• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan minat dan prestasi belajar dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Kanisius Jetis Depok tahun pelajaran 2013/2014 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan minat dan prestasi belajar dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Kanisius Jetis Depok tahun pelajaran 2013/2014 - USD Repository"

Copied!
277
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS

JETISDEPOK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Wahyuni Setianingrum

NIM: 101134002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN

PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS

JETISDEPOK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Wahyuni Setianingrum

NIM: 101134002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Keep going and never quit!“

“Think big, feel strong, and pray hard for deep heart”

Karya tulis ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu

memberkati aku melalui Doa Novena

Bapak (Alm) dan Ibu tercinta sebagai rasa Hormat

dan Baktiku

Kakakku tercinta yang sudah memberiku dukungan

dan motivasi buat aku

Sahabat-sahabatku yang menjadi tempat curahan

hati dan pemberi semangat dalam menghadapi

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya ataupun begian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 September 2014

Penulis

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEGIATAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Wahyuni Setianingrum

NIM : 101134002

Demi pengembangan pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN

PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS

JETISDEPOK TAHUN PELAJARAN 2013/2014”

Dengan demikian saya memberitahukan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola

dalam bentuk pangkalan data mendistribusikan secara terbatasdan

mempuplikasikan ke dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa meminta ijin dari saya, atau memberikan royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat

dengan sebesarnya.

Yogyakarta, 9 September 2014

Yang menyatakan

(8)

vii ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS

JETISDEPOK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Wahyuni Setianingrum

Uniersitas Sanata Dharma

2014

Proses pendidikan di Indonesia berpusat kepada guru dalam menyampaikan materi. Proses pembelajaran tersebut membuat pembelajaran menjadi pasif dan kurang menyenangkan. Solusi pemecahan masalah tersebut adalah penerapan pendekatan kontekstual. Penelitian ini bertujuan untuk 1) meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok dan 2) meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok.

Dalam meningkatkan minat dan prestasi siswa, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang berlangsung dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, skala sikap, dan tes prestasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa data awal skala minat sebesar 55% kategori berminat, siklus I meningkat menjadi 89,4% dengan kategori sangat baik, dan siklus II meningkat menjadi 94,7% dengan kategori sangat baik.

Hasil penelitian mengenai prestasi belajar siswa menunjukan bahwa data awal, presentase siswa yang mencapai KKM adalah 26,3% dengan kategori sangat rendah, siklus I presentase siswa yang mencapai KKM adalah 52,6% dengan kategori cukup. Pada siklus II, presentase siswa yang mencapai KKM pada siklus II menjadi 89,4% dengan kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Kanisius Jetisdepok.

(9)

viii

ABSTRACK

INCREASING INTEREST AND ACHIEVEMENT WITH CONTEXTUAL APPROACH IN FOURTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS

KANISIUS JETISDEPOK YEARS LESSON 2013 / 2014

Wahyuni Setianingrum

Sanata Dharma University

2014

The process of education in Indonesia people-centered to the teacher in conveying matter.A learning process that makes learning being passive and less pleasantly. A solution of solving the problem is the application of contextual. approach. This research aimed at 1 ) according to learn of students in the subject of science students of class IV elementary school Kanisius Jetisdepok and 2 ) increase students achievement in subjects science students of class IV elementary school Kanisius Jetisdepok.

In increasing student interest and achievement researcher used Classroom Action Research that took place in two cycles, and each cycle consisting of planning, action, observation, and reflection. The subjects were fourth grade students Kanisius Jetisdepok. Data collection techniques used observation, attitude scale, and achievement tests.

Research results showed that the preliminary data scale interest as much as 55% category interested, the cycle i increased to 89,4 % with the category of very fine, and the cycle ii increased to 94,7 % with category very well.

The results of the research on students achievement showed that the preliminary data, the percentage of students who reached KKM is 26,3 % with the category of low the cycle of I the percentage of students who reached KKM is 52,6 % with category enough. On a cycle II, the percentage of students who reached kkm in cycles II into 89,4 % with category is very high. Based on the result of the study can be concluded that contextual approach can increase interest and students achievement on the subjects of science class IV elementary school Kanisius Jetisdepok.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan

Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan

Minat dan Prestasi Belajar Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV

SD Kanisius Jetisdepok Tahun Pelajaran 2013/2014”. Skripsi ini disusun untuk

melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai

pihak yang telah membarikan bimbingan dan dukungan dalam proses penyusunan

skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Pd.D, selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Rm. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A, selaku Kaprodi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd., sekaku Wakaprodi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M. For. Sc selaku dosen pembimbing I

yang telah membimbing dan mendampingi penulisan proses penyusunan

skripsi ini.

5. Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, M.A selaku dosen pembimbing II yang

telah membimbing dan mendampingi penulisan sripsi

6. Ibu Florentina Rusmini, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius

Jetisdepok, yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengadakan

(11)

x

7. Bapak Antonius Aji Sampurna, selaku guru kelas IV SD Kanisius

Jetisdepok, yang berkenan membantu dan menjadi mitra penulis dalam

melaksanakan penelitian.

8. Seluruh siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok tahun pelajaran

2013/2014, yang menjadi subyek penelitian.

9. Kedua orang tuaku Ibu Siti Mintarsih, S.Pd dan (Alm) Bapak Antonius

Toto Sugiarto yang memberikan doa, dukungan dan cinta kasih-Nya.

10. Kakaku Riyang Kustanto yang senantiasa memberikan motivasi, semangat

serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan Risma, Dhita, Tri, Nafisa, dan Putra yang

senantiasa memberikan dukungan kepada penulis dalam penyusunan

skripsi.

12. Brigita Yuni yang telah menemaniku dan membantu untuk menyusun

skripsi.

13. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah

membantu dan memberi dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun. Semoga karya ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 9 September 2014

Penyusun

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vi

ABSTRAK...vii

ABSTRACK... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... .. xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Pembatasan Masalah... 4

1.3 Rumusan Masalah... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Definisi Operasional ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...8

2.1 Kajian Teori ... 8

2.1.1 Pendekatan Kontekstual ...8

2.1.1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual ...8

2.1.1.2 Komponen UtamaPendekatan Kontekstual ... 9

2.1.1.3 Kelebihan&kekurangan Pendekatan Kontekstual . 13

2.1.2 Minat Belajar ...14

(13)

xii

2.1.2.2 Faktor Pendorong Minat ... 15

2.1.2.3 Indikator Minat Belajar ...16

2.1.3 Prestasi Belajar ...18

2.1.3.1 Pengertian Belajar ... 18

2.1.3.2 Pengertian Prestasi Belajar ...19

2.1.3.3 Aspek-aspek Prestasi Belajar ... 20

2.1.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 24

2.1.4 IPA ... 27

2.1.4.1 Pengertian IPA ... 26

2.1.4.2 Tujuan IPA ...28

2.1.4.3 Ruang Lingkup IPA... 29

2.1.5 Energi Alternatif ...29

2.1.5.1 Pengertian Energi Alternatif ... 29

2.1.5.2 Macam-macam Contoh Energi Alternatif ...30

2.1.4.3 Penggunaan Energi Alternatif ...34

2.2 Penelitian Yang Relevan...34

2.3 Kerangka Berpikir ...40

2.4 Hipotesis Tindakan ...41

BAB III METODE PENELITIAN ...42

3.1 Jenis Penelitian ...42

3.2 Setting Penelitian ... 43

3.3 Rancangan Tindakan ...43

3.3.1 Persiapan... 43

3.3.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus...44

3.4 Teknik Pengumpulan Data...54

3.5 Instrumen Penelitian ...55

3.6 Validitas dan Reliabilitas... 59

3.7 Indeks Kesukaran Soal ...69

(14)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...75

4.1 Hasil Penelitian ... 75

4.1.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas... 75

4.1.1.1 Siklus I ... 75

4.1.1.2 Siklus II... 83

4.1.2 Minat Siswa... 92

4.1.2.1 Skala Minat Siswa... 93

4.1.2.2 Observasi Minat Belajar Siswa... 95

4.1.2.3 Prestasi Belajar Siswa... 98

4.2 Pembahasan ...102

4.2.1 Minat Siswa...104

4.2.2 Prestasi Belajar...108

BAB V PENUTUP ...112

5.1 Kesimpulan ... 112

5.2 Keterbatasan Penelitian...113

5.3 Saran ...114

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar...56

Tabel 3.2 Blue Print Observasi Minat ...56

Tabel 3.3 Blue Print Skala Minat ...57

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Tes Prestasi ...58

Tabel 3.5 Perhitungan SPSS Skala Minat ...60

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran Silabus ...61

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Validitas Perangkat Pembelajaran RPP...62

Tabel 3.8 Hasil Perhitunan Validitas Perangkat Pembelajaran LKS ... 64

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Validitas Bahan Ajar ... 64

Tabel 3.10 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 65

Tabel 3.11 Hasil Validitas soal tes Prestasi Belajar ...66

Tabel 3.12 Koefisien Korelasi Reliabilitas... 68

Tabel 3.13 Kategori Tingkat Kesukaran Soal ... 69

Tabel 3.14 Kriteria Keberhasilan Minat Belajar Siswa ... 71

Tabel 3.15 Perhitungan dan Kategori Tingkat Minat Belajar Siswa ... 71

Tabel 3.16 Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa ... 72

Tabel 4.1 Skor Rata-rata Minat Belajar Siswa ...93

Tabel 4.2 Hasil Observasi Minat Belajar ... 96

Tabel 4.3 Hasil Skor Tes Prestasi Belajar Kondisi Awal ... 98

Tabel 4.4 Hasil Skor Tes Prestasi Belajar Siklus I ... 99

Tabel 4.5 Hasil Skor Tes Prestasi Belajar Siklus II ... 100

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sel Surya ... 31

Gambar 2.2 Stasiun Pembangkin Tenaga Uap ...32

Gambar 2.3 Kincir Air... 32

Gambar 2.4 Kincir Angin ...33

Gambar 2.5 Skema Penelitian Relevan...39

Gambar 3.1 Model Penelitian Kemmis & Mc Taggart ...42

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Minat Belajar ... 95

Gambar 4.2 Grafik Hasil Observasi Minat Belajar Siswa ... 97

Gambar 4.3 Grafik Hasil Peningkatan Siswa yang Lulus KKM... 101

Gambar 4.4 Grafik Indikator Pencapaian Minat Belajar... 103

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Siklus I ... 119

Lampiran 2 Silabus Siklus II...129

Lampiran 3 RPP Siklus I Pertemuan I... 138

Lampiran 4 RPP Siklus I Pertemuan II ...143

Lampiran 5 RPP Siklus I Pertemuan III...149

Lampiran 6 LKS Siklus I Pertemuan 1... 153

Lampiran 7 LKS Siklus I Pertemuan 2... 155

Lampiran 8 Soal Tes Prestasi Siklus I...158

Lampiran 9 RPP Siklus II Pertemuan I ...161

Lampiran10 RPP Siklus II Pertemuan II ...169

Lampiran 11 RPP Siklus II Pertemuan III ... 177

Lampiran 12 LKS Siklus II Pertemuan I...182

Lampiran 13 LKS Siklus II Pertemuan II ... 184

Lampiran 14 Soal Tes Prestasi Siklus II... 186

Lampiran 15 Validitas Soal Tes Prestasi ... 190

Lampiran 16 Kisi-kisi Soal Siklus I dan Siklus II Yang Sudah diValiditas ... 192

Lampiran 17 Validitas Skala Sikap ...196

Lampiran 18 Kisi-kisi Skala Sikap Yang Belum diValidasi...203

Lampiran 19 Kisi-kisi Skala Sikap Yang Sudah diValidasi ... 205

Lampiran 20 Hasil Validitas Skala Sikap ... 209

Lampiran 21 Hasil Validitas Perangkat Pembelajaran ...212

Lampiran 22 Hasil Perhitungan Minat Belajar ... 216

Lampiran 23 Hasil Observasi Minat Belajar Kondisi Awal... 234

Lampiran 24 Hasil Observasi Minat Belajar Siklus I ... 238

Lampiran 25 Hasil Observasi Minat Belajar Siklus II...242

Lampiran 26 Contoh Hasil LKS Siklus I... 246

Lampiran 27 Cotoh Hasil LKS Siklus II ...256

(18)

xvii

Lampiran 29 Contoh Hasil Soal Tes Prestasi Siklus II...268

Lampiran 30 Contoh Lembar Skala Sikap Siklus I...274

Lampiran 31 Contoh Lembar Skala Sikap Sikus II ... 278

Lampiran 32 Surat Permohonan Ijin Penelitian ...282

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 283

Dokumen/Foto ... 284

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Proses pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga-lembaga

pendidikan di Indonesia masih berpusat kepada guru dalam menyampaikan

materi. Proses pembelajaran tersebut membuat pembelajaran menjadi

pasif dan kurang menyenangkan. Usaha untuk meningkatkan kualitas

pendidikan diperlukan pembelajaran yang aktif sehingga pembelajaran

yang aktif diharapkan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar atau

hasil belajar siswa. Selain itu, cara guru menyampaikan materi

pembelajaran kepada siswa di kelas memegang peranan penting agar siswa

dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru. Materi pembelajaran

juga merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang perlu

diperhatikan dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Materi pembelajaran berisikan pengetahuan,

ketrampilan, dan nilai atau sikap yang dikuasai siswa. Salah satunya dalam

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA.

Padahal mata pelajaran ini sangat penting bagi siswa, karena IPA

sangat berkaitan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Melalui

pembelajaran IPA, siswa dapat memperoleh pengetahuan, ketarampilan,

sikap, dan kepekaan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Kenyataan yang terjadi, mata Pelajaran IPA tidak

(20)

mata pelajan IPA sulit untuk dipelajari dan akibatnya hasil belajar siswa

lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain.

