• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. PENGERTIAN BERPIKIR KRITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A. PENGERTIAN BERPIKIR KRITIS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

A. PENGERTIAN BERPIKIR KRITIS

Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995) Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi (Chaffee, 1994).

Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang individu untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian.

Berpikir kritis adalah suatu cara yang sistematis untuk membuat dan membentuk fikiran seseorang, sehingga dapat berfungsi dengan penuh tujuan/manfaat dan akurat/tepat.

Berpikir kritis merupakan cara berpikir yang teratur, terstruktur,

komprehensif, didasarkan pada standar intelektual, dan didasarkan pada pertimbangan/alas an yang baik.

Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu cara bagaimana perawat menggunakan informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan, dan membentuk gambaran mental tentang apa yang terjadi pada klien.

Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-yahiro dan Salylor, 1994).

Berpikir secara kritis menantang individu untuk menelaah asumsi tentang informasi terbaru dan untuk menginterpretasikan serta mengevaluasi uraian dengan tujuan mencapai kesimpulan atau perspektif baru (Strander, 1992)

PROSES BERPIKIR KRITIS

Berpikir secara kritis melibatkan suatu rangkaian terintegrasi tentang kemampuan dan sikap berpikir. Individu harus mampu menerima informasi, menggunakan ingatan (memori) saat ini dan masa lalu, menerpkan logika dan alasan, meninjau data dengan cara yang teratur, dan membuat keputusan

(2)

Kemampuan berpikir kritis :

1. Berpikir secara aktif dengan menggunakan inteligensia, pengetahuan, dan ketampilan diri untuk menjawab pertanyaan.

2. Dengan cermat menggali situasi dengan mengajukan dan menjawab pertanyaan yang relevan

3. Berpikir untuk diri sendiri dan secara cermat menelaah berbagai ide dan mencapai kesimpulan yang berguna.

4. Meninjau situasi perspektif yang berbeda untuk mengembangkan suatu pemahaman yang mendalam dan menyeluruh.

5. Mendiskusikan ide dalam suatu cara yang terorganisasi untuk pertukaran dan menggali ide dengan orang lain.

B. TAHAP BERPIKIR KRITIS

1. Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking)

2. Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequacy of knowledge)

3. Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem) 4. Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource)

5. Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/Decision) C. PRINSIP BERPIKIR KRITIS

Belajar dan berpikir merupakan proses sepanjang hidup. Belajar dan berpikir sepanjang

waktu tidak dapat dipisahkan, sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang

dimiliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, menyajikan ide-ide, dan membuat kesimpulan yang valid.

Perawat profesional harus selalu melihat dan berpikir ke depan. Praktik keperawatan harus selalu berubah sesuai dengan perkembangan pengetahuan baru yang lebih efektif, yang mempunyai bukti- bukti yang mendukung secara ilmiah, dan memberikan hasil yang

lebih baik untuk klien.

Dengan berpikir kritis, perawat mampu belajar dan untuk secara positif mempengaruhi praktik keperawatan. Kedewasaan seorang perawat diukur dengan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan baru dan terlibat dalam proses penemuan yang menguntungkan bagi klien dan profesi keperawatan.

(3)

D. ELEMEN BERPIKIR: Komponen dasar pembentuk fikiran.

No Elemen Standar dasar Masalah Potensial Prinsip Dasar

1 Tujuan Tujuan harus jelas, signifikan, dapat dicapai dan konsisten

Tujuan tidak jelas, tidak signifikan (sepele), tidak realistik, kontradiksi

Setiap pemikiran harus mempunyai tujuan 2 Pertanyaan terhadap issue sentral Pertanyaan jelas, signifikan, dapat dijawab, relevan.

Tidak jelas, tidak signifikan, tidak dapat dijawab, tidak relevan.

Untuk membuat pertanyaan, anda harus mengetahui apa yang dibutuhkan. 3 Sudut pandang · Fleksibel. · Ketajaman (fair) · Jelas (clarity) · Luas · Kaku · Bias · Tidak jelas · Sempit

Pemikian akan lebih baik bila didasarkan pada sudut pandang yang beragam, dan relevan, disampaikan secara jelas, logis, dilaksanakan secara konsisten dan tidak memihak. 4 Dimensi

empiris

· Kejadian yang jelas (clear) · Informasi yang relevan. · Kejadian dilaporkan secara tajam/jelas. · Datanya akurat. · Kejadiannya mencukupi (adekuat) · Data yag digunakan

konsisten. · Tidak jelas. · Tidak relevan (didasarkan asumsi pribadi) · Tidak akurat · Data tidak cukup.

