• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Tonsilitis Kronis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Tonsilitis Kronis"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka

TONSILITIS KRONIS

TONSILITIS KRONIS

Oleh: Oleh: Widya

Widya Susanti Susanti 1571006415710064 isa

isa !ayestika !ayestika Su"#a"t$ Su"#a"t$ 1571010115710101 %&

%&alin$ alin$ %#dani %#dani S S 1571010715710107

Pe'(i'(in): Pe'(i'(in): d#* Puji Ku#nia&an+

d#* Puji Ku#nia&an+ S"*T,T-S"*T,T-KLKL

.P%R

.P%RT!N S!/ T!N S!/ IL! KS,%T%IL! KS,%T%N TLIN% ,I.N TNOROK N TLIN% ,I.N TNOROK  2.%, KP%L% .%N L,R 

2.%, KP%L% .%N L,R  /%KL

/%KLT%T%S K.OKTS K.OKTR%N R%N NI3RSIT%S WI%NI3RSIT%S WI%% % KS!%  RS. SI.O%RKS!%  RS. SI.O%ROO SI.O%RO 016

(2)
(3)

TONSILITIS KRONIS TONSILITIS KRONIS

Oleh: Oleh:

Widya Susanti8 isa !ayestika8 %&alin$ %#dani Widya Susanti8 isa !ayestika8 %&alin$ %#dani .e"a#te'en9S!/ Il'i

.e"a#te'en9S!/ Il'i Kesehatan Telin)a ,idun) Kesehatan Telin)a ,idun) TeTen))$#$k n))$#$k  2edah Ke"ala dan Lehe#

2edah Ke"ala dan Lehe#

/akultas Ked$kte#an nie#sitas Wijaya Kusu'a  RS. Sid$a#j$ /akultas Ked$kte#an nie#sitas Wijaya Kusu'a  RS. Sid$a#j$

Sid$a#j$ Sid$a#j$ PN.%,L%N

PN.%,L%N

Tonsilitis kronis merupakan peradangan pada tonsil yang berlangsung kronis. Tonsilitis kronis merupakan peradangan pada tonsil yang berlangsung kronis. Sakit tenggorokan merupakan kondisi umum yang berhubungan dengan infeksi saluran Sakit tenggorokan merupakan kondisi umum yang berhubungan dengan infeksi saluran  pernafasan

 pernafasan atas atas akut akut dan dan episode episode berulang, berulang, infeksi infeksi ini ini dapat dapat menyebabkan menyebabkan tonsillitistonsillitis kronis. Faktor predisposisi lain tonsillitis kronis antara lain rangsangan menahun dari kronis. Faktor predisposisi lain tonsillitis kronis antara lain rangsangan menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan tonsillitis akut yang tidak diobati dengan adekuat. Proses radang yang berulang fisik dan tonsillitis akut yang tidak diobati dengan adekuat. Proses radang yang berulang ini akan menyebabkan perubahan pada mukosa tonsil

ini akan menyebabkan perubahan pada mukosa tonsil11

Tonsil palatine dan tonsil nasofaring (adenoid) adalah jaringan limfoepitelial Tonsil palatine dan tonsil nasofaring (adenoid) adalah jaringan limfoepitelial te

terlrletetak ak di di ararea ea ststraratetegigis s dadari ri fafariring ng dadan n nanasosofafariringng, , mamasisingngmmasasining g jajariringnganan imunokompeten merupakan garis pertahanan pertama terhadap tertelan atau terhirup imunokompeten merupakan garis pertahanan pertama terhadap tertelan atau terhirup  protein asing

 protein asing seperti bakteri, seperti bakteri, !irus, atau !irus, atau antigen makanan. antigen makanan. Pada Pada saat ini saat ini belum ada belum ada caracara medikamentosa untuk menyembuhkan tonsillitis kronis. Sehingga terapi medikamentosa medikamentosa untuk menyembuhkan tonsillitis kronis. Sehingga terapi medikamentosa  pada tonsillitis kronis mas

 pada tonsillitis kronis masih mengalami kontro!ersiih mengalami kontro!ersi1,"1,"

#nf

#nformormasi asi yanyang g dipdiperlerlukan ukan untuntuk uk memmembuat buat kepkeputuutusan san yanyang g rasrasionional al daldalamam menyelesaikan kontro!ersi ini dapat diperoleh dengan pemahaman potensi imunologi menyelesaikan kontro!ersi ini dapat diperoleh dengan pemahaman potensi imunologi

(4)
(5)

tonsil yang normal dan adenoid, membandingkan fungsifungsi ini dengan perubahan

yang terjadi pada tonsil kronis sakit dan adeno id1,",$

Tujuan penulisan referat ini untuk mengetahui definisi, gejala, cara  penegakkan diagnosis, tatalaksana dan prognosis penyakit tonsilitis kronis.

