• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKUMEN REFERAT TENTANG TONSILITIS

N/A
N/A
alifia nadyra

Academic year: 2024

Membagikan "DOKUMEN REFERAT TENTANG TONSILITIS"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

Penulis berharap referensi ini dapat membantu untuk mengenali kondisi klinis dan mendiagnosis amandel secara holistik dengan mengevaluasi seluruh unsur yang ada di dalamnya. Penulis menyadari bahwa referensi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan referensi ini.

Latar belakang

Tujuan penulisan

Tinjauan Pustaka

Definisi tonsilitis

Jaringan adenoid, merupakan jaringan limfoid yang disebut juga tonsilofaringeal atau tonsil nasofaring, terletak di garis tengah dinding anterior pangkal sphenoid. Di antara kedua pilar tersebut terdapat ruang fossa/tonsil, yang berisi jaringan limfoid, yaitu tonsil palatal. Jaringan limfoid yang berkembang di faring disebut cincin Waldeyer dan terdiri dari:

Adenoid atau bursa faring/amandel faring adalah massa limfoid berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang sama seperti yang ditemukan di amandel. Ini adalah kumpulan jaringan limfoid yang tidak berkapsul dan ditemukan di dasar lidah di antara dua amandel palatina, dan meluas ke anteroposterior dari papila sirkumvalata hingga epiglotis. Kapsul amandel masuk ke dalam jaringan amandel, membentuk septa yang berisi pembuluh darah dan saraf amandel.

Di beberapa tempat, kapsul ini menonjol ke dalam amandel dan membentuk kerangka pendukung struktur di amandel yang disebut 'trabekula'. Selaput lendir amandel terdiri dari epitel skuamosa, dan di beberapa tempat lapisan lendir ini akan menembus massa amandel dan membentuk saluran buntu yang disebut kriptus. Susunan jaringan amandel yang terbesar adalah jaringan limfoid, yang di beberapa tempat berbentuk berkelompok, berbentuk bulat atau lonjong, disebut folikel, dengan diameter sekitar 1-2 cm.

Merupakan jaringan limfoid yang mempunyai beberapa kripta rudimenter dan letaknya mulai dari sudut yang dibentuk oleh permukaan posterior kolom posterior dengan dinding faring. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tidak terdapat jaringan limfoid spesifik pada daerah hipofaring atau laringofaring, seperti yang terjadi pada nasofaring dan orofaring. Hanya disebutkan bahwa jaringan limfoid tersebar luas di seluruh permukaan mukosa hipofaring sebagai kumpulan massa kecil (folikel limfoid).

Adapun jaringan limfoid di daerah laring dikatakan berperan penting secara klinik, terutama dalam kaitannya dengan proses keganasan. Jika mikroba dapat masuk ke lapisan mukosa, maka mikroba tersebut dapat ditangkap oleh sel fagosit. Merupakan mekanisme pertahanan terpenting dalam melindungi tubuh terhadap udara yang dihirup sebelum masuk ke saluran pernapasan bagian bawah.

Tersebar di seluruh permukaan mukosa hipofaring sebagai kelompok massa kecil (folikel limfoid), dan tidak ada jaringan limfoid spesifik di daerah ini. Jaringan limfoid infraglottik tidak sebanyak supraglotis, namun invasi karsinoma bilateral dan kontralateral dapat terjadi melalui jaringan limfoid pra dan paratrakeal. Semua jaringan limfoid di daerah laring mengalir seluruhnya ke jaringan limfoid serviks atas dan bawah.

Jika bercak melebar maka menjadi lebih besar dan membentuk pseudomembran, sedangkan pada tonsilitis kronis, akibat proses inflamasi yang berulang, epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis.

Gambar : Nasofaring dan orofaring
Gambar : Nasofaring dan orofaring

Anatomi tonsil

Fisiologi tonsil

Etiologi tonsilitis

Tonsilitis bakteri: Streptococcus Grup A, bakteri β hemolitik yang dikenal sebagai radang tenggorokan, pneumococcus, viridan Streptococcus, Streptococcus pyogenes. Tonsilitis dapat disebabkan oleh bakteri golongan A Streptococcus beta hemolyticus, Pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes.

Epidemiologi tonsilitis

Di Indonesia, infeksi saluran pernapasan atas akut (ISPA) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian terbanyak pada anak. Pada tahun 1996/1997, cakupan temuan penderita ISPA pada anak berkisar antara 30%-40%, sedangkan target temuan penderita ISPA pada tahun tersebut adalah 78%-82%; Salah satu penyebabnya adalah rendahnya pengetahuan masyarakat. Dalam sebuah penelitian, pembawa streptokokus grup A tanpa gejala ditemukan: 10,9% pada mereka yang berusia 14 tahun atau lebih muda, 2,3% pada mereka yang berusia 15 hingga 44 tahun, dan 0,6% pada mereka yang berusia 45 tahun ke atas.

Patofisiologi tonsilitis

Jaringan ini akan mengecil sehingga ruang antar gugus (kriptus) semakin melebar yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga masuk ke dalam kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan disekitar fossa tonsil.

Manifestasi klinis tonsilitis

Peradangan akut pada amandel dapat disebabkan oleh bakteri hemolitik streptokokus grup A B yang dikenal dengan nama streptokokus, pneumokokus, streptokokus viridan, dan streptokokus pyogenes. Bercak detritus ini juga dapat meluas membentuk semacam pseudomembran yang menutupi amandel. Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorokan dan nyeri saat menelan, demam dengan suhu tubuh tinggi, lesu, nyeri pada persendian, tidak nafsu makan, dan nyeri pada telinga (otalgia).

Gejala lokalnya berupa pembengkakan amandel yang ditutupi bintik-bintik putih kotor, yang lama kelamaan membesar dan membentuk pseudomembran. Penyebab tonsilitis septik adalah Streptococcus hemolitik yang terdapat pada susu sapi, sehingga dapat terjadi epidemi. Tonsilektomi dilakukan pada kasus yang parah dengan gejala lokal seperti penyumbatan saluran napas, disfagia, dan demam terus-menerus.

Faktor predisposisi terjadinya tonsilitis kronis adalah rangsangan kronis akibat merokok, jenis makanan tertentu, kebersihan mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak memadai. Tonsilitis dapat disebabkan oleh bakteri golongan A Streptococcus beta hemolyticus, Pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes. Prosedur ini dilakukan jika pengobatan medis atau konservatif tidak membantu meringankan gejala.

Pengobatan antibiotik untuk tonsilitis kronis seringkali gagal mengurangi dan mencegah terulangnya infeksi, baik karena kurangnya penetrasi antibiotik ke dalam parenkim amandel atau penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Indikasi tonsilektomi menurut American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium 1995 menyatakan: Indikasi tonsilektomi menurut The American Academy of Otolaryngology, Head and Neck Surgery: 5.8. satu). i) Pembesaran amandel menyebabkan penyumbatan saluran napas bagian atas, disfagia persisten, gangguan tidur atau komplikasi kardiopulmoner. ii) Amandel mengalami hipertrofi yang menyebabkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial. iii) Rinitis dan sinusitis kronis, peritonitis, abses peritonsil yang tidak sembuh dengan pengobatan. Otitis media efusi atau otitis media supuratif. iv) Tonsilitis yang menyebabkan demam dan kejang.. v) Biopsi untuk mengetahui jaringan patologis (dicurigai keganasan) b). i) Pasien dengan infeksi amandel yang berulang 3 kali atau lebih dalam setahun meskipun pengobatannya memadai. ii) Bau mulut yang terus-menerus atau bau mulut menunjukkan tonsilitis kronis yang tidak responsif terhadap terapi media. aku aku aku).

Gejala yang menetap bisa jadi menandakan penderitanya mengalami infeksi saluran pernapasan lain, infeksi yang paling umum adalah infeksi pada telinga dan sinus. Satu-satunya pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah kultur kuman dari pseudo-membran amandel untuk mengetahui etiologi tonsilitis dan memberikan terapi yang tepat. Buku Panduan Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher: Faringitis, Tonsilitis dan Hipertrofi Adenoid.

Penatalaksanaan

Pencegahan

Bakteri dan virus penyebab radang tenggorokan dapat dengan mudah menyebar dari satu penderita ke penderita lainnya. Orang yang mengidap radang amandel harus sering mencuci tangan untuk mencegah penyebaran infeksi kepada orang lain.

Prognosis

Komplikasi

Penutup

Gambar

Gambar : Nasofaring dan orofaring
Gambar : Tonsila Palatina dan organ sekitarnya Vaskularisasi Tonsil

Referensi

Dokumen terkait

Pada tonsil terdapat sistim imun kompleks yang terdiri atas sel M (sel membran), makrofag, sel dendrit dan APCs (antigen presenting cells) yang berperan dalam proses

'ada balita jaringan limfoid dalam cincin waldeyer sangat kecil. 'ada anak berumur # taun bertamba besar karena akti&itas imun, karena tonsil dan adenoid

Tonsilla palatina adalah dua massa jaringan limfoid berbentuk o%oid yang terletak pada dinding lateral orofaring dalam fossa tonsillaris. Tiap tonsilla ditutupi membran

+enyakit odgkin biasanya timbul sebagai penyakit local dan kemudian menyebar ke struktur limfoid didekatnya dan akhirnya meluas ke jaringan non limfoid dengan kemungkinan kematian

11 Jaringan limfoid pada cincin waldeyer berperan penting pada awal kehidupan, yaitu sebagai daya pertahanan local yang setiap saat berhubungan dengan agen dari

Pada orofaring yang disebut juga mesofaring, terdapat cincin jaringan limfoid yang melingkar dikenal dengan Cincin Waldeyer, terdiri dari

T/nsil merupa)an /rgan limfai) se)under yang diperlu)an unu)  diferensiasi dan pr/liferasi limf/si yang sudah disensiisasi. T/nsil mempunyai dua fungsi, yaiu

Nasofaring yang relatif kecil mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur penting seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring