• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERINTEGRASI DENGAN RAGAM BIMBINGAN PRIBADI DAN BELAJAR UNTUK PESERTA DIDIK KELAS V B SDN TEGALREJO II YOGYAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERINTEGRASI DENGAN RAGAM BIMBINGAN PRIBADI DAN BELAJAR UNTUK PESERTA DIDIK KELAS V B SDN TEGALREJO II YOGYAKARTA SKRIPSI"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

i

MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

TERINTEGRASI DENGAN RAGAM BIMBINGAN PRIBADI

DAN BELAJAR UNTUK PESERTA DIDIK KELAS V B SDN

TEGALREJO II YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Dwi Kristiana

NIM : 081134118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

Mau lari kemanapun, menjerit sekeras apapun,

meminta belas kasihan dan pertolongan siapapun,

tetap saja pertolongan hanya datang dari Allah SWT semata,

bukan dari selain Nya.

Raihlah cita melebihi tingginya langit angkasa, buanglah

putus asa dibalik kegagalan untuk menyemaikan gempita

cita yang tak akan lari menjauhi kita karena kesuksesan

terbuka lebar dengan sebuah kesabaran. Kesuksesan akan

selalu di depan mata di setiap insan yang terus berusaha.

(5)

v

Halaman persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk Tuhan YME

Kedua orang tua Bapak Sukarno dan Ibu Mulyani

Kakak dan adik-adikku

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Kristiana, Dwi. (2012). Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran PKn Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Pribadi dan Belajar untuk Peserta Didik Kelas V B SDN Tegalrejo II Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif yang berawal dari keprihatianan dosen peneliti akan kebutuhan guru terhadap model perangkat pembelajaran PKn yang terintegrasi ragam bimbingan pribadi dan belajar. Berdasarkan kebutuhan tersebut maka peneliti tertarik untuk membuat model perangkat pembelajaran PKn yang terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar. Metode yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan yang mengadaptasi model Dick and Carey dengan modifikasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar. Subyek penelitian ini adalah satu guru wali kelas dan 31 peserta didik kelas V B SDN Tegalrejo II Yogyakarta. Kelayakan model ini dapat diketahui dengan melakukan uji penilaian dari ahli bidang studi PKn, ahli Bimbingan Konseling, dan ahli pengembangan perangkat pembelajaran. Hasil penilaian yang dilakukan oleh ketiga ahli terhadap model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi ragam bimbingan pribadi dan belajar mengacu pada kriteria Patokan Acuan Penilaian I (PAP I).

Hasil akumulasi penilaian kedua dari ahli bidang studi, ahli BK, dan ahli pengembangan terhadap model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi memperoleh prosentase 85,7% dengan kategori layak. Hasil akumulasi penilaian kedua dari ahli bidang studi dan ahli BK terhadap model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan ragam bimbingan belajar memperoleh prosentase 86,9% dengan kategori layak. Jadi, berdasarkan hasil penilaian tersebut, model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar layak digunakan guru kelas V B SDN Tegalarejo II untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang pengajar dan pembimbing. Model perangkat pembelajaran yang peneliti kembangkan juga diharapkan dapat membantu peserta didik teliti dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas.

(9)

ix

ABSTRACT

Kristiana, Dwi. (2012). Model of “PKn” Learning Device Development Integrated with Variety of Learning and Personal Guidance for the student of VB Class , SDN Tegalrejo II, Yogyakarta. Study Program of Elementary School Teacher Education, Faculty of Teacher and Science of Education, Sanata Dharma, Yogyakarata.

This is a collaborative research originating from the concern of lecturer researcher to the needs of teacher on Model of “PKn” Learning Device Development Integrated with Variety of Learning and Personal Guidance. Based on those needs, researcher was interested in making the model of PKn learning device integrated with the variety of Learning and Personal Guidance. The method used in this research was research and development adapting the model which was created by Dick and Carey and was added with some modifications.

The purpose of this research is to identify the feasibility of Model of “PKn” Learning Device Development Integrated with Variety of Learning and Personal Guidance. The subjects of research were one class representative teacher and 31 students in the class of VB, SDN (State Elementary School) Tegalrejo II, Yogyakarta. The feasibility of this model could be found through the assessment of the experts majoring in the field of PKn, Counselling and Guidance, and learning device development. The results of assessment performed by those three experts to the Model of PKn Learning Device Development Integrated with Variety of Learning and Personal Guidance referring to the standard criterion of Assessment Reference (PAP I).

The second accumulated results from the experts of study field, and that of Counseling and Guidance to the Model of “PKn” Learning Device Development Integrated with Variety of Learning and Personal Guidance obtained the percentage amounting to 85,7% by the category of feasible. The results of second accumulation from the expert of study field and that of Counseling and Guidance to the PKn Learning Device Development Integarated with Variety of Learning got the percentage of 86,9% included in the category of feasible. So, based on those assessment results, the Model of PKn Learning Device Development Integrated with Variety of Learning and Personal Guidance was feasible to be applied by the teacher in VB Class, SDN Tegalrejo II in fulfilling his duties as a educator and guidance. The model of learning device developed by the researcher was also expected could help in making students careful and timely in doing their tasks.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat Nya yang senantiasa membimbing sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Model Perangkat Pembelajaran PKn Terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan sosial untuk peserta didik kelas V B SDN Tegalrejo II dapat selesai dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terwujud. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam proses penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Elga Andriana, S.Psi., M.Ed. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum dosen pembimbing I yang telah membimbing dan mendorong untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu AG. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A dosen pembimbing II yang

telah mendukung dan membimbing dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat selesai.

6. Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum dosen penguji ketiga terima kasih atas masukan yang diberikan.

7. Para validator yang telah membantu proses penilaian pada penelitian ini. 8. Bapak Rawan kepala sekolah SDN Tegalrejo II, atas izin yang diberikan

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

2.1.1. Perangkat Pembelajaran ... 7

2.1.1.1. Silabus ... 8

2.1.1.2. RPP ... 9

2.1.1.3. Materi Ajar ... 11

2.2. Bimbingan dalan Konteks Pendidikan ... ` 12

(13)

xiii

2.2.2. Tujuan Bimbingan ... 13

2.2.3. Landasan Bimbingan di Tinggkat Sekolah Dasar ... 14

2.2.4. Ragam Bimbingan ... 14

2.3. Ciri, Tugas Perkembangan dan Permasalahan-Permasalahan Peserta Didik Usia 9-12 Tahun ... 19

2.4. Peran Guru Sekolah Dasar ... 25

2.5. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 26

2.6. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

2.7. Kerangka Berpikir ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 33

3.1. Jenis Penelitian ... 33

3.2. Model Pengembangan ... 35

3.3. Desain Pengembangan ... 37

3.4. Prosedur Pengembangan... 37

3.5. Subjek Penelitian ... 41

3.6. Jenis Data ... 41

3.7. Instrumen Pengumpulan Data ... 41

3.8. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1. Deskripsi Data Hasil Analisis Kebutuhan ... 48

4.2. Hasil Penilaian Ahli ... 53

4.3. Kelayakan Model Perangkat Pembelajaran PKn Terintegrasi Dengan Ragam Bimbingan Pribadi ... 64

4.4 Kelayakan Model Perangkat Pembelajaran PKn Terintegrasi Dengan Ragam Bimbingan Belajar ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1. Kesimpulan ... 68

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 68

5.3. Saran ... 69

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Contoh Rancangan Kegiatan Bimbingan ... 30

Tabel 3.1. Pedoman Daftar Wawancara Guru Kelas V B SDN Tegalrejo II ... 42

Tabel 3.2. Pedoman Daftar Pengamatan saat Pelajaran PKn Kelas V B SDN Tegalrejo II ... 42

Tabel 3.3. Pedoman Ungkap Kebutuhan Peserta Didik Kelas V B SDN Tegalrejo II ... 43

