) Perubahan itu pada dasarnya adalah perolehan kecakapan baru.
3) Perubahan itu terjadi karena pengalaman, yang diusahakan dengan sengaja.
Untuk menentukan berhasil tidaknya pembelajaran maka yang menentukan alat evaluasi atau tes, Berdasarkan taksonomi Bloom (Mappasoro 2017:39) untuk menyusun sebuah tes hasil belajar harus memperhatikan tiga domain (kawasan) yakni ”(1) domain kognitif, (2) domain afektif dan (3) domain psikomotor”.
Domain kognitif beserta sub-sub kategorinya terdiri dari: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, domain afektif terdiri dari penerimaan, memberikan respon, penilaian, organisasi dan pelukisan watak sedangkan domain psikomor terdiri dari persepsi, kesiapan, respon terpimpin, mekanisme, respon kompleks over, penyesuaian dan originasi.
Dalam penyusunan tes formatif yang digunakan hanya mencangkup domain (kawasan) kognitif karena hanya sebatas pengetahuan dan pemahaman saja untuk menentukan meningkat tidaknya hasil belajar murid.
Dari beberapa devinisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan yang berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan dan sikap yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses kegiatan belajar, hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi di diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif yang kemudian berpengaruh pada perilaku. Dengan demikian
perilaku seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan terhadap sesuatu yang dipelajari yang kemudian dapat diketahui melalui tes, dan pada akhirnya muncul hasil belajar dalam bentuk nilai riel atau non riel.
b. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Belajar
Manusia dalam usahanya selalu menginginkan sesuatu hal yang lebih baik dari sebelumnya. Demikian pula dalam proses pembelajaran, tiap manusia menginginkan hasil belajar yang lebih baik. Konsekuensi dari keinginan tersebut terdiri dari dua hal yaitu berhasil atau tidak berhasil. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dalam diri seseorang (internal factor) maupun dari luar diri seseorang (eksternal factor) sehingga hasil yang dicapai oleh murid merupakan hasil interaksi dari kedua faktor tersebut.
Usman dalam Haling (2014: 15) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar antara lain: faktor dari dalam diri sendiri dan faktor dari luar diri sendiri. Adapun penjelasan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal factor), yaitu :
a) Faktor jasmani baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
b) Faktor psikologis, yakni terdiri atas kecerdasan dan bakat, sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.
c) Faktor kematangan fisik dan psikis.
2) Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal factor), yaitu :
a) Faktor sosial yang terdiri atas; lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
b) Faktor adat istiadat yaitu adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan pengetahuan.
c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah fisiologis dan psikologis, sedang faktor eksternal adalah lingkungan dan instrumental.
2. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika
Dalam Priyo Darmanto & Puji Wiyoto (2017:305) menyatakan bahwa matematika yaitu ilmu tentang angka-angaka, jumlah, bentuk dan ukuran.
Johnson dan Rising (dalam Sri Subarinah, 2016:1) mengatakan matematika merupakan pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian logika, pengetahuan terstruktur yang memuat sifat-sifat, teori-teori dibuat secatra deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
Cahyo Prihandoko (2016:1) mengemukakan bahwa matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang penting untuk diajarkan pada murid untuk jenjang pendidikan dasar (SD), karena akan menjadi bekal murid untuk memiliki kemampuan berfikir kritis, logis, sistematis yang akan digunakan untuk menentukan keberhasilan di
ujian akhir murid.
b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar merupakan awal dari membangun konsep matematika kepada murid, sehingga dalam menanamkan suatu konsep matematika harus baik, karena konsep yang telah diberikan akan digunakan seterusnya oleh murid. Menurut Gatot Muhsetyo (2018: 26) pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Dienes (Herman Hudoyo, 2015: 71) menjelaskan bahwa belajar matematika melibatkan suatu struktur hirarki dari konsep-konsep lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya.
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Pembelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan rumus, dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupn sehari-hari (Jarmita, 2015:45). Pada proses pembelajaran perlu adanya pendukung yang berfungsi untuk membantu pemahan konsep yang abstrak.
Berdasarkan teori dan pendapat yang ada di atas bisa disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan salah satu kajian yang selalu menarik untuk dikemukakan, karena dengan adanya berbagai perbedaan seperti perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat siswa dengan hakikat matematika.