Pemikiran hanya bisa disampaikan bila

didasarkan pada kejadian yang nyata.

5 Konsep dan ide

· Konsep yang jelas. · Konsep yang relevan. · Konsep yang

mendalam.

· Konsep yang netral

· Tidak jelas. · Tidak relevan. · Supervisial · Bias

Kejelasan, relevansi, dan kedalaman pemikiran ditemukan oleh konsep- konsep yang

membentuknya/mendasar i.

6 Asumsi · Asumsi yang jelas. · Asumsi dapat

dibenarkan.

· Asumsi yang konsisten

· Tidak jelas · Tidak bisa

dibenarkan. · Bertolak belakang

Pemikiran hanya dapat disampaikan bila didasarkan pada asumsi 7 Implikasi dan konsekuensi · Implikasi yang signifikan · Implikasi yang realistik · Implikasi disampaikan dengan jelas. · Implikasi yang disampaikan tepat. · Implikasi disampaikan lengkap · Implikasi tidak signifikan/tidak penting · Tidak realistik. · Tidak jelas · Tidak lengkap. Untuk berpikir/pengambilan eputusan anda harus memahami implikasi dan konsekuensi dari keputusan yang diambil

(4)

E. MODEL BERPIKIR KRITIS à THINK

4 model berpikir kritis : total recall, habits, inquiry, new idea & creatively, knowing how you think.

1. Total recall (ingatan total):

· Mengingat kembali fakta-fakta atau mengingat kembali dimana serta bagaimana menemukannya bila diperlukan.

· Fakta dapat berasal dari buku, hasil pengkajian, lingkungan.

· Kemampuan mengakses pengetahuan: disimpan dalam ingatan estela dipelajari.

· Tiap orang memiliki fakta dalam ingatannya. · Total recall tergantung kemampuan memory.

· Dapat dilakukan dengan membuat assosiasi antara fakta dengan peristiwa lain yang lebih menarik. 2. Habits (Kebiasaan):

· Berpikir secara berulang-ulang sehingga jadi kebiasaan/things I do without thinking.

3. Inquiry (Penyelidikan).

· Mengkaji issue dengan mendalam dan mananyakan yang tampak tidak jelas.

· Menggali dan menanyakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fakta sesuai dengan asumsinya.

· Cara utama untuk membuat kesimpulan · Berpikir induktif

· Tahap-tahap :

a. Melihat adanya fakta. b. Menbuat kesimpulan awal. c. Mengenali kesenjangan

d. Mengumpulkan data tambahan

e. Membandingkan informasi dengan yang sudah biasa ditemui/pengalaman masa lampau.

f. Mencari adanya bias.

g. Mencari alternatif kesimpulan lain.

h. Memvalidasi kesimpulan dengan informasi yang lebih banyak. 4. New idea and creatively (ide baru dan kreatifitas)

· Kebalikan dari habits

· Segala sesuatu yang sudah dipelajari, digabung, dikaitkan dan diterapkan pada situasi yang unik

(5)

5. Knowing how you to think (mengetahui bagaimana anda berpikir) § Dimulai dengan menggunakan refleksi diri

§ Digunakan untuk menyesuaikan pemikiran secara terus-menerus ke konteks kebutuhan pasien dan area pelayanan kesehatan yang selalu berubah

§ Mempertimbangkan segala sesuatu dalam pikiran kita dan berusaha keras untuk meningkatkan bagaimana kita berpikir dan apa yang kita lakukan dengan berfokus pada apa yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan dalam situasi tertentu tersebut

ASUMSI TERHADAP MODEL THINK

1. berpikir, merasa, dan bertindak merupakan semua komponen esensial dari keahlian keperawatan yang berkerja bersama secara sinergis 2. walaupun berpikir, merasa, dan bertindak tidak terpisahkan dalam

praktik keperawatan yang nyata, tetapi dapat dipisahkan untuk pembahasan dalam teks dan ruangan kelas.

3. Perawat dan mahasiswa keperawatan bukan selembar kertas kosong, sehingga mereka masuk ke dalam keperawatan dengan berbagai ketrampilan berpikir

4. Meningkatkan cara berpikir merupakan tindakan disengaja yang dapat diajarkan dan dipelajari.

5. Sebagian besar mahasiswa dan perawat mengalami kesulitan menjelaskan ketrampilan berpikir mereka. Oleh karena itu, setiap model berpikir kritis dimulai dengan menghargai kemampuan berpikir yang telah ada sehingga mahasiswa dapat menjelaskan apa yang telah mereka miliki.

6. berpikir kritis dalam keperawatan merupakan perpaduan beberapa aktivitas berpikir yang terkait dengan konteks situasi ketika proses berpikir tersebut terjadi.

