i
MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)
TERINTEGRASI DENGAN RAGAM BIMBINGAN PRIBADI
DAN BELAJAR UNTUK PESERTA DIDIK KELAS V B SDN
TEGALREJO II YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Dwi Kristiana
NIM : 081134118
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO
Mau lari kemanapun, menjerit sekeras apapun,
meminta belas kasihan dan pertolongan siapapun,
tetap saja pertolongan hanya datang dari Allah SWT semata,
bukan dari selain Nya.
Raihlah cita melebihi tingginya langit angkasa, buanglah
putus asa dibalik kegagalan untuk menyemaikan gempita
cita yang tak akan lari menjauhi kita karena kesuksesan
terbuka lebar dengan sebuah kesabaran. Kesuksesan akan
selalu di depan mata di setiap insan yang terus berusaha.
v
Halaman persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk Tuhan YME
Kedua orang tua Bapak Sukarno dan Ibu Mulyani
Kakak dan adik-adikku
viii
ABSTRAK
Kristiana, Dwi. (2012). Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran PKn Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Pribadi dan Belajar untuk Peserta Didik Kelas V B SDN Tegalrejo II Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif yang berawal dari keprihatianan dosen peneliti akan kebutuhan guru terhadap model perangkat pembelajaran PKn yang terintegrasi ragam bimbingan pribadi dan belajar. Berdasarkan kebutuhan tersebut maka peneliti tertarik untuk membuat model perangkat pembelajaran PKn yang terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar. Metode yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan yang mengadaptasi model Dick and Carey dengan modifikasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar. Subyek penelitian ini adalah satu guru wali kelas dan 31 peserta didik kelas V B SDN Tegalrejo II Yogyakarta. Kelayakan model ini dapat diketahui dengan melakukan uji penilaian dari ahli bidang studi PKn, ahli Bimbingan Konseling, dan ahli pengembangan perangkat pembelajaran. Hasil penilaian yang dilakukan oleh ketiga ahli terhadap model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi ragam bimbingan pribadi dan belajar mengacu pada kriteria Patokan Acuan Penilaian I (PAP I).
Hasil akumulasi penilaian kedua dari ahli bidang studi, ahli BK, dan ahli pengembangan terhadap model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi memperoleh prosentase 85,7% dengan kategori layak. Hasil akumulasi penilaian kedua dari ahli bidang studi dan ahli BK terhadap model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan ragam bimbingan belajar memperoleh prosentase 86,9% dengan kategori layak. Jadi, berdasarkan hasil penilaian tersebut, model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar layak digunakan guru kelas V B SDN Tegalarejo II untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang pengajar dan pembimbing. Model perangkat pembelajaran yang peneliti kembangkan juga diharapkan dapat membantu peserta didik teliti dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas.
ix
ABSTRACT
Kristiana, Dwi. (2012). Model of “PKn” Learning Device Development Integrated with Variety of Learning and Personal Guidance for the student of VB Class , SDN Tegalrejo II, Yogyakarta. Study Program of Elementary School Teacher Education, Faculty of Teacher and Science of Education, Sanata Dharma, Yogyakarata.
This is a collaborative research originating from the concern of lecturer researcher to the needs of teacher on Model of “PKn” Learning Device Development Integrated with Variety of Learning and Personal Guidance. Based on those needs, researcher was interested in making the model of PKn learning device integrated with the variety of Learning and Personal Guidance. The method used in this research was research and development adapting the model which was created by Dick and Carey and was added with some modifications.
The purpose of this research is to identify the feasibility of Model of “PKn” Learning Device Development Integrated with Variety of Learning and Personal Guidance. The subjects of research were one class representative teacher and 31 students in the class of VB, SDN (State Elementary School) Tegalrejo II, Yogyakarta. The feasibility of this model could be found through the assessment of the experts majoring in the field of PKn, Counselling and Guidance, and learning device development. The results of assessment performed by those three experts to the Model of PKn Learning Device Development Integrated with Variety of Learning and Personal Guidance referring to the standard criterion of Assessment Reference (PAP I).
The second accumulated results from the experts of study field, and that of Counseling and Guidance to the Model of “PKn” Learning Device Development Integrated with Variety of Learning and Personal Guidance obtained the percentage amounting to 85,7% by the category of feasible. The results of second accumulation from the expert of study field and that of Counseling and Guidance to the PKn Learning Device Development Integarated with Variety of Learning got the percentage of 86,9% included in the category of feasible. So, based on those assessment results, the Model of PKn Learning Device Development Integrated with Variety of Learning and Personal Guidance was feasible to be applied by the teacher in VB Class, SDN Tegalrejo II in fulfilling his duties as a educator and guidance. The model of learning device developed by the researcher was also expected could help in making students careful and timely in doing their tasks.
x
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat Nya yang senantiasa membimbing sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Model Perangkat Pembelajaran PKn Terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan sosial untuk peserta didik kelas V B SDN Tegalrejo II dapat selesai dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terwujud. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam proses penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Elga Andriana, S.Psi., M.Ed. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum dosen pembimbing I yang telah membimbing dan mendorong untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu AG. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A dosen pembimbing II yang
telah mendukung dan membimbing dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat selesai.
6. Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum dosen penguji ketiga terima kasih atas masukan yang diberikan.
7. Para validator yang telah membantu proses penilaian pada penelitian ini. 8. Bapak Rawan kepala sekolah SDN Tegalrejo II, atas izin yang diberikan
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
2.1.1. Perangkat Pembelajaran ... 7
2.1.1.1. Silabus ... 8
2.1.1.2. RPP ... 9
2.1.1.3. Materi Ajar ... 11
2.2. Bimbingan dalan Konteks Pendidikan ... ` 12
xiii
2.2.2. Tujuan Bimbingan ... 13
2.2.3. Landasan Bimbingan di Tinggkat Sekolah Dasar ... 14
2.2.4. Ragam Bimbingan ... 14
2.3. Ciri, Tugas Perkembangan dan Permasalahan-Permasalahan Peserta Didik Usia 9-12 Tahun ... 19
2.4. Peran Guru Sekolah Dasar ... 25
2.5. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 26
2.6. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29
2.7. Kerangka Berpikir ... 30
BAB III METODE PENELITIAN... 33
3.1. Jenis Penelitian ... 33
3.2. Model Pengembangan ... 35
3.3. Desain Pengembangan ... 37
3.4. Prosedur Pengembangan... 37
3.5. Subjek Penelitian ... 41
3.6. Jenis Data ... 41
3.7. Instrumen Pengumpulan Data ... 41
3.8. Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1. Deskripsi Data Hasil Analisis Kebutuhan ... 48
4.2. Hasil Penilaian Ahli ... 53
4.3. Kelayakan Model Perangkat Pembelajaran PKn Terintegrasi Dengan Ragam Bimbingan Pribadi ... 64
4.4 Kelayakan Model Perangkat Pembelajaran PKn Terintegrasi Dengan Ragam Bimbingan Belajar ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
5.1. Kesimpulan ... 68
5.2. Keterbatasan Penelitian ... 68
5.3. Saran ... 69
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1. Contoh Rancangan Kegiatan Bimbingan ... 30
Tabel 3.1. Pedoman Daftar Wawancara Guru Kelas V B SDN Tegalrejo II ... 42
Tabel 3.2. Pedoman Daftar Pengamatan saat Pelajaran PKn Kelas V B SDN Tegalrejo II ... 42
Tabel 3.3. Pedoman Ungkap Kebutuhan Peserta Didik Kelas V B SDN Tegalrejo II ... 43
Tabel 3.4. Pedoman Penilaian Ahli Bidang Studi ... 44
Tabel 3.5. Pedoman Penilaian Ahli Bimbingan Konseling ... 45
Tabel 3.6. Pedoman Penilaian Ahli PengembanganPerangkat Pembelajaran ... 45
Tabel 3.7. Kreteria Revisi Model Pengembangan ... 47
Tabel 3.8. Patokan Acuan Penilaian ... 47
Tabel 4.1. Hasil Wawancara Wali Kelas V B ... 49
Tabel 4.2. Hasil Observasi Proses Pembelajaran PKn ... 50
Tabel 4.3. Hasil Penyebaran AUK di Kelas V B ... 52
Tabel 4.5. Deskripsi Ahli ... 53
Tabel 4.6. Hasil Akumulasi Penilaian Pertama Model Perangkat PembelajaranPKn Terintegrasi Ragam Bimbingan Pribadi ... 55
Tabel 4.7. Hasil Akumulasi Penilaian Kedua Model Perangkat Pembelajaran PKn Terintegrasi Ragam Bimbingan Pribadi .... 58
Tabel 4.8. Hasil Akumulasi Penilaian Penilaian Model Perangkat Pembelajaran PKn Terintegrasi Ragam Bimbingan Belajar ... 60
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Alur Kerangka Berpikir ... 31
Gambar 3.1. Langkah-langkah dalam Penelitian dan Pengembangan ... 34
Gambar 3.2. Modifikasi Prosedur Pengembangan Dick & Carey ... 38
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 72 Lampiran 2. Rekapitulasi AUK ... 73 Lampiran 3. Rekapitulasi Penilaian Ahli ... 77 Lampiran 4. Model Perangkat Pembelajaran Terintegrasi
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini diuraikan (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian,
(4) spesifikasi produk, (5) definisi operasional, serta (6) kontribusi penelitian.
