• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON KELAPA (Cocos nucifera, L.) DAN RUMPUT MANILA (Zoysia matrella) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOKON CACING TANAH (Eudrilus eugeniae.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON KELAPA (Cocos nucifera, L.) DAN RUMPUT MANILA (Zoysia matrella) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOKON CACING TANAH (Eudrilus eugeniae."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON KELAPA (Cocos nucifera, L.) DAN RUMPUT MANILA (Zoysia matrella) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

KOKON CACING TANAH (Eudrilus eugeniae)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Disusun oleh: Lutfi Apriliani NIM 12308144030

PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)

HALAMAN PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Lutfi Apriliani NIM : 12308144030 Prodi : Biologi

Jurusan : Pendidikan Biologi Fakultas : MIPA

Judul TAS : Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa (Cocos nucifera, L.) dan Rumput Manila (Zoysia matrella) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kokon Cacing Tanah(Eudrilus eugeniae)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Yogyakarta, Desember 2016 Yang menyatakan,

(4)
(5)

MOTTO

ه ليبس ىف وهف ملعلا بلط ىف ج رخ نم

“Barang siapa keluaruntuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah”

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan karya ini untuk

orang-orang yang kusayangi.

Teruntuk kedua orang tuaku tercinta Bapak

H. Ramlan dan Ibu Hj. Satinah atas do’a dan

kasih sayang yang diberikan.

Kedua adikku Silvia Fanani dan Amelia Kinasih.

(7)

PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON KELAPA (Cocos nucifera, L.) DAN RUMPUT MANILA (Zoysia

matrella) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOKON

CACING TANAH (Eudrilus eugeniae)

Oleh Lutfi Apriliani NIM 12308144030

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi media pemeliharaan serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap pertumbuhan dan produksi kokon cacing tanah (Eudrilus eugeniae).

Jenis penelitian ini merupakan penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah cacing tanah Eudrilus eugeniae yang telah memiliki klitelum, dengan berat 35 gram untuk setiap bak perlakuan. Terdapat 5 media pemeliharaan sebagai perlakuan yaitu 100% serbuk gergaji batang pohon kelapa (kontrol), 0% serbuk gergaji batang pohon kelapa + 100% rumput manila, 25% serbuk gergaji batang pohon kelapa + 75% rumput manila, 50% serbuk gergaji batang pohon kelapa + 50% rumput manila, dan 75% serbuk gergaji batang pohon kelapa + 25% rumput manila. Setiap perlakukan dilakukan 5 kali ulangan. Wadah pemeliharaan yaitu bak plastik berukuran 35 x 30 x 10 cm dengan berat total media yang dimasukkan dalam wadah pemeliharaan adalah 2 kg. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertambahan bobot massa cacing, jumlah kokon, bobot kokon, dan indeks kokon. Data pertambahan bobot massa cacing, bobot kokon, dan indeks kokon dianalisis menggunakan One Way Anova. Apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s

Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf 5% untuk membedakan antarkelompok perlakuan. Analisis pengaruh media terhadap jumlah kokon dilakukan dengan uji

Kruskal-Wallis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila memberikan pengaruh yang nyata (P<0,01) terhadap pertumbuhan cacing tanah Eudrilus eugeniae, hasil terbaik didapatkan oleh media 75% serbuk gergaji batang pohon kelapa + 25% rumput manila. Kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila memberikan pengaruh yang nyata (P<0,01) terhadap produksi kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae, hasil terbaik didapatkan oleh media 50% serbuk gergaji batang pohon kelapa + 50% rumput manila.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang

berjudul “Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa (Cocos nucifera, L.) dan Rumput Manila (Zoysia matrella) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kokon Cacing Tanah(Eudrilus eugeniae)”.

Penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan serta do’a dari berbagai

pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono, selaku Dekan FMIPA yang telah membantu proses terselesaikannya Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Bapak Dr. Slamet Suyanto, selaku Wakil Dekan 1 yang telah membantu dalam penetapan SK Pembimbing dan Penguji Tugas Akhir Skripsi. 3. Bapak Dr. Paidi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA

UNY yang telah memberikan izin penelitian di Laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY.

4. Ibu Dr. Tien Aminatun, M.Si., selaku Kaprodi Biologi FMIPA UNY yang telah memberikan persetujuan dan menetapkan Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi.

5. Bapak Suhandoyo, M.S., selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan, masukan, saran, nasihat dan waktunya selama penelitian dan penulisan Tugas Akhir Skripsi.

(9)

7. Rekan-rekan mahasiswa Biologi Angkatan 2012 yang telah memberikan dukungan dan doa serta kenangan yang sangat berarti selama menempuh studi S1 bersama.

8. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan Tugas Akhir Skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan Tugas Akhir Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Kritik dan saran yang membangun sangat berguna bagi penulis demi perbaikan dan kesempurnaan selanjutnya. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta pembaca semua.

Yogyakarta, Desember 2016

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Cacing Tanah Eudrilus eugeniae ... 9

(11)

2. Morfologi ... 9

3. Sistem Pencernaan ... 12

4. Sistem Peredaran Darah ... 14

5. Sistem Pernafasan ... 16

6. Sistem Reproduksi ... 16

7. Siklus Hidup dan Habitat ... 20

8. Kandungan dan Manfaat Cacing Tanah ... 23

B. Media Pemeliharaan ... 25

1. Serbuk gergaji batang pohon kelapa ... 26

2. Rumput Manila ... 28

C. Pakan Cacing Tanah ... 29

D. Kerangka Berfikir ... 31

E. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel ... 34

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

D. Objek Penelitian ... 35

E. Variabel Penelitian ... 35

F. Alat dan Bahan ... 36

G. Prosedur Penelitian ... 37

H. Teknik Pengumpulan Data ... 39

I. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan Bobot Massa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae ... 42

(12)

C. Pengaruh Media terhadap Bobot Kokon Cacing Tanah

Eudrilus eugeniae ... 51

D. Pengaruh Media terhadap Indeks Kokon Cacing Tanah Eudrilus eugeniae ... 52

E. Kondisi Lingkungan Saat Penelitian Berlangsung ... 54

1. Suhu Media (oC) ... 55

2. pH Media ... 56

3. Kelembaban Media ... 57

F. Kualitas Media Setelah Pemeliharaan ... 59

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 61

B. Saran ... 61

1. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 61

2. Bagi Peternak Cacing ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Kandungan Asam Amino pada Cacing Tanah ... 22

Tabel 2. Komponen Kimia yang terdapat dalam Batang Kelapa ... 27

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Rumput Manila (Zoysia matrella) ... 28

Tabel 4. Komposisi Nutrisi Ampas Tahu ... 30

Tabel 5. Hasil Uji One Way Anova Pengaruh Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila terhadap Pertambahan Bobot Massa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae ... 45

Tabel 6. Uji Lanjut Duncan (DMRT) Pertambahan Bobot Massa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae dengan Perlakuan Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila ... 46

Tabel 7. Hasil Uji Kruskal-Wallis Pengaruh Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila terhadap Jumlah Kokon Cacing Tanah Eudrilus eugeniae ... 50

Tabel 8. Rata-rata Bobot Kokon (milligram) Cacing Tanah Eudrilus eugeniae pada Setiap Media Perlakuan Selama Penelitian ... 51

Tabel 9. Hasil Uji One Way Anova Pengaruh Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila terhadap Bobot Kokon Cacing Tanah Eudrilus eugeniae ... 52

Tabel 10. Rata-rata Indeks Kokon (%) Cacing Tanah Eudrilus eugeniae pada Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila ... 53

Tabel 11. Hasil Uji One Way Anova Pengaruh Variasi Media Serbuk Gergaji Kelapa dan Rumput Manila terhadap Indeks Kokon (%) Cacing Tanah Eudrilus eugeniae ... 54

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tampilan Bagian Tubuh Cacing Tanah ... 9