1* .e;inisi

Tonsilitis kronis merupakan radang pada tonsila palatina yang sifatnya menahun. Tonsilitis kronis dapat berasal dari tonsilitis akut yang dibiarkan saja atau karena  pengobatan yang tidak sempurna, dapat juga karena penyebaran infeksi dari tempat lain, misalnya karena adanya sekret dari infeksi di sinus dan di hidung (sinusistis kronis dan rhinitis kronik), atau karies gigi. Pada sinusitis kronik dan rhinitis kronik terdapat sekret di hidung yang mengandung kuman penyakit. Sekret tersebut kontak dengan permukaan tonsil. Sedangkan penyebaran infeksinya adalah secara hematogen maupun secara

limfogen ke tempat jaringan yang lain."

%dapun yang dimaksud kronik adalah apabila terjadi perubahan histologik pada tonsil, yaitu didapatkannya mikroabses yang diselimuti oleh dinding jaringan fibrotik 

dan dikelilingi oleh &ona sel ' sel radang.$ikroabses pada tonsilitis kronis maka tonsil

dapat menjadi fokal infeksi bagi organ'organ lain, seperti sendi, ginjal, jantung dan

lain'lain.1,$

* '(#i$l$)i T$nsil

akal tonsil timbul pada a*al kehidupan fetus. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris di antara kedua pilar fausium dan berasal dari in!aginasi hipoblas di tempat ini. Selanjutnya cekungan yang terbentuk dibagi menjadi beberapa bagian, yang akan menjadi kripta permanen pada tonsil. Permukaan dalam, atau permukaan yang terpapar, termasuk cekungan pada kripta dilapisi oleh mukosa, sedangkan permukaan luar atau

(6)
(7)

<* %nat$'i T$nsil

+rofaring terbuka ke rongga mulut pada pilar anterior faring. Palatum mole terdiri dari otot yang ditunjang oleh jaringan fibrosa dan diluarnya dilapisi oleh mukosa. Penonjolan di median membaginya menjadi " (dua) bagian. entuk seperti kerucut yang terletak di bagian sentral yang kita kenal dengan uvula. atas lateral palatum pada setiap sisinya terbagi menjadi pilar anterior dan pilar posterior fausium. Pada pilar anterior  teradapat . palatoglosus. Pilar posterior terdiri . palatofaringeus. iantara kedua

 pilar terdapat celah, tempat kedudukan tonsil fausium.1,-(ambar 1)

<*1 T$nsil ;ausiu'

Tonsil fausium,

masing' masing sebuah

 pada tiap sisi orofaring, adalah jaringan

limfoid yang berbentuk seperti buah kenari

dibungkus oleh kapsul fibrosa yang jelas. Permukaan

sebelah dalam atau permukaan yang bebas, tertutup oleh membran epitel skuamosa  berlapis yang sangat melekat. /pitel ini meluas dalam kantung atau kripta yang

membuka ke permukaan tonsil.

1,-Plika triangularis adalah lipatan mukosa yang tipis, terbentang kebelakang dari  pilar anterior dan menutupi sebagian permukaan anterior tonsil yang timbul dalam kehidupan embrional. Plika semilunaris (supra tonsil) adalah lipatan sebelah atas dari mukosa yang mempersatukan kedua pilar pada pertautannya. Fosa supra tonsilar 

(8)
(9)

merupakan celah yang ukurannya ber!ariasi, bisa juga terletak diatas tonsil dan diantara

 pilar anterior dan pilar posterior.

-<* T$nsil Lin)ual

Tonsil lingual merupakan bentuk yang tidak bertangkai, terletak pada dasar lidah diantara kedua tonsil fausium dan meluas kearah anteroposterior dari papila sirkum!alata ke epiglottis dipisahkan dari otot ' otot lidah oleh suatu lapisan jaringan fibrosa. Tonsil terdiri dari sejumlah penonjolan yang bulat atau melingkar yang

mengandung jaringan limfoid dan di sekelilingnya terdapat jaringan ikat.

1,-<*< =in>in Waldeye#

Tonsil dan adenoid merupakan bagian terpenting cincin *aldeyer dari limfoid, yang mengelilingi faring. 0nsur yang lain yaitu tonsil lingual, pita lateral faring dan kelenjarkelenjar limfoid yang tersebar dalam fossa rosenmuller diba*ah mukosa

dinding posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius.

",$,-<*4 Ka"sul T$nsil

apsul tonsil mempunyai trabekula yang berjalan ke dalam parenkim. Trabekula

ini mengandung pembuluh darah, saraf ' saraf dan pembuluh limfe eferen.

-<*5 K#i"ta T$nsil

Terdiri dari 2 sampai "3 kripta, biasanya tubular dan hampir selalu memanjang dari dalam tonsil sampai ke kapsul pada permukaan luarnya. ripta tersebut tidak 

 bercabang tetapi merupakan saluran yang sederhana.1,4

5aringan ikat sub epitel yang terdapat dengan jelas diba*ah permukaan epitel segera hilang ketika epitel membentuk kripta. 6al ini menyebabkan sel epitel dapat menempel pada struktur limfatik tonsil. Sering kali tidak mungkin untuk membuat garis  pemisah antara epitel kripta dengan jaringan interfolikuler. /pitel kripta tidak sama dengan epitel asalnya yang menutupi permukaan tonsil, tidak membentuk sa*ar 

 pelindung yang kompak dan utuh.1,4

<*6 /$ssa T$nsila#is

Pilar anterior berisi uskulus palatoglosus dan membentuk batas anterior, pilar   posterior berisi uskulus palatofaringeus dan membentuk batas posterior sinus.

(10)
(11)

Palatoglosus mempunyai origo berbentuk seperti kipas dipermukaan oral palatum mole dan berakhir pada sisi lateral lidah. Palatofaringeus merupakan otot yang tersusun !erikal dan diatas melekat pada palatum mole, tuba /ustachius dan pada dasar  tenggorok. +tot ini meluas keba*ah sampai ke dinding atas esophagus. +tot ini lebih

 penting daripada otot palatoglosus.-,4

edua pilar bertemu diatas untuk bergabung dengan palatum mole. i inferior  akan berpisah dan memasuki jaringan pada dasar lidah dan dinding lateral faring. inding luar fosa tonsilaris terdiri dari uskulus konstriktor faringeus superior. uskulus konstriktor superior mempunyai serabut melintang yang teratur, membentuk  otot sirkularfaring. Fo*ler dan Todd menggambarkan otot keempat yang dinamakan uskulus tonsilofaringeus yang dibentuk oleh serabut'serabut lateral dari uskulus  palatofaringeus. +tot ini melekat pada kapsul tonsil pada pertemuan lobus atas dan

 ba*ah.-,4

<*7 Siste' Pe'(uluh Li';e /a#in) dan T$nsil

elenjar limfe menerima pembuluh aferen dari bagian ba*ah oksipital. elenjar  limfe ini dibagi oleh eferen yang berjalan menuju bagian atas kelenjar mastoid substernal. elenjar mastoid atau kelenjar retroaurikular berpasangan terdapat di dekat insersi uskulus sternokleidomastoid, menerima pembuluh aferen dari bagian temporal

kepala, permukaan dalam telinga dan bagian posterior liang telinga.4

%liran pembuluh limfe jaringan tonsil ini tidak mempunyai pembuluh aferen. %liran limfe dari parenkim tonsil ditampung pada ujung aferen yang terletak pada trabekula. ari sini menembus kapsula ke otot konstriktor superior pada dinding  belakang faring. eberapa cabang didaerah ini berjalan ke belakang menembus fasia  bukofaringeal kemudian kelenjar pada daerah leher dan bermuara ke nodus limfatikus leher bagian dalam diba*ah otot sternokleidomasoideus. Salah satu dari nodus

(12)
(13)

limfatikus ini terletak disebelah mandibula yang sering juga disebut nodus limfatikus tonsiler, karena sering mengalami pembesaran pada proses infeksi atau proses

keganasan tonsil.-,4

<*? Siste' %li#an .a#ah

%liran darah tonsil dan faring berdasarkan dari beberapa cabang sistem karotis eksterna. eberapa anastomosis tidak hanya dari satu sisi tetapi dari pembuluh darah sisi

lainnya.7

0jung cabang arteri maksilaris interna, cabang tonsilar arteri fasialis, cabang arteri lingualis bagian dorsal, cabang arteri tiroidea superior dan arteri faringeal yang

naik semuanya menambah jaringan anastomosis yang luas.7(ambar ")

<*@ Pe#sa#a;an T$nsil

Tonsil disarafi oleh 8. Trigeminus dan lossofaringeus. 8er!us trigeminus mempersarafi bagian atas tonsil melalui cabangnya yang mele*ati ganglion sfenopalatina yaitu ner!us palatine. Sedangkan ner!us glossofaringeus selain mempersarafi bagian tonsil, juga dapat mempersarafi lidah bagian belakang dan dinding

faring.-,7(ambar $)

(14)
(15)

4* /isi$l$)i T$nsil

.

Tonsila palaitna adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris dikedua sudut orofaring dan merupakan salah satu bagian dari cincin 9aldeyer. Tonsila  palatina lebih padat dibandingkan jaringan limfoid lain. Permukaan lateralnya ditutupi

oleh kapsul tipis dan di permukaan medial terdapat kripta. Tonsila palatina merupakan  jaringan limfoepitel yang berperan penting sebagai sistem pertahanan tubuh terutama terhadap protein asing yang masuk ke saluran makanan atau masuk ke saluran nafas. ekanisme pertahanan dapat bersifat spesifik atau non spesifik. %pabila patogen menembus lapisan epitel maka sel'sel fagositik mononuklear pertama'tama akan

mengenal dan mengeliminasi antigen.: Tonsil mempunyai dua fungsi utama yaitu

menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif dan sebagai organ produksi

antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.7  Tonsil merupakan

 jaringan kelenjar limfa yang berbentuk o!al yang terletak pada kedua sisi belakang tenggorokan. alam keadaan normal tonsil membantu mencegah terjadinya infeksi. Tonsil bertindak seperti filter untuk memperangkap bakteri dan !irus yang masuk ke tubuh melalui mulut dan sinus. Tonsil juga menstimulasi sistem imun untuk  memproduksi antibodi untuk mela*an infeksi. ;okasi tonsil sangat memungkinkan terpapar benda asing dan patogen, selanjutnya memba*anya ke sel limfoid. 5ika tonsil tidak mampu melindungi tubuh, maka akan timbul inflamasi dan akhirnya terjadi infeksi yaitu tonsilitis (tonsillolith). %kti!itas imunologi terbesar tonsil ditemukan pada usia $

13 tahun.:

(16)
(17)

.

Terjadinya tonsilitis dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kripte'  kriptenya, sampai disitu secara aerogen (melalui hidung, droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian nasofaring terus ke tonsil), maupun secara

food!orn yaitu melalui mulut bersama makanan7,:

.

Fungsi tonsil sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman ke tubuh baik  yang melalui hidung maupun mulut. uman yang masuk kesitu dihancurkan oleh makrofag, selsel polimorfonuklear. %danya infeksi berulang pada tonsil maka pada suatu *aktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman sehingga kuman kemudian  bersarang di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi (fokal infeksi) dan satu saat kuman dan toksin dapat menyebar ke

seluruh tubuh misalnya pada saat keadaan umum tubuh menurun:

arena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga  jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar. Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa

submandibula2.

Tonsilitis ronis terjadi akibat pengobatan yang tidak tepat sehingga  penyakit pasien menjadi ronis. Faktorfaktor yang menyebabkan kronisitas antara lain< terapi antibiotika yang tidak tepat dan adekuat, gi&i atau daya tahan tubuh yang rendah sehingga terapi medikamentosa kurang optimal, dan jenis kuman yag tidak sama antara

(18)
(19)

6* ti$l$)i

/tiologi penyakit ini dapat disebabkan oleh serangan ulangan dari tonsilitis akut yang mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil atau kerusakan ini dapat terjadi bila fase resolusi tidak sempurna. akteri penyebab tonsilitis kronis pada umumnya sama dengan tonsilitis akut, yang paling sering adalah kuman gram positif  (a&&i %%, "33" = %rif ansyoer dkk, "331). erdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, bakteri yang paling banyak ditemukan pada jaringan tonsil adalah Streptococcus β hemolyticus. eberapa jenis bakteri lain yang dapat ditemukan adalah Staphylococcus,  Pneumococcus,  Haemophylus influenza, !irus, jamur dan bakteri anaerob. Pada hasil penelitian Suyitno S, Sadeli S, menemukan > jenis bakteri penyebab tonsilofaringitis kronis yaitu Streptococcus alpha, Staphylococcus aurius, Streptococcus  β hemolyticus group A, Enterobacter, Streptococcus pneumonie, Pseudomonas aeroginosa, Klabsiela sp., Escherichea coli, Staphylococcus epidermidis  (Suyitno S, Sadeli S, 1>>4 dalam Farokah "334). eskipun tonsilitis kronis dapat disebabkan  berbagai bakteri namun  streptococcus β hemolyticus group A perlu mendapatkan  perhatian yang lebih besar karena dapat menyebabkan komplikasi yang serius

diantaranya demam rematik, penyakit jantung rematik, penyakit sendi rematik dan

glomerulonefritis.:,2

%dapun faktor predisposisi dari Tonsilitis ronis yaitu pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cucaca, kelelahan fisik,

merokok, makanan.:,2

7* .ia)n$sis

(20)
(21)

Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang berulangulang, adanya rasa nyeri terusmenerus pada tenggorok?odinofagi, ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan  pernafasan berbau. Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari

Tonsilitis ronik yang tampak, yakni <

• Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke jaringan

sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti

keju2

• ungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadangkadang seperti

terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang melebar dan

ditutupi eksudat yang purulen:,2.

7* Pe'e#iksaan /isik 

(22)
(23)

• T1< batas medial tonsil mele*ati pilar anterior sampai A jarak pilar anterior u!ula.

• T"< batas medial tonsil mele*ati A jarak pilar anterioru!ula sampai B jarak pilar 

anterioru!ula.

•  T$< batas medial tonsil mele*ati B jarak pilar anterioru!ula sampai C jarak pilar 

anterioru!ula.

• T-< batas medial tonsil mele*ati C jarak pilar anterioru!ula sampai u!ula atau

lebih>.

ari hasil penelitian yang melihat hubungan antara tanda klinis dengan hasil  pemeriksaan histopatologis dilaporkan bah*a tanda klinis pada Tonsilitis ronis yang sering muncul adalah kripta yang melebar, pembesaran kelenjar limfe submandibula dan tonsil yang mengalami perlengketan. Tanda klinis tidak harus ada seluruhnya, minimal

ada kripta yang melebar dan pembesaran kelenjar limfe submandibula2.

isebutkan dalam penelitian lain bah*a adanya keluhan rasa tidak nyaman di tenggorokan, kurangnya nafsu makan, berat badan yang menurun, palpitasi mungkin dapat muncul.

Gambar 5 Pembesaran Tonsil7

(24)
(25)

ila keluhankeluhan ini disertai dengan adanya hiperemi pada plika anterior, pelebaran kripta tonsil dengan atau tanpa debris dan pembesaran kelenjar limfe jugulodigastrik  maka diagnosa Tonsilitis ronis dapat ditegakkan 0ntuk menegakkan diagnosa penyakit Tonsilitis ronis terutama didapatkan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik 

diagnostik yang didapatkan dari penderita2,13,11.

?* .ia)n$sis 2andin)

Terdapat beberapa diagnosa banding dari tonsilitis kronis adalah sebagai  berikut <

1. Penyakitpenyakit dengan pembentukan Pseudomembran atau adanya membran semu yang menutupi tonsil (onsilitis !embranosa)

a* T$nsilitis .i;te#i

isebabkan oleh kuman "orynebacterium diphteriae. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. eadaan ini tergantung pada titer antitoksin dalam darah. Titer antitoksin sebesar 3,3$ sat?cc darah dapat dianggap cukup memberikan dasar imunitas. ejalanya terbagi menjadi tiga golongan besar, umum, lokal dan gejala akibat eksotoksin. ejala umum sama seperti gejala infeksi lain, yaitu demam subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat dan keluhan nyeri menelan. ejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi  bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan membentuk pseudomembran yang melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. ejala akibat eksotoksin dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh, misalnya pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai dekompensasi kordis, pada saraf kranial dapat

(26)
(27)

menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot pernafasan dan pada ginjal dapat

menimbulkan albuminuria.7

(* Plaut Vincent  A Stomatitis UlseromembranosaB

ejala yang timbul adalah demam tinggi ($>D@), nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit tenggorok, badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersali!asi. Pada  pemeriksaan tampak membran putih keabuan di tonsil, u!ula, dinding faring, gusi dan  prosesus al!eolaris. ukosa mulut dan faring hiperemis. ulut yang berbau ( foetor e#

ore) dan kelenjar submandibula membesar.7

@* Penatalaksanaan

Terapi antibiotik pada tonsilitis kronis sering gagal dalam mengurangi dan mencegah rekurensi infeksi, baik karena kegagalan penetrasi antibiotik ke dalam  parenkim tonsil ataupun ketidaktepatanantibiotik. +leh sebab itu, penanganan yang efektif bergantung pada identifikasi bakteri penyebab dalam parenkim tonsil. Pemeriksaan apus permukaan tonsil tidak dapat menunjukkan bakteri pada parenkim tonsil, *alaupun sering digunakan sebagai acuan terapi, sedangkan pemeriksaan aspirasi  jarum halus ( fine needle aspiration$%&A) merupakan tes diagnostik yang

menjanjikan.:,13

Penatalaksanaan yaitu dengan pemberian antibiotik sesuai kultur. Pemberian antibiotika yang bermanfaat pada penderita tonsilitis kronis @ephaleksin ditambah etronida&ole, klindamisin (terutama jika disebabkan mononucleosis atau absees),

amoksisilin dengan asam cla!ulanat (jika bukan disebabkan mononucleosis).:

Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta kecurigaan neoplasma.

(28)
(29)

@*1 Indikasi T$nsilekt$'i

"ochrane revie' ("33-) melaporkan bah*a efekti!itas tonsilektomi belum die!aluasi secara formal. Tonsilektomi dilakukan secara luas untuk pengobatan Tonsilitis akut atau kronik, tetapi tidak ada bukti ilmiah randomized controlled trials untuk panduan klinisi dalam memformulasikan indikasi bedah untuk anak dan de*asa. Tidak ditemukan studi (andomized "ontrolled rial (E@T) yang mengkaji efekti!itas tonsilektomi pada de*asa. Pada anak ditemukan 4 studi E@T (a*son 1>7:= cee 1>7$= Eoydhouse 1>:3= Paradise 1>2-= Paradise 1>>"), tetapi yang diikutkan dalam re!ie* hanya " studi (Paradise 1>2-= Paradise 1>>") sedang $ studi lain tidak memenuhi kriteria. Studi pertama oleh Paradise (1>2-), dilakukan pada anak yang dengan infeksi tenggorok berat. ari studi ini tidak dapat dibuat kesimpulan yang tegas tentang tonsilektomi karena adanya keterbatasan metodologi yaitu adanya perbedaan kelompok  operasi dengan kelompok kontrol. alam hal ri*ayat episode infeksi sebelum mengikuti studi (kelompok operasi meliputi anak dengan penyakit yang lebih berat) dan status sosial ekonomi (kelompok nonoperasi memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi) serta kelompok tonsilektomi dan tonsiloadenoidektomi dilaporkan sebagai satu kelompok operasi. isamping itu, studi ini meliputi hanya anak dengan infeksi tenggorok berat, pada pemantauan, banyak kelompok kontrol yang memiliki episode infeksi sedikit dan biasanya ringan. Studi kedua oleh Paradise tahun 1>>" meliputi anak  dengan infeksi sedang tidak dapat die!aluasi karena saat re!ie* dilakukan tidak ada data yang lebih detil dari desain dan bagaimana penelitian ini dilakukan (hasil penelitian baru

(30)
(31)

dalam bentuk abstrak). 0ntuk keadaan emergency seperti adanya obstruksi saluran napas, indikasi tonsilektomi sudah tidak diperdebatkan lagi (indikasi absolut). 8amun, indikasi relatif tonsilektomi pada keadaan non emergency dan perlunya batasan usia  pada keadaan ini masih menjadi perdebatan. Sebuah kepustakaan menyebutkan bah*a

usia tidak menentukan boleh tidaknya dilakukan tonsilektomi.:,13

#ndikasi absolut<

a) Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner.

 b) %bses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase.

c)Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam.

d) Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi.

(32)
(33)

#ndikasi Eelatif<

a) Terjadi $ episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat.

 b) 6alitosis akibat Tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis.

c) Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik dengan  pemberian antibiotik laktamase resisten.

@* K$nt#aindikasi T$nsilekt$'i

Terdapat beberapa keadaan yang disebut sebagai kontraindikasi, namun bila sebelumnya dapat diatasi, operasi dapat dilaksanakan dengan tetap memperhitungkan imbang manfaat dan risiko. eadaan tersebut yakni< gangguan perdarahan, risiko

anestesi yang besar atau penyakit berat, anemia, dan infeksi akut yang berat.13

10* K$'"likasi

a) %bses peritonsil. #nfeksi dapat meluas menuju kapsul tonsil dan mengenai jaringan sekitarnya. %bses biasanya terdapat pada daerah antara kapsul tonsil dan otototot yang mengelilingi faringeal bed . 6al ini paling sering terjadi pada penderita dengan serangan berulang. ejala penderita adalah malaise yang bermakna, odinofagi yang

(34)
(35)

 b) %bses parafaring. ejala utama adalah trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitar angulus mandibula, demam tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring

sehingga menonjol kearah medial. %bses dapat die!akuasi melalui insisi ser!ikal2,

c) %bses intratonsilar. erupakan akumulasi pus yang berada dalam substansi tonsil. iasanya diikuti dengan penutupan kripta pada Tonsilitis Folikular akut. ijumpai nyeri lokal dan disfagia yang bermakna. Tonsil terlihat membesar dan merah. Penatalaksanaan yaitu dengan pemberian antibiotika dan drainase abses jika

diperlukan= selanjutnya dilakukan tonsilektomi2,13.

d) Tonsilolith (kalkulus tonsil). Tonsililith dapat ditemukan pada Tonsilitis ronis bila kripta diblokade oleh sisasisa dari debris. aram inorganik kalsium dan magnesium kemudian tersimpan yang memicu terbentuknya batu. atu tersebut dapat membesar  secara bertahap dan kemudian dapat terjadi ulserasi dari tonsil. Tonsilolitis lebih sering terjadi pada de*asa dan menambah rasa tidak nyaman lokal atau foreign body  sensation. 6al ini didiagnosa dengan mudah dengan melakukan palpasi atau

ditemukannya permukaan yang tidak rata pada perabaan2.

e) ista tonsilar. isebabkan oleh blokade kripta tonsil dan terlihat sebagai pembesaran kekuningan diatas tonsil. Sangat sering terjadi tanpa disertai gejala. apat dengan

mudah didrainasi1".

f) Fokal infeksi dari demam rematik dan glomerulonefritis. alam penelitiannya Gie melaporkan bah*a antistreptokokal antibodi meningkat pada -$H penderita lomerulonefritis dan $$H diantaranya mendapatkan kuman Streptokokus beta

(36)
(37)

hemolitikus pada s*ab tonsil yang merupakan kuman terbanyak pada tonsil dan faring. 6asil ini megindikasikan kemungkinan infeksi tonsil menjadi patogenesa

terjadinya penyakit lomerulonefritis2,1".

11* P#$)n$sis

Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan  pengobatan suportif. enangani gejala ' gejala yang timbul dapat membuat penderita tonsilitis lebih nyaman. ila antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan  bila penderita telah mengalami perbaikan dalam *aktu yang singkat. ejala ' gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi bah*a penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang paling sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus ' kasus yang jarang, tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi serius seperti

demam rematik atau pneumonia.>

1* Pen>e)ahan

akteri dan !irus penyebab tonsilitis dapat dengan mudah menyebar dari satu  penderita ke orang lain. Eesiko penularan dapat diturunkan dengan mencegah terpapar 

dari penderita tonsilitis atau yang memiliki keluhan sakit menelan. elas minuman dan  perkakas rumah tangga untuk makan tidak dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan

menggunakan air panas yang bersabun sebelum digunakan kembali. Sikat gigi yang telah lama sebaiknya diganti untuk mencegah infeksi berulang. +rang ' orang yang merupakan karier tonsilitis semestinya sering mencuci tangan mereka untuk mencegah

(38)
(39)

RINK%S%N

Tonsilitis kronik merupakan keradangan kronik pada tonsil, sebagai kelanjutan dari infeksi akut berulang atau infeksi subklinik pada tonsil.

idapatkan pembesaran tonsil akibat hipertrofi folikel getah bening, dengan gambaran klinik rasa mengganjal di tenggorok, pada pemeriksaan didapatkan tonsil membesar, kripta melebar diisi detritus, arkus anterior dan posterior merah.

Pada serangan akut terapi seperti pada tonsillitis akut. ila diperlukan dapat dilakukan tonsilektomi atau adenotonsilektomi.

#ndikasi tonsilektomi?adenotonsilektomi ialah bila tonsil?adenoid menjadi sumber  infeksi yang memberi resiko yang lebih besar daripada resiko operasi, atau memberikan  penyulit yang merugikan penderita.

Prognoss untuk penyakit ini adalah baik setelah dilakukan tonsilektomi dan sebelum terjadinya komplikasi lebih lanjut.

(40)
(41)

.%/T%R PST%K%

1. uku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher,fakultas kedokteran uni!ersitas indonesia edisi ke lima.r.6./fiatyarsyad soepardi SpT6T,Prof.r.6.8urbuati iskandar SpT6T.

". %dams, .;. (1>>:), Penya)it*penya)it &asofaring dan +rofaring ,dalam 6arjanto, /. dkk (ed) oies uku %jar Penyakit T6T, edisi ke7, Penerbit uku

edokteran /@, 5akarta.

$. %l%bdulhadi, halid, "33:, "ommon throat infections a revie', +E;68S epartment, Iain and %lSabah 6ospital, u*ait, ull u*ait #nst ed Spec "33:=7<7$7:.

- /fiaty, Soepardi, "331, -u)u Aar /lmu Kesehatan elinga Hidung enggoro) 

 Kepala 0eher , /disi 4, 5akarta, F0#

4. Eusmarjono,efiaty %S. Faringitis, Tonsilitis, dan 6ipertrofi %denoid. alam= Soepardi /%,iskandar 86(eds). uku %jar #lmu esehatan Telinga 6idung Tenggorok epala ;eher, /disi 7. 5akarta< alai Penerbit F0#="33:

7. Ihang, et al . "33". @omparison of histology bet*een recurrent tonsillitis and tonsillar hypertrophy. ***.medscape.com

:. Farokah ("334) 6ubungan Tonsilittsi ronik dengan Prestasi elajar Pada Sis*a kelas ## Sekolah asar di ota semarang. Skripsi. Tidak diterbitkan aigan #T6T ; Fakultas edokteran 0ni!ersitas iponegoro Semarang

2. Eusmarjono, Soepardi, /.%., "33:. Faringitis, Tonsilitis, dan 6ipertrofi %denoid, dalam Soepardi /.%., #skandar 6.8., edit or, Telinga 6idung Tenggorok

epala dan ;eher. 5akarta< alai PenerbitF0#. 6alaman ""$""-.

>. @ody , Thane E, ern /, Pearson 9. Penyakit 6idung, Telinga dan Tenggorok. Petrus %ndrianto, editor. 5akarta</@<1>>$

13. Shnayder J, ;ee @, ernstein 5, "332. anagement of %denotonsilar isease, in<

;al*ani % editors, @urrent iagnosi K Treatment in +tolaryngology6ead K 8eck  Surgery. Philadelphia< cro*6ill @ompanies, p.$-32.

11. urien ., Stanis %., 5ob %., rahmadathan, Thomas ., "333. Throat S*ab in

the @hronic Tonsillitis< 6o* Eeliable and Lalid is it. Singapore ed 5, Lol -1(:), p.$"-$"7.

(42)
(43)

1". Gie, Juansheng., Eelationship bet*een tonsils and #g% nephropathy as *ell as  indications of tonsillectomy, "33-. idney #nternational, Lol. 74 ("33-), pp. 11$4' 

(44)

Gambar

Gambar 1 Anatomi Tonsil 1,4
Gambar 2 Vaskularisasi Tonsil 6
Gambar 5 Pembesaran Tonsil 7
Gambar 7 Tonsilektomi

Referensi

Dokumen terkait

Gout adalah radang sendi yang merupakan akibat dari deposit kristal asam urat (monosodium urate) di jaringan dan cairan dalam tubuh3. Proses ini disebabkan karena peningkatan

Penyembuhan luka merupakan suatu proses pergantian jaringan yang mati atau rusak dengan jaringan baru oleh tubuh dengan jalan

Pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah semua permukaan luka akan ter- cover oleh epitel dan akan dimulai dengan proses pendewasaan penyembuhan yang disebut