• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit - PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD BREBES - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit - PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD BREBES - repository perpustakaan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupaakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi,alat kesehatan,dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi lapisan semua masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik (Kepmenkes RI, 2016 ). Pelayanan kefarmasian semakin berkembang, tidak terbatas hanya pada penyiapan obat dan penyerahan obat pada pasien, tetapi perlu melakukan interaksi dengan pasien dan profesional kesehatan lainnya, dengan melaksanakan pelayanan „Pharmaceutical care’secara menyeluruh oleh tenaga farmasi.

. Tujuan pelayanan farmasi Rumah Sakit adalah pelayanan farmasi yang paripurna sehingga dapat: tepat pasien, tepat dosis, tepat cara pemakaian, tepat kombinasi, tepat waktu dan tepat harga. Selain itu pasien diharapkan juga mendapatpelayanan yang dianggap perlu oleh farmasi sehingga pasien mendapat pengobatan yang efektif, efisien, aman, rasional bermutu dan terjangkau (Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2013).

1. Pelaksanaan Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

Pelaksanaan farmasi terdiri dari 4 pelayanan yaitu: pelayanan obat non resep, pelayanan komunikasi-informasi-edukasi (KIE), pelayanan obat resep dan pengelolaan obat (Purwanti, 2004).

a. Pelayanan Obat Non Resep

(2)

mempengaruhi sistem neuromuskuler, anti parasit dan obat kulit topikal.

b. Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Apoteker hendaknya mampu menggalang komunikasi dengan tenaga kesehatanlain, termasuk kepada dokter. Termasuk memberi informasi tentang obat baru atau obat yang sudah ditarik. Hendaknya aktif mencari masukan tentang keluhan pasien terhadap obat-obatan yang dikonsumsi. Apoteker mencatat reaksi atau keluhan pasien untuk dilaporkan ke dokter, dengan cara demikian ikut berpartisipasi dalam pelaporan efek samping obat.

c. Pelayanan Obat Resep

Pelayanan resep sepenuhnya tanggung jawab apoteker pengelola apotik. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat yang ditulis dalam resep dengan obat lain. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang ditulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih terjangkau.

d. Pengelolaan Obat

Kompetensi penting yang harus dimiliki apoteker dalam bidang pengelolaan obat meliputi kemampuan merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat yang efektif dan efisien. Penjabaran dari kompetensi tersebut adalah dengan melakukan seleksi, perencanaan, penganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan, pengamanan persediaan, perancangan dan melakukan dispensing serta evaluasi penggunaan obat dalam rangka pelayanan kepada pasien yang terintegrasi dalam asuhan kefarmasian dan jaminan mutu.

B. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

(3)

obat kepada pasien, tenaga kesehatan dan pihak lain untuk menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional.

Kegiatan pelayanan informasi obat yang dapat dilaksanakan di puskesmas, meliputi :

1. Pelayanan Informasi

Yang aktivitasnya meliputi : a. Menjawab pertanyaan

b. Mengkaji dan menyampaikan informasi bagi yang memerlukan c. Menyiapkan materi dan membuat buletin, brosur, leaflet, dll. 2. Pendidikan dan Pelatihan

Beberapa kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dapat dilakukan antara lain :

a. Menyajikan informasi mengenai obat dan atau penggunakan obat dalam bentuk penyuluhan.

b. Membimbing apoteker magang/mahasiswa yang sedang praktik kerja lapangan mengenai ketrampilan dalam pelayanan informasi obat.

Informasi obat yang diperlukan pasien yaitu :

a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan.

b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotik harus dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.

(4)

d. Efek yang akan timbul dari penggunaan obat, misalnya berkeringat, mengantuk, kurang waspada, tinja berubah warna, air kencing berubah warna, dan sebagainya.

e. Hal-hal lain yang mungkin akan timbul, misalnya interaksi obat dengan obat lain atau makanan tertentu dan kontra indikasi obat tertentu dengan diet rendah kalori, kehamilan, menyusui serta kemungkinan terjadinya efek obat yang tidak dikendaki.

Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat yang berisi :

1. Nama dagang obat jadi 2. Komposisi

3. Bobot, isi atau jumlah tiap wadah 4. Dosis pemakaian

5. Cara pemakaian

6. Indikasi atau khasiat atau kegunaan 7. Kontra indikasi (bila ada)

8. Tanggal kadaluarsa

9. Nomor ijn edar/nomor registrasi 10. Nomor kode produksi

Nama dan alamat industri (Depkes RI, 2008

C. Kepuasan

Kepuasan pasien ditentukan oleh persepsi pasien atas

performance produk atau jasa dalam memenuhi harapan pelanggan. Pasien

(5)

kepada orang lain sehingga citra instalasi farmasi, terutama para petugasnya, termasuk tenaga farmasinya akan negatif/buruk. Oleh karena itu, persepsi pasien yang baik terhadap pelayanan harus ditumbuhkan terus menerus dan berkesinambungan dengan orientasi kepada pelanggan itu sendiri. Hal tersebut penting sebagai acuan dalam pembenahan kualitas pelayanan, sehingga pelayanan yang diberikan bisa memberikan kepuasan pada tingkat yang optimal (Manurung, 2010).

Menurut Muninjaya (2004), kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya.

2. Sikap peduli yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan.

3. Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral bagi pasien dan keluarganya.

4. Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan, dan kenyamanan ruangan.

5. Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan.

6. Keandalan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam memberikan perawatan.

7. Kecepatan petugas dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien.

Ada 5 dimensi yang mewakili persepsi konsumen terhadap suatu kualitas pelayanan jasa, yaitu: (Bogandenta, 2012)

1. Reliability (Kehandalan) adalah suatu kemampuan untuk memberikan

jasa yang dijanjikan secara akurat, terpecaya dan harus sesuai dengan yang diinginkan pelanggan, seperti ketepan waktu dan tanpa kesalahan. Dalam hal ini apoteker dan asisten apoteker harus dapat memberikan jasa yang dinginkan.

2. Assurance (Jaminan dan Kepastian) adalah pengetahuan dan keramahan

(6)

dari setiap pelayanan, terutama dalam meracik dan memilhkan obat untuk pasien.

3. Tangibles (Berwujud) adalah penampilan serta kempuan sarana dan

prasarana fisik yang arus diandalkan.keadan lingkungan sekitar adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa, sepert gedung bagus, peralatan komputer yang canggih dan seragam kariawan yang menarik. Apotek harus menyediakan sarana dan prasarana yang memadai dan lengkap karena ini menjadi bukti nyata dari pelayanan dan jasa yang diberikan.

4. Empaty (Empati) adalah memberikan perhatian yang bersifat induvidual

atau pribadi kepada pelanggan dan berusaha memahami keinginan pelnggan. Apoteker dan asisten apoteker harus dapat memberikan perhatian piskologis kepada pelnggan, dan memberikan pelayanan yang cepat.

5. Responsivenes (ketanggapan) adalah suatu kebijakan untuk membantu

dan memberikan pelayanan secara cepat kepada pelanggan. Memberikan pelanggan meunggu tanpa alasan yag jelas menyebabkan presepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.Kemampuan untuk mengatasi hal tersebut secara profesional dapat memberikan presepsi yang positif terhadap kualitas pelayanan.

D. RSUD Brebes

(7)

januari 1993 No: 009-H/SK/1993. RSUD Brebes telah memenuhi syarat menjadi RSUD kelas C, dan pada tahun 1998 memperoleh sertifikat akreditasi penuh dari Departemen Kesehatan RI. Sebagai rumah sakit type C, RSUD Brebes mempunyai fasiltas dan jenis pelayanan sebagai berikut: 1 ) Pelayanan purna waktu untu 4 spesialis dasar (penyakit dalam, bedah, anak, kebidanan dan kandungan), 2) 4 spesialis lain (THT, mata, kulit kelamin dan syaraf) dan ditambah fasiltas ICU. Dengan demikian terdapat pelyanan spesialis untuk rawat jalan dan rawat inap. Disamping itu terdapat peyanan penunjang (farmasi, laboratorium klinik, radiologi, fisioterapi, bank darah), serta pelayanan penunjang lain (gisi, IPSRS, laundri, kesling, kantin, koprasi, satpam, informasi, parkir dan ambulnce). Pada tahun 2001 RSUD Brebes memperoleh sertifkat akreditas lanjut 12 pelyanan.

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran : Surat Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Konstruksi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah TA3. Asli

Dalam laporan ini, Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Bandung dapat memberikan gambaran penilaian tingkat pencapaian target kegiatan dari masing-masing

Aset keuangan (atau mana yang lebih tepat, bagian dari aset keuangan atau bagian dari kelompok aset keuangan serupa) dihentikan pengakuannya pada saat: (1) hak untuk menerima arus

bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Sosial, perlu diberikan4. tunjangan jabatan fungsional yang sesuai dengan

Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tak terhingga kepada penulis sehingga atas ijin- Nya pula

Penyembahan kepada Sakramen Mahakudus sangat berkaitan erat dengan spiritualitas kongregasi yang juga merupakan Sabda Tuhan yang sangat dicintai oleh ibu pendiri (Ibu Clara Fey)

kontribusi wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan.. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

Maka dari itu, pada Tugas Akhir ini dirancang sebuah sistem komunikasi yang memungkinkan node slave mengirimkan data informasi hasil monitoring secara tidak langsung menujuI.