Tabel 3.4. Pedoman Penilaian Ahli Bidang Studi ... 44

Tabel 3.5. Pedoman Penilaian Ahli Bimbingan Konseling ... 45

Tabel 3.6. Pedoman Penilaian Ahli PengembanganPerangkat Pembelajaran ... 45

Tabel 3.7. Kreteria Revisi Model Pengembangan ... 47

Tabel 3.8. Patokan Acuan Penilaian ... 47

Tabel 4.1. Hasil Wawancara Wali Kelas V B ... 49

Tabel 4.2. Hasil Observasi Proses Pembelajaran PKn ... 50

Tabel 4.3. Hasil Penyebaran AUK di Kelas V B ... 52

Tabel 4.5. Deskripsi Ahli ... 53

Tabel 4.6. Hasil Akumulasi Penilaian Pertama Model Perangkat PembelajaranPKn Terintegrasi Ragam Bimbingan Pribadi ... 55

Tabel 4.7. Hasil Akumulasi Penilaian Kedua Model Perangkat Pembelajaran PKn Terintegrasi Ragam Bimbingan Pribadi .... 58

Tabel 4.8. Hasil Akumulasi Penilaian Penilaian Model Perangkat Pembelajaran PKn Terintegrasi Ragam Bimbingan Belajar ... 60

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Alur Kerangka Berpikir ... 31

Gambar 3.1. Langkah-langkah dalam Penelitian dan Pengembangan ... 34

Gambar 3.2. Modifikasi Prosedur Pengembangan Dick & Carey ... 38

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 72 Lampiran 2. Rekapitulasi AUK ... 73 Lampiran 3. Rekapitulasi Penilaian Ahli ... 77 Lampiran 4. Model Perangkat Pembelajaran Terintegrasi

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini diuraikan (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian,

(4) spesifikasi produk, (5) definisi operasional, serta (6) kontribusi penelitian.

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kolaboratif yang dilakukan oleh dosen dan

mahasiswa sebagai anggota penelitian. Penelitian kolaboratif ini diawali dari

keprihatinan dosen akan kurangnya guru Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar,

sehingga guru kelas dituntut memiliki kemampuan untuk mengajar dan memberikan

layanan bimbingan. Pada kenyataannya guru SD belum memiliki kemampuan untuk

memberikan layanan bimbingan karena keterbatasan waktu dan kurangnya

pengetahuan guru SD tentang bimbingan. Oleh karena itu, guru kelas membutuhkan

model perangkat pembelajaran yang terintegrasi dengan ragam bimbingan. Model

perangkat pembelajaran tersebut diharapkan dapat membantu guru melaksanakan

tugas sebagai pengajar dan pembimbing. Hal tersebut seperti yang dinyatakan dalam

Surat Keputusan Menpan RI No.84 tahun 1993 (Barus, 2010: 2) bahwa tugas utama

guru SD selain mengajar, ditambah dengan melaksanakan bimbingan yang bertujuan

untuk membantu tugas perkembangan peserta didik.

Peneliti menindaklanjuti keprihatinan dosen tersebut dengan melakukan analisis

kebutuhan melalui wawancara, observasi dan menyebarkan Alat Ungkap Kebutuhan

(AUK). Peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas V B di SDN Tegalrejo II

untuk mengetahui perangkat pembelajaran yang dibutuhkan guru dalam membantu

tugas perkembangan peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti

(18)

mengetahui bahwa guru kelas V B SDN Tegalrejo II belum mempunyai perangkat

pembelajaran yang terintegrasi dengan ragam bimbingan. Guru kelas V B juga

menyatakan bahwa perilaku yang dapat menghambat tugas perkembangan peserta

didik antara lain: peserta didik tidak tepat waktu dalam mengerjakan atau

mengumpulkan tugas, sering terburu-buru dalam mengerjakan tugas dan cenderung

tidak memperhatikan penjelasan atau perintah dari guru. Perilaku-perilaku tersebut

sering muncul pada mata pelajaran PKn.

Peneliti memperkuat data wawancara dengan melakukan observasi di kelas V B

saat pelajaran PKn berlangsung. Selama melakukan observasi peneliti mengamati

perilaku peserta didik. Perilaku peserta didik yang sering muncul adalah tidak dapat

menjawab pertanyaan dengan tepat dikarenakan tidak memperhatikan penjelasan

guru. Hal tersebut menunjukan bahwa peserta didik mengalami masalah dalam hal

ketelitian yang berkaitan dengan aspek pribadi. Perilaku lain adalah peserta didik

mengumpulkan tugas tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh guru. Hal

tersebut menunjukan bahwa peserta didik mengalami masalah dalam hal tepat waktu

yang berkaitan dengan aspek belajar.

Peneliti memperkuat hasil wawancara dan observasi dengan menyebarkan Alat

Ungkap Kebutuhan (AUK). AUK bertujuan untuk mengetahui kebutuhan peserta

didik kelas V B. Hasil AUK menunjukan bahwa peserta didik tidak teliti dalam

mengerjakan tugas. Selain itu, peserta didik juga tidak tepat waktu dalam

mengerjakan atau mengumpulkan tugas. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan

(19)

Tegalrejo II mengalami masalah pada aspek pribadi dan aspek belajar, sehingga

peserta didik membutuhkan ragam bimbingan pribadi dan ragam bimbingan belajar.

Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menurut Widyastuti dan Subagya

(2008: 7) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara

yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban dirinya yang

beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, dan suku bangsa untuk menjadi

warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan

oleh Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan pengertian tersebut, dengan mempelajari

PKn, peserta didik dapat mengembangkan dirinya untuk dapat cinta tanah air,

disiplin, rela berkorban, bertanggung jawab dan hidup rukun.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk membuat suatu model

perangkat pembelajaran yang terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan

belajar untuk membantu guru PKn dalam memenuhi kebutuhan peserta didik kelas V

B SDN Tegalrejo II. Peneliti menggunakan model penelitian dan pengembangan atau

Research and Development (R&D). Oleh karena itu, skripsi ini berjudul “Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Pribadi dan Belajar untuk Peserta Didik SDN

(20)

1.2RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang akan dibahasa melalui penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut:

1.2.1 Bagaimana kelayakan model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan

ragam bimbingan pribadi untuk peserta didik kelas V B SDN Tegalrejo II?

1.2.2 Bagaimana kelayakan model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan

ragam bimbingan belajar untuk peserta didik kelas V B SDN Tegalrejo II?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk:

1.3.1 Mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi

dengan ragam bimbingan pribadi untuk peserta didik kelas V B SDN

Tegalrejo II.

1.3.2 Mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran PKn terintegerasi

dengan ragam bimbingan belajar untuk peserta didik kelas V B SDN

Tegalrejo II.

1.4 SPESIFIKASI PRODUK

Hasil akhir dalam penelitian ini berupa:

1.4.1 Model Perangkat pembelajaran PKn yang terintegrasi dengan ragam

bimbingan pribadi terdiri dari: konsep pengintegrasian perangkat

pembelajaran, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

(21)

1.4.2 Model Perangkat pembelajaran PKn yang terintegrasi dengan ragam

bimbingan belajar terdiri dari: konsep pengintegrasian perangkat

pembelajaran, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

Handout/ Materi ajar.

1.5 DEFINISI OPERASIONAL

Agar tidak menimbulkan pertanyaan atau salah tafsiran mengenai istilah yang

dikemukakan maka perlu adanya definisi operasional, sebagai berikut:

1.5.1 Perangkat Pembelajaran adalah seperangkat alat yang mendukung kegiatan

atau proses pembelajaran seperti konsep pengintegrasian perangkat

pembelajaran, silabus, RPP dan materi ajar.

1.5.2 Pendidikan Kewarganegaraan adalah upaya pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang agar dapat menjalankan perannya sebagai

warga negara dengan baik.

1.5.3 Bimbingan pribadi adalah bimbingan yang diberikan untuk membantu peserta

didik guna mengatur dirinya sendiri agar dapat bertanggung jawab, teliti, tidak

mudah putus asa dan sebagainya.

1.5.4 Bimbingan belajar adalah bimbingan yang diberikan kepada peserta didik

guna menghadapi masalah-masalah belajar, kesulitan belajar dan cara belajar

efektif, seperti tidak tepat waktu, tidak senang pelajaran PKn, tidak

mengerjakan tugas dan lain-lain.

1.5.5 Perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi

adalah pengabungan antara indikator mata pelajaran PKn dengan indikator

(22)

1.5.6 Perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan ragam bimbingan belajar

adalah pengabungan antara indikator mata pelajaran PKn dengan indikator

bimbingan belajar yang tergabung dalam tujuan pembelajaran.

1.6. KONTRIBUSI PENELITIAN

Penelitian ini memiliki kontribusi bagi beberapa pihak sebagai berikut:

1.6.1 Bagi Program Studi (Prodi)

Prodi memiliki gambaran kebutuhan guru mengenai perangkat pembelajaran

terintegrasi dengan ragam bimbingan yang dapat membantu peserta didik

mencapai tugas perkembangan sesuai, sehingga Prodi mampu membekali

mahasiswa PGSD dalam menghadapi masalah seperti yang ditemukan di

lapangan.

1.6.2 Bagi guru

Penelitian ini membantu guru SD memiliki contoh-contoh desain perangkat

pembelajaran PKn terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar.

1.6.3 Bagi Peneliti

Peneliti sebagai calon guru SD memiliki pengalaman dalam menyusun

perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi

dan belajar.

1.6.4 Bagi peserta didik

Peserta didik dapat belajar PKn sekaligus terbantu dalam menjalankan tugas

perkembangan pribadi dalam hal ketelitian dan tugas perkembangan belajar

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Peneliti memaparkan beberapa hal tentang landasan teori yang akan

dipergunakan dalam penelitian ini, yang meliputi: (1) kajian teori, (2) bimbingan

dalam konteks pendidikan, (3) ciri, tugas perkembangan dan permasalahan

perkembangan peserta didik usia 9-12 tahun, (4) peran guru sekolah dasar,

(5) mata pelajaran PKn, (6) hasil penelitian yang relevan dan (7) kerangka

berpikir.

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Perangkat Pembelajaran

Menurut Siregar dan Nara (2010: 13) berpendapat bahwa “Perangkat pembelajaran merupakan seperangkat usaha yang dilakukan secara sengaja,

terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu

sebelum proses dilaksanakan”. Pengertian senada dikemukakan oleh Trianto (2010: 214) yang menyatakan bahwa “Perangkat yang dipergunakan dalam proses

pembelajaran disebut dengan perangkat pembelajaran”. Berdasarkan pendapat

beberapa ahli tersebut perangkat pembelajaran merupakan seperangkat alat yang

mendukung kegiatan atau proses pembelajaran seperti konsep pengintegrasian

perangkat pembelajaran, silabus, RPP dan materi ajar.

Ibrahim (Trianto, 2009: 201) mengemukakan “Perangkat pembelajaran yang

diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja peserta didik (LK),

instrumen evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), media pembelajaran, serta

(24)

materi ajar”. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini

terdiri dari konsep pengintegrasian, silabus, RPP dan bahan ajar/ handout.

2.1.1.1. Silabus

Yulaelawati (2004: 39) mendefinisikan pengertian silabus yaitu

seperangkat rencana sampai tahap penilaian pembelajaran yang disusun secara

sistematis dengan memuat komponen-komponen pembelajaran yang saling

berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar. Umumnya suatu silabus

paling sedikit harus mencakup unsur-unsur: (a) tujuan mata pelajaran yang akan

diajarkan, (b) keterampilan yang diperlukan agar peserta didik dapat menguasai

mata pelajaran tersebut dengan baik, (c) aktivitas dan sumber-sumber belajar

pendukung keberhasilan pengajaran, (d) berbagai teknik evaluasi yang digunakan.

Prinsip-prinsip pengembangan silabus:

a. Sistematis

Komponen-komponen dalam silabus saling berhubungan secara fungsional

dalam mencapai kompetensi.

b. Konsisten

Adanya hubungan yang ajek antara kompetensi dasar, indikator, materi

pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan penilaian.

c. Memadai

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan

penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

Langkah-langkah pengembangan silabus: (a) penulisan identitas mata

pelajaran, (b) penentuan standar kompetensi, (c) penentuan kompetensi dasar,

(25)

(f) penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator, (g) penjabaran indikator ke

dalam instrumen penilaian, (h) penentuan alokasi waktu, (i) penentuan sumber

belajar.

Komponen-komponen silabus yang dinilai oleh ahli bidang studi adalah

kelengkapan unsur-unsur silabus, kesesuaian antara Setandar Kompetensi (SK),

Kompetensi Dasar (KD), Indikator, kualitas perumusan pengalaman

pembelajaran, kesesuaian pengalaman belajar dengan indikator. Ahli BK adalah

kesesuaian antara SK, KD materi pelajaran dan esensi bimbingan, kualitas

perumusan pengalaman belajar, kesesuaian pengalaman belajar dengan esensi

bimbingan. Unsur penilaian silabus oleh ahli pengembangan adalah kelengkapan

unsur-unsur silabus, kesesuaian antara SK, KD dan indikator, kualitas perumusan

pengalaman belajar, kesesuaian pengalaman belajar dengan indikator.

2.1.1.2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Trianto (2009: 214) mengemukakan bahwa RPP adalah rencana yang

mengambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam

silabus. Komponen-komponen penting yang ada dalam RPP meliputi: standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, strategi

pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan, langkah-langkah kegiatan

pembelajaran, serta evaluasi.

Kegiatan pembelajaran yang ada dalam RPP meliputi kegiatan awal,

kegiatan inti dan kegiatan akhir. Menurut Rusman (2010: 11) kegiatan inti dalam

RPP menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik

(26)

konfirmasi. Eksplorasi merupakan kegiatan untuk memperoleh

pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru. Elaborasi adalah penggarapan secara

tekun dan cermat. Sedangkan yang dimaksud dengan konfirmasi adalah

pembenaran, penegasan dan pengesahan.

Tim penyusun Buku Pedoman Pengajaran Mikro (2008: 46) sebuah RPP dikatakan baik bila telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut (a) komponen

lengkap dan logis urutannya, (b) pemilihan materi ajar sesuai dengan KD,

indikator dan tujuan, (c) langkah-langkah pembelajaran mencerminkan model atau

metode yang digunakan, (d) langkah-langkah pembelajaran meliputi kegiatan

awal, inti, dan akhir, (e) langkah-langkah pembelajaran menekankan pada

pengalaman peserta didik, (f) terdapat alokasi waktu pada setiap tahap,

(g) penilaian sesuai dengan indikator yang akan dicapai, (h) media dan sumber

belajar sesuai dengan indikator yang akan dicapai.

