PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS
JETISDEPOK TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Wahyuni Setianingrum
NIM: 101134002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS
JETISDEPOK TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Wahyuni Setianingrum
NIM: 101134002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Keep going and never quit!“
“Think big, feel strong, and pray hard for deep heart”
Karya tulis ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu
memberkati aku melalui Doa Novena
Bapak (Alm) dan Ibu tercinta sebagai rasa Hormat
dan Baktiku
Kakakku tercinta yang sudah memberiku dukungan
dan motivasi buat aku
Sahabat-sahabatku yang menjadi tempat curahan
hati dan pemberi semangat dalam menghadapi
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya ataupun begian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 9 September 2014
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEGIATAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Wahyuni Setianingrum
NIM : 101134002
Demi pengembangan pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS
JETISDEPOK TAHUN PELAJARAN 2013/2014”
Dengan demikian saya memberitahukan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola
dalam bentuk pangkalan data mendistribusikan secara terbatasdan
mempuplikasikan ke dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa meminta ijin dari saya, atau memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat
dengan sebesarnya.
Yogyakarta, 9 September 2014
Yang menyatakan
vii ABSTRAK
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS
JETISDEPOK TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Wahyuni Setianingrum
Uniersitas Sanata Dharma
2014
Proses pendidikan di Indonesia berpusat kepada guru dalam menyampaikan materi. Proses pembelajaran tersebut membuat pembelajaran menjadi pasif dan kurang menyenangkan. Solusi pemecahan masalah tersebut adalah penerapan pendekatan kontekstual. Penelitian ini bertujuan untuk 1) meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok dan 2) meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok.
Dalam meningkatkan minat dan prestasi siswa, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang berlangsung dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, skala sikap, dan tes prestasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa data awal skala minat sebesar 55% kategori berminat, siklus I meningkat menjadi 89,4% dengan kategori sangat baik, dan siklus II meningkat menjadi 94,7% dengan kategori sangat baik.
Hasil penelitian mengenai prestasi belajar siswa menunjukan bahwa data awal, presentase siswa yang mencapai KKM adalah 26,3% dengan kategori sangat rendah, siklus I presentase siswa yang mencapai KKM adalah 52,6% dengan kategori cukup. Pada siklus II, presentase siswa yang mencapai KKM pada siklus II menjadi 89,4% dengan kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Kanisius Jetisdepok.
viii
ABSTRACK
INCREASING INTEREST AND ACHIEVEMENT WITH CONTEXTUAL APPROACH IN FOURTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS
KANISIUS JETISDEPOK YEARS LESSON 2013 / 2014
Wahyuni Setianingrum
Sanata Dharma University
2014
The process of education in Indonesia people-centered to the teacher in conveying matter.A learning process that makes learning being passive and less pleasantly. A solution of solving the problem is the application of contextual. approach. This research aimed at 1 ) according to learn of students in the subject of science students of class IV elementary school Kanisius Jetisdepok and 2 ) increase students achievement in subjects science students of class IV elementary school Kanisius Jetisdepok.
In increasing student interest and achievement researcher used Classroom Action Research that took place in two cycles, and each cycle consisting of planning, action, observation, and reflection. The subjects were fourth grade students Kanisius Jetisdepok. Data collection techniques used observation, attitude scale, and achievement tests.
Research results showed that the preliminary data scale interest as much as 55% category interested, the cycle i increased to 89,4 % with the category of very fine, and the cycle ii increased to 94,7 % with category very well.
The results of the research on students achievement showed that the preliminary data, the percentage of students who reached KKM is 26,3 % with the category of low the cycle of I the percentage of students who reached KKM is 52,6 % with category enough. On a cycle II, the percentage of students who reached kkm in cycles II into 89,4 % with category is very high. Based on the result of the study can be concluded that contextual approach can increase interest and students achievement on the subjects of science class IV elementary school Kanisius Jetisdepok.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan
Minat dan Prestasi Belajar Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV
SD Kanisius Jetisdepok Tahun Pelajaran 2013/2014”. Skripsi ini disusun untuk
melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membarikan bimbingan dan dukungan dalam proses penyusunan
skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Pd.D, selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.
2. Rm. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A, selaku Kaprodi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
3. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd., sekaku Wakaprodi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M. For. Sc selaku dosen pembimbing I
yang telah membimbing dan mendampingi penulisan proses penyusunan
skripsi ini.
5. Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, M.A selaku dosen pembimbing II yang
telah membimbing dan mendampingi penulisan sripsi
6. Ibu Florentina Rusmini, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius
Jetisdepok, yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengadakan
x
7. Bapak Antonius Aji Sampurna, selaku guru kelas IV SD Kanisius
Jetisdepok, yang berkenan membantu dan menjadi mitra penulis dalam
melaksanakan penelitian.
8. Seluruh siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok tahun pelajaran
2013/2014, yang menjadi subyek penelitian.
9. Kedua orang tuaku Ibu Siti Mintarsih, S.Pd dan (Alm) Bapak Antonius
Toto Sugiarto yang memberikan doa, dukungan dan cinta kasih-Nya.
10. Kakaku Riyang Kustanto yang senantiasa memberikan motivasi, semangat
serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan Risma, Dhita, Tri, Nafisa, dan Putra yang
senantiasa memberikan dukungan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi.
12. Brigita Yuni yang telah menemaniku dan membantu untuk menyusun
skripsi.
13. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah
membantu dan memberi dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga karya ini bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 9 September 2014
Penyusun
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN...iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v
HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vi
ABSTRAK...vii
ABSTRACK... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI...xi
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR... .. xv
DAFTAR LAMPIRAN...xvi
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Pembatasan Masalah... 4
1.3 Rumusan Masalah... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.6 Definisi Operasional ...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...8
2.1 Kajian Teori ... 8
2.1.1 Pendekatan Kontekstual ...8
2.1.1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual ...8
2.1.1.2 Komponen UtamaPendekatan Kontekstual ... 9
2.1.1.3 Kelebihan&kekurangan Pendekatan Kontekstual . 13
2.1.2 Minat Belajar ...14
xii
2.1.2.2 Faktor Pendorong Minat ... 15
2.1.2.3 Indikator Minat Belajar ...16
2.1.3 Prestasi Belajar ...18
2.1.3.1 Pengertian Belajar ... 18
2.1.3.2 Pengertian Prestasi Belajar ...19
2.1.3.3 Aspek-aspek Prestasi Belajar ... 20
2.1.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 24
2.1.4 IPA ... 27
2.1.4.1 Pengertian IPA ... 26
2.1.4.2 Tujuan IPA ...28
2.1.4.3 Ruang Lingkup IPA... 29
2.1.5 Energi Alternatif ...29
2.1.5.1 Pengertian Energi Alternatif ... 29
2.1.5.2 Macam-macam Contoh Energi Alternatif ...30
2.1.4.3 Penggunaan Energi Alternatif ...34
2.2 Penelitian Yang Relevan...34
2.3 Kerangka Berpikir ...40
2.4 Hipotesis Tindakan ...41
BAB III METODE PENELITIAN ...42
3.1 Jenis Penelitian ...42
3.2 Setting Penelitian ... 43
3.3 Rancangan Tindakan ...43
3.3.1 Persiapan... 43
3.3.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus...44
3.4 Teknik Pengumpulan Data...54
3.5 Instrumen Penelitian ...55
3.6 Validitas dan Reliabilitas... 59
3.7 Indeks Kesukaran Soal ...69
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...75
4.1 Hasil Penelitian ... 75
4.1.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas... 75
4.1.1.1 Siklus I ... 75
4.1.1.2 Siklus II... 83
4.1.2 Minat Siswa... 92
4.1.2.1 Skala Minat Siswa... 93
4.1.2.2 Observasi Minat Belajar Siswa... 95
4.1.2.3 Prestasi Belajar Siswa... 98
4.2 Pembahasan ...102
4.2.1 Minat Siswa...104
4.2.2 Prestasi Belajar...108
BAB V PENUTUP ...112
5.1 Kesimpulan ... 112
5.2 Keterbatasan Penelitian...113
5.3 Saran ...114
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar...56
Tabel 3.2 Blue Print Observasi Minat ...56
Tabel 3.3 Blue Print Skala Minat ...57
Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Tes Prestasi ...58
Tabel 3.5 Perhitungan SPSS Skala Minat ...60
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran Silabus ...61
Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Validitas Perangkat Pembelajaran RPP...62
Tabel 3.8 Hasil Perhitunan Validitas Perangkat Pembelajaran LKS ... 64
Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Validitas Bahan Ajar ... 64
Tabel 3.10 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 65
Tabel 3.11 Hasil Validitas soal tes Prestasi Belajar ...66
Tabel 3.12 Koefisien Korelasi Reliabilitas... 68
Tabel 3.13 Kategori Tingkat Kesukaran Soal ... 69
Tabel 3.14 Kriteria Keberhasilan Minat Belajar Siswa ... 71
Tabel 3.15 Perhitungan dan Kategori Tingkat Minat Belajar Siswa ... 71
Tabel 3.16 Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa ... 72
Tabel 4.1 Skor Rata-rata Minat Belajar Siswa ...93
Tabel 4.2 Hasil Observasi Minat Belajar ... 96
Tabel 4.3 Hasil Skor Tes Prestasi Belajar Kondisi Awal ... 98
Tabel 4.4 Hasil Skor Tes Prestasi Belajar Siklus I ... 99
Tabel 4.5 Hasil Skor Tes Prestasi Belajar Siklus II ... 100
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sel Surya ... 31
Gambar 2.2 Stasiun Pembangkin Tenaga Uap ...32
Gambar 2.3 Kincir Air... 32
Gambar 2.4 Kincir Angin ...33
Gambar 2.5 Skema Penelitian Relevan...39
Gambar 3.1 Model Penelitian Kemmis & Mc Taggart ...42
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Minat Belajar ... 95
Gambar 4.2 Grafik Hasil Observasi Minat Belajar Siswa ... 97
Gambar 4.3 Grafik Hasil Peningkatan Siswa yang Lulus KKM... 101
Gambar 4.4 Grafik Indikator Pencapaian Minat Belajar... 103
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Siklus I ... 119
Lampiran 2 Silabus Siklus II...129
Lampiran 3 RPP Siklus I Pertemuan I... 138
Lampiran 4 RPP Siklus I Pertemuan II ...143
Lampiran 5 RPP Siklus I Pertemuan III...149
Lampiran 6 LKS Siklus I Pertemuan 1... 153
Lampiran 7 LKS Siklus I Pertemuan 2... 155
Lampiran 8 Soal Tes Prestasi Siklus I...158
Lampiran 9 RPP Siklus II Pertemuan I ...161
Lampiran10 RPP Siklus II Pertemuan II ...169
Lampiran 11 RPP Siklus II Pertemuan III ... 177
Lampiran 12 LKS Siklus II Pertemuan I...182
Lampiran 13 LKS Siklus II Pertemuan II ... 184
Lampiran 14 Soal Tes Prestasi Siklus II... 186
Lampiran 15 Validitas Soal Tes Prestasi ... 190
Lampiran 16 Kisi-kisi Soal Siklus I dan Siklus II Yang Sudah diValiditas ... 192
Lampiran 17 Validitas Skala Sikap ...196
Lampiran 18 Kisi-kisi Skala Sikap Yang Belum diValidasi...203
Lampiran 19 Kisi-kisi Skala Sikap Yang Sudah diValidasi ... 205
Lampiran 20 Hasil Validitas Skala Sikap ... 209
Lampiran 21 Hasil Validitas Perangkat Pembelajaran ...212
Lampiran 22 Hasil Perhitungan Minat Belajar ... 216
Lampiran 23 Hasil Observasi Minat Belajar Kondisi Awal... 234
Lampiran 24 Hasil Observasi Minat Belajar Siklus I ... 238
Lampiran 25 Hasil Observasi Minat Belajar Siklus II...242
Lampiran 26 Contoh Hasil LKS Siklus I... 246
Lampiran 27 Cotoh Hasil LKS Siklus II ...256
xvii
Lampiran 29 Contoh Hasil Soal Tes Prestasi Siklus II...268
Lampiran 30 Contoh Lembar Skala Sikap Siklus I...274
Lampiran 31 Contoh Lembar Skala Sikap Sikus II ... 278
Lampiran 32 Surat Permohonan Ijin Penelitian ...282
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 283
Dokumen/Foto ... 284
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Proses pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga-lembaga
pendidikan di Indonesia masih berpusat kepada guru dalam menyampaikan
materi. Proses pembelajaran tersebut membuat pembelajaran menjadi
pasif dan kurang menyenangkan. Usaha untuk meningkatkan kualitas
pendidikan diperlukan pembelajaran yang aktif sehingga pembelajaran
yang aktif diharapkan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar atau
hasil belajar siswa. Selain itu, cara guru menyampaikan materi
pembelajaran kepada siswa di kelas memegang peranan penting agar siswa
dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru. Materi pembelajaran
juga merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang perlu
diperhatikan dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Materi pembelajaran berisikan pengetahuan,
ketrampilan, dan nilai atau sikap yang dikuasai siswa. Salah satunya dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA.
Padahal mata pelajaran ini sangat penting bagi siswa, karena IPA
sangat berkaitan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Melalui
pembelajaran IPA, siswa dapat memperoleh pengetahuan, ketarampilan,
sikap, dan kepekaan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Kenyataan yang terjadi, mata Pelajaran IPA tidak
mata pelajan IPA sulit untuk dipelajari dan akibatnya hasil belajar siswa
lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain.
Berdasarkan observasi pada guru kelas IV SD Kanisius Jetisdepok
tanggal 10 Februari 2014, diketahui bahwa pembelajaran masih
menggunakan metode ceramah. Penerapan metode ceramah membuat
siswa menjadi kurang bersemangat mengikuti pembelajaran, pasif, tidak
dapat menguasai materi yang diajarkan dan tidak diberi kesempatan untuk
menemukan pengetahuannya sendiri. Siswa mendengarkan, mencatat, dan
menghafal materi yang disampaikan oleh guru. Kondisi tersebut
berpengaruh terhadap minat belajar siswa di kelas. Hal ini terbukti jika
mengikuti pembelajaran, siswa ada yang melamun, mengajak teman
berbicara dan tidur-tiduran di atas meja. Seringkali guru memberikan
pertanyaan kepada siswa hanya satu siswa yang menjawab pertanyaan.
Berdasarkan hasil observasi kondisi awal minat, siswa memperoleh
rata-rata sebesar 50,3 dengan persentase 55% siswa yang memiliki minat di
atas rata-rata dan termasuk kategori berminat.
Dari fakta-fakta di atas, rendahnya minat belajar diduga menyebabkan
rendahnya prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat diperkuat dengan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Data nilai mata pelajaran IPA
siswa kelas IV tahun pelajaran 2013/2014 pada materi energi alternatif dan
penggunaannya yang peneliti peroleh menunjukan bahwa hanya 26,3%
bahwa siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok kurang mampu menguasai
materi yang disampaikan oleh guru.
Pemecahan permasalahan tersebut diperlukan suatu upaya dan
pendekatan yang menarik bagi siswa sehingga minat dan prestasi belajar
siswa meningkat. Pendekatan yang sesuai untuk mengatasi permasalah
tersebut adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual sangat
tepat diterapkan di Sekolah Dasar karena merupakan konsep pembelajaran
yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi
dunia nyata siswa (Muslich, 2004: 40). Pendekatan ini dapat mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan kontekstual
membuat siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh
guru dan pembelajaran akan lebih menyenangkan.
Pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan
(inkuiri),bertanya (qustioning), masyarakat belajar(learning community),
pemodelan (modelling), refleksi (reflection) dan peniliaian autentik
(authentic assessment) (Komalasari, 2010: 11-13). Apabila tujuh
komponen tersebut dilaksanakan maka siswa akan lebih mudah
mengembangkan pikiran, mendorong rasa keingintahuan siswa, serta
membuat pembelajaran di kelas lebih bermakna. Dengan menggunakan
pendekatan kontekstual ini, siswa dapat meningkatkan minat dan prestasi
kontekstual agar dapat membantu siswa lebih berkonsentrasi mengikuti
pembelajaran. Materi yang akan diteliti adalah tentang energi alternatif dan
penggunaannya, karena siswa dapat mengetahui dan mengalami langsung
manfaat energi alternatif dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan
kontekstual sangat sesuai diterapkan dalam pembelajaran energi alternatif
dan penggunaannya. Dengan demikian, pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis mengambil judul
“Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar dengan Pendekatan Kontekstual
Pada Siswa Kelas IV Tahun Ajaran 2013/2014”.
1.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti hanya membatasi
penelitiannya pada masalah berikut ini:
1. Minat belajar siswa saat mengikuti pembelajaran masih rendah
2. Prestasi belajar siswa masih rendah
3. Penelitian ini dilakukan hanya untuk mata pelajaran IPA khususnya
pada standar kompetensi 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi dasar 8.2
Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam
1. Bagaimana proses pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan
minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok?
2. Apakah penerapan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA
dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SD Kanisius
Jetisdepok?
3. Apakah penerapan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius
Jetisdepok?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini
adalah :
1. Mengetahui proses pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan
minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok.
2. Meningkatkan minat belajar siswa pembelajaran energi alternatif dan
penggunaannya kelas IV SD Kanisius Jetisdepok dengan menerapkan
pendekatan kontekstual.
3. Meningkatkan prestasi belajar siswa pembelajaran energi alternatif dan
penggunaannya kelas IV SD Kanisius Jetisdepok dengan menerapkan
pendekatan kontekstual.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat dirumuskan dari penelitian ini sebagai
1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah kajian tentang pendekatan
kontestual dapat meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran IPA.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman nyata dan
pengetahuan tentang penerapan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran di kelas.
b. Bagi guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi dan solusi
untuk mengatasi prestasi belajar siswa yang rendah pada
pembelajaran IPA materi energi alternatif.
c. Bagi siswa
Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini memberi pengalaman
yang nyata bagi siswa pada saat melakukan kegiatan pembelajaran,
sehingga diharapkan dapat mengurangi kejenuhan saat, belajar,
serta prestasi belajar siswa lebih meningkat.
d. Sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan informasi
tentang cara meningkatkan prestasi belajar siswa dalam
1.6 Definisi Operasional
a. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang membantu siswa
mengaitkan materi ajar dengan situasi dunia nyata dan siswa mudah
menghubungkan pengetahuann dalam kehidupan sehari-hari.
b. Minat adalah suatu ketertarikan pada suatu aktivitas atau kegiatan
tertentu yang disukai seseorang tanpa adanya paksaan , menimbulkan
perhatian yang disertai rasa senang.
c. Prestasi belajar adalah bukti yang menunjukan kemampuan atau
keberhasilan seseorang setalah melakukan proses dan sebagai hasilnya
ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru
d. IPA adalah ilmu pengetahuan yang rasional dan objektif serta ilmu
yang mempelajari alam dengan segala isinya
e. Energi Alternatif adalah energi yang dapat digunakan dengan tujuan
8 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan topik-topik yang terkait dengan judul Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini. Topik-topik tersebut anatara lain; (1) Pendekatan
Kontekstual, (2) Minat Belajar, (3) Prestasi Belajar, (4) IPA, (5) Energi Alternatif.
Topik-topik tersebut dijelaskan sebagai berikut.
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pendekatan Kontekstual
2.1.1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual
Terdapat beberapa pengertian pendekatan kontekstual menurut para
ahli yaitu menurut Sadirman, Purnomo, dan hull’s dan Sounders.
Berikut ini pengertian pendekatan kontekstual menurut Sadirman
(2007: 222) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru untuk
mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa yang dapat
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari
dengan penerapan dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Purnomo (2006: 1) menjelaskan bahwa pendekatan kontekstual
merupakan sebuah konsep pembelajaran yang membantu guru untuk
menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkan guru dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
(dalam Komalasari, 2010: 6), pembelajaran kontestual adalah siswa
menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan
penerapan praktis di dalam kontes dunia nyata.
Definisi menurut Sadirman dan Purnomo mempunyai pendapat
yang sama mengenai pendekatan kontekstual yaitu sebuah konsep
pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang dapat mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapan
dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Definisi
menurut Hull’s dan Sounders, pendekatan kontekstual adalah siswa
menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan
penerapan praktis di dalam kontes dunia nyata.
Bedasarkan penjelasan pendekatan kontekstual di atas, penulis
menyimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang
membantu siswa mengaitkan materi ajar dengan situasi dunia nyata dan
siswa mudah menghubungkan pengetahuann dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.1.2 Komponen Utama Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama yang
disusun agar kegiatan belajar lebih hidup. Menurut Ditjen Dikdasmen
(dalam Komalasari, 2010: 11-13) untuk penerapannya, pendekatan
kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme
(constructivism), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning
autentik (authentic assessment). Ada tujuh komponen tersebut sebagai
berikut :
a. Konstruktivisme(Constructivism)
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksikan pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata. Sugiyanto (2009: 17) mendukung pendapat Ditjen
Dikdasmen (dalam Komalasari, 2010: 11-13) bahwa Konstruksivisme
adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur
kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Berdasarkan definisi di atas
konstruktivisme lebih menekankan bahwa belajar tidak hanya menghafal,
mengingat pengetahuan tetapi merupan suatu proses belajar mengajar
dimana siswa lebih aktif secara mental membangun pengetahuannya
sendiri berdasarkan pengalaman.
b. Menemukan(inquiry)
Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan
sendiri melalui siklus: (1) observasi (observation), (2) bertanya
(questioning), (3) mengajukan dugaan (hiphotesis), (4) pengumpulan data
(data gathering), dan penyimpulan (conclussion). Rusman (2012: 194)
pembelajaran yang berbasis kontekstual, karena dengan menemukan akan
memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan ketrampilan serta
kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari
mengingat, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya.
Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran
berbasis kontekstual. Melalui bertanya, pembelajaran akan lebih hidup,
akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan
mendalam. Kegiatan bertanya berguna untuk : (1) menggali informasi; (2)
menggali pemahaman siswa; (3) membangkitkan respon siswa; (4)
mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; (5) mengetahuai hal-hal
yang sudah diketahuai siswa; (6) memfokuskan perhatian siswa; (7)
membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan (8)
menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
d. Masyarakat belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja
sama dan menfaatkan sumber belajar dari orang lain atau teman-teman
belajarnya. Konsep learning community menyarankan hasil belajar diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman
(sharing). Masyarakat belajar akan terjadi jika terjadi komunikasi dua
arah, dua kelompok, atau lebih yang terlibat dalam komunikasi
e. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,
mendemostrasi bagaimana guru mengiginkan siswanya untuk belajar dan
melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan, melihat siswa dan juga mendatangkan dari luar sekolah
(narasumber).
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang yang baru
dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan
dimasa lalu. Realitasnya dalam pembelajaran, guru memberikan waktu
sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung
tentang apa yang diperoleh hari ini.
g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata hasil, dan dengan
berbagai cara. Penilaian dapat berupa penilaian tertulis (pencil and paper
test) dan penilaian berdasarkan perbuatan (performance based assessment), penugasan (project), produk (product), atau portofolio (portfolio)
Berdasarkan penjelasan komponen-komponen pendekatan kontekstual
di atas, penulis menyimpulkan bahwa terdapat tujuh komponen
pendekatan kontekstual yaitu konstruktivisme, menemukan, bertanya,
2.1.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontestual
Kelebihan pendekatan kontekstal menurut Johnson (2007: 300) adalah
sebagai berikut:
a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan nyata. Artinya siswa
dituntuk untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab
dengan menghubungkan materi yang ditemukan dengan kehidupan
nyata, materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam ingatan
siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme dimana seorang siswa dituntut untuk
menemukan pengetahuannya sendiri.
Kelemahan pendekatan kontekstual menurut Johnson (2007: 302)
adalah sebagai berikut:
a. Menumbuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat siswa
benar-benar paham.
b. Membutuhkan tenaga yang banyak dalam berkomunikasi kepada
siswa karena tingkat inteligensi setiap siswa berbeda-beda agar
siswa benar-benar paham.
Berdasarkan penjelasan kelebihan dan kelemahan pendekatan
kontekstual di atas, penulis menyimpulkan bahwa ada dua kelebihan
serta pembelajaran lebih produktif dan menumbuhkan penguatan konsep
siswa,sedangkan untuk kelemahan pendekatan kontekstual ada dua, yaitu
menumbukan waktu yang cukup lama dan membutuhkan tenaga yang
banyak.
2.1.2 Minat Belajar 2.1.2.1 Pengertian Minat
Minat erat dengan kaitannya dengan perhatian dan ketertarikan anak
terhadap suatu pelajaran. Slameto (2013: 180) berpendapat bahwa minat
adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa adanya yang menyuruh. Minat sangat berpengaruh terhadap aktivitas
siswa di kelas, seperti di kelas siswa yang mempunyai minat yang rendah
secara fisik akan terlihat letih, lesu dan perhatiannya rendah saat mengikuti
pelajaran. Menurut Hilgard (dalam Slameto, 2013: 57), minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus
yang disertai dengan rasa senang. Krapp, Hidi dan Renninger (dalam Hera,
Agus, dan Puji, 2002 : 88) berpendapat bahwa minat adalah dorongan dalam
diri seseoramg yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara
selektif.
Teori menurut Slameto berbeda dengan teori Hilgard. Slameto
berpendapat bahwa minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa adanya yang menuruh. Hilgard berpendapat
mengenang beberapa kegiatan. Teori menurut Krapp, Hidi dan Renninger
mendukung teori menurut Slameto yaitu orongan dalam diri seseoramg yang
menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan
suatu ketertarikan pada suatu aktivitas atau kegiatan tertentu yang disukai
seseorang tanpa adanya paksaan, menimbulkan perhatian yang disertai rasa
senang.
2.1.2.2 Faktor Pendorong Minat
Menurut Wahyuni (2002: 365) salah satu cara untuk menarik minat
selama pelajaran adalah menghubungkan pengalaman belajar dengan minat
siswa.
Menurut Sadirman (2007: 93-94) berpendapat bahwa ada beberapa cara
untuk menciptakan minat, antara lain:
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan untuk belajar
b. Menghubungkan pengalamannya dengan persoalan atau masalah pada
masa lampau
c. Menggunakan berbagai macam cara mengajarkan supaya siswa tidak
merasa bosan
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belomba mendapatkan hasil
yang lebih baik.
Menurut Soewardi (198: 183) berpendapat bahwa minat didorong oleh
motivasi. Motivasi merupakan suatu tenaga yang mendorong setiap individu
Bedasarkan teori pendorong minat di atas, tiga ahli mempunyai
pengertian atau pendapat yang berbeda-beda. Menurut Wahyuni cara untuk
menarik minat selama mengikuti pembelajaran adalah mengubungkan
pengalaman belajar dengan minat siswa. Menurut Sadirman beberapa cara
untuk menciptakan minat, antara lain membangkitkan adanya suatu
kebutuhan, menghubungkan pengalaman dengan persoalan atau masalah
pada masa lampau, menggunakan berbagai macam cara mengajar supaya
siswa tidak merasa bosan, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
berlomba mendapatkan hasil yang baik. Menurut Soewardi bahwa minat
didorong oleh motivasi. Keterkaitan antara teori Wahyuni, Sadirman dan
Soewardi adalah saling melengkapi bahwa minat dapat tumbuh karna
adanya motivasi dan menghubungkan pengalam belajar dengan
menggunakan berbaggai macam cara mengajar.
Berdasarkan penjelasan faktor minat belajar di atas, penulis
menyimpulkan bahwa faktor pendorong minat adalah memberikan motivasi
kepada siswa untuk menghubungkan pengalaman belajar dengan minat
belajar siswa. Pembelajaran yang menggunakan berbagai cara mengajar
supaya siswa tidak merasa bosan dan siswa diberi kesempatan untuk
berlomba untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
2.1.2.3 Indikator Minat Belajar
Pembelajaran diperlukan penyajian materi yang menarik dan
menyenangkan agar dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Oleh
terhadap hal-hal yang berhubungan dengan minat. Menurut Sukartini (dalam
Suhartini, 2001: 26) analisis minat dapat dilakukan terhadap hal-hal:
a) Keinginan untuk mengetahui atau memiliki sesuatu
b) Objek atau kegiatan yang disenanginya
c) Jenis kegiatan yang disukainnya.
d) Usaha yang menyatakan rasa senang terhadap sesuatu
Menurut Slamato (1998: 58) menyatakan bahwa indikator minat
belajar, yaitu:
a) Perasaan senang
Seorang siswa memiliki perasaan senang atau suka terhadap
pembelajaran misalnya dalam mengikuti pembelajaran sama sekali
tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.
b)Daya tarik siswa
Siswa cenderung memiliki rasa tertarik pada orang, benda, atau
kegiatan yang sedang dilakukan
c) Perhatian siswa
Perhatian merupakan konsentrasi yang dimiliki siswa terhadap
kegiatan yang dilakukan dengan mengesampingkan kegiatan lain.
Siswa yang memiliki minat belaja pada kegiatan tertentu maka
dengan sendirinya akan memperhatikan kegiatan tersebut.
Teori menurut Sukartini berbeda dengan teori Slameto. Sukartini
mengatakan bahwa indikator minat belajar ada empat, yaitu keinginan untuk
kegiatan yang disukainnya, dan usaha yang menyatakan rasa senang
terhadap sesuatu. Slameto menyatakan bahwa indikator minat belajar ada
tiga, yaitu perasaan senang, daya tarik siswa, dan perhataian siswa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat, disimpulkan bahwa
indikator-indikator seseorang mempunyai minat terhadap pembelajaran adalah
perasaan senang, keinginan untuk mengetahui sesuatu atau daya tarik dan
perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran.
2.1.3 Prestasi Belajar 2.1.3.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang sebagai upaya
mendapatkan suatu kemampuan tertentu. Belajar juga berhubungan dengan
perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan
oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi tersebut.
Menurut Udin (2007: 4), belajar diartikan sebagai proses mendapatkan
pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai
pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang.
Menurut Syah (2003: 68), belajar merupakan tahapan perubahan
seluruh tingkah laku seseorang atau individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.
Morgan (dalam Purwanto ,1987: 85) berpendapat belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
Hilgard (dalam Tanlain 2007: 6) merumuskan bahwa belajar adalah
proses terbentuknya tingkah laku atau terjadinya perubahan tingkah laku
melalui latihan atau praktik. Hilgard menegaskan dua hal mengenai belajar
yaitu (1) kegiatan bersifat latihan dan yang tidak bersifat praktik: latihan
dengan anggota badan sehingga menjadi trampil dan praktek penerapan
pengetahuan, dan (2) perubahan yang terjadi dalam diri berupa pengetahuan,
pemahaman, sikap, dan ketrampilan yang nampak dalam tingkah laku.
Teori belajar menurut Udin, Syah, Morgan, dan Hilgard memiliki
pendapat yang berbeda mengenai belajar. Udin berpendapat bahwa belajar
adalah proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan
menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku
pada masa yang akan datang. Belajar menurut Syah adalah perubahan
tingkah laku yang melibatkan proses kognitif. Belajar menurut Morgan
adalah setiap perubahan yang relativ menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar menurut
Hilgard adalah proses terbentuknya tingkah laku atau terjadinya perubahan
tingkah laku melalui latihan atau praktik.
Berdasarkan penjelasan belajar di atas, penulis menyimpulkan
pengertian belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan dengan
membaca dan pengalaman sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku.
2.1.3.2 Pengertian Prestasi belajar
Hamdani (2011: 138) berepandapat prestasi belajar adalah merupakan
prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh sesorang
setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Tu’u (2004: 75) berpendapat
bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai
tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Winkel (2004: 162)
berpendapat bahwa prestasi merupakan bukti yang menunjukan kemampuan
atau keberhasilan seseorang setelah melakukan proses belajar.