Gambar 2. Struktur Tubuh Cacing Tanah ... 9

Gambar 3. Struktur Sistem Pencernaan Cacing Tanah ... 12

Gambar 4. Letak Pembuluh Darah Cacing Tanah ... 14

Gambar 5. Proses Reproduksi Cacing Tanah ... 16

Gambar 6. Proses Pembentukan dan Pelepasan Selubung Kokon ... 19

Gambar 7. Diagram Alir Kerangka Berfikir ... 31

Gambar 8. Pengukuran Panjang dan Lebar Kokon ... 40

Gambar 9. Histogram Rata-Rata Pertambahan Bobot Massa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae Selama Penelitian ... 42

Gambar 10. Histogram Rata-Rata Jumlah Kokon Cacing Tanah Eudrilus eugeniae Selama Penelitian ... 48

Gambar 11. Histogram Suhu Media Cacing Tanah Eudrilus eugeniae Selama Penelitian ... 55

Gambar 12. Histogram pH Media Cacing Tanah Eudrilus eugeniae Selama Penelitian ... 56

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Eudrilus eugeniae atau sering disebut sebagai cacing Afrika merupakan spesies cacing tanah, termasuk hewan tingkat rendah yang tidak mempunyai tulang belakang (avertebrata). Dalam klasifikasi biologi, cacing Afrika termasuk dalam filum Annelida. Penggolongan ini didasarkan pada bentuk morfologik, karena tubuhnya tersusun atas segmen-segmen yang berbentuk cincin (chaeta), dengan struktur berbentuk rambut yang berguna untuk memegang substrat dan bergerak. Tubuh dibedakan atas bagian anterior dan posterior, pada bagian anterior terdapat mulut dan beberapa segmen yang agak menebal membentuk klitelium (Rukmana, 2008: 16).

(16)

mencapai 64-76%. Selain protein cacing tanah juga mengandung abu, serat dan lemak tak jenuh.

Salah satu jenis cacing tanah yang telah dibudidayakan adalah

Eudrilus eugeniae atau sering disebut dengan nama cacing Afrika. Seperti namanya, cacing ini berasal dari dataran hangat benua Afrika yang telah banyak dikembangkan untuk keperluan ternak di berbagai penjuru dunia. Cacing tanah jenis Eudrilus eugeniae memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari cacing lain. Cacing Eudrilus eugeniae juga memiliki nafsu makan yang tinggi sehingga cacing Eudrilus eugeniae lebih cepat berkembang daripada cacing lokal lain. Tak salah apabila cacing Eudrilus eugeniae sebagai produsen kascing yang dapat diunggulkan.

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya cacing tanah, di antaranya adalah kualitas media hidup. Media hidup atau media pemeliharaan cacing tanah adalah sekumpulan bahan-bahan organik yang sudah “terfermentasi” sehingga bisa memberikan tempat bagi cacing

tanah untuk hidup dan bereproduksi secara optimal. Media hidup tersebut nantinya sekaligus pula menjadi sumber makanan dari cacing tanah. Bahan organik yang bisa dijadikan media hidup cacing tanah antara lain kotoran hewan ternak, ampas tahu, ampas singkong, ampas sagu, serbuk gergaji, kompos, jerami padi, sekam padi, kulit pisang, dan sebagainya (Sugiantoro, 2012: 56-57).

(17)

Sebagaimana telah diketahui bahwa terdapat banyak bahan yang dapat digunakan sebagai media hidup. Namun demikian media hidup yang seperti apa yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan reproduksi cacing tanah. Persoalan ini perlu diteliti lebih lanjut lagi apabila diperlukan peningkatan budidaya cacing tanah Eudrilus eugeniae.

Serbuk gergaji batang pohon kelapa sebenarnya adalah bagian batang kelapa yang merupakan sisa hasil penggergajian kayu kelapa. Serbuk gergaji batang pohon kelapa memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai makanan dan sarang cacing tanah karena sifatnya porous, sehingga dapat menyerap air yang berlebih agar memudahkan cacing tanah berkopulasi dan meletakkan telurnya. Selama ini limbah serbuk kayu banyak menimbulkan masalah dalam penanganannya yang selama ini dibiarkan membusuk, ditumpuk, dan dibakar yang kesemuanya berdampak negatif terhadap lingkungan. Padahal menurut Tirono dan Ali (2011) dalam Usman (2011 : 5) batang kayu kelapa mengandung selulosa 33,61%, hemiselulosa 19,27% dan lignin 36,51%.

(18)

Menurut keterangan di atas, kombinasi antara serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila berpeluang untuk dijadikan sebagai media hidup cacing tanah. Dengan memanfaatkan serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila maka peneliti ingin mengetahui pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap pertumbuhan (bobot cacing) dan produksi kokon (jumlah kokon, bobot kokon, dan indeks kokon) cacing tanah Eudrilus eugeniae. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat sebagai sumber referensi, bagi guru dan siswa sebagai sumber belajar, dan sebagai sumber penelitian lainnya.

B. Identif ikasi Masalah

Sesuai latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain :

1. Apakah macam media hidup cacing tanah dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi cacing tanah?

2. Apakah serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi cacing tanah?

3. Apakah serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila dapat dijadikan media pemeliharaan cacing tanah?

(19)

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini berfokus pada pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa (Cocos nucifera, L.) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan dan produksi kokon cacing tanah (Eudrilus eugeniae) dengan melihat parameter pertambahan biomassa cacing, jumlah kokon, bobot kokon, dan indeks kokon.

D. Perumusan Masalah

1. Apakah pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa (Cocos nucifera, L.) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan cacing tanah (Eudrilus eugeniae)?

2. Apakah pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa (Cocos nucifera, L.) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap produksi kokon cacing tanah (Eudrilus eugeniae)?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa (Cocos nucifera, L.) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertambahan biomassa cacing tanah (Eudrilus eugeniae). 2. Mengetahui pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang pohon

kelapa (Cocos nucifera, L.) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap jumlah kokon, indeks kokon, dan indeks bentuk cacing tanah (Eudrilus eugeniae).

F. Manfaat Penelitian

(20)

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi pada penelitian selanjutnya mengenai media budidaya cacing tanah (Eudrilus eugeniae).

2. Bagi masyarakat

a. Masyarakat dapat mendapat ilmu untuk membudidayakan cacing tanah.

b. Masyarakat dapat mengetahui media yang baik untuk budidaya cacing tanah.

G. Definisi Operasional

1. Cacing tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah cacing tanah

Eudrilus eugeniae sebanyak 35 gram untuk satu bak penelitian, umur cacing tidak ditentukan, hanya cacing yang telah memiliki klitelum. Cacing Eudrilus eugeniae didapatkan dari peternakan cacing di daerah Godean, Yogyakarta.

2. Media dalam penelitian ini yang dimaksud adalah substansi yang diisikan ke dalam tempat pemeliharaan cacing tanah Eudrilus eugeniae, yaitu serbuk gergaji batang pohon kelapa (Cocos nucifera,L.) dan rumput manila (Zoysia matrella).

(21)

sampai serbuk gergaji mengalami pelapukan sehingga serbuk gergaji batang pohon kelapa mudah dicerna oleh tubuh cacing tanah.

4. Rumput manila yang digunakan yaitu bagian daun rumput manila hasil pemotongan rutin lapangan sepak bola Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta yang sudah berada di dalam plastik

trash bag selama satu bulan, sehingga bau rumput hilang dan kondisi rumput sudah layu serta lembab. Hal ini perlu dilakukan karena cacing tanah menyukai bahan organik yang sedang dalam proses pembusukan daripada bahan organik yang masih segar, sehingga mudah dicerna oleh tubuh cacing tanah.

5. Pertumbuhan cacing tanah diidentifikasi dari pertambahan ukuran atau biomassa cacing tanah, dalam penelitian ini yang diukur adalah pertambahan biomassa cacing tanah pada akhir penelitian.

6. Produksi kokon adalah banyaknya kokon yang dihasilkan oleh cacing tanah Eudrilus eugeniae selama penelitian (2 bulan), dalam penelitian ini yang diukur adalah jumlah kokon, bobot kokon, dan indeks kokon pada akhir penelitian.