Komponen RPP yang dinilai oleh Ahli bidang studi adalah kelengkapan

unsur-unsur RPP, kesesuaian antara Setandar Kompetensi (SK), Kompetensi

Dasar (KD) dan indikator dan tujuan, kesesuaian pemilihan model pembelajaran

dengan materi pembelajaran, rumusan kegiatan pembelajarannya mencerminkan

kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, Kolaborasi, kegiatan pembelajaran bervariasi,

pengaturan alokasi waktu tiap kegiatan pembelajaran proporsional, tingkat

kesesuaian indikator dan item penilaian yang bersifat autentik, jumlah sumber

belajar memadai, ketepatan pemilihan media pembelajaran, penggunaan bahasa

Indonesia dan tata tulis baku. Komponen RPP yang dinilai ahli BK yaitu

kesesuaian antara SK, KD, indikator, tujuan dan nilai bimbingan, konsistensi

(27)

kegiatan pembelajaran mencerminkan bimbingan, tingkat kesesuaian indikator

dan item penilaian yang bersifat reflektif, penggunaan bahasa Indonesia dan tata

tulis baku. Komponen RPP yang dinilai ahli pengembangan yaitu kelengkapan

unsur-unsur RPP, kesesuaian antara SK, KD, indikator dan tujuan, rumusan

kegiatan pembelajaran mencerminkan kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, Kolaborasi,

pengaturan alokasi waktu tiap kegiatan pembelajaran proporsional, penggunaan

ragam teknik penilaian (penilaian bersifat autentik), tingkat kecukupan sumber

belajar yang digunakan, ketepatan pemilihan media pembelajaran, penggunaan

bahasa dan tata tulis baku.

2.1.1.3Materi Ajar

Menurut Sanjaya (2008: 140) dalam materi ajar berisi tentang: (a) tujuan

yang harus dicapai. Biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik sehingga

keberhasilannya dapat diukur, (b) materi ajar harus memuat fakta, konsep dan

prosedur, (c) kegiatan belajar, berisi tentang materi yang harus dipelajari oleh

peserta didik, (d) rangkuman materi yakni garis-garis besar materi pelajaran

secara urut, (e) tugas dan latihan harus meliputi aspek kognitif, afektif dan

psikomotor.

Komponen-komponen materi ajar yang dinilai oleh ahli bidang studi

yaitu kesesuaian materi ajar dengan kegiatan yang dilakukan, materi sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, materi memuat fakta, konsep,

prosedur, pengorganisasian materi sistematis dan logis, bahasa yang digunakan

komunikatif. Komponen-komponen materi ajar yang dinilai oleh ahli BK yaitu

materi ajar mencerminkan esensi bimbingan, materi ajar memuat aspek kognisi,

(28)

bahasa yang digunakan komunikatif. Aspek materi ajar yang dinilai oleh ahli

pengembangan yaitu kesesuaian isi materi ajar dengan kegiatan yang akan

dilakukan, materi sesuai dengan indikator pembelajaran yang akan dicapai, materi

memuat fakta, konsep, prosedur, pengorganisasian materi sistematis dan logis.

2.2 BIMBINGAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN

2.2.1 Pengertian Bimbingan

Winkel (1987: 17) menjelaskan bahwa “Bimbingan berarti pemberian

bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam membuat

pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap

tuntutan-tuntutan hidup”. Bantuan itu bersifat psikologi dan tidak berupa pertolongan finansial, medis dan lain sebagainya. Hal tersebut didukung oleh

pendapat Jones (Singgih, 1980: 22) yang menjelaskan bahwa bimbingan

merupakan pemberian bantuan oleh seseorang kepada seorang yang lain dalam

menetukan pilihan, penyesuaian dan pemecahan permasalahan. Bimbingan

menurut Koestoer (1985: 27) memiliki dua pengertian. Pengertian yang pertama

ialah pelayanan bantuan yang diberikan kepada murid oleh pembimbing,

kemudian pengertian yang kedua adalah salah satu metode dalam pelayanan

pertolongan tersebut.

Pengertian lain dikemukakan oleh Tohirin (2007: 20) yang menyatakan

bahwa “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada

individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan

mempergunakan berbagi bahan, meliputi interaksi dan pemberian nasehat serta

(29)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

bimbingan adalah pemberian bantuan dari seseorang yang ahli kepada orang lain

atau peserta didik yang mengalami masalah sehingga dapat mengatasi

permasalahan yang muncul dalam tugas perkembangan individu dan membantu

untuk memecahkan atau mengatasi masalah peserta didik.

2.2.2Tujuan Bimbingan

Furqon (2005: 18) menyatakan bahwa tujuan bimbingan adalah

tercapainya tugas-tugas perkembangan peserta didik sekolah dasar. Hal senada

dinyatakan Depdikbud (Furqon, 2005: 19) bahwa tujuan layanan bimbingan di

sekolah dasar adalah untuk membantu peserta didik agar dapat memenuhi

tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek pribadi-sosial, pendidikan dan karier

sesuai dengan tuntutan lingkungan.

Pengertian lain dikemukakan oleh Marsudi (2003: 34) yang menyatakan

agar klien mampu mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi

yang dimiliki sehingga mampu mengatasi masalahnya sendiri dengan

kemampuannya sendiri. Pengertian lain dikemukakan oleh Singgih (1980: 25)

adalah memberikan bantuan kepada peserta didik supaya mencapai:

(a) kebahagiaan hidup pribadi, (b) kehidupan yang efektif dan produktif,

(c) kesanggupan hidup dengan orang lain, (d) keserasian antara cita-cita anak

didik dengan kemampuan yang dimilikinya. Tujuan bimbingan menurut Tohirin

(2008: 35) membantu tercapainya perkembangan optimal pada individu yang

dibimbingnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

(30)

tugas-tugas perkembangan setiap individu, agar setiap individu dapat berkembang

secara optimal sesuai dengan tugas perkembangannya. Berdasarkan tujuan

bimbingan di atas, peneliti ingin mengetahui landasan bimbingan di sekolah dasar.

2.2.3 Landasan Bimbingan di Tingkat Sekolah Dasar

Layanan bimbingan di sekolah menurut PP no. 28 tahun 1990, Bab X pasal

25 ayat 1 (Furqon, 2005: 2) adalah bantuan yang diberikan kepada peserta didik

dalam upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa

depan. Berdasarkan pedoman bimbingan dan penyuluhan peserta didik di sekolah

dasar tahun 1995/1996, layanan bimbingan konseling bertujuan agar para peserta

didik dapat mewujudkan diri sebagai pribadi yang mandiri, bertanggung jawab,

pelajar kreatif dan pekerja produktif. Oleh karena itu, Departemen Pendidikan

Nasional (Barus, 2011: 1) menegaskan bahwa harus ada perubahan paradigma

dalam pendekatan BK di sekolah, yaitu dari pelayanan tradisional yang

menekankan pada penanganan remedial-kuratif dan berpusat pada konselor

menuju ke arah pelayanan yang lebih berorientasi pada perkembangan dan

preventif. Berdasarkan penjabaran di atas maka ragam bimbingan dibagi menjadi

beberapa bagian, yang akan dijabarkan pada poin berikut ini.

2.2.4 Ragam Bimbingan

Ragam bimbingan dibagi menjadi empat bimbingan yaitu:

a. Bimbingan pribadi

Menurut Marsudi (2010: 89) bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu

peserta didik mengenal, menemukan dan mengembangkan pribadi yang teliti,

bertanggung jawab, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, mandiri, serta

(31)

bimbingan pribadi adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing agar

dapat tercapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi, dalam mewujudkan tugas

perkembangan pribadi yang mampu bersikap teliti dalam menentukan pilihan dan

menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik. Berdasarkan pendapat para

ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi adalah bantuan

yang diberikan kepada peserta didik untuk mengatasi permasalahan pribadi

peserta didik guna mengatur dirinya sendiri agar dapat bertanggung jawab, teliti,

tidak mudah putus asa dan sebagainya.

Bimbingan pribadi bertujuan membantu peserta didik mengatasi masalah

pribadi, seperti malas untuk belajar, kurang percaya diri, kurang bertanggung

jawab, tidak teliti, tidak bersemangat, kurang konsentrasi, kurang berhati-hati dan

mudah putus asa. Beberapa tugas perkembangan pribadi menurut Brown dan

Trusty (Barus, 2010: 14) adalah sebagai berikut: (1) pemahaman tehadap dirinya

sendiri yang meliputi kesadaran menyangkut kelebihan-kelebihan,

kelemahan-kelemahan, minat-minat, gambaran tubuh, perbedaan-perbedaan dan kesamaan-

kesamaan dengan orang lain. (2) Penghargaan terhadap diri sendiri, pandangan

positif tentang diri sendiri, penerimaan diri. (3) Mengembangkan rasa percaya

diri, berani tampil, berlatih mengungkapkan gagasan sendiri. (4) Membiasakan

bersikap dan berperilaku jujur, santun, rendah hati, menaati norma-norma.

