IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM AKTIVITAS HANDBALL LIKE GAMES TERHADAP
PERILAKU SOSIAL
(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas V-A di SD Negeri
Gegerkalong Girang 1-2 Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Jurusan Pendidikan Olahraga Program Studi PGSD Penjas S1
Oleh
Angga Wijaya 0904067
PROGRAM STUDI PGSD PENDIDIKAN JASMANI S1 JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Studi Penelitian Tindakan Kelas
Implementasi Model Pembelajaran
Kooperatif Terhadap Perilaku Sosial
Oleh
Angga Wijaya
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Angga Wijaya 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM
AKTIVITAS HANDBALL LIKE GAMES TERHADAP PERILAKU SOSIAL
Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd Supyar Mudjianto, M.Pd
A B S T R A K
Angga Wijaya, Nim: 0904067. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perilaku
sosial siswa melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam aktivitas handball like games. Tempat pelaksanaan penelitian di SDN Gegerkalong Girang berada di Jalan. Gegerarum No 11 B/23, Keluarahan Isola Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat dengan sampel penelitian siswa Kelas VA yang berjumlah 37 orang. Dimana penulis bertindak sebagai peneliti yang melaksanakan penelitian. Metode yang dipakai adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Hasil data observasi dan angket, tindakan Siklus Satu dan Siklus Dua. Setiap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan berbagai aktivitas handball like games tipe ten ball, end zone ball,
circle ball dan tree mat ball. Maka terdapat perbedaaan pengaruh signifikan diantara
siswa diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif dalam aktivitas handball like
games dan ada hubungan yang sangat nyata antara kualitas perilaku dengan
komponen perilaku sosial siswa melalui model pembelajaran kooperatif dalam aktivitas handall like games terhadap perilaku sosial siswa. Sebagai rekomendasi dari hasil penelitian ini, hendaknya guru harus peka terhadap permasalahan dari sikap perilaku sosial siswa zaman sekarang. Khusus untuk Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) maka salah satu upaya meningkataan perilaku sosial siswa dapat dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif dalam aktivitas handball like
games.
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM
AKTIVITAS HANDBALL LIKE GAMES TERHADAP PERILAKU SOSIAL
A B S T R A K
Angga Wijaya, Nim: 0904067. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti
perilaku siswa melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam aktivitas handball like games. Dengan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) berdasarkan rumusan masalah penelitian. Apakah ada perbedaan yang signifikan dan hubungan dalam implementasi model pembelajaran kooperatif dalam aktivitas handball like
games terhadap perilaku social pada siswa kelas VA SDN Gegerkalong Girang 1-2?
Tempat pelaksanaan penelitian di SDN Gegerkalong Girang berada di Jln. Gegerarum No 11 B/23, Keluarahan Isola Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat dengan sampel penelitian siswa Kelas VA yang berjumlah 37 orang. Dimana penulis bertindak sebagai guru peneliti yang melaksanakan tindakan pada sampel penelitian.
Hasil data observasi dan angket, tindakan Siklus Satu dan Siklus Dua. Setiap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan berbagai aktivitas handball like games
tipe ten ball, end zone ball, circle ball dan tree mat ball. Maka terdapat perbedaaan
pengaruh signifikan diantara siswa diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif dalam aktivitas handball like games dan ada hubungan yang sangat nyata antara kualitas perilaku dengan komponen perilaku sosial siswa melalui model pembelajaran kooperatif dalam aktivitas handall like games terhadap perilaku sosial siswa.
Sebagai rekomendasi dari hasil penelitian ini, hendaknya guru harus peka terhadap permasalahan dari sikap perilaku sosial siswa zaman sekarang. Khusus untuk Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) maka salah satu upaya meningkataan perilaku sosial siswa dapat dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif dalam handball like games.
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL IN
“HANDBALL LIKE GAMES” TOWARD SOCIAL BEHAVIOR
A B S T R A C T
Angga Wijaya, Nim: 0904067. This study aimed to examine the behavior of students through sports and health education using cooperative learning model in “Handball Like Games” combined with action research method (classroom action research) based on the research problem formulated. Were there significant differences and relationships in the implementation of cooperative learning models in Handball Like Games activity toward social behavior in SDN Gegerkalong Girang 1-2 class V A?
The research was in SDN Gegerkalong Girang at Jln. Gegerarum No. 11 B/23, Isola village, Sukasari subdistrict, Bandung, West Java, involving 37 students in class VA as the sample. Where the researcher acted as teacher who carried out actions to the sample.
In collecting data, the researcher used observation and questionnaire, Cycle One and Cycle Two Actions. In each implementation of the action, the researcher was using a variety of activities like ten types of handball games, end zone ball, circle ball dan tree mat ball. Then, there was a significant difference between the effect of the treated students in a cooperative learning model in Handball Like Games and there is an obvious relationship between the quality of behavior and the component of social behavior of students through such learning model toward social behavior of students.
In this study, the researcher also recommended teachers should be sensitive to issues relating to social behavior of students today. Especially for Physical Education Sports and Health (PJOK), one of the efforts to improve students' social behavior can be carried out with the cooperative learning model in handball like games.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Rumusan Masalah ... 11
D. Tujuan Penelitian ... 11
E. Manfaat Penelitian ... 12
F. Pembatasan atau Ruang Lingkup Penelitian ... 12
G. Definisi Oprasional Variabel ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 15
A. Kajian Pustaka ... 15
1. Hakikat Permainan dan Pendidikan Olahraga ... 20
3. Hakikat Aktivitas Handball Like Games ... 30
4. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ... 31
5. Hakikat Perilaku Sosial ... 35
6. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas ... 45
7. Karakteristik Siswa Kelas V SDN Gegerkalong Girang ... 48
8. Interaksi Sosial... 49
9. Keterkaitan Model Kooperatif dalam Pembelajaran Aktivitas Handball Like Games Terhadap Perilaku Sosial ... 52
B. Hipotesis Tindakan ... 59
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 60
A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian ... 60
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 63
C. Subjek Penelitian ... 64
D. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel ... 67
E. Prosedur Penelitian ... 68
F. Teknik Pengumpulan Data ... 87
G. Instrument Penelitian ... 90
H. Teknik Analisis Data ... 103
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 108
A. Deskripsi Hasil Penelitian... 108
C. Hasil Analisis Data Penelitian ... 135
D. Refleksi Proses Penelitian... 136
E. Diskusi Hasil Temuan Penelitian... 137
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 143
A. Kesimpulan.... ... 143
B. Saran ... 145
DAFTAR PUSTAKA ... 148
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Resume Keterkaitan Model Pembelajaran Kooperatif Handball Like Games Dalam Pendidikan Jasmani ... 58
Tabel 3.1 Karakteristik Siswa SD ... 66
Tabel 3.2 Format Lembar Observasi ... 91
Tabel 3.3 Katagori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Angket ... 94
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Tentang Perilaku Sosial ... 96
Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas ... 100
Tabel 4.1 Rincian Kegiatan Pra Observasi ... 111
Tabel 4.2 Hasil Data Angket Pra Siklus ...113
Tabel 4.4 Rencana Kegiatan Siklus Satu Tindakan Ke Dua ... 121
Tabel 4.5 Rencana Kegiatan Siklus Satu Tindakan Ke Satu ... 124
Tabel 4.6 Rencana Kegiatan Siklus Satu Tindakan Ke Dua ... 127
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Observasi Data Siklus Satu dan Siklus Dua .... 130
Tabel 4.8 Hasil Data Uji Normalitas ... 132
Tabel 4.9 Hasil Data Uji Homogenitas ... 133
Tabel 4.10 Hasil Data Uji Beda Dua Rata-Rata Uji Dua Pihak ... 134
Tabel 4.11 Tindakan yang Terjadi Selama Penelitian ... 141
Catatan Lapangan Siklus I ... 164
Catatan Lapangan Siklus II ... 166
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Rancangan PTK...63
Gambar 3.2 Tahapan Siklus PTK ...68
Gambar 3.3 Ten Ball Variasi Satu ...74
Gambar 3.4 Ten Ball Variasi Dua ... 74
Gambar 3.5 End Zone Ball Dua Wilayah Variasi Satu ...77
Gambar 3.6 End Zone Ball Dua Wilayah Variasi Dua ...77
Gambar 3.7 Circle Ball dengan dua daerah skor/gol/poin ...80
DAFTAR LAMPIRAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Satu Tindakan Ke Satu ... 150
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Satu Tindakan Ke Dua ... 154
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Dua Tindakan Ke Satu ... 158
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Dua Tindakan Ke Dua ... 160
Catatan Lapangan Siklus Satu ... 165
Catatan Lapangan Siklus Satu ... 166
Jadwal Penelitian ... 167
Dokumentasi Foto -Foto Kegiatan Penelitian ... 168
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan pondasi paling penting bagi kehidupan manusia
seutuhnya. Pendidikan adalah sarana untuk mengembangkan dan meningkatkan
sumber daya manusia yang lebih baik. Karena pendidikan sangat penting bagi
manusia khususnya negara Indonesia yang masih berkembang.
