• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tokyo merupakan ibu kota Jepang dan memiliki jumlah penduduk yang terbanyak di dunia. Pada tahun 2014, tercatat bahwa wilayah Tokyo memiliki populasi penduduk sekitar 37,8 juta jiwa, dan menduduki peringkat pertama untuk populasi penduduk terbanyak di dunia (United Nations, 2014: 26). Tokyo merupakan pusat negara Jepang dan kota besar, tempat terjadinya segala kegiatan baik kegiatan ekonomi, politik, bisnis, dan sebagainya. Banyak masyarakat yang mencari nafkah di kota besar sehingga menyebabkan adanya perpindahan penduduk dari kota kecil ke kota besar. Selain itu, tidak hanya orang Jepang saja, melainkan warga negara asing juga mulai berdatangan ke Jepang, khususnya datang ke Tokyo. Sekitar 50% dari populasi orang Jepang tinggal di tiga wilayah, yaitu Tokyo (termasuk Kawasaki, Yokohama, dan Chiba), Nagoya (termasuk Aichi dan Mie), dan Osaka (termasuk Hyogo dan Kyoto). Walaupun urbanisasi yang sangat besar memberikan manfaat pada perekonomian Jepang, hal tersebut juga menjadi salah satu penyebab masalah tempat tinggal (Ellington, 2002: 10). Menurut Neuliep (2015: 146-147), karena kepadatan penduduk dan ruang geografis yang terbatas di Jepang, perumahan menjadi masalah bagi keluarga Jepang. Lahan tempat tinggal pun mulai terbatas. Keterbatasan akan lahan tempat tinggal tersebut menjadi suatu masalah bagi negara Jepang.

Negara Jepang terkenal dengan inovasi-inovasi yang diciptakan, dapat menciptakan hal yang baru untuk memecahkan masalah yang dialami negaranya. Tujuan dari terciptanya inovasi-inovasi tersebut tentunya untuk mengatasi masalah yang dialami oleh negara tersebut. Melihat adanya masalah keterbatasan lahan tempat tinggal di Tokyo, para arsitek Jepang memiliki cara untuk mengatasinya, yaitu dengan inovasi menciptakan rumah yang ukurannya tidak besar sehingga hanya membutuhkan lahan yang sedikit dengan desain yang minimalis.

(2)

Pada zaman modern ini, keluarga-keluarga di Jepang juga mengalami perubahan, yang tadinya memiliki keluarga besar tinggal di dalam satu rumah, sekarang ini hanya memiliki keluarga inti yang hanya terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Ada juga yang tidak menikah dan tinggal dengan orang tuanya, bahkan ada yang tinggal sendiri. Melihat kondisi tersebut, para arsitek Jepang menciptakan inovasi baru, yaitu kyoushou juutaku (狭小住宅) atau disebut juga rumah mikro. Berdasarkan arti kata menurut Matsuura, ‘kyoushou juutaku’ (小住宅) terdiri dari kata ‘kyoushou’ (狭小) yang berarti ‘sempit’ (2005: 584) dan kata ‘juutaku’ (住宅) yang berarti ‘rumah’, ‘rumah tempat tinggal’, atau ‘perumahan’ (2005: 387). Kyoushou juutaku adalah rumah yang didirikan di lahan yang sempit dan kecil. Kyoushou juutaku ini diciptakan sebagai hasil dari adanya masalah keterbatasan lahan di Jepang dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Jepang yang tidak membutuhkan biaya besar untuk ukuran keluarga inti atau keluarga yang terdiri dari satu sampai tiga orang. Shigeru Suzuki (鈴木 茂 ) adalah pemilik dari スモ ー ル ハ ウ ス (Small House) di Tokyo, yaitu perusahaan yang khusus memproduksi rumah yang dikategorikan dalam

kyoushou juutaku. モグラハウス (Mogura House) merupakan salah satu rumah

dua lantai yang diproduksinya berukuran lebar 1,70 meter dan panjang 14 meter, dan terletak di Tokyo, Setagaya. Selain Shigeru Suzuki, ada Yasuhiro Yamashita (山下保博), seorang arsitek yang juga dikenal dengan nama perusahaannya Atelier Tekuto (アトリエ • 天工人), dan merupakan arsitek terkenal yang juga membangun rumah yang dikategorikan dalam kyoushou juutaku. Kata ‘Tekuto’ (天工人) memiliki makna yang berarti ‘hukum alam’ dan ‘orang yang membuat sesuatu’, sehingga menggambarkan perusahaan yang merancang, membuat, memikirkan, dan mempelajari tentang hukum alam, atau secara singkat Tekuto berarti alam semesta, teknologi dan manusia. Salah satu kyoushou juutaku terkenal yang dibangun olehnya adalah チカニウマルコウブツ (Reflection of Mineral House) yang terletak di Tokyo, Nakano. Tidak hanya Shigeru Suzuki dan Yasuhiro Yamashita, arsitek Makoto Takei (武井誠) dan Chie Nabeshima (鍋島千恵) juga membangun salah satu rumah yang dikategorikan kyoushou

(3)

Kedua arsitek tersebut mendirikan perusahaan yang bernama TNA yang berasal dari singkatan Takei-Nabeshima Architects.

Setiap negara memiliki kebudayaannya masing-masing yang telah ada sejak zaman dahulu. Namun seiring dengan perkembangan zaman, ada kebudayaan yang hilang, ada juga kebudayaan yang tetap dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pada abad ke-6, Bodhidharma yang berasal dari India memperkenalkan sekte baru yang disebut dhyana atau disebut Zen dalam bahasa Jepang ke Cina, dan saat itu merupakan awal dari sejarah Buddha Zen (Antariksa, 2002: 54). Zen masuk ke Jepang pada abad ke-13, dibawa oleh Biksu Jepang yang mempelajari Zen di Cina. Menurut Engel dalam Antariksa (2002: 54), Zen telah mempengaruhi segala aspek kehidupan orang Jepang, tidak hanya yang berhubungan dengan seni, lembaga sosial, pemerintahan, namun juga yang berhubungan dengan arsitektur dan seni pertamanan.

Zen merupakan suatu nilai yang mementingkan kesederhanaan dan natural, namun di dalam kesederhanaan itu terdapat suatu kesempurnaan. Menurut Hisamatsu dalam Zhao (2009: 13), di dalam estetika Zen terdapat tujuh karakteristik Zen, yaitu fukinsei (不均斉), kanso (簡素), kokou (枯高), shizen (自 然 ), yuugen ( 幽 玄 ), datsuzoku ( 脱 俗 ), dan seijaku ( 静 寂 ). Ketujuh karakteristik tersebut telah banyak diterapkan dalam kehidupan masyarakat Jepang seperti dalam upacara minum teh Jepang (chanoyu), ikebana, dan juga rumah Jepang sejak dahulu. Pada rumah Jepang tradisional, terlihat penerapan tujuh karakteristik Zen pada bagian rumah tersebut. Dengan adanya perubahan zaman dan perubahan pada rumah Jepang, serta dengan bertambahnya rumah-rumah yang dikategorikan kyoushou juutaku pada zaman sekarang, penulis tertarik untuk meneliti keberadaan tujuh karakteristik Zen pada rumah tersebut.

1.2 Masalah/Isu Pokok

Permasalahan yang penulis akan bahas dalam penelitian ini adalah menganalisis terdapatnya konsep Zen pada kyoushou juutaku dan pengaruh Zen sebagai cara untuk mengatasi kendala seperti kurangnya ruang, sinar matahari, dan pertukaran udara pada kyoushou juutaku atau rumah mikro di Tokyo. Analisis tersebut dikaitkan dengan karakteristik Zen menurut Shin’ichi Hisamatsu.

(4)

1.3 Formulasi Masalah

Formulasi masalah dalam penelitian ini adalah penulis akan menganalisis karakteristik Zen menurut Shin’ichi Hisamatsu, yaitu fukinsei (asimetris), kanso (kesederhanaan), shizen (kealamian), dan datsuzoku (bebas dari ikatan) yang terlihat pada kyoushou juutaku, yaitu Mogura House, Reflection of Mineral House, dan Mosaic House yang terletak di Tokyo.

1.4 Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis masalah mengenai empat karakteristik Zen menurut Shin’ichi Hisamatsu, yaitu fukinsei (asimetris), kanso (kesederhanaan), shizen (kealamian), dan datsuzoku (bebas dari ikatan) pada kyoushou juutaku, yaitu Mogura House, Reflection of Mineral House, dan Mosaic House yang terletak di Tokyo.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan empat karakteristik Zen sebagai solusi dari kendala pada kyoushou juutaku di Tokyo, yaitu pada Mogura House, Reflection of Mineral House, dan Mosaic House.

Manfaat dari penelitian ini adalah penulis dapat lebih memahami tentang penerapan empat karakteristik Zen sebagai solusi dari kendala yang terdapat pada Mogura House, Reflection of Mineral House, dan Mosaic House di Tokyo. Selain itu, pembaca juga dapat menambah pengetahuan tentang Zen dan manfaatnya sebagai solusi dari kendala yang terdapat pada kyoushou juutaku.

1.6 Tinjauan Pustaka

Penulis mengambil tinjauan pustaka berdasarkan penelitian mengenai Zen pada artikel dalam jurnal yang ditulis oleh Antariksa (2002) berjudul Study on The Philosophy and Architecture of Zen Buddhism in Japan. Di dalam artikel jurnal tersebut, Antariksa membahas mengenai awal munculnya Zen dan masuknya Zen ke Jepang. Selain itu, ada pembahasan mengenai makna filosofis Zen.

Ada penelitian lain mengenai rumah Jepang yang terdapat pada artikel jurnal berjudul Housing as a Reflection of Culture: Privatised Living and

(5)

Privacy in England and Japan yang ditulis oleh Ozaki (2002). Di dalam artikel jurnal tersebut ada pembahasan mengenai perubahan yang terjadi pada rumah Jepang kontemporer dilihat dari bagian dalam rumah yang mengalami perubahan, namun ada juga ruangan yang tetap terjaga keaslian gaya Jepangnya seperti washitsu.

Selain kedua jurnal tersebut, penulis juga mengambil tinjauan pustaka berdasarkan artikel jurnal berjudul Privatization, Commodification and Transformation in Japanese Housing: Ephemeral House – Eternal Home yang ditulis oleh Ronald (2009). Artikel jurnal ini membahas tentang rumah Jepang serta modernisasi pada rumah Jepang.

Pada penelitian ini, penulis akan membahas tentang rumah modern di Jepang, khususnya pada kyoushou juutaku dengan meneliti pengaruh Zen pada permasalahan yang ada di dalam kyoushou juutaku.

Referensi

Dokumen terkait

pembiayaan tetep akan diberikan dengan jumlah pembiayaan di.. kurangi, hal ini tentunya akan berdampak kepada pihak BPRS Haji Miskin tersebut, yang mana nantinya

Kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 1,04 persen, minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,09 persen, serta makanan

value Teks default yang akan dimunculkan jika user hendak mengisi input maxlength Panjang teks maksimum yang dapat dimasukkan. emptyok Bernilai true jika user dapat tidak

Kemudian Anda juga harus menyatakan bahwa karena Anda mengajukan permohonan terhadap Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang

Sebelumnya dikatakan bahwa Kecamatan Reok lolos untuk menjadi Pusat Kegiatan Lokal dikarenakan memiliki pelabuhan kelas III dan jalan areteri yang mendukung

Lokasi tersebut dipilih secara purposif dengan alasan (a) ja- lan lintas Papua merupakan jalan yang mengikuti garis perbatasan antara Indonesia dan Papua New Guinea

1.1 PERSIAPAN YANG PERLU DIPERHATIKAN Ada beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan sebagai seorang pengajar sebelum mengakses E-learning UPU diantaranya yaitu

Rencana ini menggambarkan arah, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan penyelenggaraan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan yang sesuai dengan tugas