1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kolaboratif yang dilakukan oleh dosen dan
mahasiswa sebagai anggota penelitian. Penelitian kolaboratif ini diawali dari
keprihatinan dosen akan kurangnya guru Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar,
sehingga guru kelas dituntut memiliki kemampuan untuk mengajar dan memberikan
layanan bimbingan. Pada kenyataannya guru SD belum memiliki kemampuan untuk
memberikan layanan bimbingan karena keterbatasan waktu dan kurangnya
pengetahuan guru SD tentang bimbingan. Oleh karena itu, guru kelas membutuhkan
model perangkat pembelajaran yang terintegrasi dengan ragam bimbingan. Model
perangkat pembelajaran tersebut diharapkan dapat membantu guru melaksanakan
tugas sebagai pengajar dan pembimbing. Hal tersebut seperti yang dinyatakan dalam
Surat Keputusan Menpan RI No.84 tahun 1993 (Barus, 2010: 2) bahwa tugas utama
guru SD selain mengajar, ditambah dengan melaksanakan bimbingan yang bertujuan
untuk membantu tugas perkembangan peserta didik.
Peneliti menindaklanjuti keprihatinan dosen tersebut dengan melakukan analisis
kebutuhan melalui wawancara, observasi dan menyebarkan Alat Ungkap Kebutuhan
(AUK). Peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas V B di SDN Tegalrejo II
untuk mengetahui perangkat pembelajaran yang dibutuhkan guru dalam membantu
tugas perkembangan peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti
mengetahui bahwa guru kelas V B SDN Tegalrejo II belum mempunyai perangkat
pembelajaran yang terintegrasi dengan ragam bimbingan. Guru kelas V B juga
menyatakan bahwa perilaku yang dapat menghambat tugas perkembangan peserta
didik antara lain: peserta didik tidak tepat waktu dalam mengerjakan atau
mengumpulkan tugas, sering terburu-buru dalam mengerjakan tugas dan cenderung
tidak memperhatikan penjelasan atau perintah dari guru. Perilaku-perilaku tersebut
sering muncul pada mata pelajaran PKn.
Peneliti memperkuat data wawancara dengan melakukan observasi di kelas V B
saat pelajaran PKn berlangsung. Selama melakukan observasi peneliti mengamati
perilaku peserta didik. Perilaku peserta didik yang sering muncul adalah tidak dapat
menjawab pertanyaan dengan tepat dikarenakan tidak memperhatikan penjelasan
guru. Hal tersebut menunjukan bahwa peserta didik mengalami masalah dalam hal
ketelitian yang berkaitan dengan aspek pribadi. Perilaku lain adalah peserta didik
mengumpulkan tugas tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh guru. Hal
tersebut menunjukan bahwa peserta didik mengalami masalah dalam hal tepat waktu
yang berkaitan dengan aspek belajar.
Peneliti memperkuat hasil wawancara dan observasi dengan menyebarkan Alat
Ungkap Kebutuhan (AUK). AUK bertujuan untuk mengetahui kebutuhan peserta
didik kelas V B. Hasil AUK menunjukan bahwa peserta didik tidak teliti dalam
mengerjakan tugas. Selain itu, peserta didik juga tidak tepat waktu dalam
mengerjakan atau mengumpulkan tugas. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan
Tegalrejo II mengalami masalah pada aspek pribadi dan aspek belajar, sehingga
peserta didik membutuhkan ragam bimbingan pribadi dan ragam bimbingan belajar.
Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menurut Widyastuti dan Subagya
(2008: 7) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara
yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban dirinya yang
beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, dan suku bangsa untuk menjadi
warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan pengertian tersebut, dengan mempelajari
PKn, peserta didik dapat mengembangkan dirinya untuk dapat cinta tanah air,
disiplin, rela berkorban, bertanggung jawab dan hidup rukun.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk membuat suatu model
perangkat pembelajaran yang terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan
belajar untuk membantu guru PKn dalam memenuhi kebutuhan peserta didik kelas V
B SDN Tegalrejo II. Peneliti menggunakan model penelitian dan pengembangan atau
Research and Development (R&D). Oleh karena itu, skripsi ini berjudul “Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Pribadi dan Belajar untuk Peserta Didik SDN
1.2RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan dibahasa melalui penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1.2.1 Bagaimana kelayakan model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan
ragam bimbingan pribadi untuk peserta didik kelas V B SDN Tegalrejo II?
1.2.2 Bagaimana kelayakan model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan
ragam bimbingan belajar untuk peserta didik kelas V B SDN Tegalrejo II?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.3.1 Mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi
dengan ragam bimbingan pribadi untuk peserta didik kelas V B SDN
Tegalrejo II.
1.3.2 Mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran PKn terintegerasi
dengan ragam bimbingan belajar untuk peserta didik kelas V B SDN
Tegalrejo II.
1.4 SPESIFIKASI PRODUK
Hasil akhir dalam penelitian ini berupa:
1.4.1 Model Perangkat pembelajaran PKn yang terintegrasi dengan ragam
bimbingan pribadi terdiri dari: konsep pengintegrasian perangkat
pembelajaran, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
1.4.2 Model Perangkat pembelajaran PKn yang terintegrasi dengan ragam
bimbingan belajar terdiri dari: konsep pengintegrasian perangkat
pembelajaran, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
Handout/ Materi ajar.
1.5 DEFINISI OPERASIONAL
Agar tidak menimbulkan pertanyaan atau salah tafsiran mengenai istilah yang
dikemukakan maka perlu adanya definisi operasional, sebagai berikut:
1.5.1 Perangkat Pembelajaran adalah seperangkat alat yang mendukung kegiatan
atau proses pembelajaran seperti konsep pengintegrasian perangkat
pembelajaran, silabus, RPP dan materi ajar.