Pendidikan merupakan satu-satunya jalan bagi bangsa kita dalam mengejar
ketertinggalan dengan bangsa lain. Pendidikan di Indonesia adalah seluruh
pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun
tidak terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di Indonesia menjadi tanggung
jawab Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Kemendiknas),
dahulu bernama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(Depdikbud) dalam hal ini, Pemerintah berupaya mencanangkan pendidikan
semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama
sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun
di sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional memaparkan. Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama,
yaitu formal, nonformal dan, informal dan informal. Pendidikan juga dibagi ke
dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi.
Dalam buku Landasan Pendidikan karya tim dosen MKLP (2009:3)
memaparkan bahwa anak manusia yang terlahir tidak berdaya, tidak dilengkapi
bantuan, perlu perlindungan dan perawatan. Disisi lain manusia sebagai
masyarakat perlu budaya kelompok, perlu warisan sosial budaya, perlu kehidupan
beradab, perlu pendidikan. Dengan demikian manusia sebagai mahluk Tuhan
yang paling sempurna perlu/harus di didik dan mendidik. Menurut pendapat
Soekidjo Notoatmodjo (2003:16). “Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan”. Dan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 1 menerangkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Penulis mencob akses di
(http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pendidikan-menurut-para-)
Penjabaran dari UU pendidikan NO. 20 tahun 2003 pasal 1 diatas
menegaskan bahwa, hasil dari proses pendidikan yang diharapkan adalah
terbentuknya peserta didik yang memiliki keterampilan sosial yang tinggi sebagai
pondasi utama dalam menjalani kehidupan sebagai mahluk sosial. Keterampilan
sosial sangat berhubungan erat dengan interaksi sosial, seperti yang diungkapkan
oleh Anderson (2004:451) “ Social skills are develoved and manifest in social interection”. Berarti interaksi sosial individu yang terjadi dalam situasi sosial dapat mendeskripsikan keterampilan sosial seseorang. dengan demikian alat untuk
memperbaiki permasalahan sosial, moral, dan akhlak peserta didik.
Kemudian menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
menambahkan (2002:263). Bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap
dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
mendidik siswa adalah di sekolah sesuai dengan tempat penulis melaksanakan
prakek mengajar dalam program pengalaman lapangan (PPL) di SD Negeri
Gegerkalong Girang 1-2, sebab sekolah mempunyai sarana dan prasarana yang
memadai untuk mendidik dan mengajar para siswa dalam rangka
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya secara optimal, dalam rangka
mendukung tujuan pendidikan di Indonesia. Pemerintah menetapkan sejumlah
mata pelajaran pokok yang harus dilaksanakan dan disampaikan kepada peserta
didik. Salah satu pendidikan yang diberikan di sekolah berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) adalah pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan (PJOK). Mengenai Pendidikan jasmani dalam modul manajemen
pendidikan olahraga karya abduljabar. B (2009:5) merupakan media berinteraksi,
sosialisasi dan kebugaran jasmani. Pendidikan jasmani menurut James A. Baley
dan David A.Field (2001; dalam Freeman, 2001) menekankan bahwa pendidikan
fisikal yang dimaksud adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya yang
sungguh-sungguh. Lebih lanjut menyebutkan bahwa:.
“Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani”.
Aktivitas jasmani yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai
dan kapabilitas siswa. Mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
(PJOK) di sekolah berkontribusi dalam mempersiapkan para siswa baik secara
fisik maupun secara psikis agar peserta didik mampu tumbuh dan berkembang
secara optimal dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Senada
dengan pendapat Abduljabar. B. (2010:31) bahwa:
Manfaat Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah dasar
khususnya mempunyai sasaran dan tujuan, untuk membantu para siswa dalam
perkembangan yang meliputi: (l). Perkembangan fungsi-fungsi organ tubuh dalam
upaya meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani. (2). Perkembangan
psikomotor (3). Perkembangan kognitif (4). Perkembangan afektif.
Maka demikian penulis berpendapat bahwa mata pelajaran pendidikan
jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan perilaku sosial. Maka untuk mewujudkan agar para peserta didik
mampu menerapkan dan memahami itu semua, guru pendidikan jasmani berperan
penting dalam merubah perilaku sosial peserta didik salah satunya dalam ranah
asfek afektif. Sebagaimana yang dikemukakan Lutan (1988:1) bahwa:
“tujuan yang ingin dicapai bukan saja perkembangan aspek fisik tetapi juga aspek mental. Sosial dan moral”.
Aspek yang penulis teliti yaitu aspek afektif dari mata pelajaran pendidikan
jasmani melalui implementasi model pembelajaran kooperatif dalam aktivitas
permainan lempar tangkap (handball like games) terhadap perilaku sosial. Dan
tugas penting yang perlu guru lakukan adalah merancang pengajaran sehingga
melibatkan nilai-nilai moral dan sosial sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
siswa SD. Mengenai karakteristik utama siswa sekolah dasar dalam Menurut
Sumantri dan Sukmadinata dalam Wardani (tahun 2012), karakteristik anak usia
sekolah dasar yaitu: (1) senang bermain; (2) senang bergerak; (3) senang bekerja
dalam kelompok; dan (4) senang merasakan atau melakukan sesuatu secara
langsung. Atau mengkuti kegiatan jasmani, apa lagi permainannya mengandung
unsur kegembiraan atau kesenangan, Tidak jauh berbeda dengan karakteristik
siswa SDN Gegerkalong Girang 1-2 dalam mencapai perkembangannya. Dalam
(http://peluangbisnisonlinemodalkecil.blogspot.com/2012/09/karakteristik-anak-
usia-sekolah-dasar.html).
