• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agrowisata Kopi Luwak di Petang, Badung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Agrowisata Kopi Luwak di Petang, Badung."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dalam Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Periode Februari 2016

AGROWISATA KOPI LUWAK DI PETANG,

BADUNG

OLEH :

I PUTU DEDY SUMANTRA

1204205032

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK

(2)

LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dalam Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Periode Februari 2016

AGROWISATA KOPI LUWAK DI PETANG,

BADUNG

PEMBIMBING :

Dr. Ir. Ni Ketut Ayu Siwalatri., MT.

Ir. I Ketut Muliawan Salain., MT.

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK

(3)
(4)
(5)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN ARSITEKTUR

Jalan Kampus Bukit Jimbaran - Bali

(0361) 703384, 703320 Fax : 703384 www.ar.unud.ac.id

PERNYATAAN

Judul Tugas Akhir : Agrowisata Kopi Luwak di Petang, Badung

Nama : I Putu Dedy Sumantra

NIM : 1204205032

Program Studi : Arsitektur

Periode : Pebruari 2016

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini tidak terdapat karya pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang

pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan di dalam daftar pustaka.

Denpasar, 18 April 2016

(6)

i

ABSTRAK

ABSTRACT

Coffee is a brewed drink that made from roasted coffee beans. In the process of

coffee beans, there are some unique method to procees it such as wet process, dry

process and civet process. Coffee beans that processed by civet, it will produce a

product called civet coffee. Civet coffee is most expensive coffee because its processed by civet naturally and got fermentation in civet’s stomach. Petang is a place with a large of coffee plantation include arabica and robusta coffee. This is

a good way to make a agrotourism that focussed on coffee plantation and use

green architecture concept on its building to improve preservation of coffee

plantation in Petang. This agrotourism hoped can facilitate visitor who want to do

recreation and learn about civet coffee processed.

Keyword : coffee, civet coffee, coffee plantation, agrotourim, green architecture.

ABSTRAK

Kopi merupakan jenis minuman yang berasal hasil sangrai biji tanaman kopi.

Dalam pengolahan biji kopi terdapat berbagai metode pengolahan seperti

pengolahan basah dengan fermentasi ragi, pengolahan kering tanpa fermentasi

serta pengolahan biji kopi dengan menggunakan media hewan luwak sebagai

media fermentasi. Kopi luwak merupakan olahan kopi termahal karena proses

fermentasinya dilakukan secara alami di dalam perut luwak. Di daerah Petang

terdapat banyak perkebunan kopi mencakup kopi arabika dan kopi robusta. Hal

ini memberikan peluang besar dalam pengadaan sebuah agrowisata yang

terfokus pada produk kopi. Agrowisata ini lebih menonjolkan olahan kopi luwak

sebagai olahan utama. Pengadaan sebuah agrowisata yang menerapkan konsep

green arsitektur juga dapat membantu dalam pelestarian perkebunan kopi di

Kecamatan Petang. Agrowisata ini diharapkan mampu memfasilitasi masyarakat

yang ingin berwisata sekaligus menikmati alam perkebunan kopi dan

mempelajari proses pengolahan kopi luwak secara baik dan benar.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat rahmat-Nyalah Laporan Seminar Tugas Akhir Arsitektur mengenai “Agrowisata Kopi Luwak di Petang, Badung” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan bimbingan,

pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan dan

penyelesaian laporan ini khususnya kepada :

1. Bapak Ir. I Wayan Meganada, MS. Ars. selaku Dosen Pembimbing I Mata

Kuliah Seminar Tugas Akhir, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Udayana.

2. Ibu Dr. Ir. Ni Ketut Ayu Siwalatri MT. Selaku Dosen Pembimbing I Mata

Kuliah Studio Tugas Akhir, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Udayana.

3. Bapak Ir. I Ketut Muliawan Salain, MT. selaku dosen pembimbing II Mata

Kuliah Seminar dan Studio Tugas akhir, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Universitas Udayana.

4. Bapar Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP. selaku Dosen Koordinator mata kuliah

Seminar Tugas Akhir

5. Bapak Ir. I Nyoman Surata, MT selaku Dosen Koordinator mata kuliah Studio

Tugas Akhir

6. Keluarga yang selalu memberikan dukungan moral, doa maupun material bagi

kelancaran penyusunan tugas akhir ini

7. Bapak I Wayan Dira selaku pemilik kopi luwak UD. Cipta Lestari Tabanan

yang telah memberikan informasi mengenai kopi luwak beserta proses

pembuatannya.

8. Bapak I Gede Selamet selaku petani kopi di Plaga, Petang yang telah

(8)

iii 9. Sahabat, Wayan Cakra Yudha yang selalu memberikan semangat dalam

mengerjakan studio tugas akhir ini.

10.Sahabat seperjuangan, Nadia, Ayuk, Bella, Betha, Tari, Jerry dan Adhi yang

selalu memberikan dukungan dan saran dalam mengerjakan tugas akhir ini.

11.Rekan, Angga Wiyana, Ewik, Trisa yang selalu memberikan solusi dalam

mengerjakan tugas akhir ini.

12.Teman-teman arsitektur Udayana 2012 serta rekan-rekan lain yang telah

membantu penyelesaian laporan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi laporan

ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 18 April 2016

Penulis

I Putu Dedy Sumantra

(9)

DAFTAR ISI

BAB II PEMAHAMAN AGROWISATA KOPI LUWAK ... 6

2.1 Pemahaman Tentang Agrowisata ... 6

2.4 Pemahaman Mengenai Pengolahan Kopi luwak ... 16

2.5 Studi Banding dengan Pusat Pengolahan Kopi Sejenis ... 17

2.5.1 UD. Cipta Lestari Tabanan ... 17

2.5.2 Pengolahan Kopi Kintamani Desa Catur Bangli ... 20

2.5.3Doi Chaang Coffee and Wild Civet Coffee ... 22

2.5.4 Kesimpulan dari Studi Banding ... 24

2.5 Spesifikasi Umum Pusat Pengolahan Kopi ... 25

2.6.1 Pengertian, Fungsi dan Tujuan ... 25

2.6.2 Kegiatan ... 25

2.6.3 Fasilitas ... 26

2.6.4 Sistem Pengelolaan ... 26

(10)

v

3.1 Studi Pengadaan Wilayah Perencanaan ... 28

3.1.1 Kondisi Kabupaten Badung Sebagai Wilayah Perencanaan ... 29

3.1.2 Studi Pengadaan Lokasi Perencanaan ... 33

3.3 Spesifikasi Khusus Pengolahan Kopi Luwak di Petang, Badung ... 42

BAB IV TEMA DAN PEMROGRAMAN ... 46

4.1 Tema ... 46

4.1.1 Pendekatan Pemilihan Tema ... 46

4.1.2 Penentuan Tema ... 46

5.1.4 Konsep Bentuk Massa Bangunan ... 91

5.1.5 Konsep Sirkulasi dan parkir ... 93

(11)