Berdasarkan observasi pada guru kelas IV SD Kanisius Jetisdepok

tanggal 10 Februari 2014, diketahui bahwa pembelajaran masih

menggunakan metode ceramah. Penerapan metode ceramah membuat

siswa menjadi kurang bersemangat mengikuti pembelajaran, pasif, tidak

dapat menguasai materi yang diajarkan dan tidak diberi kesempatan untuk

menemukan pengetahuannya sendiri. Siswa mendengarkan, mencatat, dan

menghafal materi yang disampaikan oleh guru. Kondisi tersebut

berpengaruh terhadap minat belajar siswa di kelas. Hal ini terbukti jika

mengikuti pembelajaran, siswa ada yang melamun, mengajak teman

berbicara dan tidur-tiduran di atas meja. Seringkali guru memberikan

pertanyaan kepada siswa hanya satu siswa yang menjawab pertanyaan.

Berdasarkan hasil observasi kondisi awal minat, siswa memperoleh

rata-rata sebesar 50,3 dengan persentase 55% siswa yang memiliki minat di

atas rata-rata dan termasuk kategori berminat.

Dari fakta-fakta di atas, rendahnya minat belajar diduga menyebabkan

rendahnya prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat diperkuat dengan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Data nilai mata pelajaran IPA

siswa kelas IV tahun pelajaran 2013/2014 pada materi energi alternatif dan

penggunaannya yang peneliti peroleh menunjukan bahwa hanya 26,3%

(21)

bahwa siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok kurang mampu menguasai

materi yang disampaikan oleh guru.

Pemecahan permasalahan tersebut diperlukan suatu upaya dan

pendekatan yang menarik bagi siswa sehingga minat dan prestasi belajar

siswa meningkat. Pendekatan yang sesuai untuk mengatasi permasalah

tersebut adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual sangat

tepat diterapkan di Sekolah Dasar karena merupakan konsep pembelajaran

yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi

dunia nyata siswa (Muslich, 2004: 40). Pendekatan ini dapat mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan kontekstual

membuat siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh

guru dan pembelajaran akan lebih menyenangkan.

Pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama

pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan

(inkuiri),bertanya (qustioning), masyarakat belajar(learning community),

pemodelan (modelling), refleksi (reflection) dan peniliaian autentik

(authentic assessment) (Komalasari, 2010: 11-13). Apabila tujuh

komponen tersebut dilaksanakan maka siswa akan lebih mudah

mengembangkan pikiran, mendorong rasa keingintahuan siswa, serta

membuat pembelajaran di kelas lebih bermakna. Dengan menggunakan

pendekatan kontekstual ini, siswa dapat meningkatkan minat dan prestasi

(22)

kontekstual agar dapat membantu siswa lebih berkonsentrasi mengikuti

pembelajaran. Materi yang akan diteliti adalah tentang energi alternatif dan

penggunaannya, karena siswa dapat mengetahui dan mengalami langsung

manfaat energi alternatif dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan

kontekstual sangat sesuai diterapkan dalam pembelajaran energi alternatif

dan penggunaannya. Dengan demikian, pendekatan kontekstual dapat

meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis mengambil judul

“Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar dengan Pendekatan Kontekstual

Pada Siswa Kelas IV Tahun Ajaran 2013/2014”.

1.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti hanya membatasi

penelitiannya pada masalah berikut ini:

1. Minat belajar siswa saat mengikuti pembelajaran masih rendah

2. Prestasi belajar siswa masih rendah

3. Penelitian ini dilakukan hanya untuk mata pelajaran IPA khususnya

pada standar kompetensi 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara

penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi dasar 8.2

Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam

(23)

1. Bagaimana proses pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan

minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok?

2. Apakah penerapan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA

dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SD Kanisius

Jetisdepok?

3. Apakah penerapan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius

Jetisdepok?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini

adalah :

1. Mengetahui proses pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan

minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Jetisdepok.

2. Meningkatkan minat belajar siswa pembelajaran energi alternatif dan

penggunaannya kelas IV SD Kanisius Jetisdepok dengan menerapkan

pendekatan kontekstual.

3. Meningkatkan prestasi belajar siswa pembelajaran energi alternatif dan

penggunaannya kelas IV SD Kanisius Jetisdepok dengan menerapkan

pendekatan kontekstual.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat dirumuskan dari penelitian ini sebagai

(24)

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah kajian tentang pendekatan

kontestual dapat meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran IPA.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

Hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman nyata dan

pengetahuan tentang penerapan pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran di kelas.

b. Bagi guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi dan solusi

untuk mengatasi prestasi belajar siswa yang rendah pada

pembelajaran IPA materi energi alternatif.

c. Bagi siswa

Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini memberi pengalaman

yang nyata bagi siswa pada saat melakukan kegiatan pembelajaran,

sehingga diharapkan dapat mengurangi kejenuhan saat, belajar,

serta prestasi belajar siswa lebih meningkat.

d. Sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan informasi

tentang cara meningkatkan prestasi belajar siswa dalam

(25)

1.6 Definisi Operasional

a. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang membantu siswa

mengaitkan materi ajar dengan situasi dunia nyata dan siswa mudah

menghubungkan pengetahuann dalam kehidupan sehari-hari.

b. Minat adalah suatu ketertarikan pada suatu aktivitas atau kegiatan

tertentu yang disukai seseorang tanpa adanya paksaan , menimbulkan

perhatian yang disertai rasa senang.

c. Prestasi belajar adalah bukti yang menunjukan kemampuan atau

keberhasilan seseorang setalah melakukan proses dan sebagai hasilnya

ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru

d. IPA adalah ilmu pengetahuan yang rasional dan objektif serta ilmu

yang mempelajari alam dengan segala isinya

e. Energi Alternatif adalah energi yang dapat digunakan dengan tujuan

(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan topik-topik yang terkait dengan judul Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ini. Topik-topik tersebut anatara lain; (1) Pendekatan

Kontekstual, (2) Minat Belajar, (3) Prestasi Belajar, (4) IPA, (5) Energi Alternatif.

Topik-topik tersebut dijelaskan sebagai berikut.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pendekatan Kontekstual

2.1.1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual

Terdapat beberapa pengertian pendekatan kontekstual menurut para

ahli yaitu menurut Sadirman, Purnomo, dan hull’s dan Sounders.

Berikut ini pengertian pendekatan kontekstual menurut Sadirman

(2007: 222) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru untuk

mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa yang dapat

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari

dengan penerapan dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Purnomo (2006: 1) menjelaskan bahwa pendekatan kontekstual

merupakan sebuah konsep pembelajaran yang membantu guru untuk

menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkan guru dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

(27)

(dalam Komalasari, 2010: 6), pembelajaran kontestual adalah siswa

menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan

penerapan praktis di dalam kontes dunia nyata.