(5) Berlatih mengembangkan perilaku bertanggung jawab, teliti dan konsekuen.

(6) Berlatih mengatur mengelola keperluan diri sendiri, perawatan diri dan

(32)

a. Bimbingan Sosial

Menurut Marsudi (2010: 91) menyatakan bahwa bimbingan sosial adalah

membantu peserta didik dalam kaitannya dengan lingkungan dan etika pergaulan

sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab sosial. Hal tersebut

didukung oleh Tohrin (2007: 127) berpendapat bahwa bimbingan sosial adalah

bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial seperti

pergaulan, penyelesaian masalah konflik, penyesuaian diri dengan lingkungan.

Bimbingan sosial bertujuan membantu peserta didik mengatasi masalah

sosial, seperti peserta didik tidak dapat bekerja dalam kelompok. Beberapa tugas

perkembangan sosial menurut Brown dan Trusty (Barus, 2010: 15) adalah sebagai

berikut: (1) Belajar membangun hubungan dengan teman sebaya dan belajar

sabar. (2) Mengembangkan toleransi terhadap orang lain dan sikap-sikap positif

terhadap kelompok dengan berbagai kompetensi.

b. Bimbingan Belajar

Menurut Marsudi (2010: 90) bimbingan belajar adalah membantu peserta

didik mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap kebiasaan belajar

yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan program

belajar dalam rangka menyiapkannya dan melanjutkan pendidikan ketingkat yang

lebih tinggi dan berperan serta dalam kehidupan masyarakat. Hal senada

dinyatakan oleh Winkel (1991: 125) bahwa bimbingan belajar adalah bantuan

dalam menemukan cara belajar yang tepat seperti tekun belajar, tepat waktu dalam

mengumpulkan, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi

kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di

(33)

bahwa bimbingan belajar adalah bimbingan yang diberikan kepada peserta didik

guna menghadapi masalah-masalah belajar, kesulitan belajar dan cara belajar

efektif, seperti tidak tepat waktu, tidak senang pelajaran PKn, tidak mengerjakan

tugas dan lain-lain.

Hal tersebut didukung oleh Singgih (1980: 48) yang menyatakan

bimbingan belajar memiliki tujuan memecahkan persoalan yang berhubungan

dengan masalah belajar peserta didik baik di dalam sekolah maupun di luar

sekolah dalam hal: (1) Mencarikan cara belajar yang efektif bagi seorang anak

atau sekelompok anak, (2) menunjukan cara-cara mempelajari sesuatu dan

menggunakan buku pelajaran, (3) memberikan saran dan petunjuk bagaimana

memanfaatkan perpustakaan, (4) membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri

untuk ulangan tiba-tiba atau ulangan harian dan ujian, (5) memilih suatu pelajaran

(mayor atau minor) sesuai dengan minat, bakat kepandaian,angan-angan dan

kondisi kesehatan atau fisiknya, (6) menujukan cara-cara menghadapi kesulitan

dalam mata pelajran tertentu, (7) menentukan pembagian waktu dan perencanaan

jadwal pelajaran, (8) memilih pelajaran tambahan, baik yang berhubungan dengan

pelajaran di sekolah maupun untuk pengembangan bakat anak sendiri.

Peserta didik dapat menyesuaikan diri dalam situasi belajar secara optimal

sesuai dengan kemampuannya dengan bimbingan belajar. Oleh karena itu, peserta

didik dapat mencapai tugas perkembangan belajar sebagai berikut: berkemampuan

membaca, menulis, berhitung sesuai dengan tuntutan kurikulum, keterampilan

mendengarkan, keterampilan mengikuti petunjuk atau instruksi, keterampilan

mengorganisasi aktivitas belajar, tugas-tugas sekolah dan kegiatan lainnya,

(34)

ketrampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari seperti keterampilan

mengelola waktu.

c. Bimbingan karier

Menurut Achmad (2006: 35) bimbingan karier adalah bantuan yang

diberikan peserta didik dalam perencanaan, pengembangan dan penyelesaian

masalah-masalah karier. Pengertian lain dikemukakan oleh Tohrin (2007: 134)

bahwa bimbingan karier adalah membantu peserta didik dalam menghadapi dan

menyelesaikan masalah-masalah yang menyangkut karier tertentu. Berdasarkan

pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan, bahwa bimbingan karier

merupakan upaya bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan

memahami dirinya, dan mengembangkan masa depannya.

Tugas perkembangan karier menurut Brown dan Trusty (Barus, 2010: 14)

adalah sebagai berikut: (1) Berlatih dan membiasakan diri dalam melakukan

pekerjaan sehari-hari. (2) Belajar menghargai makna bekerja.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli maka peneliti dapat

menyimpulkan ragam bimbingan dibagi menjadi empat yaitu bimbingan pribadi,

bimbingan belajar, bimbingan sosial, dan bimbingan karier. Pada penelitian ini

hanya akan berfokus pada bimbingan pribadi dan belajar, seperti yang akan

dijabarkan di bawah ini bimbingan tersebut dapat dilaksanakan dengan layanan

bimbingan klasikal.

2.2.5 Layanan Bimbingan Klasikal

Bimbingan klasikal seringkali disebut dengan bimbingan kelompok,

seperti yang diungkapkan oleh Achmad (2006: 45) mengatakan bahwa bimbingan

(35)

kelompok baik dalam kelompok besar (13-20 orang) atau kelas (20-40 orang)

berupa penyampaian informasi, atau membahas masalah pendidikan, pekerjaan,

pribadi dan sosial. Sedangkan Winkel (1997: 128) menyatakan bilamana peserta

didik yang dilayani lebih dari satu orang, maka digunakan istilah bimbingan

kelompok, entah kelompok itu kecil, agak besar, atau sangat besar.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa

bimbingan klasikal sering disebut juga dengan bimbingan kelompok dan

bimbingan klasikal bertujuan untuk membahas masalah pendidikan, pekerjaan,

pribadi dan sosial peserta didik. Layanan bimbingan yang dijelaskan di atas

dirancang sesuai dengan tugas perkembangan peserta didik kelas V, seperti yang

dijabarkan di bawah ini.

2.3 CIRI, TUGAS PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA 9-12 TAHUN.

2.3.1 Ciri-ciri anak usia 9 sampai 12 tahuan

Menurut Hurlok (1980: 146) ciri-ciri akhir masa kanak-kanak dibagi

menjadi tiga label sebagai berikut:

1). Label yang digunakan oleh orang tua

Masa dimana peserta didik tidak mudah lagi menuruti perintah dan dimana

peserta didik lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya dari pada orang

tua dan anggota keluarga lain, suatu masa peserta didik cenderung tidak

memperdulikan dan ceroboh dalam berpenampilan dan kamarnya, usia bertengkar

suatu masa dimana banyak terjadi pertengkaran antara keluarga dan suasana

(36)

2). Label yang digunakan oleh para pendidik

Peserta didik memasuki masa sekolah dasar dan masa ini peserta didik

mempelajari keterampilan penting, baik keterampilan intrakurikuler maupun

ekstrakurikuler, peserta didik pada periode ini sebagai periode kritis dalam

pilihan-pilihan dan dorongan berprestasi, suatu periode atau masa dimana peserta

didik membentuk kebiasaan kesuksesan, ketidaksuksesan, atau sangat sukses,

sekali terbentuk kebiasaan untuk bekerja cenderung akan besifat menetap sampai

dewasa.