(6)

Model tentang berpikir kritis dikembangkan untuk penilaian keperawatan oleh Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994).

Tingkat berpikir kritis

Komponen berpikir kritis

Model tersebut mendefinisikan hasil dari berpikir kritis sebagai penilaian keperawatan yang relevan dengan masalah keperawatan dalam berbagai lingkup. Model tersebut dirancang untuk mengetengahkan penilaian keperawatan dalam peran klinis, manajerial, kepemimpinan, dan pendidikan.

KOMPONEN BERPIKIR KRITIS

1. Dasar pengetahuan khusus

Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah keperawatan.

2. Pengalaman

Pengalaman klinis memberikan suatu sarana laboratorium untuk menguji pengetahuan keperawatan. Benner (1984) menuliskan bahwa perawat

yang ahli memahami konteks dari situasi klinis, mengenali isyarat, dan menginterpretasikannya sebagai relevan atau tidak relevan. Tingkat 

Tingkat 3 : komitmen  Tingkat 2 : kompleks  Tingkat 1 : dasar  Dasar pengetahuan khusus  Pengalaman  Kompetensi  Sikap Standar

(7)

kompetensi ini datang dari pengalaman. Pelajaran terbaik yang harus dipelajari oleh peserta didik keperawatan yang baru adalah mengambil manfaat semua yang dialami klien. Menggunakan salah satunya sebagai batu loncatan untuk membangun dan mendapatkan pengetahuan baru, membuat perbandingan dan kontras, dan merangsang pikiran inovatif. 3. kompetensi

Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat penilaian keperawatan.

Tiga tipe kompetensi :

a. Berpikir kritis umum

Berpikir kritis umum mencakup metoda ilmiah, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan. Pemecahan masalah mencakup mendapatkan informasi ketika terdapat kesenjangan antara apa yang sedang terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi. Kemampuan memecahkan masalah dalam suatu situasi memungkinkan perawat menerapkan pengetahuan tersebut pada situasi klien lainnya. Dalam membuat keputusan, individu memilih tindakan untuk memenuhi tujuan. Keputusan yang harus dibuat secara bebas dengan dasar nilai dan keinginan individu. Sekali keputusan telah dibuat, individu harus yakin bahwa keputusan tersebut adalah pilihan yang terbaik.

b. Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis

Kompetensi yang tercakup disini adalah pertimbangan diagnostik, kesimpulan klinis, dan pembuatan keputusan klinis. Dalam pemeriksaaan diagnostik yang dilakukan untuk pasien, perawat berperan membuat pengkajian berkesinambungan berdasarkan masalah medis klien (Carnevali & Thomas, 1993). Dalam hal ini perawat tidak membuat diagnosa medis, perawat mencari tanda dan gejala yang diantisipasi yang merupakan hal umum untuk mendiagnosis, membantu membuat kesimpulan klinis tentang kemajuan perawat. Misalnya: klien yang mempunyai riwayat infark miokard (serangan jantung) harus dipantau munculnya kekambuhan nyeri dada dan perubahan tanda-tanda vital. Perawat harus mampu secara kritis untuk menganalisa situasi klinis yang terus berubah sehingga kebutuhan mendesak klien dapat diantisipasi. Ini merupakan peran kolaburatif penting harus diterima perawat.

(8)

c. Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan.

Proses keperawatan merupakan pendekatan sistematis yang digunakan untuk secara kritis mengkaji dan menelaah kondisi klien, mengidentifikasi respon klien terhadap masalah kesehatan,

melakukan tindakan yang sesuai, dan kemudian mengevaluasi apakah tindakan yang dilakukan telah efektif.

Pembuatan keputusan klinis untuk kelompok klien : · Identifikasi masalah dari setiap

klien.

· Bandingkan klien dan tetapkan masalah mana yang lebih mendesak berdasarkan kebutuhan dasar, status klien yang tidak stabil atau terus berubah, dan kompleksitas masalah. · Antisipasi waktu yang akan

dibutuhkan untuk mencapai prioritas masalah.

· Putuskan bagaimana cara membandingkan aktivitas untuk memecahkan lebih dari satu masalah pada setiap kesempatan. · Pertimbangan bagaimana cara melibatkan klien sebagai pembuat

keputusan dan partisipan dalam perawatan

Perbandingan Langkah Pemecahan Masalah, Metoda Ilmiah, dan Proses Keperawatan.

