• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tr Penyakit Paru Akibat Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tr Penyakit Paru Akibat Kerja"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KELOMPOK 16 1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Modernisasi berdampak terhadap kemajuan industri. Industrialisasi diikuti dengan penggunaan bahan kimia dan mesin-mesin industri. Lingkungan industri yang mengandung Hazard (potensi bahaya) berpengaruh terhadap produktivitas Tenaga kerja.

Potensi bahaya di lingkungan industri dapat menyebabkan penyakit akibat kerja yang mengenai organ-organ tubuh tenaga kerja. Salah satu organ tubuh yang terkena adalah paru tenaga kerja. Di USA penyakit paru akibat kerja merupakan penyakit akibat kerja nomer satu dikaitkan dengan frekuensi, tingkat keparahan dan kemampuan pencegahannya. Biasanya disebabkan oleh paparan iritasi atau bahan toksik yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut maupun kronis. Kebiasaan merokok akan memperparah penyakit tersebut. Total pembiayaan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja mencapai $ 170 milyar pertahunnya. Pada tahun 2002, tercatat 294.500 kasus baru. Secara keseluruhan 2,5 per 10.000 tenaga kerja berkembang menjadi non fatal penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja biasanya sulit disembuhkan akan tetapi mudah dicegah.

Di Indonesia, belum ada data mengenai penyakit akibat kerja pada umumnya dan penyakit paru khususnya. Belum adanya data dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain Sistem Informasi Kesehatan Kerja yang belum berjalan, kurang dan lemahnya sumber daya di bidang kesehatan kerja, kurangnya partisipasi pengusaha serta kurangnya dukungan dari pemerintah. Mengingat semakin meningkatnya kasus penyakit paru akibat kerja dan pentingnya upaya pencegahannya, maka perlu diketahui epidemiologi penyakit paru akibat kerja. Diharapkan dengan pengetahuan ini, minimal diketahui macam macam penyakit akibat kerja, agen penyebab penyakit akibat kerja dan jenis industri tempat timbulnya penyakit paru akibat kerja dan upaya pencegahannya.

Penyakit paru akibat kerja merupakan penyakit atau kelainan paru yang terjadi akibat terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang berbahaya saat seseorang sedang bekerja. Tempat tertimbunnya bahan-bahan tersebut pada saluran pernafasan atau paru dan jenis penyakit paru yang terjadi tergantung pada ukuran dan jenis yang terhirup. Beberapa jenis partikel yang di antaranya bisa menyebabkan penyakit paru

(2)

KELOMPOK 16 2 yaitu partikel organik dan anorganik. Selain itu gas dan bahan aerosol lain seperti gas dari hidrokarbon, bahan kimiawi insektisida, serta gas dari pabrik plastik dan hasil pembakaran plastik. Jenis partikel organik dihasilkan oleh industri tekstil dimulai dari proses awal sampai penenunan. Masa waktu untuk timbulnya penyakit ini cukup lama,waktu yang terpendek adalah 5 tahun. Partikel anorganik yang jika terhirup dalam jumlah banyak dapat pula menimbulkan gangguan paru, hal ini banyak terjadi pada pekerja di pabrik semen, asbes, keramik dan tambang.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Menjelaskan tentang Penyakit Paru Akibat Kerja

1.3 TUJUAN

Diharapkan agar mahasiswa/mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram dapat memahami tentang Penyakit Paru Akibat Kerja sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran mata perkuliahan yang lainnya yang lebih spesifik.

(3)

KELOMPOK 16 3 BAB II

PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI

Penyakit paru kerja adalah penyakit atau kerusakan paru yang disebabkan oleh debu, uap atau gas berbahaya yang terhirup pekerja ditempat pekerjaan.

Penyakit Paru Akibat Pekerjaan terjadi akibat terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang berbahaya pada saat seseorang sedang bekerja. Lokasi tersangkutnya zat tersebut pada saluran pernafasan atau paru-paru dan jenis penyakit paru yang terjadi, tergantung kepada ukuran dan jenis partikel yang terhirup. Partikel yang lebih besar mungkin akan terperangkap di dalam hidung atau saluran pernafasan yang besar, tetapi partikel yang sangat kecil bisa sampai ke paru-paru.

Di dalam paru-paru, beberapa partikel dicerna dan bisa diserap ke dalam aliran darah. Partikel yang lebih padat yang tidak dapat dicerna akan dikeluarkan oleh sistem pertahanan tubuh.