(22)
(23)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Cacing tanah Eudrilus eugeniae 1. Klasifikasi

Cacing tanah Eudrilus eugeniae tergolong pada kelompok binatang lunak karena tidak memiliki tulang belakang (avertebrata). Eudrilus eugeniae sering disebut cacing Afrika, atau ANC (African Night Crawler). Kedudukan Eudrilus eugeniae dalam taksonomi adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Filum : Annelida Kelas : Oligochaeta Ordo : Megadrilacea Famili : Eudrilidae Genus : Eudrilus

Spesies : Eudrilus eugeniae

(Kinberg, 1867 dalam Blakemore, 2015: 527) 2. Morfologi

(24)

Gambar 1. Tampilan Bagian Tubuh Cacing Tanah (Rukmana, 2008: 17)

Bentuk tubuh cacing Eudrilus eugeniae silindris memanjang dengan didominasi warna ungu muda hingga ungu gelap, warna merah tua memudar pada bagian posterior, warna-warni kemilau dari difraksi kutikula pada bagian anterior. Struktur tubuh cacing tanah terlihat seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2. Struktur Tubuh Cacing Tanah (Rukmana, 2008: 17)

(25)

saraf perasa dan berbentuk seperti bibir. Organ ini terbentuk dari tonjolan daging yang dapat menutupi lubang mulut. Prostomium terdapat di bagian depan tubuh cacing tanah. Adanya prostomium ini membuat cacing

Eudrilus eugeniae peka terhadap benda-benda di sekelilingnya (Palungkun, 2010: 15). Pada cacing tanah dewasa terdapat alat untuk menyiapkan proses perkembangbiakan yang disebut “klitelum”. Klitelum merupakan penebalan dari jaringan epitel permukaan kulit dan mengandung banyak sel-sel kelenjar. Sel-sel ini menghasilkan sekreta berlendir yang berguna untuk pembentukan kokon yang melindungi saat perkembangan embrio. Klitelum membentuk semacam selaput yang membungkus anak-anak cacing yang sedang tumbuh. Klitelum terletak di antara anterior dan posterior, warna klitelum lebih terang daripada warna tubuhnya. Klitelum dapat ditemukan pada segmen 13, 14-18 dengan bentuk lebih menonjol (Gates, 1972: 51).

Tubuh cacing tanah terdiri dari segmen-segmen. Terdiri dari 161-211 segmen (Gates, 1972: 61 ) atau 250-300 (Viljoen & Reinecke, 1994: 27). Di setiap segmen terdapat rambut yang keras dan berukuran pendek yang disebut seta. Terdapat 8 seta per segmen. Seta berfungsi sebagai pencengkram atau pelekat yang kuat pada tempat cacing tanah itu berada. Lubang kelamin jantan terletak pada segmen ke 17 dan lubang kelamin betina terdapat pada segmen ke 14.

(26)

dalam tubuh. Nephredia ini mengeluarkan zat-zat sisa yang telah berkumpul di dalam rongga tubuh (rongga selomik) berupa cairan. Fungsi pori-pori adalah untuk menjaga kelembaban kulit cacing tanah agar selalu basah karena cacing bernapas melalui kulit basah tersebut. Kulit luar (kutikula) selalu dibasahi oleh kelenjar-kelenjar lendir (kelenjar mukus). Lendir ini terus-menerus diproduksi cacing tanah untuk membasahi tubuhnya agar dapat bergerak dan melicinkan tubuhnya (Rukmana, 2008: 16-18).

Dari segi ukuran, cacing Eudrilus eugeniae lebih besar dibandingkan dengan jenis cacing tanah yang lain, atau sekitar dua kali dari besar cacing merah. Panjang tubuh cacing Eudrilus eugeniae 90-185 mm atau bisa mencapai 250-400 mm dalam kondisi budidaya yang optimal. Lebar cacing sekitar 4-8 mm. Bobot per cacing dewasa 1,0 g atau maksimal 5,0-6,0 g (Parthasarathi, 2007: 347-350). Kokon cacing Eudrilus eugeniae juga lebih berisi daripada kokon cacing yang lain sehingga populasinya cepat bertambah. Cacing ini mempunyai gerakan yang lamban.

3. Sistem Pencernaan

(27)

terhadap benda-benda di sekelilingnya dan dapat menemukan bahan-bahan organik sebagai bahan makanannya.

Gambar 3. Struktur Sistem Pencernaan Cacing Tanah. (Rukmana, 2008: 19)

(28)

untuk mencernakan partikel-partikel makanan menjadi karbohidrat, lemak, dan protein. Kelenjar kalsiferus yang dihasilkan oleh organ pencernaan berfungsi untuk menyerap kalsium dari bahan yang dicerna. Kalsium berguna untuk menetralisir media jika kondisinya asam. Tiflosol merupakan bagian usus yang berlipat-lipat, berguna untuk memperluas permukaan usus. Lambung dan usus mensekret enzim-enzim seperti protease, lipase, amilase, sellulase, dan kitinase. Selain itu fungi, algae, aktinomisetes dan mikroba hidup pada usus cacing tanah. Lambung dan usus bekerja sebagai bioreactor dan hanya 5-10% komponen organik dicerna dan diserap oleh tubuh selanjutnya dikeluarkan berupa butiran yang dilapisi mucus disebut kascing (Hand, 1988). Sisa-sisa makanan akan dikeluarkan melalui anus dan diletakkan di atas permukaan tanah di dekat lubang dari liang tempat cacing itu berada (Rukmana, 2008: 18 ).

4. Sistem Peredaran Darah

(29)

Gambar 4. Letak Pembuluh Darah Cacing Tanah. (Sylvia Mader, 2012)

Darah cacing tanah terdiri atas cairan plasma yang berisi sel darah putih (leukosit), dan sel darah merah (hemoglobin). Sistem peredaran darahnya adalah tertutup, karena darah mengalir ke bagian-bagian tubuh melalui pembuluh darah. Darah dialirkan atau dipompa dari 5 pasang jantung ke seluruh bagian-bagian tubuh. Darah kembali masuk jantung melalui saluran darah punggung. Dalam proses peredaran darah terjadi pengangkutan zat makanan dan oksigen (O2) ke sel-sel atau jaringan tubuh dengan melepaskan karbondioksia (CO2) ke udara. Darah yang mengandung oksigen akan masuk kembali ke dalam jantung (Rukamana, 2008: 19).

5. Sistem Pernafasan

(30)

epidermis dan kutikula yang terdapat di permukaan tubuh cacing tanah (Edward & Lofty, 1972).

Pernapasan cacing tanah sangat dipengaruhi oleh kandungan hemoglobin dan tekanan cairan di dalam tubuh. Hemoglobin mampu menyerap dan mengalirkan oksigen melalui plasma darah ke seluruh tubuh. Proses bernafas dapat berlangsung dengan baik apabila kelembaban lingkungan cukup tinggi (Rukmana, 2008: 19). Kelembaban tubuh diatur oleh kutikula melalui proses sekresi kelenjar mucus pada jaringan epidermis, sehingga menurunkan tekanan cairan di dalam tubuh.

6. Sistem Reproduksi

(31)

butir telur. Proses pertukaran spermatozoid cacing tanah dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Proses Reproduksi Cacing Tanah (Ilyas, 2009: 28)

Cacing menjadi dewasa dan siap kawin setelah berumur 2 sampai 3 bulan terhitung semenjak menetas dari kokon. Masa produktif cacing dewasa terjadi pada umur 4 sampai 11 bulan, yaitu ketika cacing sudah mempunyai alat perkembangbiakan yang disebut dengan klitelum (Rukmana, 2008: 20).

(32)

cahaya. Banyak mukus yang disekresikan sehingga masing-masing cacing tanah diselubungi oleh mukus.

Sebuah celah semen terbentang dari gonofor jantan sampai klitelum dan Nampak seperti benang. Tiap-tiap celah semen merupakan bagian dari dinding luar tubuh yang melekuk ke dalam akibat dari terbentuknya rangkaian pori-pori oleh kontraksi otot yang terbentang pada lapisan otot longitudinal. Kontraksi otot membawa cairan sperma dari gonofor jantan menuju daerah klitelum. Cairan sperma berkumpul di daerah klitelum, dan akhirnya memasuki spermateka cacing tanah lainnya (Edwards & Lofty, 1972).

(33)

yang berisi sel telur bergerak ke arah mulut dan keluar dari tubuh cacing tanah.

