• Tidak ada hasil yang ditemukan

. RINGKASAN EKSEKUTIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ". RINGKASAN EKSEKUTIF"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

.

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Kinerja (LK) merupakan amanat Peraturan Presiden Rebuplik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pemerintah kepada masyarakat. LK disusun dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta untuk mengetahui kemampuan dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi.

Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor adalah Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Bogor Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat. Penetapan visi ini dimaksud bahwa setiap penduduk mampu berpikir, bersikap dan bertindak secara kreatif dan inovatif dalam mengatasi masalah kesehatan atas kehendak dan dorongan diri sendiri bahkan diharapkan mampu mempengaruhi lingkungan untuk bersikap dan berprilaku hidup sehat.

Keterjangkauan dan kemandirian masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan tidak terbatas pada pemanfaatan sarana kesehatan pemerintah saja tetapi juga sarana kesehatan swasta.

Pada tahun 2016, dari dana APBD Kabupaten Bogor telah ditetapkan anggaran kesehatan sebagai berikut : anggaran pendapatan dari retribusi pelayanan kesehatan sebesar Rp. 134.296.680.000,- Anggaran belanja Dinas Kesehatan tahun 2016 sebesar Rp. 600.228.436.000,- terdiri dari belanja tidak langsung (BTL)

sebesar Rp. 120.704.036.000,- (20,10%) dan belanja langsung (BL) sebesar Rp. 479.524.400.000,- (79,95%) Pada belanja tidak langsung (BTL) terdiri dari belanja

pegawai Rp. 120.704.036.000,- (100%) sedangkan pada belanja langsung (BL) proporsi terbesar adalah untuk belanja Barang dan Jasa Rp.347.208.171.000,-

(72,41%) belanja Modal Rp. 103.031.480.000,- (21,48 %) kemudian belanja pegawai Rp. 29.284.749.000,- (6,11%).

Dalam APBD termasuk juga anggaran kesehatan yang berasal dari APBD Propinsi/Bantuan Gubernur sebesar Rp. 35.200.460.000,- dan APBN (DAK) sebesar Rp. 81.659.582.000,-

Pencapaian indikator sasaran seperti yang ditetapkan dalam Rencana Strategis dalam rangka mencapai visi dan misi adalah sebagai berikut : Rasio sarana pelayanan kesehatan dasar ; Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per penduduk mencapai 1: 15.266 dari target 1:9.247 Rasio Rumah Sakit per penduduk 1:206.940 dari target 1:195.519, Prosentase pengadaan obat essensial mencapai 100 % dari target 100 %, cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin mencapai 100 % dari target 100 %, cakupan pelayanan kesehatan masyarakat mencapai 70,81 % dari target 68,00 %, Cakupan pengawasan obat dan makanan berbahaya mencapai 100 % dari target 100 %, Prosentase balita gizi buruk mencapai 0.017 % dari target 0.018 %, Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan mencapai 100 % dari target 100 %, Rasio posyandu per Satuan Balita baru mencapai 8,53 % dari target 11,79 %, Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan baru mencapai 88,01 % dari target 91,25 %, Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani mencapai 78,20 % dari target 81,25 %, Cakupan kunjungan bayi 96,21 % dari target 95,00 %, Cakupan puskesmas 252,50 % dari

(2)

target 252,50 %, Cakupan puskesmas pembantu 31,11 % dari target 35,02 %, Cakupan UCI mencapai 93,08 % dari target 100,00 %, Rasio dokter per satuan penduduk mencapai 1:4.989 dari target 1:3869 Rasio tenaga medis per satuan penduduk 1 : 4.259 dari target 1:3.352, Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA mencapai 97,49 % dari target 82,00 %, Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD mencapai 100 % dari target 100 %, Rumah dengan bebas jentik didaerah endemis mencapai 95,86 % dari target 95,00 %, Prosentase TTU yang memenuhi syarat mencapai 79,03 % dari target 78,72 %, Prosentase TPM yang memenuhi syarat telah mencapai 90,67 % dari target 90,46 %, cakupan Sarana Air Bersih (SAB) yang memenuhi syarat kesehatan mencapai 71,84 % dari target 71,57 %, cakupan Jamban Keluarga (JAGA) yang memenuhi syarat mencapai 72,68

% dari target 71,63 % dan peningkatan Cakupan desa siaga aktif mencapai 63,36 % dari target 85,00 %.

Untuk mendukung pencapaian Misi ke-satu dan ke-tiga telah ditetapkan 3 (tiga) sasaran, 13 program dan 378 kegiatan, dengan realisasi pencapaian sasaran sebesar 91,09 % Rincian pencapaian dari 2 (dua) sasaran sebagai berikut :

1. Sasaran pertama, yaitu Meningkatkan Cakupan Kepesertaan Masyarakat dalam JKN dengan indikator kinerjanya adalah :

a. Terpenuhinya kebutuhan obat masyarakat dengan indikator kinerja rosentase pengadaan obat esensial dari target 100 % realisasi pencapaiannya 100 %, sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100 %, hal ini menunjukkan bahwa pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015 yang juga mencapai 100 % menunjukkan bahwa adanya konsistensi dalam pemenuhan kebutuhan obat esensial dalam rangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan standar yang ditentukan.

