• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI UNTUK MENDUKUNG DAYA SAING LOGISTICS & SUPPLY-CHAIN NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PAKET KEBIJAKAN EKONOMI UNTUK MENDUKUNG DAYA SAING LOGISTICS & SUPPLY-CHAIN NASIONAL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

CeMAT Southeast Asia/TransASia/Cold Chain Indonesia 2017

EDY PUTRA IRAWADY,

Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri

ICE BSD, 2 Maret 2017

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI UNTUK MENDUKUNG

DAYA SAING LOGISTICS & SUPPLY-CHAIN NASIONAL

(2)

STRATEGI KEBIJAKAN EKONOMI BARU

Komitmen Presiden dalam Pidato Presiden tanggal 16 Agustus 2016:

“…Pemerintah fokus pada tiga langkah terobosan untuk pengentasan kemiskinan, pengangguran, ketimpangan dan kesenjangan sosial… adalah: yang pertama, percepatan pembangunan infrastruktur. Yang kedua, penyiapan kapasitas produktif dan Sumber Daya Manusia.

Ketiga, deregulasi dan debirokratisasi.

….kita bangun sarana infrastruktur secara lebih merata di seluruh Tanah Air guna memperkuat konektivitas antarwilayah dan

memperkecil ketimpangan dan kesenjangan sosial. Akselerasi pembangunan infrastruktur logistik meliputi jalan nasional dan jalan tol, jembatan, jalur kereta api tidak hanya di pulau Jawa tapi juga di Pulau Sumatera, di Kalimantan, di Sulawesi, dan juga dibangun Mass

(3)

RPJM 1

(2005-2009)

Menata kembali NKRI,

membangun

Indonesia

yang

aman,

damai,

yang

adil

dan

demokratis,

dengan

tingkat

kesejahteraan

yang lebih baik

RPJM 2

(2010-2014)

Memantapkan penataan

kembali NKRI, mening

katkan

kualitas

SDM,

membangun

kemampuan

IPTEK,

memperkuat daya saing

perekonomian

RPJM 3

(2015-2019)

Memantapkan

pembangunan

secara

menyeluruh

dengan

menekankan

pembangunan

keunggulan

kompetitif,

perekonomian

berbasis

SDA yang tersedia, SDM

yang

berkualitas,

serta

kemampuan IPTEK

RPJM 4

(2020-2024)

Mewujudkan

masyarakat

Indonesia

yang

maju,

mandiri,

adil,

makmur

melalui

percepatan

pembangunan di segala

bidang dengan struktur

perekonomian

yang

kokoh

berlandaskan

keunggulan kompetitif

TAHAPAN PEMBANGUNAN

DAN ARAHAN KEBIJAKAN RPJPN 2005-2025

Salah satu sasaran RPJMN 2015-2019:

• Meningkatkan kinerja pelayanan dan industri transportasi nasional untuk mendukung SISLOGNAS dan konektivitas

(4)

SKEMA KEBIJAKAN EKONOMI NASIONAL

I. REFORMASI KEBIJAKAN EKONOMI (RPE)

1. Manajemen Baru Batam 2. Tax Amnesty

3. Pencabutan PERDA

4. Kebijakan Suku Bunga: Repo Over Night Rate 5. Proyek Strategis Nasional

6. Reformasi Anggaran (APBN) 7. Pembangunan Infrastruktur 8. Pengembangan SDM

Perbaikan regulasi (penyederhanaan), dan birokrasi (kemudahan), serta peningkatan penegakan hukum:

Rasionalisasi kebijakan: moneter/perbankan, fiskal, dan regulatory:

9. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

II. PAKET KEBIJAKAN DEREGULASI

III. KEBIJAKAN EKONOMI BERKEADILAN

(5)

Pengawalan Pelaksanaan Paket Kebijakan Ekonomi Melalui

Pembentukan Satgas

Satuan Tugas Percepatan dan Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi Kampanye dan Diseminasi Kebijakan Percepatan dan Penuntasan Regulasi Evaluasi dan Analisa Dampak Penanganan dan Penyelesaian Kasus 1 2 3 4 NO POKJA TUGAS 1. Kampanye dan Diseminasi Kebijakan Ekonomi

• Kampanye, sosialisasi, diseminasi, publikasi, road

show, business matching, CEO meeting, talk show/dialog dalam dan luar negeri.

2. Percepatan dan Penuntasan Regulasi Kebijakan Ekonomi

• Menyelesaikan seluruh peraturan dan peraturan teknis yang diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan

deregulasi ekonomi.

• Memastikan kepatuhan substansi dari peraturan yang diterbitkan.

3. Evaluasi dan Analisa Dampak Kebijakan

Ekonomi

• Memantau, menganalisa, dan mengevaluasi

pelaksanaan kebijakan/regulasi serta dampak ekonomi (regulatory impact).

• Mengkaji usulan deregulasi lanjutan. 4. Penanganan

dan

Penyelesaian Kasus

• Menjadi saluran pengaduan pelaksanaan kebijakan deregulasi.

• Menyelesaikan kasus-kasus yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan deregulasi.

5. Unit Pendukung • Mendukung kegiatan Pokja dalam administrasi, keuangan, pelaporan.

• Mengkoordinasikan substansi deregulasi antar K/L dan daerah.

• Melakukan klinik bisnis dan PPC untuk uji publik dan efektivitas kebijakan.

(6)

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI

PENYEDERHANAAN REGULASI

KEMUDAHAN BIROKRASI

KEPASTIAN USAHA

Untuk meningkatkan daya saing industri, daya beli masyarakat, investasi, logistik, ekspor, dan wisata.

PAKET I, 9 Sept ‘15

MENDORONG DAYA SAING INDUSTRI

PAKET II, 29 Sept ‘15

PROMOSI INVESTASI DAN DEVISA

PAKET III, 7 Oct ’15

PERLUASAN AKSES PEMBIAYAAN DAN PENGURANGAN BIAYA

PRODUKSI

PAKET IV, 15 Oct ‘15

JAMINAN SISTEM PENGUPAHAN DAN PENGAMANAN PHK

PAKET V, 22 Oct ‘15

REVALUASI ASET DAN AKSES PEMBIAYAAN SYARIAH

PAKET VI, 6 Nov ‘15

MENGGERAKKAN EKONOMI DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KELANCARAN BAHAN BAKU OBAT

PAKET VII, 7 Dec ‘15

INSENTIF PAJAK INDUSTRI PADAT KARYA DAN SERTIFIKASI TANAH

PAKET VIII, 21 Dec ‘15 KEPASTIAN USAHA DAN

INVESTASI JASA PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG (MRO)

PAKET IX, 27 Jan ‘16 INFRASTRUKTUR LISTRIK DAN LOGISTIK

PAKET X, 11 Feb ‘16

KETERBUKAAN INVESTASI

PAKET XI, 29 Mar ‘16

AKSES PEMBIAYAAN, DWELLING TIME, DAN INDUSTRI

FARMASI/ALKES

PAKET XII, 28 Apr ‘16

PENINGKATAN PERINGKAT

EASE of DOING BUSINESS (EoDB)

PAKET XIII, 25 Aug ‘16

PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH (MBR)

PAKET XIV, 10 Nov ‘16

PENETAPAN PETA JALAN E-COMMERCE (Menunggu penyelesaian Perpres)

204 TOTAL REGULASI

203 SELESAI

(7)

MISI

1. Memperlancar arus barang yang menjamin pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dan meningkatnya daya saing produk nasional.

2. Membangun simpul-simpul logistik nasional dan konektivitasnya mulai dari pedesaan, perkotaan, antar wilayah dan antar pulau sampai ke pasar ekspor.

VISI SISLOGNAS Tahun 2025: Terwujudnya Sistem Logistik yang Terintegrasi secara Lokal, dan Terhubung secara Global untuk Meningkatkan Daya Saing Nasional dan Kesejahteraan Rakyat

Visi Logistik Indonesia

2025

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM LOGISTIK NASIONAL (SISLOGNAS)

(Perpres No.26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional)

TARGET:

• Turunnya biaya logistik terhadap PDB 5% dari tahun berjalan,

misal: 2014 (24,6%) maka 2015 (23,37%), 2016 (22,2%), 2017 (21,09%), 2018 (20,03%), 2019 (19,03%) sampai 2025 (13,98%).

• Terbangunnya peta transportasi barang.

• Berkembangnya konektivitas ekonomi desa, kota, pasar global,

dengan semakin meratanya suplai produk antar daerah.

• Meluasnya kegiatan perdagangan secara langsung dari daerah ke

pasar internasional.

• Meningkatnya permintaan SDM Indonesia yang memiliki sertifikasi kompetensi di bidang logistik.

6 Kunci Penggerak Utama Pengembangan SISLOGNAS Regulasi, Peraturan & Perundangan

Infrastruktur Transportasi Manajemen Sumber Daya Manusia Teknologi Informasi dan Komunikasi Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik Komoditas Penggerak Utama Prioritas Perbaikan Sasaran Kebijakan:

• Membuka peluang pelayaran nasional melayani angkutan ekspor impor sekitar USD. 600 Juta/Tahun, investasi perkapalan sekitar 70-100 unit kapal baru

senilai USD. 700 Juta, asuransi angkutan sebesar 1%-2%, pinjaman perbankan DN sebesar USD. 560 Juta, dan kesempatan kerja baru sebanyak 2.000 pelaut.

• Meningkatkan daya saing galangan kapal DN dengan memberikan insentif 0% Bea Masuk impor 115 jenis suku cadang dan komponen kapal laut, termasuk

menjaga keberlangsungan hidup 1.800 Perusahaan Pelayaran.

• Memberi peluang lebih besar kepada pelayaran nasional untuk melayani angkutan khusus seperti, kapal tanker, bulker, dan semen.

• Memberikan peluang bisnis lebih besar bagi pelaku logistik nasional, dengan rasionalisasi/pengurangan PNBP, penghematan biaya angkutan barang melalui

udara sebesar 30%, beban biaya transportasi (laut, darat, udara) sebesar 15%, dan beban administrasi/operasional perusahaan logistik lainnya.

• Mengurangi kerusakan produk pasca panen sebesar 30%, dengan membangun Pusat Distribusi Regional dan Standar Pengangkutan Barang.

• Memperkuat wewenang dan lembaga INSW untuk mendukung efisiensi logistik dan kelancaran ekspor impor, termasuk kepastian dwelling time yang rendah. 7

(8)

Paket Deregulasi Kebijakan Ekonomi I-XIV yang terkait Sektor Logistik

MEMBANGUN KONEKTIVITAS

EKONOMI DESA-KOTA

Peningkatan Daya Saing Industri Penerbangan Nasional melalui insentif bea masuk 0% untuk 21 pos tarif suku cadang dan komponen pesawat terbang yang berdampak terhadap penurunan 2% biaya margin perawatan pesawat terbang (karena porsi suku cadang dan komponen pesawat terbang adalah 20% dari biaya operasional).

• Pusat Logistik Berikat (PLB): 28 PLB untuk memudahkan

Mendapatkan Supply Bahan Baku Industri.

• Single Identity Importir: satu-satunya tanda pengenal importir.

• Simplifikasi Perizinan Ekspor-Impor: menurunkan lartas

dari 51% (September 2015) menjadi 32% (Mei 2016).

• Inland FTA: pemindahan kawasan FTA ke Indonesia yang sebelumnya berada di negara lain.

• Fasilitas Tidak Dipungut PPN alat transportasi dan jasa

transportasi laut serta pelabuhan: untuk meningkatkan

daya saing karena menurunnya biaya produksi 10% bagi galangan kapal DN (di luar Batam) dan kepelabuhanan, yang berdampak juga terhadap pelayaran.

• Penyatuan Pembayaran Jasa-jasa Kepelabuhanan secara

Elektronik (Single Billing) yang berdampak pada penurunan lead

time dan penurunan bank charges.

• Relaksasi penetapan tarif pos komersial yang tarif sebelumnya mesti di atas tarif Pos Universal, sehingga berdampak pada meningkatnya kegiatan usaha jasa pengirman swasta.

• Sinergi BUMN Membangun Agregator/Konsolidator Ekspor

Produk UKM, Geographical Indications, dan Ekonomi Kreatif,

yang berdampak pada meluasnya sumber ekspor baru terutama dari wilayah timur Indonesia, dan menurunkan biaya ekspor. • Integrasi Inaportnet system ke dalam INSW system, yang berdampak pada berkurangnya jedah waktu antara flow of

document (SPPB) dan flow of goods (SP2).

Indonesian Single Risk Management

Penerapan Manajemen Risiko yang terintegrasi antar Kementerian/Lembaga untuk meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektivitas pengawasan di seluruh proses layanan impor-ekspor: dwelling time di seluruh pelabuhan.

PAKET I

PAKET VIII

PAKET IX

(9)

PRIORITAS PERBAIKAN

FOKUS: PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL... (1/2)

NO. KEBIJAKAN DAMPAK

I MEMBERIKAN PELUANG PASAR KEPADA PENGUSAHA PELAYARAN, OCEAN INSURANCE, DAN PEMELIHARAAN KAPAL NASIONAL

1 Kebijakan Term of Trade Ekspor Impor Barang Tertentu yang memiliki keunggulan komparatif untuk ekspor (menjadi CIF basis) dan impor barang kepentingan Pemerintah (menjadi FOB basis).

Membuka peluang pelayaran nasional melayani angkutan ekspor impor sekitar USD. 600 Juta/Tahun, investasi perkapalan sekitar 70-100 unit kapal baru senilai USD. 700 Juta, asuransi angkutan sebesar 1%-2%, pinjaman perbankan DN sebesar USD. 560 Juta, dan kesempatan kerja baru sebanyak 2.000 pelaut.

2 Revitalisasi Industri Galangan Kapal, Peralatan Kepelabuhanan & Pelayaran.

Meningkatkan daya saing galangan kapal DN dengan memberikan insentif 0% Bea Masuk impor 115 jenis suku cadang dan komponen kapal laut.

II MENINGKATKAN DAYA SAING PERUSAHAAN PENYEDIA JASA LOGISTIK 3 Peningkatan Keamanan dan Efisiensi Pengiriman Kargo

dan Pos Udara (Regulated Agent).

Meningkatkan keamanan pengiriman kargo dan pos udara, dan menghemat biaya angkutan barang melalui udara hingga 30%.

4 Penyederhanaan Perizinan Angkutan Barang. Memudahkan usaha angkutan barang dan menghindari pungutan liar. 5 Pengurangan Beban Biaya Jasa Transportasi Melalui

Rasionalisasi PNBP Sektor Perhubungan.

Mengurangi beban operasional perusahaan jasa angkutan dan logistik dengan pengurangan PNBP.

6 Rasionalisasi Persyaratan Modal Izin Angkutan Laut dan Izin Usaha Kepelabuhanan.

Mendorong revitalisasi dan pengembangan pelabuhan tanpa mengurangi pertimbangan kredibilitas perusahaan dalam pengembangan pelaku usaha jasa angkutan dan kepelabuhan.

7 Rasionalisasi Persyaratan Modal Usaha dalam Memperoleh Izin Usaha Bongkar Muat Barang.

Mendorong pelaku usaha untuk memperluas investasi usaha bongkar muat. 8 Rasionalisasi Persyaratan Modal Usaha dalam

Memperoleh Izin Usaha Keagenan Kapal.

Mendorong pelaku usaha untuk mengembangkan usaha keagenan kapal.

(10)

NO. KEBIJAKAN DAMPAK

9 Penyederhanaan Perizinan Penyelenggaraan Pos. Mendorong perluasan usaha jasa penyelenggara pos. 10 Penguatan Peran Otoritas Pelabuhan (OP) dalam Mengelola

Kelancaran Arus Barang di Pelabuhan.

Menjamin kelancaran arus barang di pelabuhan agar dapat dengan mudah menjalankan amanat UU No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

11 Peningkatan Efisiensi Biaya Kepelabuhanan dengan Mengurangi Biaya Pemindahan Barang (double handling) di Terminal.

Mengurangi beban biaya logistik di pelabuhan dan memberikan kepastian pelaku usaha terhadap proses custom clearance dan cargo release di pelabuhan.

12 Standarisasi Dokumen Pergerakan Arus Barang Dalam Negeri (Manifes Domestik) Berbasis Elektronik melalui integrasi dengan sistem INSW.

Tersedianya informasi pergerakan arus barang domestik (melalui darat, laut, dan udara) secara elektronik dan mempermudah koordinasi dan pengawasan pergerakan barang antar pulau.

13 Pengembangan Konektivitas Informasi dan Sarana Fisik antar Pasar, Terminal Agro, Pelelangan Ikan di Tingkat Kabupaten dan Provinsi (Pusat Distribusi Regional).

Terbangunnya konektivitas fisik dan informasi real time antar pusat distribusi (pasar, terminal agro, pelelangan ikan) terkait supply chain barang pokok dan penting antar Pusat, Provinsi dan Kabupaten.

14 Peningkatan Kapasitas Pelayaran Nasional melalui penyediaan kapal-kapal bekas (yang boleh diimpor) di atas usia 15 tahun untuk angkutan khusus.

Memberi peluang lebih besar kepada pelayaran nasional untuk melayani angkutan khusus seperti kapal tanker, bulker, dan semen.

15 Membentuk Tim SISLOGDA sebagai Pendukung Program TPID. Meningkatnya kelancaran pasokan komoditas barang pokok dan penting di daerah, dan memudahkan pengendalian dan pemantauan inflasi daerah.

16 Adanya Pedoman/Standar Kepatuhan Container Handling (Voluntary

Self-Compliance) antar pengirim, pengangkut, dan trucking untuk

mengurangi resiko kerusakan peti kemas.

Kepastian mekanisme pengembalian uang jaminan peti kemas bagi pengangkut yang mewajibkan uang jaminan peti kemas.

III MEMPERKUAT KELEMBAGAAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW)

17 Penguatan Kelembagaan dan Kewenangan Indonesia National Single

Window (INSW).

Memperkuat wewenang dan lembaga INSW untuk mendukung efisiensi logistik dan kelancaran ekspor impor.

PRIORITAS PERBAIKAN

FOKUS: PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL... (2/2)

(11)

UNTUK INDONESIA

YANG LEBIH BAIK

DEPUTI MENKO PEREKONOMIAN

EDY PUTRA IRAWADY

BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI

...Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya.... [W.R Supratman]

Referensi

Dokumen terkait

According to Munajat (2004) pro- duction of copal per tree was influenced very much by various factors such as: quality of growth site, tree age, stand density, genetic properties,

Selain itu, nilai IPj juga dipengaruhi oleh aerasi, yaitu penambahan kandungan oksigen di dalam air akibat turbulensi yang ada sehingga terjadi perpindahan (difusi) oksigen dari

Kuat geser foot plat arah y, diambil nilai terkecil dari V c yang diperoleh

Jawaban : ILC adalah salah satu gagasan Bapak Karni Ilyas, sebagai pribadi yang masih terus bersemangat untuk tetap menjadi seorang Jurnalis, meski sudah menjadi

Berdasarkan tabel tersebut dapat diperoleh informasi sebagai berikut. 1) Sebagian besar responden menyatakan bahwa kemampuan dalam berbahasa Inggris sangatlah kurang atau jelek,

Fixed Karbon Biobriket Sekam Padi Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kadar fix karbon yang dimiliki briket arang sekam padi untuk ukuran butiran 0,21 mm lebih

[r]

• Penerapan instrumen semacam unexplained wealth yang berlaku di negara lain ke Indonesia dapat dipastikan akan membawa konsep yang relatif baru dalam praktek hukum di