Teori belajar menurut Hamdani, Tu’u, dan Winkel memiliki pendapat
yang berbeda mengenai prestasi belajar. Teori menurut Hamdani
mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan sbukti keberhasilan yang
telah dicapai oleh seseorang. Menurut Tu’u prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru. Menurut Winkel prestasi belajar adalah bukti yang
menunjukan kemampuan atau keberhasilan seseorang setelah melakukan
proses belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa prestasi
belajar merupakan bukti yang menunjukan kemampuan atau keberhasilan
seseorang setalah melakukan proses dan sebagai hasilnya ditunjukan dengan
nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
2.1.3.3 Aspek-aspek Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang siswa dalam
sempurna jika memenuhi beberapa aspek dalam belajar Syah (2003: 214)
mengemukakan aspek dalam prestasi belajar ada tiga yaitu:
a. Aspek kognitif
Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan
berpikir. Aspek kognitif berkaitan erat dengan tingakt intelegensi (IQ) atau
kemampuan berpikir siswa. Sejak dulu aspek kognitif menjadi perhatian
utama dalam sistem pendidikan formal. Hal ini terbukti dengan metode
penilain di sekolah-sekolah. Penilaian di sekolah biasanya mengutamakan
kesempurnaan pada aspek kognitif.
Menurut Bloom (dalam Purwanto, 2009: 50) membagi dan
menyusun secara hirarkhis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang
paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan
kompleks yaitu evaluasi. Adapun tujuan ranah kognitif terdiri dari enam
bagian :
1) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan mengacu pada kemampuan mengenal materi yang sudah
dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Hal
yang paling penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan
benar.
2) Pemahaman(Comrehension)
Pemahaman mengacu kepada kemampuan memahami makna materi.
Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat
3) Penerapan(Application)
Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan
materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut
penggunaan aturan atau prinsip. Penerapan merupakan tingkat
kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
4) Analisis(Analysis)
Analisis mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam
komponen-komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu
memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya
sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis
merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada
aspek pemahaman maupun penerapan.
5) Sintesis
Sintesis mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau
komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau
bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis
merupakan kemampun berfikir yang lrbih tinggi daripada kemampuan
sebelumnya.
6) Evaluasi(Evaluation)
Evaluasi mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap
nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat
kemampuan berfikir yang tinggi.
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan Evaluasi. Pada penelitian
ini aspek kognitif lebih fokus pada bagian Pengetahuan, pemahaman,
penerapan, dan evaluasi.
b. Aspek afektif
Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap.
Aspek afektif berkaitan erat dengan kecerdaan emosi (EQ) siswa. Penilaian
pada aspek ini dapat terlihat pada kedisiplinan, tanggung jawab, sikap
hormat atau sopan santun kepada guru, kepatuhan, dan sebagainya.
Krathwohl (dalam Purwanto, 2009: 51) membagi hasil belajar afektif
menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi,
dan internalisasi.
c. Aspek psikomotorik
Aspek psikomotorik adalah aspek yang berkaitan dengan
kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Jadi lebih
sederhananya, aspek psikomotorik menunjukan kemampuan atau
ketrampilan (skill)yang dimiliki siswa setelah menerima pengetahuan.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
aspek prestasi belajar ada tiga yaitu aspek kogntif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik. Peneliti menggunakan aspek kognitif dalam penelitian,
karena peneliti menilai prestasi siswa dengan menggunakan tes pilihan
ganda dan isian singkat sesuai dengan penilaian prestasi SD Kanisius
2.1.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil dari
interaksi antara berbagai macam faktor yang mempengaruhinya. Menurut
Slameto (2003: 5-7), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu itu
sendiri. Adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor internal yaitu
kecerdasan, bakat, minat dan motivasi.
1) Kecerdasan
Kecerdasan adalalah kemampuan belajar yang disertai kecakapan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan
ini sangat ditentukan oleh tinggi dan rendahnya intelegensi yang normal
selalu menunjukan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.
Menurut Jensen (dalam Mulyani, 2008: 5) mengemukakan kecerdasan itu
diwariskan (diturunkan). Perkembangan kecerdasan setiap anak yang satu
dengan anak yang lainnya berbeda-beda, sehingga sesorang anak pada usia
tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan teman sebaya. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor kecerdasan
merupakan salah satu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar
2) Bakat
Bakat merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu tugas
tanpa banyak tergantung kepada latihan. Namun demikian, bakat juga perlu
dikembangkan agar dapat lebih terwujud dalam kehidupan seseorang. Setiap
orang pasti mempunyai bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi
sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kemampuan masing. Dengan
demikian, bakat merupakan potensi yang ada dalam diri seseorang yang
perlu dilatih dan dikembangkan karena tanpa latihan dan pengembangan
bakat yang ada dalam diri seseorang tidak akan berkembang.
3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memeperhatikan
dan mengenai beberapa kegiatan. Sadirman (2007: 76) mengemukakan
minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila sesorang melihat ciri-ciri
atau arti sementara situasi yang dihunungkan dengan keingian-keingian atau
kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Berdasarkan pendapat di atas, minat besar
seseorang berpengaruh terhadap belajar atau kegiatan. Minat belajar yang
telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
hasil belajarnya. Apabila seorang siswa mempunyai minat yang tinggi
terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga
apa yang diinginkan akan tercapai.
4) Motivasi
Motivasi adalah kondisi khusus yang dapat mempengaruhi individu
proses pembelajaran yang dapat membantu mendorong kemauan belajar
siswa. Reinforcement dan reward dari dalam mungkin penting untuk meningkatkan perbuatan tertentu atau untuk membuat siswa yakin hingga
mau mengulangi apa yang sudah dipelajari. Menurut Mc. Donald (dalam
Sadirman, 2007: 73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar yang berasal dari luar diri siswa. Faktor eksternal anatara
lain:
1) Kualitas guru dalam penguasaan materi pembelajaran
2) Metode yang digunakan guru saat mengajar
3) Fasilitas mengajar, misalnya media dan alat pergara
4) Lingkungan yang mendukung, dan sebagainya.
Bedasarkan pernyataan di atas, faktor yang memperngaruhi prestasi
belajar ada dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal terdiri dari kecerdasan, bakat, minat, dan motivasi. Faktor eksternal
yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu kualitas guru dalam penguasaan
materi pembelajaran, metode yang digunakan guru saat mengajar, fasilitas
2.1.4 IPA
2.1.4.1 Pengertian IPA
Kata “IPA” merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan Alam”.
Kata-kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata-kata
bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat disebut “Science”. Natural
artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan
alam. Ilmu adalah suatu pengetahuan yang bener, maksdunya pengetahuan
yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu yaitu rasional dan
obyektif. Rasional adalah masuk akal atau logis, diterima dengan akal
sehat, sedangkan obyektif yaitu sesui dengan obyeknya, kenyataan, sesuai
dengan pengalaman pengamatan melalui penca indera. Pengetahuan alam
adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Jadi, IPA
adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta
dengan segala isinya. Menurut para ahli ada beberapa pengertian tentang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut Sukardjo (2005: 1), menyatakan
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari alam
dengan segala isinya, atau secara sederhana merupakan suatu kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah
ilmu pengetahuan yang rasional dan objektif serta ilmu yang mempelajari
2.1.4.2 Tujuan IPA
Sulistiyorini (2007: 40) berpendapat bahwa pembelajaran IPA di
SD/MI bertujuan agar siswa:
a. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap
sains, teknologi dan masyarakat.
b. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains
yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains
dalam kehidupan sehari-hari.
e. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang
pengajaran lain.
f. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan
alam.
g. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta
ini untuk dipelajari.
Maksud dan tujuan pembelajaran IPA tersebut adalah agar siswa
memiliki pengetahuan tentang gejala alam, berbagai jenis dan perangai
lingkungan melalui pengamatan agar siswa tidak buta akan pengetahuan
2.1.4.3 Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup bahan kajian Ilmu Pengetahuan Alam untuk
Sekolah Dasar menurut Sulistyorini (2007: 40) meliputi aspek-aspek :
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b. Benda atau materi,sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat
dan gas
c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet
listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
e. Menurut kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ilmu
Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar diberikan sebagai mata
pelajaran sejak kelas IV, sedang kelas I sampai kelas III diberikan
secara tematik dengan pelajaran yang lain, karena dalam
penelitian ini yang penulis kaji bahan kelas IV.
2.1.5 Energi Alternatif
2.1.5.1 Pengertian Energi Alternatif
Menurut Rositawaty dan Aris (2008: 138) berpendapat bahwa energi
alternatif adalah energi pengganti yang dapat menggantikan peran minyak
bumi. Energi alternatif yang sedang dikembangkan saat ini adalah energi
Umumnya, energi alternatif ini digunakan untuk mengurangi
penggunaan bahan bakar hidrokarbon yang mengakibatkan kerusakan
lingkungan dari emisi karbon dioksida yang tinggi, yang berkontribusi
besar terhadap pemanasan global.
Istilah “alternatif” merujuk kepada suatu teknologi, selain teknologi
yang digunakan untuk menghasilkan energi. Teknologi alternatif yang
digunakan untuk menghasilkan energi dengan mengatasi masalah dan
tidak menghasilakan masalah seperti penggunaan bahan bakar fosil
(Atmawati, 2010).
2.1.5.2 Macam-macam contoh energi alternatif
Berbagai sumber-sumber di alam sekitar yang dapat dimanfaartkan
sebagai energi alternatif sebenarnya mudah didapatkan. Usaha manusia
untuk memperolehnya dengan menggunakan teknologi yang telah ada,
maka energi alternatif dapat diperoleh. Beberapa macam contoh energi
alaternatif antara lain :
a. Energi matahari
Menurut Rositawaty dan Aris (2008: 138) berpendapat matahari
merupakan sumber energi utama di muka bumi. Energi panas yang
dihasilkan matahari sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Energi
radiasi matahari dapat diubah menjadi energi listrik dan energi kalor.
Peralatan yang menggunakan sel-sel surya dapat langsung mengubah
energi radiasi sinar matahari menjadi energi listrik. Pada saat ini, sel-sel
Sel-sel surya ini dapat mengubah energi radiasi sinar matahari
menjadi energi panas. Energi panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk
memanaskan ruangan, memanaskan air, dan keperluan lain. Pada saat ini,
sel-sel surya sudah biasa dijumpai diatap-atap rumah, rumah sakit, dan
hotel-hotel. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pemanfaatan energi
ini adalah matahari tidak bersinar sepanjang hari. Penerapan energi
matahari dapat ditunjukan pada gambar 2.1 (Rositawaty dan Aris, 2008 :
139)
Gambar 2.1. Sel Surya mengubah energi matahari menjadi energi listrik
b. Energi Panas Bumi
Menurut Wahyono dan Nurachmadani (2008: 102) berpendapat
bahwa bumi sesungguhnya tersusun dari beberapa lapisan. Pusat bumi
terbentuk dari lapisan batu panas. Hai ini memungkinkan bumi menjadi
sumber panas. Energi panas bumi adalah energi yang dihasilkan oleh
magma di dalam perut bumi. Energi panas bumi disebut juga energi
geoternal. Energi ini biasanya digunakan atau dimanfaatkan terutama di
daerah-daerah pegunungan. Penerapan energi panas bumi dapat
Gambar 2.2. Pembangkit listrik tenaga uap dengan memanfaatkan panas bumi
c. Energi Air
Wahyono dan Nurachmadani (2008: 102) Air mengalir dari tempat
yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Aliran air yang deras merupakan
sumber energi gerak. Energi ini dapat digunakan untuk menghasilakan
energi listrik. Misalnya pada suatu bendungan, air yang jatuh dari bagian
atas bendungan akan menghasilkan arus yang sangat deras. Keadaan ini
dapat dimanfaatkan untuk menggerakan turbin yang memutar generator.
Generator yang berputar menghasilkan energi litrik. Selain, bendungan,
gerakan pasang surut air laut juga dapat digunakan untuk membangkitkan
listrik. Penerapan energi air dapat ditunjukan pada gambar 2.3 (Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda Dan Olah Raga: 2010)
d. Energi Angin
Rositawaty dan Aris (2008: 139) berpendapat bahwa angin juga
merupakan sumber energi alternatif. Banyak kegiatan yang memanfaatkan
energi angin. Misalnya, pada permainan layang-layang, olahraga, perahu
layar. Namun, angin yang sangat besar dapat menimbulkan bencana.
Angin adalah sumber energi alternatif yang murah dan tidak
mengakibatkan polusi udara. Energi angin juga dapat dipakai pada kincir
angin yang mengakibatkan listrik. Penerapan energi angin dapat
ditunjukan pada gambar 2.4 (Rositawaty dan Aris, 2008: 139)
Gambar 2.4. Kincir Angin
Baling-baling pada kincir angin akan berputar cepat apabila ada angin
besar yang bertiup. Putaran pada kincir angin dapat menggerakan turbin
pada suatu pembangkit tenaga listrik. Jadi, energi agin dapat dijadikan
sumber pembangkit energi listrik. Di negara Belanda, kincir dimanfaatkan
untuk menggiling gandum. Selain itu, kincir angin juga dimanfaatkan
untuk memompa air untuk irigasi dan membangkitkan tenaga listrik.
akan bergerak mengarungi lautan. Kincir angin seperti ini juga dibangun
ditempat-tempat uang rawan banjir, untuk memompa air, karena
banyaknya kincir angin di negeri Belanda, sampai-sampai negara ini
dijuluki negara Kincir Angin.