Perkembangan sosial menurut Yusuf. S (tahun 2007) menyatakan bahwa
perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi. Dalam
(http://adibazhamutiara.blogspot.com/2011/03/perkembangan-sosial-anak-usia-sdmi.html)
Dalam proses kematangannya, manusia sebagai makhluk individu dan sosial
akan menampilkan tingkah laku tertentu, akan terjadi peristiwa pengaruh
mempengaruhi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Sebagai bukti
bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai manusia menjadi diri
pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari
orang lain. Artinya bahwa di dunia ini manusia tidak sendiri melainkan saling
mendukung dalam kebersamaan itulah makna dari perilaku sosial.
Mengenai perilaku dan sosial dalam buku psikologi praktis anak remaja dan
keluarga karya Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa dan Dra. Yulia Singgih D. Gunarsa
(tahun 1991) adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup
terhadap lingkungannya. Perilaku juga merupakan aksi atau reaksi terhadap
perangsangan dari lingkungan. Dan makna sosial dalam buku teori-teori sosial
dan budaya oleh Yus Solihin. Y mengatakan sosial cendrung dikaitkan dengan
masyarakat atau kemasyarakatan dan yang berkaitan dengan kepentingan umum.
Perilaku sosial merupakan bagian dari kehidupan manusia. Karena manusia
sebagai makhluk individu dan sosial mengandung pengertian bahwa manusia
merupakan makhluk unik, dan merupakan perpaduan antara aspek individu
sebagai perwujudan dirinya sendiri dan makhluk sosial sebagai anggota kelompok
atau masyarakat. Mengenai perilaku sosial menurut Rusli Ibrahim, (tahun 2001).
perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan
untuk menjamin keberadaan manusia. Perilaku sosial merupakan segala aktivitas
peserta didik dalam mengadakan hubungan interpersonal dengan individu secara
umum dilakukan di lingkungan masyarakat, keluarga dan khususnya di sekolah
dengan teman sebaya dan perilaku yang dimaksudkan penulis dalam penelitian ini
adalah tingkah laku/penyimpangan sosial negatif siswa di SDN Gegerkalong
Girang 1-2 Bandung.
Perilaku menyimpang bukan sesuatu hal baru. Penyimpangan sosial atau
dimanapun Penyimpangan sosial dapat terjadi dan dilakukan oleh siapapun.
Sejauh penyimpangan itu terjadi, besar atau kecil dalam skala luas atau sempit,
tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan dalam masyarakat.
Perilaku dianggap menyimpang apabila tak dengan nilai – nilai dan norma – norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain Penyimpangan
(deviation) adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan
diri (conformity) terhadap kehendak masyarakat. Penulis mencoba mengakses dari
internet di (http://koleksi.org/artikel-penyimpangan-sosial#.UXef7G0tVTk).
Dengan penomena zaman sekarang di era globalisasi ini yang semakin pesat
terlihat dengan hadirnya beberapa aspek kehidupan manusia seperti budaya asing,
bahasa, cara berpakain, IT (informasi teknologi), alat-alat komunikasi, game
online, sinetron, film dan sebagainya. Tidak menutup kemungkinan akan tumbul
gejala-gejala perilaku penyimpang baru bersifat negatif yang dapat dilakukan
secara tidak disadari akan melekat yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga,
teman di sekolah dan teman di lingkungan msayarakat. Tidak menuntut
kemungkinan juga hal tersebut akan mempengaruhi siswa, apa lagi siswa yang
berusia dini atau masih menempuh pendidikan sekolah dasar (SD) dan hal itu
akan menjadi kebiasan di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat karena
siswa sekolah dasar adalah aset masa depan bangsa.
Para ahli berpendapat tentang perilaku sosial yang normal akan diterima oleh
lingkungan masyarakat tetapi jika sebaliknya jika perilaku itu menyimpang maka
tidak akan diterima oleh lingkungan masyarakat. tidak menutut kemungkinan jika
perilaku menyimpang belum dikurangi/dicegah maka akan terjadi penyimpangan
sosial berkelanjutan kemudian menjadi kebiasaan dan tertanam sampai dewasa.
Mengenai perilaku menyimpang (Abnormal) dalam buku patologi sosial karya Dr.
Kartini Kartono yaitu “tingkah laku yang tidak adekuat, tidak bisa diterima oleh
masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada.”
Robert M. Z. Lawang menambahkan mengenai perilaku menyimpang dalam
buku pengantar sosiologi perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang
usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku
menyimpang.
Faktor kebiasaan perilaku menyimpang itu terjadi karena perubahan pada diri
individu itu sendiri. Perubahan perilaku individu terjadi tidak lepas dari beberapa
unsur-unsur sebab munculnya perilaku menyimpang ada banyak macamnya dalam
buku pengantar sosial karya Elly M. Setiadi dan Usman Kolip menerangkan
faktor munculnya perilaku menyimpang yaitu selain dorongan dari dalam diri
sendiri juga karena faktor berasal dari luar, seperti pola-pola kelakuan yang
dibiasakan. Seharusnya anak-anak sesuai sekolah dasar harus berkembang semana
mestinya ke arah yang benar namun karena unsur perubahan tersebut, dalam
http://www.duniapsikologi.com/perkembangan-sosial-anak-anak/ dapat dikatakan
perilaku menyimpang individu dilihat dari kecenderungan peranan (role
disposition) memadai, manakala menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal
sebagai berikut : (1) yakin akan kemampuannya dalam bergaul secara sosial; (2)
memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya; (3) mampu memimpin
teman-teman dalam kelompok; dan (4) tidak mudah terpengaruh orang lain dalam
bergaul. Sebaliknya, perilaku sosial individu dikatakan kurang atau tidak
memadai manakala menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal sebagai berikut:
(1) kurang mampu bergaul secara sosial; (2) mudah menyerah dan tunduk pada
perlakuan orang lain; (3) pasif dalam mengelola kelompok; dan (4) tergantung
kepada orang lain bila akan melakukan suatu tindakan.
Lemert menambahkan dalam
(http://infosos.wordpress.com/kelas-x/perilaku-menyimpang/) penyimpangan individu dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.
Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang
bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus sehingga masih dapat
ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas, buang sampah
sembarangan, meludah disembarang tempat, siswa membawa handphone ke
sekolah dimana akan menimbulkan kecemburuan sosial yang mengakibatkan
pencurian, saling menghina atau mengolok-ngolok kekurangan temannya yang
yang lainnya, bersikap tidak jujur atau berbohong, melawan saat ditegur, belum
paham atau mengerti bahasa yang baik pada saat berbicara dengan teman, guru,
orang dewasa dan orang tua. Sedangkan penyimpangan sekunder yakni perilaku
menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya
dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba,
menjadi pelacur, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil observasi pada siswa penulis laksanakan pada saat Program
Pengalaman Lapangan (PPL) mengajar di SD Negeri Gegerkalong Girang 1-2
berada di Jalan. Gegerarum No 11 B/23 RT 04 RW 06 No, Keluarahan Isola
Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat, menunjukan masih banyak
perilaku menyimpang peneliti temukan secara individu.
