• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Nilai Interleukin-6 Setelah Pemberian Ringer Asetat Malat dan Ringer Laktat untuk EGDT Pasien Sepsis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Nilai Interleukin-6 Setelah Pemberian Ringer Asetat Malat dan Ringer Laktat untuk EGDT Pasien Sepsis"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sepsis adalah penyakit sistemik yang dicetuskan oleh infeksi bakteri atau jamur ditandai dengan beberapa hal meliputi bukti infeksi pada pasien, demam atau hipertermi, leukositosis atau leukopenia, takikardia dan takipnea (Opal, 2012). Berbagai definisi tentang sepsis, namun definisi yang digunakan saat ini di klinik adalah definisi yang ditetapkan dalam konsensus American College of Chest Physician dan Society of Critical Care Medicine pada tahun 1992 yang mendefnisikan sepsis sebagai sindrom respons inflamasi sistemik (systemic inflammatory response syndrome/SIRS), sepsis berat dan syok sepsis (Chen et.al, 2009).

(2)

kematian ini cenderung naik dan kini menempati urutan ke-10 penyebab kematian di Amerika Serikat (Shapiro et. al,2010). Kejadian sepsis di Indonesia berkisar antara 1,5-3,72% pada beberapa rumah sakit rujukan di Indonesia seperti RS Cipto Mangunkusumo, sedangkan angka kematian berkisar antara 37,09-80% (Aulia et al,2003).

Dalam merawat pasien sepsis di Instalasi Gawat Darurat (IGD), kamar operasi, ataupun di Unit Perawatan Intensif (UPI) ahli anestesi memegang peranan yang penting. Pasien dengan trauma atau bedah risiko tinggi yang disertai dengan sepsis jika dilakukan optimalisasi hemodinamik sebelum terjadi suatu kegagalan organ maka dapat menurunkan angka kematian sebanyak 16% bila dibanding dengan pasien yang mendapatkan optimalisasi hemodinamik setelah munculnya gagal organ. (Rivers et al, 2001; Dellinger et al.,2012).

Pada sepsis terjadi respons inflamasi yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Respons inflamasi diawali dengan munculnya reseptor pengenal seperti toll-like receptors (TLR) yang terdapat pada permukaan makrofag, neutrofil, epitel, endotel, sel B, dan sel T. Toll-like receptors mengenali peptidoglikan atau lipopolisakarida pada bakteri dan akan merangsang sinyal intraselular yang menyebabkan aktivasi protein pengatur nuclear factor kB (NFkB) sehingga sitokin proinflamasi seperti tumor necrosis factor (TNF-a), interleukin (IL)-1, IL-6, IL-12, dan interferon-g (IFN-g) akan meningkat (Choi et al.2006; Frevert CW. 1999)

(3)

selain menyebabkan aktivasi koagulasi yang berlebihan juga meyebabkan penurunan kadar antikoagulan fisiologis dan defek pada proses fibrinolisis, sehingga timbul koagulopati yang terjadi secara meluas disebut sebagai disseminated intravascular coagulation (DIC). (Levi et al. 1999; Mammen 1998; Yu M et al 2000).

Adapun terapi yang direkomendasikan menurut Surviving Sepsis Campaign (SSC) 2012 adalah pemberian cairan awal pada pasien dengan sepsis diinduksi hipoperfusi jaringan dengan kecurigaan hipovolemia untuk mencapai minimal 30 mL /kg kristaloid (sebagian dari ini mungkin setara albumin). Administrasi yang lebih cepat dan jumlah yang lebih besar dari cairan mungkin diperlukan pada beberapa pasien. (Dellinger 2008;Crit Care Med 2013).

Berdasarkan penelitian meta-analisis pada resusitasi sepsis mengindikasikan bahwa intervensi dini, yang timbul sebelum terjadinya disfungsi organ memberikan hasil yang lebih baik. Penelitian baru melibatkan pasien gawat darurat dengan sepsis berat atau syok sepsis untuk membandingkan resusitasi hemodinamik sampai parameter fisiologik dengan terapi dini berdasarkan target (EGDT-Early Goal Directed Therapy) menunjukkan adanya reduksi mortalitas yang signifikan secara statistik (16,5%). (Bone RCet al 1997).

(4)

pemantauan tekanan arterial (arterial pressure – MAP), kontraktilitas dengan pemantauan untuk menghindari takikardia dan pemulihan keseimbangan antara hantaran oksigen sistemik dan kebutuhan oksigen (dipandu dengan pengukuran SCVO2) untuk mengatasi hipoksia jaringan global. Komponen-komponen EGDT diturunkan dari rekomendasi yang dibuat oleh Society of Critical Care Medicine untuk dukungan hemodinamik pada sepsis. (Balk RA. 2004, Rivers et al, 2001, Dellinger et al, 2012).