1.5.2 Pendidikan Kewarganegaraan adalah upaya pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang agar dapat menjalankan perannya sebagai
warga negara dengan baik.
1.5.3 Bimbingan pribadi adalah bimbingan yang diberikan untuk membantu peserta
didik guna mengatur dirinya sendiri agar dapat bertanggung jawab, teliti, tidak
mudah putus asa dan sebagainya.
1.5.4 Bimbingan belajar adalah bimbingan yang diberikan kepada peserta didik
guna menghadapi masalah-masalah belajar, kesulitan belajar dan cara belajar
efektif, seperti tidak tepat waktu, tidak senang pelajaran PKn, tidak
mengerjakan tugas dan lain-lain.
1.5.5 Perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi
adalah pengabungan antara indikator mata pelajaran PKn dengan indikator
1.5.6 Perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan ragam bimbingan belajar
adalah pengabungan antara indikator mata pelajaran PKn dengan indikator
bimbingan belajar yang tergabung dalam tujuan pembelajaran.
1.6. KONTRIBUSI PENELITIAN
Penelitian ini memiliki kontribusi bagi beberapa pihak sebagai berikut:
1.6.1 Bagi Program Studi (Prodi)
Prodi memiliki gambaran kebutuhan guru mengenai perangkat pembelajaran
terintegrasi dengan ragam bimbingan yang dapat membantu peserta didik
mencapai tugas perkembangan sesuai, sehingga Prodi mampu membekali
mahasiswa PGSD dalam menghadapi masalah seperti yang ditemukan di
lapangan.
1.6.2 Bagi guru
Penelitian ini membantu guru SD memiliki contoh-contoh desain perangkat
pembelajaran PKn terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar.
1.6.3 Bagi Peneliti
Peneliti sebagai calon guru SD memiliki pengalaman dalam menyusun
perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi
dan belajar.
1.6.4 Bagi peserta didik
Peserta didik dapat belajar PKn sekaligus terbantu dalam menjalankan tugas
perkembangan pribadi dalam hal ketelitian dan tugas perkembangan belajar
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Peneliti memaparkan beberapa hal tentang landasan teori yang akan
dipergunakan dalam penelitian ini, yang meliputi: (1) kajian teori, (2) bimbingan
dalam konteks pendidikan, (3) ciri, tugas perkembangan dan permasalahan
perkembangan peserta didik usia 9-12 tahun, (4) peran guru sekolah dasar,
(5) mata pelajaran PKn, (6) hasil penelitian yang relevan dan (7) kerangka
berpikir.
2.1 KAJIAN TEORI
2.1.1 Perangkat Pembelajaran
Menurut Siregar dan Nara (2010: 13) berpendapat bahwa “Perangkat pembelajaran merupakan seperangkat usaha yang dilakukan secara sengaja,
terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu
sebelum proses dilaksanakan”. Pengertian senada dikemukakan oleh Trianto (2010: 214) yang menyatakan bahwa “Perangkat yang dipergunakan dalam proses
pembelajaran disebut dengan perangkat pembelajaran”. Berdasarkan pendapat
beberapa ahli tersebut perangkat pembelajaran merupakan seperangkat alat yang
mendukung kegiatan atau proses pembelajaran seperti konsep pengintegrasian
perangkat pembelajaran, silabus, RPP dan materi ajar.
Ibrahim (Trianto, 2009: 201) mengemukakan “Perangkat pembelajaran yang
diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja peserta didik (LK),
instrumen evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), media pembelajaran, serta
materi ajar”. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini
terdiri dari konsep pengintegrasian, silabus, RPP dan bahan ajar/ handout.
2.1.1.1. Silabus
Yulaelawati (2004: 39) mendefinisikan pengertian silabus yaitu
seperangkat rencana sampai tahap penilaian pembelajaran yang disusun secara
sistematis dengan memuat komponen-komponen pembelajaran yang saling
berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar. Umumnya suatu silabus
paling sedikit harus mencakup unsur-unsur: (a) tujuan mata pelajaran yang akan
diajarkan, (b) keterampilan yang diperlukan agar peserta didik dapat menguasai
mata pelajaran tersebut dengan baik, (c) aktivitas dan sumber-sumber belajar
pendukung keberhasilan pengajaran, (d) berbagai teknik evaluasi yang digunakan.
Prinsip-prinsip pengembangan silabus:
a. Sistematis
Komponen-komponen dalam silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
b. Konsisten
Adanya hubungan yang ajek antara kompetensi dasar, indikator, materi
pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan penilaian.
c. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan
penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
Langkah-langkah pengembangan silabus: (a) penulisan identitas mata
pelajaran, (b) penentuan standar kompetensi, (c) penentuan kompetensi dasar,
(f) penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator, (g) penjabaran indikator ke
dalam instrumen penilaian, (h) penentuan alokasi waktu, (i) penentuan sumber
belajar.
Komponen-komponen silabus yang dinilai oleh ahli bidang studi adalah
kelengkapan unsur-unsur silabus, kesesuaian antara Setandar Kompetensi (SK),
Kompetensi Dasar (KD), Indikator, kualitas perumusan pengalaman
pembelajaran, kesesuaian pengalaman belajar dengan indikator. Ahli BK adalah
kesesuaian antara SK, KD materi pelajaran dan esensi bimbingan, kualitas
perumusan pengalaman belajar, kesesuaian pengalaman belajar dengan esensi
bimbingan. Unsur penilaian silabus oleh ahli pengembangan adalah kelengkapan
unsur-unsur silabus, kesesuaian antara SK, KD dan indikator, kualitas perumusan
pengalaman belajar, kesesuaian pengalaman belajar dengan indikator.
2.1.1.2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Trianto (2009: 214) mengemukakan bahwa RPP adalah rencana yang
mengambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam
silabus. Komponen-komponen penting yang ada dalam RPP meliputi: standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, strategi
pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan, langkah-langkah kegiatan
pembelajaran, serta evaluasi.
Kegiatan pembelajaran yang ada dalam RPP meliputi kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir. Menurut Rusman (2010: 11) kegiatan inti dalam
RPP menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
konfirmasi. Eksplorasi merupakan kegiatan untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru. Elaborasi adalah penggarapan secara
tekun dan cermat. Sedangkan yang dimaksud dengan konfirmasi adalah
pembenaran, penegasan dan pengesahan.
Tim penyusun Buku Pedoman Pengajaran Mikro (2008: 46) sebuah RPP dikatakan baik bila telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut (a) komponen
lengkap dan logis urutannya, (b) pemilihan materi ajar sesuai dengan KD,
indikator dan tujuan, (c) langkah-langkah pembelajaran mencerminkan model atau
metode yang digunakan, (d) langkah-langkah pembelajaran meliputi kegiatan
awal, inti, dan akhir, (e) langkah-langkah pembelajaran menekankan pada
pengalaman peserta didik, (f) terdapat alokasi waktu pada setiap tahap,
(g) penilaian sesuai dengan indikator yang akan dicapai, (h) media dan sumber
belajar sesuai dengan indikator yang akan dicapai.