Definisi menurut Sadirman dan Purnomo mempunyai pendapat

yang sama mengenai pendekatan kontekstual yaitu sebuah konsep

pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang dapat mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapan

dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Definisi

menurut Hull’s dan Sounders, pendekatan kontekstual adalah siswa

menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan

penerapan praktis di dalam kontes dunia nyata.

Bedasarkan penjelasan pendekatan kontekstual di atas, penulis

menyimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang

membantu siswa mengaitkan materi ajar dengan situasi dunia nyata dan

siswa mudah menghubungkan pengetahuann dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.1.2 Komponen Utama Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama yang

disusun agar kegiatan belajar lebih hidup. Menurut Ditjen Dikdasmen

(dalam Komalasari, 2010: 11-13) untuk penerapannya, pendekatan

kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme

(constructivism), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning

(28)

autentik (authentic assessment). Ada tujuh komponen tersebut sebagai

berikut :

a. Konstruktivisme(Constructivism)

Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak

sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus

mengkonstruksikan pengetahuan itu dan memberi makna melalui

pengalaman nyata. Sugiyanto (2009: 17) mendukung pendapat Ditjen

Dikdasmen (dalam Komalasari, 2010: 11-13) bahwa Konstruksivisme

adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur

kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Berdasarkan definisi di atas

konstruktivisme lebih menekankan bahwa belajar tidak hanya menghafal,

mengingat pengetahuan tetapi merupan suatu proses belajar mengajar

dimana siswa lebih aktif secara mental membangun pengetahuannya

sendiri berdasarkan pengalaman.

b. Menemukan(inquiry)

Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan

sendiri melalui siklus: (1) observasi (observation), (2) bertanya

(questioning), (3) mengajukan dugaan (hiphotesis), (4) pengumpulan data

(data gathering), dan penyimpulan (conclussion). Rusman (2012: 194)

(29)

pembelajaran yang berbasis kontekstual, karena dengan menemukan akan

memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan ketrampilan serta

kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari

mengingat, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya.

Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran

berbasis kontekstual. Melalui bertanya, pembelajaran akan lebih hidup,

akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan

mendalam. Kegiatan bertanya berguna untuk : (1) menggali informasi; (2)

menggali pemahaman siswa; (3) membangkitkan respon siswa; (4)

mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; (5) mengetahuai hal-hal

yang sudah diketahuai siswa; (6) memfokuskan perhatian siswa; (7)

membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan (8)

menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

d. Masyarakat belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja

sama dan menfaatkan sumber belajar dari orang lain atau teman-teman

belajarnya. Konsep learning community menyarankan hasil belajar diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman

(sharing). Masyarakat belajar akan terjadi jika terjadi komunikasi dua

arah, dua kelompok, atau lebih yang terlibat dalam komunikasi

(30)

e. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,

mendemostrasi bagaimana guru mengiginkan siswanya untuk belajar dan

melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam

pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat

dirancang dengan, melihat siswa dan juga mendatangkan dari luar sekolah

(narasumber).

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang yang baru

dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan

dimasa lalu. Realitasnya dalam pembelajaran, guru memberikan waktu

sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung

tentang apa yang diperoleh hari ini.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata hasil, dan dengan

berbagai cara. Penilaian dapat berupa penilaian tertulis (pencil and paper

test) dan penilaian berdasarkan perbuatan (performance based assessment), penugasan (project), produk (product), atau portofolio (portfolio)

Berdasarkan penjelasan komponen-komponen pendekatan kontekstual

di atas, penulis menyimpulkan bahwa terdapat tujuh komponen

pendekatan kontekstual yaitu konstruktivisme, menemukan, bertanya,

(31)

2.1.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontestual

Kelebihan pendekatan kontekstal menurut Johnson (2007: 300) adalah

sebagai berikut:

a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan nyata. Artinya siswa

dituntuk untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar

di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab

dengan menghubungkan materi yang ditemukan dengan kehidupan

nyata, materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam ingatan

siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan

konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme dimana seorang siswa dituntut untuk

menemukan pengetahuannya sendiri.

Kelemahan pendekatan kontekstual menurut Johnson (2007: 302)

adalah sebagai berikut:

a. Menumbuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat siswa

benar-benar paham.

b. Membutuhkan tenaga yang banyak dalam berkomunikasi kepada

siswa karena tingkat inteligensi setiap siswa berbeda-beda agar

siswa benar-benar paham.

Berdasarkan penjelasan kelebihan dan kelemahan pendekatan

kontekstual di atas, penulis menyimpulkan bahwa ada dua kelebihan

(32)

serta pembelajaran lebih produktif dan menumbuhkan penguatan konsep

siswa,sedangkan untuk kelemahan pendekatan kontekstual ada dua, yaitu

menumbukan waktu yang cukup lama dan membutuhkan tenaga yang

banyak.

2.1.2 Minat Belajar 2.1.2.1 Pengertian Minat

Minat erat dengan kaitannya dengan perhatian dan ketertarikan anak

terhadap suatu pelajaran. Slameto (2013: 180) berpendapat bahwa minat

adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,

tanpa adanya yang menyuruh. Minat sangat berpengaruh terhadap aktivitas

siswa di kelas, seperti di kelas siswa yang mempunyai minat yang rendah

secara fisik akan terlihat letih, lesu dan perhatiannya rendah saat mengikuti

pelajaran. Menurut Hilgard (dalam Slameto, 2013: 57), minat adalah

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus

yang disertai dengan rasa senang. Krapp, Hidi dan Renninger (dalam Hera,

Agus, dan Puji, 2002 : 88) berpendapat bahwa minat adalah dorongan dalam

diri seseoramg yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara

selektif.

Teori menurut Slameto berbeda dengan teori Hilgard. Slameto

berpendapat bahwa minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada

suatu hal atau aktivitas, tanpa adanya yang menuruh. Hilgard berpendapat

(33)

mengenang beberapa kegiatan. Teori menurut Krapp, Hidi dan Renninger

mendukung teori menurut Slameto yaitu orongan dalam diri seseoramg yang

menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan

suatu ketertarikan pada suatu aktivitas atau kegiatan tertentu yang disukai

seseorang tanpa adanya paksaan, menimbulkan perhatian yang disertai rasa

senang.

2.1.2.2 Faktor Pendorong Minat

Menurut Wahyuni (2002: 365) salah satu cara untuk menarik minat

selama pelajaran adalah menghubungkan pengalaman belajar dengan minat

siswa.

Menurut Sadirman (2007: 93-94) berpendapat bahwa ada beberapa cara

untuk menciptakan minat, antara lain:

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan untuk belajar

b. Menghubungkan pengalamannya dengan persoalan atau masalah pada

masa lampau

c. Menggunakan berbagai macam cara mengajarkan supaya siswa tidak

merasa bosan

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belomba mendapatkan hasil

yang lebih baik.