5.1.7 Konsep Utilitas Tapak ... 98

5.2 Konsep Perancangan Bangunan ... 102

5.2.1 Konsep Entrance Bangunan ... 102

5.2.2 Konsep Zoning Bangunan ... 104

5.2.3 Konsep Ruang Dalam Bangunan ... 106

5.2.4 Konsep Tampilan Bangunan ... 107

5.2.5 Konsep Struktur Bangunan ... 110

5.2.6 Konsep Utilitas Bangunan ... 113

(12)

vii

Gambar 2.7 Alat Tester Kopi UD. Cipta Lestari Tabanan... 19

Gambar 2.8 Pekerja pada UD. Cipta Lestari Tabanan ... 19

Gambar 2.9 Ruang Pemasaran dan Gudang Kopi ... 20

Gambar 2.10 Entrance Agrowisata Bhuana Amertha Sari ... 20

Gambar 2.11 Bhuana Amertha Sari ... 21

Gambar 3.5 Air terjun Nungnung dan Jembatan Tukad Bangkung ... 37

Gambar 3.6 Diagram Tujuan Agrowisata Kopi Luwak ... 43

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pengolahan Kopi Luwak di Petang ... 50

(13)

Gambar 4.10 Hubungan Ruang Mikro Ruang Penunjang ... 67

Gambar 4.20 Topografi Tapak, Hidrologi, Drainase Tapak ... 79

Gambar 4.22 View Ke Luar Tapak ... 86

Gambar 5.10 Jaringan Telepon pada Tapak ... 100

Gambar 5.11 Jaringan Pemadam Kebakaran pada Tapak... 101

Gambar 5.12 Entrance Bangunan Utama ... 103

Gambar 5.13 Konsep Zoning Ruang Bangunan ... 105

Gambar 5.14 Konsep Ruang Dalam pada Ruang Bangunan ... 109

Gambar 5.15 Tampilan Bangunan Produksi dan Green House ... 110

(14)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Kopi Arabika dan Kopi Robusta ... 10

Tabel 2.2 Perbandingan Proyek Sejenis ... 25

Tabel 3.1 Kecamatan di Kabupaten Badung beserta Luas Wilayahnya tahun 2013 ... 30

Tabel 3.2 Statistik Wisnus dan Wisman ... 31

Tabel 3.3 Wilayah Pembangunan Kabupaten Badung ... 32

Tabel 3.4 Luas Wilayah Pengembangan Tanah Tiap Desa pada Kecamatan Petang ... 35

Tabel 3.5 Luas Tanam Kopi Serta Hasil Produksi Kopi di Kecamatan Petang ... 37

Tabel 3.7 Rekomendasi terhadap Hambatan dan Tantangan ... 41

Tabel 4.1 Program Performansi Pengolahan Kopi Luwak di Petang, Badung ... 54

Tabel 4.2 Studi Kapasitas Area Pengelola ... 58

Tabel 4.3 Program Arsitektural Pengolahan Kopi Luwak di Petang Badung ... 59

Tabel 4.4 Rekapitulasi Luasan Ruang ... 65

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

Untuk memberikan gambaran umum dari isi laporan ini, maka bab ini akan

menjelaskan tentang latar belakang yang mendukung lahirnya pengadaan suatu agrowisata

kopi luwak dengan masalah dan tujuan yang ingin dicapai

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Tak terkecuali

di bidang perkebunannya. Salah satu hasil perkebunan di Indonesia yang dapat dikagumi

adalah kopi. Di dunia perkopian internasional, posisi Indonesia dinilai cukup strategis

karena Indonesia merupakan negara pengekspor kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan

Vietnam. Produktivitas kopi Indonesia mencapai 1.250 ton per tahun lebih rendah bila

dibandingkan dengan Vietnam 22.000 ton pertahun dan Brazil 50.826 pertahun

(International Coffee Organization, 2012). Kopi di Indonesia memiliki keragaman nama

(16)

2

dan kopi Bali. Namun dari keragaman nama tersebut, di Indonesia sebenarnya memiliki

dua jenis kopi yaitu kopi Arabika dan kopi robusta (Setiawati, 2007 : 2).

Kopi Luwak dikenal sebagai kopi yang paling mahal dan khas, yang sampai

sekarang diproduksi dalam jumlah terbatas (Puslitkoka, 2015). Keistimewaan dari kopi

luwak adalah sebelum kopi menjadi kering, biji kopi telah melewati pencernaan di dalam

perut luwak jenis Paradoxorus hermaphroditus, salah satu jenis Luwak Indonesia.

Menurut data Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia tahun 2015, harga kopi luwak

arabika Jawa mentah dapat mencapai 40$ atau sekitar Rp. 480.000,00 per kg. Harga yang

mahal ini dikarenakan rasa dan kualitas dari kopi luwak berbeda dengan kopi non-luwak

lainnya.

Petang merupakan daerah Kecamatan yang berlokasi di Kabupaten Badung dan

memiliki tujuh Desa diantaranya Desa Carangsari, Desa Getasan, Desa Pangsan, Desa

Petang, Desa Sulangai, Desa Pelaga dan Desa Belok. Luas areal Petang adalah 115 Km2

dan areal perkebunannya mencapai 2.166 Ha (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2014).

Kecamatan Petang merupakan daerah dingin dan sejuk sehingga cocok dalam area tumbuh

tanaman kopi. Areal tanam kopi di Kecamatan Petang 1.758,08 Ha dan produksinya

mencapai 416,68 ton (Petang dalam Angka, 2014). Desa Pelaga dan Desa Belok adalah

dua Desa yang memiliki luas tanam dan produksi kopi terbanyak mencapai 70% dari

totalnya. Hal ini menjadikan profesi petani kopi sebagai profesi terbanyak di Desa Pelaga

dan Desa Belok. Hasil produksi kopi yang melimpah ini menjadikan Petang sebagai

penghasil kopi kelima terbesar di Bali. Petang juga memiliki pemandangan perkebunan

dan alamnya yang sangat indah. Seharusnya pemandangan indah perkebunan kopi ini

dimanfaatkan dengan baik dengan pengadaan sebuah agrowisata kopi.

Agrowisata kopi merupakan salah satu cara dalam pelestarian lingkungan

perkebunan kopi. Agrowisata kopi luwak ini menerapkan sistem luwak dikandangkan

dengan pohon kopi secara langsung. Agrowisata ini diharapkan dapat mampu

memfasilitasi masyarakat yang ingin berwisata sekaligus menikmati alam perkebunan kopi

(17)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang didapat berdasarkan latar belakang adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana spesifikasi umum dari sebuah agrowisata kopi luwak?

b. Bagaimana spesifikasi khusus dari pengadaan agrowisata kopi luwak di Petang?

c. Bagaimana tema perancangan dan pemrograman ruang dari pengadaan agrowisata

kopi luwak di Petang?

d. Bagaimana konsep perancangan yang dapat ditransformasikan ke dalam wujud fisik

bangunan agrowisata kopi luwak di Petang?

1.3 Tujuan

Tujuan yang didapat berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat adalah

sebagai acuan dalam mendesain agrowisata kopi luwak di Petang, Badung yang kemudian

dapat ditransformasikan pada tahapan desain fisik agrowisata kopi luwak ini yang meliputi

penentuan spesifikasi umum dan spesifikasi khusus, penentuan tema, perancangan dan

pemrograman ruang serta identifikasi terhadap konsep-konsep dalam perancangan

agrowisata kopi luwak di Petang, Badung.

1.4 Metode Perancangan

Metode perancangan yang digunakan mengikuti metode perancangan yang merujuk

pada teori proses perancangan lima langkah. Proses perancangan lima langkah terdiri dari :

permulaan, persiapan, pembuatan usulan, evaluasi dan tindakan. (Snyder, 1984 : 60). Pada

proses ini juga akan terjadi proses umpan balik yang menyempurnakan hasil dari

masing-masing proses tersebut. Lima tahapan proses tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tahap Permulaan

Tahap permulaan merupakan proses penjabaran mengenai seluruh permasalahan yang

harus dipecahkan. Pada perancangan agrowisata kopi luwak di Petang proses ini

terdapat pada Bab I yaitu latar belakang, rumusan masalah dan tujuan. Proses

permulaan ini merupakan batasan sampai dimana permasalahan pada agrowisata kopi

luwak ini akan dipecahkan mulai dari segi fisik hingga non fisik. Dari proses

permulaan awal ini akan ditentukan seluruh informasi yang harus dikumpulkan untuk

(18)

4

2. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap pengumpulan dan analisis data mengenai

permasalahan yang harus dipecahkan. Pada perancangan agrowisata kopi luwak di

Petang tahap ini ada pada Bab II dan Bab III yaitu pemahaman mengenai proyek yang

ditinjau dari berbagai pustaka-pustaka, studi banding ke proyek sejenis serta studi

pengadaan proyek yang berkaitan dengan tinjauan lokasi.

Pada pengumpulan data terdapat dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk

menjawab masalah atau tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian eksploratif,

deskriptif, maupun kausal (Hermawan, 2005 :168). Data primer dapat diperoleh

melalui wawancara mengenai proses pengolahan kopi luwak kepada Bapak I Wayan

Dira selaku pemilik industri dan wisata kopi luwak UD. Cipta Lestari di Tabanan,

Bapak Gede Selamet sebagai salah satu petani kopi di Petang dan observasi mengenai

lokasi dan tapak untuk agrowisata kopi luwak di Petang. Data sekunder merupakan

struktur data historis mengenai variabel-variabel yang telah dikumpulkan dan dihimpun

sebelumnya oleh pihak lain (Hermawan, 2005 : 168). Data sekunder diperoleh dari

studi literatur melalui buku-buku, koran, internet serta data instansional mengenai

peraturan yang berkaitan dengan pengadaan agrowisata kopi luwak di Petang.

3. Tahap Pembuatan Usulan

Tahap pembuatan usulan merupakan tahapan pengajuan usulan terhadap permasalahan

yang telah dirumuskan berdasarkan data yang ada dan hasil analisis. Pada perancangan

agrowisata kopi luwak di Petang tahapan tersebut ada pada Bab IV dan Bab V yaitu

pada penentuan tema, pemrograman dan konsep. Dari konsep tersebut akan dilanjutkan

pada rancangan akhir yang akan dikerjakan pada studio tugas akhir. Pada studio

tersebut juga akan terdapat proses evaluasi dan proses umpan balik.

4. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahapan penilaian terhadap usulan-usulan yang telah dibuat.

Tahap evaluasi sebenarnya sudah terdapat pada tahapan konsep-konsep perancangan

yaitu mengevaluasi konsep-konsep yang telah dibuat agar sesuai dengan tema dari

(19)

5. Tahap Tindakan

Tahap tindakan merupakan tahapan desain pra rancangan dan detail rancangan.

Tahapan tersebut akan dilalui pada saat memasuki studio tugas akhir. Diagram dari

proses kerja dalam laporan perancangan agrowisata kopi luwak di Petang, Badung akan

digambarkan pada Gambar 1.1.

JUDUL & IDE AWAL PERMULAAN

PERSIAPAN

(FUNGSIONAL – PERFORMANSI –

ARSITEKTURAL)

PROGRAM

TAPAK

KONSEP PERANCANGAN

KONSEP TAPAK ( ENTRANCE, ZONING, R. LUAR DAN UTILITAS) KONSEP BANGUNAN ( ENTRANCE, ZONING, BENTUK MASA,

RUANG DALAM, TAMPILAN BANGUNAN, STRUKTUR

BANGUNAN DAN UTILITAS)

DESAIN

(20)

6

BAB II

PEMAHAMAN TERHADAP AGROWISATA KOPI LUWAK

Untuk mengetahui dan memahami maksud dari tujuan pengadaan agrowisata kopi

luwak, maka dari itu pertama-tama perlu dibuat suatu pemahaman terhadap proyek.

Pemahaman terhadap proyek meliputi pemahaman tentang agrowisata, pemahaman tentang

kopi secara umum, pemahaman tentang luwak, pemahaman tentang pengolahan kopi

luwak, studi banding ke proyek sejenis, serta spesifikasi umum tentang agrowisata kopi

luwak.

2.1 Pemahaman Tentang Agrowisata

Terdapat berbagai pengertian mengenai agrowisata yang ditulis dalam berbagai

sumber, antara lain :

1. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian

(21)

2. Agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk

pengembangan pariwisata sekaligus pertanian dalam kaitannya dengan pelestarian

lingkungan dan peningkatan kesejahteraan petani. (Sutjipta, 2001)

3. Agritourism is basically where agriculture and tourism intersect, as farms and ranches

invite the public onto their property to experience the out of doors, the leisure pace,

and the healthy and nutritious produce that is only possible when it is fresh picked at

the peak of perfection.

Artinya : Agrowisata merupakan pergabungan antara perkebunan dan wisata rekreasi,

mengajak pengunjung untuk menikmati wisata perkebunan mereka secara out-door

kemudian melakukan pemetikan produk perkebunan langsung secara alami dan sehat.

(Eckert, 2015)

Dapat disimpulkan bahwa agrowisata merupakan kegiatan wisata perkebunan

dimana pengunjung diajak untuk merasakan nuansa perkebunan alami serta menikmati

langsung produk perkebunan tersebut.

2.2 Pemahaman Mengenai Kopi

Dalam pemahaman mengenai kopi akan dibahas terkait pemahaman kopi secara

umum serta pemahaman mengenai kopi luwak.

2.2.1 Pemahaman Mengenai Kopi Secara Umum

Kopi adalah minuman yang diekstrasi dari penyangraian biji kopi dan berasal dari

pohon kopi. Dua varietas pohon kopi yang dikenal oleh masyarakat secara umum yaitu

Kopi Robusta (Coffea Canephora) dan Kopi Arabika (Coffea Arabica).