2.1.5.3 Penggunaan Energi Alternatif
Energi alternatif digunakan saat ini karena sumber energi yang bisa
digunakan, yaitu minyak bumi jumlahnya semakin menipis. Kendaraan
bermotor dahulu hingga sekarang selalu menggunakan bahan bakar bensin
atau solar. Namun demikian, di beberapa negara maju sudah
dikembangkan kendaraan yang memanfaatkan sumber tenaga matahari.
Selain itu, di negara kita saat ini juga sedang dikembangkan energi biogas.
Beberapa ilmuan kita telah merancang kompor dengan menggunakan
bahan bakar biogas yang ramah lingkungan. Selain mobil dan kompor,
benda lain yang juga telah menggunakan energi alternatif adalah perahu
layar. Perahu dapat malaju tanpa menggunakan mesin tetapi dengan
bantuan energi angin. Di negara Belanda angin digunakan sebagai sumber
energi listrik dengan menggunakan kincir angin. Energi alternatif juga bisa
berasal dari tumbuhan seperti minyak jarak dan minyak kelapa sawit
mentah untuk menggantikan solar sebagai bahan-bahan penggerak diesel.
2.2 Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini akan memaparkan hasil penelitian yang relevan dari
Belajar Dengan Teknik Pemetaan Gagasan Tentang Materi Energi Alternatif
Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 4 SD Penghudi Luhur 3 Yogyakarta
Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian pada siklus I
siswa yang memenuhi KKM mencapai 90,32% dengan nilai rata-rata kelas
80,48. Sedangkan pada siklus II yang memenuhi KKM mencapai 93,54%
dengan nilai rata-rata kelas 85,00. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 3,22%.
Nindya Ayu Wulandari (2011) dengan judul “Hubungan Minat
Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 4 Sragen Tahun
Pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian (1) minat belajar dibagi menjadi tiga
yaitu siswa dengan minat belajar rendah sebesar 13,3%, siswa dengan minat
belajar sedang sebesar 6,7% dan siswa dengan minat belajar tinggi sebesar
80%. (2) prestasi belajar dibagi menjadi tiga yaitu prestasi belajar rendah
sebesar 10%, prestasi belajar sedang sebesar 58,33% dan prestasi belajar
tinggi sebesar 31,67%. (3) minat belajar mempunyai hubungan yang positif
dan signifikan oada taraf 1% minat belajar memberikan subangan sebesar
83,4% dengan prestasi belajar siswa.
Yasinta Apri Lestari (2011) dengan judul “ Peningkatan Prestasi
Belajar Menggunakan Pendekatan Kontestual Dalam Mata Pelajaran IPA
Tentang Macam-macam Gerak Benda Siswa Kelas III SD Kanisius Klepu
Minggir Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian (1)
pembelajaran macam-macam gerak benda menggunakan pendekatan
hasil KKM yang sudah ditentukan oleh sekolah yaitu 64. (2) analisis tes
kondisi awal nilai rata-rata kelas mencapai 59. 17 siswa (60%) belum
mencapai KKM dan 12 siswa (40%) sudah mencapai KKM. (3) akhir
analisis siklus I nilai rata-rata kelas mencapain 68 dengan target penelitian
64. 7 siswa (25%) belum mencapi KKM dan 22 siswa (75%) sudah
mencapai KKM. (4) akhir analisis siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 79
dengan target peneliti 70. 4 siswa (14%) belum mencapai KKM dan 25
(86%) siswa sudah mencapai KKM.
Budi Nugroho (2011) dengan judul “ Peningkatan Prestasi Belajar
Menggunaan Pendekatan Kontekstual Dalam Mata Pelajaran IPS Siswa
Kelas IV SD Negeri Bangunrejo I Semester Genap Tahun Pelajaran
2010/2011”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada siklus pertama
belum mencapai target penelitian karena baru 65% siswa belum lulus
KKM. Target penelitian dapat dicapai pada siklus dua yaitu 75% siswa lulus
KKM. Siklus pertama masih banyak kelemahan dan akhirnya dapat diatasi
di siklus dua. Kesimpulan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
pendekatan kontekstual prestasi belajar IPS siswa SD kelas IV semester
genap tahun pelajaran 2010/2011 meningkat.
Farida Nur Azizah (2012) dengan judul “Peningkatan Minat dan
Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Pendakatan Kontekstual Materi
Menjumlahkan dan Mengurangkan Berbagai Bentuk Pecahan Pada Siswa
Kelas VA SD N Adisucipto 1 Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian
pendekatan kontekstual dengan rata-rata minat siswa adalah 71,7. Setelah
dilakukan tindakan pada siklus I dengan menggunakan pendekatan
kontekstual, rata-rata minat siswa menjadi 11,5, yang menunjukan kriteria
minat siswa yang cukup. Kemudian dilakukan tindakan pada siklus II
dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang semakin baik, rata-rata
minat siswa yang meningkat secara signifikan yaitu 14,38 yang menunjukan
kriteria minat siswa pada siklus II adalah tinggi.
Sedangkan hasil penelitian mengenai prestasi belajar siswa sebelum
dikenai tindakan dengan menggunakan pendekatan kontekstual, nilai
rata-rata siswa kelas VA tahun pelajaran 2010/2011 adalah 58,3 dan persentase
yang mencapai KKM rendah yaitu 37,5%. Setelah dilakukan tindakan pada
siklus I, ada peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi 72,57 dan persentase
siswa yang mencapai KKM pada siklus I adalah 80%. Kemudian
dilanjutkan pada siklus II rata-rata nilai siswa meningkat secara signifikan
menjadi 80,86% dan persentase siswa yang mencapai KKM pada siklus II
menjadi 85,86%.
Nita Febrianawati (2011) dengan judul “ Peningkatan Prestasi Belajar
IPA Materi Pokok Energi Alternatif dan Penggunaannya Menggunakan
Metode Eksperimen Siswa Kelas IV Semester 2 SD Kanisius Kintelan I
Tahun Ajaran 2010/2011”. Hasil penelitian pembelajaran energi alternatif
dan penggunaannya menggunakan metode eksperimen dapat mencapai hasil
yang sangat memuaskan dengan melihat hasil KKM yang sudah ditentukan
mencapai 67,76 dengan target penelitian 65. 15 siswa (43,75%) belum
mencapai KKM dan 17 siswa (56,25%) sudah mencapai KKM. Hasil
analisis tes akhir siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 79,68 dengan target
penelitian 75. 4 siswa (14,5%) belum mencapai KKM dan 28 (87,5%) siswa
sudah mencapai KKM.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa setelah siswa melakukan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan eksperimen prestasi belajar