• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. motif transaksi, motif berjaga - jaga, dan motif spekulasi. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. motif transaksi, motif berjaga - jaga, dan motif spekulasi. 1"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

47

A. Teori Preferensi Likuiditas

Dalam teori Preferensi Likuidasi motif masyarakat dalam memegang uang ada 3 macam. Formulasi dari ketiga motif tersebut adalah

motif transaksi, motif berjaga - jaga, dan motif spekulasi.1

1. Motif Transaksi

Pada pendekatan klasik, diasumsikan bahwa tujuan setiap orang memegang uang adalah sebagai alat tukar. Komponen prmintaan uang ditentukan oleh tingkat transaksi setiap orang. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka permintaan orang tersebut terhadap barang atau jasa semakin tinggi pula. Permintaan uang untuk transaksi dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pendapatan nasional. 2. Motif Berjaga-jaga

Uang digunakan sebagai alat untuk menghadapi ketidakpastian akan kebutuhan di masa mendatang. Jumlah uang yang dijadikan alat untuk berjaga-jaga ditentukan oleh banyaknya transaksi yang diekspektasikan dimasa mendatang. Motif ini juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional. Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka tingkat kesadaran terhadap masa depan akan semakin tinggi. Kondisi masa depan yang tidak menentu akan mendorong orang

1 John Maynard keynes, dalam Arthur J Keown, dkk. Manajemen Keuangan, Prinsip dan

(2)

untuk melakukan motif ini. Hal tersebut akan membawa kebutuhan yang semakin tinggi akan perlunya uang untuk berjaga. Secara aggregate semakin tinggi pendapatan nasional, maka kebutuhan masyarakat terhadap uang untuk berjaga-jaga juga akan semakin tinggi.

3. Motif Spekulatif

Uang merupakan alat ukur kekayaan. Sehingga salah satu alasan seseorang memegang uang adalah untuk alasan spekulatif. Secara umum, motif spekulasi merupakan komponen yang paling tidak penting dari preferensi likuiditas. Motif transaksi dan berjaga - jaga merupakan alasan terbesar mengapa perusahaan memegang kas.

B. Teori Pecking order

Pecking order theory menyatakan bahwa Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Pecking order theory menggunakan dasar pemikiran bahwa tidak ada suatu target debt to equity ratio tertentu dan tentang

hirarkhi sumber dana yang paling disukai oleh perusahaan.2 Esensi teori ini

adalah adanya dua jenis modal eksternal financing dan internal financing. Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan yang profitabel umumnya menggunakan utang dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut bukan disebabkan karena perusahaan mempunyai target debt ratio yang rendah,

2 Myers dan Majluf 1984, dalam Anastasia V Puspitasari. Analisis Pengaruh Profitabilitas,

Ukuran Perusahaan, Perputaran Piutang , Rasio Hutang , dan Operating Cycle Terhadap Likuiditas (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bei Periode 2007 – 2010). Jurnal Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro. 2013. Hlm.14-15.

(3)

tetapi karena mereka memerlukan eksternal financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitabel akan cenderung menggunakan utang yang lebih besar karena dua alasan, yaitu dana internal tidak mencukupi, dan utang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai. Teori packing order ini membuat hirarkhi sumber dana, yaitu dari internal (laba ditahan), dan eksternal (utang dan saham). Pemilihan sumber eksternal disebabkan karena adanya asimetri informasi antara manajemen dan pemegang saham. Asimerti informasi terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada para pemegang saham. Dengan demikian, pihak manajemen mungkin berpikir bahwa harga saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal) sehingga manajemen akan menerbitkan saham baru dengan harga yang lebih mahal dari yang seharusnya.

Adanya asimetri informasi ini mengakibatkan terjadinya gap antara pengelola dan pemilik perusahaan yang memungkinkan terjadinya moral hazard pengelola, sehingga harga saham tidak mencerminkan informasi secara penuh tentang kondisi perusahaan. Penerbitan saham juga berakibat pada turunnya dividen perlembar saham dan turunya harga atau nilai saham karena jumlah saham bertambah. Akibatnya jika pendanaan eksternal dilakukan dengan penerbitan saham baru akan mendapat apresiasi atau respon negatif oleh pasar.