Tubuh memiliki beberapa cara untuk membersihkan partikel yang terhirup:  Di dalam saluran pernafasan, lendir akan membungkus partikel, sehingga bisa

lebih mudah dikeluarkan melalui batuk

 Di dalam paru-paru, sel-sel pembersih tertentu, akan menelan partikel tersebut dan melenyapkannya.

Partikel yang berbeda akan menghasilkan reaksi yang berbeda pula di dalam tubuh. Beberapa partikel (misalnya serbuk tanaman) dapat menyebabkan reaksi alergi seperti rinitis alergika atau asma. Serbuk batubara, karbon dan oksida perak tidak menimbulkan reaksi yang berarti dalam paru-paru. Serbuk silika dan asbes bisa menimbulkan jaringan parut yang menetap pada jaringan paru-paru (fibrosis paru). Dalam jumlah yang cukup besar, asbes bisa menyebabkan kanker pada perokok.

(4)

KELOMPOK 16 4 2.2 KLASIFIKASI PENYAKIT PARU AKIBAT KERJA

KELOMPOK PENYAKIT UTAMA AGEN PENYEBAB

Iritasi saluran nafas atas Gas iritan, pelarut Gangguan jalan nafas (asma kerja,

bisinosis, dll)

Diisosianat, alergen asal binatang, debu kapas

Trauma inhalasi Akut Pneumonitis hipersensitif

Gas iritan, Hasil pembakaran bakteri, jamur, protein binatang

Penyakit infeksi TB, virus, bakteri

Pneumokoniosis Asbes, silika, batubara, berilium

Keganasan Asbes, radon

2.3 KOMPONEN PENYEBARAN PENYAKIT PARU AKIBAT KERJA 1. Faktor penyebab

Faktor penyebab penyakit paru akibat kerja di golongkan menjadi 2 golongan besar yaitu: :

a. Golongan kimiawi meliputi debu logam berat, debu organik, debu anorganik

b. Golongan biologis meliputi bakteri, virus dan jamur 2. Faktor Host

Faktor host yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit paru akibat kerja adalah :

a. Faktor imunitas b. Faktor gizi 3. Faktor Lingkungan

Keadaan yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan tenaga kerja adalah kondisi fisik dan sanitasi dari lingkungan kerja tersebut, sistem organisasi kerja ( lama kerja, lama istirahat dan sistem shift) dan ketersediaan pelayanan kesehatan kerja.

(5)

KELOMPOK 16 5 2.3 MACAM PENYAKIT PARU AKIBAT KERJA

Berdasarkan Keppres RI no 22 tahun 1993 penyakit paru akibat kerja meliputi Pneumokoniosis, Penyakit paru dan saluran napas oleh debu logam berat, Penyakit paru dan saluran napas disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (Byssinosis), Asma akibat kerja, Alveolitis alergika akibat debu organik, Kanker paru atau mesothelioma dan Penyakit infeksi oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat pada pekerjaan berisiko terkontaminasi.

1. Pneumoconiosis

Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh

adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Penyakit pnemokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Penyakit tersebut antara lain:

a. Penyakit Silikosis

Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika

bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat di tempat di tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersama –

sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.

Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ii seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.

(6)

KELOMPOK 16 6 Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya. Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu – waktu diperlukan.

b. Penyakit Asbestosis

Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.

Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.

c. Penyakit Bisinosis

Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.

(7)

KELOMPOK 16 7 Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.

d. Penyakit Antrakosis

Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.

Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.

Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau

emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka

antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat

(8)

KELOMPOK 16 8 dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.

e. Penyakit Beriliosis

Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.

Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan terus – menerus.

2. Asma akibat kerja

Merupakan kasus penyakit paru akibat kerja paling sering timbul di USA. Diperkirakan 15 hingga 23% dari kasus penyakit asma baru yang muncul pada penderita dewasa merupakan asma akibat kerja. Kasus ini termasuk asma yang diperburuk oleh kondisi lingkungan kerja ( aggravate preexisting asthma )

Karakteristik keluhan asma kerja:

 Keluhan timbul setelah tiba ditempat kerja, hilang setelah meninggalkannya  Keluhan mulai beberapa jam setelah hilang dan kemudian hilang

 Keluhan ringan pada awal minggu mulai bekerja, memberat pada hari selanjutnya

(9)

KELOMPOK 16 9  Makin lama bekerja keluhan makin berlanjut

 Tidak ada keluhan pada waktu libur

 Keluhan timbul pada tempat kerja yang baru.