Perilaku menyimpang peserta didik penulis temukan pada saat mengikuti
mata pelajaran pendidikan jasmani melalui unsur bermain atau permainan
olahraga, perilaku sosial/perilaku menyimpang secara individu seperti: sifat egois
rasa ingin menang sendiri dengan tidak memberi kesempatan kepada temannya,
rasa simpati dan empati pada saat teman terjatuh atau kalah timnya dan lawan,
bersikap tidak menghargai dan menghormati temannya dan lawan, kurang
memahami tetang persaingan/kompetisi yang baik, sikap tidak “sportif” saat permainan olahraga, bermain curang, melanggar aturan, tempramen, sikap acuh
tak acuh antar teman.
Permasalahan perilaku menyimpang/penyimpangan sosial siswa di SD Negeri
Gegerkalong Girang 1-2 saat ini segera di kurangi. Penulis beranggapan bahwa
perilaku sosial/perilaku menyimpang peserta didik perlu ditelaah dan diteliti.
melalui implemantasi model pembelajaran kooperatif dalam aktivitas handball
like games terhadap perilaku sosial dengan menekankan perilaku menyimpang ke
arah perilaku sosial yang positif. Dan itu harus dilakukan sejak dini agar tidak
akan ada perilaku menyimpang di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas penulis akan lebih memfokuskan penelitian pada
Negeri Gegerkalong Girang 1-2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Dan Penulis tertarik
untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan solusi untuk mengurangi
perilaku sosial siswa ke arah perilaku sosial positif. Adapun cara untuk
mengetahui jawaban dari permasalahan pembelajaran atas penulis mengangkat
judul skirpsi ini, menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilaksanakan dalam bentuk siklus-siklus.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat di
identifikasi beberapa masalah yang ada, sesuai dengan masalah yang penulis lihat
dan alami di lapangan, kurangnya pemahaman tentang perilaku sosial siswa
seperti yang sudah diterangkan di latar belakang, semua itu sebagai suatu
permasalahan yang harus di hadapi oleh semua pihak dari guru, kepala sekolah
dan terutama dari keluarga dalam mengarahkan perilaku sosial positif.
Perilaku sosial melalui perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan
nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara
individu maupun pembenarannya sebagai bagian dari pada makhluk sosial.
dengan menggunakan implemenatsi model pembelajaran kooperatif dalam
aktivitas permainan handball like games diharapkan akan mengurangi perilaku
menyimpang. penulis mencoba mengakses dari internet di
(http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang).
Aktivitas permainan handball like games pada dasarnya menyerupai cabang
olahraga bola tangan. Namun permainan handball like games adalah suatu
permainan yang dimodifikasi dimulai dari bola, lapangan dan peraturan
permainan. Pada intinya aktivitas permainan ini terdapat unsur-unsur
mengembangkan perilaku sosial siswa. Dengan model pembelajaran kooperatif
Dalam pembelajarannya maka penulis menggunakan model pembelajaran
kooperatif dalam mencapai tujuan tersebut.
Model kooperatif dalam buku model-model pembelajaran jasmani model
pembelajaran cooperative learning (MPCL) karya Tite Juliante, dkk (2011:52)
beranjak dari dasar pemikiran “getting better together", yang menekankan pada
siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta
keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di
masyarakat. Sesuai penulis harapan dengan mengunakan model kooperatif ada
keterkaitan/hubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut jelas kiranya, bahwa penyimpangan
perilaku sosial hal itu menjadi masalah pokok yang harus diteliti dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Dalam buku pengantar sosial karya Elly M.
Setiadi dan Usman Kolip menyatakan suatu hal yang mutlak apabila setiap
kelompok masyarakat akan selalui disertai dengan sejumlah tata tertib dan aturan
yang diakui bersama keberadaannya seperti adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan
yang ditegakkan masyarakat.
Karena perilaku menyimpang bisa diteliti sehingga akan memuat kondisi
yang nyaman bagi lingkungan sekolah, masyakat terutama lingkungan keluarga.
Melalui mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan melalui
penelitian implementasi model pembelajaran kooperatif dalam aktivitas handball
like games terhadap perilaku sosial dalam rangka mengurangi perilaku sosial
negatif ke arah perilaku sosial positif, khususnya di SD Negeri Gegerkalong
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis merumuskan masalah
penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan yang signifikan diantara sebelum dan sesudah
penerapan model pembelajaran koooperatif dalam aktivitas handball like
games terhadap perilaku sosial ?
2. Apakah ada hubungan antara perilaku sosial positif dengan model
pembelajaran kooperatif dalam aktivitas handball like games pada siswa
kelas VA SDN Gegerkalong Girang 1-2 pada perubahan yang mendasar
dalam kualitas perilaku sosial siswa ?
3. Bagaimanakah upaya guru mengembangkan perilaku sosial positif siswa
kelas VA SDN Gegerkalong 1-2?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan maslah di atas, maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan perilaku sosial kepada peserta didik sebelum mendapatkan
implementasi pembelajaran model pembelajaran kooperatif dalam aktivitas
permainan lempar tangkap (handball like games).
2. Mendeskripsikan perilaku sosial kepada anak sesudah mendapatkan
implementasi model pembelajaran kooperatif dalam aktivitas permainan
lempar tangkap.
3. Mendeskripsikan perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah melakukan
implementasi pembelajaran model pembelajaran kooperatif dalam aktivitas
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak. Manfaat yang didapatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Siswa: memahami dan mengerti tentang perilaku sosial yang semesti
nya, karena perilaku sosial pada dasar nya tidak semudah yang kita pikirkan.
2. Bagi Guru Pendidikan Jasmani: menambah wawasan dan mengembangkan
metode pembelajaran di sekolah dasar dalam rangka meningkatkan perilaku
sosial dalam permainan lempar tangkap.
3. Bagi Sekolah: memberikan sumbangan yang berarti dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses
pembelajaran.
4. Bagi Peneliti: bahan pengalaman berharga dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif dalam permainan handball like games terhadap
perilaku sosial pada kelas VA Sekolah Dasar Negeri Gegerkalong Girang 1
Bandung.
5. Bagi Prodi PGSD Penjas FPOK UPI: hasil dari penelitian tindakan kelas ini
sebagai bahan acuan dan masukan dalam rangka memperbaiki proses
pembelajaran penjas khususnya di sekolah dasar untuk menghasilkan tenaga
pendidik yang memiliki kualitas dan kompetensi tinggi sebagai produk dari
prodi PGSD Penjas FPOK UPI.
F. Pembatasan atau Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penilitian ini permasalahan dibatasi pada hal-hal yang perlu
dikembangkan dari substansi masalah yang ingin diketahui dalam penelitian
tindakan kelas ini agar tidak terjadi salah penafsiran. Serta permasalahan menjadi
melebar kemana-mana maka perlu adanya batasan masalah.
Adapun masalah-masalah penelitian yang ingin diketahui adalah sebagai berikut:
1. Penelitian difokuskan pada implementasi model pembelajaran kooperatif
2. Model pembelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan yaitu dengan
menggunakan metode student team learning (pembelajaran kelompok siswa
(PTS)). Adalah model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dan
diteliti oleh Jhon Hopkins University.
3. Aktivitas permainan handball like games sebagai alat dalam penelitian ini.
handball like games sering kali dikaitkan dengan bola tangan, karena
handball like games adalah suatu pengembangan (modifikasi) dari
permainan bola tangan sebenarnya yang diinovasi untuk pola pembelajaran
pendidikan jasmani di sekolah.
4. Jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SD
Negeri gegerkalong girang 1 kelas VA sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa laki-laki 23 orang dan perempuan 14 orang
jumlah keseluruhan 37 orang.
5. Penelitian perilaku sosial lebih difokuskan seperti: Pembangkangan
(Negativisme), Berselisih atau Bertengkar (Quarreling), persaingan
(Rivarly), Kerjasama (Cooperation), Mementingkan Diri Sendiri
(Selfishnees), dan Simpati (Sympaty).
6. Intrumen penelitian menggunakan berupa obsevasi dan angket, yaitu angket
perilaku sosial. Angketnya terdiri pernyataan-pernyataan dengan beberapa
alternatif jawaban.
G. Definisi Oprasional Variabel
Untuk menghindari kesalahan penafsiran dari masalah penelitian ini, maka
penulis ingin memberikan beberapa definisi yang berkaitan dengan istilah yang
digunakan dalam penelitian ini yakni:
1. Perilaku Sosial
Mengenai perilaku sosial dan menurut Rusli Ibrahim, (tahun 2001). perilaku
sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk
menjamin keberadaan manusia. Krech, Crutchfield dan Ballachey (tahun 1982)
tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal
balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap
orang lain (Baron & Byrne, 1991 dalam Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku itu
ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau rasa
hormat terhadap orang lain.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif menurut Anita Lie dalam bukunya
“Cooperative Learning” yang dikutip dalam buku model-model pembelajaran pendidikan jasmani karya Juliantine, dkk menyatakan bahwa model pembelajaran
Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada
unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama
dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
3. Aktivitas Handball Like Games
Permainan lempar tangkap (handball like games) juga adalah aktivitas
permainan teknik dasar yang di dalamnya ada berjalan, berlari, melompat,
passing, driblling versus intercepting, menangkap, melempar dan juga ada
aktivitas menyerang untuk membuat skor dan juga aktivitas yang menghambat
terjadinya skor.
4. Siswa (peserta didik)
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan
formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis
pendidikan tertentu dan siswa merupakan bagian penting dari sekolah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis laksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research/CAR) yang sudah dipaparkan di BAB II. Adapun yang
mendasari atau alasan penulis memilih PTK adalah karena objek permasalahan
penelitian ini adalah metode pembelajaran yang merupakan permasalahan faktual.
Permasalahan ini muncul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh
guru dari proses mengajar.
Bahkan MC Niff (Supardi, 2011:102) menyatakan bahwa PTK sebagai bentuk
penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum,
pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian
mengajar, dan sebagainya. PTK yang akan dilakukan penulis menempatkan penelitian
secara acak dan salah satu kelas VA yang akan dijadikan penelitian yang diajukan
dalam hal meningkatkan mutu pendidikan dengan judul implementasi model
pembelajaran kooperatif dalam aktivitas handball like games terhadap perilaku sosial.
Melalui pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan diberi
pemaknaan diharapkan dalam penelitian ini akan meningkatkan perilaku sosial positif
siswa yang bisa diaplikasikan dalam kehidupam sehari-hari. Kemudian jika tidak ada
peningkatan bisa dilaksanakan dalam tindakan berikutnya.
Penelitian tindakan yang dipilih adalah kolaborasi dengan guru penjas yang ada
tindakan yang dilakukan peneliti. Observer perr adalah observasi terhadap
pengajaran seseorang oleh orang lain (sesama guru atau teman sejawat). Dalam
observasi ini seorang guru bertindak sebagai pengamat untuk guru yang lain
(Dikdasmen, 1999:37-38).
Pada pelaksanaan PTK ini peneliti akan melakukan pembelajaran dalam dua
siklus, setiap siklus dan tindakan-tindakan terdiri dari perencanaan pengajaran,
tindakan pengajaran, observasi dan refleksi dampak pengajaran pada perilaku sosial
siswa pada siswa kelas VA. Berdasarkan langkah-langkah PTK maka untuk
mempermudah alur penelitian dibuat skema prosedur. Skema prosedur yang
digunakan penulis ini adalah model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin yang akan
di paparkan di rencana penelitian.
2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan suatu gambaran rencana dalam pelaksanaan
penelitian. Rancangan penelitian adalah metode atau cara yang hendak ditempuh
dalam sebuah penelitian. Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka dalam
penelitian ini penulis menggunakan rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut Suhardjono (2007:58) dalam buku Penelitian Tindakan Kelas karya M.
Asrori, penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan di kelas/lapangan
dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktek pembelajaran. Rustam dan
Mundilarto (2004:1) menambahkan penelitian tindakan kelas adalah sebuah
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan merancang,
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat. Menurut pendapat Tim Pelatih PGSM (tahun 1999) yang dikutip oleh
Panpel Diklat Profesi Guru UPI TIM PKN SD (2008:185) yang menyatakan dalam
Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi utama
praktik-praktik pembelajaran tersebut sebagaimana pengertian dari PTK adalah
bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan-tindakan (guru) untuk
meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan dalam melaksanakan tugas
(mengajar). Maksudnya adalah penelitian ini dikaji atau diteliti dari praktek
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari
dengan pertimbangan akal sehat atau masuk akal, jadi bukanlah tindakan-tindakan
yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, menurut kaidah-kaidah keilmuan.
Tindakan ini dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran atau proses
belajar mengajar. Jadi tindakan-tindakan yang dilakukan ini jika dirasakan oleh guru
adanya suatu ketidakpuasan dari pelaksanaan proses belajar mengajar yang
dilaksanakan.
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan dalam peneltian ini adalah
model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin, alasanya karena Model Kurt Lewin
menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model penelitian tindakan yang
lain, rancangan modelnya sederhana dan lebih muda dipahami, serta paling banyak
digunakan dalam penelitian-penelitian tindakan kelas. Rancangan model PTK.
Menurut Kurt Lewin (tahun 1996) yang dikutip oleh Susilana (2005:74-75) yang menyatakan bahwa: “Penelitian tindakan kelas mengikuti suatu siklus dimana tiap siklus terdiri dari langkah-langkah berikut: (1). Perencanaan (Planing) (2). Aksi atau
tindakan (Action) (3). Observasi (Observing) (4).Refleksi (Reflecting)”. Lebih
Merencanakan
(Planning)
Refleksi Melakukan Tindakan
(Reflecting) (Acting)
Mengamati
(Observing)
Gambar 3.1 Rancangan PTK
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan, yaitu bulan juni sampai bulan juli
tahun 2013. Penelitian dilakukan selama empat minggu (empat kali pertemuan) dan
dikompilasi dua siklus terdiri atas dua tindakan. Kegiatan yang laksanakan bertempat
di halaman SDN Gegerkalong Girang 1-2 yangmerupakan tempat siswa
melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (PJOK).
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di halaman SD Negeri Gegerkalong Girang 1-2 Jalan
Gegerarum No 11B, Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Jawa
Barat. Karena peneliti bertugas sebagai pengajar dalam program pengalaman
lapangan (PPL) yang diselenggarakan oleh UPI.