3). Label yang digunakan ahli psikologi

Akhir masa kanak-kanak merupakan usia berkelompok dimana perhatian

peserta didik tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai

anggota kelompok, masa ini juga disebut periode usia penyesuaian diri dimana

peserta didik ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam

hal penampilan, berbicara dan perilaku, periode usia kreatif dimana akan

ditentukan apakah peserta didik menjadi komfromis atau pencipta karya yang baru dan orisinal, periode usia bermain karena luasnya minat dan kegiatan bermain dan

bukan karena banyaknya waktu untuk bermain.

Menurut Izzaty (2008: 103) ciri-ciri masa kanak-kanak adalah sebagai

berikut: Masa kelas tinggi sekolah dasar yang berlangsung antara usia 9/10 tahun

samapai usia 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6 sekolah

dasar termasuk dalam masa kanak-kanak akhir. Ciri-ciri masa kanak-kanak akhir

khususnya masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar menurut Izzaty (2008: 116)

sebagai berikut:(1) perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari, (2)

(37)

khusus, (4) anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi

belajarnya disekolah, (5) anak suka membantu kelompok sebaya atau peergroup

untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

2.3.2 Tugas Perkembangan Peserta Didik usia 9-12 tahun

Tugas perkembangan masa akhir kanak-kanak menurut Havigust (Huclok,

1980: 10) adalah sebagai berikut: (1) mempelajari keterampilan fisik,

(2) membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang

sedang tumbuh, (3) belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya, (4) mulai

mengembangkan peran sosial sebagai wanita atau pria, (5) mengembangkan

pengertian-pengertian yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,

(6) mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai, (7) mengembangkan sikap

terhadap kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga sosial, (9) mencapai

kebebasan pribadi.

Pendapat Havigust merupakan sejumlah tugas perkembangan secara

umum, sedangkan tugas perkembangan yang ada pada layanan BK di Sekolah

Dasar dirinci oleh Brown dan Trusty (Barus, 2010: 14) sebagai berikut:

mengembangkan konsep diri dengan berbagai kompetensi yang meliputi: (a)

pemahaman terhadap dirinya sendiri yang meliputi kesadaran menyangkut

kelebihan-kelebihan, kelemahan-kelemahan, minat-minat, gambaran tubuh,

perbedaan-perbedaan, dan kesamaan-kesamaan dengan orang lain, (b)

penghargaan terhadap diri sendiri, pandangan positif tentang diri sendiri,

penerimaan diri, (c) mengembangkan rasa percaya diri, berani tampil, berlatih

(38)

Belajar membangun hubungan dengan teman sebaya dan belajar sabar

meliputi: (a) keterampilan komunikasi, (b) keterampilan bergaul,

(c) keterampilan mengelola rasa takut, (d) keterampilan menolak dan ketegasan,

(e) keterampilan bekerja sama. Mengembangkan toleransi terhadap orang lain

dan sikap-sikap positif terhadap kelompok dengan berbagai kompetensi, seperti:

(a) mempelajari peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan sesuai dengan

harapan masyarakat, (b) toleransi terhadap perbedaan budaya, suku, ras dan

agama, (c) menghargai dan menghormati gagasan orang lain. Belajar

mengembangkan sikap/berperilaku sesuai dengan peran jenis (sex role), yang

meliputi: (a) mempelajari peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan sesuai

harapan masyarakat, (b) mengenal berbagai macam pilihan karier bagi laki-laki

dan perempuan, (c) mengetahui perkembangan seksualitas seumurnya dan

berperilaku sehat terhadap seksnya.

Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar bersekolah atau

akademik, seperti: (a) berkemampuan membaca, menulis, berhitung sesuai dengan

tuntutan kurikulum, (b) keterampilan mendengarkan, (c) keterampilan mengikuti

petunjuk/instruksi, (d) keterampilan mengorganisasi aktivitas belajar, tugas-tugas

sekolah dan kegiatan lainnya, (e) keterampilan belajar yang efektif,

(f) keterampilan menghadapi ulangan-ulangan atau tes. Mengembangkan

keterampilan-keterampilan yang perlu dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

(a) berlatih membiasakan diri dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, (b) belajar

menghargai makna bekerja, mengelola waktu, hidup hemat dan produktif,

(c) berlatih mengambil keputusan-keputusan sederhana, (d) belajar berperilaku

(39)

Mengembangkan kata hati, moralitas dan nilai-nilai sebagai pedoman

berperilaku, seperti: (a) membiasakan bersikap dan berperilaku jujur, santun,

rendah hati, mentaati norma-norma, (b) memahami dan mampu mengenali

perilaku baik dan buruk, perbuatan salah dan benar, (c) berlatih mengembangkan

perilaku bertanggung jawab dan konsekuen. Belajar mengembangkan pribadi

mandiri, yaitu: (a) berlatih mengatur mengelola keperluan diri sendiri, perawatan

diri dan kegiatan pribadi, (b) belajar menyusun dan melaksanakan rencana,

pilihan-pilihan dan prioritas sendiri, (c) mengembangkan daya tahan terhadap

tekanan-tekanan kelompok sebaya.

Pada usia tertentu, peserta didik mempunyai tugas perkembangan yang

berbeda, namun seringkali peserta didik gagal mencapai tugas perkembangannya.

Hal tersebut dikarenakan peserta didik mempunyai masalah-masalah yang

menghambat tercapainya tugas perkembangan tersebut.

2.3.3 Permasalahan Peserta Didik usia 9 sampai 12

Kowitz (Furqon, 2005: 45-47) memperinci permasalahan yang dihadapi

anak-anak SD sebagai berikut:

1). Masalah Pribadi

Permasalahan pribadi anak-anak usia SD terutama berkenaan dengan

kemampuan intelektual, kondisi fisik, kesehatan dan kebiasaan-kebiasaannya.

Munculnya gejala perilaku malas untuk belajar, malas datang ke sekolah,

ketergantungan, kurang percaya diri, kurang memiliki inisiatif, kurang

(40)

2). Masalah Penyesuaian Sosial

Peserta didik belajar bukan hanya dari guru, tetapi juga dari

teman-temannya, dan bukan hanya kemampuan kognitif yang ia pelajari itu melainkan

termasuk kemampuan sosialpun dipelajarinya. Permasalahan sosial yang dialami

peserta didik dengan temannya: perasaan rendah diri, ketergantungan pada kawan,

iri hati, cemburu, curiga, persaingan, perkelahian, permusuhan, terbentuknya klik

dan lain-lain. Permasalahan sosial yang dialami peserta didik dengan guru: peserta

didik tidak menyenangi guru, tergantung pada guru, tidak ada gairah belajar atau

masalah lain yang berhubungan dengan kedisiplinan.

3). Masalah Akademik (Belajar)

Masalah akademik dapat ditemui oleh seluruh peserta didik di setiap kelas

dan setiap mata pelajaran atau bidang studi. Permasalahannya dapat berupa: tidak

dikuasainya kemampuan atau materi yang ditargetkan sebagai tujuan pengajaran

hal ini dapat disebabkan kesalahan dalam cara belajar, kurang motivasi belajar,

sikap tidak senang terhadap mata pelajaran tersebut, sikap malas mengulang

pelajaran dirumah, sikap yang tidak tepat waktu dalam mengerjakan tugas,

kurangnya fasilitas dan dukungan orang tua, atau karena kesalahan-kesalahan cara

mengajar guru.

Penelitian ini hanya akan berfokus pada ragam bimbingan pribadi dan

belajar dikarenakan permasalahan yang ditemukan di lapangan pada peserta didik

adalah masalah pribadi dan masalah belajar. Oleh karena itu, untuk mengatasi

permasalahan peserta didik yang muncul, guru SD diharapkan memiliki

kemampuan untuk membimbing.