Klasifikasi kopi secara ilmiah termasuk dalam Kingdom Plantae, Ordo Gentianales,

Famili Rubiaceae, Upafamili Ixoroideae, Bangsa Coffeeae, dan Genus Coffea. Dalam

sejarahnya kopi sebenarnya bermula di Afrika. Era penemuan biji kopi dimulai sekitar

tahun 800 SM. Pada saat itu banyak orang Etiopia mengonsumsi biji kopi yang

dicampurkan dengan lemak hewan dan anggur untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh

dan protein. Penemuan kopi sebenarnya tidak sengaja, ketika pengembala bernama Khalid

(seorang Abyssinia) mengamati kawanan kambing gembalanya yang tetap terjaga bahkan

(22)

8 dan memakannya dengan cara konvensional hingga akhirnya kebiasaan ini berkembang

dan menyebar ke berbagai negara di Afrika hingga ke dunia.

Di arab sendiri biji kopi tidak hanya dimasak namun juga direbus untuk diambil

sarinya. Pada abad ke-13 umat muslim banyak mengonsumsi kopi sebagai minuman

penambah energi saat beribadah di malam hari. Kepopulerannya pun turut meningkat

seiiring dengan penyebaran agama islam pada saat itu.

Biji kopi dibawa masuk ke Eropa pertama kali secara resmi pada tahun 1615 oleh

saudagar Venesia. Ia mendapatkan pasokan biji kopi dari orang Turki, namun jumlah ini

tidaklah mencukupi kebutuhan pasar. Oleh kerena itu, bangsa Eropa mulai

membudidayakannya pada tahun 1616. Dari sinilah dimulai perkembangan budidaya

tanaman kopi di Eropa. Kemudian pada tahun 1690, biji kopi dibawa ke Pulau Jawa untuk

dikultivasi secara besar-besaran. Pada saat itu, Indonesia masih merupakan negara jajahan

kolonial Belanda.

Kopi memiliki berbagai jenis, nama dan varietas. Dari sekian banyak biji kopi yang

dijual di pasaran, hanya terdapat dua jenis varietas utama yaitu kopi Arabika dan kopi

robusta yang masing-masing varietas ini memiliki keuikannya masing- masing dan

pasarnya sendiri. (https//en.wikipedia.com/coffee.html, diakses tanggal 7 Oktober 2015)

A. Kopi Arabika –Coffea abarica L.

Kopi Arabika atau yang di dalam dunia

ilmiahnya dikenal dengan nama Coffea arabica

termasuk dalam suku kopi-kopian. (Setiawati, 2007 :

6) Tanamannya merupakan perdu yang tinggi dan

bisa mencapai 10 m apabila tidak dipangkas.

Batangnya berwarna agak kelabu dan

bercabang-cabang banyak. Daunnya bundar telur memanjang

dengan bagian ujung yang runcing. Warna daun

hijau, mengkilap pada permukaan atasnya. Sketsa

bentuk tanaman kopi arabika dapat dilihat pada

Gambar 2.1. Bunganya tersusun dalam bulir yang

keluar dari ketiak daun cabang yang mekar secara

bergiliran. Warna bunganya putih bersih, harum

(23)

baunya. Buahnya adalah buah batu, berwarna hijau pada waktu muda dan merah

keungu-unguan bila telah masak, dan berubah hitam sesudah dikeringkan.

Jenis ini tumbuh baik pada tanah yang gembur dan mengandung banyak humus.

Curah hujan harus cukup dengan masa kering 3-4 bulan. Kopi Arabika sangat peka

terhadap penyakit cacar daun, Hemelia Vastatrix. Penyakit ini terutama menyerang

pertanaman kopi di dataran rendah sampai kepada ketinggian 1000 m dpl. Oleh karena itu

kopi Arabika umumnya ditanam di daerah pegunungan pada ketinggian 1000-1700 m dpl.

(Setiawati, 2007 : 5).

B. Kopi Robusta –Coffea canephora Pierre ex Froehner.

Di Indonesia selain kopi arabika, ditanam pula kopi robusta. Nama botaninya yang

lama ialah Coffea Robusta, yang berasal dari kata “robust” yang berarti kekar, tercermin

pada perawakannya yang kokoh dan kuat. Nama baru untuk jenis ini adalah Coffea

Canephora.

Di perkebunan tingginya biasanya tidak lebih

dari 4 m karena selalu dipangkas. Apabila tidak

dipangkas tinggi pohon bisa mencapai 2-3 kali lipat.

Batangnya lebih besar bila dibandingkan dengan

batang kopi arabika. Sketsa bentuk pohon arabika

dapat dilihat pada Gambar 2.2. Daunnya berbentuk

lonjong, lebar, dengan bagian pangkal yang tumpul

atau membundar, sedangkan ujungnya meruncing.

Bunganya muncul pada cabang-cabang yang

mendatar, menggerombol, umumnya terdiri atas 2-4

bunga yang tak bertangkai pada setiap gerombol.

Warna bunga putih dan baunya sangat harum.

Buahnya termasuk buah batu, berwarna merah coklat

kebiruan kalau sudah masak.

Seperti juga kopi arabika, kopi ini dapat diperbanyak dengan biji, setek atau

sambungan. Bibit kopi ditanam dalam lubang-lubang dengan jarak 2.5 x 2.5 atau 3 x 3 m.

Pemangkasan juga diperlukan untuk mengatur produksi, dan membentuk pohon yang Gambar 2.2 Sketsa pohon kopi Robusta

(24)

10 serasi, untuk mempermudah pemetikan atau untuk tujuan peremajaan. Tanaman peneduh

juga diperlukan, misalkan lamtoro, sengon dan lain-lain. (Setiawati, 2007 : 6).

Kopi Arabika dan kopi robusta memiliki perbedaan yang khas, mulai dari bentuk

pohon hingga rasa dari kopi itu sendiri. Secara detail perbedaan dari kopi Arabika dan kopi

robusta dapat dilihat di Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perbedaan Kopi Arabika dan Kopi Robusta

ARABIKA ROBUSTA

Tahun Ditemukan 1753 1895

Kromosom (2n) 44 22

Waktu dari berbunga sampai berbuah 9 bulan 10-11 bulan

Berbunga Setelah hujan Tidak tetap

Buah matang Jatuh Di pohon

Produksi (kg/ha) 1500 -3000 2300 – 4000

Akar Dalam Dangkal

Temperatur optimal (rata2 /tahun) 15-24oC 24-30oC

Curah hujan Optimal 1500 2000 mm 2000-3000 mm

Pertumbuhan maksimum 1000-2000 m 0-700 m

Kandungan Kafein 0.8 – 1.4 % 1.7-4.0 %

Bentuk biji Datar Oval

Karaktek rebusan Asam Pahit

Sumber International Coffee Organization 2015

2.2.2. Pemahaman Kopi Luwak.

Kopi luwak merupakan kopi yang memiliki harga yang cukup tinggi di pasaran

baik tingkat lokal, regional maupun internasional. Kopi luwak (Civet Coffee) adalah jenis

kopi dari biji kopi yang telah dimakan oleh binatang sejenis musang bernama luwak

(Paradoxurus Hermaphodirus), buah kopi tersebut kemudian mengalami proses fermentasi

secara alami di dalam sistem pencernaan luwak (Aysah, 2013). Bentuk kotoran luwak

sebagai bahan utama kopi luwak dapat dilihat pada Gambar 2.3.

(25)

Proses fermentasi alami yang terjadi dalam perut luwak mengakibatkan terjadinya

perubahan komposisi kimia pada biji kopi dan meningkatkan kualitas rasa kopi, karena

selain berada pada suhu fermentasi optimal juga dibantu dengan enzim dan bakteri yang

ada pada pencernaan luwak. Kopi luwak mengandung kafein yang sangat rendah hanya

0.5-1 persen. Rendahnya kadar kafein kopi luwak ini disebabkan oleh proses fermentasi

dalam sistem pencernaan luwak yang mampu mengurangi kadar kafein kopi sehingga

dapat menciptakan kenikmatan pada kopi luwak dan aroma yang sangat harum.

Kopi luwak ini telah terkenal sampai luar negeri. Kopi ini sangat terkenal karena

harganya yang sangat mahal. Di hongkong sekitar Rp. 300.000,00 – Rp. 400.000,00 di

Jerman sekitar Rp. 240.000,00 di Denpasar Bali sekitar Rp 250.000,00 sementara di

Inggris kopi luwak dijual dengan harga hampir Rp 1.000.000,00 per cangkirnya (Buldani,

2011)

Melihat hal inilah banyak masyarakat yang mulai untuk mengembangkan

penangkaran luwak sebagai agrowisata kopi luwak. Jika luwak dibiarkan dikurung dalam

kandang kecil dan dipaksa untuk memakan biji kopi tanpa kehendak dari luwak tersebut

maka luwak akan merasa stress dan terluka jika dikurung dalam kandang. Untuk itu lah

sebuah program anti penangkaran luwak untuk kopi luwak liar sebenarnya lebih efektif

untuk mendapatkan kopi luwak yang berkualitas. Luwak tidak dipaksa dan dilepaskan

untuk memilih dan menyortir biji kopi pada pohon kopi langsung. Sehingga akan

didapatkan kualitas biji kopi luwak yang lebih bermutu. Hal inilah yang mulai

dikembangkan oleh world animal protection dalam kampanyenya yang berjudul Civet

coffee: campaigning for cage-free. Kampanye ini menyatakan bahwa luwak yang

dimanfaatkan untuk produksi kopi luwak tidak sebaiknya dikurung dalam kandang kecil

karena hal ini akan membuat luwak stres dan mudah mati.

2.3 Pemahaman Mengenai Hewan Luwak

Dalam pemahaman mengenai hewan luwak akan dijabarkan beberapa poin penting mulai dari ciri-ciri hewan luwak, kebiasaan hingga status konservasi dari hewan luwak.

1. Ciri-ciri

Musang Luwak adalah hewan menyusu (mamalia) yang termasuk ke dalam suku

musang dan garangan (Viverridae). Nama ilmiah musang luwak adalah Paradoxurus

(26)

12 Malaysia dikenal dengan musang pulut. Musang luwak memiliki tubuh sedang

dengan panjang total sekitar 90 cm termasuk ekor. Musang luwak memiliki warna

abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam coklat mulus. Wujud dari musang luwak

dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Musang luwak memiliki sisi tubuh atas abu kecoklatan dengan variasi coklat merah

tua hingga kehijauan. Pada areal punggung biasanya terdapat jalur tiga atau lima

garis gelak yang terputus-putus membentuk deretan bintik besar. Sisi samping dan

bagia perut musang luwak lebih pucat dari sisi atasnya. Wajah , kaki dan ekor

musang luwak berwarna coklat gelap hingga hitam. Dahi dan sisi samping wajah

hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan layaknya uban. Untuk posisi

kelamin musang betina dekat dengan anus dan memiliki tiga pasang puting susu,

sedangkan posisi kelamin musang jantan dekat dengan pusar musang tersebut.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Musang_luwak, diakses 28 November 2015)

2. Jenis kekerabatan dan Penyebarannya

Musang luwak memiliki nama ilmiah Paradoxurus hermaphroditus. Ada empat

spesies musang dari marga Paradoxurus, antara lain:

a. Paradoxurus hermaphroditus, musang luwak, yang menyebar luas mulai

dari India dan bagian utara Pakistan di barat, Sri Lanka, Bangladesh, Burma, Asia

Tenggara, Tiongkok selatan, Semenanjung Malaya hingga ke Filipina. Gambar 2.4 Hewan Luwak

(27)

b. Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka.

c. Paradoxurus jerdoni, menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India selatan.

d. Paradoxurus lignicolor, menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Musang_luwak, diakses 28 November 2015)

3. Habitat

Musang luwak sebenarnya dapat hidup di berbagai habiatat termasuk di areal

perkotaan seperti taman, perkebunan dan kebun buah-buahan. Namun secara alami

habitat luwak adalah di daerah tropis dan sub tropis. Habitat luwak bergantung

kepada ketersediaan makanan dan ketersediaan ruang bagi mereka untuk

bergelantungan dan beristirahat seperti di pohon, cekungan batu dan di dedaunan

lebat. Luwak bersifat arboreal yaitu hewan yang menghabiskan waktu mereka di

pohon-pohon besar. Luwak lebih memilih pohon-pohon dengan buah yang banyak

serta daun yang lebat sehingga mereka dapat bersembunyi untuk berlindung dari

musuh.

(http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Paradoxurus_hermaphroditus/,

diakses 28 November 2015)

4. Reproduksi

Luwak merupakan hewan nocturnal yaitu hewan yang aktif pada malam hari. Pada

malam hari mereka bergerak secara rahasia sehingga perilaku perkawinan mereka

belum diketahui pasti. Musang luwak memiliki daun telinga sebagai tanda hewan ini

adalah Vivipar yaitu hewan yang melahirkan anaknya. Musang luwak biasanya

berkumpul dan beristirahat pada pohon atau tempat yang sama untuk melakukan

perkawinan dalam jangka waktu 1-15 hari. Luwak menemukan pasangannya

menggunakan tanda aroma dari kelenjar anal mereka. Musang luwak memiliki masa

kehamilan dua bulan. Kemudian luwak melahirkan 2-5 anak pada cekungan pohon.

Masing-masing anak luwak yang baru lahir memiliki berat berkisar 80 gram dan pada

hari ke-11 setelah dilahirkan, mata anak luwak sudah dapat terbuka. Selama 3 bulan

luwak akan mengalami pertumbuhan yang cepat namun belum siap untuk

(28)

14 bergantung kepada cuaca, ketersediaan makanan dan predator. Secara alami luwak

dapat hidup 15 sampai 24 tahun.

(http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Paradoxurus_hermaphroditus/,

diakses 28 November 2015)

5. Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan Luwak

Predator dan ketersediaan pangan merupakan faktor utama dari keberlangsungan

hidup musang luwak. Luwak merupakan hewan nocturnal yaitu hewan yang aktif

pada malam hari. Kebiasaan luwak untuk mencari makan aktif mulai senja hingga

fajar. Ketika senja luwak akan mencari makanan dari pohon satu ke pohon lainnya.

Pada siang hari luwak memilih untuk beristirahat tidur pada pohon atau dedaunan

lebat. Luwak sangat pandai memanjat pohon karena memiliki cakar yang tajam.