Gambaran umum tentang personil yang ada di Sekolah Dasar Negeri
Gegerkalong Girang 1-2 adalah: staf pengajar ada 25 orang termasuk guru honorer,
sembilan kelas, satu ruang Kepala Sekolah masing-masing kelas rata-rata lebih dari
40rang siswa, sedangkan jumlah siswa seluruhnya ada 555 orang.
Alasan penulis memilih lokasi penelitian di sekolah tersebut karena penulis
pernah menjadi pengajar dari program pengalaman lapangan (PPL) yang
diselenggarakan oleh UPI di, dari sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
yaitu kelas VA. Dengan demikian penulis sangat memahami karakteristik dari
masing-masing siswa tersebut, lingkungan belajar di sekolah, sarana prasarana yang
tersedia, juga keadaan staf pengajar yang ada di sekolah tersebut. Dalam hal ini
penulis tidak memerlukan survey lapangan untuk melakukan penelitian ini.
C. Subjek Penelitian
Subjek yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu siswa di SD Negeri
Gegerkalong Girang 1-2 sebagai berikut:
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah sekumpulan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
gejala-gejala, nilai-nilai ataupun peristiwa sebagai sumber data yang benar dan memiliki
ciri-ciri tertentu dalam penelitian .
Hal tersebut dikemukakan oleh Sugiono (2010:117) mengungkapkan “populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Sebagaimana penjelasan di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri Gegerkalong Girang
1-2 Jalan. Gegerarum No 11B, Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung,
Jawa Barat.
Setelah menemukan populasi penelitian kemudian peneliti menentukan langkah
selanjutnya yaitu menentukan sampel penelitian yang merupakan wakil dari populasi
sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bagian dari populasi yang
dianggap mempunyai permasalahan dalam proses pembelajaran dalam kegiatan
belajar mengajar sehari-hari.
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi hal tersebut dikemukakan oleh Nasir (1989:328) yang menyatakan bahwa: “sampel adalah bagian unit dari populasi”. Dan Nawawi (1995:144) menjelaskan tentang sampel yaitu: “sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi data sebenarnya dalam suatu penelitian”.
Berdasarkan pada pengertian di atas maka sampel dapat diartikan sebagian dari
data populasi dan diambil untuk dijadikan subyek penelitian, dan dijadikan sumber
data awal untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya. Sampel yang dimaksud dari
penelitian ini adalah siswa Kelas VA yang berjumlah 37 orang terdiri dari 23 siswa
laki-laki dan 14 siswa perempuan yang berada di SD Negeri Gegerkalong Girang 1
tahun ajaran 2012/2013. Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung, yang
Tabel 3.1 Karakteristik Siswa SD
Anak Usia Karakter Anak
Aktivitas Dasar
Handball Like Games
10-12 Tahun
(Siswa Kelas VA)
Menyenangi permainan aktif
Minat terhadap olahraga kompetitif dan permainan
terorganisir meningkat
Rasa Kebanggaan akan keterampilan yang dikuasai
tinggi
Mencari perhatian orang dewasa
Pemujaan kepahlawanan tinggi
Mudah gembira, kondisi emosionalnya tidak stabil
Mulai memahami arti akan waktu dan ingin mencapai
sesuatu pada waktunya
Berjalan
Berlari
Melompat
Melempar
Meliuk badan
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel menurut Sugiyono (2010:60) adalah: “segala bentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tertang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya”.apa saja yang termasuk ke dalam variabel penelitian ini maka penjelasannya adalah ada tiga variabel pokok yang dilibatkan
dalam PTK ini, adalah sebagai berikut :
a. Variabel Input
Variabel input adalah siswa kelas VA SDN Gegerkalong Girang 1 Kelurahan
Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Provinsi Jawa barat.
b. Variabel Output
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku sosial yang dipengaruhi
oleh adanya variabel input dan output dalam aktivitas handball like games dengan
menggunakan model kooperatif sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Variabel
yang dimaksud adalah berupa perubahan dalam bentuk kemampuan guru dalam
mengajar, tingkat kecerdasan siswa, kemampuan siswa dalam belajar pembelajaran,
penggunaan metode pembelajaran yang sesuai, yang relevan dan faktor lain yang
mempengaruhi perilaku sosial positif siswa.
c. Variabel Proses
Variabel Proses dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif dan
aktivitas handball like games yang berhubungan dengan cara mengajar, komponen
guru, komponen siswa, bahan ajar, alat bantu pembelajaran, dan sebagainya. aktivitas
handball like games dalam pembelajaran yang digunakan menggunakan model
kooperatif dalam melaksanakan penelitian dengan maksud memberikan pengaruh
SIKLUS
1
SIKLUS
2
E. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan rancangan PTK maka prosedur PTK merujuk pada rancangan
penelitian tersebut yang dirancang secara bertahap, yaitu tahap mementukan rencana
tindakan, pelaksanaan tindakan, tahap observasi, tahap analisis dan refleksi.
Tahap-tahapan ini bersifat daur ulang atau siklis. Berikut ini gambar penTahap-tahapannya sebagai
berikut:
Pelaksanaan
Perencanaan Pengamatan Tindakan I & II
Pelaksanaan
Refleksi
Perencanaan Ulang Pengamatan
Tindakan III dan IV
Refleksi
Berikut ini adalah pemaparan dari Gambar 3.2. PTK yang akan dilaksanakan
adalah sebagai berikut:
1. Tahapan Perencanaan Tindakan (Planning)
Perencanaan merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam penelitian sebagai
langkah awal sebelum melangkah ke program atau pelaksanaan penelitian. Tahapan
ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan tersebut dilakukan peneliti. Peneliti adalah guru yang mengajar
mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (PJOK), sedangkan
observer adalah guru pendidikan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dari
SDN Gegerkalong Girang 1-2 Bandung. Peneliti dan observer bertugas menyiapkan
rancangan program PTK. Penelitian ini yang sering disebut penelitian kolaborasi.
Perencanaan ini menjadi sangat penting karena sebagai titik awal dalam pelaksanaan
penelitian agar ada perubahan yang diharapkan. Dalam penelitian ini, perencanaan
program tindakan terdiri dari dua siklus dan tindakan-tindakan, dengan empat
pertemuan pengajaran berupa proses pembelajaran yang akan difokuskan dalam pada
implementasi model pembelajaran kooperatif dalam aktivitas handball like games
terhadap perilaku sosial.
1) Tahap ini disebut juga sebagai tahap pra-lapangan. Peneliti melakukan observasi
lapangan untuk melihat masalah yang ada di dalam kelas/lapangan. Dalam tahap
pra-penelitian peneliti melakukan observasi atau pengamatan di lapangan/kelas
dengan cara mengamati, melihat, mendengar, dan lain-lain kondisi atau suasana
dalam proses belajar-mengajar antara siswa dan guru. Pada tahap ini, peneliti
menyiapkan rencana program pembelajaran untuk pertemuan atau tindakan
sebagai pedoman pembelajaran untuk melakukan proses pembelajaran, termasuk
didalamnya membuat skenario pembelajaran aktivitas handball like games
2) Tahap selanjutnya peneliti menyiapkan alat dan perlengkapan pembelajaran
yang dibutuhkan, baik untuk kepentingan simulasi maupun pelaksanaan tindakan
yang akan dilakanakan.
3) Tahapan ini peneliti berkolaborasi dengan Guru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan sebagai observer. Kemudian peneliti dan observer mendiskusikan
merencanakan skenario melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
memuat pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan melalui
aktivitas handball like games dengan model pembelajaran kooperatif tipe PTS.