(41)

2.4 PERAN GURU SEKOLAH DASAR

Menurut Furqon (2005: 60) peranan pembimbing yang ditampilkan guru

dalam proses belajar, mengajar, merupakan satu wujud pelaksanaan jabatan

fungsional guru yang berarti tugas guru di sekolah bukan hanya menyampaikan

materi pelajaran, menerapkan metode mengajar dan menilai proses belajar

mengajar, melainkan harus menyesuaikan diri dengan karakteristik pesera didik

dan suasana belajar peserta didik (Surat Keputusan Bersama Mendikbud dan

Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun 1993). Guru SD

memiliki peranan ganda yaitu sebagai guru mata pelajaran dan sebagai

pembimbing. Menurut Sanjaya (2006: 25) tugas guru sebagai pembimbing adalah

membimbing peserta didik agar dapat menemukan berbagi potensi yang

dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing peserta didik agar dapat

mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan

ketercapaiannya itu peserta didik dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu

yang ideal.

Banyaknya guru yang tidak mempunyai kemampuan atau keterampilan

dalam memberikan bimbingan dan banyaknya tugas yang harus dilaksanakan oleh

guru, sehingga guru sulit untuk memberikan bimbingan kepada peserta didik.

Oleh karena itu, guru membutuhkan perangkat pembelajaran yang terintegrasi

dengan ragam bimbingan. Pada penelitian ini peneliti ingin mengintegrasikan

mata pelajaran PKn dengan ragam bimbingan pribadi dan ragam bimbingan

(42)

2.5 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

2.5.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Widyastuti dan

Subagya (2008: 7) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan

warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban

dirinya yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia dan suku

bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan

berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Aryani (2002: 7)

menyebutkan konsep Kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan

pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia

dan suku bangsa, untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil,

dan berkarakter, sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Pengertian lain diungkapkan oleh Chamin (Aryani, 2003: 9) menyatakan

bahwa pendidikan kewarganegaraan (civic education) bagi bangsa Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap mental, nilai-nilai dan perilaku yang

menjunjung tinggi demokrasi, sehingga terwujud warga masyarakat yang

demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna

mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2005: 262) pendidikan adalah proses pengubahan sikap

dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, sedangkan Kewarganegaraan

adalah hal yang berhubungan dengan warga Negara; keanggotaan sebagai warga

(43)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan

pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah upaya pengubahan sikap dan tata

laku seseorang atau kelompok orang agar dapat menjalankan perannya sebagai

warga Negara dengan baik.

2.5.2 Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarga Negaraan

Rumusan tujuan pendidikan Kewarganegaraan menurut Wahab dan

Sapriya (2011: 314) menyatakan bahwa pada hakikatnya mengarahkan warga

Negara pada tantangan kehidupan di era globalisasi, warga Negara diharapkan

menjadi warga Negara yang cerdas, mampu berpikir kritis, memiliki komitmen

dan mampu melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara serta pergaulan internasional.

Tujuan mata pelajaran PKn sebagaimana telah diungkapkan Widiyastuti

(2008: 7) sebagai berikut: (1) berfikir secara kritis, rasional dan kretif dalam

menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara bermutu dan

bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara serta anti korupsi, (3) berkembang secara positif dan

demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat

Indonesia, agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya,

(4) berintegrasi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung, dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi.

Hal tersebut juga didukung oleh Wiharyanto (2007: 5) yang menyatakan

(44)

umum dan tujuan secara khusus. Tujuan kewarganegaraan secara umum adalah

membawa peserta didik untuk menjadi ilmuwan dan professional yang memiliki

rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis dan keberadaban; dan menjadi

warga Negara yang memiliki daya saing; berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam

membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai pancasila.

2.5.3 Ruang Lingkup Mata Pelajaran PKn

Menurut Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) ruang lingkup

mata pelajaran PKn pada semester 2 terdiri dari dua standar kompetensi yang

dikembangkan:

Standar Kompetensi: 3. Memahami kebebasan berorganisasi

Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan pengertian organisasi.

3.2 Menyebutkan contoh organisasi yang ada di sekolah

dan masyarakat.

3.3 Menampilkan peran serta dalam memilih organisasi di

sekolah.

Standar Kompetensi : 4. Menghargai keputusan bersama.

Kompetensi Dasar :4.1 Menghargai bentuk-bentuk keputusan bersama.

(45)

2.6 HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Peneliti menemukan satu penelitian yang relevan dan menemukan

kumpulan modul pengembangan diri yang relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti.

2.6.1 Penelitian yang Relevan

Pengembangan Perangkat Pembelajaran PKn Melalui Model Problem

Based Learning Berbasis ICT Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Peserta didik Kelas VIII”. Penelitian ini menggunakan model pengembangan Thiagarajan yang terdiri dari 4 tahap yaitu Define, Design, Develop dan Disseminate. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi RPP, Bahan Ajar Peserta

didik, LKS, CD interaktif Pembelajaran dan Lembar Penilaian Peserta didik

(LPS). Kelima perangkat tersebut disusun dengan menerapkan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ICT, hal ini dimaksudkan untuk membuat pembelajaran PKn menjadi menarik.

2.6.2 Modul Pengembangan Diri yang Relevan

Kumpulan modul karya Barus dan Hastuti (2011) yang berjudul Kumpulan Modul Pengembangan Diri Sarana Implementasi Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar, dalam buku tersebut pengarang merancang suatu program bimbingan yang beberapa diantaranya diintegrasikan dengan mata

pelajaran Agama dan PKn. Berikut contoh salah satu rancangan kegiatan

(46)

Tabel 2.1

Peserta didik dapat lebih memaknai arti dari minta maaf

4 Kompetensi Dasar

Peserta didik dapat mengakui kesalahan yang telah dilakukan dan berani minta maaf

5 Indikator 5.1 Peserta didik mampu membuktikan bahwa minta maaf adalah cermin kejujuran dan keberanian

5.2 Peserta didik mampu mengakui kesalahan yang telah dilakukan

5.3 Peserta didik mampu menunjukkan contoh perbuatan yang menggambarkan bahwa mengakui kesalahan adalah salah satu cara menyelesaikan masalah dengan damai

6 Metode Ceramah, tanya jawab, mendengarkan cerita dan menonton film

7 Waktu 2 X 40 menit 8 Alat Handout dan laptop

9 Sumber 9.1 Lincoln Erik dan Amalee Irfan, (2008). 12 Nilai Dasar Perdamaian. Bandung: Pelangi Mizan

9.2 Http://www.youtube.com/watch?v=GM6bblM S4348&feature=related

10 Sasaran Layanan

Peserta didik SD kelas 3-6 (integrasi dengan PKn/Agama)

Berdasarkan inspirasi dari kedua peneliti itu, maka dalam penelitian ini

peneliti akan mengembangkan model perangkat pembelajaran yang berupa

Silabus, RPP dan materi ajar yang diintegrasikan dengan ragam bimbingan

pribadi dan bimbingan belajar, langkah awal yang dimulai oleh peneliti adalah

melakukan wawancara dengan guru, observasi dan menyebarkan AUK pada

peserta didik kelas V B untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan peserta

didik dan memutuskan bimbingan apa yang harus diberikan kepada peserta didik.

2.7 KERANGKA BERPIKIR

Guru sekolah dasar selain memiliki tugas utama mengajar juga

memberikan layanan bimbingan. Kedua tugas guru tersebut membantu peserta

(47)

mencapai tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Bimbingan dapat

terintegrasi dengan pembelajaran PKn karena pada dasarnya pendidikan dan

bimbingan merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. UU No. 20 Tahun

2003, PP No.19 Tahun 2005dan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 (Barus,

2011:1) menegaskan bahwa bimbingan merupakan kesatuan dalam system

pendidikan sekolah.