Setelah kopulasi berlangsung, cacing tanah terpisah dan masing-masing klitelum mengeluarkan getah mukus yang akhirnya mengeras di sekeliling permukaan luarnya. Ketika getah mukus mengeras, cacing tanah bergerak ke arah belakang kemudian membuat selubung di sekeliling kepalanya dan ketika cacing tanah terpisah sempurna, ujung selubung menutup untuk membentuk kokon. Kokon mengandung cairan albumin yang diproduksi oleh kelenjar klitelum, ovum dan spermatozoa yang disalurkan ke dalamnya ketika melewati pembukaan spermateka. Kokon akan terus diproduksi sampai cairan sperma yang tersedia habis. Fertilisasi terjadi secara eksternal tubuh cacing tanah, yaitu di dalam kokon. Warna kokon berubah sesuai dengan perkembangannya. Pada saat terbentuk kokon berwarna keputihan, kemudian berubah menjadi kuning, kehijauan dan kecoklat-coklatan. Kokon yang berwarna kecoklatan mengindikasikan perkembangan yang matang dan siap untuk menetas.

Setiap perkawinan, masing-masing cacing tanah dapat menghasilkan satu kokon dengan ukuran rata-rata 6 x 3 mm. Setiap kokon rata-rata dapat menghasilkan 1-8 anak cacing. Perbedaan jumlah juvenil disebabkan karena perubahan suhu, terbatasnya sumber cadangan makanan di dalam kokon (Chaudhari & Bhattacharjee, 2002).

(34)

dewasa yang berumur 3 bulan dapat menghasilkan kokon sebanyak 3 kokon perminggu. Telur tersebut akan menetas menjadi juvenil atau bayi cacing setelah 2 sampai 5 minggu. Rata-rata persentase hidup bibit cacing tanah adalah 2 ekor perkokon. Proses pembentukan dan pelepasan selubung kokon dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Proses Pembentukan dan Pelepasan Selubung Kokon (Rukmana, 2008: 21)

Keterangan:

B = selubung kokon yang berisi kokon bergerak ke depan menuju arah mulut

C = selubung kokon bersama dengan kokonnya terlepas D = kokon dan kapsul

7. Siklus Hidup dan Habitat

(35)

bahwa kokon yang dihasilkan oleh cacing dewasa antara usia 70-100 hari dalam kotoran ternak pada suhu 25ºC menetas selama 17 hari dengan memproduksi 2-7 cacing. Cacing tanah muda ini dapat mencapai dewasa dalam waktu 35-50 hari. Masa produktif cacing dewasa terjadi pada umur 4 sampai 11 bulan, yaitu ketika cacing sudah mempunyai alat perkembangbiakan yang disebut dengan klitelum. Pertumbuhan cacing tanah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, antara lain: kelembaban, suhu, pH, bahan organik, serta kecukupan suplai makanan.

(36)

bisa mengganggu tingkat kelembaban media seperti sinar matahari langsung, dan tiupan angin yang terlalu kencang.

Pertumbuhan cacing tanah juga sangat dipengaruhi oleh suhu. Perubahan suhu dapat mempengaruhi semua aktivitas cacing tanah termasuk metabolisme, pertumbuhan, respirasi, dan perkembangbiakan. Di daerah tropika, suhu yang ideal untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon berkisar antara 15-25 oC, tetapi suhu yang lebih sedikit dari 25 oC masih cocok untuk pertumbuhan cacing tanah namun harus diimbangi dengan naungan dan kelembaban yang memadai (Rukmana, 2008: 28).

(37)

8. Kandungan dan Manfaat Cacing Tanah

Tabel 1. Komposisi Kandungan Asam Amino pada Cacing Tanah (Palungkun, 2010: 20)

Asam Amino Komposisi (%)

Asam Amino Esensial

Cacing Eudrilus eugeniae mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi. Sesuai ukurannya cacing Eudrilus eugeniae juga mempunyai porsi makan yang lebih banyak. Berat cacing Eudrilus eugeniae dapat mencapai 2,5 gram dalam waktu 8-10 minggu. Cacing

Eudrilus eugeniae cocok sebagai produsen kascing yang dapat diunggulkan karena cacing ini memiliki nafsu makan yang tinggi dan perkembangbiakannya lebih cepat dibandingkan cacing lainnya. Oleh sebab itu, dalam pemanfaatannya cacing Eudrilus eugeniae lebih banyak digunakan untuk keperluan pakan atau umpan dan pengkomposan (vermicomposting).

(38)

yang bercampur dengan tanah merupakan pupuk yang kaya akan nitrat organik posfat dan kalium yang membuat tanaman mudah menerima pupuk yang diberikan ke tanah. Menurut Sugiantoro (2012: 109), kascing adalah hasil sampingan dari budidaya cacing tanah, yang merupakan kotoran cacing tanah yang dikeluarkan melalui anus. Rata-rata setiap bahan organik yang dihancurkan oleh cacing tanah bisa menghasilkan produk kascing antara 20-30% dari total bahan organik yang diberikan. Produk kascing sangat baik untuk digunakan sebagai pupuk organik. Kascing banyak mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalsium (Ca).

(39)

B. Media Pemeliharaan

Menurut Sugiantoro (2012: 56-58), media pemeliharaan atau sarang cacing adalah sekumpulan bahan-bahan organik yang sudah terfermentasi sempurna sehingga bisa memberikan tempat bagi cacing tanah untuk hidup dan bereproduksi secara optimal. Media pemeliharaan juga menjadi sumber makanan cacing tanah.

Bahan organik yang bisa digunakan sebagai media pemeliharaan cacing tanah antara lain adalah kotoran hewan ternak (ayam, kelinci, kambing), ampas tahu, ampas singkong, ampas sagu, kompos, jerami padi, sekam padi, kulit pisang, bubur kertas, bubur kayu, eceng gondok, rumput, serbuk gergaji, rumen atau kotoran yang masih berada didalam perut hewan ruminansia, dan sebagainya. Media harus mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral.

Media yang digunakan harus terfermentasi sempurna atau telah mengalami proses pelapukan minimal 60%, serta tidak mengeluarkan gas yang merupakan hasil dari proses pembusukan yang tidak disukai cacing. Waktu yang dibutuhkan untuk proses fermentasi berkisar antara 7 sampai 35 hari (Sugiantoro, 2012: 59).

(40)

digunakan sebaik mungkin mempunyai daya serap yang tinggi terhadap air sehingga tidak mudah menjadi kering dan juga kehilangan tingkat kelembaban. Media pemeliharaan harus bebas atau steril dari zat atau bahan-bahan yang bisa mengganggu pencernaan cacing tanah antara lain sabun dan bahan kimia.

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila.

1. Serbuk gergaji batang pohon kelapa

Serbuk gergaji batang pohon kelapa adalah serbuk kayu kelapa yang diperoleh dari limbah ataupun sisa yang terbuang dari jenis kayu kelapa dan dapat diperoleh di tempat pengolahan kayu ataupun industri kayu. Serbuk ini biasanya terbuang percuma dan dibakar begitu saja sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Padahal serbuk gergaji batang pohon kelapa ini merupakan biomassa yang belum termanfaatkan secara optimal dan memiliki kandungan unsur hidup yang tinggi. Menurut Sugiantoro (2012: 59) serbuk gergaji kayu bisa digunakan sebagai media hidup cacing tanah setelah difermentasikan minimal 5-7 hari atau telah mengalami pelapukan minimal 60% sehingga tidak mengeluarkan gas yang merupakan hasil dari proses pembusukan.

(41)

berbeda-beda, selulosa 33,61%, hemiselulosa 19,27% dan lignin 36,51% (Tirono dan Ali, 2011). Pada ketinggian 7 m hingga 15 m dalam batang, kandungan selulosa lebih tinggi dibandingkan bagian pangkal dan ujung, serta pada 2/3 bagian ke dalam juga mengandung selulosa yang lebih tinggi dari bagian tepi. Hal ini disebabkan batang kelapa bagian pangkal dan tepi telah mengalami proses lignifikasi sehingga tidak seluruh selulosa dapat terisolasi.