(4)

C. Likuiditas 1. Pengertian

Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera di penuhi, atau kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat di tagih.3

Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktuya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek, sebaliknya bila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban keuangan pada saat di tagih, berarti perusahaan itu ilikuid. Kewajiban keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dapat di golongkan menjadi dua yaitu :

a. Kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan (kreditur).

b. Kewajiban perusahan yang berhubungan proses produksi (intern perusahaan).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Likuiditas :

Likuiditas suatu perusahaan tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi sebagai pembentuk likuiditas itu sendiri :

3 Bambang Riyanto. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE. 2008.

(5)

a. Kas dan Bank (Cash and Bank)

Yaitu jumlah uang tunai yang ada pada perusahaan dan saldo perusahaan yang ada pada bank yang dapat di tarik dengan segera, yang dimaksud dengan saldo tabungan perusahaan pada bank bukan pinjaman yang masih dapat ditarik

b. Surat-surat Berharga (Marketable Securities)

Surat-surat berharga yang dimaksud dalam hal ini adalah surat-surat berharga yang berjangka pendek, misalkan saham yang dibeli tetapi tidak dimaksud sebagai investasi jangka panjang melainkan jangka pendek.

c. Piutang Dagang (Account Receivable)

Yaitu tagihan perusahaan pada pihak lain yang timbul akibat adanya transaksi bisnis utama secara kredit.

d. Persediaan Barang (Inventory)

Yaitu barang yang diperjual belikan (diperdagangkan) oleh perusahaan dalam bisnis utamanya.

e. Kewajiban Utang di bayar di muka (Prepaid Expenses)

Yaitu biaya yang telah di keluarkan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang.

f. Kewajiban Lancar (Current Liabilities)

Kewajiban lancer adalah hutang-hutang yang harus segera dilunasi oleh perusahaan, biasanya digunakan jangkawaktu satu tahun.

(6)

Beberapa komponen dalam kategori ini adalah :

1) Pinjaman jangka pendek dari Bank (Short Term Debt Bank) Saldo kredit (ditinjau dari sudut perusahaan) perusahaan pada bank yang memiliki jangka waktu maxsimal 1 tahun, yang termasuk golongan ini umumnya adalah pinjaman atau modal kerja.

2) Hutang Dagang (Account Payable)

Yaitu hutang pada pihak lain yang timbul akibat adanya transaksi bisnis.

3) Hutang Pajak (Tax Payable)

Yaitu pajak yang masih harus dibayar oleh perusahaan. 4) Biaya-biaya yang harus di bayar (Account Expenses)

Yaitu pengelolaan yang harus diakui sebagai biaya tetapi belum di bayar tunai.

3. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.4

Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio. Current ratio dapat menilai tingkat likuiditas dengan memperbandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current ratio umum digunakan untuk menilai likuiditas karena rasio ini menunjukkan

4 Santoso, Rahmat Agus dan M.Nur. Pengaruh Perputaran Piutang dan Pengumpulan

(7)

seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo uang. Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Likuiditas merupakan ketersediaan kas dimasa depan setelah memperhitungkan hutang jangka pendek yang ada. Rasio ini mengidentifikasikan apakah perusahaan memiliki sumber daya untuk melunasi kewajiban lancarnya atau kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka pendek seperti aktiva lancar dan utang lancar. Aktiva lancar yang mudah diubah menjadi kas meliputi kas, persediaan dan piutang. Semakin tinggi ratio ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Jadi rasio likuiditas ini dapat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya jumlah piutang dan kewajiban jangka pendek (hutang lancar) perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi likuiditas berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam pemenuhan komitmen keuangan pada saat jatuh tempo. Rasio ini dapat dihitung

dengan rumus :5

5 Arthur J. Keown, dkk. Manajemen Keuangan Prinsip dan penerapan. Jakarta: PT. Indeks

(8)

D. Kas

1. Pengertian Kas

Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam

suatu transaksi.6 Transaksi tersebut misalnya untuk pembayaran gaji atau

upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang, membayar deviden dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan.