Pemecahan masalah Tujuh langkah Metode Ilmiah dari Copi dan Cohen

Proses Keperawatan Menghadapi masalah Masalah

Hipotesis awal

Mengkaji Mengumpulkan data Mengumpulkan fakta-fakta

tambahan Mengidentifikasi sifat

yang pasti dari masalah

Merumuskan hipotesis Merumuskan diagnosa keperawatan Menentukan rencana tindakan Menyimpulkan konsekuensi selanjutnya Merencanakan (identifikasi hasil) Menjalankan rencana tindakan

Menguji konsekuensi Implementasi Mengevaluasi rencana

dalam situasi baru

Penerapan Mengevaluasi Rencana tindakan

(9)

4. Sikap

Sikap dalam hal ini adalah nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus menunjukkan ketrampilan kognitif untuk berpikir secara kritis dan penting untuk memastikan bahwa ketrampilan ini digunakan secara adil dan bertanggung jawab. Contoh sikap untuk berpikir kritis adalah: tanggung gugat, berpikir mandiri, mengambil resiko, kerendahan hati, integritas,

ketekunan, dan kreativitas. · Tanggung gugat.

Sebagai perawat profesional, perawat harus mampu membuat keputusan dalam berespon terhadap hak, kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk apapun penilaian yang dibuatnya atas nama klien. · Berpikir mandiri

Perawat belajar mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentang yang luas yang dilanjutkan dengan membuat penilaian sendiri. Penilaian disertai dengan penerimaan masukan dari orang lain, dengan catatan: ide atau masukan dari orang lain tersebut harus disertai dengan rasional serta jawaban yang logis. Berpikir mandiri adalah inti dari riset keperawatan

· Mengambil resiko

Keputusan yang telah diambil mempunyai resiko untuk ditelaah kembali sehingg adibutuhkan niat dan kemauan mengambil resiko untuk mengenali keyakinan apa yang salah dan selanjutnya melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan yang didukung oleh fakta dan bukti yang kuat.

· Kerendahan hati

Pemikir kritis menerima bahwa mereka tidak mengetahui dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat. Kerendahan hati perlu dipersiapkan oleh seorang perawat untuk mengetahui ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah praktik keperawatan. Perawat harus memikirkan

(10)

berhadapan dengan perawat yang lebih berpengalaman dan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menangapi masalah klien dengan tepat mendukung perawat menjadi dewasa secara profesional.

· Integritas

Orang yang mempunyai integritas dengan cepat berkeinginan untuk mengakui dan mengevaluasi segala ketidakkonsistenan dalam ide dan keyakinannya.

· Ketekunan

Pemikir kritis harus bertekad untuk menemukan pemecahan dan jalan keluar yang efektif untuk masalah keperawatan klien. Perawat harus belajar sebanyak mungkin mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk keperawatan dan terus menari sumber tanbahan sampai pendekatan yang tepat. Misalnya: pasien DM (Diabetes Melitus/peny gula) mempunyai luka di jari kaki. Untuk menemukan tindakan yang tepat, perawat perlu konsultasi dengan ahli gizi, dokter, dan mencari jurnal/artikel yang berhubungan dengan luka DM · Kreativitas.

Kreativitas merupakan kemampuan berpikir orijinal, hal ini berarti menemukan jalan keluar dari masalah yang ditemukan dengan cara yang lain. Misal: anggota keluarga menderita artritis sehingga sakit jika digunakan untuk membungkuk. Mensikap hal tersebut, keluarga memakukan balok kecil di kaki kursi, hal ini dilakukan agar pasien tidak perlu membungkuk jika akan duduk.

5. Standar

Kemampuan perawat untuk berpikir kritis terhadap masalah klien, sehingga penting untuk menggunakan standar berpikir kritis untuk memastikan bahwa keputusan yang tepat telah dibuat.

Standar profesional untuk berpikir kritis mengacu pada kriteria etik untuk penilaian keperawatan dan kriteria untuk tanggung jawab dan tanggung gugat profesional. Penerapan standar mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu atau kelompok (Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994)

Standar untuk berpikir kritis adalah jelas, spesifik, konsisten, mendalam, komplet, mencukupi, tepat, akurat, masuk akal, logis, luas, signifikan, terbuka.

(11)

TINGKAT BERPIKIR KRITIS (Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994)

1. Tingkat 1 : dasar.

Pada tingkat dasar, berpikir cenderung untuk menjadi konkrit dan didasarkan pada serangkaian peraturan atau pinsip. Hal ini merupakan langkah awal dalam kemampuan pertimbangan. Individu mempunyai keterbatasan pengalaman dalam menerapkan berpikir kritis, cenderung untuk diatur oleh orang lain, belajar menerima perbedaan pendapat dan nilai-nilai di antara pihak yang berwenang. Pendekatan tahap demi tahap digunakan untuk memberikan perawatan dan kemungkinan dapat atau tidak untuk diadaptasi guna memenuhi kebutuhan klien yang unik.

