• Tidak ada hasil yang ditemukan

i

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "i"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv ABSTRAK

Rika Ramadani (NIM: 15030036), Tingkat Perkembangan Nagari di Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman, Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2019.

Potensi dapat mempengaruhi tingkat perkembangan wilayah, hal ini dilihat berdasarkan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan dapat juga dipengaruhi oleh prasarana yang ada. Tingkat pendidikan yang masih rendah sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat perkembangan wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Potensi wilayah Nagari di Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman, 2) Tingkat perkembangan Nagari di Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif evaluatif. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Cara pengumpulan data dilakukan dengan melalui observasi, dokumentasi dan meminta data ke instansi terkait. Teknik analisis data yang digunakan adalah skoring.

Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) potensi wilayah Nagari di Kecamatan Dua Koto yaitu kurang potensial. Hal ini dilihat dari sumber daya alam pertanian yaitu kurang potensial dengan skor 26 pada Nagari Cubadak, dan Nagari Simpang Tonang memiliki skor 22. Sumber daya perkebunan di Nagari Cubadak memiliki skor 34 dan Nagari Simpang Tonang dengan skor 32 yaitu dikategorikan kurang potensial. Jenis perkebunan meliputi karet, kelapa, kopi dan salak. Sumber daya peternakan pada Nagari Cubadak memiliki skor 19 dan Simpang Tonang dengan skor 12 yaitu kurang potensial. 2) Tingkat perkembangan Nagari di Kecamatan Dua Koto yaitu Nagari Cubadak tergolong Swakarya dan Nagari Simpang Tonang tergolong swadaya. Hal ini dilihat dari perekonomian bahwa pendapatan nagari masih rendah yaitu ≤ Rp 50.000.000/tahun. Mata pencaharian penduduknya bertani dengan tingkat produksi yang masih rendah. Dilihat dari keadaan sosialnya sudah baik yaitu masih banyak melaksanakan upacara-upacara adat dan lembaga-lembaga yang ada sudah lengkap. Dari segi prasarana sudah menggunakan akses jalan raya, sarana produksi setengah teknis dan sarana pemasaran terdiri dari pasar umum, warung atau rumah makan, dan prasarana sosialnya terdiri dari gedung pemerintah, gedung sekolah, kesehatan dan masjid.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tingkat Perkembangan Nagari Di Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman” Penelitian ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada yth:

1. Ibu Rika Despica, S.Pd., M.Si sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Momon Dt. Tanamir M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Ibu Elvi Zuriyani, M.Si, Bapak Slamet Rianto M.Pd, dan Ibu Ade Irma Suryani, M.Pd, sebagai tim dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan dalam menyusun skripsi ini.

3. Ibu Ketua Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat dan sekretaris beserta staf Pengajar yang memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak/ibuk dosen dan tenaga pendidikan program studi pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat

5. Ibu Ketua STKIP PGRI Sumatera Barat berserta Staf dan Karyawan.

(7)

vi

6. Bapak/Ibu Kepala UPT Perpustakaan STKIP PGRI Sumatera Barat beserta Staf dan Karyawan.

7. Pimpinan beserta karyawan/ti STKIP PGRI Sumatera Barat.

8. Bapak Camat beserta seluruh Masyarakat yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian.

9. Teristimewa kedua Orang tua yang telah mendoakan, memberikan bantuan, nasehat, motivasi, material dan moril sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

10. Responden yang telah memberikan data dan informasi yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapakan saran dan masukan dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini dikemudian hari. Penulis juga mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya. Amin ya Rabbal Alamin.

Padang, Agustus 2019

Penulis

(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii

SYARAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 6

B. Penelitian yang Relevan ... 34

C. Kerangka Konseptual ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Lokasi Penelitian ... 39

C. Definisi Operasional ... 39

D. Jenis Data ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 59

B. Hasil Penelitian ... 60

C. Pembahasan ... 98

(9)

viii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN ... 108

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Indiktor Penilaian dan Skor Kepemilikan Lahan Pertanian

Tanaman pangan ... 10

2. Indikator dan Skor Pemilikan Lahan Perkebunan ... 11

3. Indikator Penilaian dan Skor Kepemilikan dan Populasi Ternak Sapi, Kerbau dan Ayam Kampung ... 12

4. Potensi Pengembangan Sumber Daya Alam Pertanian, Perkebunan, Pertenakan ... 13

5. Indikator Penilaian dan Skor Kepadatan Pendududuk ... 15

6. Indikator Penilaian dan Skor Penilaian Tingkat Pendidikan ... 16

7. Indikator Penilaian dan Skor Jumlah Mata Pencaharian ... 17

8. Rekapitulasi Skoring Potensi Sumber Daya Manusi (SDM) ... 17

9. Ketentuan Nilai Skor Tingkat Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) ... 18

10. Indikator Penilaian dan Skor Kepadatan Penduduk ... 44

11. Indikator Penilaian dan Skor Penilaian Tingkat Pendidikan ... 44

12. Indikator Penilaian dan Skor Jumlah Mata Pencaharian ... 45

13. Rekapitulasi Skoring Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) ... 45

14. Ketentuan Nilai Skor Tingkat Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) ... 46

15. Indikator Penilaian dan Skor Kepemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan ... 46

16. Indikator dan Skor Pemilikan Lahan Perkebunan ... 47

17. Indikator Penilaian dan Skor Kepemilikan dan Populasi Ternak Sapi, Kerbau, dan Ayam Kampung ... 48

(11)

x

18. Rekapitulasi Skoring Potensi Sumber Daya Alam ... 49

19. Potensi Pengembangan Sumber Daya Alam Pertanian, Perkebunan dan Peternakan ... 49

20. Tingkat Perkembangan Desa ... 58

21. Luas Nagari Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman ... 59

22. Jumlah Penduduk Pernagari di Kecamatan Dua Koto ... 60

23. Jumlah Kepemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Di Kecamatan Dua Koto ... 61

24. Produktivitas Tanaman Pangan di Kecamatan Dua Koto ... 61

25. Kepemilikan Lahan, Jumlah KK, Total KK, Persentase dan Skoring di Kecamatan Dua Koto ... 63

26. Produktivitas Tanaman Pangan dan Skoring di Kecamatan Dua Koto ... 63

27. Hasil Skoring Jumlah Kepemilikan Lahan Pertanian, Produktivitas Tanaman Pangan di Kecamatan Dua Koto ... 65

28. Kepemilikan Potensi Sumber Daya Alam Perkebunan ... 66

29. Luas dan hasil Perkebunan di Kecamatan Dua Koto ... 67

30. Kepemilikan Lahan, Jumlah KK, Total KK, Persentase dan Skoring di Kecamatan Dua Koto ... 68

31. Luas dan Hasil Perkebunan Menurut Jenis Komoditas Serta Skoring Kecamatan Dua Koto ... 70

32. Hasil Skoring Jumlah Kepemilikan Lahan Perkebunan, Luas dan Hasil Perkebunan, Luas dan Hasil Perkebunan di Kecamatan Dua Koto ... 72

33. Potensi Sumber Daya Alam Dilihat Dari Potensi Peternakan ... 73

34. Jenis Pertenak, Kepemilikan, Jumlah Penduduk, Populasi Ternak dan Skoring di Kecamatan Dua Koto ... 75

35. Produksi Susu, Daging, Telur di Kecamatan Dua Koto ... 77

(12)

xi

36. Luas dan Hasil Perkebunan Menurut Jenis Komoditas Serta

Skoring di Kecamatan Dua Koto ... 78 37. Ketersediaan Pakan Ternak di Kecamatan Dua Koto ... 79 38. Produksi Hijau Pakan Ternak, Luas Gembalaan dan Skoring di

Kecamatan Dua Koto ... 80 39. Hasil Skoring Jumlah Kepemilikan Peternakan, Produksi,

Ketersediaan Pakan Ternak di Kecamatan Dua Koto ... 82 40. Jumlah Penduduk dan Masing-masing Nagari di Kecamatan

Dua Koto ... 83 41. Jumlah penduduk, Luas Nagari (Km²), Kepadatan Penduduk dan

Skoring Masing-Masing Nagari di Kecamatan Dua Koto ... 83 42. Tingkat Pendidikan Masing-masing Nagari di Kecamatan Dua

Koto ... 85 43. Tingkat Pendidikan dan Skor Masing-masing Nagari di

Kecamatan Dua Koto ... 87 44. Sebara Mata Pencaharian Pokok Penduduk Masing-masing di

Kecamatan Dua Koto ... 88 45. Jumlah Sebaran Mata Pencaharian Pokok dan Skoring Masing-

masing di Kecamatan Dua Koto ... 89 46. Skoring Indikator dan Sub Indikator Potensi Sumber Daya

Manusia (SDM) Masing-masing Nagari di Kecamatan Dua Koto ... 90 47. Tingkat Perkembangan Nagari di Kecamatan Dua Koto Dilihat

Dari Keadaan Ekonomi Pada Masing-Masing Kecamatan Dua

Koto ... 91 48. Tingkat Perkembangan Nagari Dilihat Dari Keadaan Sosial Pada

Masing-Masing Nagari di Kecamatan Dua Koto ... 93 49. Tingkat Perkembangan Nagari Dilihat Dari Prasarana Pada

Masing-Masing Nagari di Kecamatan Dua Koto ... 96 50. Tabulasi Data Tingkat Perkembangan Nagari di Kecamatan

Dua Koto ... 98

(13)

xii

DAFTAR GRAFIK

Halaman

1. Jumlah Kepemilikan Tanaman Pangan di Kecamatan Dua Koto ... 61 2. Produktivitas Tanaman Pangan di Kecamatan Dua Koto ... 62 3. Skoring Kepemilikan Lahan di Kecamatan Dua Koto ... 63 4. Produktivitas Tanaman Pangan dan Skoring di Kecamatan Dua

Koto ... 64 5. Hasil Skoring Jumlah Kepemilikan Lahan Pertanian, Produktivitas

Tanaman Pangan di Kecamatan Dua Koto ... 66 6. Potensi Sumber Daya Alam (SDA) Dilihat Dari Potensi

Perkebunan ... 67 7. Luas dan Hasil Perkebunan di Kecamatan Dua Koto ... 67 8. Kepemilikan Lahan, Jumlah KK, Total KK, Persentase dan

Skoring di Nagari Cubadak Kecamatan Dua Koto ... 69 9. Kepemilikan Lahan, Jumlah KK, Total KK, Persentase dan

Skoring di Nagari Simpang Tonang Kecamatan Dua Koto ... 69 10. Skoring Menurut Jenis, Luas, Produksi dan Mekanisme Pemasaran

Tanaman Perkebunan di Kecamatan Dua Koto ... 70 11. Hasil Skoring Jumlah Kepemilikan Lahan Perkebunan, Luas dan

Hasil Perkebunan di Kecamatan Dua Koto ... 73 12. Potensi Sumber Daya Alam (SDA) Dilihat Dari Potensi Peternakan . 74 13. Potensi Sumber Daya Alam (SDA) Dilihat Dari Populasi

Peternakan ... 74 14. Jenis Peternakan, Kepemilikan, Jumlah Penduduk, Populasi Ternak

dan Skoring di Kecamatan Dua Koto ... 76 15. Produksi Susu, Daging, Telur di Kecamatan Dua Koto ... 79 16. Luas Hasil Perkebunan Menurut Jenis Komoditas Serta Skoring di

Kecamatan Dua Koto ... 79

(14)

xiii

17. Ketersediaan Pakan Ternak di Kecamatan Dua Koto ... 80 18. Produksi Hijauan Pakan Ternak, Luas Gembalaan dan Skoring di

Kecamatan Dua Koto ... 81 19. Hasil Skoring Jumlah Kepemilikan Peternakan, Produksi,

Ketersediaan Pakan Ternak di Kecamatan Dua Koto ... 82 20. Jumlah Penduduk dan Luas Masing-masing Nagari di Kecamatan

Dua Koto ... 83 21. Jumah Penduduk, Luas Nagari, Kepadatan Penduduk dan Skoring

Masing-masing Nagari di Kecamatan Dua Koto ... 84 22. Tingkat Pendidikan Masing-masing Nagari di Kecamatan Dua Koto 85 23. Sebaran Mata Pencaharian Pokok Penduduk Masing-Masing Nagari

di Kecamatan Dua Koto ... 88 24. Jumlah Sebaran Mata Pencaharian Pokok dan Skoring Masing-

masing di Kecamatan Dua Koto ... 89 25. Jumlah Skoring, Indikator, Sub Indikator Potensi Sumber Daya

Manusia (SDM) Masing-Masing Nagari di Kecamatan Dua Koto .... 90

(15)

xiv LAMPIRAN

Halaman

1. Angket Penelitian Potensi Wilayah ... 108

2. Aangket Penelitian Tingkat Perkembangan Wilayah ... 123

3. Peta Administrasi ... 126

4. Dokumentasi Penelitian ... 128

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara berkembang, dengan jumlah penduduk terbanyak nomor empat di dunia. Indonesia memiliki kekayaan alam yang bisa untuk dikembangkan karena Indonesia memiliki tanah yang subur, dan beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Potensi yang ada di wilayah Indonesia berbeda-beda karena dipengaruhi jenis tanah dan curah hujan daerah tersebut. Indonesia terbagi menjadi lima pulau, salah satunya adalah pulau Sumatra, provinsi Sumatera Barat yang terdiri dari beberapa nagari/

desa yang tersebar di dalamnya.

Perubahan paradigma untuk Sumatera Barat yang tertera dalam UU No. 22 tahun 1999 mengenai pemerintah daerah yang bertujuan mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri baik dalam menyesuaikan bentuk dan susunan pemerintah desa dilihat dari asal usul dan keadaan sosial ekonomi budaya harus digunakan sebagaimana seharusnya guna menyusun kembali

“Pemerintah Nagari” tujuannya untuk memajukan masyarakat Sumatera Barat sesuai dengan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangatokan alam takambang jadi guru (Bakaruddin, 2012).

Perkembangan wilayah berkaitan dengan keadaan fisik, sosial dan ekonomi dari wilayah itu sendiri. Selain itu perkembangan juga dapat dilihat dari pembangunan yang terjadi di daerah tersebut. Pembangunan suatu daerah ini bertujuan membangun masarakat yang sejahtera,, sehingga pembangunan

(17)

di suatu daerah bisa dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat. Perkembangan setiap wilayah tidak ada yang merata.

Perkembangan suatu wilayah tidak merata dikarenakan keadaan geografis wilayah itu sendiri mulai dari karakteristik daerah, sumber daya manusia maupun alam yang dimiliki oleh wilayah tersebut atau potensi yang ada di wilayah tersebut. Potensi suatu wilayah akan mempengaruhi perekonomian masyarakat yang berada di wilayah itu sendiri, sedangkan perekonomian akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat.

Potensi yang dimaksud ialah keseluruhan sumber daya alam yang terdapat di desa ataupun kota yang bisa dikembangkan maupun di aktifkan berupa alam (fisik), meliputi tanah, air, hutan, iklim, dan potensi sumber daya manusia berupa, jumlah penduduk, komposisi penduduk, distribusi pendudk, dan organisasi (lembaga) yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat pada masing-masing daerah tersebut baik itu daerah pedesaan maupun perkotaan (Bakaruddin, 2012). Perekonomian suatu wilayah akan mempengaruhi tingkat perkembangan terhadap wilayah itu sendiri.

Potensi yang dimiliki oleh alam merupakan semua ketampakan alam dan sumber daya yang berada di suatu wilayah. Di Indonesia banyak sekali ditemui keanekaragaman sumber daya alam yang berlimpah ruah. Keaneka ragaman hayatinya nomor dua terbanyak di seluruh dunia. Selain itu juga memiliki cadangan minyak bumi, gas alam, emas, tembaga dan mineral.

Sedangkan kekayaan laut dan terumbu karang memperkaya pulau-pulaunya.

Indonesia memiliki tanah dan laut yang luas, dan keakayaan lingkungan.

(18)

Wilayahnya kira-kira 1.3% dari wilayah bumi, jenis tumbuhan dan bunga mencapai 10% dari yang ada di dunia, jenis hewan yang menyusui, jenis burung sekitar 17 % , jenis ikan 25%, dan wilayah hutan tropis10%, Word Bank 1994 dalam (Despica, 2018).

Selain potensi fisik (alam) suatu wilayah juga mempunyai potensi manusia yaitu penduduk. Jumlah penduduk teruatam pada usia produktif akan menambah potensi desa. Kegiatan yang dikerjakan setiap hari dapat meningkatkan pendapatan desa, dan begitu juga dengan kehidupan masyarakat desa yang tinggi jwa gotong-royong (kerjasama) dan saling toleransi dan saling pengertian sebagai modal kekuatan awal bagi pembangunan desa.

Secara sederhana ada beberapa indikator penilaian yang dapat digunakan dalam perkembangan wilayah desa yang dikeluarkan oleh departemen dalam Negri 1997/1978 hanya tiga elemen utama yaitu faktor ekonomi yang terdiri dari dua indikator berupa mata pencaharian, dan produksi desa, faktor sosial berupa adat istiadat, kelembagaan, pendidikan dan gotong royong dan prasarana (Bakaruddin, 2012). Dengan adanya indikator ini desa tersebut akan cepat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan (swadaya menjadi swakarya, swakarya menjadi swasembada, atau langsung dari swadaya ke swasembada).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman. Daerah ini memiliki luas 360,63 Km² dengan ketinggian 300-2.172 M dari permukaan laut, memiliki tofografi berbentk daratan,

(19)

berbukit dan pegunungan. Memiliki iklim yang sedang dan curah hujan 2000- 3000 Mm dengan suhu rata-rata 17-30 ˚C. Kecamatan Dua Koto dibagi menjadi dua Nagari yaitu Nagari Cubadak dan Nagari Simpang Tonang.

Permasalah yang berada di Kecamatan Dua Koto bahwasanya tingkat pendidikan paling banyak adalah SD/Sederajat. Dan masih sedikit yang tamat S1 /Sederajat. Selain itu pendapatan di Kecamatan Dua Koto masih tergolong sangat rendah ( Kantor Camat Dua Koto Kabupaten Pasaman, 2019).

Berdasarkan penjelasan di atas maka saya tertarik untuk melihat tingkat perkembangan Nagari, sehingga dapat dilihat tahapan perkemabangn daerah ini yang dapat dianalisis dari potensi yang dimiliki berupa potensi fisik dan non fisik dengan judul penelitian “ Tingkat Perkembanagn Nagari di Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka rumusan masalah masalahnya adalah:

1. Bagaimana potensi wilayah Nagari di Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman?

2. Bagaimana tingkat perkembangan Nagari di Kecamatan Dua Koto Kabupaten Psaman?

(20)

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan:

1. Potensi wilayah Nagari di Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman 2. Tingkat perkembangan Nagari di Kecamatan Dua Koto Kabupaten

Pasaman

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diaharapkan dapat dimanfaatkan untuk:

1. Seabagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) di Program Studi Pendidikan Geografi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.

2. Penelitian selanjutnya, bahan acuan atau bahan perbandingan untuk mengungkap masalah perkemabangan wilayah.

3. Bahan informasi bagi dinas terkait tentang perkembangan wilayah Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman.

(21)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Potensi Wilayah

Potensi ialah semua sumber daya yang ada di desa dan kota yang dapat dikembangkan dan diaktifkan. Berupa alam (fisik), meliputi tanah, air, hutan, iklim, dan potensi sumber daya manusia berupa jumlah penduduk, komposisi penduduk, distribusi penduduk, dan organisasi (lembaga) yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat pada masing-masing daerah desa maupun kota (Bakaruddin, 2012).

Potensi desa dibagi menjadi dua yaitu, potensi fisik dan non fisik.

Potensi fisik yaitu tanah, iklim, lingkungan geografis, hewan ternak, dan sumber daya manusia sedangkan potensi non-fisik terdiri dari masyarakat dengan corak dan interaksinya, lembaga sosial, pendidikan, dan organisasi sosial desa, aparatur dan pamong desa (Soleh, 2017).

Potensi fisik merupakan sumber daya alam yang berada di alam, yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sedangkan potensi non fisik adalah penduduk dengan perilakunya. Dalam kurun waktu yang lama masyarakat akan memiliki susunan kehidupan sesuai dengan wilayahnya.

2. Potensi Sumber Daya Alam

Sumber daya alam adalah sumber daya yang berada di alam, yaitu tanah, laut, air, dan udara, yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia maupun organisme lain secara langsung maupun tidak langsung.

(22)

Dijelaskan oleh Sub Balai Konservasi SDA Sumbah dalam (Jamel, 2013), bahwa SDA adalah sumber daya yang terbentuk secara alami, contohnya tanah, air, udara, mineral dan lain sebagainya. Untuk kepentingan pembangunan ekonomi SDA dapat digolongkan berdasarkan potensi penggunaannya menjadi 3 (tiga):

1) SDA yang menghasilkan energi, contohnya air, matahari, minyak bumi, gas bumi, batu bara dan angin.

2) SDA yang menghasilkan bahan baku, contohnya mineral dan tanah 3) SDA lingkungan hidup, seperti udara, dan ruang bentang alam.

a. Tanah

Potensi utama bagi masyarakat desa adalah tanah, karena di dalam tanah terdapat sumber tambang, mineral, tanah yang subur dapat menghasilkan tanaman yang dapat dijadikan sebagai pendapatan atau pekerjaan untuk tumpuan penghidupan bagi masyarakat desa pada misalnya tanah yang subur dapat dijadikan lahan pertanian yang menghasilkan bahan makanan, hasilnya bisa dijual untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya (Bakaruddin, 2012).

Tanah termasuk jenis-jenis kandungan kekayaan yang berada di dalamnya contohnya tanah yang subur, pertambangan, dan mineral (Soleh, 2017). Kesuburan tanah akan berpengaruh terhadap hasil pertanian masyarakat, apabila tanahnya subur maka panennya akan berlimpah kemudian apabila tanahnya tidak subur maka hasil panen yang diperoleh akan sedikit, begitu pula dengan barang tambang dan

(23)

mineral. Sehingga tanah ini besar pengaruhnya terhadap tingkat perkembangan suatu wilayah.

b. Air

Sumber daya alam yang paling penting di dunia adalah air karna kehidupan tidak akan berjalan apabila air tidak ada (Masthura, 2017).

Selain itu air dikatakan sebagai substansis sangat banyak di muka bumi, adalah nomor satu yang paling dibutuhkan oleh makhluk hidup, dan yang paling utama adalah memiliki kekuatan konstan dalam pembentukan muka bumi. Dapat dikatakan penentuan untuk mengatur iklime di muka bumi ( Indarto, 2012 ).

Potensi air bagi masyarakat adalah meliputi cara memperoleh aira, kondisi airi, penyusunannya unt manfaat pengairan sawahgvb9o0d vm.y petani, rumah tangga, kepentingan pariwisata, perikanan dan lain- lain (Bakaruddin,2012). Pada umumnya potensi air di pedesaan bersih dan melimpah, karena pedesaan berada di dekat perbukitan sehingga banyak terdapat sumber mata air. Air dapat dikatakan sebagai kebutuhan utama bagi makhluk hidup terutama dalam memprtahankan hidup dan juga untuk kegiatan harian.

c. Iklim

Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca yang berada di suatu lokasi dalam kurun waktu yang lama, dan paling kurang 10 tahun (Wardiyatmoko, 2013). Temperatur dan curah hujan dapat mempengaruhi keadaan iklim suatu wilayah. Iklim berpengaruh

(24)

terhadap perkembangan tanaman dan pemanfaatan wilayah yang dapat menjadikan desa menjadi maju terutama pada daerah ketinggian.

Biasanya dapat dimanfaatkan untuk perkebunan sayuran, buah-buahan, tempat rekreasi sehingga iklim sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat desa.

Berdasarkan Permen dalam Negri No. 12 tahun 2007, nilai suatu nagari ditentukan oleh potensi yang tersimpan dalam nagari itu sendiri.

Oleh karena banyaknya potensi sumber daya alam dari suatu wilayah maka indikator yang diguanakan hanyalah yang berkaitan erat dengan potensi nagari. Potensi sumber daya alam dapat dilihat berdasarkan penggunaan lahan di suatu wilayah.

Lahan adalah salah satu wilayah daratan permukaan bumi yang memiliki ciri-ciri sebagai tanda pengenal, misalnya tanahnya masih bagus dan yang mau di daur ulang, adanya makhluk hidup, atmosfer, tanah, lingkungan, air, jumlah hewan dan tumbuhan serta hasil aktifitas manusia pada masa lalu dan masa sekarang, Pemanfaatan lahan dapat dipengaruhi oleh tanda-tanda pengenal tersebut baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang (FAO, 1976 dalam Eko, 2012).

Menurut Jamel, (2013) serta berdasarkan Debdagri No. 12, Tahun 2007) Penelitian ini menggunakan analisis data yaitu dengan melakukan penskoran terhadap masing-masing indikator potensi sumber daya alam (SDA).

(25)

a) Sumber daya alam pertanian 1) Tanaman Pangan

Tabel 1.2 Indikator Penilaian dan Skor Pemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan

Indikator Penilaian Skor

Mempunyai lahan petanian kurang dari 50 Ha tanaman pangan

Kalau jumlah keluarga <10% dari total keluarga

2

10-40% 4

40-80% 6

>80% 8

mempunyai lahan petanian lebih dari 50 Ha

Bila jumlah keluarga mencapai

<10% dari total keluarga

2

10-40% 4

40-80% 6

>80% 8

Tidak mempunyai lahan

Bila jumlah keluarga mencapai

<10% dari total keluarga

8

10-40% 6

40-80% 4

>80% 2

Sumber: Debdagri No. 12 Tahun 2007

(26)

2) Perkebunan

Tabel 2.2 Indikator dan Skor Pemilikan Lahan Perkebunan

Indikator Penilaian Skor

1 2 3

Keluarga

mempunyai lahan perkebunan <5 Ha

Jumlah keluarga mencapai <10%

dari jumlah keluarga

2

10 - 20% 4

20 - 40% 6

40 - 60% 8

>60% 10

Keluarga yang tidak mempunyai lahan perkebunan

Bila jumlah keluarga mencapai

<10% dari jumlah keluarga

10

10 - 20% keluarga 8

20 - 40% 6

40 - 60% 4

>60% 2

Keluarga yang tidak mempunyai lahan perkebunan 5,0-50,0 Ha

Bila jumlah keluarga mencapai

<10% dari jumlah keluarga

2

10 - 20% 4

20 - 40% 6

40 - 60% 8

>60% 10

Keluarga yang mempunyai lahan perkebunan >50 Ha

Bila jumlah keluarga mencapai

<10 % dari total jumlah keluarga

2

10 - 20% 4

20 - 40% 6

40 - 60% 8

>60 % 10

Mempunyai usaha perkebunan oleh negara

Bila mencapai kurang 105 dari total luas lahan usaha

3

10 - 20% 4

20 - 40% 5

40 - 60% 6

>60% 7

Sumber: Debdagri No. 12 Tahun 2007

(27)

3) Peternakan

Tabel 3.2 Indikator Penilaian dan Skor Kepemilikan dan Populasi Peternakan Sapi, Kerbau, dan Ayam Kampung

Indikator Penilaian Skor

1 2 3

Kepemilikan ternak sapi

Tidak ada yang memiliki 0

<10% dari total jumlah penduduk 1

10- 20% 2

20-40% 3

40-60% 4

>60% 5

Populasi ternak sapi Tidak ada yang memiliki 0

Kurang dari 100 ekor 1

100-500 2

500-1000 3

1000-5000 4

Lebih dari 5000 5

Kepemilikan ternak kerbau

Tidak ada yang memiliki 0

<10% dari total jumlah penduduk 1

10-20% 2

20-40% 3

40-60% 4

>60% 5

Populasi ternak kerbau

Tidak ada yang memiliki 0

Kurang dari 100 1

100-500 2

500-1000 3

1000-5000 4

Lebih dari 5000 5

Kepemilikan ternak ayam kampung

Tidak ada yang memiliki 0

<10% dari total jumlah penduduk 1

10-20% 2

20-40% 3

40-60% 4

>60% 5

Populasi ayam kampung

Tidak ada yang memiliki 0

Kurang dari 100 1

1000-5000 2

5000-10000 3

10000-50000 4

Lebih dari 50000 5

Sumber: Debdagri No. 12 Tahun 2007

(28)

Berdasarkan Debdagri No. 12 Tahun 2007 dari rekapitulasi di atas didapat penilaian potensi pengembangan sumber daya alam desa /Nagari seperti tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Potensi Pengembanagn Sumber Daya Pertanian, Perkebunan dan Peternakan

No Potensi (SDA) Jumlah Nilai Skor

Potensi

1 Pertanian 30-61 Kurang potensial

62-93 Cukup potensial 94-125 Potensial 126-157 Sangat potensial

2 Perkebunan 20-35 Kurang potensial

36-51 Cukup potensial 52-67 Potensial

68-83 Sangat potensial

3 Peternakan 6-33 Kurang potensial

34-61 Cukup potensial 62-89 Potensial

90-117 Sangat potensial Sumber: Debdagri No. 12 Tahun 2007

3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya adalah hasil penilaian manusia terhadap unsur-unsur lingkungan hidup yang diperlukan, sumber daya bukanlah barang nyata melainkan adalah suatu penilaian. Sumber daya sebagai atribut dari lingkungan yang menurut anggapan manusia mempunyai nilai dan jangka waktu tertentu, yang dibatasi oleh keadaan sosial, politik, ekonomi, dan kelembagaan (Jamel, 2013).

Nilai potensi suatu desa/nagari ditentukan oleh potensi yang tersedia di suatu wilayah desa/nagari. Banyaknya potensi sumber daya manusia di suatu wilayah, makanya indikator yang digunakan hanya yang

(29)

dianggap erat dengan potensi desa. Berdasarkan peranan Debdagri No. 12 Tahun 2007 potensi sumber daya manusia (SDM) dapat dinilai dari:

1. Penskoran terhadap masing-masing potensi sumber daya manusia terdiri dari:

a. Kepadatan Penduduk

Penduduk desa iyalah orang yang tinggal dan menetap di suatu desa, banyaknya jumlah penduduk yang tinggal di desa terutama usia produktif dikatakan sebagai potensi desa karena dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan desa, dan begitu juga dengan kehidupan masyarakat desa yang tinggi jiwa gotong-royong (kerja sama) yang saling toleransi dan saling pengertian sebagai modal kekuatan awal bagi pembangunan desa.

Kepadatan penduduk merupakan suatu potensi yang ada di suatu daerah yang harus diketahui, beberapa kepadatan penduduk menepati luas suatu wilayah, yang dimaksud dengan kepadatan penduduk disini adalah kepadatan yang menempati luas satuan suatu wilayah pada masing-masing desa yang menjadi wilayah penelitian. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk yang menepati suatu luas wilayah yang umum digunakan ialah kilometer persegi (Km²) (Jamel, 2013).

Senada dengan peraturan Debdagri No. 12 Tahun 2007 salah satu variabel variabel yang digunakan untuk menentukan potensi sumber daya manusia (SDM) adalah kepadatan penduduk yang meliputi suatu

(30)

satuan luas wilayah (desa). Dengan ketentuan penilaian, skor, dan kriteria tebagi ke dalam:

Tabel 5.2 Indikator Penilaian dan Skor Kepadatan Penduduk

Indikator Penilaian Skor

Kepadatan Penduduk Bila <100 jiwa/Km² 2

Antara 100-250 3

Antara 250-500 4

Antara 500-750 5

Antara 750-1000 6

>1000 jiwa/Km² 8

Sumber: Debdagri, No. 12 Tahun 2007 b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu daerah. Pendidikan sangat penting bagi masyarakat yaitu dalam pengelolaan pola pikir dan kreatifitas. Dengan adanya pendidikan maka akan mendorong seseorang untuk bisa berkembang baik itu dalam bidang perekonomian maupun sosial.

Pendidikan formal yang ada di Kecamatan Dua Koto yaitu terdiri dari TK/Paud, SD, SMP, SMA. Pendidikan di wilayah ini tergolong lengkap dan hampir di setiap kejorongan sudah ada TK/Paud dan sekolah SD. Hal ini akan lebih memudahkan anak-anak untuk memperoleh pendidikan. Akan tetapi masih ada juga yang belum tamat SMP dan sebagian hanya tamat SD. Padahal sudah ada peraturan pemerintah untuk sekolah minimal sembilan tahun. Hal ini tentudapat juga berpengaruh terhadap perkembangan sumber daya manusia.

(31)

Masing-masing wilayah tentu menginginkan masyarakatnya untuk mengikuti pendidikan, karena dengan adanya pendidikan akan mempercepat peningkatan kualitas hidup masyarakat mulai dari keadaan ekonomi maupun keadaan sosialnya dan dapat menjamin kehidupan masa yang akan datang.

Ketersediaan layanan pendidikan menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah, semakin tinggi tingkat ketersediaan fasilitas pendidiksn pada suatu wilayah maka akan semakin tinggi tingkat perkembangan pada wilayah tersebut.

Tabel 6.2 Indikator Penilaian dan Skor Penilaian Tingkat Pendidikan

Indikator Penilaian Skor

Jumlah usia 7- 18 tahun yang tidak sekolah

Kurang dari 10% penduduk dari usia 7-18 tahun

3

10-25% 2

25-50% 1

Lebih dari 75% 0

Jumlah usia 12-56 tahun yang tidak pernah sekolah

Kurang dari 10% penduduk usia 12-56 tahun

3

10-25% 2

25-50% 1

Lebih dari 75% 0

Jumlah usia 12-56 yang tidak tamat SD

Kurang dari 10% penduduk dari usia 12-56 tahun

3

10-25% 2

25-50% 1

Lebih dari 75% 0

Jumlah usia 18-56 tahun yang tidak tamat SLTP

Kurang dari 10% penduduk dari usia 18-56 tahun

3

10-25% 2

25-50% 1

Lebih dari 75% 0

Jumlah usia 18-56 tahun yang tidak tamat SLTA

Kurang dari 10% penduduk dari usia 18-56 tahun

5

10-25% 4

25-50% 3

(32)

Lebih dari 75% 2 Tamat SLB Kurang dari 10% dari penduduk yang cacat 5

10-25% 7

25-50% 9

Lebih dari 75% 10

Sumber: Debdagri No. 12 Tahun 2007 c. Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah salah satu kegiatan pokok manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan untuk memenuhi kepuasan hidup (peningkatan taraf hidup), dengan memperhatikan faktor seperti mengawasi penggunaan sumber daya, lembaga dan hubungan politik (Prambudi, 2010).

Tabel 7.2 Indikator Penilaian dan Skor Jumlah Mata Pencaharian

Indikator Penilaian Skor

Jumlah jenis mata pencaharian

Bila sebaran mata pencaharian pokok kurang dari 5 jenis

3

5-10 4

10-15 5

15-20 6

20-25 7

25-30 8

30-35 9

Lebih dari 35 10

Sumber: Debdagri No. 12 Tahun 2007

Tabel 8.2 Rekapitulasi Skoring Potensi Sumber Daya Manusia (SDM)

No Potensi Sumber Daya Manusia Terendah Tertinggi

1 Kepadatan 2 8

2 Tingkat pendidikan 8 28

3 Mata pencaharian 3 10

Jumlah 13 46

Sumber: Debdagri No. 12 Tahun 2007

2. Tahap kedua adalah menentukan potensi sumber daya manusia dengan rumus sebagai berikut:

(33)

Dengan ketentuan potensi tinggi, potensi sedang, potensi rendah, hasilnya disesuaikan dengan hasil potensi sumber daya manusia (SDM) yang dikeluarkan Debdagri No. 12 Tahun 2007 tentang pedoman penyusunan dan pendaya gunaan data propil desa dan kelurahan.

Tabel 9.2 Ketentuan Nilai Skor Tingkat Potensi Sumber Daya Manusia (SDM)

Jumlah Nilai Skor Tingkat Potensi

12-24 Potensi rendah

25-36 Potensi sedang

37-48 Potensi tinggi

Sumber: Debdagri No. 12 Tahun 2007 4. Perkembangan Wilayah

a. Tingkat Perkembangan Wilayah

Wilayah didefenisikan sebagai salah satu unit geografi dengan batas-batas spesifik, yaitu unsur-unsur daerah tertentu antara yang satu dengan yang lain saling berinteraksi secara fungsional. Hal ini menjadikan batas daerah tidaklah bersifat alami dan dapat berubah- ubah. Unsur- unsur daerah meliputi sumber daya alam, buatan atau infrastruktur manusia dan juga kelembagaan. Maka perumpamaan daerah menekankan hubungan antara manusia dan sumber daya lainnya dalam suatu batasan unit geografis tertentu (Rustiadi, 2006).

Perkembangan wilayah salah satu kegiatan yang bertujuan meningatkan perkembangan ekonomi, sosial, budaya dan menjaga kelestarian lingkungan hidup suatu daerah. Kegiatan ini dimanfaatkan

Nilai Potensi Nagari = V1+V2+V3

(34)

setiap daerah yang mempunyai keadaan soasial, ekonomi, budaya dan kondisi geografis yang tidak sama, berdasarkan hal ini maka pengembangan daerah berfungsi dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki suatu daerah sehingga mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Berarti perkembangan wilayah adalah pergantian yang terjadi di salah satu wilayah dengan melalui beberapa proses atau usaha-usaha yang dilakukan sehingga bentuk wilayah lebih baik dan maju.

Tingkat perkembanagn wilayah pada dasarnya adalah fungsi dari ekologi alam, orang yang tinggal di suatu daerah, pekerjaan dan kelembagaan. Interaksi yang terjadi dapat mempengaruhi tingkat perkembangan wilayah (Budiarjo, 1995 dalam Dewi, 2013). Fungsi lingkungan alam pada tingkat perkemabangan misalnya manfaat lahan dalam bidang mata pencaharian seperti bertani, berkebun, dan lain sebagainya. Sedangkan dari segi penduduk dilihat mulai dari jumlah penduduk, kepadatan penduduk, serta mata pencaharian, dan kegistan penduduk dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosialnya.

Dilihat dari kondisi geografi perkemabangan wilayah lebih mengarah tidak seimbang, alasannya karena adanya ketidak samaan berbagai macam potensi baik sumber daya alam maupun manusianya (Dewi, 2013). Hal ini dikarenakan setiap potensi yang dimiliki suatu daerah berbeda-beda. Misalnya desa yang berada di perbukitan akan berbeda dengan desa yang berada di daerah dataran rendah. Begitu juga dengan desa dekat perkotaan akan lebih cepat berkembang dibanding

(35)

dengan desa jauh dari pusat kota. Tetapi walaupun jauh dari perkotaan apabila akses jalan lancar maka suatu desa juga dapat berkembang dengan cepat.

Menurut Direktorat Jendral Pembangunan masyarakat Desa mengatakan tingkat perkembangan desa adalah suatu penetapan pembangunan yang menggambarkan kesejahteraan maupun keberhasilan penduduk dalam pembangunan jangka waktu satu tahun.

Menurut Bakaruddin, (2012) berkembang atau tidaknya suatu desa dapat disimplkan antara lain:

1) Potensi desa yang bersangkutan yang mencakup SDA, penduduk atau SDM termasuk lembaga-lembaga potensial desa tersebut.

2) Interaksi antara salah satu desa dengan yang lain, antara desa tersebut dan kota lain, terutama dalam perkembangan lalu lintas (transfortasi).

3) Lokasi desa yang bersangkutan dengan daerah-daerah maju di sekitarnya.

Adisasmita, (2010) berpendapat bahwa, indikator perkembangan wilayah adalah kemudahan. Kemudahan diartikan berhubungan dengan cara penduduk memenuhi kebutuhan baik itu kebutuhan harian.

Infrastruktur sangat penting untuk mengembangkan ekonomi, soasial.

Lancar atau tidaknya suatu pemangunan dipengaruhi oleh prasarana yang ada. Yang termasuk asfek dalam prasarana pembangunan

(36)

berkelanjutan adalah pendidikan, kesehatan, industri, perdagangan dan peribadatan.

b. Penggolongan Desa

Menurut Bakaruddin, (2012) menyatakan pada umumnya dasar penggolongan desa ini dapat dipandang dari dua sisi numerik dan non numerik. Secara numerik ialah penggolongan/pengklasifikasian desa yang sifatnya kuantitatif (jumah) misalnya berdasarkan jumlah penduduk, luas daerah, kepadatan penduduk, sedangkan non numerik adalah pengklasifikasian desa berdasarkan kualitasnya seperti swadaya, swakarya, dan swasembada. Pengklasifikasian desa dipandang dari kualitasnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Desa Swadaya

Merupakan desa dengan ciri-ciri: penduduk masih sedikit, masih terkait dengan kegiatan-kegiatan adat, lembaga yang ada sangat sederhana, pendidikan masyarakat tergolong rendah tingkat kesuburan tanah kurang. Masyarakatnya masih banyak kegiatannya yang bergantung pada alam, daerah berada di pegunungan atau berbukit-bukit, lokasi terisolir, pengeluaran rendah, dominan penduduknya hidup sebagai petani dan kehidupan ekonomi masyarakat hanya di utamakan untuk diri sendiri dan kebutuhan harian.

(37)

2. Desa Swakarya

Swakarya merupakan desa yang tingkat perkembangannya sudah lebih maju, ciri-ciri adalah:

a. Adat istiadat berada pada tahap transisi.

b. Masuknya pengaruh dari luar yang mulai mengubah cara berfikir masyarakat.

c. Sudah memiliki mata pencaharian yang beragam, yaitu tida pertanian saja.

d. Bertambahnya lapangan kerja dan peningkatan produktifitas di imbangi oleh peningkatan prasarana .

e. Kegiatan gotong royong sudah efektif, karean masyarakat merasa sadar dan bertanggung jawab dalam pembangunan desa.

f. Pemerintah sudah mulai berkembang dengan baik, dalam tugas dan fungsinya.

g. Berdasarkan hasil kerja sendiri penduduk desa sudah bisa meningkatkan kehidupannya.

h. Sebagai perangsang adalah bantuan dari pemerintah..

3. Desa Swasembada

Desa ini sudah maju dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Lokasi desa berada di ibu kota kecamatan dekat dengan ibu kota kabupaten maupun provinsi dan bukan merupakan wilayah kelurahan.

(38)

b. Kebutuhan hidup pokok desa telah rersedia dan bisa dihasilkan dari desa.

c. Peralatan teknis untuk dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sudah lebih moderen dibanding dengan alat-alat yang digunakan penduduk desa swakarya dan swasembada.

d. Tidak ada pengaruh antara adat dan kebiasaan terhadap kehidupan masyarakat dan lebih mengutamakan lembaga ekonomi kareana di anggap lebih moderen.

e. Kelembagaan sudah dapat menjaga kelangsungan hidup misalnya lembaga sosial, budaya dan ekonomi.

f. Penduduk mempunyai mata pencaharian yang beragam dan dan lebih banyak di bidang jasa dan perdagangan.

g. Tingginya tingkat pendidikan dan keterampilan menjadikan cara berfikir menjadi maju.

h. Adat dan tradisi sudah mulai dilupakan oleh masyarakat.

i. Prasarana perhubungan, produksi, pemasaran dan kegiatan sosial sudah baik.

j. Lancarnya hubungan dengan kota sekitar.

c. Perekonomian

Pembangunan memiliki tujuan akhir yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, agar tida ada lagi masyarakat yang tergolong miskin. Salah satu penunjang kesejahteraan masyarakat adalah dengan

(39)

meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan meningkatnya perekonomian akan terbentuklah msyarakat yang sejahtera.

Perekonomian adalah salah satu sistem yang memiliki fungsi mengatur serta menjalin kerja sama di bidang ekonomi, dilakukan antara huhungan manusia dan kelembagaan. Perekonomian dipengaruhi oleh bagaimana cara masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tingkat pendapatan masyarakat akan berpengaruh pula pada tingkat perekonomian masyarakat itu sendiri. Perekonomian juga menjadi kebutuhan masayarakat untuk kehidupan sehari-harinya, bagaimana dia nanti untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau memperoleh makanan untuk sehari-hari.

1. Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan pekerjaan pokok yang dilakukan demi kelangsungan hidup dan untuk memperoleh kepuasan hidup (meningkatan taraf hidup), tanpa mengabaikan faktor - faktor seperti pemanfaatan sumber daya, lembaga dan hubungan politik (Prambudi, 2010). Jenis mata pencaharian setiap daerah beragam mulai dari petani, buruh tani, pedagang, Pegawai Negri Sipil, peternakan, sopir, tukang kayu, ojek dan lain-lain.

Menurut Bakaruddin, (2012) mata pencaharian penduduk digolongkan menjadi 3 sektor yaitu:

a) Sektor pertanian (primari) merupakan mata pencaharian pokok penduduk yaitu bertani (petani pemilik, petani penggarap dan

(40)

buruh tani), peternakan, pencari hasil hutan, pertambangan dan nelayan.

b) Sektor kerajinan/industri (sekundair) adalah mata pencaharian pokok penduduk dibidang kerajinan tangan (pengrajin) dan industri kecil.

c) Sektor jasa dan perdagangan (tertiair) yaitu mata pencaharian pokok di bidang perdagangan, warung, dokter, bidan, mantri, pegawai negri, guru, ABRI, karyawan swasta dan jasa-jasa lainnya.

Cara penilaian:

1) 55 % atau lebih penduduk desa bermata pencaharian pokok di sektor primair maka diberikan simbol E1

2) 55 % maupun lebih mata pencarian pokok penduduk yaitu sektor sekunder, diberi simbol E2

3) 55 % atau lebih mata pencaharian pokok di sektor tertiair, diberi simbol E3

2. Produksi / Pendapatan Desa

Produksi desa adalah jumlah keseluruhan produk berupa barang maupun jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang ada di desa dalam waktu satu tahun dan berbentuk nilai rupiah. Penilaian produksi desa yang dihitung adalah pertanian, perkebunan, hasil hutan, peternakan, perikanan, bahan galian, industri, kerajinan, perdagangan, komunikasi, angkutan, jasa, bangunan, sewa rumah,

(41)

listrik, bank, lembaga-lembaga lain, jasa-jasa pemerintah dalam satu tahun (Bakaruddin, 2012).

Adapum cara penilaiannya yaitu:

1) Kurang dari 50 juta rupiah per tahun, produksi desa adalah rendah, dan diberi simbol Y1

2) Antara 50 juta sampai dengan 100 juta dalam satu tahun produksi desa termasuk sedang dan diberi simbol Y2

3) Lebih dari 100 juta dalam satu tahun, produksi desa termasuk tinggi dengan diberi simbol Y3

d. Keadaan Sosial

1. Adat dan Kepercayaan

Adat istiadat iyalah sekumpulan aturan yang bersifat tetap dan bersifat turun temurun yang merupakan warisan nenek moyang serta keyakinan dalam masyarakat (Wardaningrum, 2016).

Kepercayaan adalah suatu kondisi yang didasari oleh niat menerima kerentanan bedasarkan harapan fositif tentang niat atau maupun tingkah laku orang lain dan tidak memiliki kemampuan untuk memantau atau mengontrol pihak lain (Chen, 2010 dalam Wulandari, 2018).

Adat istiadat di nilai berdasarkan data kuantitatif, dengan menjumlahkan berapa banyak upacara yang dilaksanakan penduduk desa, sedangkan data kuantitatif adalah jenis upacara adat yang yang masih dilaksanakan.

(42)

Upacara adat tersebut antara lain:

a. Upacara kelahiran bayi

b. Upacara peralihan anak ke dewasa c. Upacara perkawinan

d. Upacara kematian

e. Upacara pertemanan antara perempuan dan laki-laki

f. Upacara yang berkaitan dengan kegiatan pertani sawah, pembangunan sumber air sawah (irigasi) dan lain sejenisnya g. Upacara pantangan-pantangan

h. Upacara sistem hubungan keluarga

i. Upacara pepatah/petani anggaran adat berikut hukumannya Penilaian:

1) Mempunyai 7-9 jenis upacara/ adat yang dilaksanakan diberi simbol A1

2) Mempunyai 4-6 macam / adat yang dijalankan diberi simbol A2 3) Simbol 1-3 macam upacara / adat yang mengikuti diberi simbol

A3

2. Kelembagaan

Lembaga atau perangkat nagari, yang tak kalah penting dalam rangka menjalankan roda pemerintahan desa/nagari serta lembaga- lembaga sosial yang ada (Bakaruddin, 2012). Lembaga-lembaga yang ada di suatu nagari yaitu lembaga pemerintah, lembaga sosial dan lembaga kemasyarakatan. Lembaga pemerintah adalah lembaga

(43)

yang dijalankan di bawah kekuasaan pemerintah. Lembaga sosial adalah lembaga yang dijalankan oleh msyarakat setempat atau kenagarian misalnya badan permusyawaratan desa (BPBD) atau badan permusyawaratan Nagari (BPN), lembaga pendidikan, PKK, Karang Taruna dan organisasi sosial lainnya.

Dalam penilaian kelembagaan, yang harus dilihat adalah:

a. Lembaga pemerintah (kepala desa dan pamong desa, musyawarah desa lain sejenisnya)

b. Perekonomian (koperasi, bank, lumbung desa, BUUD/KUD) c. Lembaga masyarakat (sosial) (Lembaga Sosial Daerah,

penampungan anak)

d. Lembaga pendidikan (BP3, pesantren, madrasah dan lain- lainnya)

e. Lembaga kesehatan (U.S, BKJA Poliklinik)

f. Lembaga kesenian (Olahraga, tari wayang, dan lain sebagainya) g. Lembaga gotong royong (subak, arisan dan lain-lain)

h. Lembaga kecamatan (hansip, handra, ronda dan lain-lain) i. Lembaga adat lainnya.

Cara penilaian:

1) Memiliki 7-9 dengan syarat lembaga pemerintah, LKMD, KUD / BUUD harus ada, dinilai maju atau L3

2) Mempunyai 4-6 dengan syarat adanya lembaga pemerintah dan LSD , dinilai sedang atau L2

(44)

3) Mempunyai 1-3 syarat harus ada lembaga pemerintah dinilai sederhana atau L1

3. Pendidikan

Pendidikan adalah pembentuk kepribadian dan berperan dalam perkembangan kukuatan baik fisik maupun jiwa manusia selama hidupnya, di lingkungan sekolah maupun luar, dalam membentuk masyarakat yang adil, makmur dan tidak adanya ketimpangan.

(Siswanto,2003 dalam Didu, 2016). Pendidikan dapat mempengaruhi potensi sumber daya manusia yang berada di suatu daerah (Mailen, 2016).

Penilaian tingkat pendidikan dihitung dan presentase total penduduk yang tamat SD ke atas terhadap dibandingkan penduduk secara keseluruhan.

Cara Penilaian:

1) Penduduk yang tamat SD ke atas kurang dan 30% tingkat pendidikan rendah dengan simbol Pd1

2) Penduduk yang tamat SD ke atas 30%-60%, sedang dengan simbol Pd2

3) Penduduk yang tamat Sd ke atas lebih dari 60%, tinggi dengan simbol Pd3

4. Swadaya Gotong Royong

Gotong royong adalah suatu jenis aktifitas sosial dalam suatu nagari, gotong royong ini dilakukan sebelum melakukan kegiatan-

(45)

kegiatan besar tertentu. Kegiatan gotong royong ini juga dapat memperlihatkan kekompakan dalam suatu nagari/desa. Kegiatan ini akan diikuti oleh semua masyarakat desa/nagari.

Penilaian swadaya gotong royong dihitung berdasarkan data kualitatif dan data kuantitatif.

Ciri swadaya gotong royong adalah:

a. Tahap swadaya dan gotong royong tersembunyi diberi simbol Gr1

1) Kehendak pemimpin dalam menentukan perkembangan swadaya

2) Potensi manusia, alam dan kebudayaan belum dimanfaatkan/

digali secara intensif

3) Jenis dan kualitas usaha pembangunan cenderung pada bangunan-bangunan fisik non produktif

b. Tahap transisi diberi simbol Gr2 terhadap swadaya gotong royong antara tersembunyi dan manifest (kelihatan nyata).

1) Adanya perencanaan pembangunan yang rill baik jangka panjang maupun pendek

2) Proses pembuatan keputusan (decision making) melalui musyawarah dan rapat-rapat pertemuan

3) Adanya usaha-usaha pembangunan sebagai kehendak bersama

(46)

c. Tahap swadaya dan gotong royong manifest diberi simbol Gr3 1) Terdapat keterampilan dalam pembangunan potensi

pembangunan

2) Masyarakat berpartisipasi dalam pelasanaan maupun pemeriksaan kegiatan pebangunan

3) Pelaksanaan sesuai dengan rencana dan fungsinya.

e. Prasarana

Prasarana disini misalnya seperti akses jalan, yaitu jalan perhubungan antara desa, ataupun antara desa dengan ibu kotanya.

Prasarana merupakan segala sesuatu yang menunjang utama terselenggaranya keberadaan sarana (Darmawan, 2018).

Penilaina prasarana desa meliputi perhubungan, produksi pemasaran dan sosial.

Cara penilaian:

1. Prasarana Perhubungan

Prasarana perhubungan memegang peranan yang penting bagi perekonomian desa, karena meskipun produksi tinggi tetapi perhubungannya tidak lancar maka pemasaran produksinyapun akan terlambat.

Langkah penilaian:

1) Apabila desa dilalui jalan aspal, batu dan tanah diberi skor 50 2) Jika desa dilalui jalan air yang baik dan tanah diberi skor 30 3) Bila desa hanya mempunyai jalan tanah saja diberi skor 10

(47)

2. Prasarana produksi Cara penilaian:

1) Apabila desa sudah memiliki DAM dan saluran airnya teknis dan dapat melakukan pengaturan air dengan baik“autonom”

skornya 25

2) Apabila desa sudah memiliki bangunan air saluran setengah teknis, skornya 15

3) Jika desa memiliki irigasi dan sawah tadah hujan skornya 5 Untuk pedesaan yang tidak mempunyai sistem irigasi/bukan desa pertanian tahunan, yang dinilai adalah sistem budidaya tanaman.

Cara penilaian:

1) Jika tanaman di desa umumnya dirawat dengan sebaik-baiknya dan jarak tanaman baik, skornya 25

2) Apabila tanaman di desa umumnya kurang dipelihara dan jarak tanamannya baik atau sebalikknya, skornya 15

3) Apabila tanaman di desa tidak dipelihara dan tidak di atur, skornya 15

3. Prasarana pemasaran Cara penilaian:

1) Pasar umum/ pasar hewan/ pasar lainnya 2) Bank/ koperasi/ lumbung desa/ KUD/ BUUD 3) Toko/ kios/ warung

a) Jika mempunyai 3 jenis kelompok diberi skor 25

(48)

b) Jika mempunyai 2 jenis kelompok diberi skor 15 c) Jika mempunyai 1 jenis kelompok diberi skor 1 4. Prasarana sosial

Penilaian meliputi 6 kelompok prasarana sosial, yaitu:

1) Gedung pemerintah desa 2) Gedung LSD

3) Gedung Sekolah

4) BKIA/ Poliklinik/ R.S/ Puskesmas 5) Masjid/ Surau/ Gereja/ Pural wihara 6) Tempat rekreasi

Cara penilaian:

1) Jika desa memiliki 5 - 6 prasarana syaratnya ada gedung pemerintah, gedung sekolah, dan poliklinik diberi skor 25 2) apabila desa memiliki 3-4 prasarana syaratnya ada gedung

pemerintah, gedung sekolah, dan poliklinik diberi skor 15 3) Japabila gedung punya 1-2 prasarana syaratnya harus ada

gedung pemerintah, gedung sekolah, dan poliklinik diberi skor 5 Penilaian prasarana keseluruhan (pr. Perhubungan. Pr. Produksi, pr.

Pemasaran, dan pr. Sosial), yaitu dengan menjumlahkan semua nilai skor .

1) Jumlah nilai skor seluruh prasarana antara 95-125, diberi simbol P3

(49)

2) Jumlah nilai skor seluruh prasarana antara 60-94, diberi simbol P2

3) Jumlah nilai prasarana kurang dari 60 diberi simbol P1 B. Penelitian Relevan

Jamel, (2013) dengan judul Analisis Potensi Wilayah di Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Jenis penelitiannya deskriptif.

Penelitiaan ini mengatakan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) yang berada di Kecamatan Lengayang termasuk dalam kategori sedang dengan skor 23-28. Dimana 3 nagari memiliki potensi Sumber Daya Manusia yang terendah dari 9 nagari. Sumber daya alam dilihat dari pertaniannya dikatakan kurang potensial, dilihat dari perkebunannya yaitu cukup potensial, dan dilihat dari peternakan yaitu kurang potensial.

Kesamaan dengan penelitian ini dengan penelitian saya adalah sama- sama menggunakan peraturan Debdagri No. 12 Tahun 2007. Perbedaan dengan penelitian saya yaitu jenis penelitiannya yaitu deskriptif evaluatif.

Despica, (2018) dengan judul Analisis Tingkat Perkembangan Nagari Sungai Sariak Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian mengatakan bahwa potensi yang dimiliki oleh Nagari Sungai Sariak adalah lahan dan tanah, adapun produk unggulan pertanian kecamatan ini adalah beras, kakao, pepaya, kelapa, dan jagung. Sedangkan produk unggulan dibidang lainnya seperti peternakan, perikanan, dan aneka industri baik skala kecil maupun

(50)

skala besar. Tingkat perkembanagn Nagari Sungai Sariak tergolong pada desa swakarya.

Kesamaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah sama-sama menggunakan teori dalam buku Bakaruddin. Perbedaan dengan penelitian ini dengan penelitian saya adalah penggunaan metodenya, metode yang saya gunakan adalah metode deskriptif evaluatif dan perkembangan wilayah Kecamatan Dua Koto dilihat dari potensi wilayah Kecamatan Dua Koto secara keseluruhan.

Prakoso, 2018) judulnya penelitian Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2005-2015. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini mengatakan bahwa perkembangan wilayah di Kabupaten Klaten yang dikategorikan maju berada di Kecamatan Prambanan, Wedi, Pedan, Klaten Selatan, Klaten Tengah dan Klaten Utara. Hal ini dikarenakan kepadatan penduduknya tinggi, jalan yang kompleks dan tersedianya fasilitas sarana dan prasarana sosial dan ekonomi yang memenuhi, seperti sarana pendidikan, kesehatan dan sarana perekonomian. Rendahnya perkembangan pada kecamatan karena minimnya sarana sosial ekonomi, hal ini mengakibatkan tidak berkembangnya wilayah dengan baik. Wilayah yang rendah menjadi prioritas untuk pengembangan wilayah.

Perbedaan dengan penelitian saya adalah metode yang asaya gunakan adalah deskriptif evaluatif. Perkemabangan wilayah di Kecamatan dua Koto

(51)

dilihat dari potensi yang dimiliki oleh kecamatan itu sendiri adan tingkat perkemabangan wilayahnya dilihat dari potensi tersebut.

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini dimaksudkan untuk menggambarkan penelitian yang akan dilaksanakan agar dapat terlaksana secara terarah serta hasilnya sesuai dengan hasil penelitian. Dalam kerangka konseptual ini dijelaskan variabel dan indikator yang akan diteliti secara berkaitan antara variabel yang berkenaan dengan masalah yang akan diteliti yaitu potensi Nagari di Kecamatan Dua Koto dilihat dari sumber daya alam fisik dan sosial, sedangkan tingkat perkembanagn Nagari di Kecamatan Dua Koto berdasarkan mata pencaharian, produksi, adat dan kepercayaan, kelembagaan, pendidikan, swadaya gotong royong, dan prasarana.

Penelitian ini ingn melihat potensi Nagari di Kecamatan Dua Koto dan tingkat perkembangan Nagari di Kecamatan Dua Koto. Apabila digambarkan, maka gambar kerangka berfikir penelitian ini adalah sebagai berikut:

(52)

Gambar 1

Kerangka Konseptual Penelitian Kecamatan Dua Koto

1. Sumber daya alam (SDA)

2. Sumber daya manusia (SDM)

1. 1. Ekonomi 2. 2. Sosial 3. 3. Prasarana

Tingkat Perkembangan Nagari

(53)

38 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dimana penelitian ini hanya menggambarkan fakta-fakta yang dijumpai di lapangan tanpa melakukan pengubahan pada masing-masing variabel penelitian.

Penelitian desktiptif adalah penelitian yang sangat sederhana dari penelitian yang lainnya, bahwa kita tidak melakukan apapun terhadap objek dan wilayah yang diteliti. Artinya kita tidak mengubah, dan memanipulasi objek atau wilayahnya. Dalam penelitian ini peneliti hanya melihat apa yang terjadi pada objek. (Arikunto, 2014).

Penelitian evaluatif dimaksudkan mengumpulkan data tentang implementasi kebijakan. Tujuan penelitian evaluatif ini mengetahui terlaksana kebijakan, bukan hanya kesimpulan sudah terlaksana dengan baik atau tidaknya, tetapi ingin mengetahui kalau belum baik implementasinya, apa yang telah menyebabkan, dimna letak kelemahannya, dan kalau lemah apa sebabnya (Arikunto, 2014). Penelitia evaluatif pada dasarnya terpusat pada rekomendasi akhir yang menegaskan bahwa suatu objek dapat dapat dipertahankan, ditingkatkan diperbaiki atau bahkan diberhentikan sejalan dengan data yang diperoleh.

Populasi penelitian yang dipilih adalah dua nagari yaitu nagari Cubadak dan nagari Simpang Tonang. Dengan subjek penelitian yaitu instansi yang ada di kecamtan Dua Koto yaitu yang menyediakan informasi tentang Kecamatan Dua Koto.

(54)

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat penelitian akan dilakukan.

Peneliti melakukan penelitin untuk memiliki yang sebenarnya dari objek yang diteliti dengan tujuan memperoleh data yang akurat.

Lokasi atau objek penelitian ini adalah nagari di Kecamatan Dua Koto. Nagari ini memiliki banyak potensi wilayah mulai dari tanah, hutan, dan pertanian. Masyarakat di daerah ini identik dengan mata pencaharian bertani, beternak, industri, dagang dan lain sebagainya. Dengan demikian penulis menganggap lokasi ini sesuai untuk melakukan penelitian sesuai dengan judul.

C. Defenisi Operasional

1. Perkembangan Wilayah

Perkembangan suatu wilayah sangat berkaitan dengan fasilitas yang ada baik itu sarna sosial ekonomi wilayah, kependudukan, dan aksesibilitas wilayah. Secara goegrafis perkembangan wilayah cenderung tidak seimbang, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan berbagai macam jenis potensi baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat menyebabkan berbagai kesenjangan. Ada dua kekuatan penting yang ditemukan (Mirdal dalam Dewi, 2013) yakni:

a. Daerah lebih maju dapat menghambat perkembangan daerah terpencil (backwash effects)

(55)

b. Wilayah yang sudah maju dapat mendorong perkembangan wilayah terpencil (spread effects)

Jadi perkembangan wilayah yaitu proses perubahan kondisi wilayah dan suatu keadaan dalam waktu yang berbeda.

2. Potensi Wilayah

Potensi adalah sesuatu yang bisa dikembangkan mulai dari daya, kekuatan, kesanggupan, dan kemampuan (Soleh, 2017). Potensi yang dimiliki suatu wilayah dapat menyangkut keadaan alam, (letak perairan laut, mineral, wilayah luas, tanah subur) tetapi juga penduduk dan nilai strategisnya (ekonomi, politik, militer/pertahanan dan keamanan) (Suharyono, 2013).

Potensi yang dimaksud ialah keseluruahan sumber daya yang dimiliki bak di desa maupun di kota yang mungkin dikembangkan dan di aktifkan berupa (fisik), meliputi tanah, air, hutan, iklim dan potensi sumber daya manusia berupa, jumlah penduduk, komposisi penduduk, distribusi penduduk, dan organisasi (lembaga) yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat (di desa maupun kota). SDA merupakan hal yang utama sebagai ajang hidup masyarakat desa terutama tingkat kesuburan tanah berbagai daerah pertanian, yang walaupun sumber daya alamnya tetap ditingkatkan (Bakaruddin, 2012).

Jadi potensi wilayah adalah suatu daya, kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang ada di suatu wilayah, yaitu sumber daya alam maupun

(56)

sumber daya manusia yang dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Indikator dari potensi nagari ini adalah:

a) Potensi Fisik 1) Pertanian 2) Perkebunan 3) peternakan b) Potensi Sosial

1) Kepadatan penduduk 2) Pendidikan

3) Mata pencaharian

3. Tingkat Perkembangan Wilayah

Tingkat perkembangan suatu wilayah pada dasarnya merupakan manfaat dari lingkungan alam, penduduk, kegiatan ekonomi dan sosial.

Interaksi yang terjadi pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat perkembangan wilayah (Budiarjo, 1995 dalam Dewi, 2013).

Secara sederhana tingkat perkembangan wilayah dapat dilihat menggunkana tiga komponen, sebagai berikut:

1. Jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi: saran pendidikan, kesehatan, sarana peribadatan, dan sarana ekonomi.

2. Kepenndudukan: jumlah penduduk dan kepadatan penduduk

3. Aksesibilitas wilayah: luas wilayah, jarak ke ibu kota kabupaten, dan panjang jalan (Muamar, 2009 dalam Dewi, 2013).

(57)

Tingkat perkembangan wilayah yaitu tingkatan yang menyatakan kemajuan yang dicapai dari hasil pembangunan wilayah (Budiarjo, 1995 dalam Dewi, 2013).

Adapun indikator dalam tingkat perkembangan nagari adalah sebgai berikut:

1. Perekonomian

a) Mata pencaharian (E) b) Produksi/ pendapatan (Y) 2. Keadaan sosial

a) Adat dan kepecayaan (A) b) Kelembagaan (L)

c) Pendidikan (Pd)

d) Swadaya gotong royong (Gr) 3. Prasarana(P)

D. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data mengenai potensi fisik, sosial dan tingkat perkembangan Nagari di Kecamatan Dua Koto. Data yang digunakan berasal dari instansi terkait yaitu kantor Camat Dua Koto, Wali Nagarai Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman. Data sekunder yang dipakai dapat berupa data propil nagari dan segala yang berhubungan dengan skripsi ini.

(58)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini ialah observasi, yaitu dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan data secara sistematis terhadap gejala dan fenomena yang ada penelitian. Sehingga memperoleh gambaran umum mengenai potensi nagari tingkat perkembangan nagari. Data yang diperoleh yaitu data sekunder yang langsung diambil dari kantor Kecamatan Dua Koto dan kantor Wali Nagrai Kecamatan Dua Koto. Data yang diperoleh yaitu mengenai potensi wilayah yaitu: pertanian, perkebunan, peternakan, pendidikan, jumlah penduduk dan mata pencaharian. Sedangkan data tingkat perkembangan wilayah yaitu: mata pencaharian, produksi/pendapatan desa, adat dan kepercayaan, kelembagaan, pendidikan, swadaya gotong royong, dan prasarana.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian ini dilakukan cara pengolahan data yang diperoleh dari pengamatan, setelah diketahui hasilnya akan dilakukan penskoran terhadap masing-masing unit, maka akan diketahui hasilnya.

Teknik skoring menggunakan parameter penentu sesuai kondisi fisik, sosial maupun pengembangan di daerah penelitian dengan besaran harkat yang disesuaikan dengan distribusi relatif dari peruabahan tersebut (Jamel, 2013).

1. Potensi Nagari

Analisis data potensi wilayah adalah dengan cara mengolah data hasil pengamatan potensi wilayah Nagari di Kecamatan Dua Koto dan memberi skor pada masing-masing indikator.

Gambar

Tabel  1.2    Indikator  Penilaian  dan  Skor  Pemilikan  Lahan   Pertanian Tanaman Pangan
Tabel 3.2 Indikator Penilaian dan Skor Kepemilikan dan Populasi  Peternakan Sapi, Kerbau, dan Ayam Kampung
Tabel  6.3  Indikator  Penilaian  dan  Skor  Kepemilikan  Lahan Pertanian Tanaman Pangan
Tabel  8.3  Indikator  Penilaian  dan  Skor  Kepemilikan  dan  Populasi  Ternak  Sapi,  Kerbau,  dan  Ayam  Kampung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dilakukan penentuan hubungan antara konsentrasi kalkon dengan arus puncak terhadap larutan standar Co(II) 10 μg/L dan Ni(II) 50 μg/L dengan potensial

 Elemen Utama Kawasan yang akan dikembangkan, misal : Koridor (jalan, sungai dll), Ruang Terbuka (Open space, RTH dll), Persimpangan (Intersection) dll sesuai

Pengalaman hidup baik yang positif maupun yang negatif dapat mempengaruhi sistem spiritualitas seseorang. Sebaliknya dapat dipengaruhi juga oleh bagaimana seseorang mengartikan

Selanjutnya, menentukan masalah dan hambatan dalam mensukseskan implementasi TQM, sehingga mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan hambatan ini

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu : (1) Kesenian Tari Dolalak merupakan kesenian asli yang bertumbuh dan berkembang di Kabupaten Purwoejo , (2)Kesenian

Berdasarkan permasalahan terhadap diazepam tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji ketersediaan diazepam nasional untuk kebutuhan medis serta mengetahui faktor

P:; berghei stadium eritositik diiradiasi dengan sinar gamma kemudian dibiakan secara in vivo pada mencit serta diamati parasitemia dan daya tahan hidup mencit paska imunisasi

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta penyertaan hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Konsep Karya Tugas Akhir