Secara fisis batang kelapa memiliki kerapatan yang sangat beragam baik dari pangkal ke ujung maupun dari tepi ke dalam. Pada bagian pangkal dan tepi memiliki kerapatan yang tinggi dan didominasi oleh ikatan pembuluh dewasa sedangkan bagian tengah dan ujung lebih banyak mengandung jaringan dasar berupa parenkim serta ikatan pembuluh muda dengan kerapatan yang lebih rendah. Kerapatan yang beragam dalam satu pohon kemungkinan diikuti oleh variasi kandungan kimia. Kandungan komponen kimia batang kelapa dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komponen Kimia yang terdapat dalam Batang Kelapa (Usman, 2011).

No Komponen kimia Komposisi (%)

1. Silika 0,07

2. Lignin 25,1

3. Hemiselulosa 66,7

4. Pentosan 22,9

5. Pati 4,3-4,6 ( >6 bulan)

(42)

2. Rumput Manila (Zoysia matrella)

Rumput manila manila merupakan rumput yang banyak terdapat di Indonesia yang umumnya dirancang untuk lapangan sepakbola. Rumput manila mempunyai pertumbuhan optimum pada suhu 25oC – 35oC dan beradaptasi di daerah tropis dan subtropis.

Menurut Beard (1973) dalam Siregar (2005), rumput manila mempunyai daun berbentuk jarum dengan permukaan rata, lebar 2-4 mm dan panjangnya 2- 11 mm. Panjang rambut-rambut- halusnya 0,02 cm yang terdapat pada ligula. Perbungaan pendek, diujung dan berbentuk paku, batang bulat, banyak menghasilkan stolon dan rhizon untuk berkembangbiak secara vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif dengan biji.

Rumput manila toleran terhadap naungan bila ditumbuhkan di daerah lembab dan panas. Daya tahannya sangat baik terhadap kekeringan dan panas. Rumput ini mempunyai daya adaptasi terhadap tanah yang berdrainase baik. Bertekstur halus dan subur dengan pH 6-7 serta mempunyai toleransi terhadap tipe tanah.

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Rumput Manila (Zoysia matrella) (Garsetiasih, 2005: 37)

(43)

C. Pakan Cacing Tanah

Cacing tanah membutuhkan pakan untuk pertumbuhan maupun reproduksi. Pemilihan pakan yang baik akan meningkatkan hasil produksi cacing tanah (Palungkun, 2010: 76). Menurut Sugiantoro (2012: 85-86), bahan bahan organik yang dibutuhkan cacing tanah untuk bereproduksi adalah protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Cacing tanah termasuk hewan yang mempunyai daya cerna tinggi dan mengkonsumsi makanan setiap saat, maka setiap ekor cacing tanah bisa menghabiskan pakan berupa bahan-bahan organik tersebut antara 1 hingga 2 kali lipat berat tubuhnya dalam tempo 24 jam.

(44)

dalam sehari, yaitu pada pagi atau siang hari dan sore menjelang malam agar cacing tanah benar-benar mendapatkan pasokan pakan yang segar. Aktivitas cacing tanah banyak dilakukan pada malam hari dan pada keadaan gelap, maka porsi pakan untuk sore atau malam hari ahrus lebih banyak dibandingkan porsi pakan pada pagi atau siang hari. Pada pemberian pakan dalam wadah pemeliharaan apabila masih terdapat pemberian pakan sebelumnya atau pakan pemberian sebelumnya tersebut belum habis tercerna oleh cacing tanah, maka pemberian pakan yang baru harus dikurangi sehingga volume media pemeliharaan tetap sama menyesuaikan wadahnya (Sugiantoro, 2012: 87-88).

Pakan organik yang diberikan bisa berupa kotoran hewan ternak, limbah ampas tahu, serbuk gergaji yang telah direndam air untuk menghilangkan getah dan bau, ampas aren, dan sebagainya. Menurut Palungkun (2010: 85), kompos dari berbagai macam tumbuhan yang dicampur dengan ampas tahu sangat baik digunakan untuk memacu reproduksi cacing tanah. Dengan pemberian pakan ini maka jumlah kokon akan meningkat. Formulasi bahan pakan ini sebaiknya dengan perbandingan yang sama. Komposisi nutrisi dari ampas tahu dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Nutrisi Ampas Tahu (Haryono, 2003: 69). Komposisi Nutrisi Kadar (%)

(45)

D. Kerangka Berfikir

(46)

Gambar 7. Diagram Alir Kerangka Berfikir.

E. Hipotesis Penelitian

1. Kombinasi serbuk gergaji batang pohon kelapa (Cocos nucifera, L.) dan rumput manila (Zoysia matrella) berpengaruh terhadap pertumbuhan cacing tanah (Eudrilus eugeniae) dengan pertambahan biomassa cacing tanah (Eudrilus eugeniae).

Sebagai pakan

Mencari media pemeliharaan cacing tanah yang baik

Rumput Zoysia matrella

Pertumbuhan dan produksi kokon cacing Eudrilus eugeniae terbaik

(47)
(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen ini melibatkan satu faktor dengan beberapa taraf sebagai perlakuan, sehingga rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan perlakuan kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila, dengan masing-masing perlakuan dilakukan 5 kali ulangan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi dalam penelitian ini adalah cacing tanah Eudrilus eugeniae

yang telah memiliki klitelum, yang telah dibeli dari peternakan cacing tanah Godean, Yogyakarta.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah cacing tanah Eudrilus eugeniae

yang telah memiliki klitelum sebanyak 35 gram untuk 5 macam perlakuan dan masing-masing perlakuan dilakukan 5 ulangan. Sehingga didapatkan 875 gram cacing untuk 25 bak penelitian.

C. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai September 2016 di Laboratorium Pengelolaan Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta.

(49)

Objek dalam penelitian ini adalah cacing tanah Eudrilus eugeniae. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk gergaji batang pohon kelapa (Cocos nucifera, L.) dan rumput manila (Zoysia matrella) yang telah siap untuk dijadikan media pemeliharaan cacing tanah Eudrilus eugeniae.

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Variabel Bebas

Variasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila: a. Kontrol = 100% serbuk gergaji batang pohon kelapa

b. Perlakuan 1 = 0% serbuk gergaji batang pohon kelapa + 100% rumput manila

c. Perlakuan 2 = 25% serbuk gergaji batang pohon kelapa + 75% rumput manila

d. Perlakuan 3 = 50% serbuk gergaji batang pohon kelapa + 50% rumput manila

e. Perlakuan 4 = 75% serbuk gergaji batang pohon kelapa + 25% rumput manila

2. Variabel Terikat

a. Pertambahan biomassa cacing (gram) b. Jumlah kokon (butir)

(50)

d. Indeks kokon (%)

F. Alat dan Bahan

1. Bak plastik berukuran 35 x 30 x 10 cm sebanyak 25 buah 2. Rak besi

3. Goni 4. Termometer

5. Timbangan analitik AND GR-300

6. Neraca ohaus 3 lengan ketelitian 0,1 gram 7. Soil tester

8. Handsprayer

9. Jangka sorong vernier caliper ketelitian 0,05 mm 10.Penggaris

11.Alat tulis

12.Cacing Eudrilus eugeniae

13.Serbuk gergaji batang pohon kelapa (Coco nucifera, L.) 14.Rumput manila (Zoysia matrella)

15.Air

16.Ampas tahu

(51)

1. Pembuatan media

a) Media pemeliharaan dalam penelitian ini adalah serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila. Sebelum dijadikan media pemeliharaan cacing tanah kedua media ini diproses terlebih dahulu agar siap untuk dijadikan media pemeliharan cacing tanah. b) Serbuk gergaji batang pohon kelapa didapat dari limbah hasil

penggeragajian batang pohon kelapa daerah Bantul. Serbuk gergaji batang pohon kelapa diratakan dengan alas karung, dibolak-balik serta di semprot air hingga lembab setiap 2 hari sekali. Hal ini dilakukan selama 3 minggu hingga serbuk gergaji batang pohon kelapa mengalami pelapukan sehingga memudahkan cacing tanah untuk mencerna media. Apabila serbuk gergaji batang pohon kelapa sudah lembab dan tidak berbau, maka siap untuk dijadikan media pemeliharaan cacing tanah.

c) Rumput hasil pemotongan rutin lapangan sepakbola FIK UNY dimasukkan kedalam trash bag selama 1 bulan sampai rumput layu, dan mudah dicerna oleh cacing tanah. Apabila rumput manila sudah lembab dan tidak berbau, maka siap untuk dijadikan media pemeliharaan cacing tanah.

(52)

a) Membeli bibit cacing Eudrilus eugeniae di peternak cacing daerah Godean.

b) Memilih cacing Eudrilus eugeniae yang ukurannya hampir sama (sekitar 1 gram), dan telah memiliki klitelum sebanyak 35 gram untuk tiap bak perlakuan.

3. Perlakuan media

a) Menyiapkan bak plastik berukuran 35 x 30 x 10 cm sebanyak 25 buah.

b) Melubangi tiap sudut bak.

c) Memasukkan media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput yang sudah siap ke dalam bak plastik sesuai kombinasi yang telah ditentukan.

d) Berat total media yang dimasukkan ke dalam bak perlakuan yaitu 2 kg untuk masing masing bak perlakuan.

e) Meletakkan cacing Eudrilus eugeniae sebanyak 35 gram ke atas permukaan media, jika cacing Eudrilus eugeniae mau masuk ke dalam media dan tidak keluar lagi artinya cacing dapat hidup pada media tersebut.

f) Menutup bak pemeliharaan yang telah berisi cacing Eudrilus eugeniae dengan goni yang telah dipotong sesuai dengan ukuran bak plastik agar kondisi media pemeliharaan tetap lembab.

(53)

a) Melakukan perngukuran suhu media, pH media, kelembaban media setiap 2 hari sekali selama 2 bulan. Pengukuran dilakukan setiap pukul 11.00

b) Memberi pakan cacing berupa ampas tahu dengan cara menebarkannya ke permukaan media setiap hari. Ampas tahu yang diberikan hanya sedikit saja sehingga tidak memberikan pengaruh pada penelitian. Jika keesokan harinya ampas tahu masih bersisa di atas permukaan media maka pemberian pakan dilakukan dengan membuang sisa ampas tahu yang lama dan diganti dengan menebarkan ampas tahu yang baru.

H. Teknik Pengumpulan data

Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan, dan diakhiri pada 30 September 2016. Pengambilan data dilakukan setiap 1 bulan untuk menghindari stress pada cacing. Data yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pertambahan Biomassa Cacing Tanah

Cacing tanah dipisahkan dari media dengan metode hand-sorting

(54)

cacing tanah diperoleh dari selisih antara biomassa akhir dengan biomassa awal.

2. Jumlah Kokon

Penghitungan jumlah kokon dilakukan setiap 1 bulan yaitu pada akhir bulan Agustus dan akhir bulan September. Penghitungan kokon dilakukan dengan mengambil semua kokon yang ada pada media perlakuan secara manual, kemudian jumlah kokon dihitung.

3. Bobot Kokon

Penimbangan bobot kokon dilakukan setiap 1 bulan yaitu pada akhir bulan Agustus dan akhir bulan September. Kokon yang terdapat pada media perlakuan ditimbang satu persatu dengan menggunakan timbangan analitik AND GR-300.

4. Indeks kokon

(55)

(a) (b) (c)

Gambar 8. (a) Penentuan panjang dan lebar kokon, (b) pengukuran panjang kokon, (c) pengukuran lebar kokon.

Indeks kokon diperoleh dengan rumus (Setiadi, 2000: 25) :

5. Melakukan uji kandungan kimia media.

Uji lab dilakukan sebagai data tambahan untuk mengetahui kandungan C-organik, N total, serta C/N rasio pada 5 media. Kandungan C-organik dianalisis dengan metode Walkey & Black, dan N total dengan metode Kjeldahl. Analisis kandungan kimia dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian UGM dan Laboratorium BPTP. Uji ini dilakukan dua kali yaitu pada media awal dimulainya penelitian dan pada media akhir penelitian setelah menjadi kascing.

6. Dokumentasi

(56)

I. Teknik Analisis Data

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah

Eudrilus eugeniae.

Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan setiap akhir bulan selama penelitian yaitu akhir bulan Agustus (Bulan 1) dan akhir bulan September (Bulan 2). Hasil penelitian pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap pertambahan biomassa cacing tanah Eudrilus eugeniae tertera pada Gambar 9.

Gambar 9. Histogram Rata-Rata Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae Selama Penelitian

Data pertambahan biomassa cacing tanah Eudrilus eugeniae

menunjukkan hasil tertinggi pada media E pada bulan pertama, dan media A (kontrol) pada bulan ke dua. Menurut Sugiantoro (2012: 58) media pemeliharaan cacing tanah juga merupakan sumber makanan cacing tanah.

(58)

Media harus mengandung karbohidrat, protein, vitamin, maupun mineral sebagai sumber nutrisi cacing tanah. Berdasarkan sumber dari Department of Employment, Economic and Innovation (2004) dalam Usman (2011), komposisi kimia yang terdapat dalam batang kelapa yaitu silika 0,07%, lignin 25,1%, hemiselulosa 66,7%, pentosan 22,9%, dan pati 4,6%. Berdasarkan teori di atas, batang kelapa mengandung karbohidrat yang dapat dijadikan sumber makanan cacing tanah. Serbuk gergaji batang pohon kelapa merupakan media yang baik untuk dijadikan media pemeliharaan cacing tanah, karena selain nutrisi yang terdapat di dalamnya, serbuk gergaji batang pohon kelapa juga merupakan media yang gembur, tidak mudah memadat sehingga bisa menjaga porositas media cacing tanah, menjaga ketersediaan oksigen, dan sirkulasi udara di dalamnya. Selain itu media serbuk gergaji batang pohon kelapa juga mempunyai daya serap yang tinggi terhadap air sehingga tidak mudah menjadi kering dan kehilangan tingkat kelembaban.

(59)

sehingga cacing tanah sulit bernafas dan akan mengganggu kesehatan dan reproduksi cacing tanah. Akibat media yang terlalu lembab dan aerasi yang buruk maka tumbuh beberapa jamur pada media B ulangan 2 dan ulangan 3. Jika membandingkan data pertambahan biomassa cacing tanah antara bulan pertama dan bulan ke dua, maka dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan biomassa cacing tanah pada bulan pertama lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertambahan biomassa pada bulan ke dua. Pada bulan ke dua rata-rata pertambahan biomassa cacing tanah mengalami penurunan dari bulan pertama. Penurunan rata-rata pertambahan biomassa cacing tanah diduga karena faktor ketersediaan nutrisi, faktor umur, dan kegiatan bereproduksi.

Menurut Sugiantoro (2012: 86), seekor cacing tanah dapat menghabiskan pakan berupa bahan-bahan organik antara satu sampai dua kali lipat berat tubuhnya dalam tempo 24 jam. Berdasarkan teori tersebut maka semakin besar biomassa cacing tanah maka semakin besar pula porsi makannya. Pada bulan pertama peningkatan rata-rata pertambahan biomassa cacing tanah disebabkan oleh ketersediaan nutrisi serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput yang cukup pada media. Kandungan nutrisi serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila pada bulan ke dua semakin berkurang akibat aktivitas makan cacing tanah yang meningkat.

(60)

dapat menyebabkan rata-rata pertambahan biomassa cacing tanah mengalami penurunan karena cacing tanah yang telah menginjak dewasa akan mengalami pertumbuhan yang lambat, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gaddie dan Douglass (1975), setelah cacing dewasa, meskipun terjadi pertumbuhan maka pertumbuhannya berlangsung lambat. Faktor lain yang mempengaruhi penurunan biomassa cacing tanah adalah kegiatan reproduksi, karena untuk bereproduksi dibutuhkan energi yang berasal dari aktivitas metabolisme cacing tanah (Gaddie dan Douglass, 1975). Hal ini sesuai dengan hasil jumlah kokon dalam penelitian ini. Ketika pertambahan biomassa cacing pada bulan ke dua menurun, rata-rata produksi kokon pada bulan ke dua justru meningkat.