Matematika untuk SD berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, untuk mengemangkan pola pikir dan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya.
c. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Nyimas Aisyah, dkk (2018: 1-4) tujuam matematika di sekolah, khususnya SD atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam menyelesaikam masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisai, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataam matematika.
3) Memecahkan masalah matematika yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah.
Nurhadi (2014: 203), menyatakan tujuan pembelajar matematika adalah:
1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
2) Mengembangkan efektivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagaram dalam menjelaskan gagasan.
d. Tinjauan tentang Model Pembelajaran 1) Model Pembelajaran
Secara umum model pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman oleh guru untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran di dalam kelas.
Sejalan dengan itu Soekamto, (Trianto, 2017:5) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas pembelajaran.
Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan dalam melaksanakan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran menjadi terarah sehingga seorang pengajar akan merasakan adanya kemudahan didalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak kita capai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai dengan yang diharapkan.
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah murid sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap murid anggota kelompok harus saling kerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Slavin (Nur Asma, 2016: 5) mendefinisikan tentang pembelajaran kooperatif adalah mengandung arti bahwa dalam belajar kooperatif murid belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggungjawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu atau kelompok.
Sementara itu menurut Muslimin dkk, (2019:176) mengemukakan bahwa pada dasarnya pembelajaran kooperatif adalah sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah mendasarkan pada suatu ide bahwa murid bekerjasama dalam belajar kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok stategi pengajaran yang melibatkan murid bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama Eggen and Kauchak (Trianto, 2017: 42) pendekatan kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi murid, memfasilitasi murid dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada murid untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama murid yang berbeda latar belakangnya.
Sementara itu menurut Slavin (Muslimin dkk, 2019 : 177) tujuan model pembelajaran kooperatif terdiri dari (a) hasil belajar akademik, (b) penerimaan
terhadap perbedaan individu, (c) pengembangan keterampilan sosial, (d) lingkungan belajar dan sistem pengelolaan. Dari keempat tujuan pembelajaran tersebut diuraikan sebagai berikut.
1) Hasil belajar akademik yaitu struktur penghargaan pada pembelajaran kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian pebelajar pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan dengan hasil belajar.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu yaitu penerimaan terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, maupun kemampuanya.
3) Pengembangan keterampilan sosial yaitu mengajarkan kepada pebelajar keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
4) Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan dicirikan oleh proses demokrasi dan
peran aktif pebelajar dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana membelajarkanya.
Berdasarkan dari beberapa devinisi di atas, maka disimpulkan bahwa tujan pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang di arahkan memunkinkan pebelajar dalam memecahkan masalah bersama-sama atau berkolaborasi secara demokratis tanpa memadang prestasi, etnik, jenis kelamin dan sebagainya untuk mencapai hasil yang maksimal.
c. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan salah satu model yang banyak digunakan dalam pembelajaran kooperatif. Slavin (Nur Asma, 2016:51) menjelaskan bahwa:
Pembelajaran kooperatif dengan model STAD, murid di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan 4-5 orang murid yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat murid yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya.
Sejalan dengan itu Trianto, (2017:52) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD ialah “salah sati tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang murid secara heterogen”.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Nur Asma (2016 : 51) mengemukakan bahwa langkah-langkah kegiatan pembelajaran model STAD terdiri dari tujuh tahap, yaitu (1) persiapan pembelajaran, (2) penyajian materi, (3) belajar kelompok, (4) pemeriksaan hasil kegiatan kelompok, (5) murid mengerjakan soal-soal tes secara individual, (6) pemeriksaan hasil tes, dan (7) penghargaan kelompok.
Uraian tentang langkah-langkah kegiatan pembelajaran di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Tahapan Uraian Tahapan
1) Tahap Persiapan Pembelajaran a. Materi
Materi pembelajaran dalam belajar kooperatif dengan menggunakan model STAD dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok. Sebelum menyajikan materi pelajaran, dibuat lembar kegiatan murid yang akan dipelajari kelompok, dan lembar jawaban dari lembar kegiatan murid tersebut.
b. Menempatkan Murid dalam Kelompok.