Indikator prosentase pengadaan obat essensial ditunjang oleh Program obat dan perbekalan kesehatan. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten dan DAK + pendamping APBD Kabupaten tahun 2016 sebesar Rp. 19.054.200.000,- dengan realisasi Rp. 15.624.675.543,- (82,00 %) pada program ini ada sisa anggaran dari efisiensi penawaran harga dari E Catalog sebesar Rp.3.429.524.457,- Pogram ini terdiri dari 6 kegiatan yaitu : pengadaan bahan habis pakai laboratorium puskesmas, pengadaan obat pelayanan kesehatan dasar (DAK), pengadaan bahan Medis pakai Habis/BMPH (DAK), pengadaan perlengkapan Bahan Medis Pakai Habis/BMPH pendukung (DAK), rapat kerja program obat dan BMPH dan Penyediaan Sarana Prasarana Instalasi farmasi (DAK).

b. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin dari target 100 % realisasi pencapaiannya 100 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2016 yang juga mencapai 100 % hal ini dikarenakan sudah adanya anggaran khusus untuk program pelayanan kesehatan penduduk miskin sehingga rujukan bagi pasien masyarakat miskin terlayani.

Indikator cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin ditunjang oleh Program pelayanan kesehatan penduduk miskin. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten dan Bantuan Keuangan Provinsi Jawa Barat tahun 2016 sebesar Rp. 117.870.444.000,- dengan realisasi Rp. 95.063.186.993,- ( 80,65 % ) pada program ini ada efisiensi anggaran dan

(3)

kegiatan yang tidak diserap sebesar Rp. 22.807.257.007,- diantaranya dari kegiatan Pelayanan operasi katarak Rp. 16.507.000,- dan Kegiatan Jaminan Kesehatan Pelayanan Daerah Rp. 22.790.680.907,- oleh karena jumlah yang dibayarkan sesuai dengan verifikasi yang telah dilaksanakan, bukan berdasarkan klaim dari Rumah Sakit. Program ini terdiri dari 4 kegiatan yaitu : pelayanan operasi katarak, jaminan pelayanan kesehatan daerah (Jamkesda) dan jaminan kesehatan bagi penerima bantuan iuran (Banprop 2015) dan jaminan kesehatan bagi penerima bantuan iuran (Banprop 2016)

c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan dari target 91,25 % realisasi pencapaiannya sebesar 88,01 % sehingga capaian kinerjanya sebesar 96,45 % meskipun belum mencapai 100 % namun berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015 sebesar 97,67 % maka terjadi penurunan sebesar

1,22 %. Belum tercapainya target cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan disebabkan oleh karena masih tingginya persalinan oleh paraji yang dirasakan lebih dekat secara kekeluargaan, dan masih banyak anggapan masyarakat apabila kehamilan tidak berisiko maka pemeriksaan kehamilan dan persalinan tidak perlu tenaga kesehatan. Tingginya minat masyarakat terhadap paraji ini juga ditunjukkan dengan melihat cakupan pemeriksaan ibu pada saat kehamilan dimana cakupannya cukup tinggi yaitu sebesar 99,5 % namun pada saat persalinan, ibu hamil dan keluarganya lebih memilih ditolong oleh paraji, sehingga cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurun ke angka 88,1 %. Salah satu upaya yang akan terus dikembangkan adalah kemitraan bidan dengan paraji, dimana paraji tetap membantu dalam tahapan pasca persalinan dan lebih difungsikan pada perawatan ibu dan bayi setelah persalinan, meningkatkan koordinasi dan kemitraan dengan organisasi profesi, pembentukan kelas ibu dan optimalisasi pelaksanaan kelas ibu hamil di desa dan pemberdayaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan keluarganya melalui program perencanaan persalinan daan pencegahan komplikasi (P4K).

d. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dari target 81,25 % realisasi pencapaiannya sebesar 78,20 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 96,25 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 yang mencapai 97,63 % maka terjadi penurunan yaitu sebesar 1,38 %. Pencapaian cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani kurang dari 100 % hal ini karena belum seluruhnya ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan keluarganya mengetahui tentang tanda bahaya atau komplikasi dan segera mendapatkan tindakan/tatalaksana kegawatdaruratan oleh petugas kesehatan, salah satu upaya yang akan dilakukan yaitu pemberdayaan ibu hamil, ibu nifas dan ibu bersalin dan keluarganya melalui program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K).

e. Cakupan kunjungan bayi dengan target 95,00 % realisasi pencapaiannya 96,21 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 101,27 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 yang sebesar 101,16 % maka terjadi peningkatan sebesar 0,11 %. Keberhasilan capaian kinerja cakupan kunjungan bayi sebesar 101,27 % oleh karena kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap pemeriksaan kesehatan bayi sudah mengalami peningkatan. Disamping itu petugas kesehatan yang aktif melakukan kunjungan rumah atau melalui kegiatan posyandu dan