3. Alveolitis alergika akibat debu organic

Penyakit ini lebih sering disebut juga sebagai Hypersensitivity pneumonitis. Alveolitis alergika merupakan penyakit paru yang diakibatkan inhalasi dari debu organik seperti spora jamur, kotoran burung. Debu organik yang terhirup menyebabkan peradangan pada alveoli dan dapat menimbulkan jaringan parut. Penyakit ini menyerang tenaga kerja yang bergerak. Kematian akibat penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1979 terdapat 20 kematian dan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 1999 yaitu menjadi 57 kematian.

4. Penyakit infeksi oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat pada pekerjaan berisiko terkontaminasi.

Penyakit yang termasuk dalam golongan ini adalah Anthrak, Tuberkulosis, Avian Infleuenza. Penyakit anthrak di derita oleh tenaga kerja di sektor peternakan dan penyamakan kulit binatang. Penyakit tuberkulosis menyerang tenaga kerja yang bekerja pada semua tenaga yang berisiko terkena penyebab penyakit paru akibat kerja lainnya. Penyakit avian influenza menyerang tenaga kerja di sektor peternakan unggas dan babi.

2.4 UPAYA PENCEGAHAN

Dalam rangka pencegahan Penyakit Paru akibat Kerja diperlukan kerja-sama sinergis antara tenaga kerja, Departemen K3, dokter perusahaan dan pihak manajemen perusahaan.

Kegiatan pencegahan meliputi kegiatan:

1. Penerapan peraturan perundangan yang berlaku

Upaya perlindungan dan pencegahan terhadap akibat yang merugikan perusahaan maupun tenaga kerja melalui penerapan Standart Operating Procedure ( SOP ), Petunjuk dan cara kerja berdasar norma kerja berdasar Undang-undang dan peraturan K3 yang berlaku seperti Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di tempat kerja.

(10)

KELOMPOK 16 10 2. Identifikasi Potensi Bahaya dan penilaian risiko

Merupakan pengenalan terhadap kondisi lingkungan kerja, pekerjaan dan beberapa faktor lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan timbulnya penyakit paru akibat kerja. Hasil dari pengenalan dapat digunakan bahan dalam melakukan analisis risiko. Kedua hal tersebut sangat penting dalam upaya pencegahan

3. Pengujian dan pemantauan lingkungan kerja

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapat data mengenai faktor kimia maupun biologis. Dari kegiatan ini akan didapatkan hasil kadar potensi bahaya yang ada.

4. Pengujian Kesehatan Tenaga Kerja & Pemantauan Biologis

Pemeriksaan kesehatan sangat perlu dalam rangka penegakan diagnosis penyakit akibat kerja. Pemeriksaan kesehatan tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus.

5. Teknologi Pengendalian

Berdasarkan hirarki pengendalian mulai darieliminasi, subtitusi, engineering control, administrasi dan alat pelindung diri.

2.5 DIAGNOSIS

Agak sulit ditegakkan karena :

a. Gejala dan tanda mirip penyakit paru lain bukan karena kerja. b. Waktu lama antara pejanan-Gejala

Diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisis, Laboratorium, uji faal paru, radiologi, dan lain-lain.

a. Anamnesis

Harus teliti dan akurat meliputi:  Riwayat kesehatan umum

 Pekerjaan sekarang atau saling berhubungan  Pekerjaan sebelumnya

 Keterangan pajanan

(11)

KELOMPOK 16 11  Faktor lingkungan non okupasi

b. Pemeriksaan fisik  Sesak nafas

 Jari tubuh atau sianosis

 Pembesaran kelenjar getah bening  Perubahan bentuk dada

 Intensitas suara nafas

 Ronki (inspirsi atau ekspresi)  Mengi

 Pemeriksaan jantung

 Pembesaran hepar atau limpa  Edema tungkai

c. Radiologi

 Diagfragma mendatar  Riperinflsi

 Bayangan udara retrosternal  Bulla

 Perselubungan nodular atau retikuler, loksi  Sarang tawon

 Kelainan pleura

d. Uji faal paru

 KVP (Kapasitas Vital Paksa)

 VEP1 (Volume Ekspirasi Paru Detik Pertama)  VEP1 / KVP

 Kapasitas Difusi

 AGDA (Analisis Gas Darah)  Uji provokasi bronkus.

e. Pemeriksaan laboratorium  Darah

(12)