Namun gerak luwak sebenarnya tidak lincah dikarenakan mereka memiliki ekor yang

panjang dan berlekuk. Karena gerak yang lambat inilah luwak tidak pandai

melompat. Mereka lebih senang berpindah dari pohon satu ke pohon lainnya dengan

melewati cabang-cabang.

Makanan luwak sebenarnya bukan kopi saja. Luwak merupakan hewan Omnivora

yaitu hewan yang memakan buah dan daging. Selain biji kopi luwak juga suka makan

buah-buahan dan getah bunga pohon aren (Arenga pinnata), Nektar dari bunga pohon

kapas (Ceiba petandra). Musang luwak juga pemakan daging dalam artian bukan

daging sembarangan, melainkan tikus, serangga, cacing, kalajengking, reptil, siput,

dan burung. Namun secara alami luwak lebih suka makan buah-buahan terlebih lagi

buah kopi yang matang.

(http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Paradoxurus_hermaphroditus/,

diakses 28 November 2015)

6. Status Konservasi Luwak

Luwak sebenarnya belum dianggap dalam bahaya kepunahan namun di daerah asli

mereka seperti Malaysia , India dan Cina, mereka memiliki perlindungan hukum. Di

India luwak dilindungi oleh Undang-Undang Perlindungan Satwa Liar India. Namun

penggunaan luwak dalam agrowisata kopi luwak sebenarnya mendapat kecaman

(29)

justru menyiksa luwak dari kehidupan alaminya. Beberapa sayembara dari World

Animal Protection adalah melindungi luwak dari sistem penangkaran kandang karena

dianggap hanya memanfaatkan luwak tanpa menghargai kehidupan luwak sendiri.

(http://www.worldanimalprotection.org/our-work/animals-wild/civet-coffee-campaigning-cage-free. Diakses Tanggal 8 Oktober 2015.)

7. Luwak dalam Agrowisata Kopi Luwak

Pemanfaatan luwak dalam agrowisata kopi luwak sebenarnya sangat menjaminkan.

Luwak dapat mencium buah kopi matang yang bermutu yang kemudian dimakan dan

mengalami fermentasi di dalam perutnya. Fermentasi pada perut luwak diuraikan

oleh enzim Proteolitik.. Hal ini menunjukan bahwa sekresi endogen pencernaan

luwak meresap ke dalam kopi dan memecahkan kandungan protein yang terdapat

pada biji kopi. Hasilnya adalah biji kopi yang melewati fermentasi di dalam perut

luwak memiliki kandungan cafein yang lebih rendah serta low acid. Kopi yang

dihasilkan justru sangat aman bagi lambung, dapat melancarkan peredaran darah,

serta meningkatkan kinerja otak. Hal inilah yang membuat harga dari kopi luwak

melambung karena kandungan kopi luwak lebih baik daripada kopi biasa. Dalam hal

pemberian makanan luwak sebenarnya membutuhkan 5 kilogram termasuk 2

kilogramnya adalah biji kopi. Dari 1 kilogram biji kopi yang dikonsumsi dapat

menghasilkan 0.3-0.4 kg biji kopi luwak.

(media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf, diakses 28

November 2015)

Dalam perawatan luwak liar sebenarnya cukup sulit dikarenakan luwak dilepas dalam

kehidupan alaminya dan tidak dapat dikontrol dalam produksi feses luwaknya.

Namun hasil yang didapat justru akan berbeda jauh dari luwak dalam penangkaran.

Dalam perawatan luwak yang paling utama adalah pemberian vaksin setiap tahun

untuk mencegah penyakit-penyakit yang berbahaya. Setiap luwak liar sebaiknya

diberikan gelang sebagai tanda telah diberikan vaksin. Dalam pemberian pakan,

harus menyediakan pakan cadangan berupa buah-buahan. Dikarenakan buah kopi

matang panen satu tahun sekali ( Juni – November) maka diluar dari bulan tersebut,

luwak harus diberi makan buah-buahan. Dalam pemeliharaan luwak liar, luwak harus

(30)

16

2.4 Pengolahan Kopi Luwak

Kopi luwak memanfaatkan bantuan dari luwak untuk proses fermentasi. Proses

fermentasi ini berlangsung di dalam perut luwak sehingga dihasilkan kotoran luwak.

Kotoran luwak inilah yang akan diolah menjadi tepung kopi luwak. Beberapa tahapan

kopi luwak mulai dari fermentasi oleh luwak sendiri hingga proses pembentukan tepung

kopi.

a. Tahap Fermentasi dalam tubuh luwak

Tahap ini dilakukan oleh luwak sendiri melalui proses sortiran terhadap buah kopi

Arabika matang yang masih berada di pohon kopi. Kopi yang disortir oleh luwak

akan memiliki kualitas yang lebih baik dari sortiran petani karena penciuman luwak

yang tajam. Setelah luwak memakan buah kopi matang tejadilah fermentasi di

dalam tubuh luwak. Waktu yang dibutuhkan luwak untuk membuat kotoran dari

buah kopi tersebut kurang lebih 8-12 jam. Kotoran inilah yang akan diolah oleh

petani kopi.

b. Tahap pencucian dan penjemuran kotoran luwak

Setelah luwak membuat kotoran kemudian para petani kopi mengumpulkan

gumpalan-gumpalan kotoran ini. Kotoran yang dikeluarkan oleh luwak berupa

gumpalan-gumpalan yang terdiri dari biji kopi yang tidak tercerna bercampur

dengan lendir. Biji kopi atau kotoran luwak (Brenjel Raw) tersebut kemudian

dijemur dibawah terik panas matahari (Full Sun Drying) hingga kadar air tersisa

20% – 25%.

c. Penyangraian

Proses sangrai dilakukan pada kopi luwak yang kering dengan kisaran suhu sangrai

yang umum adalah antara 195 sampai 205oC. Waktu penyangraian bervariasi mulai

dari 7 sampai 30 menit tergantung pada suhu dan tingkat sangrai yang diinginkan.

Suhu 190 –195 oC untuk tingkat sangrai ringan (warna coklat muda), Suhu 200 –

205 oC untuk tingkat sangrai medium (warna coklat agak gelap), Suhu di atas 205

o

(31)

d. Penghalusan Biji Kopi Sangrai

Biji kopi sangrai dihaluskan dengan alat penghalus (grinder) sampai diperoleh

butiran kopi bubuk dengan kehalusan tertentu. Butiran kopi bubuk mempunyai luas

permukaan yang sangat besar sehingga senyawa pembentuk citarasa dan senyawa

penyegar mudah larut saat diseduh ke dalam air panas.

2.5 STUDI BANDING DENGAN AGROWISATA KOPI LUWAK SEJENIS

Agrowisata kopi luwak sejenis yang dimaksud disini adalah agrowisata kopi

luwak dari daerah lain yang hanya bersifat agrowisata maupun agrowisata yang memiliki

fungsi industri.

2.5.1 UD. Cipta Lestari Tabanan

Dalam kajian pada objek studi banding UD. Cipta Lestari Tabanan dapat dilihat

dari aspek lokasi, aspek non arsitektural dan aspek arsitektural.