Komponen RPP yang dinilai oleh Ahli bidang studi adalah kelengkapan
unsur-unsur RPP, kesesuaian antara Setandar Kompetensi (SK), Kompetensi
Dasar (KD) dan indikator dan tujuan, kesesuaian pemilihan model pembelajaran
dengan materi pembelajaran, rumusan kegiatan pembelajarannya mencerminkan
kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, Kolaborasi, kegiatan pembelajaran bervariasi,
pengaturan alokasi waktu tiap kegiatan pembelajaran proporsional, tingkat
kesesuaian indikator dan item penilaian yang bersifat autentik, jumlah sumber
belajar memadai, ketepatan pemilihan media pembelajaran, penggunaan bahasa
Indonesia dan tata tulis baku. Komponen RPP yang dinilai ahli BK yaitu
kesesuaian antara SK, KD, indikator, tujuan dan nilai bimbingan, konsistensi
kegiatan pembelajaran mencerminkan bimbingan, tingkat kesesuaian indikator
dan item penilaian yang bersifat reflektif, penggunaan bahasa Indonesia dan tata
tulis baku. Komponen RPP yang dinilai ahli pengembangan yaitu kelengkapan
unsur-unsur RPP, kesesuaian antara SK, KD, indikator dan tujuan, rumusan
kegiatan pembelajaran mencerminkan kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, Kolaborasi,
pengaturan alokasi waktu tiap kegiatan pembelajaran proporsional, penggunaan
ragam teknik penilaian (penilaian bersifat autentik), tingkat kecukupan sumber
belajar yang digunakan, ketepatan pemilihan media pembelajaran, penggunaan
bahasa dan tata tulis baku.
2.1.1.3Materi Ajar
Menurut Sanjaya (2008: 140) dalam materi ajar berisi tentang: (a) tujuan
yang harus dicapai. Biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik sehingga
keberhasilannya dapat diukur, (b) materi ajar harus memuat fakta, konsep dan
prosedur, (c) kegiatan belajar, berisi tentang materi yang harus dipelajari oleh
peserta didik, (d) rangkuman materi yakni garis-garis besar materi pelajaran
secara urut, (e) tugas dan latihan harus meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
Komponen-komponen materi ajar yang dinilai oleh ahli bidang studi
yaitu kesesuaian materi ajar dengan kegiatan yang dilakukan, materi sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, materi memuat fakta, konsep,
prosedur, pengorganisasian materi sistematis dan logis, bahasa yang digunakan
komunikatif. Komponen-komponen materi ajar yang dinilai oleh ahli BK yaitu
materi ajar mencerminkan esensi bimbingan, materi ajar memuat aspek kognisi,
bahasa yang digunakan komunikatif. Aspek materi ajar yang dinilai oleh ahli
pengembangan yaitu kesesuaian isi materi ajar dengan kegiatan yang akan
dilakukan, materi sesuai dengan indikator pembelajaran yang akan dicapai, materi
memuat fakta, konsep, prosedur, pengorganisasian materi sistematis dan logis.
2.2 BIMBINGAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN
2.2.1 Pengertian Bimbingan
Winkel (1987: 17) menjelaskan bahwa “Bimbingan berarti pemberian
bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam membuat
pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap
tuntutan-tuntutan hidup”. Bantuan itu bersifat psikologi dan tidak berupa pertolongan finansial, medis dan lain sebagainya. Hal tersebut didukung oleh
pendapat Jones (Singgih, 1980: 22) yang menjelaskan bahwa bimbingan
merupakan pemberian bantuan oleh seseorang kepada seorang yang lain dalam
menetukan pilihan, penyesuaian dan pemecahan permasalahan. Bimbingan
menurut Koestoer (1985: 27) memiliki dua pengertian. Pengertian yang pertama
ialah pelayanan bantuan yang diberikan kepada murid oleh pembimbing,
kemudian pengertian yang kedua adalah salah satu metode dalam pelayanan
pertolongan tersebut.
Pengertian lain dikemukakan oleh Tohirin (2007: 20) yang menyatakan
bahwa “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada
individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan
mempergunakan berbagi bahan, meliputi interaksi dan pemberian nasehat serta
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
bimbingan adalah pemberian bantuan dari seseorang yang ahli kepada orang lain
atau peserta didik yang mengalami masalah sehingga dapat mengatasi
permasalahan yang muncul dalam tugas perkembangan individu dan membantu
untuk memecahkan atau mengatasi masalah peserta didik.
2.2.2Tujuan Bimbingan
Furqon (2005: 18) menyatakan bahwa tujuan bimbingan adalah
tercapainya tugas-tugas perkembangan peserta didik sekolah dasar. Hal senada
dinyatakan Depdikbud (Furqon, 2005: 19) bahwa tujuan layanan bimbingan di
sekolah dasar adalah untuk membantu peserta didik agar dapat memenuhi
tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek pribadi-sosial, pendidikan dan karier
sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Pengertian lain dikemukakan oleh Marsudi (2003: 34) yang menyatakan
agar klien mampu mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi
yang dimiliki sehingga mampu mengatasi masalahnya sendiri dengan
kemampuannya sendiri. Pengertian lain dikemukakan oleh Singgih (1980: 25)
adalah memberikan bantuan kepada peserta didik supaya mencapai:
(a) kebahagiaan hidup pribadi, (b) kehidupan yang efektif dan produktif,
(c) kesanggupan hidup dengan orang lain, (d) keserasian antara cita-cita anak
didik dengan kemampuan yang dimilikinya. Tujuan bimbingan menurut Tohirin
(2008: 35) membantu tercapainya perkembangan optimal pada individu yang
dibimbingnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
tugas-tugas perkembangan setiap individu, agar setiap individu dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan tugas perkembangannya. Berdasarkan tujuan
bimbingan di atas, peneliti ingin mengetahui landasan bimbingan di sekolah dasar.
2.2.3 Landasan Bimbingan di Tingkat Sekolah Dasar
Layanan bimbingan di sekolah menurut PP no. 28 tahun 1990, Bab X pasal
25 ayat 1 (Furqon, 2005: 2) adalah bantuan yang diberikan kepada peserta didik
dalam upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa
depan. Berdasarkan pedoman bimbingan dan penyuluhan peserta didik di sekolah
dasar tahun 1995/1996, layanan bimbingan konseling bertujuan agar para peserta
didik dapat mewujudkan diri sebagai pribadi yang mandiri, bertanggung jawab,
pelajar kreatif dan pekerja produktif. Oleh karena itu, Departemen Pendidikan
Nasional (Barus, 2011: 1) menegaskan bahwa harus ada perubahan paradigma
dalam pendekatan BK di sekolah, yaitu dari pelayanan tradisional yang
menekankan pada penanganan remedial-kuratif dan berpusat pada konselor
menuju ke arah pelayanan yang lebih berorientasi pada perkembangan dan
preventif. Berdasarkan penjabaran di atas maka ragam bimbingan dibagi menjadi
beberapa bagian, yang akan dijabarkan pada poin berikut ini.
2.2.4 Ragam Bimbingan
Ragam bimbingan dibagi menjadi empat bimbingan yaitu:
a. Bimbingan pribadi
Menurut Marsudi (2010: 89) bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu
peserta didik mengenal, menemukan dan mengembangkan pribadi yang teliti,
bertanggung jawab, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, mandiri, serta
bimbingan pribadi adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing agar
dapat tercapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi, dalam mewujudkan tugas
perkembangan pribadi yang mampu bersikap teliti dalam menentukan pilihan dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik. Berdasarkan pendapat para
ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi adalah bantuan
yang diberikan kepada peserta didik untuk mengatasi permasalahan pribadi
peserta didik guna mengatur dirinya sendiri agar dapat bertanggung jawab, teliti,
tidak mudah putus asa dan sebagainya.