Faktor - faktor yang mempengaruhi ketersediaan kas bisa melalui penerimaan dan pengeluaran kas. Perubahan yang efeknya menambah dan mengurangi kas dan dikatakan sebagai sumber-sumber penerimaan

dan pengeluaran kas adalah sebagai berikut:7

1) Berkurang dan bertambahnya aktiva lancar selain kas.

Berkurangnya aktiva lancar selain kas berarti bertambahnya dana atau kas, hal ini dapat terjadi karena terjualnya barang tersebut, dan hasil penjualan tersebut merupakan sumber dana atau kas bagi perusahaan itu. Bertambahnya aktiva lancar dapat terjadi karena pembelian barang, dan pembelian barang membutuhkan dana.

2) Berkurang dan bertambahnya aktiva tetap.

Berkurangnya aktiva tetap berarti bahwa sebagian dari aktiva tetap itu dijual dan hasil penjualannya merupakan sumber dana dan menambah kas perusahaan. Bertambahnya aktiva tetap dapat terjadi

6 Martono dan D. Agus Harjito, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Kedua,

Penerbit Ekonisia, 2002, Yogyakarta, hlm. 116

7 Bambang Riyanto, Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan

(9)

karena adanya pembelian aktiva tetap dengan menggunakan kas. Penggunaan kas tersebut mengurangi jumlah kas perusahaan.

3) Bertambah dan berkurangnya setiap jenis hutang.

Bertambahnya hutang, baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang berarti adanya tambahan kas yang diterima oleh perusahaan. Berkurangnya hutang, baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang dapat terjadi karena perusahaan telah melunasi atau mengangsur hutangnya dengan menggunakan kas sehingga mengurangi jumlah kas.

4) Bertambahnya modal dapat menambah kas misalnya disebabkan karena adanya emisi saham baru, dan hasil penjualan saham baru. Berkurangnya modal dengan menggunakan kas dapat terjadi karena pemilik perusahaan mengambil kembali atau mengurangi modal yang tertanam dalam perusahaan sehingga jumlah kas berkurang. 5) Adanya keuntungan dan kerugian dari operasi perusahaan Apabila

perusahaan mendapatkan keuntungan dari operasinya berarti terjadi penambahan kas bagi perusahaan yang bersangkutan sehingga penerimaan kas perusahaan pun bertambah. Timbulnya kerugian selama periode tertentu dapat menyebabkan ketersediaan kas berkurang karena perusahaan memerlukan kas untuk menutup kerugian. Dengan kata lain, pengeluaran kas bertambah sehingga ketersediaan kas menjadi berkurang.

(10)

Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena makin besarnya kas berarti makin banyak uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitasnya. Sebaliknya kalau perusahaan hanya mengejar profitabilitas saja akan berusaha agar semua persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaan bekerja. Jika perusahaan menjalankan tindakan tersebut berarti menempatkan

perusahaan itu dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.8

2. Perputaran Kas

Perputaran kas adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam kas dan bank dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas diketahui dengan membandingkan antara jumlah pendapatan dan

pemberian pinjaman dengan jumlah kas rata-rata.9 Tingkat perputaran

kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan demikian tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas atau setara kas menjadi kas kembali melalui penjualan atau pendapatan, dalam

8Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelajaan Perusahaan, Edisi ke empat,

(Yogyakarta: BPFE,2001), hlm. 94

9Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan, Edisi ke empat,

(11)

mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional

perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus:10

Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan.

E. Persediaan

1. Pengertian Persediaan

Persediaan adalah barang-barang yang biasanya dapat dijumpai di gudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik berupa bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi, barang-barang untuk keperluan operasi, atau barang-barang untuk

keperluan suatu proyek.11 persediaan merupakan barang-barang yang

dimiliki oleh perusahaan yang akan dijual atau bahan untuk diolah menjadi barang setengah jadi dan dijual kembali atau barang yang akan dipergunakan dalam suatu periode tertentu dan akan selalu berputar atau kembali sehinngga nilainya selalu berubah. Persediaan secara umum ditujukan untuk barang-barang yang dimiliki perusahaan dagang, baik berupa usaha grosir maupun ritel, ketika barang-barang tersebut telah

10 Kasmir. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012. Hlm. 141 11

(12)

dibeli dan ada kondisi siap untuk dijual. Kata bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in process), dan barang jadi (finished good)

untuk dijual ditujukan untuk perediaan di perusahaan manufaktur.12

2. Jenis-jenis persediaan

Jenis-jenis persediaan menurut fungsinya adalah sebagai berikut :13

a. Batch stock/Lot Size Inventory

Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu.

Keuntungannya :

1) Potongan harga pada harga pembelian 2) Efisiensi produksi

3) Penghematan biaya angkutan b. Fluctuation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

c. Anticipation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat.

12 Sticce. Intermediate Accounting, Edisi ke-15, Cetakan Pertama, Diterjemahkan oleh

Palupi Wariati. Jakarta : Salemba Empat. 2004. Hlm 654.

13 Rangkuti, Freddy. Manajemen Persediaan (Aplikasi di Bidang Bisnis), Cetakan Keenam.

(13)

3. Akibat Kelebihan dan Kekurangan Persediaan

Dalam suatu perusahaan sering kali terjadi suatu masalah persediaan terutama perusahaan dibidang manufaktur. Masalah persediaan diperusahaan manufaktur biasanya terjadi kelebihan persediaan dan kekurangan persediaan sehingga akan mengakibatkan perusahaan rugi. Akibat kelebihan dan kekurangan persediaan adalah

sebagai berikut :14

a. Akibat Kelebihan Persediaan. 1) Beban bunga meningkat.

2) Biaya penyimpanan dan pemeliharaan digudang. 3) Resiko rusak.

4) Kualitas menurun.

b. Akibat Kekurangan Persediaan. 1) Proses produksi tergangggu.

2) Ada kapasitas mesin yang tidak terpakai. 3) Pesanan tidak dapat dipenuhi.

Berdasarkan akibat-akibat dari persediaan baik kelebihan maupun kekurangan, persediaan dapat dijelaskan apabila persediaan kelebihan maka persediaan akan mnggangur digudang sehingga mengakibatkan persediaan usang karena tidak terpakai. Sebaliknya apabila persediaan kekurangan maka persediaan akan habis digudang sehingga pesanan tidak dapat dipenuhi dan mengakibatkan perusahaan rugi.

14 Benny Alexandri dan Linna Ismawati. Manajemen Keuangan Teori dan Praktikum.

(14)

4. Perputaran Persediaan

Perusahaan yang kegiatannya tidak hanya membeli dan menjual barang dagangan melainkan juga memproduksi barang maka perusahaan ini pada akhir tahun akan mempunyai persediaan bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi. Terhadap persediaan-persediaan ini juga dapat dianalisis dengan prosedur yang sama dengan persediaan barang dagangan. Untuk barang jadi maka turnover-nya dapat dihitung dengan cara yang sama dengan perhitungan turnover persediaan barang dagangan yaitu membagi harga pokok penjualan dengan rata-rata

persediaan.15

Investasi dalam persediaan seringkali merupakan harta lancar yang paling besar dari total harta perusahaan, sehingga menjadi hal yang penting bagi manajemen untuk memantau tingkat persediaan secara cermat. Dalam banyak hal persediaan lebih sensitif terhadap fluktuasi bisnis umum dibanding dengan harta lainnya. Dalam periode yang baik, persediaan dapat segera terjual dan jumlah persediaan di gudang tidak berlebihan. Tetapi jika ada penurunan sedikit saja dalam siklus bisnis, banyak jenis persediaan menumpuk di gudang.

Pengelolaan persediaan sangat penting untuk menjaga agar persediaan yang ada tidak terlalu banyak atau tidak terlalu sedikit. Persediaan yang terlalu banyak memerlukan biaya yang besar, risiko-risiko dan investasi yang sangat tinggi, sehingga terlalu banyak uang

15 Anneke Silvana Sambouw. Pengaruh Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang

Terhadap Modal Kerja Pada PT. Unilever Tbk. Bandung : Universitas Komputer Indonesia

(15)

yang diinvestasikan dalam persediaan dapat merugikan perusahaan, karena uang tersebut tidak menghasilkan keuntungan. Sebaliknya tingkat persediaan yang tidak memadai akan menimbulkan kerugian karena adanya permintaan-permintaan yang tidak dapat dipenuhi.

Alasan-alasan tersebut meminta manajemen secara khusus perlu merumuskan dan menetapkan cara perencanaan yang efektif. Salah satu cara pengendalian adalah dengan menggunakan rasio perputaran persediaan barang. Perputaran persediaan merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang

dimiliki oleh perusahaan.16

Perputaran persediaan merupakan aktivitas perusahaan yang jelas diperlukan dan diperhitungkan, karena dapat mengetahui efisiensi biaya, juga berguna untuk memperoleh laba yang besar. perputaran persediaan memperlihatkan bagaimana persediaan dikelola dan dijual dalam satu periode tertentu, sehingga persediaan akan selalu berputar dan nilainya akan selalu berubah-ubah.

Tingkat perputaran persediaan menunjukan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan yang diganti dalam satu tahun. Untuk mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang dapat ditentukan dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu tahun dengan turnover dari persediaan tersebut. Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutar barang dagangannya, dan

16

(16)

menunjukan hubungan antara yang diperlukan untuk menunjang dan mengimbangi tingkat penjualan yang ditentukan. Rasio ini dapat

dihitung dengan rumus :17

Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan angka-angka mingguan, bulanan, atau tahunan. Untuk menyederhanakannya kita menentukan persediaan rata-rata dengan membagi jumlah persediaan pada akhir dan awal tahun. Selama jumlah persediaan yang dimiliki sepanjang tahun stabil, rata-rata ini akan cukup akurat bagi analisis kita. Besarnya hasil perhitungan persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persediaan menjadi kas atau piutang dagang.

F. Piutang

1. Pengertian piutang

Istilah piutang timbul karena adanya kebijakan penjualan secara kredit yang dilakukan oleh perusahaan. Pemberian kredit tersebut tentunya tidak akan langsung menghasilkan penerimaan berupa kas bagi perusahaan, namun akan menimbulkan suatu piutang yang kemudian akan berubah menjadi kas pada saat terjadi pelunasan atas piutang tersebut.

Piutang merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal

17 Irham Fahmi. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab. Bandung:

(17)

kerja. Piutang adalah hak penagihan kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang timbul karena adanya penjualan barang dan jasa secara kredit dengan tujuan untuk meningkatkan volume penjualan yang akhirnya akan meningkatkan laba perusahaan dalam jangka waktu satu tahun atau dalam siklus normal perusahaan.

2. Klasifikasi Piutang

Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umunya timbul dari hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu piutang juga dapat timbul dari adanya usaha diluar kegiatan

pokok perusahaan. Piutang dapat diklasifikasikan menjadi:18

1) Piutang Dagang dan Piutang Non Dagang (trade and nontrade receivable) Piutang dagang adalah piutang terbuka yang tidak dijamin yang seringkali hanya disebut sebagai piutang usaha. Piutang non dagang timbul akibat transaksi seperti: penjualan sekuritas, pembayaran di muka atas pembelian, piutang dividen dan bunga dan sebagainya.

2) Piutang Lancar dengan Piutang Tak Lancar

Piutang lancar mencakup semua piutang yang diidentifikasikan dapat tertagih dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal, sedangkan piutang tak lancar merupakan piutang yang

18 Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, 2007, Jakarta, hlm.

(18)

diidentifikasikan dapat tertagih dalam jangka waktu yang lebih dari satu tahun.

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Investasi Dalam Piutang Piutang merupakan aktiva yang paling penting dalam perusahaan dan dapat menjadi bagian yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang adalah sebagai berikut:19

1. Volume penjualan kredit

Semakin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya semakin kecil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang akan memperkecil jumlah piutang.

2. Syarat pembayaran bagi penjualan kredit

Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnnya dan semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besarnya jumlah piutang. 3. Ketentuan tentang batas volume penjualan kredit

Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar maka besarnya piutang juga semakin besar.

4. Kebijakan membayar para pelanggan kredit

19

(19)

Apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dari waktu yang dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang semakin besar.

5. Kebebasan membayar dari pelanggan

Kebebasan para pelanggan untuk membayar dalam periode cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan jika pelanggan membayar pada periode yang sudah ada cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang yang lebih besar, karena jumlah dana akan tertanam dalam piutang lebih lama untuk terealisasi menjadi kas

4. Perputaran Piutang

Menilai berhasil tidaknya kebijakan penjualan kredit suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara melihat tingkat perputaran piutang. Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran piutang ini dimulai pada saat kas dikeluarkan untuk mendapatklan persediaan kemudian persediaan tersebut dijual dengan cara kredit sehingga akan menimbulkan piutang dimana piutang tersebut akan berubah kembali menjadi kas pada saat terjadi pelunasan piutang tersebut oleh para pelanggannya.

Perputaran piutang (receivable turnover) merupakan ukuran efektivitas pengelolaan piutang. Semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya. Tingkat

(20)

perputaran piutang atau receivable turnover dapat diketahui dengan cara

membagi penjualan kredit dengan jumlah rata-rata piutang.20

Tingkat perputaran piutang dapat dihitung dengan menggunakan

rumus :21

G. Debt To Equity Ratio

1. Pengertian Debt To Equity Ratio

Perusahaan memperoleh sumber pendanaan dari dua sumber yaitu kreditor dan pemegang saham. Rasio leverage menunjukkan berapa besar perusahaan didanai oleh kreditor dan pemegang saham. Rasio utang adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh

utang.22 Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan

perusahaan karena perusahaan akan Masuk kategori utang ekstrim yaitu perusahaan terjebak dalam utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut.

Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang diambil dan darimana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang. Rasio leverage disebut juga rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi.

20Sutrisno. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Cetakan

Ketujuh. Yogyakarta : Penerbit Ekonisia. 2009. Hlm : 220.

21 Arthur J. Keown, dkk. Manajemen Keuangan Prinsip dan penerapan. Jakarta: PT. Indeks

. 2011. Hlm. 77.

22Agus Sartono. 2000. Hlm. 62, dalam Irham Fahmi. Analisis Laporan Keuangan.

(21)

Rasio leverage yang menjadi fokus penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio. Rasio ini dicari dengan membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Bagi kreditor semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi diperusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semaki besar rasio ini akan semakin baik. Sebaliknya, dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi

peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva.23

Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan. Dalam persoalan debt to equity ratio tidak ada batasan Debt to Equity Ratio yang aman bagi suatau perusahaan, namun untuk konservatif biasanya debt to equity ratio yang lewat 66% atau 2/3

sudah dianggap berisiko.24 Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:25

23

Kasmir. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012. Hlm. 157-158.

24 Suyuti. 2005. Hlm. 2, dalam Irham Fahmi. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan

Soal Jawab. Bandung: Alfabeta. 2014. Hlm.73.

25 Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012. Hlm:

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi dapat membantu pihak manajemen dalam memantau apakah biaya sesungguhnya dikeluarkan sesuai dengan yang

Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual (Mulyadi 2000:14). Yang di maksud dengan kontrol efisiensi

Durasi yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan (aktivitas) dengan sumber daya yang tersedia secara normal tanpa biaya tambahan dalam suatu proyek..

Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi, antara lain berguna untuk dapat :.. 1) menghilangkan resiko keterlambatan

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah,

Keluaran Sistem adalah mengolah suatu energi dan di klasifikasikan menjadi suatu keluaran yang berguna, keluaran dapat merupakan masukan untuk

MRP memberikan peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi,dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan dengan lebih baik, karena ada keterpaduan

Dengan metode ini, persediaan dapat digolongkan atau dikelompokkan kedalam tiga kelas sesuai dengan volume nilai penggunaan (jumlah produk dalam setahun dan biaya pembelian atau