1. Lokasi

UD. Cipta Lestari berlokasi di Banjar Margasari, Desa Pujungan, Kecamatan

Pupuan Kabupaten Tabanan, Bali. Objek ini merupakan sebuah industri kopi luwak

yang juga menerapkan agrowisata kepada para pengunjung yang ingin mempelajari

kehidupan luwak serta pengolahan kopi luwak secara langsung. Sehingga para

pengunjung dapat mencicipi kopi luwak racikan secara langsung. Objek ini dimiliki

oleh bapak I Wayan Dira. Usaha ini sudah berdiri sejak tahun 2007.

2. Tinjauan Non Arsitektural

a. Produk

Produk utama yang ditawarkan oleh objek ini adalah kopi luwak serbuk. Kopi

luwak yang digunakan merupakan kopi luwak penangkaran dimana luwak berada

dalam kandang dan diberi pakan biji kopi. Bentuk kemasan produkyang ditawarkan

(32)

18 Gambar 2.5 Produk UD. Cipta Lestari Tabanan

(Sumber : Observasi UD. Cipta Lestari Tabanan.)

b. Bahan Baku

Bahan baku objek ini berasal dari kebun pribadi miliki I Wayan Dira. Kebun

pribadi ini sekaligus dijadikan sebagai area wisata bagi para wisatawan. Untuk

kopi luwak, bahan baku berasal dari luwak penangkaran kandang. Jumlah luwak

penangkaran yang dimiliki objek ini adalah 40 ekor. Wujud kandang luwak

pada objek studi ini dapat dilihat pada Gambar 2.6

Gambar 2.6 Kandang luwak UD. Cipta Lestari Tabanan

(33)

c. Peralatan dan mesin kopi

Beberapa peralatan utama dari objek sejenis ini yang berkaitan dengan kopi

antara lain : timbangan, tampah, baskom, mesin huller, mesin cuci kopi, mesin

sangrai, mesin bubuk kopi, para-para, dan alat tester kopi. Wujud alat tester kopi

dapat dilihat pada Gambar 2.7

Gambar 2.7 Alat Tester Kopi UD. Cipta Lestari Tabanan

(Sumber : Observasi UD. Cipta Lestari Tabanan.)

e. Pengelolaan

UD. Cipta Lestari dikelola oleh keluarga I Wayan Dira sebagai pemilik utama.

Jumlah tenaga kerja adalah 12 orang. Namun sewaktu-waktu dapat bertambah

seiring dengan kebutuhan dan pasokan bahan baku. Sistem kerja tenaga kerja pada

agrowisata ini dimulai dari pukul 08.00 hingga pukul 18.00. kapasitas objek

ini pada musim panen kopi dengan 40 ekor luwak menghasilkan kurang lebih 400

kg kopi luwak serbuk.

Kegiatan para tenaga kerja pada agrowisata ini dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Pekerja pada UD. Cipta Lestari Tabanan

(34)

20 3. Tinjauan Arsitektural

Tampilan bangunan objek ini masih menggunakan arsitektur Bali. Hal ini

dikarenakan karena pemilik ingin mencirikan budaya Bali pada bangunannya. Hal

ini juga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin berkunjung.

Penghawaan menggunakan penghawaan alami sedangkan pencahayaan

menggunakan pencahayaan umum (general lighting). Tampilan bangunan ini dapat

dilihat pada Gambar 2.9

Gambar 2.9 Ruang pemasaran (Kiri) dan Gudang Kopi (Kanan)

(Sumber : Observasi UD. Cipta Lestari Tabanan.)

2.5.2 Agrowisata Bhuana Amertha Sari Kintamani

Agrowisata Bhuana Amertha Sari berada di Br. Seribatu Kintamani, Bangli.

Agrowisata ini merupakan agrowisata kopi dan kopi luwak. Pemandangan yang

disuguhkan pada agrowisata ini adalah pemandangan alam berupa jurang dan hutan. Foto

entrance dari Agrowisata Bhuana Alam Sari ini dapat dilihat pada Gambar 2.10

Gambar 2.10 Entrance Agrowisata Bhuana Amertha Sari

(35)

Konsep yang digunakan pada agrowisata ini lebih condong kepada konsep alami.

Transis pada area tapak agrowisata ini dibuat sealami mungkin sehingga menjadi salah satu

keunikan dari agrowisata ini. Jenis kopi yang digunakan dalam olahannya dominan kopi

arabika. Agrowisata ini selain menyediakan kopi luwak juga menyediakan jenis kopi lain

seperti kopi arabika serta kopi robusta.

Gambar 2.11 Bhuana Amertha Sari

Sumber :

http://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/02/56/02/58/filename-p2080426-jpg. Diakses Tanggal 10 Januari 2016

Jalur trecking pada agrowisata ini dibuat sealami mungkin dengan pohon- pohon

kopi berada di setiap sisi jalur trecking. Jalur trecking dilengkapi kerikil sebagai hiasan

pada pedestriannya. Jalur trecking pada agrowisata ini dapat dilihat pada Gambar 2.12

Gambar 2.12 Jalur Trecking Bhuana Amertha Sari

Sumber :

(36)

22 Fasilitas lain yang ada pada agrowisata ini seperti Cafe yang dibuat tradisional

dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu dan bambu. Kemudian terdapat area

penangkaran luwak dengan pohon kopi berada pada satu penangkaran luwak sehingga

membuat luwak merasakan lingkungannya yang alami. Fasilitas Cafe pada agrowisata ini

dapat dilihat pada gambar 2.13

Gambar 2.13 Cafe Bali Amertha Sari

Sumber :

http://www.thebalidaily.com/2013-10-31/enjoying-coffee-and-local-spices-agrotourism.html, Diakses Tanggal 10 Januari 2016

2.5.3 Doi Chang Coffee and Wild Civet Coffee Thailand.

Doi Chaang and wild civet coffee merupakan industri yang bertemakan agrowisata

cage-free civet di Thailand. Produknya terbuat dari buah kopi yang telah melewati sistem

pencernaan dari luwak, mamalia sejenis kucing yang berukuran kecil ditemukan di Asia

Tenggara dan Cina Selatan. Kombinasi unik dari enzim dalam perut luwak ini akan

meningkatkan rasa kopi dengan memecah protein yang biasanya memberikan rasa pahit

(37)

Luwak liar akan memakan hanya buah kopi manis berkualitas pada pohonnya. Para

petani dari Doi Chang Village kemudian mengumpulkan feses luwak dan memprosesnya

hingga menciptakan biji kopi luwak yang berkualitas. Hasil biji kopi dalam bentuk

hardskin kemudian dikirim langsung ke Doi Chang factory di British Columbia di mana

ahli Doi Chaang Coffee Roastmaster akan memanggang kopi luwak dalam mikrobatch

untuk memastikan hasil rasa yang sempurna untuk kopi luwak liar Doi Chaang. Proses

pengambilan kotoran luwak oleh petani dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Industri dan Agrowisata Doi Chang Thailand

Sumber : www.doichangcoffee.com

(38)

24 Kopi Luwak Doi Chang Berasal Dari Luwak Liar Hutan di Thailand. Luwak ini

berkeliaran bebas di seluruh hutan Desa Doi Chang. Mereka tidak dikurung dalam kandang

kecil. Doi Chang mendukung program kampanye World Animal Protection tentang anti

penangkaran dan pemanfaatan luwak dalam kandang. Maka dari itu untuk membantu

mempublikasikan program ini dan agar konsumen sadar ketika mereka membeli kopi

luwak, mereka harus memastikan bahwa itu adalah kopi luwak liar, bukan kopi luwak

kandang.

2.5.4 Kesimpulan Dari Studi Banding

a. Yang dimaksud dengan Agrowisata Kopi Luwak adalah kegiatan wisata perkebunan

kopi luwak dimana pengunjung dapat merasakan nuansa perkebunan kopi alami serta

melihat perkembangan luwak dan proses pembuatan kopi luwak.

b. Fungsi dan tujuan dari Agrowisata Kopi Luwak adalah menyediakan fasilitas wisata

kopi luwak bagi pengunjung dimana beberapa agrowisata kopi luwak juga memiliki

fungsi ganda sebagai industri untuk menambah omset perusahaan

c. Kegiatan yang diadakan di Agrowisata Kopi Luwak antara lain berupa : kegiatan

wisata dan coffeewalk, kegiatan Cafe, dan kegiatan hiburan.

d. Fasilitas yang tersedia di Agrowisata Kopi Luwak antara lain :Cafe, jalur coffeewalk,

ruang santai, ruang pengelola.

Perbandingan dari ketiga proyek sejenis yang telah diuraikan yaitu UD. Cipta Lestari,

Agrowisata Bali Amertha Sari Kintamani dan Doi Chang Wild Civet Coffee, dapat

(39)

Tabel 2.2 Perbandingan Proyek Sejenis

UD. Cipta Lestari Agrowisata Bali Amertha Sari Doi Chaang Coffe

Lokasi Desa Pujungan Tabanan Desa Kintamani Bangli Doi ChaangThailand

Areal lingkungan Pedesaan Pegunungan Hutan

Fungsi

 Jalur Trecking Wisatawan  Area Santai Wisatawan

Pengelolaan Swasta Swasta Swasta

Jenis Industri dan Agrowisata Agrowisata Industri dan Agrowisata

Sistem

Sistem non-kandang (free civet)

Jenis Pohon Kopi

yang Ditanam Kopi Arabika dan Robusta Kopi Arabika dan Robusta Kopi Robusta dan Arabika Objek

(40)

26

2.6 SPESIFIKASI UMUM AGROWISATA KOPI LUWAK

Dari berbagai kajian teoritis dan studi banding terhadap proyek sejenis, maka dapat

diambil kesimpulan spesifikasi umum tentang Agrowisata Kopi Luwak sebagai berikut :

2.6.1 Pengertian, Fungsi dan Tujuan

Agrowisata kopi luwak adalah kegiatan wisata perkebunan kopi luwak dimana

pengunjung dapat merasakan nuansa perkebunan kopi alami serta melihat perkembangan

luwak dan proses pembuatan kopi luwak.

Fungsi dari pengadaan Agrowisata Kopi Luwak adalah sebagai wadah agrowisata

dengan objek utama yang ditonjolkan adalah kopi luwak serta pengolahan kopi luwak.

Tujuan dari pengadaan Agrowisata Kopi Luwak adalah memberikan wadah

agrowisata yang menghasilkan profit bagi pemilik individu serta melakukan wisata luwak

bagi pengunjung.

2.6.2 Kegiatan

Kegiatan dan aktivitas dalam bangunan Agrowisata Kopi Luwak dapat

dikelompokan menjadi 4 yaitu sebagai berikut :

a. Kegiatan utama

Kegiatan utama yang dilakukan dalam bangunan Agrowisata Kopi Luwak antara lain

: melakukan kegiatan wisata luwak serta menikmati pemandangan kopi alami.

b. Kegiatan penunjang,

Kegiatan penunjang yang dilakukan dalan bangunan Agrowisata Kopi Luwak antara

lain kegiatan kuliner pada kedai/cafe yang disediakan pada sebuah agrowisata.

c. Kegiatan pengelola dan servis

Kegiatan yang difokuskan dalam pengelolaan Agrowisata Kopi Luwak baik

administrasinya maupun pengelolaan bangunan serta kegiatan yang menunjang

(41)

2.6.3 Fasilitas

Untuk mendukung kegiata tersebut, fasilitas-fasilitas yang disediakan adalah sebagai

berikut :

a. Fasilitas utama, merupakan fasilitas yang mewadahi kegiatan utama dimana berupa

Area rekreasi luwak berupa ruang atraksi, ruang santai pengunjung dan beberapa jalur

trecking pada agrowisata ini.

b. Fasilitas penunjang, merupakan fasilitas untuk menunjang dari kegiatan utama berupa

cafe yang menyediakan kuliner bagi wisatawan.

c. Fasilitas pengelola dan servis, merupakan fasilitas yang mewadahi kegiatan

pengelola dan servis operasional bangunan secara keseluruhan yang terdiri dari ruang

administrasi, ruang mesin dan gudang peralatan.

2.6.4 Sistem Pengelolaan

Pengelola dari Agrowisata Kopi Luwak yang direncanakan ini dilakukan oleh

pemilik selaku penanggung jawab dari agrowisata kopi luwak ini serta staff-staff yang ahli

Gambar

Gambar 1.1 Diagram proses kerja perancangan agrowisata kopi luwak di Petang, Badung
Gambar 2.1. Bunganya tersusun dalam bulir yang
Gambar 2.2 Sketsa pohon kopi Robusta Sumber : Setiawati, 2007 : 6
Tabel 2.1 Perbedaan Kopi Arabika dan Kopi Robusta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian kopi luwak merek Duta Luwak Brother’s Link dalam pengenalan kebutuhan

Agrowisata adalah kegiatan wisata yang berlokasi/berada di kawasan pertanian,.. terutama tanaman perkebunan (kopi, teh, cokelat, dll) dan

Strategi pemasaran tempat yang pihak pengelola agrowisata gunakan untuk mempertahankan pengunjung yaitu dengan cara mempertahankan kualitas dari tempat wisata

Net B/C yang diperoleh dari hasil analisis finansial agroindustri kopi luwak berskala kecil sebesar 5,8l, sedangkan untuk agroindustri kopi luwak berskala mikro

Kawasan Agrowisata Kampoeng Kopi merupakan sebuah kawasan yang unik, dimana tidak ada sebuah kawasan dimuka bumi ini yang memiliki keindahan pemandangan kebun

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui karakteristik wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Wisata Agro Kopi Luwak; (2) untuk

 Biji kopi yang keluar dari pencernaan Luwak tadi kemudian di cuci dengan air yang. mengalir untuk membersihkan kotoran yang membungkus biji

Kopi luwak adalah kopi yang unik karena aromanya yang khas dan rasanya yang nikmat, hal ini tidak lepas dari proses proes fermentasi alami biji kopi di dalam perut