• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 1.1. Tema Kurikulum 2013 (Sumber: Kemendikbud, 2013a)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 1.1. Tema Kurikulum 2013 (Sumber: Kemendikbud, 2013a)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan Nasional di Indonesia berakar dan berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Dasar 1945 memberikan amanat kepada pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menyelenggarakan pendidikan nasional. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan seluruh potensi siswa agar menjadi manusia seutuhnya. Sebagaimana tercantum dalam pengertian pendidikan di Indonesia yang tertulis pada Pasal 1 (1) UU No. 20 Sisdiknas Tahun 2003, berbunyi:

‘Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.’

Untuk mewujudkan cita-cita nasional, yakni mencerdasakan kehidupan bangsa, maka disusunlah tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional ini tercantum dalam UU No 20 Sisdiknas Tahun 2003 pasal 3, yaitu:

‘Berkembangnyapotensipesertadidik agar menjadimanusia yang

berimandanbertakwakepadaTuhan Yang MahaEsa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadiwarganegara yang demokratissertabertanggungjawab.’

Indonesia merupakan negara kesatuan dari keanekaragaman suku, budaya, dan bangsa. Setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam menerima pendidikan. Baik warga yang dipelosok maupun di wilayah perkotaan. Sehingga untuk menyetarakan pendidikan nasional, pemerintah membentuk Badan Standar Nasional Pendidikan. Pada tahun 2005 BSNP mengamanahkan standarisasi pendidikan nasional dengan dikeluarkannya PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standarisasi Nasional Pendidikan ini meliputi delapan aspek, yaitu isi kurikulum, rumusan kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, proses pembelajaran, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan, penilaian, dan pengelolaan. Dengan standarisasi ini diharapkan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia memenuhi standar yang

(2)

ditetapkan. Sehingga pendidikan dapat dinikmati secara merata di seluruh Indonesia.

Baru-baru ini Kemendikbud merubah kuriukulum pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Selain perubahan paradigma pendidikan, Kemendikbud membuat Kurikulum 2013 untuk menggantikan Kurikulum KTSP. Perubahan ini bertujuan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan yang terus berkembang. Dan perubahan kurikulum ini jelas sangat berdampak pada pelaksanaan pembelajaran. Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan “insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi” (Kemendikbud, 2013a). Tujuan perubahan Kurikulum 2013 adalah ‘untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan mendorong siswa untuk aktif’ (Husamah & Setyaningrum, 2013, hlm. 4). Kurikulum ini memandang siswa sebagai subyek yang berperan aktif dalam pembelajaran. Fokus pengembangan Kurikulum 2013 adalah (1) pendidikan karakter; (2) pendekatan scientific; (3) pembelajaran tematik; (4) penilaian otentik; dan (5) pembelajaran kontekstual. Diharapkan guru mengembangkan kurikulum berdasarkan kelima fokus di atas.

Gambar 1.1. Tema Kurikulum 2013 (Sumber: Kemendikbud, 2013a)

(3)

Perubahan kurikulum ini merupakan salah satu upaya realisasi perubahan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU Sisdiknas No. 20/2003 Bab I pasal 1(1) menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya sendiri”. Dengan perubahan UU Sisdiknas ini, terjadi perubahan mendasar dalam sistem pendidikan, yaitu perubahan pengajaran menjadi pembelajaran. Perubahan ini tidak hanya sebatas kata, tetapi mengandung perbedaan makna yang sangat signifikan. Semula pendidikan di Indonesia sangat kokoh dengan transformative learning yang didasari oleh teori behaviorisme, kini beralih pada active learning yang didasari oleh teori kontruktivisme dari Jean Piaget dan Vigotsky. Dalam pengertian pengajaran, guru mentransfer ilmu kepada siswa (transformative learning). Sehingga peran guru dalam pengajaran sangat dominan sebagai pengajar.Sedangkan pada pengertian pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara aktif (active learning) dan mengoreksi peranan dominan guru.

Pembelajaran dengan berdasarkan pada teori kontruktivisme menawarkan proses belajar mengajar yang lebih mengandalkan pada perluasan dan pengayaan sumber belajar untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Dalam teori ini, guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi kepada guru yang lebih berpengalaman dan berpengetahuan dalam bahan-bahan yang mereka pelajari. Sehingga dalam konsep pembelajaran, kelas merupakan milik siswa untuk mengembangkan segenap potensi dalam kegiatan belajar melalui interaksi dengan sumber belajar, alat-alat, sarana pembelajaran, dan teman mereka. Konsep pembelajaran inilah yang sesuai dengan hakikat pendidikan dan tujuan pendidikan di Indonesia.

Pembelajaran aktif tidak akan berlangsung dengan baik tanpa adanya sumber-sumber belajar. Sumber belajar tersebut meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan yang dirancang guru untuk mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dalam pembelajaran aktif memerlukan dukungan sarana di luar manusia yang dapat membantu proses kegiatan belajar siswa. Sarana tersebut adalah bahan-bahan yang harus disiapkan guru sebelum

(4)

pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Sehingga pembelajaran aktif memerlukan dukungan media yang dapat menghantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan mudah, cepat, dan bertahan lama.

Media pembelajaran yang sesuai dengan sasaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa. Materi, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa terkadang bersifat abstak yang sukar dipahami oleh siswa. Inilah peran media dalam pembelajaran. Media dapat mengkonkretkan konsep yang abstak sehingga mudah dipahami oleh siswa. Selain itu, media dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.

Mengingat pentingnya media dalam pembelajaran, maka guru harus mampu menggunakan alat-alat atau media yang disediakan oleh sekolah. Jika tidak tersedia di sekolah, sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah, sederhana, dan bersahaja tetapi efektif dan efisien. Namun, jika media yang dibutuhkan belum ada, guru harus dapat membuat media pembelajaran yang sesuai sasaran dan kebutuhan.

Salah satu media pembelajaran adalah buku ajar yang berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam Kurikulum 2013, beban guru diringankan dengan adanya buku pegangan guru dan siswa. Buku yang mengintegrasikan standar pembentuk kurikulum ini merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan Kurikulum 2013. Buku ini disusun oleh pemerintah dan digunakan untuk seluruh wilayah Indonesia. Dengan adanya buku ajar yang seragam, maka diharapkan seluruh pembelajaran di Indonesia sesuai standar yang ditetapkan guna mencapai tujuan pendidikan. Buku ajar ini sudah dikatakan layak pakai dan siap pakai sesuai keputusan Permendikbud Nomor 71 tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.

Namun pada kenyataannya di lapangan, masih banyak guru yang tidak menyadari pentingnya media pembelajaran. Sehingga guru tidak optimal memanfaatkan media pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan di SD Negeri Nagarasari 3 kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, pada pembelajaran konsep

(5)

sumber energi alternatif, guru tidak menggunakan media pembelajaran. Di sekolah telah tersedia televisi 60’inchi dan proyektor. Namun media gambar ataupun video untuk ditampilkan dan diproyeksikan tidak ada.

Selain itu, dalam buku pegangan guru kelas IV SD pada Tema Selalu Berhemat Energi, Subtema Pemanfaatan Energi, pembelajaran kedua, ada ketidaksesuaian media yang digunakan dengan fokus pengembangan Kurikulum 2013. Ketidaksesuaian itu mencakup ketiga matapelajaran yang diintegrasikan pada pembelajaran tersebut. Mata pelajaran yang diintegrasikan pada pembelajaran kedua adalah Seni Budaya dan Prakarya, IPA, dan Matematika.

Gambar 1.2.

Media Pembelajaran Subtema 2

Media yang digunakan pada pembelajaran adalah buku teks siswa, gunting, penggaris, lem, plastik mika, dan kertas kado. Buku teks siswa digunakan pada pembelajaran IPA dan Matematika. Media yang lainnya digunakan pada pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya untuk membuat bingkai foto.

Media yang digunakan untuk mencapai kompetensi dasar IPA adalah buku teks siswa. Kegiatan pembelajarannya adalah siswa membaca teks tentang pemanfaatan energi alternatif. Hal ini tidak sesuai dengan fokus pengembangan kurikulum. Kurikulum mengharapkan adanya pendekatan scientific, sedangkan pembelajaran tersebut tidak memenuhi pendekatan scientific. Selain itu, gambar yang disajikan kurang membantu siswa dalam memahami teks bacaan, seperti gambar matahari yang disajikan dalam teks. Gambar sebagai media seharusnya dapat membantu siswa memahami konsep “Pemanfaatan Energi Alternatif”.

(6)

Gambar 1.3.

Teks Pemanfaatan Energi dalam Buku Teks Siswa Kelas IV SD

Dalam mencapai kompetensi dasar Seni Budaya dan Prakarya terkesan dipaksakan. Kegiatannya yaitu membuat bingkai foto dari bahan-bahan alam yang sudah tidak dipergunakan lagi. Subtema pembelajaran adalah Pemanfaatan Energi, namun tidak terlihat keterikatan kegiatan dengan subtema. Sehingga pembelajaran ini tidak memenuhi fokus pengembangan kurikulum terkait dengan pendekatan tematik.

Gambar 1.4 Tabel Soal

Selanjutnya, dalam mencapai kompetensi dasar Matematika, siswa dihadapkan pada soal perhitungan jumlah lampu di ruangan. Soal ini tidak kontekstual karena dalam kenyataanya, lampu di dalam suatu ruangan tidak terlalu banyak (lihat gambar 1.4). Selain tidak kontekstual, soal ini bertolak

(7)

belakang dengan tema yang dibahas, yaitu Selalu Berhemat Energi. Penggunaan lampu yang terlalu banyak di ruangan merupakan pemborosan energi.

Dari berbagai masalah yang telah diuraikan sebelumnya diperlukan pengembangan kurikulum yang sesuai dengan fokus pengembangan Kurikulum 2013. Energi tidak dapat terlihat, sehingga siswa yang masih berada pada fase operasional konkret kesulitan memahaminya. Selain itu, sumber energi alternatif jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Sehingga perlu media pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami pemanfaatan energi alternatif. Media video sangat baik untuk menyajikan sebuah prosedur dan fakta-fakta. Sehingga salah satu media yang cocok untuk pembelajaran kedua ini adalah media video. Namun untuk pengembangan media yang layak digunakan harus melalui penelitian dan pengembangan. Oleh karena itu, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan mengenai media pembelajaran dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Video pada Pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi Berbasis Kurikulum 2013”

B.Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:

a. Siswa mengetahui energi alternatif secara verbalistik

b. Pembelajaran kurang mengarahkan siswa untuk berhemat energi

c. Pembelajaran kurang memotivasi siswa untuk menciptakan inovasi energi alternatif di masa yang akan datang

d. Guru tidak menggunakan media pembelajaran

e. Buku Pedoman Guru dan siswa yang disusun oleh Pemerintah tidak sesuai dengan esensi Kurikulum 2013

2. Rumusan Masalah

Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, rumusan masalah diperinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah penggunaan media pembelajaran di SD Negeri Nagarasai 3 pada pembelajaran konsep Pemanfaatan Energi Alternatif ?

(8)

b. Bagaimanakah rancangan media pembelajaran video pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi di SD Negeri Nagarasari 3 kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya?

c. Bagaimanakah implementasi rancangan media pembelajaran video pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi dalam proses uji coba?

d. Bagaimanakah media pembelajaran video pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi yang dapat digunakan untuk siswa kelas IV di SD yang memiliki sarana pendukung yang memadai seperti di SD Negeri Nagarasari 3 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya?

3. Pembatasan Masalah

Peneliti membatasi ruang lingkup peneltian dan pengembangan pada hal-hal sebagai berikut:

a. Pengembangan penelitian difokuskan pada pengembangan media pembelajaran b. Pengembangan penelitian dilakukan di kelas IV SD Negeri Nagarasari 3

Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya

c. Pengembangan penelitian pada Kurikulum 2013, Tema Selalu Berhemat Energi, Subtema Pemanfaatan Energi, Kegiatan Pembelajaran kedua dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sebagai berikut:

Tabel 1.1

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPA

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 3. Memahami pengetahuan faktual

dengan cara mengamati dan

menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain

3.4 Membedakan berbagai bentuk energi

melalui pengamatan dan

mendeskripsikan pemanfaatannya

dalam kehidupan sehari-hari

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku anak

beriman dan berakhlak mulia

4.6 Menyajikan laporan tentang sumber daya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat

(9)

Tabel 1.2

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Seni Budaya dan Prakarya Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 3. Memahami pengetahuan faktual

dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah

3.5 Mengetahui berbagai alur cara dan pengolahan media karya

kreatif

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku anak

beriman dan berakhlak mulia

4.14 Membuat karya kreatif yang

diperlukan untuk melengkapi proses pembelajaran dengan memanfaatkan bahan di lingkungan

Tabel 1.3

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 3. Memahami pengetahuan faktual

dengan cara mengamati dan

menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,

dan benda-benda yang

dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain

3.11 Menunjukkan pemahaman persamaan

antara sepasang ekspresi

menggunakan penambahan,

pengurangan, dan perkalian

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan

dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku anak

beriman dan berakhlak mulia

4.1 Mengemukakan kembali dengan

kalimat sendiri, menyatakan kalimat matematika dan memecahkan masalah dengan efektif permasalahan yang berkaitan dengan KPK dan FPB, satuan kuantitas, desimal, dan persen terkait dengan aktivitas seharihari di rumah, sekolah, atau tempat bermain, serta memeriksa kebenarannya

C.Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran di SD Negeri Nagarasai 3 pada pembelajaran konsep Pemanfaatan Energi Alternatif.

(10)

2. Untuk menghasilkan rancangan media pembelajaran video pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi di SD Negeri Nagarasari 3Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.

3. Untuk memperoleh gambaran tentang keefektifan penggunaan media pembelajaran video pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi di SD Negeri Nagarasari 3 kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya

4. Untuk menghasilkan media pembelajaran video pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi yang dapat digunakan untuk siswa kelas IV di SD yang memiliki sarana pendukung yang memadai seperti di SD Negeri Nagarasari 3 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya

D.Manfaat

Dalam penelitian ini terdapat beberapa manfaat yang diharapkan peneliti setelah penelitian dilaksanakan.

1. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menciptakan sebuah media pembelajaran video yang dapat digunakan untuk siswa kelas IV SD yang mempunyai memiliki sarana pendukung yang memadai seperti di SD Negeri Nagarasari 3 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah contoh bagi pengembangan media pembelajaran video yang dapat digunakan di kelas IV Sekolah Dasar di masa yang akan datang.

E. Pentingnya Pengembangan

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dalam pembelajaran. Keberadaannya dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang bermuara pada peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Namun dalam pemilihan media pembelajaran sering kali terkendala dengan keterbatasan dan kebermanfaatan media yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu memanfaatkan media yang tersedia di sekolah untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengembangan dan produksi media pembelajaran sehingga peneliti melakukan penelitian dan

(11)

pengembangan media pembelajaran video pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi berbasis Kurikulum 2013.

F. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebuah media pembelajaran berupa video tematik pembelajaran “Energi Alternatif” dikemas dalam bentuk disk. Media pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan pada pembelajaran tematik di kelas IV SD pada kegiatan kedua Subtema Pemanfaatan Energi. Media ini dibuat dengan menggunakan aplikasi Ulead Videoshooting v.11 Plus. Tampilan menonjolkan proses pemanfaatan berbagai sumber energi alternatif, pemecahan masalah matematika, dan proses pembuatan kincir angin. Media dapat digunakan secara klasikal dengan alat bantu televisi atau LCD Proyektor dan komputer.

G.Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi diperlukan sebagai pedoman penyusunan laporan hasil penelitian dan pengembangan. Selain itu, sub bab ini menjelaskan garis besar kajian dalam setiap bab dalam skripsi ini. Diharapkan dengan adanya struktur organisasi skripsi ini pembaca dengan mudah memahami alur pikiran penulis.

Bab I berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pentingnya pengembangan, spesifikasi produk, dan strktur organisasi skripsi. Dalam latar belakang penelitian berisi kesenjangan-kesenjangan kondisi faktual di lapangan dengan kondisi ideal teoritik. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan alasan peneliti melakukan penelitian dan pengembangan dan urgensi masalah yang dikaji pada penelitian ini. Rumusan masalah merupakan analisis permasalahan di lapangan yang penulis uraikan dalam tiga poin, yaitu identifikasi masalah, rumusan masalah, dan pembatasan masalah. Tujuan penelitian menjelaskan hasil yang ingin dicapai setelah melakukan penelitian dan pengembangan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Manfaat penelitian menjelaskan harapan-harapan kebermanfaatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Pentingnya pengembangan mengungkapkan argumentasi peneliti tentang

(12)

keurgensian masalah yang ada perlu dan mendesak untukdipecahkan. Spesifikasi produk berisi gambaran lengkap tentang karakteristik produk yang diharapkan peneliti dari kegiatan pengembangan. Struktur organisasi skripsi memaparkan cara pengorganisasian keseluruhan skripsi.

Bab II berisi landasan teori, yang terdiri dari kajian pustaka dan kerangka pemikiran. Dalam bab ini dipaparkan teori, konsep, atau prinsip yang melandasi

dalam upaya pemecahanmasalahyang

dihadapiataudalammengembangkanprodukyang diharapkan. Selain itu, di bagian ini juga dipaparkan beberapa penelitian terdahulu oleh ahli lain untukmendekatipermasalahanyangsamaatau relatif sama. Dalam bab ini terdapat

asumsi dan keterbatasan pengembangan. Asumsi dalam

pengembanganmerupakanlandasanpijak peneliti untuk menentukan

karakteristikprodukyang dihasilkandan pembenaranpemilihanmodelsertaprosedur pengembangannya.Keterbatasanpengembanganmengungkapkanketerbatasandari produkyang dihasilkan peneliti untuk memecahkan masalah yang dihadapi, khususnya untuk konteks masalahyanglebihluas sehingga produk yang dihasikan disikapi hati-hati olehpengguna sesuaidenganasumsi yangmenjadipijakannyadan kondisipendukungyang perlutersediadalam memanfaatkannya.

Bab III berisi metode penelitian, yang terdiri dari desain dan metode penelitian, lokasi, subjek, populasi dan sampel penelitian, definisi istilah, instrumen penelitian, teknik pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

Bab IV berisi hasil penelitian. Dalam bab ini, penulis memaparkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan. Pembahasan ini mengaitkan temuan di lapangan dan landasan teoritik yang dipaparkan sebelumnya.

Bab V berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan memaparkan butir-butir hasil temuan peneliti disertai interpretasi dan pemaknaan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Saran ditujukan kepada para praktisi pendidikan berkaitan dengan penarikan hasil penelitian.

Gambar

Gambar 1.1. Tema Kurikulum 2013  (Sumber: Kemendikbud, 2013a)
Gambar 1.4   Tabel Soal

Referensi

Dokumen terkait

In this paper, these facts will be shown and the Japanese lifetime employment system will be revisited by an artificial neural networks model, which can deal with a

BELAJAR POWER POINT.

Pada hasil penelitian menunjukan bahwa tahap hauling merupakan tahapan aktivitas yang memiliki risiko paling tinggi dengan nilai indeks sebesar 0.211%, menurut Josephus

Berdasarkan hasil validasi oleh ahli materi dan ahli media, dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan yaitu LKS fisika berbasis Problem Based Learning pada pokok bahasan

Dalam penelitian, diskripsi teori merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel

Pada tahun 1954 keadaan perusahaan tidak menentu yang kondisinya sudah sangat memburuk akibat revolusi fisik antara Indonesia dengan Belanda, sehingga perusahaan

Dalam dunia leksikografi disadari benar bahwa tidak akan ada kamus yang sempurna, yang dapat memberikan informasi apa saja mengenai kata dengan makna. Hal ini

Kelangsungan hidup benih ikan nila dari hasil penelitian ini mencapai 86% sehingga lebih tinggi dari hasil penelitian Anggriani, et al (2012) yang