RPP yang digunakan ketika proses pembelajaran berlangsung, mempersiapkan
sarana dan prasarana pembelajaran serta untuk memudahkan peneliti dalam
pengamatan dibuatlah sebuah instrumen penelitian untuk merekam fakta yang
terjadi selama tindakan berlangsung.
4) Tahapan ini menyusun dan mengembangkan instrumen atau alat pengumpulan
data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: (a) menentukan indikator setiap
varibel, (b) membuat format observasi dan angket perilaku sosial, (d)
menentukan target pencapaian dalam bentuk angka sebagai kriteria ketuntasan
minimum.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan menggambarkan deskripsi tindakan yang akan diterapkan,
skenario kerja tindakan perbaikan serta prosedur tindakan. Sebelum melaksanakan
tindakan terlebih dahulu perlu ditentukan apa, kapan, dimana, dan bagaimana
melaksanakannya. Semua rencana tindakan yang telah ditetapkan dilaksanakan dalam
situasi yang sebenarnya. Tahap pelaksanaan tindakan mencakup pula tahap-tahap
yang lain, jadi pada saat yang bersamaan dilakukan pula tahap observasi, interpretasi,
Dalam tahap ini peneliti berperan sebagai pengajar dan akan dibantu oleh
seorang observator sekaligus kolaborator yaitu Endang Saepudin (Guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan dari Sekolah Dasar Gegerkalong Girang 1-2
Bandung).
Observer mengamati dan mendokumentasikan data yang diperoleh dari tindakan
awal. Perihal proses pengamatan dilakukan oleh observer sesuai dengan indikator
yang telah ditentukan dalam lembar observasi yang sudah dibuat oleh penulis.
Kegiatan observasi dilakukan pada waktu bersamaan dilaksanakannya proses belajar
mengajar. Pada kegiatan tersebut peneliti dan observer mengamati dan memahami
apa yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Langkah-langkah
pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Observasi langsung, yaitu pengamatan yang dilakukan antara peneliti dan
observer bersama-sama dengan objek yang diteliti pada proses belajar mengajar
b. Observasi tidak langsung, yaitu pengamatan terhadap objek yang diteliti melalui
catatan-catatan lapangan atau hasil dokumentasi, yang artinya tidak ada
keterlibatan observer pada saat terjadinya suatu peristiwa belajar mengajar.
c. Pengamatan terhadap siswa, yaitu pengamatan terhadap sikap perilaku siswa dari
hasil belajar siswa yang berkaitan erat dengan perubahan sosial sebagai hasil
proses belajar.
langkah-langkah tahapan penelitian dalam pelaksanaan tindakan diantaranya
sebagai berikut :
A. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan sebanyak dua siklus, setiap siklus
terdiri atas dua tindakan atau empat pertemuan. Rangkaian siklus dan tindakan
1. Skenario Tindakan Pembelajaran
Siklus Satu
a. Pertemuan satu atau tindakan satu aktivitas permainan lempar tangkap
(handball like games) aktivitas Ten ball dengan model pembelajaran kooperatif
tipe PTS
Fokus Pembelajaran : aktivitas lempar tangkap, menguasai, mempertahankan
bola dan lempar tangkap dengan teman sebanyak 10 kali.
Tujuan : aktivitas meningkatkan kemampuan gerak dasar dan
berdiskusi pada saat permainan selesai agar tercapai tujuan
yang diharapkan dengan mempertahankan dan mencetak
poin. Dengan memberi pemknaan perilaku positif siswa
dengan nilai-nilai kerjasama, simpati rasa tidak
egois/mementingkan diri sendiri dan tidak berselisih.
1) Kegiatan pendahuluan (15 menit)
a) Berbaris dengan enam shaf, empat kelompok putra dua kelompok putri dan
berdoa
b) Presensi
c) Siswa melakukan pemanasan yang berorientasi pada kegiatan inti
d) Aprsepsi
2) Kegiatan inti (40 menit) permainan ten ball
b. Panduan Pembelajaran/Langkah-langkah pembelajaran
1. Pada awal kegiatan pembelajaran dijelaskan dan diperagakan tentang aktivitas
handball like games. Permainan dengan teknik dasar passing, dribbling, dan
intercepting. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan
jumlah siswa. untuk melaksanakan aktivitas lempar tangkap dengan berpasangan,
2. Kemudian melaksanakan permainan inti aktivitas ten ball. Terlebih dahulu siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok, yang disesuaikan dengan jumlah siswa bisa
lima lawan lima (5 vs 5) tujuh dan tujuh lawan enam (7 vs 7) jika ada satu siswa
yang lebih siswanya itu bisa menjadi joker (menjadi teman atau satu kelompok
terlibat dalam permainan yang sedang memegang bola).
c. Nilai-nilai Perilaku Sosial yang di Tampilkan
1. Membangun kerja sama dan tidak mementingkan diri sendiri dengan cara:
Siswa melakukan operan bola sebanyak10 kali tanpa dribbling/diam ditempat jika sudah dapat bola /ditengkap lalu dioper/umpankerekan satu tim.
Siswa melakukan lempar tangkap dengan rekan satu tim sebanyak 10 kali boleh dengan dribbling/berjalan pada saat mau ngumpan ke rekan satu tim/kelompok
tapi bola tersebut tidak boleh jatuh. Jika itu terjadi maka bola itu harus
diberikan ke lawan.
Siswa melakukan lempar tangkap 10 kali jika sudah terkhir bola di lempar /di umpan/oper ke rekan satu tim yang berada di daerah lawan. Siswa yang berada
di daerah lawan tidak boleh masuk ke dalam wilayah permainan. Ada garis
yang tidak boleh dilewati oleh siswa yang berada di belakang daerah lawan.
2. Membangun persaingan dalam permainan dengan cara siswa berlomba dan
bersaing menjadi pemenang setiap aktivitas permainan ten ball.
3. Membangun nilai-nilai simpati dan tidak berselisih pada saat bermain.
Siswa Siswa
Di zona
Lawan
Kel A
Kel B
Bola
Gambar 3.3 Ten Ball Variasi Satu
Keterangan:
Di zona
lawan
Gambar 3.4 Ten Ball Variasi Dua
3) Kegiatan penutup (15 menit)
a) Pendinginan
b) Siswa dikumpulkan, mendengarkan penjelasan materi dan mengevaluasi
a. Pertemuan dua atau tindakan dua aktivitas handball like games (end zone ball)
Fokus Pembelajaran : aktivitas lempar tangkap, menguasai, mempertahankan
bola dan lempar tangkap dengan menyimpan atau skor
bola di wilayah lawan.
Tujuan : aktivitas meningkatkan kemampuan gerak dasar dan
berdiskusi pada saat permainan selesai agar tercapai
tujuan yang diharapkan dengan mempertahankan dan
mencetak poin. Dengan memberi pemknaan perilaku
positif siswa dengan nilai-nilai kerjasama, simpati rasa
tidak egois/mementingkan diri sendiri dan tidak
berselisih.
1) Kegiatan pendahuluan (15 menit)
a) Berbaris dengan enam shaf, dibuat tiga klelompok putra dua kelompok putri dan
berdoa
b) Presensi
c) Siswa melakukan pemanasan yang berorientasi pada kegiatan inti
d) Aprsepsi
2) Kegiatan inti (40 menit) permianan end zone ball
b. Panduan Pembelajaran/Langkah-langkah pembelajaran
1. Pada awal kegiatan pembelajaran dijelaskan dan diperagakan tentang aktivitas
permainan end zone ball pertemuan pertama. Permainan dengan teknik dasar
passing, dribbling, dan intercepting. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
disesuaikan dengan jumlah siswa. Untuk melaksanakan aktivitas lempar tangkap
dengan berpasangan, melakukan dribbling dan melakukan lempar ke gawang.
Melaksanakan kombinasi ke tiga kegiatan yang sudah dilakanakan.
2. Pelaksanaan pertemuan ke dua ini permainan intinya adalah aktivitas end zone
melaksanakan permainan lima lawan lima (5 vs 5) terlebih dahulu lalu kemudian
tujuh lawan tujuh (7 vs 7). Dengan cara bermain permainan end zone ball yaitu
operan bola ke teman satu tim tanpa dribbling kemudian membuat skor/poin
dengan cara bola disimpan di wilayah end zone ball yang berada di lawan dengan
cara di simpan dan lawan melakukan intercepting atau merebut bola. Jika sudah
sepuluh kali masuk ke end zone ball maka poinnya satu dan seterusnya sampai
10 poin.
c. Nilai-nilai Perilaku yang ditampilkan.
1. Membangun nilai kerjasama dan tidak mementingkan diri sendiri dalam aktivitas
permainanend zone ball dengan variasi permianan sebagai berikut:
Permainan pertama siswa melakukan operan bola lempar tangkap sebanyak 10 kali tanpa dribbling. Kemudian jika sudah sepuluh kali tangkapan simpan bola
di wilayah end zone ball, maka dapat skor/poin satu dan seterusnya sampai 10.
Permainan ke dua melakukan operan bola lempar tangkap sebanyak 10 kali dengan dribbling tidak boleh jatuh bola yang ditangkap jika jatuh bola
diberikan ke lawan.
Permainan ke tiga siswa melakukan aktivitas memindahkan bola bolak-balik di mulai dari tempat siswa berdiri sampai wilayah end zone ball sebanyak siswa
yang.
2. Membangun persaingan dengan cara berlomba dan bersaing menjadi pemenang
setiap aktivitas permainan end zone ball yang dilaksanakan.
3. Variasi pembelajaran permainan ten ball lima lawan lima (empat vs enam) tujuh
dan tujuh lawan delapan (7 vs 8) yang lebihnya menjadi joker (rekan yang ikut
End
Zone E n d
Zone
Bentuk lapangan permainan end zone ball adalah sebagai berikut:
Gambar 3.5 End Zone Ball Dua Wilayah Variasi Satu
Keterangan:
End Tim bertahan
Tim penyerang
Bola
Gambar 3.6 End Zone Ball Dua Wilayah Variasi Dua
3) Kegiatan penutup (15 menit)
1. Pendinginan
2. Siswa dikumpulkan, mendengarkan penjelasan materi disampaikan
3. Refleksi
Siklus Dua
a. Pertemuan ke tiga atau tindakan tiga handball like games materi circle ball
Fokus Pembelajaran : aktivitas lempar tangkap, menguasai, mempertahankan
bola dan lempar tangkap dengan teman dan mematulakan
bola ke dalam lingkaran danmembuat skor sebanyak 10 kali.
Tujuan : aktivitas meningkatkan kemampuan gerak dasar dan
berdiskusi pada saat permainan selesai dalam agar tercapai
tujuan yang diharapkan dengan mempertahankan dan
mencetak poin. Denga memberi pemknaan perilaku positif
siswa dengan nilai-nilai kerjasama, simpati rasa tidak
egois/mementingkan diri sendiri dan tidak berselisih
1) Kegiatan pendahuluan (15 menit)
a) Berbaris dengan enam shaf, empat klelompok putra dua kelompok putri dan
berdoa
b) Presensi
c) Siswa melakukan pemanasan yang berorientasi pada kegiatan inti
d) Aprsepsi
2) Kegiatan inti (40 menit) permianancircle ball
b. Panduan Pembelajaran/Langkah-langkah pembelajaran
Pada awal kegiatan pembelajaran dijelaskan dan diperagakan tentang aktivitas permainan circle ball pertemuan ke tiga. Permainan dengan teknik dasar passing,
dribbling, dan intercepting. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
disesuaikan dengan jumlah siswa.
Pelaksanaan pertemuan ke tiga ini permainan intinya adalah aktivitas circle ball. Terlebih dahulu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan
teman satu tim tanpa dribbling kemudian membuat skor/poin dengan cara bola di
pantulkan di wilayah circle ball yang berada di daerah lawan dengan cara di
pantulkan dan rekan satu timnya menagkap bola yang dipatuntulkan dan lawan
melakukan intercepting atau merebut bola. Jika sudah sepuluh kali di pantulkan
ke circle ball maka poinnya satu dan seterusnya sampai 10 poin.
c. Nilai-nilai perilaku sosial yang ditampilkan
Membangun nilai kerja sama dan tidak mementingkan diri sendiri dalam aktivitas permainan circle ball dengan variasi permainan sebagai berikut:
Siswa melakukan operan/umpan/passing bola lempar tangkap dengan rekan satu tim tanpa dribbling, lemparan umpan tanpa batas, mendapatkan poinnya
siswa memantulkan bola di cicrle ball daerah lawan yang sudah ditentukan dan
rekan satu tim siap-siap menunggu untuk menangkap bola.
Siswa melakukan operan bola lempar tangkap sebanyak 10 kali dengan
dribbling tidak boleh jatuh bola yang ditangkap jika jatuh bola diberikan ke
lawan.
Siswa melakukan permaianan yang sama dengan permainan lempar tangkap dan memantulkan bola 10 kali dengan lemparan/umpan terbatas namun yang
berbeda wilayah end zone ball nya boleh dimana saja.
Membangun persaingan dengan cara permainan yang dilaksanakan jika sudah sepuluh kali tangkapan maka poinnya satu dan seterusnya sampai 10 poin.
siswa berlomba dan bersaing menjadi pemenang setiap aktivitas permainan ten
ball.
Variasi pembelajaran permainan ten ball lima lawan lima (empat vs enam) tujuh dan tujuh lawan enam (7 vs 8) yang lebihnya menjadi joker (rekan yang
ikut membantu permainan). Bentuk lapangan permainan Circle ball adalah
Gambar 3.7 Circle Ball dengan dua daerah skor/gol/poin
Keterangan:
: daerah/wilayah pantulan bola untuk membuat skor
: lapangan
: arah permainan untuk memebuat skor
3) Kegiatan penutup (15 menit)
a) Pendinginan
b) Siswa dikumpulkan, mendengarkan penjelasan materi disampaikan
c) Refleksi
d) Doa dan bubar
a. Pertemuan ke empat atau tindakan ke empat handball like games materi Tree mat
ball
Fokus Pembelajaran :aktivitas lempar tangkap, menguasai, mempertahankan
bola, cara mencetak skor dengan menyimpan bola di
wilayah atau end zone yang sudah di sediakan/10 kali.
Tujuan : aktivitas meningkatkan kemampuan gerak dasar dan