2. Tingkat 2 : Kompleks.

Dalam tahap ini, seseorang secara kontinu mengenali keragaman dari pandangan dan persepsi individu. Pengalaman membantu individu mencapai kemampuan untuk terlepas dari kewenanganan dan menganalisa serta meneliti alternatif secara lebih mandiri dan sistematis. Dalam keperawatan, praktisi mulai untuk mencari tindakan keperawatan yang bermanfaat jangka panjang. Perawat perlu belajar keragaman dari pendekatan yang berbeda untuk terapi yang sama.

3. Tingkat 3 : Komitmen.

Pada tingkat ini, perawat memilih tindakan atau keyakinan berdasrkan alternatif yang diindetifikasi pada tingkat berpikir yang kompleks. Perawat mampu untuk mengantisipasi kebutuhan untuk membuat keputusan yang kritis setelah menganalisis keuntungan dari alternatif yang lain. Maturitas perawat tercermin dari kerutinan yang selalu mencari pilihan yang terbaik, paling inovatif, dan sesuai untuk perawatan klien.

KETRAMPILAN DASAR AGAR BISA BERPIKIR KRITIS

· Mampu mengevaluasi kredibilitas sumber informasi.

· Mampu menganalisa argumen, interpretasi, kepercayaan dan teori-teori. · Mampu megklarifikasi makna dari setiap kata/frase.

· Mampu mentransfer pemikiran dengan cara yang baru.

· Mampu memberikan/membangkitkan dan mengkaji kemungkinan pemecahan masalah

· Mampu mengembangkan kriteria untuk evaluasi.

(12)

DIMENSI AFEKTIF BERPIKIR KRITIS

· Berpikir secara independen (bebas) · Melatih cara berpikir terbuka

· Mengembangkan fikiran berfokus pada diri sendiri dan sosial.

· Mengembangkan kerendahan hati intelektual (tidak keminter).

· Mengembangkan keteguhan intelektual.

· Mengembangkan kejujuran dan integritas intelektual.

· Mengembangkan ketekunan intelektual. · Percaya diri dalam berargumentasi. · Mengembangkan rasa ingin tahu

RINTANGAN TERHADAP PEMIKIRAN BERMUTU TINGGI (BERPIKIR KRITIS)

1. Terjebak dalam rutinitas 2. Kecemasan.

Peningkatan kecemasan mengecilkan kompor berpikir dan membatasi model I, N, dan K.

Jika kita mahasiswa, tehnik yang bermanfaat untuk menurunkan kecemasan dalam situasi pembelajaran klinis adalah:

§ Pastikan kita tekah mempersiapkan diri dengan baik untuk menerima tugas-tugas klinis

§ Minta pembimbing kita memberikan pertanyaan tentang rasional atau prosedur yang baik sebelum kita melakukan tindakan

§ Perlambat pernafasan

§ Biarkan diri kita menyuarakan pikiran yang terlintas

§ Ingatkan pada diri anda, bahwa anda adalah seorang mahasiswa dan tidak diharapkan untuk memiliki semua jawaban sehingga tidak perlu takut jika berbuat salah.

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan berpikir kritis matematika merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting bagi siswa. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui gambaran kemampuan berpikir

Dalam rangka mengetahui bagaimana mengembangkan berpikir kritis pada diri seseorang, R.H Ennis dalam Hassoubah (2004: 87) memberikan sebuah definisi berpikir

Berpikir Kritis: Paradigma Teoritik Berpikir Kritis: Paradigma Teoritik pendekatan kontekstual efektifitas dinamisasi kontekstual teori berbasis kontekstual pedoman/

Sebaiknya kita sebagai seorang individu atau seorang perawat bisa berpikir secara kritis, sehingga dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Serta dapat

Pengertian berpikir kritis ialah berpikir dengan konsep yang matang dan mempertanyakan segala sesuatu yang dianggap tidak tepat dengan cara yang baik.. Bertanya

Demikian juga berpikir kritis meliputi kemampuan untuk menarik kesimpulan dan generalisasi yang bisa dipertanggungjawabkan, menguji kesimpulan dan generalisasi yang dibuat,

Berkaitan dengan struktur berpikir kritis, menurut Edward Glaser bahwa keterampilan penting dalam pemikiran kritis dapat dipandang sebagai landasan untuk berpikir kritis mencakup

Kesimpulan penelitian ini adalah secara keseluruhan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol nilai sig0,05, kemampuan berpikir kritis siswa FD