A. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin
intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan. Kehamilan postterm disebut juga kehamilan
serotinus, kehamilan lewat bulan, kehamilan lewat waktu,
prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate/post datisme atau pascamaturitas adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung
dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Neagle dengan
siklus haid rata-rata (Prawiroharjo,2009;h.686). Kehamilan
berasal dari spermatozoa dan ovum yang bergabung, tumbuh
dan berkembang janin intra uteri mulai sejak konsepsi sampai
dengan permulaan persalinan. (2017)
2. Tanda kehamilan
Tanda gejala kehamilan menurut (mochtar, 2012; h.35)
a. Amenore atau tidak mengalami menstruasi sesuai siklus
(terlambat haid)
c. Pingsan
d. Mengidam
e. Anoreksia
f. Lelah (fatigue)
g. Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, disebabkan
pengaruh hormone estrogene dan progesterone.
h. Miksi sering ( buang air kecil terlalu sering)
i. Konstipasi /obstipasi
j. Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormone kortikosterroid
plasenta
k. Pemekaran vena-vena (varices)
3. Perubahan fisiologis kehamilan
Perubahan fisik pada ibu hamil adalah sebagai berikut :
Morning Sicknessmual dan muntah, pembesaran payudara,
sering buang air kecil, konstipasi atau Sembelit, Sakit Kepala
atau pusing, kram Perut, sering meludah, peningkatan berat
badan, perut semakin membesar, sendawa dan buang angin,
rasa panas dansakit perut bagian bawah, pusing,
pembengkakan, Sakit bagian tubuh belakang, pernafasan,
sering buang air kecil, varises, kontraksi perut, dan kram pada
kaki (Kurnia, 2009; h.185-189).
Menurut Mochtar (2011; h. 29) Perubahan fisiologik wanita
a. Perubahan pada sistem reproduksi.
1) Ukuran uterus pada kehamilan cukup bulan : 30 x 25 x
20 cm, dengan kapasitas lebih dari 4000 cc, uterus
akan mengalami kenaikan berat yang awalnya 30 gram
akan menjadi 1000 gram dalam 40 pekan, perubahan
pada bentuk dan konsistensi rahim, pada bulan-bulan
pertama rahim seperti buah alpukat dan pada bulan ke
lima rahim teraba seperti berisi cairan ketuban,
selanjutnya perubahan posisi rahim dalam kehamilan
pada permulaan kehamlian – dalam letak antefleksi atau retrofleksi, pada bulan ke 4 bulan kehamilan – rahim tetap berada dalam rongga pelvis, setelah itu – mulai memasuki rongga perut yang dalam
pembesarannya dapat mencapai batas hati, rahim yang
hamil biasanya mengisi rongga adbomen kanan atau
kiri.
2) Perubahan payudara, payudara membesar, tegang dan
berat.
3) Terjadinya perubahan pada kulit bercak coklat pada
wajah dan biasanya terdapat linea nigra.
4) Terjadinya kenaikan berat badan seiring
berkembangnya janin, Tubuh ibu saat kehamilan
untuk keperluan tumbuh dan berkembang bayi.
Perubahan tersebut di fasilitasi oleh adanya perubahan
kadar hormon estrogen dan progresteron selama
kehamilan. Baik dari segi anatomis maupun fisiologis,
perubahan yang ditimbulkan terjadi secara menyeluruh
pada organ tubuh ibu yang berjalan seiring dengan usia
kehamilan dalam trimester. Perubahan- perubahan
tersebut antara lain :
b. Sistem reproduksi
1) Trimester 1
Terdapat tanda chadwick, yaitu perubahan warna pada vulva, vagina dan serviks menjadi lebih merah
kebiruan atau ke unguan. pH dan vulva vagina
mengalami peningkatan dari 4 menjadi 6,5 yang
membuat wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi
vagina. Tanda Goodlel yaitu perubahan konsistensi serviks menjadi lebih lunak dan kenyal. (Cuningham,
2006; h. 180)
Pembesaran dan penebalan uterus disebabkan
adanya peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh
darah, hyperlamsia dan hipertropi otot, dan
disebut tanda Mc Donald. Pada kehamilan 8 minggu uterus mebeesar sebesar telur bebek dan pada
kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa. Pada
minggu-minggu pertama, terjadi hipertropi pada istmus
uteri membuat istmus menjadi panjang dan dan lebih
lunak yang disebut tanda Hegar.Sejak trimester satu kehamilan, uterus juga mengalami kontraksi yang tidak
teratur dan umumnya tidak nyeri. (Cuningham, 2006; h.
181)
Proses ovulasi pada ovarium akan terhenti
selama kehamilan. Pematangan folikel baru juga di
tunda. Tetapi pada awal kehamilan, masih terdapat satu
corpus luteim gravidarum. Yang menghasilkan hormon estrogen dan progresteron. Folikel ini akan berfungsi
maksimal selama 6-7 minggu kemudian mengecil
setelah plasenta terbentuk. (Prawirohardjo, 2008; h.174)
2) Trimester 2
Hormon estrogen dan progresteron terus
meningkat dan menjadi hipervaskularisasi
mengakibatkan pembuluh- pembuluh darah alat
genetalia membesar. Peningkatan sensivitas ini dapat
meningkatkan keinginan untuk melakukan hubungan
Peningkatan kongesti yang berat ditambah relaksasi
dinding pebuluh darah dan uterus dan dapat
mengakibatkan timbulnya oedema dan varises vulva.
Edema dan varises ini biasanya membaik selama
periode pasca post partum.(Jurnal bidan diah, 2012)
Pada akhir minggu ke 12 uterus yang terus
mengalami pembesaran tidaklagi cukup tertampung
dalam rongga pelvis sehingga uterus akan naik ke
rongga abdomen. pada trimester kedua ini, kontraksi
uterus dapat di deteksi dengan pemeriksaan bimanual.