Menurut Schmand, dkk (1995) kombinasi pemberian ringer laktat dan hydroxyethyl (HES) tidak menunjukan hasil yang efektif ataupun mengarah kearah perbaikan dan tidak memiliki pengaruh terhadap fungsi ekserbasi limfosit. Interleukin (IL)-6 dilepaskan di makrofag peritoneal, dalam waktu 24 jam setelah pemberian infus hydroxyethyl dan menunjukan hasil bahwa konsentrasi serum IL-6 tetap atau tidak berubah.

Penelitian di China yang dilakukan oleh Huey-Ling Liou, dkk (2012) membandingkan pemberian kombinasi cairan koloid dan kristaloid terhadap respon inflamasi pada pasien pembedahan jantung dijumpai perbedaan yang signifikan terhadap kadar TNF-α, IL-1 β dan IL-6 pada pemberian cairan ringer solution dibandingkan dengan kelompok HES dan human albumin (HA).

(5)

Wei dong, dkk (2015) dalam penelitiannya efek ringer sodium piruvat solution terhadap serum tumor nekrosis faktor alpha dan IL-6 pada pasien septik syok menunjukkan bahwa saat resusitasi ringer sodium piruvat solution lebih efektif untuk menjaga sirkulasi darah, mengurangi inflamasi dan menjaga kadar asam-basa dan menurunkan prognosis mortality rate.

Menurut galas dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemberian Ringer fundin dihubungkan dengan hasil pemeriksaan elektrolit dan keseimbangan asam basa yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian Ringer Laktat (RL). (Galas, 2009).

Penelitian Zdenek Zadak,dkk membandingkan Ringerfundin sebagai larutan Ringer Asetat Malat dengan Plasmalyte didapati Ringerfundin lebih stabil terhadap efek metabolik, yang tidak meningkatkan konsumsi oksigen atau total kebutuhan energi (Zadak, 2010).

Zulkarnain, membandingkan larutan Ringer Asetat Malat dengan Larutan Ringer Laktat sebagai preload pada spinal anestesi pada pasien bedah sesar, RAM memberikan perubahan yang lebih kecil pada Strong Ion Diffence dari pada larutan Ringer Laktat (Zulkarnain, 2014).

(6)

Pemberian resusitasi cairan pada pasien sepsis pada umumnya memberikan respon yang lebih baik dengan menggunakan cairan kristaloid. (Mira, 2015), maka peneliti berminat melakukan penelitian dengan membandingkan pemberian larutan kristaloid Ringer Asetat-Malat dengan larutan Ringer Laktat, kemudian diukur kadar IL-6 pada pasien sepsis sebelum dan sesudah dilakukan pemberian cairan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Belum ada penelitian tentang pemberian cairan kristaloid Ringer Asetat Malat dan Ringer Laktat pada pasien sepsis yang mempengaruhi penurunan mediator sitokin pro inflamasi interleukin-6.

1.3. Hipotesis

Dijumpai perbedaan penurunan kadar IL-6 setelah pemberian cairan Ringer Asetat Malat dan Ringer Laktat pada pasien sepsis yang dilakukan EGDT 3 jam pertama di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM).

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

(7)

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui penurunan kadar IL-6 setelah pemberian cairan resusitasi Ringer Asetat Malat pada pasien sepsis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM).

b. Untuk mengetahui penurunan kadar IL-6 setelah pemberian cairan resusitasi Ringer Laktat pada pasien sepsis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM).

c. Untuk mengetahui perbandingan penurunan kadar IL-6 setelah pemberian cairan resusitasi Ringer Asetat Malat dan Ringer Laktat pada pasien sepsis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM).

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bidang Akademik atau Ilmiah

Menambah pemahaman perbandingan cairan Ringer Asetat Malat dengan Ringer Laktat terhadap kadar IL-6 pada pasien sepsis.

1.5.2. Pengembangan Penelitian

Sebagai masukan teori bagi penelitian sepsis selanjutnya khususnya dalam pemilihan cairan pada pasien sepsis.

1.5.3 Pelayanan Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

“ Kompetensi dan tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal apabila pemilihan pendekatan, metode, strategi dan model-model pembelajaran tepat dan disesuaikan dengan materi,

Sama hal nya dengan Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Quick ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

protected void onCreate(Bundle savedInstanceState) { super .onCreate(savedInstanceState);. requestWindowFeature(Window.FEATURE_NO_TITLE);

Perbedaan yang mendasar dengan klasifikasi yang lain adalah jika dalam klasifikasi bersilang setiap tingkatan menyangkut satu faktor yang digunakan didalam

agua Comedor Almacén de agroquímic os Almacén de combustibl e Oficina

Memperhatikan definisi dari gelanggang polinom miring dapat disimpulkan bahwa gelanggang polinom miring mengandung tiga unsur, yaitu gelanggang biasa, disimbol dengan R

Dari hasil perhitungan optimasi dengan program linier didapatkan bahwa Waduk Cimeta hanya mencapai optimum pada tahun 2010 karena release yang dihasilkan belum mampu

Dimana operasi join diperluas ini adalah suatu operasi yang dikembangkan dari operasi join yang dibangun dengan cara menggabungkan dua koteri-k mayoritas dan