Menempatkan murid dalam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang murid dengan cara mengurutkan murid dari atas kebawah berdasarkan kemampuan akademik, juga diusahakan menurut jenis kelamin dan etnis.
c. Menentukan Skor Dasar
Jika mulai menggunakan STAD setelah memberikan tes kemampuan prasyarat/tes pengetahuan awal, maka skor tes tersebut dapat dipakai sebagai skor dasar. Selain skor tes kemampuan prasyarat/tes pengetahuan awal, nilai murid pada semester sebelumnya juga dapat digunakan sebagai skor dasar.
2) Tahap Penyajian Materi Tahap penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit. Setiap pembelajaran dengan model ini, selalu dimulai dengan penyajian materi oleh guru. Sebelum menyajikan materi pelajaran, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pelajaran, memberikan motivasi
untuk berkooperatif, menggali pengetahuan prasyarat dan sebagainya.
Dalam penyajian kelas dapat digunakan model ceramah, tanya jawab, diskusi, dan disesuaikan dengan isi bahan ajar dan kemampuan belajar.
3) Tahap Kegiatan Belajar Kelompok
Dalam setiap kegiatan belajar kelompok digunakan lembar kegiatan, lembar tugas, dan lembar kunci jawaban masing-masing dua lembar untuk setiap kelompok, dengan tujuan agar terjalin kerjasama diantara anggota kelompoknya. Lembar kegiatan dan lembar tugas diserahkan pada saat kegiatan belajar kelompok, sedangkan kunci jawaban diserahkan setelah kegiatan kelompok selesai dilaksanakan. Setelah menyerahkan lembar kegiatan dan lembar tugas, guru menjelaskan tahapan dan fungsi belajar kelompok dari model STAD.
4) Tahap Pemeriksaan terhadap Hasil Kegiatan Kelompok
Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan mempersentasekan hasil kegiatan kelompok di depan kelas oleh wakil dari setiap kelompok. Pada tahap kegiatan ini diharapkan terjadi interaksi antar anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain untuk melengkapi jawaban kelompok tersebut. Pada tahap ini pula dilakukan pemeriksaan hasil kegiatan kelompok dengan memberikan kunci jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaannya serta memperbaiki jika masih terdapat kesalahan- kesalahan.
5) Tahap Murid Mengerjakan Soal- soal Tes secara Individual
Pada tahap ini setiap murid harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Murid dalam tahap ini tidak diperkenankan kerjasama.
6) Tahap Pemeriksaan Hasil Tes Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, membuat daftar skor peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukan menjadi skor kelompok.
Peningkatan rata-rata skor setiap individu merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.
7) Tahap Penghargaan Kelompok Setelah diperoleh hasil tes, kemudian dihitung skor peningkatan individual berdasarkan selisih pemerolehan skor tes terdahulu (skor dasar) dengan skor tes terakhir.
Sumber: Nur Asma (2016 : 51)
4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Menurut Shoimin Aris (2013:189) dalam STAD (Student Teams Achievement Divisions) terdapat kelebihan dan kelemahan, diantaranya yaitu:
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kelemahan STAD
Kelebihan Kelemahan
a. Murid bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi normanorma kelompok.
b. Murid aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
d. Interaksi antar murid seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
e. Meningkat kecakapan individu.
f. Meningkatakan kecakapan kelompok.
g. Tidak bersifat kompetitif.
h. Tidak memilki rasa dendam.
a. Kontribusi dari murid berprestasi rendah menjadi kurang.
b. Murid berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.
c. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk murid sehingga sulit mencapai target kurikulum.
d. Membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
e. Membutuhkan kemampuan khusus sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
f. Menuntut sifat tertentu dari murid, misalnya sifat suka bekerja sama.
Sumber: Shoimin Aris (2013:189) 5. Penelitian yang Relevan
Banyak penelitian terkait dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang sudah berhasil, namun penulis mengambil tiga contoh penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai acuan dalam penulisan proposal ini, diantaranya yaitu:
a. Suhermanto (2012) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Murid Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SDN 84 Parepare dengan hasil penelitian yang diperoleh yaitu: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS, hal ini dapat dilihat pada awal pembelajaran
nilai rata-rata yang diperoleh murid 57,50% kemudian mengalami peningkatan 24,82% menjadi 82,25 dari 40 murid. Persamaannya terletak pada model pembelajaran yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan jenis penelitiannya. Perbedaannya terletak pada kelas, mata pelajaran dan lokasi sekolah yang digunakan dalam penelitian ini.
b. Aprilia (2014) dengan judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Pada Murid Kelas V SDN Sendang Batang dengan hasil penelitian yaitu: dengan menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, hal ini dapat dilihat dari hasil tes menulis karangan deskripsi siklus I 68,05 dengan ketuntasan belajar klasikal 31,57%, meningkat siklus II 80,27 dengan ketuntasan belajar klasikal 77,27% dari 38 murid. Persamaannya terletak pada model pembelajaran yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan jenis penelitiannya. Perbedaannya terletak pada lokasi sekolah yang digunakan dalam penelitian ini.
c. Herlia Ayu (2011) dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Murid Kelas V SD Inpres Panaikang Kec. Pattallassang Kab.Gowa dengan hasil penelitian yaitu:
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan, hal ini dapat
dilihat dari rata-rata hasil belajar murid pada siklus I dan siklus II yang mengalami peningkatan rata-rata nilai hasil belajar murid adalah 53 pada siklus I, sedangkan pada rata-rata nilai hasil belajar adalah 73 pada siklus II.
Selain itu ketuntasan belajar pada siklus I untuk kualifikasi cukup adalah 62%
dan kualifikasi baik adalah 42% dan mengalami peningkatan pada siklus II untuk kualifikasi kurang adalah 0, kualifikasi cukup adalah 14%, kualifikasi baik adalah 86%. Persamaannya terletak pada model pembelajaran yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan jenis penelitiannya.
Perbedaannya terletak pada lokasi sekolah yang digunakan dalam penelitian ini
Berdasarkan penelitian yang relevan di atas dapat dilihat bahwa penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan, persamaannya terletak pada model pembelajaran yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) , jenis penelitian dan variabel yang di gunakan sama-sama yaitu meningkatkan hasil belajar matematika sedangkan perbedaannya terletak pada kelas dan lokasi sekolah yang digunakan dalam penelitian ini.
B. Kerangka Pikir
Anak usia SD masih tergolong pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak masih senang bermain, rasa ingin tahu masih tinggi. Dan anak masih suka mengelompok dengan teman yang disukai, oleh karena itu dalam pembelajaranyang digunakan oleh guru ada baiknya memperhatikan hal-hal
tersebut. Dengan guru memperhatikan hal tersebut maka guru dapat mengupayakan model pembelajaran yang tepat untuk digunakan pada usia anak SD. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memilih model pembelajaran yang dapat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada murid untuk berkembang sesuai dengan keinginan dan kemampuan murid. Model pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya yaitu model pembelajarn kooperatif tipe STAD. Dalam model pembelajarn ini murid ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang murid yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda sehingga dalam setiap kelompok terdapat murid yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara murid untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal, murid belajar bekerja sama dalam kelompok dan bertanggungjawab agar seluruh anggota menguasai pelajaran hingga akhirnya murid dikenai kuis dan tidak boleh saling membantu. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD murid terlibat langsung dan aktif dalam pembelajaran. Murid juga akan merasa senang dan termotivasi untuk menjadi yang terbaik dalam kelas maupun kelompok. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada bagan kerangka pikir 2.1
Alur:
A.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: jika model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) diterapkan pada pembelajaran matematika, maka hasil belajar murid kelas V SDN Paccinang Kota Makassar dapat meningkat.
Hasil Belajar Matematika Mengalami Peningkatan TAHAP PEMBELAJARAN
1. Persiapan pembelajaran 2. Penyajian materi 3. Belajar dalam kelompok
4. Memeriksa hasil belajar kelompok 5. Mengerjakan tes secara individu 6. Pemeriksaan tes
7. Penghargaan kelompok ASPEK GURU
1. Kurang menggunakan metode yang bervariasi
2. Kurang mengaktifkan murid 3. Kurang melibatkan murid dalam
belajar kelompok
ASPEK MURID
1. Kurang memahami mata pelajaran Matematika
2. Pasif dalam kegiatan pembelajaran 3. Kurang terlibat belajar kelompok
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siklus I, Siklus II, Siklus N
Hasil Belajar Murid Mata Pelajaran Matematika Rendah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penilaian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang pelaksanaannya dibagi atas dua siklus dengan empat tahap yaitu:
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang dilakukan secara berulang.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi dan waktu Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan peneliti adalah kelas V SDN Paccinang Kota Makassar. Adapun subjek penelitian tindakan kelas ini adalah murid kelas V SDN Paccinang Kota Makassar sebanyak 25 murid yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 14 orang perempuan.
C. Fokus Penelitian
Mengingat penelitian ini mengkaji hasil belajar murid pada mata pelajaran matematika, maka tekanan dalam penelitian ini adalah pada proses pembelajarannya. Oleh karena itu ada beberapa faktor yang akan diselidiki yaitu:
1. Faktor Proses
Dalam hal ini, yang diselidiki ialah pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), juga mengamati aktifitas murid dalam pembelajaran tersebut.
26
2. Faktor Hasil
Hasil yang diperoleh murid meningkat setelah pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang terbagi dalam dua siklus dengan empat tahapan yaitu:
perencanaan, tindakan, pengamatan/observasi dan refleksi sebagaimana yang ditunjukkan gambar berikut:
Gambar 3.1. Model Penelitian Tindakan Kelas (Supardi:2016)
PERENCANAAN SIKLUS 1 PENGAMATAN
REFLEKSI PELAKSANAAN
PENGAMATAN SIKLUS 2
PERENCANAAN
REFLEKSI PELAKSANAAN
SIKLUS N
1. Gambaran Umum Siklus I
Siklus I terdiri dari 4 kali pertemuan dimana 3 kali pemberian materi dan 1 kali evaluasi dalam 4 tahap sesuai dengan kriteria Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tahap ini merupakan suatu tahap persiapan untuk melakukan suatu tindakan.
a. Tahap Perencanaan
Tahap ini merupakan suatu tahap persiapan untuk melakukan suatu tindakan. Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan peniliti adalah sebagai berikut:
1) Menelaah kurikulum materi pelajaran matematika untuk kelas V di SDN Paccinang Kota Makassar, melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dan pihak sekolah mengenai rencana teknis penelitian.
2) Membuat skenario pembelajaran dikelas dalam hal ini pembuatan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang akan diajarkan setiap pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).
3) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.
4) Membuat lembar observasi untuk mengamati bagaimana kondisi belajar ketika pelaksanaan tindakan berlangsung dengan melakukan kontroling pada saat proses pembelajaran berlangsung.
5) Membuat soal, digunakan untuk mengevaluasi murid sejauh mana murid mengetahui pelajaran yang telah diberikan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus ini dilakukan selama 3 kali pertemuan.
Pertemuan pertama dan kedua diisi dengan kegiatan proses belajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Untuk pertemuan ketiga diisi dengan evaluasi terhadap materi yang telah diberikan pada siklus I.
c. Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan cara mengidentifikasi keadaaan murid selama proses belajar mengajar berlangsung dan mencatat pada lembar observasi. Observasi ini dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Selanjutnya evaluasi dilakukan pada akhir siklus, dengan memberikan tes tertulis. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur penguasaan murid terhadap materi yang telah diperoleh tiap siklus.
d. Refleksi
Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan kemudian dianalisis, begitu pula evaluasinya. Hal-hal yang masih kurang berusaha diperbaiki dan dikembangkan pada siklus II dengan tetap mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I.
Hasil analisis siklus I inilah yang menjadi acuan penulis untuk merencanakan siklus II sehingga hasil yang dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan yang diharapkan dan hendaknya bisa lebih baik dari siklus sebelumnya.
2. Gambaran Umum Siklus II
Pada dasarnya, hal-hal yang dilakukan atas siklus II ini adalah mengulang kembali kegiatan yang telah dilaksanakan pada siklus I. Di samping itu, dilakukan juga rencana baru untuk memperbaiki atau merancang tindakan baru sesuai dengan pengalaman dan hasil refleksi yang diperoleh pada siklus I.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas murid selama proses pembelajaran berlangsung, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada mata pelajaran matematika. Objek pengamatan yaitu proses pembelajaran matematika pada materi pengolahan data sub materi pengumpulan dan penyajian data yang dilakukan oleh guru dan partisipasi murid melalui kerjasama dalam kelompok.
b. Tes Hasil Belajar
Tes merupakan instrumen utama penelitian ini yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian guna mengukur hasil belajar matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan murid kelas V di SDN Paccinang Kota Makassar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Tes berbentuk pilihan ganda dimana 1 jawaban benar
diberikan bobot 1 yang diberikan pada setiap akhir pertemuan (tindakan) dan dilakukan sebanyak 2 kali. Kriteria penilaian yaitu :
Nilai = x 100
Sumber: (Purwanto:2014)
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik atau instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.
2. Tes (Evaluasi)
Tes instrumen pengumupulan data dapat diartikan sebagai instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan murid dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan murid terhadap materi pembelajaran.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data nilai rata-rata murid yang diperoleh dari nilai raport, selain itu juga untuk memperoleh data guru dan jumlah murid kelas V SDN Paccinang Kota Makassar.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya
sehingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian (Sanjaya, 2012:86). Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk melihat data hasil tes belajar murid, atau digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar murid sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan. Sedangkan analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru. Menurut Miles dan Huberman (Sanjaya, 2012: 86) data hasil belajar murid dapat ditafsirkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
NA = Jumlah Skor Perolehan x 100 Jumlah Skor Maksimal
Analisis kuantitatif dapat digunakan teknik kategorisasi dengan berpedoman pada skala angka 0-100 seperti pada Tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel.3.1. Kategori Standar Hasil Belajar
NO. NILAI KATEGORI
1 85 ≤ X ≤ 100 Sangat Tinggi
2 75 ≤ X < 85 Tinggi
3 65 ≤ X < 75 Sedang
4 45 ≤ X < 65 Rendah
5 0 ≤ X < 45 Sangat Rendah
Sumber: SDN Paccinang Kota Makassar (2021)
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini meliputi indikator proses dan hasil melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Penelitian ini dikatakan berhasil apabila tes hasil belajar murid menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II dan dinyatakan tuntas. murid dikatakan tuntas belajar apabila memperoleh skor minimal 75 dari skor ideal 100 dan tuntas klasikal apabila minimal 80% dari jumlah murid telah tuntas belajar.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi (pengamatan), dan (4) refleksi tindakan.
1. Siklus 1 a. Perencanaan
Perencanaan disusun dan dikembangkan oleh peneliti yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Adapun materi pembelajaran yang dilaksanakan pada tindakan siklus I adalah pengolahan data sub materi pengumpulan dan penyajian data. Dengan kompetensi dasar Menyajikan data ke dalam bentuk tabel, diagram garis, batang, dan lingkaran. Indikatornya adalah menulis data dalam bentuk tabel, menulis data dalam bentuk diagram garis, menulis data dalam bentuk diagram batang, dan menulis data dalam bentuk diagram lingkaran.
b. Implementasi Tindakan Siklus I
Pada tahap tindakan dalam siklus I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan yaitu tanggal 20 dan 22 Mei, serta 24 dan 27 Mei 2021 yang diimplementasikan berdasarkan RPP yang telah disusun.
Berdasarkan RPP tersebut implementasi tindakan pada semua pertemuan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1) Pertemuan pertama (Kamis, 20 Mei 2021)
Pertemuan pertama dilaksanakan 20 Mei 2021, indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah menulis data dalam bentuk tabel.
Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan materi pelajaran yaitu pengolahan data sub materi pengumpulan dan penyajian data. Pada kegiatan inti, murid memperhatikan informasi dari guru mengenai pengelompokan murid (setiap kelompok terdiri dari 4-5 murid yang berkemampuan heterogen) dan membentuk kelompok belajar dengan anggota tiap kelompok seperti yang telah diinformasikan oleh guru, murid mendapatkan LKM untuk dikerjakan oleh semua anggota kelompok, anggota setiap kelompok berdiskusi mengerjakan LKM, murid mendapatkan arahan dari guru untuk bekerjasama sebagai satu kelompok, murid mendapatkan arahan dari guru agar setiap murid dalam kelompok menguasai materi dan saling membantu temannya untuk menguasai materi, murid mendapatkan arahan dari guru untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, murid mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Guru memberikan evaluasi.
Guru memberikan pekerjaan rumah, memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.