Untuk mengetahui pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap pertumbuhan cacing tanah Eudrilus eugeniae maka dilakukan analisis ragam One Way Anova. Hasil analisis tertera pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Hasil Uji One Way Anova Pengaruh Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila terhadap Pertambahan Biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

Jumlah

(61)

dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0,01 yang berarti variasi media memberikan pengaruh yang sangat nyata pada pertambahan biomassa cacing tanah. Untuk mengetahui adanya perbedaan rata-rata pertambahan biomassa antarperlakuan maka dilakukan uji lanjut DMRT dengan taraf 5%. Hasil analisis DMRT tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji Lanjut Duncan (DMRT) Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae dengan Perlakuan Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila.

Media N

Nilai alfa (α) = 0.05

1 2 3

B (0% kelapa + 100% rumput) 5 9,8000

C (25% kelapa + 75% rumput) 5 35,4000

D (50% kelapa + 50% rumput) 5 53,6400 E (75% kelapa + 25% rumput) 5 55,8000

A (100% kelapa) 5 56,7400

Sig. 1,000 1,000 0,483

(62)

B. Pengaruh Media terhadap Jumlah Kokon Cacing Tanah Eudrilus

eugeniae.

Pengambilan data jumlah kokon cacing tanah dilakukan setiap akhir bulan selama penelitian yaitu akhir bulan Agustus (Bulan 1) dan akhir bulan September (Bulan 2). Hasil penelitian pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap jumlah kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae tertera pada Gambar 10.

Gambar 10. Histogram Rata-Rata Jumlah Kokon Cacing Tanah Eudrilus eugeniae Selama Penelitian.

Berdasarkan Gambar 10 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah kokon tertinggi terdapat pada media D, yaitu 37,2 butir pada bulan pertama dan 91 butir pada bulan ke dua. Rata-rata jumlah kokon terendah terdapat pada media B, yaitu 1,8 butir pada bulan pertama dan 2,4 butir pada bulan ke dua. Mashur (2001) menyatakan bahwa produksi kokon dipengaruhi oleh jenis media atau pakan serta faktor-faktor lingkungan seperti pH, kelembaban, dan suhu media. Jenis media, kandungan nutrisi media atau pakan sangat mempengaruhi produksi kokon. Rata-rata jumlah

(63)

kokon tertinggi pada media D disebabkan karena kombinasi nutrisi dari kedua media lebih baik untuk reproduksi cacing tanah dibandingkan media serbuk gergaji batang pohon kelapa saja atau media rumput manila saja. Telah disebutkan di atas bahwa serbuk gergaji batang pohon kelapa mengandung karbohidrat, karbohidrat dibutuhkan oleh cacing tanah sebagai nutrisi untuk proses metabolisme cacing tanah. Menurut Garsetiasih (2005: 37), rumput manila mengandung protein sebanyak 14,38%. Berdasarkan teori tersebut maka pada kombinasi kedua media terdapat karbohidrat dan protein sebagai nutrisi cacing tanah. Hasil penelitian Catalan (1981), melaporkan bahwa pakan untuk cacing tanah ada dua golongan, yaitu bahan pakan untuk penggemukkan dan bahan pakan untuk reproduksi. Bahan pakan untuk reproduksi harus mengandung cukup protein karena asam-asam amino dari protein bahan tersebut diperlukan untuk pembentukan gamet, baik gamet jantan maupun gamet betina dari cacing tanah. Hal ini menunjukkan nutrisi media D baik untuk perkembangbiakan cacing tanah karena mengandung protein yang cukup dari kandungan rumput manila.

(64)

terlalu lembab, menggumpal, dan lengket, hal ini terjadi pada media B sehingga menyebabkan banyak cacing tanah yang mati dan keluar dari media.

Gambar 12 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah kokon pada bulan kedua lebih banyak daripada rata-rata jumlah kokon pada bulan pertama. Hal ini diduga karena pada bulan pertama cacing tanah belum mencapai aktivitas reproduksi yang optimal dan nutrisi yang diperoleh lebih diutamakan untuk pencapaian biomassa badan dewasa. Hal ini sesuai dengan penelitian Brata (2003) yang menunjukkan bahwa kokon yang dihasilkan pada fase awal reproduksi masih dalam jumlah yang sedikit. Peningkatan jumlah kokon diikuti oleh penurunan pertambahan biomassa cacing tanah.

Peningkatan jumlah kokon diduga akan terus bertambah jika waktu penelitian ditambah. Hal ini dikarenakan cacing tanah Eudrilus eugeniae

masih aktif untuk bereproduksi. Menurut Viljoen dan Reinecke (1989), produksi kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae dimulai dalam waktu 24 jam setelah kopulasi dan terus berlanjut hingga 300 hari.

(65)

Tabel 7. Hasil Uji Kruskal-Wallis Pengaruh Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila terhadap Jumlah Kokon Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil uji Kruskal-Wallis pengaruh variasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap jumlah kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0,01 yang berarti bahwa variasi media memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae.

C. Pengaruh Media terhadap Bobot Kokon Cacing Tanah Eudrilus

eugeniae.

Pengambilan data bobot kokon dilakukan 2 kali yaitu pada akhir bulan Agustus (Bulan 1) dan akhir bulan September (Bulan 2). Rata-rata bobot kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Bobot Kokon (miligram) Cacing Tanah Eudrilus eugeniae pada Setiap Media Perlakuan Selama Penelitian.

(66)

Rata-rata bobot kokon yang terdapat pada Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata bobot kokon pada ke 5 media tidak terlalu berbeda. Rata-rata bobot kokon hampir sama pada tiap perlakuan yaitu 8,971 miligram sampai 9,245 miligram. Bobot kokon dipengaruhi oleh jenis cacing, setiap jenis cacing mempunyai ukuran kokon yang berbeda dan rata-rata bobot kokon yang berbeda pula. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap bobot kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae maka dilakukan analisis ragam One Way Anova. Hasil analisis tertera pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Hasil Uji One Way Anova Pengaruh Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila terhadap Bobot Kokon Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

Jumlah Kuadrat df

Kuadrat

Rata-rata F Sig. Antar Kelompok 0,000 4 0,000 0,560 0,694 Dalam Kelompok 0,000 20 0,000

Jumlah 0,000 24

(67)

D. Pengaruh Media terhadap Indeks Kokon Cacing Tanah Eudrilus

eugeniae.

Rata-rata indeks kokon dalam penelitian diukur pada akhir bulan ke dua saja. Rata-rata indeks kokon cacing tanah Eudrilus eugeniae pada penelitian ini tertera pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Indeks Kokon (%) Cacing Tanah Eudrilus eugeniae pada Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila.

(68)

tidak beraturan, seperti lemon dan meruncing pada ke dua ujungnya, tekstur kokon berserat, rata-rata kokon berukuran 6 x 3 mm.

Untuk menguji pengaruh variasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap indeks kokon cacing tanah

Eudrilus eugeniae maka dilakukan uji One Way Anova. Hasil uji One Way Anova dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Uji One Way Anova Pengaruh Variasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila terhadap Indeks Kokon (%) Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

Hasil uji One Way Anova pengaruh variasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila terhadap indeks kokon memiliki nilai signifikansi 0,987, nilai signifikansi ini lebih dari 0,01 maka dapat dikatakan bahwa variasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap indeks kokon cacing tanah Eudrilus Eugeniae.

E. Kondisi Lingkungan Saat Penelitian Berlangsung.

Kondisi lingkungan yang diukur dalam penelitian ini adalah suhu media (oC), pH media, dan kelembaban media (%). Pengukuran suhu, pH, dan kelembaban media dilakukan setiap 2 hari sekali.

Jumlah Kuadrat df

Kuadrat

Rata-rata F Sig. Antar Kelompok 8,558 4 2,139 0,083 0,987 Dalam Kelompok 514,545 20 25,727

(69)

a. Suhu Media (oC)

Hasil pengukuran suhu media pemeliharaan cacing tanah Eudrilus eugeniae selama penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini.

Gambar 11. Histogram Suhu Media Cacing Tanah Eudrilus eugeniae Selama Penelitian.

Suhu rata-rata media pemeliharaan selama penelitian yaitu 25-27,2 o

C. hal ini sesuai dengan teori yang didapatkan. Menurut Loehr., dkk., (1985) dalam Jorge Dominguez., dkk., (2001) cacing Eudrilus eugeniae

(70)

juga rendah. Ketika suhu lingkungan panas dan beberapa hari tidak hujan maka suhu media juga akan tinggi.

b. pH Media.