Bimbingan pribadi bertujuan membantu peserta didik mengatasi masalah
pribadi, seperti malas untuk belajar, kurang percaya diri, kurang bertanggung
jawab, tidak teliti, tidak bersemangat, kurang konsentrasi, kurang berhati-hati dan
mudah putus asa. Beberapa tugas perkembangan pribadi menurut Brown dan
Trusty (Barus, 2010: 14) adalah sebagai berikut: (1) pemahaman tehadap dirinya
sendiri yang meliputi kesadaran menyangkut kelebihan-kelebihan,
kelemahan-kelemahan, minat-minat, gambaran tubuh, perbedaan-perbedaan dan kesamaan-
kesamaan dengan orang lain. (2) Penghargaan terhadap diri sendiri, pandangan
positif tentang diri sendiri, penerimaan diri. (3) Mengembangkan rasa percaya
diri, berani tampil, berlatih mengungkapkan gagasan sendiri. (4) Membiasakan
bersikap dan berperilaku jujur, santun, rendah hati, menaati norma-norma.
(5) Berlatih mengembangkan perilaku bertanggung jawab, teliti dan konsekuen.
(6) Berlatih mengatur mengelola keperluan diri sendiri, perawatan diri dan
a. Bimbingan Sosial
Menurut Marsudi (2010: 91) menyatakan bahwa bimbingan sosial adalah
membantu peserta didik dalam kaitannya dengan lingkungan dan etika pergaulan
sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab sosial. Hal tersebut
didukung oleh Tohrin (2007: 127) berpendapat bahwa bimbingan sosial adalah
bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial seperti
pergaulan, penyelesaian masalah konflik, penyesuaian diri dengan lingkungan.
Bimbingan sosial bertujuan membantu peserta didik mengatasi masalah
sosial, seperti peserta didik tidak dapat bekerja dalam kelompok. Beberapa tugas
perkembangan sosial menurut Brown dan Trusty (Barus, 2010: 15) adalah sebagai
berikut: (1) Belajar membangun hubungan dengan teman sebaya dan belajar
sabar. (2) Mengembangkan toleransi terhadap orang lain dan sikap-sikap positif
terhadap kelompok dengan berbagai kompetensi.
b. Bimbingan Belajar
Menurut Marsudi (2010: 90) bimbingan belajar adalah membantu peserta
didik mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap kebiasaan belajar
yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan program
belajar dalam rangka menyiapkannya dan melanjutkan pendidikan ketingkat yang
lebih tinggi dan berperan serta dalam kehidupan masyarakat. Hal senada
dinyatakan oleh Winkel (1991: 125) bahwa bimbingan belajar adalah bantuan
dalam menemukan cara belajar yang tepat seperti tekun belajar, tepat waktu dalam
mengumpulkan, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi
kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di
bahwa bimbingan belajar adalah bimbingan yang diberikan kepada peserta didik
guna menghadapi masalah-masalah belajar, kesulitan belajar dan cara belajar
efektif, seperti tidak tepat waktu, tidak senang pelajaran PKn, tidak mengerjakan
tugas dan lain-lain.
Hal tersebut didukung oleh Singgih (1980: 48) yang menyatakan
bimbingan belajar memiliki tujuan memecahkan persoalan yang berhubungan
dengan masalah belajar peserta didik baik di dalam sekolah maupun di luar
sekolah dalam hal: (1) Mencarikan cara belajar yang efektif bagi seorang anak
atau sekelompok anak, (2) menunjukan cara-cara mempelajari sesuatu dan
menggunakan buku pelajaran, (3) memberikan saran dan petunjuk bagaimana
memanfaatkan perpustakaan, (4) membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri
untuk ulangan tiba-tiba atau ulangan harian dan ujian, (5) memilih suatu pelajaran
(mayor atau minor) sesuai dengan minat, bakat kepandaian,angan-angan dan
kondisi kesehatan atau fisiknya, (6) menujukan cara-cara menghadapi kesulitan
dalam mata pelajran tertentu, (7) menentukan pembagian waktu dan perencanaan
jadwal pelajaran, (8) memilih pelajaran tambahan, baik yang berhubungan dengan
pelajaran di sekolah maupun untuk pengembangan bakat anak sendiri.
Peserta didik dapat menyesuaikan diri dalam situasi belajar secara optimal
sesuai dengan kemampuannya dengan bimbingan belajar. Oleh karena itu, peserta
didik dapat mencapai tugas perkembangan belajar sebagai berikut: berkemampuan
membaca, menulis, berhitung sesuai dengan tuntutan kurikulum, keterampilan
mendengarkan, keterampilan mengikuti petunjuk atau instruksi, keterampilan
mengorganisasi aktivitas belajar, tugas-tugas sekolah dan kegiatan lainnya,
ketrampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari seperti keterampilan
mengelola waktu.
c. Bimbingan karier
Menurut Achmad (2006: 35) bimbingan karier adalah bantuan yang
diberikan peserta didik dalam perencanaan, pengembangan dan penyelesaian
masalah-masalah karier. Pengertian lain dikemukakan oleh Tohrin (2007: 134)
bahwa bimbingan karier adalah membantu peserta didik dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah-masalah yang menyangkut karier tertentu. Berdasarkan
pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan, bahwa bimbingan karier
merupakan upaya bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan
memahami dirinya, dan mengembangkan masa depannya.
Tugas perkembangan karier menurut Brown dan Trusty (Barus, 2010: 14)
adalah sebagai berikut: (1) Berlatih dan membiasakan diri dalam melakukan
pekerjaan sehari-hari. (2) Belajar menghargai makna bekerja.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli maka peneliti dapat
menyimpulkan ragam bimbingan dibagi menjadi empat yaitu bimbingan pribadi,
bimbingan belajar, bimbingan sosial, dan bimbingan karier. Pada penelitian ini
hanya akan berfokus pada bimbingan pribadi dan belajar, seperti yang akan
dijabarkan di bawah ini bimbingan tersebut dapat dilaksanakan dengan layanan
bimbingan klasikal.
2.2.5 Layanan Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal seringkali disebut dengan bimbingan kelompok,
seperti yang diungkapkan oleh Achmad (2006: 45) mengatakan bahwa bimbingan
kelompok baik dalam kelompok besar (13-20 orang) atau kelas (20-40 orang)
berupa penyampaian informasi, atau membahas masalah pendidikan, pekerjaan,
pribadi dan sosial. Sedangkan Winkel (1997: 128) menyatakan bilamana peserta
didik yang dilayani lebih dari satu orang, maka digunakan istilah bimbingan
kelompok, entah kelompok itu kecil, agak besar, atau sangat besar.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa
bimbingan klasikal sering disebut juga dengan bimbingan kelompok dan
bimbingan klasikal bertujuan untuk membahas masalah pendidikan, pekerjaan,
pribadi dan sosial peserta didik. Layanan bimbingan yang dijelaskan di atas
dirancang sesuai dengan tugas perkembangan peserta didik kelas V, seperti yang
dijabarkan di bawah ini.