Menurut Soewardi (198: 183) berpendapat bahwa minat didorong oleh

motivasi. Motivasi merupakan suatu tenaga yang mendorong setiap individu

(34)

Bedasarkan teori pendorong minat di atas, tiga ahli mempunyai

pengertian atau pendapat yang berbeda-beda. Menurut Wahyuni cara untuk

menarik minat selama mengikuti pembelajaran adalah mengubungkan

pengalaman belajar dengan minat siswa. Menurut Sadirman beberapa cara

untuk menciptakan minat, antara lain membangkitkan adanya suatu

kebutuhan, menghubungkan pengalaman dengan persoalan atau masalah

pada masa lampau, menggunakan berbagai macam cara mengajar supaya

siswa tidak merasa bosan, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

berlomba mendapatkan hasil yang baik. Menurut Soewardi bahwa minat

didorong oleh motivasi. Keterkaitan antara teori Wahyuni, Sadirman dan

Soewardi adalah saling melengkapi bahwa minat dapat tumbuh karna

adanya motivasi dan menghubungkan pengalam belajar dengan

menggunakan berbaggai macam cara mengajar.

Berdasarkan penjelasan faktor minat belajar di atas, penulis

menyimpulkan bahwa faktor pendorong minat adalah memberikan motivasi

kepada siswa untuk menghubungkan pengalaman belajar dengan minat

belajar siswa. Pembelajaran yang menggunakan berbagai cara mengajar

supaya siswa tidak merasa bosan dan siswa diberi kesempatan untuk

berlomba untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

2.1.2.3 Indikator Minat Belajar

Pembelajaran diperlukan penyajian materi yang menarik dan

menyenangkan agar dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Oleh

(35)

terhadap hal-hal yang berhubungan dengan minat. Menurut Sukartini (dalam

Suhartini, 2001: 26) analisis minat dapat dilakukan terhadap hal-hal:

a) Keinginan untuk mengetahui atau memiliki sesuatu

b) Objek atau kegiatan yang disenanginya

c) Jenis kegiatan yang disukainnya.

d) Usaha yang menyatakan rasa senang terhadap sesuatu

Menurut Slamato (1998: 58) menyatakan bahwa indikator minat

belajar, yaitu:

a) Perasaan senang

Seorang siswa memiliki perasaan senang atau suka terhadap

pembelajaran misalnya dalam mengikuti pembelajaran sama sekali

tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.

b)Daya tarik siswa

Siswa cenderung memiliki rasa tertarik pada orang, benda, atau

kegiatan yang sedang dilakukan

c) Perhatian siswa

Perhatian merupakan konsentrasi yang dimiliki siswa terhadap

kegiatan yang dilakukan dengan mengesampingkan kegiatan lain.

Siswa yang memiliki minat belaja pada kegiatan tertentu maka

dengan sendirinya akan memperhatikan kegiatan tersebut.

Teori menurut Sukartini berbeda dengan teori Slameto. Sukartini

mengatakan bahwa indikator minat belajar ada empat, yaitu keinginan untuk

(36)

kegiatan yang disukainnya, dan usaha yang menyatakan rasa senang

terhadap sesuatu. Slameto menyatakan bahwa indikator minat belajar ada

tiga, yaitu perasaan senang, daya tarik siswa, dan perhataian siswa.

Berdasarkan pendapat di atas dapat, disimpulkan bahwa

indikator-indikator seseorang mempunyai minat terhadap pembelajaran adalah

perasaan senang, keinginan untuk mengetahui sesuatu atau daya tarik dan

perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran.

2.1.3 Prestasi Belajar 2.1.3.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang sebagai upaya

mendapatkan suatu kemampuan tertentu. Belajar juga berhubungan dengan

perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan

oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi tersebut.

Menurut Udin (2007: 4), belajar diartikan sebagai proses mendapatkan

pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai

pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang.

Menurut Syah (2003: 68), belajar merupakan tahapan perubahan

seluruh tingkah laku seseorang atau individu yang relatif menetap sebagai

hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif.

Morgan (dalam Purwanto ,1987: 85) berpendapat belajar adalah setiap

perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai

(37)

Hilgard (dalam Tanlain 2007: 6) merumuskan bahwa belajar adalah

proses terbentuknya tingkah laku atau terjadinya perubahan tingkah laku

melalui latihan atau praktik. Hilgard menegaskan dua hal mengenai belajar

yaitu (1) kegiatan bersifat latihan dan yang tidak bersifat praktik: latihan

dengan anggota badan sehingga menjadi trampil dan praktek penerapan

pengetahuan, dan (2) perubahan yang terjadi dalam diri berupa pengetahuan,

pemahaman, sikap, dan ketrampilan yang nampak dalam tingkah laku.

Teori belajar menurut Udin, Syah, Morgan, dan Hilgard memiliki

pendapat yang berbeda mengenai belajar. Udin berpendapat bahwa belajar

adalah proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan

menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku

pada masa yang akan datang. Belajar menurut Syah adalah perubahan

tingkah laku yang melibatkan proses kognitif. Belajar menurut Morgan

adalah setiap perubahan yang relativ menetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar menurut

Hilgard adalah proses terbentuknya tingkah laku atau terjadinya perubahan

tingkah laku melalui latihan atau praktik.

Berdasarkan penjelasan belajar di atas, penulis menyimpulkan

pengertian belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan dengan

membaca dan pengalaman sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku.

2.1.3.2 Pengertian Prestasi belajar

Hamdani (2011: 138) berepandapat prestasi belajar adalah merupakan

(38)

prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh sesorang

setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Tu’u (2004: 75) berpendapat

bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan

yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai

tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Winkel (2004: 162)

berpendapat bahwa prestasi merupakan bukti yang menunjukan kemampuan

atau keberhasilan seseorang setelah melakukan proses belajar.

Teori belajar menurut Hamdani, Tu’u, dan Winkel memiliki pendapat

yang berbeda mengenai prestasi belajar. Teori menurut Hamdani

mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan sbukti keberhasilan yang

telah dicapai oleh seseorang. Menurut Tu’u prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan oleh guru. Menurut Winkel prestasi belajar adalah bukti yang

menunjukan kemampuan atau keberhasilan seseorang setelah melakukan

proses belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa prestasi

belajar merupakan bukti yang menunjukan kemampuan atau keberhasilan

seseorang setalah melakukan proses dan sebagai hasilnya ditunjukan dengan

nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

2.1.3.3 Aspek-aspek Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang siswa dalam

(39)

sempurna jika memenuhi beberapa aspek dalam belajar Syah (2003: 214)

mengemukakan aspek dalam prestasi belajar ada tiga yaitu:

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan

berpikir. Aspek kognitif berkaitan erat dengan tingakt intelegensi (IQ) atau

kemampuan berpikir siswa. Sejak dulu aspek kognitif menjadi perhatian

utama dalam sistem pendidikan formal. Hal ini terbukti dengan metode

penilain di sekolah-sekolah. Penilaian di sekolah biasanya mengutamakan

kesempurnaan pada aspek kognitif.

Menurut Bloom (dalam Purwanto, 2009: 50) membagi dan

menyusun secara hirarkhis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang

paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan

kompleks yaitu evaluasi. Adapun tujuan ranah kognitif terdiri dari enam

bagian :

1) Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan mengacu pada kemampuan mengenal materi yang sudah

dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Hal

yang paling penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan

benar.

2) Pemahaman(Comrehension)

Pemahaman mengacu kepada kemampuan memahami makna materi.

Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat

(40)

3) Penerapan(Application)

Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan

materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut

penggunaan aturan atau prinsip. Penerapan merupakan tingkat

kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.

4) Analisis(Analysis)

Analisis mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam

komponen-komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu

memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya

sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis

merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada

aspek pemahaman maupun penerapan.

5) Sintesis

Sintesis mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau

komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau

bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis

merupakan kemampun berfikir yang lrbih tinggi daripada kemampuan

sebelumnya.

6) Evaluasi(Evaluation)

Evaluasi mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap

nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat

kemampuan berfikir yang tinggi.

(41)

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan Evaluasi. Pada penelitian

ini aspek kognitif lebih fokus pada bagian Pengetahuan, pemahaman,

penerapan, dan evaluasi.

b. Aspek afektif

Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap.

Aspek afektif berkaitan erat dengan kecerdaan emosi (EQ) siswa. Penilaian

pada aspek ini dapat terlihat pada kedisiplinan, tanggung jawab, sikap

hormat atau sopan santun kepada guru, kepatuhan, dan sebagainya.

Krathwohl (dalam Purwanto, 2009: 51) membagi hasil belajar afektif

menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi,

dan internalisasi.

c. Aspek psikomotorik

Aspek psikomotorik adalah aspek yang berkaitan dengan

kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Jadi lebih

sederhananya, aspek psikomotorik menunjukan kemampuan atau

ketrampilan (skill)yang dimiliki siswa setelah menerima pengetahuan.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa

aspek prestasi belajar ada tiga yaitu aspek kogntif, aspek afektif, dan aspek

psikomotorik. Peneliti menggunakan aspek kognitif dalam penelitian,

karena peneliti menilai prestasi siswa dengan menggunakan tes pilihan

ganda dan isian singkat sesuai dengan penilaian prestasi SD Kanisius

(42)

2.1.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil dari

interaksi antara berbagai macam faktor yang mempengaruhinya. Menurut

Slameto (2003: 5-7), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

siswa dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu itu

sendiri. Adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor internal yaitu

kecerdasan, bakat, minat dan motivasi.

1) Kecerdasan

Kecerdasan adalalah kemampuan belajar yang disertai kecakapan

untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan

ini sangat ditentukan oleh tinggi dan rendahnya intelegensi yang normal

selalu menunjukan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

Menurut Jensen (dalam Mulyani, 2008: 5) mengemukakan kecerdasan itu

diwariskan (diturunkan). Perkembangan kecerdasan setiap anak yang satu

dengan anak yang lainnya berbeda-beda, sehingga sesorang anak pada usia

tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan teman sebaya. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor kecerdasan

merupakan salah satu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar

(43)

2) Bakat

Bakat merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu tugas

tanpa banyak tergantung kepada latihan. Namun demikian, bakat juga perlu

dikembangkan agar dapat lebih terwujud dalam kehidupan seseorang. Setiap

orang pasti mempunyai bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi

sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kemampuan masing. Dengan

demikian, bakat merupakan potensi yang ada dalam diri seseorang yang

perlu dilatih dan dikembangkan karena tanpa latihan dan pengembangan

bakat yang ada dalam diri seseorang tidak akan berkembang.

3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memeperhatikan

dan mengenai beberapa kegiatan. Sadirman (2007: 76) mengemukakan

minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila sesorang melihat ciri-ciri

atau arti sementara situasi yang dihunungkan dengan keingian-keingian atau

kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Berdasarkan pendapat di atas, minat besar

seseorang berpengaruh terhadap belajar atau kegiatan. Minat belajar yang

telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

hasil belajarnya. Apabila seorang siswa mempunyai minat yang tinggi

terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga

apa yang diinginkan akan tercapai.

4) Motivasi

Motivasi adalah kondisi khusus yang dapat mempengaruhi individu

(44)

proses pembelajaran yang dapat membantu mendorong kemauan belajar

siswa. Reinforcement dan reward dari dalam mungkin penting untuk meningkatkan perbuatan tertentu atau untuk membuat siswa yakin hingga

mau mengulangi apa yang sudah dipelajari. Menurut Mc. Donald (dalam

Sadirman, 2007: 73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar yang berasal dari luar diri siswa. Faktor eksternal anatara

lain:

1) Kualitas guru dalam penguasaan materi pembelajaran

2) Metode yang digunakan guru saat mengajar

3) Fasilitas mengajar, misalnya media dan alat pergara

4) Lingkungan yang mendukung, dan sebagainya.

Bedasarkan pernyataan di atas, faktor yang memperngaruhi prestasi

belajar ada dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal terdiri dari kecerdasan, bakat, minat, dan motivasi. Faktor eksternal

yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu kualitas guru dalam penguasaan

materi pembelajaran, metode yang digunakan guru saat mengajar, fasilitas

(45)

2.1.4 IPA

2.1.4.1 Pengertian IPA

Kata “IPA” merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan Alam”.

Kata-kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata-kata

bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat disebut “Science”. Natural

artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan

alam. Ilmu adalah suatu pengetahuan yang bener, maksdunya pengetahuan

yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu yaitu rasional dan

obyektif. Rasional adalah masuk akal atau logis, diterima dengan akal

sehat, sedangkan obyektif yaitu sesui dengan obyeknya, kenyataan, sesuai

dengan pengalaman pengamatan melalui penca indera. Pengetahuan alam

adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Jadi, IPA

adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta

dengan segala isinya. Menurut para ahli ada beberapa pengertian tentang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut Sukardjo (2005: 1), menyatakan

bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari alam

dengan segala isinya, atau secara sederhana merupakan suatu kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah

ilmu pengetahuan yang rasional dan objektif serta ilmu yang mempelajari

(46)

2.1.4.2 Tujuan IPA

Sulistiyorini (2007: 40) berpendapat bahwa pembelajaran IPA di

SD/MI bertujuan agar siswa:

a. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap

sains, teknologi dan masyarakat.

b. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains

yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains

dalam kehidupan sehari-hari.

e. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang

pengajaran lain.

f. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan

alam.

g. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta

ini untuk dipelajari.

Maksud dan tujuan pembelajaran IPA tersebut adalah agar siswa

memiliki pengetahuan tentang gejala alam, berbagai jenis dan perangai

lingkungan melalui pengamatan agar siswa tidak buta akan pengetahuan

(47)

2.1.4.3 Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup bahan kajian Ilmu Pengetahuan Alam untuk

Sekolah Dasar menurut Sulistyorini (2007: 40) meliputi aspek-aspek :

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda atau materi,sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat

dan gas

c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet

listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

e. Menurut kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ilmu

Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar diberikan sebagai mata

pelajaran sejak kelas IV, sedang kelas I sampai kelas III diberikan

secara tematik dengan pelajaran yang lain, karena dalam

penelitian ini yang penulis kaji bahan kelas IV.

2.1.5 Energi Alternatif

2.1.5.1 Pengertian Energi Alternatif

Menurut Rositawaty dan Aris (2008: 138) berpendapat bahwa energi

alternatif adalah energi pengganti yang dapat menggantikan peran minyak

bumi. Energi alternatif yang sedang dikembangkan saat ini adalah energi

(48)

Umumnya, energi alternatif ini digunakan untuk mengurangi

penggunaan bahan bakar hidrokarbon yang mengakibatkan kerusakan

lingkungan dari emisi karbon dioksida yang tinggi, yang berkontribusi

besar terhadap pemanasan global.

Istilah “alternatif” merujuk kepada suatu teknologi, selain teknologi

yang digunakan untuk menghasilkan energi. Teknologi alternatif yang

digunakan untuk menghasilkan energi dengan mengatasi masalah dan

tidak menghasilakan masalah seperti penggunaan bahan bakar fosil

(Atmawati, 2010).

2.1.5.2 Macam-macam contoh energi alternatif

Berbagai sumber-sumber di alam sekitar yang dapat dimanfaartkan

sebagai energi alternatif sebenarnya mudah didapatkan. Usaha manusia

untuk memperolehnya dengan menggunakan teknologi yang telah ada,

maka energi alternatif dapat diperoleh. Beberapa macam contoh energi

alaternatif antara lain :

a. Energi matahari

Menurut Rositawaty dan Aris (2008: 138) berpendapat matahari

merupakan sumber energi utama di muka bumi. Energi panas yang

dihasilkan matahari sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Energi

radiasi matahari dapat diubah menjadi energi listrik dan energi kalor.

Peralatan yang menggunakan sel-sel surya dapat langsung mengubah

energi radiasi sinar matahari menjadi energi listrik. Pada saat ini, sel-sel

(49)

Sel-sel surya ini dapat mengubah energi radiasi sinar matahari

menjadi energi panas. Energi panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk

memanaskan ruangan, memanaskan air, dan keperluan lain. Pada saat ini,

sel-sel surya sudah biasa dijumpai diatap-atap rumah, rumah sakit, dan

hotel-hotel. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pemanfaatan energi

ini adalah matahari tidak bersinar sepanjang hari. Penerapan energi

matahari dapat ditunjukan pada gambar 2.1 (Rositawaty dan Aris, 2008 :

139)

Gambar 2.1. Sel Surya mengubah energi matahari menjadi energi listrik

b. Energi Panas Bumi

Menurut Wahyono dan Nurachmadani (2008: 102) berpendapat

bahwa bumi sesungguhnya tersusun dari beberapa lapisan. Pusat bumi

terbentuk dari lapisan batu panas. Hai ini memungkinkan bumi menjadi

sumber panas. Energi panas bumi adalah energi yang dihasilkan oleh

magma di dalam perut bumi. Energi panas bumi disebut juga energi

geoternal. Energi ini biasanya digunakan atau dimanfaatkan terutama di

daerah-daerah pegunungan. Penerapan energi panas bumi dapat

(50)

Gambar 2.2. Pembangkit listrik tenaga uap dengan memanfaatkan panas bumi

c. Energi Air

Wahyono dan Nurachmadani (2008: 102) Air mengalir dari tempat

yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Aliran air yang deras merupakan

sumber energi gerak. Energi ini dapat digunakan untuk menghasilakan

energi listrik. Misalnya pada suatu bendungan, air yang jatuh dari bagian

atas bendungan akan menghasilkan arus yang sangat deras. Keadaan ini

dapat dimanfaatkan untuk menggerakan turbin yang memutar generator.

Generator yang berputar menghasilkan energi litrik. Selain, bendungan,

gerakan pasang surut air laut juga dapat digunakan untuk membangkitkan

listrik. Penerapan energi air dapat ditunjukan pada gambar 2.3 (Dinas

Kebudayaan Pariwisata Pemuda Dan Olah Raga: 2010)

(51)

d. Energi Angin

Rositawaty dan Aris (2008: 139) berpendapat bahwa angin juga

merupakan sumber energi alternatif. Banyak kegiatan yang memanfaatkan

energi angin. Misalnya, pada permainan layang-layang, olahraga, perahu

layar. Namun, angin yang sangat besar dapat menimbulkan bencana.

Angin adalah sumber energi alternatif yang murah dan tidak

mengakibatkan polusi udara. Energi angin juga dapat dipakai pada kincir

angin yang mengakibatkan listrik. Penerapan energi angin dapat

ditunjukan pada gambar 2.4 (Rositawaty dan Aris, 2008: 139)

Gambar 2.4. Kincir Angin

Baling-baling pada kincir angin akan berputar cepat apabila ada angin

besar yang bertiup. Putaran pada kincir angin dapat menggerakan turbin

pada suatu pembangkit tenaga listrik. Jadi, energi agin dapat dijadikan

sumber pembangkit energi listrik. Di negara Belanda, kincir dimanfaatkan

untuk menggiling gandum. Selain itu, kincir angin juga dimanfaatkan

untuk memompa air untuk irigasi dan membangkitkan tenaga listrik.

(52)

akan bergerak mengarungi lautan. Kincir angin seperti ini juga dibangun

ditempat-tempat uang rawan banjir, untuk memompa air, karena

banyaknya kincir angin di negeri Belanda, sampai-sampai negara ini

dijuluki negara Kincir Angin.

2.1.5.3 Penggunaan Energi Alternatif

Energi alternatif digunakan saat ini karena sumber energi yang bisa

digunakan, yaitu minyak bumi jumlahnya semakin menipis. Kendaraan

bermotor dahulu hingga sekarang selalu menggunakan bahan bakar bensin

atau solar. Namun demikian, di beberapa negara maju sudah

dikembangkan kendaraan yang memanfaatkan sumber tenaga matahari.

Selain itu, di negara kita saat ini juga sedang dikembangkan energi biogas.

Beberapa ilmuan kita telah merancang kompor dengan menggunakan

bahan bakar biogas yang ramah lingkungan. Selain mobil dan kompor,

benda lain yang juga telah menggunakan energi alternatif adalah perahu

layar. Perahu dapat malaju tanpa menggunakan mesin tetapi dengan

bantuan energi angin. Di negara Belanda angin digunakan sebagai sumber

energi listrik dengan menggunakan kincir angin. Energi alternatif juga bisa

berasal dari tumbuhan seperti minyak jarak dan minyak kelapa sawit

mentah untuk menggantikan solar sebagai bahan-bahan penggerak diesel.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini akan memaparkan hasil penelitian yang relevan dari

(53)

Belajar Dengan Teknik Pemetaan Gagasan Tentang Materi Energi Alternatif

Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 4 SD Penghudi Luhur 3 Yogyakarta

Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian pada siklus I

siswa yang memenuhi KKM mencapai 90,32% dengan nilai rata-rata kelas

80,48. Sedangkan pada siklus II yang memenuhi KKM mencapai 93,54%

dengan nilai rata-rata kelas 85,00. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 3,22%.

Nindya Ayu Wulandari (2011) dengan judul “Hubungan Minat

Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 4 Sragen Tahun

Pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian (1) minat belajar dibagi menjadi tiga

yaitu siswa dengan minat belajar rendah sebesar 13,3%, siswa dengan minat

belajar sedang sebesar 6,7% dan siswa dengan minat belajar tinggi sebesar

80%. (2) prestasi belajar dibagi menjadi tiga yaitu prestasi belajar rendah

sebesar 10%, prestasi belajar sedang sebesar 58,33% dan prestasi belajar

tinggi sebesar 31,67%. (3) minat belajar mempunyai hubungan yang positif

dan signifikan oada taraf 1% minat belajar memberikan subangan sebesar

83,4% dengan prestasi belajar siswa.

Yasinta Apri Lestari (2011) dengan judul “ Peningkatan Prestasi

Belajar Menggunakan Pendekatan Kontestual Dalam Mata Pelajaran IPA

Tentang Macam-macam Gerak Benda Siswa Kelas III SD Kanisius Klepu

Minggir Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian (1)

pembelajaran macam-macam gerak benda menggunakan pendekatan

(54)

hasil KKM yang sudah ditentukan oleh sekolah yaitu 64. (2) analisis tes

kondisi awal nilai rata-rata kelas mencapai 59. 17 siswa (60%) belum

mencapai KKM dan 12 siswa (40%) sudah mencapai KKM. (3) akhir

analisis siklus I nilai rata-rata kelas mencapain 68 dengan target penelitian

64. 7 siswa (25%) belum mencapi KKM dan 22 siswa (75%) sudah

mencapai KKM. (4) akhir analisis siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 79

dengan target peneliti 70. 4 siswa (14%) belum mencapai KKM dan 25

(86%) siswa sudah mencapai KKM.

Budi Nugroho (2011) dengan judul “ Peningkatan Prestasi Belajar

Menggunaan Pendekatan Kontekstual Dalam Mata Pelajaran IPS Siswa

Kelas IV SD Negeri Bangunrejo I Semester Genap Tahun Pelajaran

2010/2011”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada siklus pertama

belum mencapai target penelitian karena baru 65% siswa belum lulus

KKM. Target penelitian dapat dicapai pada siklus dua yaitu 75% siswa lulus

KKM. Siklus pertama masih banyak kelemahan dan akhirnya dapat diatasi

di siklus dua. Kesimpulan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

pendekatan kontekstual prestasi belajar IPS siswa SD kelas IV semester

genap tahun pelajaran 2010/2011 meningkat.

Farida Nur Azizah (2012) dengan judul “Peningkatan Minat dan

Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Pendakatan Kontekstual Materi

Menjumlahkan dan Mengurangkan Berbagai Bentuk Pecahan Pada Siswa

Kelas VA SD N Adisucipto 1 Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian

(55)

pendekatan kontekstual dengan rata-rata minat siswa adalah 71,7. Setelah

dilakukan tindakan pada siklus I dengan menggunakan pendekatan

kontekstual, rata-rata minat siswa menjadi 11,5, yang menunjukan kriteria

minat siswa yang cukup. Kemudian dilakukan tindakan pada siklus II

dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang semakin baik, rata-rata

minat siswa yang meningkat secara signifikan yaitu 14,38 yang menunjukan

kriteria minat siswa pada siklus II adalah tinggi.

Sedangkan hasil penelitian mengenai prestasi belajar siswa sebelum

dikenai tindakan dengan menggunakan pendekatan kontekstual, nilai

rata-rata siswa kelas VA tahun pelajaran 2010/2011 adalah 58,3 dan persentase

yang mencapai KKM rendah yaitu 37,5%. Setelah dilakukan tindakan pada

siklus I, ada peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi 72,57 dan persentase

siswa yang mencapai KKM pada siklus I adalah 80%. Kemudian

dilanjutkan pada siklus II rata-rata nilai siswa meningkat secara signifikan

menjadi 80,86% dan persentase siswa yang mencapai KKM pada siklus II

menjadi 85,86%.

Nita Febrianawati (2011) dengan judul “ Peningkatan Prestasi Belajar

IPA Materi Pokok Energi Alternatif dan Penggunaannya Menggunakan

Metode Eksperimen Siswa Kelas IV Semester 2 SD Kanisius Kintelan I

Tahun Ajaran 2010/2011”. Hasil penelitian pembelajaran energi alternatif

dan penggunaannya menggunakan metode eksperimen dapat mencapai hasil

yang sangat memuaskan dengan melihat hasil KKM yang sudah ditentukan

(56)

mencapai 67,76 dengan target penelitian 65. 15 siswa (43,75%) belum

mencapai KKM dan 17 siswa (56,25%) sudah mencapai KKM. Hasil

analisis tes akhir siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 79,68 dengan target

penelitian 75. 4 siswa (14,5%) belum mencapai KKM dan 28 (87,5%) siswa

sudah mencapai KKM.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa setelah siswa melakukan

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan eksperimen prestasi belajar

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya pembelajaran yang berpusat pada guru, siswa cenderung pasif sehingga sikap kritis siswa terhadap gagasan guru belum terjadi. Siswa belum

Untuk mengetahui bagaimana cara guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mempelajari materi

Pengertian pendekatan kontekstual menurut Johnson dan Nurhadi telah dipaparkan di atas, selain itu pendapat pengertian kontekstual menurut Aqib (2013: 4) adalah pembelajaran yang

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tujuan meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa menggunakan pendekatan kontekstual pada

Karena itu, untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi yang diajarkan, sebaiknya guru menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar siswa

Kurang berhasilnya siswa dalam pembelajaran IPA dengan materi energi panas dan energi bunyi ini kemungkinan siswa tidak mampu memahami materi pelajaran, guru dalam proses

Latar belakang penelitian ini adalah kondisi pasif dan kurangnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran membuat siswa kurang memahami materi pembelajaran

Sebagian besar guru guru belum paham bahwa LKPD tersebut adalah proses pembelajaran yang dirancang guru untuk dikerjakan siswa agar materi dapat tersampaikan dan membuat siswa menjadi