Kontraksi yang tidak teratur dan biasanya tidak nyeri ini
di kenal sebagai kontraksi Braxton Hicks, muncel tiba-tiba secara sporadik dengan intensitas antara 5-25
mmHg (Prawirohardjo, 2008; h.175) Pada usia
kehamilan 16 minggu, plasenta mulai terbentuk dan
mulai menggantikan fungsi Corpus luteum gravidarum. (Mochtar, 2008;h. 35)
3) Trimester 3
Dinding vagina mengalami banyak perubahan
sebagai persiapan untuk persalinan yang sering
melibatkan peregangan vagina. Ketebalan mukosa
bertambah, jaringan ikat mengendor, dan sel otot polos
vagina yang bewarna keputihan dan lebih kental. (Jurnal
bidan diah, 2012)
Pada minggu-minggu akhir kehamilan,
prostaglandin mempengaruhi penurunan konsentrasi
serabut kolagen pada serviks. Serviks lebih lunak dan
lebih mudah beradaptasi pada waktu persalinan. (Jurnal
bidan diah, 2012) Istsmus uteri akan berkembang
menjadi segmen bawah uterus pada trimester akhir.
Otot-otot terus bagian atas akan berkontraksi sehingga
segmen bawah uterus akan melebar dan menipis, hal itu
terjadi pada masa-masa akhir kehamilan menjelang
persalinan. Batas antara segmen atas yang tebl dan
segmen bawah yang tipis disebut lingkaran rektaksi
fisiologis. (Cuningham, 2006; h. 182)
c. Payudara/ Mammae
1) Trimester 1
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomamotropin, Estrogen dan progresteron, akan
tetapi belum mengeluarkan ASI. Vena-vena di bawah
kulit juga akan lebih terlihat. Areola mammae akan
bertambah besar dan kehitaman, kelenjar sebasea dari
dinamakan tuberkel Monthomery. (Jurnal bidan diah, 2012)
2) Trimester 2
Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting
susu akan keluar cairan kental kekuning-kuningan yang
disebut Kolostrum. Kolostrum ini berasal dari asinus yang
mulai bersekresi selama trimester dua. (Jurnal bidan diah,
2012) Pertumbuhan kelenjar mammae membuat ukuran
payudara meningkat secara progresif. Bila pertambahan
ukuran tersebut sangat besar, dapat timbul stria seperti
pada abdomen.
3) Trimester 3
Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi
dan menekresi cairan yang kental kekuningan yang
disebut kolostrum. Pada trimester 3 aloran didalamnya
lambat dan payudara menjadi makin besar.
(Rockkenbach, 2006)
4) Kulit
a) Trimester 1
Diketahui bahwa terjadi peningktakan suatu
hormon perangsang melanosit sejak akhir bulan kedua
kehamilan sampai aterm yang menyebabkan timbulnya
bewarna hitam kecoklatan yang muncul pada garis
tengah kulit abdomen. Pigmentasi ini biasanya akn
menghilang atau berkurang setelah melahirkan
(Cuningham, 2006; h. 183)
b) Trimester 2
Peningkatan Melanocyte stimulating hormon (MSH) pada masa ini menyebabkan perubahan
cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal.
(Rockkenbach, 2006)
c) Trimester 3
Pada bulan terakhir kehamilan mucul garis-garis
kemerahan, hal ini di sebut striae gravidarum. Pada wanita multipara , selain striae kemerahan itu seringkali
ditemukan mengkilat keperakan yang merupakan
sikatrik dari striae kehamilan sebelumnya.
(Prawirohardjo, 2008; h.176)
d) Perubahan metabolik dan kenaikan berat badan
1) Trimester 1
Terjadi perubahan berat badan
selamakehamilan yang sebagian besar
diakibatkan oleh uterus dan isinya payudara,
serta peningkatan volume darah dan cairan
berat badan ibu kurang lebih 1 kg. (Jurnal bidan
diah, 2012)
2) Trimester 2
Kenaikan berat badan ibu terus
bertambah terutama oleh karena perkembangan
janin dalam uterus (Jurnal bidan diah, 2012).
3) Trimester 3
Pertambahan berat badan ibu pada masa
ini mencapai dua kali lipat bahkan lebih dari berat
badan awal kehamilan. Pitting edema dapat timbul pada perkembangan kaki dan tungkai
bawah akibat akumulasi cairan tubuh ibu.
Akumulasi cairan ini juga disebabkan oleh
peningkatan tekanan vena di bagian yang lebih
rendah dari uterus akibat uklosi parsial vena
kava. Penurunan tekanan osmotik koloid
interstisial juga cenderung menimbulkan edema
pada akhir kehamilan (Jurnal bidan diah, 2012).
4) Perubahan hematologis
1) Trimester 1
Volume darah ibu meningkat
secara nyata pada kehamilan.
menurun sejak trimester awal kehamilan.
sedangkan konsentrasi dan kebutuhan
zat besi selama kehamilan juga
cenderung meningkat untuk mencukupi
kebutuhan janin. (Rockkenbach, 2006)
2) Trimester 2
Volume darah disebabkan oleh
meningkatnya plasma dan eritrosit.
Terjadi hiperplasia eritrosit sedang
dalam sumsum tulang dan peningkatan
ringan pada hitung retikulosit. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya kadar
eritropoetin plasma ibu setelah usia
gestasi 20 minggu, sesuai dengan saat
produksi eritrosit paling tinggi
(Rockkenbach, 2006).
3) Trimester 3
Konsentrasi hematokrit dan
hemoglobin yang sedikit menurun
selama kehamilan menyebabkan
viskositas darah menurun. Perlu
pemerhatian kadar hemoglobin ibu
bila konsentrasi hb <11,0 g/dl, hal ini
dianggap abnormal dan biasanya
disebabkan oleh difinisi besi(Cuningham,
2006; h. 185).