KELOMPOK 16 12  Urine

 Dahak

2.6 PENATALAKSANAAN

Penyakit paru akibat kerja telah diketahui sejak masa awal mesir kuno pada tahun 1713 ramazzini telah menyebutkan penyakit paru duantara pekerja pembuat kuali, penenun dan petani, banyak dokter yagn mempunyai kesulitan dalam menata laksanaan penderita setelah didiaknosis sebagai penyakit paru akibat kerja penata laksanaan dibagi menjadi:

a. Penilaian cacat

Penilaian cacat sangat penting untuk membuat diagnosis yang tepat serta memberi nasihat kepada penderita terhadap prospek pkerjaannya, untuk menentukan kecacatan paru akibat kerja diperlukan 5 langkah yang harus dilakukan penilaian cacat sangat penting untuk membuat diagnosis yang tepat meliputi:

 Diagnosis

 Hubungan diagnosis dengan pekerjaan  Derajat kelainan / gangguan fungsi  Penilaian kebutuhan kerja

 Penilaian kecacatan b. Pronologis

pronologis berdasarkan pada pengetahuan tentang riwayat perjalanan penyakitnya serta hasil- hasil pemeriksaan yang lain, dibekali dengan informasi ini, dokter dapat membuat rencana pengobatan untuk penghentian peburukan penyakitnya serta mengurangi keluhan. Salah satu progam yang penting adalah rehabilitasi, merupakan proses untuk membantu induvidu yang mengalamai kecacatan dalam mempertahankan tingkat maksimal dari setiap fungsinya.

c. Obat – obatan

ada banyak jenis penyakit paru akibat kerja, obat merupakan peran yang sangat sedikit dan terapai pada umumnya terdiri dari anjuran untuk menghadapi pajanan lebih lanjut terhadap bahan yang berbahaya. Obat yang diberikan biasanya bersipat sintomatis

d. Mmenghindari pajanan

(13)

KELOMPOK 16 13 1. mengganti (subtitusi) bahan yang berbahaya dengan bahan yang kurang atau

tidak berbahaya

2. membatasi bahan pajanan 3. ventilasi keluar

4. memakai APD (Alat Pelindung Diri)

Penatalaksanaan penyakit paru akibat kerja termasuk mengganti pekerjaan yang menyebabkan penyakit atau pembatasan menyangkut apa yang boleh atau yang tidak boleh dilakuakan.

(14)

KELOMPOK 16 14 BAB III

PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

1. Kemajuan teknologi : Dampak positif dan negarif 2. Banyak jenis penyakit paru akibat kerja dan lingkungan 3. Penyakit akibata kerja dan polusi udara harus dicegah.

(15)

KELOMPOK 16 15 DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2011. Penyebab Penyakit Paru Akibat Kerja. Diakses pada tanggal 13 November 2011 dari

http://www.spesialis.info/?penyebab-penyakit-paru-akibat-pekerjaan,1008

Anonymous. 2010. Penyakit Paru Akibat Kerja. Diakses pada tanggal 13 November 2011 dari http://crackleandwheeze.blogspot.com/2010/05/penyakit-paru-akibat

kerja.html

Arif, et al. 1999: Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I: Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Hal penting yang harus diperhatikan adalah bila suatu balok hanya mengalami satu beban terpusat gaya geser bernilai konstan di antara beban dan momen lentur

a) Investigasi harus meliputi semua informasi mengenai nasabah (dan usahanya) yang diperlukan sebagai dasar pembuatan Nota Analisis Pembiayaan. b) Telah

Dewasa ini banyak metode-metode pembelajaran inovatif yang ditawarkan, salah satunya adalah ‘Stationenlernen’, yakni sebuah metode belajar, di mana siswa belajar

Dalam hal ini merupakan permasalahan yang dihadapi dimana pengeluaran semakin meningkat sedangkan pendapatan justru semakin menurun, oleh karena itu perlunya rencana yang

Pengujian secara in vivo adalah pengujian yang dilakukan dengan menggunakan hewan percobaan untuk mengetahui metabolisme suatu senyawa di dalam tubuh.. Hewan percobaan yang

Gambar merupakan alat satu media pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang membantu siswa menghadirkan objek asing yang sulit dijangkau siswa

Persepsi tentang menjelang mati dan kematian di bertagai kebudayaan, mjadi landasan bagi reryons individu dan masyarakat dalam menghadapi keadaan menjelang nr,ati

Dari dapat kita simpulkan bahwa suatu ideologi terbuka, karena bersifat demokratis, memiliki apa yang mungkin dapat kita sebut sebagai dinamika internal yang