(4)

kegiatan sweeping posyandu, menunjukan adanya kesadaran para ibu yang mempunyai bayi untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan. Indikator cakupan pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dan cakupan kunjungan bayi ditunjang oleh Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2016 sebesar Rp. 10.687.059.000,- dengan realisasi Rp. 1.977.751.375,- (18,51 %) pada program ini ada efisiensi anggaran sebesar Rp. 8.709.307.625,- Ada kegiatan yg tidak dilaksanakan yaitu kegiatan Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) sebesar Rp. 8.642.800.000,- oleh karena tidak ada kesesuaian kode rekening untuk transpot masyarakat dari rumah tinggal ke rumah singgah. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten dan DAK tahun 2016 sebesar Rp. 10.687.059.000,- dengan realisasi Rp. 1.977.751.375,- (18,51 %) pada program ini ada efisiensi anggaran sebesar Rp. 8.709.307.625,- Program ini terdiri dari 10 kegiatan yaitu : Pengiriman peserta bimtek Asuhan Persalinan Normal (APN), peningkatan kemitraan puskesmas PONED dengan Rumah Sakit, pengiriman peserta bimtek Asfixia Bayi Baru Lahir, pengiriman peserta bimtek Pertolongan Persalinan Pertama Gawat Darurat Obsetri & Neonatal (PPGDON), pengiriman peserta bimtek Pelayanan Obsetric dan Neonatal Emergency Dasar (PONED), belanja operasional call center/SMS Gatway program EMAS, rapat kerja program peningkatan pelayanan kesehatan ibu, anak dan remaja, Jaminan Persalinan/JAMPERSAL (DAK), pengiriman peserta bimtek Simulasi Deteksi Dini Intervensi Tumbuh Kembang (SDIDTK) dan pengiriman peserta bimtek Manajemen Terpadu Balita Sakit/Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBS/MTBM), Program Peningkatan Kesehatan Lansia. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten Bogor Tahun 2016 sebesar Rp. 376.950.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 375.346.250,- (99,57 %), program ini terdiri dari 4 kegiatan : Rapat kerja program peningkatan pelayanan kesehatan, Bimtek Geriatri bagi dokter dan perawat di puskesmas, Gerakan sehat lanjut usia dan Worshop TOT peningkatan kemampuan sumber daya penggerak lansia. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Remaja. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten Bogor Tahun 2016 sebesar Rp. 375.417.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 371.616.800,- (98,99 %) efisiensi anggaran dari penawaran harga sebesar Rp. 3.800.200,- Program ini terdiri dari 5 kegiatan : Rapat kerja program peningkatan pelayanan kesehatan remaja, peningkatan kemampuan KKR/Peer Konselor, orientasi kesehatan reproduksi remaja pada guru SMP/SMU Pembina KKR, Workshop peningkatan kemampuan pengelola petugas reproduksi remaja dan pelatihan penanganan kekerasan terhadap anak bagi petugas.

f. Cakupan puskesmas dengan target 252,50 % realisasi pencapaiannya 252,50 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Keberhasilan capaian kinerja cakupan puskesmas sebesar 100 % bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2014 yang juga mencapai 100 % menandakan tidak adanya penambahan jumlah baik jumlah puksesmas maupun kecamatan. g. Cakupan pembantu puskesmas dengan target 31,57 % realisasi

pencapaiannya 35,02 % sehingga realisasi pencapaian kinerjanya sebesar 110,93 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Capaian kinerja cakupan puskesmas pembantu lebih dari 100 % yaitu sebesar 110,93 %, bila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2015 yang sebesar 97,01 % maka terjadi peningkatan 13,92 %. Hal ini

(5)

disebabkan tahun 2016 pemerintah Kabupaten Bogor menambah

pembangunan jumlah pustu sebanyak 4 pustu sehingga dapat mencapai target yang sudah ditetapkan dan akan berusaha terus dengan

meningkatkan pelayanan kesehatan dan mengoptimalkan kegiatan puskesmas keliling (pusling) ke daerah-daerah yang sulit dijangkau/sulit pemenuhan pelayanan kesehatan.

h. Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat dari target 68,00 % dengan realisasi 70,81 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 104,13 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat dengan capaian kinerja sebesar 104,13 % hal ini disebabkan karena masyarakat sebagian besar sudah memiliki jaminan kesehatan (BPJS) yang berhak mendapatkan pelayanan pertama di puskesmas, sehingga kunjungan puskesmas meningkat. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 yang sebesar 86,73 % maka terjadi peningkatan yaitu sebesar 17,40 %. Karena dengan adanya pelayanan BPJS masyarakat hampir seluruhnya menggunakan faskes pertama di puskesmas sehingga kunjungan faskes pertama puskesmas mengalami peningkatan. Salah satu upaya yang akan dilakukan terus meningkatkan promosi kesehatan di puskesmas dan masyarakat. Dan diharapkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan mengerti dan paham sehingga datang ke pelayanan kesehatan (puskesmas).

Indikator cakupan pelayanan kesehatan kesehatan ditunjang oleh Program upaya kesehatan. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2016 sebesar Rp. 227.308.948.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 163.151.950.013,- (71,78 %) pada prgram ini ada efisiensi atau kegiatan yang tidak diserap sebesar Rp. 64.076.962.835,- diantaranya dari kegiatan biaya penunjang pelayanan kesehatan jaminan kesehatan nasional FKTP di 101 puskesmas oleh karena dana luncuran tahun 2015 baru masuk dalam perubahan reguler (bulan November) sehingga waktu sangat terbatas untuk merealisasikan kegiatan. Program ini terdiri dari 249 kegiatan yaitu : Operasional di UPT Puskesmas dan jaringannya sebanyak 40 UPT Puskesmas, Operasional UPT Kesja dan jaringannya (BKKM), Operasional UPT Labkesda, Rapat kerja program upaya kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan dalam rangka P3K dan pengiriman peserta Bimbingan tehnis PPGD, pelayanan kesehatan jaminan kesehatan nasional FKTP di 101 puskesmas, dukungan manajemen penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada puskesmas (DAK) dan pelayanan kesehatan masyarakat dan dukungan manajemen di 101 puskesmas.

Cakupan pengawasan terhadap obat dan makanan berbahaya dari target 100 % dengan realisasi 100,0 % maka pencapaian kinerjanya sebesar 100,0 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan tahun 2015 maka tidak terjadi baik peningkatan maupun penurunan, oleh karena adanya sistem yang baik dalam pengadministrasian Apotik, IRTP dan Toko Obat sudah mulai tertib maka pembinaan yang dilaksanakan sesuai dengan target yang telah ditentukan sehingga capaian kinerja tidak melebihi dari target.

Indikator cakupan pengawasan obat dan makanan berbahaya ditunjang oleh Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan, Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2016 sebesar Rp. 140.789.000,- dengan realisasi Rp. 140.784.500,- (100 %) pada program ini ada efisiensi anggaran

(6)

sebesar Rp. 4.500,- kegiatan ini terdiri dari 2 kegiatan yaitu : kegiatan pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan hasil produksi rumah tangga dan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka produk sertifikasi produk pangan (SPPIRT).

2. Sasaran kedua, yaitu : Meningkatkan Cakupan pelayanan Kesehatan dan Gizi Masyarakat serta PHBS dengan indikator kinerjanya adalah :

a. Prosentase balita gizi buruk dari target 0,018 % terealisasi 0,017 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 105,56 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan tahun 2015, dimana prosentase pencapaian balita gizi buruk mencapai 0,019 % dengan capaian kinerja 100 % maka telah terjadi peningkatan sebesar 5,56 %. Bila dilihat dari target maka dikarenakan adanya kenaikan target dari 0.019 % menjadi 0,018 %. Akan tetapi hal ini dimungkinkan bila melihat cakupan keluarga yang telah sadar gizi (Kadarzi) dimana hal tersebut menunjukan adanya peningkatan kesadaran keluarga dalam memenuhi kebutuhan makanan bergizi terutama untuk balitanya. Disamping itu dengan adanya program dan kegiatan pemberian PMT bagi balita gizi buruk sehingga kasus balita gizi buruk mengalami penurunan.

b. Prosentase balita gizi buruk mendapat perawatan dari target 100 % terealisasi 100 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan tahun 2015, yang juga mencapai 100 % . Hal ini menunjukan adanya penanganan balita gizi buruk secara komprehensip melalui pengembangan pelayanan rujukan ke klinik gizi di puskesmas maupun Litbang gizi serta ke Rumah Sakit disamping pelaksanaan pemantauan secara terus menerus baik dalam proses penanganan kasus maupun pasca penanganan dan adanya program pemberian PMT bagi balita.

c. Rasio posyandu per satuan balita dari target 11,79 % terealisasi 8,53 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 72,35 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori cukup. Capaian kinerja rasio posyandu per satuan balita belum mencapai 100 % hal ini disebabkan karena jumlah posyandu yang sedikit sehingga tidak sebanding dengan pertambahan jumlah balita di Kabupaten Bogor. Bila dibandingkan dengan tahun 2015, maka terjadi penurunan capaian sebesar 4,00 %. Salah satu upaya yang akan dilakukan menggerakan masyarakat untuk dapat berperan aktif dalam Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang ada di desanya, seperti ikut serta dalam kegiatan posyandu.

Indikator prosentase balita gizi buruk, cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan dan Rasio posyandu per satuan balita ditunjang oleh Program perbaikan gizi masyarakat, Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten dan Bantuan Keuangan Propinsi Jawa Barat tahun 2016 sebesar Rp. 4.765.909.000,- dengan realisasi Rp. 6.764.670.400,- (99,97 %) pada program ini ada efisiensi anggaran dari penawaran harga sebesar Rp. 1.238.600,- program ini terdiri dari 6 kegiatan yaitu : kegiatan pengadaan makanan tambahan dan vitamin, rapat kerja program perbaikan gizi masyarakat, penanggulangan balita gizi buruk dan balita kurang gizi (Banprop 2015), pengiriman bimtek tatalaksana Balita Gizi Buruk, pengiriman bimtek konselor menyusui dan pengiriman bimtek pemantauan pertumbuhan.

d. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA dari target 82,00 % dengan realisasi 97,49 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar

(7)

118,89 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Target penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA nasional adalah masih sebesar 80,0 %, bila dibandingkan dengan target tersebut pencapaian Kabupaten Bogor telah melampaui target nasional sedangkan bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 yang sebesar 101,96 % artinya capaian tidak ada kenaikan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar sarana kesehatan terutama Rumah Sakit Swasta, Balai Pengobatan/Klinik Swasta, dokter praktek ikut dalam pelaksanaan program P2TB dengan menggunakan strategi DOTS, maka pasien yg berobat tercatat seluruhnya dan sistem pencacatan dan pelaporan program TB berubah dari sistem manual menjadi komputerisasi sehingga data-data dapat terlaporkan.

e. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD dari target 100 % realisasi capaiannya 100 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Keberhasilan pencapaian kinerja 100 % ini oleh karena DBD merupakan salah satu penyakit yang diamati dan dapat menimbulkan wabah sehingga sistem kewaspadaan dini (SKD) telah dilakukan dengan baik, selain itu penaganan kasus DBD sudah memiliki standar operasional prosedur (SOP) yang jelas sehingga bila ditemukan kasus secara langsung dapat ditangani mulai dari pelacakan kasus, pengamatan, penyemprotan titik dimana kasus ditemukan sampai dengan rujukan ke Rumah Sakit, sehingga semua kasus dapat ditangani.

f. Peningkatan cakupan universal child imunization (UCI) desa/kelurahan dari target 100 % dengan realisasi 93,08 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 90,78 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015 dimana pencapaiannya sebesar 92,40 % maka ada peningkatan sebesar 0,68 %. Capaian UCI belum mencapai 100 % hal ini disebabkan oleh karena masih adanya orangtua/sekelompok masyarakat yang menolak

dengan alasan kehalalan vaksin, disamping itu juga dengan

ditemukannya kasus KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) diwilayah Kabupaten Bogor, masyarakat menjadi resah dan enggan untuk mendapatkan imunisasi lengkap. Namun bila dibandingkan dengan target cakupan UCI Nasional maupun Propinsi sebenarnya hanya 80,00 % sehingga capaian kita telah melebihi target Nasional dan Propinsi. Salah satu upaya yang akan dilakukan yaitu meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya imunisasi dan dampak ikutan dari kasus imunisasi sehingga masyarakat lebih tenang untuk mendapatkan imunisasi lengkap.

Indikator cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA, cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD, cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) ditunjang oleh Program Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit Menular, Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2016 sebesar Rp. 2.684.775.000,- dengan realisasi Rp. 2.486.378.458,- (92,61 %) pada program ini ada efisiensi anggaran sebesar Rp. 198.396.542,- Program ini terdiri dari 12 kegiatan yaitu : penyemprotan/fogging sarang nyamuk, peningkatan survailance epidemiologi dan penanggulangan wabah, pemeriksaan calon jemaah haji, fasilitasi pelaksanaan kegiatan program P2TB, penatalaksanaan dan penanggulangan penyakit Diare Ispa, pelaksanaan penanggulangan penyakit Kusta, pencegahan dan penanggulangan penyakit menular seksual (HIV/AIDS), survailans acut flaccid paralisys (AFP), pelayanan imunisasi, rapat kerja

(8)

program pencegahan pemberantasan penyakit serta survailance epidemiologi, Pemberian obat masal pencegahan (POMP) Filariasis dan pengiriman peserta bimtek tekhnis VCT HIV.

g. Rumah dengan bebas jentik di daerah endemis, dari target 95,00 % realisasi pencapaiannya 95,86 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100,91 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 yaitu sebesar 100,06 % maka capaian kinerja tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,85 %. dikarenakan meningkatnya peran serta aktif dan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan jentik secara berkala (PJB) khususnya di daerah yang endemis sehingga akan dapat memutuskan mata rantai pembiakan nyamuk dan mencegah penyebaran penyakit secara lebih luas.

h. Cakupan TTU yang memenuhi syarat dari target 78,72 % dengan realisasi 79,03 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100,39 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015 sebesar 100,05 % maka capaian kinerja tahun 2015 maka capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 0,34 %. Keberhasilan meningkatnya capaian kinerja dikarenakan meningkatnya pembinaan petugas kepada masyarakat khususnya penanggung jawab tempat-tempat umum disamping itu juga meningkatnya kesadaran masyarakat sendiri akan pentingnya sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan.

i. Cakupan TPM yang memenuhi syarat dari target 90,46 % dengan realisasi 90,67 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100,23 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015 sebesar 100,21 % maka capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 0,02 %. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat khususnya pemilik/penanggung jawab tempat pengelolaan makanan telah memahami , sadar dan sukarela memenuhi persyaratan kesehatan yang telah ditentukan dalam mengelola jasa pengelolaan makanannya.

j. Cakupan Inspeksi Sanitasi untuk peningkatan sarana air bersih (SAB) yang memenuhi syarat kesehatan dari target 71,57 % dengan realisasi 71,84 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100,38 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan capaian realisasi pada tahun 2015 yaitu sebesar 100,18 % maka capaian realisasi tahun 2016 mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,2 %. k. Cakupan Inspeksi Sanitasi untuk peningkatan Jamban Keluarga (JAGA) dari

target 71,63 % dengan realisasi 72,68 % sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 101,47 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Jika dibandingkan dengan capaian kinerja pada tahun 2015 yaitu sebesar 102,17 % maka capaian tahun 2016 mengalami penurunan yaitu sebesar 0,7 %. Cakupan Inspeksi Sanitasi Jamban Keluarga (JAGA) dengan capaian kinerja lebih dari 100 %. Cakupan Inspeksi Sanitasi untuk peningkatan sarana air bersih (SAB) dan Cakupan Inspeksi Sanitasi Jamban Keluarga (JAGA) dengan capaian kinerja lebih dari 100 %, dikarenakan keberhasilan petugas dalam pembinaan kepada masyarakat akan pentingnya penyediaan sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan. Selain itu adanya koordinasi dengan SKPD yang terkait dalam

(9)

pembangunan rumah sehat / layak huni yang juga meningkatkan jumlah sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan.

Indikator cakupan rumah dengan bebas jentik, prosentase TTU yang memenuhi syarat, prosentase TPM yang memenuhi syarat, cakupan JAGA yang memenuhi syarat dan cakupan SAB yang memenuhi syarat ditunjang oleh Program pengembangan lingkungan sehat, Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2016 sebesar Rp. 552.879.000,- dengan realisasi Rp. 511.278.400,- (92,48 %) pada program ini ada efisiensi anggaran sebesar Rp. 41.600.600,- program ini terdidiri dari 4 kegiatan yaitu : pengawasan hygiene sanitasi tempat-tempet umum, sanitasi total berbasis masyarakat (STBM), pengawasan hygiene dan sanitasi tempat pengelolaan makanan dan rapat kerja program pengembangan lingkungan sehat.

Peningkatan cakupan desa siaga aktif, dari target yang ditetapkan yaitu 85,00 % terealisasi 67,97 % (295 desa siaga) sehingga capaiannya 79,96 %. Bila dibandingkan dengan tahun 2015 dimana capaiannya 79,20 % mengalami peningkatan sebesar 0,76 % (dari 275 desa siaga menjadi 295 desa siaga) di Kabupaten Bogor. Penetapan target desa siaga memang dilakukan secara bertahap mengingat proses pelaksanaannya tidak hanya dari Dinas Kesehatan saja namun melibatkan sektor lain dan peran serta aktif masyarakat sendiri. Pencapaian kinerja mencapai 79,96 % menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah tetap berkomitmen dengan adanya kebijakan Kementrian Kesehatan bahwa seluruh desa harus melaksanakan program desa siaga meskipun secara bertahap dan untuk Kabupaten Bogor menjadi salah satu indikator kinerja yang tertuang di dalam RPJMD.

Indikator cakupan desa siaga aktif ditunjang oleh Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2016 sebesar Rp. 2.750.617.000,- dengan realisasi Rp. 2.537.727.360,- (92,26 %) pada program ini ada efisiensi anggaran sebesar Rp. 212.889.640,- Program ini terdiri dari 7 kegiatan yaitu : penyediaan media penyuluhan kesehatan, penyuluhan kesehatan, peningkatan kesehatan Lintas Sektor dan UKBM, rapat kerja bidang promosi dan SDK, peringatan hari kesehatan nasional (HKN), pengadaan set promosi kesehatan (DAK) dan penyusunan peraturan Bupati tentang Implementasi Perda KTR.

3. Sasaran ketiga, yaitu : Meningkatkan Puskesmas Terakreditasi dan mempersiap kan puskesmas BLUD dengan indikator kinerjanya adalah :

a. Rasio rumah sakit per satuan penduduk target 1 : 195.519 realisasi pencapaiannya 1 : 206.940 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 62,30 %, maka pencapaiannnya termasuk dalam katagori kurang. Akan tetapi jika target 2016 dibandingkan dengan target tahun 2015 Rasio rumah sakit per satuan penduduk 1 : 205.948 maka target Rasio rumah sakit per satuan penduduk mengalami peningkatan artinya bila pada tahun 2015, satu rumah sakit dapat melayani penduduk sebanyak 205.948 jiwa maka pada tahun 2016 satu rumah sakit melayani 195.519 jiwa.

b. Rasio dokter per satuan penduduk dari target 1 :3.788 dengan realisasi 1 : 3.869 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 97,86 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Pencapaian kurang dari 100 % oleh karena tidak sebandingnya jumlah dokter di Kabupaten Bogor dengan pertambahan jumlah penduduk yang meningkat setiap tahunnya, salah satu upaya yang akan dilakukan dengan menambah jumlah tenaga dokter di puskesmas.

(10)

c. Rasio tenaga medis per satuan penduduk dari target 1 : 2.576 dengan realisasi 1 : 3.352 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 69,88 % berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori cukup. Pencapaian kurang dari 100 % oleh karena tidak sebandingnya jumlah tenaga medis di Kabupaten Bogor dengan pertambahan jumlah penduduk yang meningkat setiap tahunnya dan dibarengi dengan adanya kebijakan Moratorium CPNS 2015-2019 MenPan “mengkaji tentang Moratorium (penghentian) perekrutan CPNS selama 5 tahun kedepan sehingga tidak ada penambahan pegawai.

Indikator Rasio dokter per satuan penduduk dan Rasio tenaga medis per satuan penduduk ditunjang oleh Program pelayanan administrasi perkantoran yang terdiri dari 1 kegiatan yaitu : penyediaan jasa tenaga pendukung administrasi/teknis perkantoran dan Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2016 sebesar Rp. 185.828.000,- dengan realisasi Rp. 180.403.500,- ( 97,08 % ) pada program ini ada efisiensi anggaran sebesar Rp. 5.424.500,- Program ini terdiri dari 2 kegiatan yaitu : pembinaan mental dan rohani bagi aparatur dan penilaian angka kredit tenaga fungsional kesehatan.

d. Rasio puskesmas, poliklinik, puskesmas pembantu per satuan penduduk dari target 1 : 9.247 dengan realisasi 1 : 15.266 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 34,91 %. Berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori sangat kurang. Bila dibandingkan dengan target tahun 2015 ada peningkatan dari target dari 1 : 9.394 menjadi 1 : 9.247, akan tetapi pencapaian mengalami penurunan sebesar 17,69 % jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015 yaitu sebesar 52,60 %. Oleh karena Balai Pengobatan yang masa berlakunya sampai dengan tahun 2015 belum memperpanjang menjadi ijin Klinik yang harus berdasarkan Permenkes Nomor 9 Tahun 2014 sehingga capaian menjadi turun, upaya yang kan dilakukan yaitu monitoring dan evaluasi ke klinik-klinik yang belum memperpanjang masa berlakunya.

Indikator cakupan puskesmas, cakupan puskesmas pembantu dan rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk ditunjang oleh program pengadaan peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2016 sebesar Rp. 52.532.277.000,- dengan realisasi Rp. 46.137.984.540,- ( 87,83 % ) pada program ini ada efisiensi anggaran dan anggaran tidak diserap sebesar Rp. 6.394.292.460,- diantaranya dari kegiatan pengadaan puskesmas keliling (DAK) pengadaan pusling double garden tidak direalisasikan oleh karena tidak ada dalam e catalog kemudian diadakan pengadaan langsung akan tetapi tidak cukup waktu, pengadaan alat-alat kedokteran puskesmas (DAK), pengadaan Generator (DAK) dan revitalisasi pagar pustu pasir jambu. Program ini terdiri dari 61 kegiatan yaitu : pengadaan puskesmas keliling (DAK), pengadaan ambulance (DAK), pengadaan alat-alat kedokteran puskesmas (DAK), pengadaan alat-alat laboratorium puskesmas (DAK), pengadaan lemari Es Vaksin puskesmas (DAK), pengadaan PTM Kit di puskesmas (DAK), pengadaan generator (DAK), pengadaan peralatan sistem informasi kesehatan di puskesmas (DAK), pengadaan meubelair puskesmas, pengadaan alat-alat kedokteran pukesmas, pembangunan puskesmas pembantu sebanyak 4 buah (batok, Sukaresmi, sindang reret dan ciasihan), revitalisasi pagar pustu pasir jambu, revitalisasi/rehab puskesmas sebanyak

(11)

10 buah ( Puskesmas ragajaya, lebakwangi, gandoang, rancabungur, cirimekar, balekambang dan banjarsari, Kiarapandak, ciseeng, pamijahan), revitalisasi/rehab pustu sebanyak 5 buah (Bojong kulur, kelurahan tengah, mampir, cadas ngampar dan cibunian) pemagaran puskesmas/pustu sebanyak 4 puskesmas (pasir angin, sukajaya, Bojong Nangka dan sukamakmur), penataan halaman parkir puskesmas Tanjungsari, pemasangan turap penahan tanah pustu Harapan Jaya, pembangunan ruang practical to Lunch dan ruang Unit Gawat Darurat pusk Cibeuteung Udik, penataan area parkir pustu pasir angin, pemasangan turap puskesmas cilebut, pengadaan lemari es vaksin puskesmas, pengurusan surat ijin operasional puskesmas, pembangunan halaman puskesmas ciangsana, pembangunan puskesmas jasinga, pembangunan turap puskesmas tajur, rehabilitasi puskesmas DTP Parung dan pembangunan instalasi pegolahan air limbah UPT sebanyak 16 puskesmas (jasinga, cigudeg, citeureup, ciampea, sukaraja, parung, parung panjang, jonggol, cigombong, cileungsi, ciawi, bantarjaya, karadenan, leuwiliang, Sentul dan dramaga).

Untuk mendukung Misi 2 telah ditetapkan 3 (tiga) sasaran, 4 program dan 39 kegiatan, dengan realisasi pencapaian sasaran sebesar 100,0 %. Rincian pencapaian

dari 3 (tiga) sasaran sebagai berikut : 1) Sasaran pertama, meningkatnya kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi masing-masing dengan indikator kinerja terwujudnya kelancaran pelayanan administrasi perkantoran dengan target 100 % tercapai 100 % dan terwujudnya kecepatan, kenyamanan dan keamanan kerja aparatur dengan target 100 % tercapai 100 %, berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik. Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan penunjang adminsitrasi perkantoran telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.

Indikator terwujudnya kelancaran pelayanan administrasi perkantoran ditunjang oleh Program pelayanan administrasi perkantoran. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2016 sebesar Rp. 19.662.850.000,- dengan realisasi Rp. 19.273.163.693,- ( 98,02 % ) pada program ini ada efisiensi anggaran sebesar Rp. 389.686.307,- dari penawaran harga lelang. Program ini terdiri dari 15 kegiatan yaitu, penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik, penyediaan jasa pemeliharaan dan perijinan kendaraan dinas/operasional, penyediaan jasa kebersihan kantor, penyediaan alat tulis kantor, penyediaan barang cetakan dan penggandaan, penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor, penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundangan-undangan, penyediaan bahan logistik kantor, penyediaan makanan dan minuman, rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke dalam dan luar daerah, penyediaan jasa tenaga pendukung administrasi perkantoran, pelayanan dokumentasi dan arsip SKPD, penyediaan pelayanan administrasi kepegawaian, pelayanan administrasi barang dan pelayanan keamanan kantor.

Indikator terwujudnya kecepatan, kenyamanan dan keamanan kerja aparatur ditunjang oleh Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur, Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2016 sebesar Rp. 3.153.998.000,- dengan realisasi Rp. 2.728.590.304,- ( 86,51 % ) pada program ini ada efisiensi anggaran dan anggaran sebesar Rp. 425.407.696,- diantaranya dari kegiatan rehabilitasi rumah dinas puskesmas Sukadamai oleh karena ditinggal pihak ke tiga. Program kegitan ini terdiri dari 14 kegiatan yaitu : pengadaan meubelair, pengadaan peralatan kantor, pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor, pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasinal, pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor, reitalisasi rumah dinas Puskesmas

(12)

Ciasmara, rehabilitasi rumah dinas Puskesmas Dago, Karadenan, Tenjo, Sukadamai dan Cirimekar, pemasangan partisi dan peralatan interior kantor dinas, penyediaan kendaraan bermotor dinas (DAK) dan penyediaan peralatan kantor (DAK).

2) Sasaran kedua, meningkatnya jumlah dan kualitas sumber daya kesehatan dengan indikator kinerjanya terwujudnya peningkatan kapasitas dan kinerja sumber daya aparatur dengan target 100 % pencapaiannya 100 %. Pencapaian tersebut dikontribusikan dengan adanya penambahan sarana mobilitas darat , sarana kerja dan pemeliharaan sarana kerja.

Indikator terwujudnya peningkatan kapasitas dan kinerja sumber daya aparatur ditunjang oleh Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2016 sebesar Rp. 185.828.000,- dengan realisasi Rp. 180.403.500,- ( 97,08 % ) pada program ini ada efisiensi anggaran sebesar Rp. 5.424.500,- Program ini terdidiri dari 2 kegiatan yaitu : pembinaan mental dan rohani bagi aparatur dan penilaian angka kredit tenaga fungsional kesehatan.

3). Sasaran ketiga, terwujudnya pertanggungjawaban kinerja dan keuangan SKPD dengan indikator kinerjanya tersusunnya perencanaan dan laporan yang akuntabel dengan target kinerja 100 % dan pencapaian 100 %, berdasarkan standar yang dipakai maka pencapaiannya termasuk dalam katagori baik.

Indikakator tersusunya perencanaan dan laporan yang akuntabel ditunjang oleh Program peningkatan pengembangan sistem capaian kinerja dan keuangan, Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2016 sebesar Rp. 899.219.000,- dengan realisasi Rp. 845.097.625,- ( 93,98 % ) pada program ini ada efisiensi anggaran sebesar Rp. 54.121.375,- program kegiatan ini terdiri dari 8 kegiatan yaitu : penyusunan laporan capaian kinerja dan ihktisar realisasi kinerja SKPD, penyusunan laporan keuangan semesteran, penyusunan laporan keuangan akhir tahun, penyusunan perencanaan anggaran, penatausahaan keauangan SKPD, publikasi kinerja dan penyusunan renja SKPD. Program pengadaan standarisasi pelayanan kesehatan. Program ini dibiayai dari APBD Kabupaten tahun 2016 sebesar Rp. 16.522.241.000,- dengan realisasi Rp. 15.833.020.275,- ( 95,83 % ) pada program ini ada efisiensi anggaran sebesar Rp. 689.220.725,- diantaranya dari kegiatan persiapan penerapan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum daerah (PPK-BLUD) puskesmas. Program ini terdiri dari 8 kegiatan yaitu : monitoring, evaluasi dan pelaporan, penyusunan dan pengembangan data kesehatan, pembinaan sarana institusi swasta, jasa pelayanan kesehatan, rapat koordinasi evaluasi dan perencanaan program, akreditasi puskesmas, persiapan penerapan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan seleksi dan pembinaan tenaga kesehatan teladan.

LK Dinas Kesehatan disusun sebagai perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dalam mencapai visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dengan berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi perlu dukungan dan pertisipasi masyarkat serta stakeholder terkait dalam mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan di Kabupaten Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Pada sisi yang lainnya juga terjadi suatu perguruan tinggi yang umumnya mengembangkan banyak program studi (baca: disiplin keilmuan) akan tetapi harus

Buku Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Sekolah Dasar Kelas III Jilid 3 ini telah dirancang sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan

• Kebijakan dan inisatif strategis untuk pengembangan jangka jangka jangka jangka panjang panjang panjang panjang industri perbankan syariah secara sistematis telah dijabarkan

0ehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan$ sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim

2) Ilegal Entry, yaitu orang asing yang masuk ke Indonesia dengan tidak sah tanpa surat perjalanan dan tidak melalui tempat pemeriksaan imigrasi lalu

Kelas Jabatan Besaran Tunjangan (dalam rupiah) 1 2 3 4 5 1630 Pengadministrasi Kepegawaian Bagian Tata Usaha, Balai Besar Pengembangan Latihan Masyarakat Jakarta 5 1.904.000,00

F-POS Laundry didesign dengan sistem keamanan yang optimal untuk menjamin aplikasi diakses user yang berwenang sehingga meminimalkan terjaidnya unauthorized

SBerdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan pada pusat kebugaran Ryo GYM Palembang dapat diambil kesimpulan adanya sistem ini dapat membantu pihak pusat