4) Sistem pernafasan
Pergerakan diafragma semakin terbatas seiring
pertumbuhan ukuran uterus dalam rongga abdomen.
Setelah minggu ke 30, peningkatan volume tidal,
volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen
per menit untuk mencapai puncaknya pada minggu ke
37. Wanita hamil akan bernafas lebih dalam sehingga
memungkinkan pencampuran gas meningkat dan
konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek
ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi
progresteron (Prawirohardjo, 2008; h.176).
5) Sistem urinaria
a) Trimester 1
Pada awal-awal kehamilan, vesika
urinaria tertekan oleh uterus sehingga sering
timbul keinginan berkemih (Jurnal bidan diah,
b) Trimester 2
Uterus mulai mebesar dan mulai keluar
dari rongga pelvis sehingga penekanan pada
vesika urinaria berkurang. Selain itu, adanya
peningkatan vaskularisasi dari vesica urinaria
menyebabkan mukosa hiperemia dan menjadi
mudah berdarah bila terluka. (Mochtar, 2008; h.
35)
c) Trimester 3
Pada akhir kehamilan kepala janin mulai
turun ke pintu atas panggul menyebabkan
penekanan uterus pada vesika urinaria. Keluhan
sering berkemih dapat timbul kembali
(Cuningham, 2006; h. 186)
d) Sistem peencernaan
(1) Trimester 1
Timbulnya rasa tidak nyaman
pada uluh hati disebabkan karena
perubahan posisi lambung dan aliran
asam lambung ke esophagus bagian
bawah. Produksi asam lambung menurun.
Sering terjadi nausea dan juntah karena
(HCG), Tonus otot-otot traktus digestivus juga berkurang. Saliva atau pengeluaran
air liur berlebihan dari biasa. (Jurnal bidan
diah, 2012)
(2) Trimester 2
Seiring dengan pembesaran
uterus, lambung dan usus akan tergeser.
Demikian juga dengan organ lain seperti
appendiks yang akan bergeser ke arah
atas dan lateral. Perubahan lainnya akan
lebih bermakna pada kehamlan trimester
3. (Cuningham, 2006; h. 185)
(3) Trimester 3
Perubahan yang paling nyata
adalah adanya penurunan motilitas otot
polos pada organ digestif dan penurunan
sekresi asam lambung. Tonus sphincer esofagus bagian bawah menurun dan dapat menyebabkan refluks dari lambung
ke esofagus sehingga menimbulkan
keluhan seperti heartburn. Penurunan motilitas usus juga memungkinkan
dapat muncul juga keluhan seperti
konstipasi. Sedangkan mual dapat terjadi
akibar oenurunan asam lambung.
(Prawirohardjo, 2008; h. 187
4. Gejala dan Tanda Bahaya Kehamilan
Menurut Bartini (2012; h. 86-97) dan Cunningham (2014;
h.220-221), Manuaba (2012; h. 227-281), menyebutkan bahwa gejala dan
tanda bahaya kehamilan adalah :
a. Keluhan ringan hamil muda
1) Emesis Gravidarum merupakan keluhan awal yang
disampaikan pada kehamilan muda. Terjadinya karena
perubahan hormonal dan terdapat peningkatan hormone
estrogen, progesterone dan dikeluarkannya human Chorionic Emesis Gravidarum. Gejalanya adalah kepala pusing terutama pada pagi hari disertai mual muntah sampai
kehamilan berumur 4 bulan. Dapat ditangani dengan berobat
jalan.
2) Nyeri pungunggung bawah nyeri punggung ringan akibat
kelelahan, membungkuk, berlebihan mengangkat barang.
Untuk mengurangi rasa nyeri punggung yaitu dengan cara
mengambil sesuatu yang lebih rendah dengan cara
berjongkok terlebih dahulu, member penyangga bantalan di
3) Kram pada kaki atau betis kurangnya asupan nutrisi,
sehingga terdapat perubahan keseimbangan elektrolit
dengan kalium, kalsium, natrium yang menyebabkan
terjadinya perubahan berkelanjutan dalam darah dan cairan
tubuh.
4) Varises merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh
darah vena yang sering dijumpai saat kehamilan disekitar
vulva, vagina, paha, dan terutama pada tungkai bawah.
Kejadian varises pada wanita disebabkan oleh factor bakat
atau keturunan, factor multipara sampai grandemultipara,
terdapat peningkatan hormone estrogen, dan progesterone
selama hamil.
b. Anemia pada kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah anemia akibat kekurangan zat
besi, dan jenis anemia yang pengobatannya mudah dan murah.
c. Kehamilan dengan resiko tinggi
Menegakkan kehamilan dengan resiko tinggi pada ibu dan janin
adalah dengan cara melakukan anamnesa yang intensif (baik).
Melakukan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti
Gambar 2.1 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini (Manuaba, 2010;h.285).
Gagal :
a. Reaksi uterus tidak ada
Berhasil (Persalinan pervaginam) KETUBAN PECAH DINI
Bidan merujuk ke RS/ Puskesmas
Masuk Rumah Sakit : a. Antibiotika
b. Batasi pemeriksaan dalam
c. Pemeriksaan air ketuban, kultur, dan bakteri d. Observasi tanda infeksi dan distress janin
Hamil Premature :
e. Riwayat obstetric buruk
f. Grandemultipara
g. Primigravida usia lanjut
d. Ketuban pecah dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan penyebab terbesar
persalinan premature dengan berbagai akibat. Ketuban pecah ini
adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan
setelah ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan (
Manuaba, 2010;h.281). Menurut Prawirohardjo, 2010; h.677 KPD
adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Sedangkan KPD menurut Mochtar,2012;h.177 mengatakan bahwa
pecahnya ketuban sebelum inpartu :yaitu apabila pembukaan pada
primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
e. Penatalaksaan ketuban pecah dini
1) Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya
kematangan paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan
perkembangan paru yang sehat.
2) Terjadinya infeksi dalam rahim, yaitu koriomnionitis yang
menjadi pemicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan
prematuritas. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan
persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dan
dapat diberikan kostikosteroid, sehingga kematangan paru
janin dapat terjamin.
3) Pada usia kehamilan 24 sampai 32 minggu hingga saat berat
persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat
diselamatkan.
4) Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk
mengukur distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi
air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru.
5) Waktu terminasi pada ibu hamil aterm dapat dianjurkan pada
selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi His
spontan.
(Manuaba, 2010;h.284)
5. Komplikasi kehamilan
a. Menurut Prawirohardjo (2010; h.282-284) komplikasi kehamilan
adalah sebagai berikut :
1) Perdarahan.
2) Preeklamsi.
3) Nyeri hebat di daerah abdominopelvikum.
terbagi menjadi :
a) Trauma abdomen,
b) Preeklamsia.
c) Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan.
d) Bagian-bagian janin sulit teraba.
e) Uterus tegang dan nyeri.
Beberapa gejala lain yang berkaitan dengan gangguan serius
selama kehamilan :
a) Muntah yang berlebihan selama kehamilan.
b) Disuria.
c) Menggigil atau demam.
d) Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya.
e) Uterus lebih besar dari usia kehamilan sesungguhnya.
B. Persalinan
1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan
progresif pada serviks, dan diakhiri kelahiran plasenta. (Varney,
2008; h.672)
Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung
dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat
terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya
sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan
dengan fasilitas yang memadai. (Manuaba, 2009; h.144)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin + uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui
adalah proses pengeluaran janin dan plasenta melalui jalan lahir
yang memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan
dengan fasilitas yang memadai. (2017)
2. Macam-macam persalinan
Menurut Manuaba (2010; h.164) macam-macam persalinan yaitu :
a. Persalinan spontan. Bila persalinan seluruhnya berlangsung
dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan. Bila proses persalinan dengan dengan bantuan
tenaga dan luar.
c. persalinan anjuran (partus presipitatus).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut Mochtar (2011; h.69) faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan adalah :
a. Kekuatan mendorong janin keluar (power) 1) His (Kontraksi uterus)
2) Kontaksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi Diafragma.
b. Faktor jalan lahir (Passager) faktor jalan lahir dibagi menjadi :
1) Bagian keras tulang-tulang panggul (kerangka panggul)
2) Bagian lunak seperti :
a) Otot-otot
c) Ligamen-ligamen
c. Faktor janin (Passanger)
Faktor janin di bagi menjadi :
1) Kepala janin
Bagian paling besar dan keras pada janin adalah kepala janin.
Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalannya
persalinan.
2) Postur janin dalam rahim
Postur janin diantaranya :
a) Sikap yaitu menunjukkan hubungan bagian-bagian janin
dengan sumbu janin, biasanya terhadap punggungnya.
Kepala, tulang punggung dan kaki Janin umumnya
berada pada posisi fleksi serta lengan bersilang di dada.
b) Letak janin adalah bagaimana posisi sumbu janin
terhadap sumbu ibu. sebagi contoh, pada letak lintang,
sumbu janin tegak lurus terhadap sumbu ibu, dan pada
letak membujur, sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu.
Pada letak membujur, terdapat dua kemungkinan, yaitu
bagian terbawah janin adalah kepala, atau mungkin juga
letak yang sungsang.
c) Presentasi digunakan untuk menentukan bagian
depan, atau belakang terhadap sumbu ibu
(maternal-pelvis).
4. Tanda-tanda persalinan
Menurut Manuaba (2010; h.173) tanda inpartu sebagai berikut :
a. His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang
menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek, dan
kekuatannya semakin besar, mempunyai pengaruh terhadap
perubahan serviks, makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin
bertambah.
b. Pengeluaran lendir darah (pembawa tanda). Dengan His
persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan
pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir
yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan
karena kapiler pembuluh darah pecah.
c. Pengeluaran cairan. Terjadinya ketuban pecah yang
menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian ketuban baru pecah
menjelang pembukaan lengkap.
Menurut Maryunani (2016; h. 273) Tanda dan gejala inpartu termasuk :
a. Penipisan dan pembukaan serviks.
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
(Frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
Menurut Mochtar (2011; h. 69) tanda-tanda inpartu sebagai berikut :
a. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat. sering, dan
teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan- robekan kecil pada serviks.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
5. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan menurut Maryunani (2016; h. 268) adalah
sebagai berikut :
a. Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang
mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu.
b. Penyesuaian posisi berupa fleksi, rotasi dari janin.
c. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena
janin tersebut harus menyesuiakan diri dengan ruangan yang
tersedia di dalam panggul.
Menurut Manuaba ( 2010; h. 173) Tahapan persalinan dimulai dari :
a. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan His,
kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturein
masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan
jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap
dapat di perkirakan. Ksaala I di bagi menjadi dua fase yaitu :
2) Fase laten, cirri-ciri laten : dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukan serviks secara
bertahap, berlangsung hingga serviks membuka kurang dari
4 cm, pada umumnya fase laten berlangsung hamper atau
hingga 8 jam, kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih
antara 20-30 detik.
3) Fase aktif, cirri-ciri fase aktif : frekuensi dan lama kontraksi
uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi atau lebih dalam waktu 10
menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), dari
pembukaan 4 sampai dengan pembukaan 10, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1cm/jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada
multipara, terjadi penurunan bagian terbawah janin. Fase
aktif dibagi menjadi 3 fase diantaranya :
a) Fase akselerasi (dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm)
b) Fase dilatasi maksimal (dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm hingga 9 cm)
c) Fase deselerasi (pembukaan terjadi lambat dalam
(Johariyah dan Ningrum, 2012; h.4)
1) Persalinan dengan kala I lama adalah persalinan yang fase
latennya berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju
pembukaannya tidak adekuat atau bervariasi; kurang dari 1 cm
setiap jam selama sekurang-kurangnya 2 jam setelah kemajuan
persalinan; kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan
kurang dari 1,5 per jam pada multipara; lebih dari 12 jam sejak
pembukaan 4 sampai pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per
jam). Insiden ini terjadi pada 5 persen persalinan dan pada
primigravida insidensinya dua kali lebih besar daripada
multigravida (Simkin, 2005; Saifuddin, 2009)
a) Menurut Mochtar (2011), sebab-sebab terjadinya partus
lama yaitu:
(1) Kelainan letak janin
(2) Kelainan-kelainan panggul
(3) Kelainan his
(4) Janin besar atau ada kelainan kongenital
(5) Primitua
b) Kala I lama diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
(1) Fase Laten Memanjang (Prolonged latent phase) Adalah fase pembukaan serviks yang tidak melewati 3
(2) Fase aktif memanjang (Prolonged Active Phase) Adalah fase yang lebih panjang dari 12 jam dengan
pembukaan serviks kurang dari 1,2 cm per jam pada
primigravida dan 6 jam rata-rata 2,5 jam dengan laju dilatasi serviks kurang dari 1,5 cm per jam pada
multigravida (Oxorn, 2010)
Menurut Mochtar (2011) tanda klinis kala I lama terjadi pada ibu dan juga pada
janin meliputi:
(1) Pada ibu Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,
pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai
edema vulva, edema serviks, cairan ketuban yang berbau, terdapat
mekonium.
(2) Pada janin, denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif;
air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau. Kaput
suksedaneum yang besar, moulage kepala yang hebat, kematian janin
dalam kandungan, dan kematian janin intra partal.
b. Gejala utama Kala II
1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan
durasi 50 sampai 100 detik.
2) Menjelang akhir kala I, Ketuban pecah dan di tandai dengan
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap di ikuti
dengan keinginan mengejan, karena terletaknya pleksus
Frankenhauser.
4) Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga terjadi kepala menbuka pintu, suboksiput
bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, hidung, muka dan kepala seluruhnya.
5) Kepala lahir seluruhnya dan di ikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala terhadap punggung.
6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi di
tolong dengan jalan : Kepala di pegang pada os oksiput dan di
bawah dagu, di tarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu
belakang, setelah bahu kedua bahu lahir, ketika dikait untuk
melahirkan sisa badan bayi, bayi baru lahir diikuti oleh sisa air
ketuban.
7) Lamanya kala II untuk primigravida 50 Menit dan Multigravida
30 menit.
c. kala III Kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai dengan 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta pada
lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Pelepasan
plasenta dapat di lihat dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai
berikiut : Uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, karena
bertambah panjang, terjadi perdarahan. Melahirkan plasenta di
lakukan dengan dorongan ringan secara crede pada fundus uteri.
d. Kala IV melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang di lakukan
meliputi tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital
meliputi : Tekanan darah, nadi, pernafasan ,kontraksi uterus dan
perdarahan. Perdarahan masih dianggap normal jika jumlahnya
tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
6. Komplikasi dalam persalinan
a. Komplikasi pada kala satu dan kala dua dalam persalinan. Menurut
Varney (2008;h.780-802) adalah sebagai berikut :
1) Riwayat seksio caesaria sebelumnya
2) Persalinan atau kelahiran prematur
Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai pada
awal usia kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu ke 37.
Penatalaksanaan pada persalinan prematur didasarkan pada
pertama kali dengan mengidentifikasi wanita yang beresiko
mengalami ini.
3) Amnionitis dan karioamnionitis
Varney (2008;h.792) mengatakan amnionitis adalah
inflamasi kantong dan cairan amnion. Korio amnionitis adalah
inflamasi korion selain infeksi cairan amnion dan kantong
a) Fasilitas kesehatan
b) Induksi oksitosin atau augmentasi untuk memperpendek
fase laten dalam persalinan.
c) Hidrasi dengan cairan intravena
d) Pemantauan tanda–tanda vital setiap jam e) Pelaporan kedokter pediatrik
4) Prolaps tali pusat
Tindakan berikut dilakukan jika terjadi prolaps tali pusat
menurut Varney (2008;h.795) adalah :
a) Tempatkan seluruh tangan anda kedalam vagina wanita
dan pegang bagian presentasi janin keatas sehingga tidak
menyentuh tali pusat dipintu atas panggul.
b) Jangan mencoba mengubah letak tali pusat pada kondisi
apapun.
c) Segera panggil bantuan dan panggil dokter atau segera
rujuk ke fasilitas yang memadai.
5) Disporposi sefalopelvik
Adalah disporposi antara ukuran janin dan ukuran pelvis,
yaitu ukuran pelvis tidak cukup besar untuk
mengakomondasikan keluarnya janin (varney, 2008;h.797).
Indikasi kemungkinan disporposisefalopelvik
b) Tipe dankarakteristik khususnya tubuh wanita secara
umum
c) Riwayat fraktur pelvis
d) Pelvia platiperoid
e) Maltipresentasi atau malposisi (Varney, 2008;h.797).
6) Difungsi uterus
a) Disfungsi uterus hipotonik. Tanda dan gejala difungsi
uterus
hipotonis menurut Varney (2008;h.799) adalah sebagai
berikut:
(1) Kontraksi saat ini tidak nyeri sekali, kemajuan
persalinan berhenti.
(2) Komplikasi uterus tidak adekuat, durasi singkat dan
intensitas ringan.
(3) Tidak ada kemajuan dilatasi servik atau penurunan
janin.
7) Disfungsi uterus hipertonik.
Tanda dan gejala disfungsi uterus hipertonik menurut
Vaney (2008;h.799) adalah sebagai berikut :
a) Kontraksi terasa sangat nyeri selama priode
persalinan dan keparahan kontraksi saat palpasi.
b) Kontraksi sering dan tonisisitas tidak teratur.
b. Komplikasi pada kala tiga persalinan.
1) Plasenta tertinggal
Plasenta tertinggal adalah plasenta yang belum
terlepas dan mengakibatkan perdarahan tidak terlihat.
Manajemen untuk kasus ini adalah dengan menual plasenta
(Varney.2008;h.831).
2) Perdarahan kala tiga
3) Retensio plasenta
Adalah plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit
setelah bayi lahir. Manajemen untuk kasusu ini adalah dengan
manual plasenta dan segera merujuk ibu ke fasilitas kesehatan
yang memadai.
4) Inversio uterus
Adalah keadaan uterus benar–benar membaik dari bagian dalam keluar sehingga bagian dalam fundus menonjol
keluar melalui orifisum servik, turun dan masuk kedalam
introitus vagina, dan menonjol keluar melewati vulva (Varney,
2007;h.833).
c. Komplikasi pada kala empat persalinan
1) Perdarahan post partum
a) Definisi
Definisi perdarahan adalah kehilangan darah secara
pervagina tanpa komplikasi adalah lebih dari 500 ml
(Varney, 2007;h.841).
b) Faktor predisposisi
(1) Distensi berlebihan pada uterus.
(2) Induksi oksitosin atau augmentasi.
(3) Persalinan cepat atau presipitatus.
(4) Kala satu atau kala dua yang memanjang.
(5) Grande multipara
(6) Riwayat antonia uteri.
7. Langkah-langkah persalinan normal
a. Menurut APN (2008) langkah-langkah persalinan normal ada 58
langkah, sebagai berikut:
1) Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala
dua, seperti sebagai berikut:
a) Adanya keinginan untuk meneran.
b) Tekanan pada rektum dan vagina.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk sfiksia: tempat datar
dank keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu
a) Menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi dan
ganjal bahu bayi.
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai di dalam partus set.
3) Memakai celemek plastik.
4) Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5) Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam.
6) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik memakai sarung
tangan DTT dan steril.
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hai-hati
dari depan ke belakang, dengan menggunakan kapas atau kasa
yang sudah dibasahi air DTT.
a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi
tinja, bersihkan dengan seksama. Mengganti sarung tangan
jika terkontaminasi.
b) Membuang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi)
dalam wadah yang tersedia.
c) Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
8) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10) Memeriksa denyut jantung janin untuk memastikan DJJ setelah
kontrasksi dalam batas normal(120-160 x/menit).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu memposisikan diri dengan nyaman dan
sesuai dengan keinginannya.Menunggu hingga timbul rasa ingin
meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu
dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada.
12) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk
13) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila
ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu
ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman).
14) Melaksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran:
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman.
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e) Mengajurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
f) Menganjurkan makan minum.
g) Menilai DJJ tiap kontraksi uterus selesai
h) Segera merujuk jika bayi belum atau tidak akan segera
lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida)
atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
15) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
16) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut
ibu, jika kepala bayi telah membka vulva dengan diameter 5-6
cm.
17) Meletakkan kain bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
18) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
19) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
20) Setelah tampak kepala bayi membuka vulva dengan diameter
5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi
untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat
dan dangkal.
21) Memeriksa kemungkinan lilitan tali pusat dan mengambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan meneruskan segera
proses kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di
dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut
22) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
23) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, menempatkan
kedua tangan di masng-masing sisi muka bayi menganjurkan
ibu untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul
dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut gerakkan
kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu belakang.
24) Setelah kedua bahu dilahirkan, menggeserkan tangan kearah
perineum ibu untuk menyangga kepala bayi. Lengan dan siku
sebelah bawah. Gunakan tagan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
25) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusuri tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua
mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
26) Melakukan penilaian selintas. Bila bayi mengalami asfiksia
lakukan resusitasi.
27) Mengeringkan dan memposisikan tubuh bayi diatas perut ibu.
a) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian
tubuh lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian
tangan.
b) Mengganti handuk basah dengan handuk yang kering.
28) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi
lain dalam uterus (hamil tunggal).
29) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan menyuntikkan
oksitosin (agar uterus berkontraksi baik).
30) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin
10 unit (IM) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
31) Dengan menggunakan klem, menjepit tali pusat (2 menit setelah
bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar bayi. Dari sisi luar klem
penjepit, dorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan lakukan
penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
32) Memotong dan pengikatan tali pusat.
a) Dengan satu tangan, mengangkat tali pusat yang telah
dijepit kemudian lkukan pengguntingan, tali pusat (lindungi
perut bayi) diantara 2 klem tersebut
b) Mengikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu
sisi kemudian lingkarkan kembali 1 benang ke sisi
berlawanan dan lalkukan ikatan kedua menggunakan
simpul kunci
c) Melepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
33) Mempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.
bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada
perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari putting susu ibu.
34) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
35) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
36) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat.
37) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah
belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion
uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak
berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi putting susu.
38) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan
tali pusat
c) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
d) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
e) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
f) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
g) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir
h) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
39) Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan. Jika selaput
ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal.
40) Segera setelah plassenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
yang diperlukan jika uterus tidaak berkontraksi setelah 15 detik
melakukan rangsangan taktil/masase.
41) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu mupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta
ke dalam kantung plastik atau tempat yang sudah disediakan.
42) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila leserasi menyebabkan perdarahan.
43) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
44) Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit bayi-ibu (di dada
ibu paling sedikit 1 jam).
a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Bayi cukup
menyusui dari 1 payudara
b) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu
45) Melakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg IM di paha kiri
anterolateral setelah jam kontak kulit ibu-bayi.
46) Memberikan suntikan imunisaasi Hepatitis B (setelah 1 jam
pemberian vitamin K1) di paha kanan anterolateral.
a) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewktu-waktu
b) Letakkan kembali bayi pada dada bu bila bayi belum
berhasil menyusu di dalam 1 jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu
47) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascpersalinan
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri
48) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
49) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
50) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pascapersalinan.
a) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2
jam pertama pascapersalinan
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal
51) Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernapas denga baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal
52) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi.
53) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai.
54) Membersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
55) Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi makan dan minum.
56) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
57) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tisu atau
handuk yang bersih.
58) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV.
8. Langkah-langkah persalinan SC
a. Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus
yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006)
b. Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai
berikut:
1). CPD (Chepalo Pelvik Disproportion) Chepalo Pelvik
Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang
yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan
yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami.
Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga
panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang
panggul menjadi abnormal
2) PEB (Pre-Eklamsi Berat) Pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa
dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3) KPD (Ketuban Pecah Dini) Ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu,
sedangkan di bawah 36 minggu.
4) Bayi Kembar tidak selamanya bayi kembar dilahirkan
secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki
resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga
sulit untuk dilahirkan secara normal.
5) Faktor Hambatan Jalan Lahir adanya gangguan pada jalan
lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
6) Kelainan Letak Janin
kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah bagian terbawah adalah puncak
kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang
paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala
bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan
dasar panggul.
b) Presentasi muka letak kepala tengadah (defleksi),
sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah
ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi posisi kepala antara fleksi dan defleksi,
dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling
depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
d) Letak Sungsang letak sungsang merupakan keadaan
dimana janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang,
yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan
7) Perawatan awal
a) Perawatan awal
(1) Letakan pasien dalam posisi pemulihan
(2) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15
menit selama 1 jam pertama, kemudian tiap 30
menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran
tiap 15 menit sampai sadar
(3) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
(4) Transfusi jika diperlukan
(5) Jika tanda vital dan hematokrit turun walau
diberikan transfusi, segera kembalikan ke kamar
bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca
bedah
b) Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman
dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10
jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c) Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
(1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam
(2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita
sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar
(3) Hari kedua post operasi, penderita dapat
didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya.
(4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah
menjadi posisi setengah duduk (semifowler)
(5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari,
pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari,
belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri
pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
d) Fungsi gastrointestinal
(1) Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
(2) Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul
(3) Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan
padat
(4) Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa
minum dengan baik
e) Perawatan fungsi kandung kemih
(1) Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah
pembedahan atau sesudah semalam
(2) Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang
(3) Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan
kateter terpasang sampai minimum 7 hari atau urin
jernih.
(4) Jika sudah tidak memakai antibiotika berikan
nirofurantoin 100 mg per oral per hari sampai
kateter dilepas
(5) Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa
nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi
involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih
lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita.
f) Pembalutan dan perawatan luka
(1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau
keluar cairan tidak terlalu banyak jangan
mengganti pembalut
(2) Jika pembalut agak kendor , jangan ganti
pembalut, tapi beri plester untuk mengencangkan
(3) Ganti pembalut dengan cara steril
(4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
(5) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah
abdomen, angkat jahitan kulit dilakukan pada hari
g) Jika masih terdapat perdarahan
(1) Lakukan masase uterus
(2) Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V.
(garam fisiologik atau RL) 60 tetes/menit, ergometrin
0,2 mg I.M. dan prostaglandin
h) Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika
kombinasi sampai pasien bebas demam selama 48
jam :
(1) Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
(2) Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V.
setiap 8 jam
(3) Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam
i) Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
(1) Pemberian analgesia sesudah bedah sangat
penting
(2) Supositoria ketopropen sup 2x/ 24 jam
(3) Oral tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
(4) Injeksi penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam
j) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum
penderita dapat diberikan caboransia seperti neurobian
I vit. C
k) Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan
(1) Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi
kemungkinan komplikasi berupa perdarahan dan
hematoma pada daerah operasi
(2) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk
mencegah terjadinya hematoma.
(3) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler
(berbaring dengan lutut ditekuk) agar diding
abdomen tidak tegang.
(4) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau
menangis.
(5) Lakukan perawatan luka untuk mencegah
terjadiny infeksi
(6) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang
yang berat.
(7) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan
kegiatan yang dapat menaikkan tekanan intra
(8) Pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran
nafas, karena bila terjadi obstruksi kemungkinan
terjadi gangguan ventilasi yang mungkin
disebab-kan karena pengaruh obat-obatan, anestetik,
narkotik dan karena tekanan diafragma. Selain
itu juga penting untuk mempertahankan sirkulasi
dengan mewaspadai terjadinya hipotensi dan
aritmia kardiak. Oleh karena itu perlu memantau
TTV setiap 10-15 menit dan kesadaran selama 2
jam dan 4 jam sekali.
(9) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan
fisik berupa nyeri dan kenya-manan psikologis
juga perlu dikaji sehingga perlu adanya orientasi
dan bimbingan kegi-atan post op seperti ambulasi
dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya
pengaruh anestesi.
(10) Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan
ulang tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas.
Jadwal pengukuran jumlah produksi urin Berikan
infus dengan jelas, singkat dan terinci bila
dijumpai adanya penyimpangan
(11) Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai
Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio
caesaria. Tes laboratorium/diagnostik sesuai
indikasi. Pemberian oksitosin sesuai indikasi.
Tanda vital per protokol ruangan pemulihan,
Persiapan kulit pembedahan abdomen,
Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter
fole
9. Tujuan asuhan persalinan
Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi
ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintregasidan lengkap
serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Limaaspek dasar
atau disebut lima benang merah dirasa sangat penting dalam
memberikanasuhan persalinan dan kelahiran bayi yang aman dan
bersih antara lain : membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan
sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan (rekam medik), dan
rujukan (Sumarah, 2008;h.10).
10. Rencana asuhan persalinan
a. Asuhan kala I
1) Memberikan dukungan emosional, dan psikososial
2) Mengatur posisi, dengan miring kiri
4) Mempersiapkan ruangan untuk bersalin dan kelahiran bayi
5) Mempersiapkan perlengkapan, bahan–bahan, obat–obatan bila diperlukan
6) Mempersiapkan rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
7) Melakukan pencegahan infeksi
8) Persiapan persalinan (Sarwono, 2010; h.N-8)
b. Asuhan kala II
1) Memantau tanda dan gejala kala II
2) Memberikan dukungan emosional dan psikososial
3) Pemenuhan nutrisi dan cairan sebagai cadangan energi
4) Melakuakan pencegahan infeksi
5) Mengatur posisi ibu : jongkok, menungging, tidur miring,
setengah duduk.
6) Menjaga kandung kemih tetap kosong (Sarwono, 2010;h.
N-15)
c. Asuhan sayang ibu pada pasca bersalin
1) Menganjurkan ibu berada didekat bayi, untuk meningkatkan
hubungan ibu dan bayi.
2) Memotifasi ibu untuk memberikan asi eksklusif selama 6 bulan
3) Menganjurkan ibu untuk pemenuhan nutrisi, dan istirahat yang
cukup.
4) Memberi tahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas (Sarwono,
11. Asuhan sayang ibu bersalin
a. Memberikan dukungan emosional.
Dukungan dan anjurkan suami atau keluarga untuk menemani saat
proses bersalin dan kelahiran.
b. Membantu mengatur posisi.
Membantu mengatur posisi yang nyaman pada ibu.
c. Keleluasan ke kamar mandi secara teratur.
Meganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya. Jika
ketuban belum pecah dan belum ada pembukaan ibu boleh
berjalan ke kamar mandi, jika ketuban sudah pecah di anjurkan
kepada keluarga untuk mengambilkan pispot dan buang air kecil di
pispot saja.
b. Memberi cairan nutrisi.
Anjurkan ibu untuk makan dan minum selama persalinan dan
kelahiran bayi. Anjurkan keluarga untuk menawarkan ibu minum
sesering mungkin dan makanan ringan selama persalinan.
c. Pencegahan infeksi
Menjaga lingkungan yang bersih merupakan hal penting dalam
mewujudkan kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu dan
C. BAYI BARU LAHIR (BBL)
1. Pengertian Bayi baru lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat lahir antara 2500 – 4000 gram.(Prawirohardjo, 2005 dalam sondakh, 2013; h.150)Bayi baru
lahir merupakan individu yang sedang tumbuh dan baru saja
mengalami trauma kehamilan serta dapat melakukan penyesuaian
diri dari kehidupan-kehidupan intauterin ke kehidupan ekstrauterin
(Dewi, 2011).Bayi baru lahir normal adalah bayi yang cukup bulan,
38 – 42 minggu dengan berat badan sekitar 2500 – 3000 gram dan panjang badan sekitar 50 – 55 cm. (Prawirohardjo, 2005 dalam sondakh, 2013; h.150)
2. Fisiologis bayi baru lahir
Menurut Prawirohardjo 2005 dalam Sondakh (2013; h. 150) Bayi
baru lahir di katakan normal jika :
a) Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.
b) Panjang badan bayi 48-50 cm.
c) Lingkar dada bayi 32-34 cm.
d) Lingkar kepala bayi 33-35 cm.
e) Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/ menit, kemudian
f) Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/
menit di sertai pernafasan cuping hidung, retrasi suprasternal
dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10 – 15 menit. g) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup terbentuk dan di lapisi serviks kaseosa.
h) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh dengan
baik.
i) Kuku telah agak panjang dan lemas.
j) Genetalia Testis sudah turun (Pada bayi laki laki) dan labia
mayora telah menetupi labia minora (Pada bayi perempuan).
k) Refleks hisap, menelan dan moro telah terbentuk.
l) Eliminasi, urin dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam
pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan
lengket.
3. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir
Adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus
menurut Sondakh ( 2013; h. 150-157) adalah sebagai berikut :
a. Adaptasi Pernafasan
1) Pernafsan awal dipicu oleh faktor fisik , sensorik, dan
kimia .
3) Faktor – faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi cahaya, suara, dan penurunan suhu.
4) Faktor – faktor kimia, meliputi perubahan dalam darah (misalnya, penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar
karbondioksida, dan penurunan Ph) sebagai akibat
asfiksia sementara selama kelahiran .
a) Frekuensi pernafasan bayi bayi baru lahir berkisar
30 – 60 kali / menit.
b) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk
dan muntah , terutama selama 12 – 18 jam pertama. c) Bayi baru lahir lazimnya bernafas melalui hidung .
Respon refleks terhadap obstruksi nasal dan
membuka mulut untuk empeertahankan jalan nafas
tidak ada pada sebagian besar bayi normal terjadi
dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran .
Pernafasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal
sistem saraf pusat. Perifer yang dibantu oleh
beberapa rangsangan lainnya. Semua ini
menyebabkan perangsangan pusat pernafasan
dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut
untuk menggerakkan diafragma , serta otot – otot pernafasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada
paru – paru kehilangan 1/ 3 dari cairan yang terdapat didalamnya , sehingga tersisa 80 – 100 ml Setelah bayi lahir , cairan yang hilang tersebut akan
diganti dengan udara.
b. Adaptasi kardiovaskuler
Menurut sondakh, (2013:h.151-152) adaptasi kardiovaskuler
pada bayi baru lahir yaitu :
1) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir.
Beberapa perubahan terjadi dengan cepat, dan sebagian
lagi terjadi seiring dengan waktu.
2) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis
(Pada tangan, kaki, dan sekitar mulut).
3) Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan
100 kali/menit saat tidur.
4) Rata- rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan
bervariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.
Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan
terjadi peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan
karbon dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi pembuluh
darah dari artteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan
ductus arteriosus tertutup. Setelah tali pusat dipotong, aliran