2.3 CIRI, TUGAS PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA 9-12 TAHUN.
2.3.1 Ciri-ciri anak usia 9 sampai 12 tahuan
Menurut Hurlok (1980: 146) ciri-ciri akhir masa kanak-kanak dibagi
menjadi tiga label sebagai berikut:
1). Label yang digunakan oleh orang tua
Masa dimana peserta didik tidak mudah lagi menuruti perintah dan dimana
peserta didik lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya dari pada orang
tua dan anggota keluarga lain, suatu masa peserta didik cenderung tidak
memperdulikan dan ceroboh dalam berpenampilan dan kamarnya, usia bertengkar
suatu masa dimana banyak terjadi pertengkaran antara keluarga dan suasana
2). Label yang digunakan oleh para pendidik
Peserta didik memasuki masa sekolah dasar dan masa ini peserta didik
mempelajari keterampilan penting, baik keterampilan intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler, peserta didik pada periode ini sebagai periode kritis dalam
pilihan-pilihan dan dorongan berprestasi, suatu periode atau masa dimana peserta
didik membentuk kebiasaan kesuksesan, ketidaksuksesan, atau sangat sukses,
sekali terbentuk kebiasaan untuk bekerja cenderung akan besifat menetap sampai
dewasa.
3). Label yang digunakan ahli psikologi
Akhir masa kanak-kanak merupakan usia berkelompok dimana perhatian
peserta didik tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai
anggota kelompok, masa ini juga disebut periode usia penyesuaian diri dimana
peserta didik ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam
hal penampilan, berbicara dan perilaku, periode usia kreatif dimana akan
ditentukan apakah peserta didik menjadi komfromis atau pencipta karya yang baru dan orisinal, periode usia bermain karena luasnya minat dan kegiatan bermain dan
bukan karena banyaknya waktu untuk bermain.
Menurut Izzaty (2008: 103) ciri-ciri masa kanak-kanak adalah sebagai
berikut: Masa kelas tinggi sekolah dasar yang berlangsung antara usia 9/10 tahun
samapai usia 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6 sekolah
dasar termasuk dalam masa kanak-kanak akhir. Ciri-ciri masa kanak-kanak akhir
khususnya masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar menurut Izzaty (2008: 116)
sebagai berikut:(1) perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari, (2)
khusus, (4) anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya disekolah, (5) anak suka membantu kelompok sebaya atau peergroup
untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
2.3.2 Tugas Perkembangan Peserta Didik usia 9-12 tahun
Tugas perkembangan masa akhir kanak-kanak menurut Havigust (Huclok,
1980: 10) adalah sebagai berikut: (1) mempelajari keterampilan fisik,
(2) membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang
sedang tumbuh, (3) belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya, (4) mulai
mengembangkan peran sosial sebagai wanita atau pria, (5) mengembangkan
pengertian-pengertian yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
(6) mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai, (7) mengembangkan sikap
terhadap kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga sosial, (9) mencapai
kebebasan pribadi.
Pendapat Havigust merupakan sejumlah tugas perkembangan secara
umum, sedangkan tugas perkembangan yang ada pada layanan BK di Sekolah
Dasar dirinci oleh Brown dan Trusty (Barus, 2010: 14) sebagai berikut:
mengembangkan konsep diri dengan berbagai kompetensi yang meliputi: (a)
pemahaman terhadap dirinya sendiri yang meliputi kesadaran menyangkut
kelebihan-kelebihan, kelemahan-kelemahan, minat-minat, gambaran tubuh,
perbedaan-perbedaan, dan kesamaan-kesamaan dengan orang lain, (b)
penghargaan terhadap diri sendiri, pandangan positif tentang diri sendiri,
penerimaan diri, (c) mengembangkan rasa percaya diri, berani tampil, berlatih
Belajar membangun hubungan dengan teman sebaya dan belajar sabar
meliputi: (a) keterampilan komunikasi, (b) keterampilan bergaul,
(c) keterampilan mengelola rasa takut, (d) keterampilan menolak dan ketegasan,
(e) keterampilan bekerja sama. Mengembangkan toleransi terhadap orang lain
dan sikap-sikap positif terhadap kelompok dengan berbagai kompetensi, seperti:
(a) mempelajari peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan sesuai dengan
harapan masyarakat, (b) toleransi terhadap perbedaan budaya, suku, ras dan
agama, (c) menghargai dan menghormati gagasan orang lain. Belajar
mengembangkan sikap/berperilaku sesuai dengan peran jenis (sex role), yang
meliputi: (a) mempelajari peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan sesuai
harapan masyarakat, (b) mengenal berbagai macam pilihan karier bagi laki-laki
dan perempuan, (c) mengetahui perkembangan seksualitas seumurnya dan
berperilaku sehat terhadap seksnya.
Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar bersekolah atau
akademik, seperti: (a) berkemampuan membaca, menulis, berhitung sesuai dengan
tuntutan kurikulum, (b) keterampilan mendengarkan, (c) keterampilan mengikuti
petunjuk/instruksi, (d) keterampilan mengorganisasi aktivitas belajar, tugas-tugas
sekolah dan kegiatan lainnya, (e) keterampilan belajar yang efektif,
(f) keterampilan menghadapi ulangan-ulangan atau tes. Mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang perlu dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
(a) berlatih membiasakan diri dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, (b) belajar
menghargai makna bekerja, mengelola waktu, hidup hemat dan produktif,
(c) berlatih mengambil keputusan-keputusan sederhana, (d) belajar berperilaku
Mengembangkan kata hati, moralitas dan nilai-nilai sebagai pedoman
berperilaku, seperti: (a) membiasakan bersikap dan berperilaku jujur, santun,
rendah hati, mentaati norma-norma, (b) memahami dan mampu mengenali
perilaku baik dan buruk, perbuatan salah dan benar, (c) berlatih mengembangkan
perilaku bertanggung jawab dan konsekuen. Belajar mengembangkan pribadi
mandiri, yaitu: (a) berlatih mengatur mengelola keperluan diri sendiri, perawatan
diri dan kegiatan pribadi, (b) belajar menyusun dan melaksanakan rencana,
pilihan-pilihan dan prioritas sendiri, (c) mengembangkan daya tahan terhadap
tekanan-tekanan kelompok sebaya.
Pada usia tertentu, peserta didik mempunyai tugas perkembangan yang
berbeda, namun seringkali peserta didik gagal mencapai tugas perkembangannya.
Hal tersebut dikarenakan peserta didik mempunyai masalah-masalah yang
menghambat tercapainya tugas perkembangan tersebut.
2.3.3 Permasalahan Peserta Didik usia 9 sampai 12
Kowitz (Furqon, 2005: 45-47) memperinci permasalahan yang dihadapi
anak-anak SD sebagai berikut:
1). Masalah Pribadi
Permasalahan pribadi anak-anak usia SD terutama berkenaan dengan
kemampuan intelektual, kondisi fisik, kesehatan dan kebiasaan-kebiasaannya.
Munculnya gejala perilaku malas untuk belajar, malas datang ke sekolah,
ketergantungan, kurang percaya diri, kurang memiliki inisiatif, kurang
2). Masalah Penyesuaian Sosial
Peserta didik belajar bukan hanya dari guru, tetapi juga dari
teman-temannya, dan bukan hanya kemampuan kognitif yang ia pelajari itu melainkan
termasuk kemampuan sosialpun dipelajarinya. Permasalahan sosial yang dialami
peserta didik dengan temannya: perasaan rendah diri, ketergantungan pada kawan,
iri hati, cemburu, curiga, persaingan, perkelahian, permusuhan, terbentuknya klik
dan lain-lain. Permasalahan sosial yang dialami peserta didik dengan guru: peserta
didik tidak menyenangi guru, tergantung pada guru, tidak ada gairah belajar atau
masalah lain yang berhubungan dengan kedisiplinan.
3). Masalah Akademik (Belajar)
Masalah akademik dapat ditemui oleh seluruh peserta didik di setiap kelas
dan setiap mata pelajaran atau bidang studi. Permasalahannya dapat berupa: tidak
dikuasainya kemampuan atau materi yang ditargetkan sebagai tujuan pengajaran
hal ini dapat disebabkan kesalahan dalam cara belajar, kurang motivasi belajar,
sikap tidak senang terhadap mata pelajaran tersebut, sikap malas mengulang
pelajaran dirumah, sikap yang tidak tepat waktu dalam mengerjakan tugas,
kurangnya fasilitas dan dukungan orang tua, atau karena kesalahan-kesalahan cara
mengajar guru.
Penelitian ini hanya akan berfokus pada ragam bimbingan pribadi dan
belajar dikarenakan permasalahan yang ditemukan di lapangan pada peserta didik
adalah masalah pribadi dan masalah belajar. Oleh karena itu, untuk mengatasi
permasalahan peserta didik yang muncul, guru SD diharapkan memiliki
kemampuan untuk membimbing.
2.4 PERAN GURU SEKOLAH DASAR
Menurut Furqon (2005: 60) peranan pembimbing yang ditampilkan guru
dalam proses belajar, mengajar, merupakan satu wujud pelaksanaan jabatan
fungsional guru yang berarti tugas guru di sekolah bukan hanya menyampaikan
materi pelajaran, menerapkan metode mengajar dan menilai proses belajar
mengajar, melainkan harus menyesuaikan diri dengan karakteristik pesera didik
dan suasana belajar peserta didik (Surat Keputusan Bersama Mendikbud dan
Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun 1993). Guru SD
memiliki peranan ganda yaitu sebagai guru mata pelajaran dan sebagai
pembimbing. Menurut Sanjaya (2006: 25) tugas guru sebagai pembimbing adalah
membimbing peserta didik agar dapat menemukan berbagi potensi yang
dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing peserta didik agar dapat
mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan
ketercapaiannya itu peserta didik dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu
yang ideal.
Banyaknya guru yang tidak mempunyai kemampuan atau keterampilan
dalam memberikan bimbingan dan banyaknya tugas yang harus dilaksanakan oleh
guru, sehingga guru sulit untuk memberikan bimbingan kepada peserta didik.
Oleh karena itu, guru membutuhkan perangkat pembelajaran yang terintegrasi
dengan ragam bimbingan. Pada penelitian ini peneliti ingin mengintegrasikan
mata pelajaran PKn dengan ragam bimbingan pribadi dan ragam bimbingan
2.5 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
2.5.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Widyastuti dan
Subagya (2008: 7) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban
dirinya yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia dan suku
bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan
berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Aryani (2002: 7)
menyebutkan konsep Kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan
pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia
dan suku bangsa, untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil,
dan berkarakter, sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pengertian lain diungkapkan oleh Chamin (Aryani, 2003: 9) menyatakan
bahwa pendidikan kewarganegaraan (civic education) bagi bangsa Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap mental, nilai-nilai dan perilaku yang
menjunjung tinggi demokrasi, sehingga terwujud warga masyarakat yang
demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna
mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2005: 262) pendidikan adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, sedangkan Kewarganegaraan
adalah hal yang berhubungan dengan warga Negara; keanggotaan sebagai warga
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan
pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah upaya pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang agar dapat menjalankan perannya sebagai
warga Negara dengan baik.
2.5.2 Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarga Negaraan
Rumusan tujuan pendidikan Kewarganegaraan menurut Wahab dan
Sapriya (2011: 314) menyatakan bahwa pada hakikatnya mengarahkan warga
Negara pada tantangan kehidupan di era globalisasi, warga Negara diharapkan
menjadi warga Negara yang cerdas, mampu berpikir kritis, memiliki komitmen
dan mampu melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara serta pergaulan internasional.
Tujuan mata pelajaran PKn sebagaimana telah diungkapkan Widiyastuti
(2008: 7) sebagai berikut: (1) berfikir secara kritis, rasional dan kretif dalam
menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara bermutu dan
bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta anti korupsi, (3) berkembang secara positif dan
demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat
Indonesia, agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya,
(4) berintegrasi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung, dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Hal tersebut juga didukung oleh Wiharyanto (2007: 5) yang menyatakan
umum dan tujuan secara khusus. Tujuan kewarganegaraan secara umum adalah
membawa peserta didik untuk menjadi ilmuwan dan professional yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis dan keberadaban; dan menjadi
warga Negara yang memiliki daya saing; berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam
membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai pancasila.
2.5.3 Ruang Lingkup Mata Pelajaran PKn
Menurut Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) ruang lingkup
mata pelajaran PKn pada semester 2 terdiri dari dua standar kompetensi yang
dikembangkan:
Standar Kompetensi: 3. Memahami kebebasan berorganisasi
Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan pengertian organisasi.
3.2 Menyebutkan contoh organisasi yang ada di sekolah
dan masyarakat.
3.3 Menampilkan peran serta dalam memilih organisasi di
sekolah.
Standar Kompetensi : 4. Menghargai keputusan bersama.
Kompetensi Dasar :4.1 Menghargai bentuk-bentuk keputusan bersama.
2.6 HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Peneliti menemukan satu penelitian yang relevan dan menemukan
kumpulan modul pengembangan diri yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti.
2.6.1 Penelitian yang Relevan
“Pengembangan Perangkat Pembelajaran PKn Melalui Model Problem
Based Learning Berbasis ICT Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Peserta didik Kelas VIII”. Penelitian ini menggunakan model pengembangan Thiagarajan yang terdiri dari 4 tahap yaitu Define, Design, Develop dan Disseminate. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi RPP, Bahan Ajar Peserta
didik, LKS, CD interaktif Pembelajaran dan Lembar Penilaian Peserta didik
(LPS). Kelima perangkat tersebut disusun dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ICT, hal ini dimaksudkan untuk membuat pembelajaran PKn menjadi menarik.
2.6.2 Modul Pengembangan Diri yang Relevan
Kumpulan modul karya Barus dan Hastuti (2011) yang berjudul Kumpulan Modul Pengembangan Diri Sarana Implementasi Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar, dalam buku tersebut pengarang merancang suatu program bimbingan yang beberapa diantaranya diintegrasikan dengan mata
pelajaran Agama dan PKn. Berikut contoh salah satu rancangan kegiatan
Tabel 2.1
Peserta didik dapat lebih memaknai arti dari minta maaf
4 Kompetensi Dasar
Peserta didik dapat mengakui kesalahan yang telah dilakukan dan berani minta maaf
5 Indikator 5.1 Peserta didik mampu membuktikan bahwa minta maaf adalah cermin kejujuran dan keberanian
5.2 Peserta didik mampu mengakui kesalahan yang telah dilakukan
5.3 Peserta didik mampu menunjukkan contoh perbuatan yang menggambarkan bahwa mengakui kesalahan adalah salah satu cara menyelesaikan masalah dengan damai
6 Metode Ceramah, tanya jawab, mendengarkan cerita dan menonton film
7 Waktu 2 X 40 menit 8 Alat Handout dan laptop
9 Sumber 9.1 Lincoln Erik dan Amalee Irfan, (2008). 12 Nilai Dasar Perdamaian. Bandung: Pelangi Mizan
9.2 Http://www.youtube.com/watch?v=GM6bblM S4348&feature=related
10 Sasaran Layanan
Peserta didik SD kelas 3-6 (integrasi dengan PKn/Agama)
Berdasarkan inspirasi dari kedua peneliti itu, maka dalam penelitian ini
peneliti akan mengembangkan model perangkat pembelajaran yang berupa
Silabus, RPP dan materi ajar yang diintegrasikan dengan ragam bimbingan
pribadi dan bimbingan belajar, langkah awal yang dimulai oleh peneliti adalah
melakukan wawancara dengan guru, observasi dan menyebarkan AUK pada
peserta didik kelas V B untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan peserta
didik dan memutuskan bimbingan apa yang harus diberikan kepada peserta didik.
2.7 KERANGKA BERPIKIR
Guru sekolah dasar selain memiliki tugas utama mengajar juga
memberikan layanan bimbingan. Kedua tugas guru tersebut membantu peserta
mencapai tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Bimbingan dapat
terintegrasi dengan pembelajaran PKn karena pada dasarnya pendidikan dan
bimbingan merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. UU No. 20 Tahun
2003, PP No.19 Tahun 2005dan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 (Barus,
2011:1) menegaskan bahwa bimbingan merupakan kesatuan dalam system
pendidikan sekolah.
Berdasarkan paparan di atas, maka guru membutuhkan perangkat
pembelajaran yang terintegrasi dengan ragam bimbingan agar dapat digunakan
untuk mengajar dan membimbing peserta didik sehingga tugas perkembangan
peserta didik dapat tercapai secara optimal. Pelaksanaan pembelajaran yang
terintegrasi dengan layanan bimbingan dapat dilaksanakan secara klasikal. Setiap
mata pelajaran pada dasarnya mempunyai nilai-nilai yang dapat digunakan untuk
membantu peserta didik mencapai tugas perkembangan mereka, termasuk mata
pelajaran PKn. Berawal dari tugas guru dan kebutuhan guru tersebut, maka dapat
dikembangkan sebuah model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan
ragam bimbingan pribadi dan belajar. Secara singkat, kebutuhan guru dan peserta
didik tersebut dapat digambarkan seperti bagan berikut ini:
Gambar 2.1 Alur kerangka berpikir
Proses pengintegrasian perangkat pembelajaran dengan ragam bimbingan
diawali dengan mengkaji kurikulum dari mata pelajaran yaitu Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang akan diajarkan. Kompetensi dasar mata
pelajaran PKn dirinci ke dalam indikator mata pelajaran dengan materi “Organisasi”. Indikator mata pelajaran yang disusun, kemudian digabungkan
dengan indikator esensi bimbingan. Penggabungan indikator tersebut
menghasilkan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta
didik. Tujuan pembelajaran disusun agar dapat membantu peserta didik
menguasai mata pelajaran PKn, sekaligus membantu peserta didik mencapai tugas
perkembangannya secara optimal. Sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran
tersebut adalah kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran disusun
berdasarkan tujuan pembelajaran dan tugas perkembangan peserta didik yang
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini akan memaparkan: (1) jenis penelitian, (2) model pengembangan,
(3) desain pengembangan, (4) prosedur pengembangan, (5) desain produk,
(6) subyek penelitian, (7) jenis data, (8) instrumen pengumpulan data, dan (9) teknik
analisis data.
3.1 JENIS PENELITIAN
Menurut Trianto (2010: 225) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan
(research and development) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah
ada agar dapat dipertanggungjawabkan. Hal tersebut didukung oleh Setyosari (2010:
200) yang mengemukakan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses yang
dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk penelitian. Metode
penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2010: 407) adalah “Metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
keefektifan produk tersebut”.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa
penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang menghasilkan produk
baru yang dapat digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran dengan
langkah-langkah sistematis. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan penelitian dan
pengembangan model Dick & Carey (Setyosari, 2010: 202). Langkah-langkah
penelitian pengembangan model Dick & Carey akan dijabarkan sebagai berikut.
Gambar 3.1
Penjelasan dari gambar di atas, diuraikan sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan
Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan program atau produk
yang akan dikembangkan.
2. Analisis Pembelajaran
Melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup keterampilan, proses,
prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai
tuntutan kurikulum.
3. Analisis Pebelajar dan Konteks
Menganalisis pebelajar dan konteks, yang mencakup kemampuan, sikap dan
karakteristik awal pebelajar dalam latar pembelajaran. Karakteristik latar
pembelajaran tersebut juga termasuk dimana pengetahuan dan keterampilan
baru akan digunakan. Langkah 2 dan 3 dapat dilakukan secara bersamaan.
4. Tujuan Umum dan Khusus
Menjabarkan tujuan umum ke dalam tujuan yang lebih spesifik yang berupa
rumusan tujuan untuk unjuk kerja, atau operasional. Gambaran rumusan
operasional ini mencerminkan tujuan khusus program atau produk, prosedur
yang dikembangkan. Tujuan ini secara spesifik memberikan informasi untuk
mengembangkan butir-butir tes.
5. Mengembangkan Instrumen
Mengembangkan instrumen assessment, yang secara langsung berkaitan dengan
tujuan khusus, operasional (sebagaimana dikemukakan di langkah 4).
Mengembangkan strategi pembelajaran yang secara spesifik digunakan untuk
membantu pembelajar mencapai tujuan khusus.
7. Mengembangkan dan Memilih Bahan Pembelajaran
Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, yang dalam hal ini dapat
berupa: bahan cetak, manual baik untuk pebelajar maupun pembelajar, dan
media lain yang dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan.
8. Merancang dan Melakukan Evaluasi Formatif
Merancang dan melakukan evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan
oleh pengembang selama proses, prosedur, program atau produk yang
dikembangkan.
9. Melakukan Revisi
Revisi dilakukan terhadap proses (pembelajaran), prosedur, program, atau
produk dikaitkan dengan langkah-langkah sebelumnya.
10. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan tingkat
efektifitas program secara keseluruhan dibandingkan dengan program lain.
3.2 MODEL PENGEMBANGAN
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
prosedural. Menurut Setyosari (2010: 200) model prosedural adalah model deskriptif
yang menggambarkan alur yang harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk
tertentu. Model prosedural biasanya berupa urutan langkah-langkah yang diikuti
Dick & Carey dilaksanakan sampai pada langkah ke tujuh, selanjutnya peneliti
melakukan penilaian ahli yang tidak diujicobakan.
3.3 DESAIN PENGEMBANGAN
Sanjaya (2008: 32) menyatakan bahwa “Desain pengembangan adalah proses
yang disengaja tentang suatu pemikiran, perencanaan, dan penyeleksian
bagian-bagian, teknik, dan prosedur yang mengatur suatu tujuan atau usaha yang hendak
dikembangkan”. Pengembangan dalam penelitian ini mencakup ragam bimbingan
pribadi dan belajar yang diintegrasikan ke dalam mata PKn. Peneliti mengkhususkan
bimbingan pribadi dalam hal ketelitian dengan materi pokok menampilkan peran
serta dalam memilih organisasi sekolah. Bimbingan belajar yang mengkhususkan
dalam hal ketepatan waktu dengan materi pokok menyebutkan contoh-contoh
organisasi sekolah dan masyarakat.
3.4 PROSEDUR PENGEMBANGAN
Prosedur pengembangan dalam penelitian pengembangan model perangkat
pembelajaran PKn yang terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar
untuk peserta didik kelas V B SD N Tegalrejo II ini menggunakan langkah-langkah
yang diadaptasi dari model Dick & Carey (Setyosari, 2010: 202) dengan beberapa