Hasil pengukuran pH media pemeliharaan cacing tanah Eudrilus eugeniae selama penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 12 di bawah ini.

Gambar 12. Histogram pH Media Cacing Tanah Eudrilus eugeniae

Selama Penelitian.

(71)

c. Kelembaban Media.

Hasil pengukuran kelembaban media pemeliharaan cacing tanah

Eudrilus eugeniae selama penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 13 di bawah ini.

Gambar 13. Histogram Kelembaban Media Cacing Tanah Eudrilus eugeniae Selama Penelitian.

(72)

akan sangat basah. Tekstur media B juga menggumpal dan lengket. Pertumbuhan cacing pada media ini terganggu oleh munculnya jamur yang tumbuh pada media, hal ini terjadi pada media B ulangan 2, dan 3. Hal ini disebabkan karena media terlalu basah sehingga jamur tumbuh pada beberapa media.

F. Kualitas Media Setelah Pemeliharaan.

Hasil uji kandungan C/N rasio media pemeliharaan pada awal dan akhir penelitian dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Kandungan C/N Rasio pada Media Awal dan Akhir Penelitian

Hasil uji kandungan C/N rasio menunjukkan bahwa C/N total pada semua media menunjukkan penurunan. Penurunan ini dikarenakan adanya penurunan konsentrasi C-organik dan peningkatan konsentrasi N total. Menurut Parmelee (1990), cacing tanah berperan dalam menurunkan C/N rasio bahan organik, dan mengubah nitrogen tidak tersedia menjadi nitrogen tersedia setelah dikeluarkan menjadi kotoran (kascing).

Media

C-organik (%) N-Total (%) C/N Rasio Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir A (100% kelapa)

54,67 54,92 0,491 1,16 111,55 47,42 B (100% rumput)

42,14 24,48 1,11 3,06 37,83 8,00 C (25% kelapa +

75% rumput) 40,81 33,52 0,42 0,84 97,16 39,90 D (50% kelapa +

50% rumput) 38,87 37,18 0,47 1,02 82,70 36,45 E (75% kelapa +

(73)

Berdasarkan pengamatan kondisi fisik memperlihatkan adanya perubahan pada warna media. Pada awal penelitian media pemeliharaan cacing tanah (kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila) berwarna oranye kehijauan. Tetapi selama konsumsi berlangsung terjadi perubahan warna menjadi coklat kehitaman dan tekstur media menjadi lebih halus dan lebih remah. Hal ini mungkin karena proses pengomposan yang semakin matang. Kematangan kompos dapat diindikasikan dengan semakin menurunnya C/N rasio. C/N rasio menunjukkan substrat yang mudah untuk didekomposisi (Afriansyah, 2010).

C/N rasio pada media C, D, dan E baik untuk vermicomposting. Menurut Djuarnani (2005), nisbah C/N yang baik untuk vermicomposting

(74)
(75)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:

1. Kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa (Cocos nucifera,

L.) dan rumput manila (Zoysia matrella) memberikan pengaruh yang nyata (P<0,01) terhadap pertumbuhan (bobot cacing) cacing tanah

Eudrilus eugeniae. Kombinasi terbaik terdapat pada media 75% serbuk gergaji batang pohon kelapa + 25% rumput manila dengan rata-rata bobot akhir tertinggi yaitu 92,26 gram.

2. Kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa (Cocos nucifera,

L.) dan rumput manila (Zoysia matrella) memberikan pengaruh yang nyata (P<0,01) terhadap produksi (jumlah kokon) cacing tanah

Eudrilus eugeniae. Kombinasi terbaik terdapat pada media 50% serbuk gergaji batang pohon kelapa + 50% rumput manila dengan rata-rata jumlah kokon terbanyak yaitu 91 butir.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

(76)

b) Pada penelitian selanjutnya sebaiknya dibuat media tersendiri untuk pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah pada bulan ke dua, hal ini dilakukan untuk menghindari pengaruh cacing yang stress terhadap penurunan biomassa cacing tanah pada bulan ke dua akibat pembongakaran media pada bulan pertama.

c) Pada penelitian selanjutnya tidak perlu diberikan pakan tambahan pada media, hal ini akan mempengaruhi kandungan nutrisi pada media.

d) Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bobot kokon dan indeks kokon. Apakah terdapat pengaruh antara bobot kokon dan indeks kokon terhadap jumlah juvenile cacing tanah Eudrilus eugeniae yang menetas.

2. Bagi Peternak Cacing

a) Peneliti menyarankan kombinasi media 75% serbuk gergaji batang pohon kelapa + 25% rumput manila untuk meningkatkan pertambahan bobot cacing tanah Eudrilus eugeniae.

(77)
(78)

DAFTAR PUSTAKA

Afriansyah, Budi. 2010. Vermicomposting Oleh Cacing Tanah (Eisena fetida dan

Lumbricus rubellus) Pada Empat Jenis Bedding. Skripsi. Bogor: IPB. Blakemore, Robert, J., 2015. Eco-taxonomic profile of an iconic vermicomposter

the ‘African Nightcrawler’ earthworm, Eudrilus eugeniae (Kinberg, 1867). Jurnal African Invertebrates. Volume 56 Nomor 3. Hlm. 527-548. Pietermaritzburg

Brata, B. 2003. Pertumbuhan, Perkembangbiakkan Dan Kualitas Eksmecat Dari Beberapa Spesies Cacing Tanah Pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda.

Disertasi. Program Pasca Sarjana. Bogor: IPB

Catalan, G.I. 1981. Earthrowrm a New Source of Protein. Philippine Earthworm Center. Hlm. 11-16. Philippines.

Chaudari PS, Bhattacharjee G. 2002. Capacity of various experimental diets to support biomass and reproduction of Perionyx excavates. Biopores Technol. 82: 147-150.

Djuarnani, N., Kristian, dan Budi Dusilo Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta: Agromedia Pusaka.

Dominguez, J., Edwards, C.A. & Ashby, J. 2001. Biology and population dynamics of Eudrilus eugeniae (Kinberg) (Oligochaeta) in cattle waste solid. Jurnal Pedobiologia. Hlm1-15. Diakses pada 19 Juli 2016. Tersedia:

http://jdguez.webs.uvigo.es/wp-contesnt/uploads/2011/10/biology-and-population-dinamics-of-Eudrilus-eugeniae.pdf

Gaddie, R. E, and D. E. Douglass. 1975. Earthworms for Ecology and Profit. Vol. 1 Bookworm Publishing Company. Ontario, California.

Edwards, C.A, Lofty JR. 1972. Biology of Earthworm. London: Chapman and Hall Ltd.

Gambar

gambar di bawah ini.
Gambar 3. Struktur Sistem Pencernaan Cacing Tanah.       (Rukmana, 2008: 19)
Gambar 4. Letak Pembuluh Darah Cacing Tanah.       (Sylvia Mader, 2012)
Gambar 5. Proses Reproduksi Cacing Tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian : bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi beban kerja dengan tingkat stres perawat ruang operasi di RSUP Dr.. Metode Penelitian : Jenis penelitian

; menggunakan ; metode regresi i ; data panel ; yang diuji menggunakan aplikasi eview9.. ; dapat ; dipengaruhi ; dengan ; faktor-

¾ MSK UGM, “Modul Pelatihan Perencanaan Sosial” modul disampaikan dalam pelatihan perencanaan sosial hasil kerjasama MSK UGM dengan Bapenas di MSK, 27 November-9 Desember

terlihat bahwa pada tahapan mendesain perencanaan proyek indikator keterampilan kolaborasi siswa yang muncul terdapat empat indikator yaitu berkontribusi secara aktif

Pada persilangan heterogami Pada persilangan heterogami  Drosophila  Drosophila melanogaster melanogaster strain m♂ x w♀ strain m♂ x w♀ ,, hasil anakan F1, F2, dan

Saya  memberi  kuasa  yang  tidak  akan  berakhir  karena  sebab‐sebab  yang  tercantum  dalam  pasal  1813  KUH  Perdata  kepada  setiap  dokter,  klinik, 

Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan

Kegiatan Promitra tahun akademik 2015/2016 ini dilaksanakan dengan 4 rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan tes kesehatan, pengambilan atribut dan foto pada