Berdasarkan paparan di atas, maka guru membutuhkan perangkat

pembelajaran yang terintegrasi dengan ragam bimbingan agar dapat digunakan

untuk mengajar dan membimbing peserta didik sehingga tugas perkembangan

peserta didik dapat tercapai secara optimal. Pelaksanaan pembelajaran yang

terintegrasi dengan layanan bimbingan dapat dilaksanakan secara klasikal. Setiap

mata pelajaran pada dasarnya mempunyai nilai-nilai yang dapat digunakan untuk

membantu peserta didik mencapai tugas perkembangan mereka, termasuk mata

pelajaran PKn. Berawal dari tugas guru dan kebutuhan guru tersebut, maka dapat

dikembangkan sebuah model perangkat pembelajaran PKn terintegrasi dengan

ragam bimbingan pribadi dan belajar. Secara singkat, kebutuhan guru dan peserta

didik tersebut dapat digambarkan seperti bagan berikut ini:

Gambar 2.1 Alur kerangka berpikir

(48)

Proses pengintegrasian perangkat pembelajaran dengan ragam bimbingan

diawali dengan mengkaji kurikulum dari mata pelajaran yaitu Standar Kompetensi

(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang akan diajarkan. Kompetensi dasar mata

pelajaran PKn dirinci ke dalam indikator mata pelajaran dengan materi “Organisasi”. Indikator mata pelajaran yang disusun, kemudian digabungkan

dengan indikator esensi bimbingan. Penggabungan indikator tersebut

menghasilkan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta

didik. Tujuan pembelajaran disusun agar dapat membantu peserta didik

menguasai mata pelajaran PKn, sekaligus membantu peserta didik mencapai tugas

perkembangannya secara optimal. Sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran

tersebut adalah kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran disusun

berdasarkan tujuan pembelajaran dan tugas perkembangan peserta didik yang

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan: (1) jenis penelitian, (2) model pengembangan,

(3) desain pengembangan, (4) prosedur pengembangan, (5) desain produk,

(6) subyek penelitian, (7) jenis data, (8) instrumen pengumpulan data, dan (9) teknik

analisis data.

3.1 JENIS PENELITIAN

Menurut Trianto (2010: 225) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan

(research and development) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah

ada agar dapat dipertanggungjawabkan. Hal tersebut didukung oleh Setyosari (2010:

200) yang mengemukakan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses yang

dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk penelitian. Metode

penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2010: 407) adalah “Metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji

keefektifan produk tersebut”.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa

penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang menghasilkan produk

baru yang dapat digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran dengan

langkah-langkah sistematis. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan penelitian dan

pengembangan model Dick & Carey (Setyosari, 2010: 202). Langkah-langkah

penelitian pengembangan model Dick & Carey akan dijabarkan sebagai berikut.

(50)

Gambar 3.1

(51)

Penjelasan dari gambar di atas, diuraikan sebagai berikut:

1. Analisis Kebutuhan

Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan program atau produk

yang akan dikembangkan.

2. Analisis Pembelajaran

Melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup keterampilan, proses,

prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai

tuntutan kurikulum.

3. Analisis Pebelajar dan Konteks

Menganalisis pebelajar dan konteks, yang mencakup kemampuan, sikap dan

karakteristik awal pebelajar dalam latar pembelajaran. Karakteristik latar

pembelajaran tersebut juga termasuk dimana pengetahuan dan keterampilan

baru akan digunakan. Langkah 2 dan 3 dapat dilakukan secara bersamaan.

4. Tujuan Umum dan Khusus

Menjabarkan tujuan umum ke dalam tujuan yang lebih spesifik yang berupa

rumusan tujuan untuk unjuk kerja, atau operasional. Gambaran rumusan

operasional ini mencerminkan tujuan khusus program atau produk, prosedur

yang dikembangkan. Tujuan ini secara spesifik memberikan informasi untuk

mengembangkan butir-butir tes.

5. Mengembangkan Instrumen

Mengembangkan instrumen assessment, yang secara langsung berkaitan dengan

tujuan khusus, operasional (sebagaimana dikemukakan di langkah 4).

(52)

Mengembangkan strategi pembelajaran yang secara spesifik digunakan untuk

membantu pembelajar mencapai tujuan khusus.

7. Mengembangkan dan Memilih Bahan Pembelajaran

Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, yang dalam hal ini dapat

berupa: bahan cetak, manual baik untuk pebelajar maupun pembelajar, dan

media lain yang dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan.

8. Merancang dan Melakukan Evaluasi Formatif

Merancang dan melakukan evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan

oleh pengembang selama proses, prosedur, program atau produk yang

dikembangkan.

9. Melakukan Revisi

Revisi dilakukan terhadap proses (pembelajaran), prosedur, program, atau

produk dikaitkan dengan langkah-langkah sebelumnya.

10. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan tingkat

efektifitas program secara keseluruhan dibandingkan dengan program lain.

3.2 MODEL PENGEMBANGAN

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

prosedural. Menurut Setyosari (2010: 200) model prosedural adalah model deskriptif

yang menggambarkan alur yang harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk

tertentu. Model prosedural biasanya berupa urutan langkah-langkah yang diikuti

(53)

Dick & Carey dilaksanakan sampai pada langkah ke tujuh, selanjutnya peneliti

melakukan penilaian ahli yang tidak diujicobakan.

3.3 DESAIN PENGEMBANGAN

Sanjaya (2008: 32) menyatakan bahwa “Desain pengembangan adalah proses

yang disengaja tentang suatu pemikiran, perencanaan, dan penyeleksian

bagian-bagian, teknik, dan prosedur yang mengatur suatu tujuan atau usaha yang hendak

dikembangkan”. Pengembangan dalam penelitian ini mencakup ragam bimbingan

pribadi dan belajar yang diintegrasikan ke dalam mata PKn. Peneliti mengkhususkan

bimbingan pribadi dalam hal ketelitian dengan materi pokok menampilkan peran

serta dalam memilih organisasi sekolah. Bimbingan belajar yang mengkhususkan

dalam hal ketepatan waktu dengan materi pokok menyebutkan contoh-contoh

organisasi sekolah dan masyarakat.

3.4 PROSEDUR PENGEMBANGAN

Prosedur pengembangan dalam penelitian pengembangan model perangkat

pembelajaran PKn yang terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar

untuk peserta didik kelas V B SD N Tegalrejo II ini menggunakan langkah-langkah

yang diadaptasi dari model Dick & Carey (Setyosari, 2010: 202) dengan beberapa

Gambar

Gambar
Tabel 2.1
Gambar 2.1 Alur kerangka berpikir
Gambar  3.1 Langkah-langkah pengembangan Dick & Carey
+7

Referensi

Dokumen terkait

selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau

Satuan pendidikan harus menyusun sendiri kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silabusnya dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian standar isi dan standar

Pada hakekatnya batang yang hanya memikul tekan aksial saja jarang dijumpai dalam struktur namun bila pembebanan diatur sedemikian rupa hingga pengekangan ( restrain

E. Kepuasan kerja sebagai sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia dimana dalam penelitian ini didapatkan kepuasan kerja total perawat pelaksana

Yang dimaksud dengan “semua pihak” adalah Pihak yang melaksanakan penyelenggaraan pendidikan berbasis agama dan budaya yaitu : guru ngaji di mesjid-mesjid/mushala, guru-guru

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 21 Pada halaman ini terdapat form isian yang harus dimasukan untuk menambahkan Data Penyusunan Peraturan, dimana field isian

“ rising star ”, artinya jahe di Singapura berada pada posisi pasar ideal yang bertujuan memperoleh pangsa pasar ekspor tertinggi dengan nilai RCA lebih besar dari

Berdasarkan hasil analisis untuk uji simultan (lihat Tabel 6), ditemukan bahwa nilai F adalah sebesar 3.638 yang signifikan pada taraf 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa