• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN SISWA KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 20112012 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN SISWA KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 20112012 SKRIPSI"

Copied!
229
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

TAI

PADA OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN

SISWA KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN SEMESTER

GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Agata Imelda Chandra NIM: 081134010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

May be it’s difficult but it

isn’t impossible

Dengan tulus, ku persembahkan skripsi ini kepada:

(5)

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan pada daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 April 2012 Penulis

(6)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Agata Imelda Chandra

NIM : 081134010

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang berjudul: Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI pada Operasi Penjumlahan Pecahan Siswa Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 27 April 2012 Yang menyatakan

(7)

ABSTRAK

Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI pada Operasi Penjumlahan Pecahan Siswa Kelas IV SD

Kanisius Wirobrajan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012

Agata Imelda Chandra Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan tentang materi penjumlahan pecahan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI tahun pelajaran 2011/2012. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan pada tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 31 siswa. Objek penelitian adalah peningkatan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika tentang materi penjumlahan pecahan. Peneliti melaksanakan penelitian dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan tes tertulis, observasi, dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa data awal rata-rata skor minat siswa sebelum dikenai tindakan adalah 8,03. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, rata-rata skor minat siswa menjadi 10,7. Pada siklus II, rata-rata skor minat siswa meningkat menjadi 13,25.

Hasil penelitian mengenai prestasi belajar siswa sebelum dikenai tindakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, nilai rata-rata siswa kelas IV tahun pelajaran 2010/2011 adalah 60 dan persentase yang mencapai KKM yaitu 35,4%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 74,35 dan persentase siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 72,73%. Kemudian dilanjutkan pada siklus II, rata-rata nilai siswa meningkat secara signifikan menjadi 78,35 dan persentase siswa yang mencapai KKM pada siklus II menjadi 83,87%.

Berdasarkan hasil refleksi, disarankan kepada guru untuk melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI yang menyajikan pembelajaran yang berangkat dari siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Namun, dalam pelaksanaan guru harus mampu me-manage waktu dan memberikan perhatian yang merata kepada setiap siswa.

(8)

ABSTRACT

The Increase of Interest and Study Achievement Using Cooperative Learning Model type TAI on Fractions Counting Operation Students Grade IV SD

Kanisius Wirobrajan Even Semester Course Year 2011/2012

Agata Imelda Chandra Sanata Dharma University

2012

This research was made to know the increase of interest and study achievement of SD Kanisius Wirobrajan students grade IV about fractions counting material using cooperative learning model TAI course year 2011/2012.The type of research which was used was Classroom Action Research (CAR).

The subjects of the research were the students of SD Kanisius Wirobrajan grade IV course year 2011/2012, there were 31 students in total. The object of the research was the increase of interest and students’ study achievement in math about fractions counting material. The researcher did the research in two cycles, where each cycle consisted of planning, execution, observation, and reflection. The researcher used written test, observation, and interview as the techniques to gather the data. The data which was got was analyzed quantitative descriptively.

The result of the research showed that the initial data before the students were given an action was 8,03. After the action by using cooperative learning model type TAI on the first cycle was given, the average of students interest became 10,7. In the second cycle, the average of students interest criterion increased became 13,25.

Whereas the result of the research about students’ learning achievements before the students were given an action by using cooperative learning model type

TAI, the average of students’ marks grade IV course year 2010/2011 was 60 and

the percentage of students who passed KKM was low, 35,4%. After the action was given on the first cycle, students’ marks average increased became

72,73%. Next, it was continued on the second cycle, the average of students’

marks increased significantly became 78,35 and the percentage of the students who passed KKM on the second cycle became 83,87% .

Based on the results of the reflection, it was advisable for teachers to implement cooperative learning teaching model TAI type that presents a set of learning process with students and teacher as the facilitator only. However, at the process of the implementation, the teacher must be able to manage time and give equal attention to each student.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama menulis skripsi ini ada berbagai suka, duka dan tantangan yang harus penulis hadapi. Namun, karena kuasa dan campur tangan Allah yang senantiasa menaungi penulis dan keterlibaran pihak-pihak yang membantu, semua hal itu dapat teratasi.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dalam bentuk apapun, kepada:

1. Bapak Drs. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Puji Purnomo M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Drs. J. Sumedi, selaku dosen pembimbing II yangtelah memberikan dukungan dan bimbingan selama penulisan skripsi.

5. Bapak Hr. Klidiatmoko, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Wirobrajan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas IV SD Kanisius Wirobrajan.

6. Bapak Thomas Heri, S.Pd., selaku guru kelas IV SD Kanisius Wirobrajan, yang telah memberikan waktu, bantuan, dan masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis.

(10)

8. Bapak, Ibu, dan Adik tercinta, yang telah memberikan dukungan semangat, doa dan kasih sayang kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 9. Kakakku tersayang Woko yang telah memberikan dukungan dan kasih

sayang kepada penulis selama skripsi

10. Teman-teman sekamar di Asrama Syantikara, Chandra, Sari, Deta, Kak Icha, Anna, Palma dan Ratna yang telah memberikan dukungan selama penulis menyelesaikan skripsi.

11. Teman-teman penulis, Tina, Joko dan semua teman kelas B angkatan 2008 yang telah membantuku dalam karya dan doa selama skripsi.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima sumbangan baik pemikiran, kritik maupun saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 27 April 2012 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

D. Model Pembelajaran Kooperatif ... 21

E. Pembelajaran Kooperatif tipe TAI ... 26

(12)

G. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI pada materi

penjumlahan pecahan ... 35

H. Kerangka Pikir ... 37

I. Hipotesis Tindakan ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40

B. Setting Penelitian ... 42

C. Rencana Tindakan ... 44

D. Instrumen Penelitian ... 51

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 58

F. Teknik Pengumpulan Data ... 66

G. Analisis Data ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 72

B. Pembahasan ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 104

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Penelitian... 43

Tabel 2. Peubah dan Instrumen Penelitian Minat ... 51

Tabel 3. Peubah dan Instrumen Penelitian Prestasi ... 52

Tabel 4. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 53

Tabel 10. Rubrik Penilaian Aspek Psikomotorik ... 58

Tabel 11. Hasil Penghitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 61

Tabel 12. Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 62

Tabel 13. Kriteria Klasifikasi Reliabilitas Instrument ... 64

Tabel 14. Hasil Penghitungan Reliabilitas Soal Siklus I ... 66

Tabel 15. Hasil Penghitungan Reliabilitas Soal Siklus II ... 66

Tabel 16. Kriteria Keberhasilan Minat Belajar Siswa ... 68

Tabel 17. Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa ... 68

Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Minat Kondisi Awal dengan Siklus I ... 85

Tabel 19. Hasil Uji Normalitas Minat Siklus I dengn Siklus II ... 86

Tabel 20. Hasil Uji t Minat Kondisi Awal dengan Siklus I ... 87

Tabel 21. Hasil Uji t Minat Siklus I dengan Siklus II ... 88

Tabel 22. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa ... 90

Tabel 23. Hasil Uji t Satu Sampel Prestasi Belajar Siswa ... 91

Tabel 24. Hasil Uji t Dua sampel Prestasi Belajar Siswa ... 91

Tabel 25. Hasil Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 95

Tabel 26. Kriteria Minat Belajar Siswa ... 95

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 4. Bahan Ajar Siklus II Pertemuan 1 ... 153

Lampiran 4. Bahan Ajar Siklus II Pertemuan 2 ... 156

Lampiran 5. Soal Evaluasi Siklus I ... 158

Lampiran 5. Soal Evaluasi Siklus II ... 160

Lampiran 6. Rubrik Penilaian Afektif ... 162

Lampiran 6. Rubrik Penilaian Psikomotorik ... 163

Lampiran 7. Validasi Instrumen Perangkat Pembelajaran ... 164

Lampiran 8. Hasil Uji Validitas soal ... 169

Lampiran 9. Indeks Kesukaran Soal ... 171

Lampiran 10. Data Awal Minat Siswa ... 177

Lampiran 10. Skor Minat Siswa Siklus I ... 178

Lampiran 10. Skor Minat Siswa Siklus II ... 179

Lampiran 10. Peningkatan Minat Siswa ... 180

Lampiran 11. Data Awal Prestasi Belajar Siswa ... 181

Lampiran 11. Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 183

Lampiran 11. Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 184

Lampiran 11. Hasil Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 185

(16)

Lampiran 13. Notulen Refleksi ... 195

Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian dari Kampus ... 207

Lampiran 15. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di SD ... 208

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Matematika adalah salah satu ilmu dasar untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Peran matematika sangat penting bagi kehidupan manusia. Disiplin utama dalam matematika didasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan, pengukuran dan sebagainya. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas. Matematika di sekolah dasar (SD) mengutamakan agar siswa mengenal, memahami, serta mahir menggunakan bilangan kaitannya dengan praktek dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan pembelajaran matematika di SD diukur dari pencapaian nilai di atas rata-rata dan penguasaan materi.

Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diperkenalkan sejak kelas satu SD. Banyak orang yang beranggapan bahwa mata pelajaran ini susah dimengerti karena sebagian besar berkaitan dengan hitung-hitungan. Dalam pelajaran ini ada beberapa materi yang akan dipelajari oleh siswa kelas IV, diantaranya mengenai pecahan. Dalam pecahan itu sendiri, siswa dikenalkan dengan penyelesaian soal yang memiliki penyebut sama dan tidak sama.

(18)

dilakukan dalam kegiatan pembelajaran akan membuat kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan dan menggairahkan sehingga siswa akan senang untuk mengikutinya.

Siswa akan senang mengikuti pelajaran matematika jika mereka tidak merasa tertekan dan bosan. Siswa lebih senang belajar bersama-sama dengan temannya dibandingkan hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya. Hal ini disebabkan karena siswa bisa lebih mengekspresikan jawabannya tanpa ada rasa takut dan salah. Jika siswa senang mengikuti kegiatan pembelajaran maka secara alami siswa akan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Rasa senang dan keaktifan siswa dalam megikuti kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi minat siswa. Minat sangatlah penting dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi maka prestasi belajarnya akan baik. Namun sebaliknya, siswa yang memiliki minat belajar rendah maka prestasi belajarnya akan rendah.

Prestasi belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Prestasi belajar dapat berupa prestasi akademik dan non akademik. Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada prestasi akademik.

(19)

Kanisius Wirobrajan pada materi penjumlahan pecahan, diperoleh 64,6 % siswanya mendapatkan nilai di bawah 70. Pembelajaran dikatakan berhasil dengan baik apabila siswa dapat menguasai materi dengan mendapat nilai 70, yaitu batas nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan dalam kurikulum sekolah.

Berdasarkan fakta-fakta yang tersebut di atas diduga siswa mengalami minat yang rendah dan kesulitan belajar mengenai operasi penjumlahan pecahan pada pelajaran matematika. Hal ini bisa terjadi kemungkinan disebabkan karena siswa belum memahami konsep dasar pecahan. Guru dalam kegiatan pembelajaran hanya menerangkan secara singkat materi pembelajaran. Kemudian siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku paket dan dibahas secara bersama-sama. Hal ini diduga sebagai penyebab rendahnya minat belajar matematika karena kegiatan pembelajaran seperti ini membosankan dan semakin mencerminkan anggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang membosankan, sulit dan menyeramkan.

Melihat fakta tersebut peneliti akan mencoba untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model Kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) melalui penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe TAI

(20)

B. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini, difokuskan pada penggunaan metode Kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar dalam operasi penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut berbeda pada siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

C.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasannya, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan minat belajar siswa dengan model pembelajaran Kooperatif tipe TAI pada materi operasi penjumlahan pecahan siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan semester genap tahun pelajaran 2011/2012? 2. Bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran

Kooperatif tipe TAI pada materi operasi penjumlahan pecahan siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan semester genap tahun pelajaran 2011/2012? 3. Apakah penggunaan model Kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan minat

(21)

D.Pemecahan Masalah

Masalah rendahnya minat dan prestasi belajar pada materi penjumlahan pecahan siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan semester genap tahun pelajaran 2011/2012 akan diatasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.

E.Batasan Pengertian

Agar tidak menimbulkan persepsi yang berbeda mengenai masalah yang sedang dibahas, maka peneliti menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

1. Minat belajar

Minat belajar adalah kecenderungan perhatian dan kesenangan dalam beraktivitas, yang meliputi jiwa dan raga untuk menuju perkembangan manusia seutuhnya, yang menyangkut cipta, rasa, karsa, kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat menerapkan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

3. Model kooperatif tipe TAI

(22)

masing-masing, setiap anggota kelompok saling membantu dan mengecek. Namun, sebelum siswa masuk dalam kelompok siswa mengalami pembelajaran individual.

4. Pecahan

Pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-bagian benda, jika benda itu dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang sama.

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana cara guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI agar dapat meningkatkan minat siswa dalam mempelajari materi penjumlahan pecahan siswa kelas IV semester 2 SD Kanisius Wirobrajan semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mempelajari materi penjumlahan pecahan siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

3. Untuk mengetahui apakah penggunaan model kooperatif tipe TAI dapat

(23)

G.Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

Dapat menambah pengalaman melakukan PTK khususnya dalam penggunaan model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI dalam materi operasi penjumlahan pecahan siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan.

2. Bagi sekolah

Dapat menambah dokumen hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di perpustakaan sekolah.

3. Bagi Prodi

Menambah bahan bacaan terkait dengan PTK khususnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar pada operasi penjumlahan pecahan pada siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

4. Bagi guru

Dapat dijadikan inspirasi untuk melakukan penelitian yang dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TAI.

5. Bagi siswa

(24)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Hasil penelitian yang relevan

Pada bagian ini akan dipaparkan penelitian yang relevan, diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Retna Kusumaningrum program studi Pendidikan Matematika tahun 2007 (skripsi tidak diterbitkan) dengan

judul “Keefektifan Model Pembelajaran tipe TAI melalui Pemanfaatan LKS

Terhadap Hasil Belajar Matematika Sub Pokok Bahasan Jajar Genjang dan Belah Ketupat pada Siswa kelas VII SMPN 11 Semarang Tahun Pelajaran

2006/2007”. Hasil penelitiannya adalah:

Rata-rata hasil kelompok belajar eksperimen (menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe TAI) 72,28% dan kelompok kontrol (menggunakan model pembelajaran langsung) sebesar 63,50%. Hasil uji t hitung = 3,014 > t tabel 1,66, yang berarti bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar kelompok kontrol. Hasil uji ketuntasan pada kelas eksperimen diperoleh t hitung = 3,35 > t tabel (-1,69) yang berarti hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan belajar >65.

(25)

2. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Fajar Habib Maulana Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan Prasekolah tahun 2011 (skripsi tidak

diterbitkan) dengan judul “Peningkatan Pemahaman Konsep Pecahan

Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) Pada Matematika Kelas V SDN Gembongan 07 Kabupaten Blitar”.

Hasil penelitiannya adalah:

a. Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TAI pada matematika di

kelas V sudah sangat baik. Hal ini didukung dengan sudah munculnya semua aspek/komponen model pembelajaran Kooperatfi tipe TAI pada saat pembelajaran berlangsung.

b. Hal itu juga diikuti dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang sangat baik pula. Persentase ketuntasan belajar siswa pada pratindakan adalah 13,04%, pada siklus I adalah 65,22% dan pada siklus II adalah 91,3%.

(26)

B.Minat Belajar

1. Pengertian minat

Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik yang berupa studi, kerja, hobi, atau aktivitas apapun adalah minat. Menurut Muhibbin (1995:136) minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Doyles Fryer dalam Nurkancana (1983:224) minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu. Begitu pula dalam Surya (2003:67), minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu obyek.

Djaali (2007:122) minat adalah perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau memiliki sesuatu. Selain itu, minat merupakan bagian dari ranah afeksi, mulai dari kesadaran sampai pada pilihan nilai. Djaali juga menyebutkan minat merupakan pengerahan perasaan dan menafsirkan untuk suatu hal.

Sedangkan menurut Slameto (1988:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

(27)

kesenangan itu lalu cenderung untuk memperhatikan dan akhirnya aktif berkecimpung dalam obyek tersebut. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikannya secara konsisten dengan rasa senang.

Apabila dikaitkan dengan aktivitas belajar, minat belajar merupakan salah satu alat atau alasan untuk siswa melakukan aktivitas belajar. Tanpa adanya minat dalam diri siswa terhadap hal yang akan dipelajari, maka ia akan ragu-ragu untuk belajar sehingga tidak menghasilkan hasil belajar yang optimal seperti yang diharapkan.

2. Aspek-aspek minat belajar

Minat dapat diartikan sebagai ketertarikan terhadap suatu objek. Ketertarikan dapat mendorong individu mempelajari dan menekuni hal yang berkaitan dengan minat. Minat yang diperoleh melalui adanya suatu proses belajar dikembangkan melalui proses menilai suatu objek yang kemudian menghasilkan suatu penilaian.

(28)

a. Aspek kognitif

Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan.

b. Aspek afektif

Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam memotivasikan tindakan seseorang.

Berdasarkan uraian tersebut, maka minat terhadap mata pelajaran Matematika yang dimiliki seseorang bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif dan penilaian afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif dan afektif seseorang terhadap objek minat adalah positif maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.

3. Faktor-faktor pendorong minat

(29)

b. Dorongan keadaan, keadaan yang didorong oleh dorongan determinan di atas.

c. Kegiatan mencapai tujuan. Komponen ini dilandasi oleh komponen dorongan determinan dan dorongan keadaan. Jika tujuan dicapai berarti dorongan pertama dan kedua di atas terpenuhi.

d. Tercapainya tujuan oleh individu

e. Mengendurnya dorongan karena tujuan telah dicapai, serta keinginan dan

kebutuhan telah terpenuhi.

f. Efek mengendurnya dorongan semula karena munculnya dorongan lain

yang baru, menghendaki pemuasannya.

Keenam komponen itu bekerja berhubungan, atau berkelanjutan dari yang pertama hingga yang terakhir, sebagai landasan tumbuhnya minat seseorang untuk bertindak atau memusatkan perhatiannya ke dalam suatu hal.

Menurut Sardiman (1986: 93-94) beberapa cara untuk menciptakan minat, antara lain:

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan untuk belajar

b. Menghubungkan pengalamannya dengan persoalan atau masalah pada masa lampau

c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berlomba mendapatkan hasil yang lebih baik

(30)

Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Disamping memanfaatkan minat yang telah ada, Tranner dan Tranner (1975) dalam Slameto (1988:181) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi kepada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pelajaran yang akan diberikan dengan bahan pelajaran yang lalu, menguraikan kegunaan dimasa yang akan datang. Rooijakkers (1980) dalam Slameto (1988:181) berpendapat hal ini dapat pula divariasi dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.

Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil. Pengajar dapat menggunakan insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukannya dengan baik. Diharapkan dengan pemberian insentif akan membangkitkan motivasi siswa dan minat siswa terhadap bahan yang diajarkan akan muncul.

4. Cara mengukur minat

(31)

dalam suatau situasi yang kurang distandarsasikan dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan atau hasil belajar yang dapat diamati secara konkret dari individu atau kelompok. Penilaian nontes dapat berupa pengamatan (observasi), catatan anekdot, daftar cek, skala nilai, angket, dan wawancara.

Peneliti melakukan observasi untuk memperoleh data tentang minat siswa. Pengertian observasi menurut Zainal Arifin (2009:153) adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai bebagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Peneliti juga mengisi lembar pengamatan siswa selama melakukan kegiatan observasi.

Selain menggunakan observasi, untuk mengetahui minat siswa di lakukan kegiatan wawancara terhadap siswa dan guru. Hasil dari kegiatan wawancara digunakan untuk mendukung hasil observasi minat siswa. Menurut Wijaya Kusumah (2010: 77) wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subyek yang diteliti. Wawancara memiliki sifat yang luwes, pertanyaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan subyek, sehingga segala sesuatu yang ingin diungkap dapat digali dengan baik.

5. Indikator minat

(32)

cara untuk mengetahui indikator minat dapat dilihat dengan menganalisa kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu atau obyek yang disenanginya. Minat adalah motif yang mendorong individu untuk melakukan dan aktif dalam kegiatan tertentu.

Slameto (1988: 180) mengungkapkan bahwa Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.

Selain itu, menurut Djamarah (2008: 166-167) mengungkapkan bahwa minat dapat diekspresikan anak didik melalui:

a. Pernyataan lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya b. Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan

c. Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa dapat dilihat dari bagaimana minatnya dalam melakukan aktivitas mereka senangi, ikut terlibat dalam kegiatan pembelajaran dan perhatian yang mereka berikan. Dengan demikian, indikator minat yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah:

(33)

c. Perhatian dalam belajar.

d. Keterlibatan siswa dalam belajar.

C.Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Winkel (1987:36) belajar ialah suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan – pemahaman, ketrampilan dan nilai – sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berbekas.

Menurut Muhibbin (1995 : 88) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.

Menurut Slameto (1988: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(34)

2. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi Belajar dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1991:1190) adalah penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang akan dibuktikan melalui hasil tes. Begitu pun, Sudjana (1996: 203) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Surya (2003: 67) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan dengan nilai-nilai prestasi belajar berdasarkan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 1992: 22). Klasifikasi hasil belajar yang lazim digunakan adalah klasifikasi dari Benyamin Bloom. Bloom membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

(35)

psikomotorik terdiri dari 2 aspek yaitu keterampilan bergerak dan bertindak serta kecakapan ekspresi verbal dan non-verbal.

Pada umumnya prestasi belajar yang dinyatakan dengan nilai-nilai merupakan hasil belajar pada ranah kognitif. Namun untuk memperoleh prestasi belajar yang baik, ranah afektif dan psikomotorik juga dianggap penting. Ketiga ranah ini diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai prestasi belajar, baik yang berdimensi cipta dan rasa, maupun karsa yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang diperoleh siswa setelah melakukan evaluasi/tes.

Oleh karena itu, prestasi belajar dalam penelitian ini merupakan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Evaluasi terhadap prestasi belajar dilakukan guru dengan menggunakan alat evaluasi berupa tes dan non tes. Melalui evaluasi tes dan non tes, siswa dituntut untuk menunjukkan prestasi tertentu.

Hasil data yang diperoleh akan diakumulasikan dalam bentuk nilai yang berupa angka. Dimana angka tersebut mampu menunjukkan prestasi tertentu. Berdasarkan prestasi-prestasi yang dicapai siswa tersebut, guru dapat mengetahui hasil belajar yang diharapkan telah tercapai atau tidak.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

(36)

luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Yang tergolong faktor internal adalah:

a. Faktor jasmani baik yang (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang dipeoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:

1) Faktor intelektif yang meliputi:

a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.

2) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.

Yang tergolong faktor eksternal adalah: a. Faktor sosial yang terdiri atas:

(37)

b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

D.Tinjauan Umum Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pembelajaran Kooperatif

Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Melalui perbedaan itu manusia dapat saling asah, asih, dan asuh (saling mencerdaskan). Dengan memanfaatkan kenyataan itu, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas serta tanggung jawab, sehingga dapat tercipta masyarakat yang belajar. Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa.

(38)

Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan

pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) ” memudahkan siswa belajar” sesuatu yang ”bermanfaat” seperti fakta,

ketrampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

2. Unsur- Unsur Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson dalam Lie (2002: 30-34) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: a. Positive interdependence (Saling ketergantungan positif)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

b. Personal responbility (Tanggung Jawab Individual)

(39)

mengikuti kelompok belajar bersama anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

c. Face to face promotive interaction (Tatap Muka)

Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Melalui proses ini siswa dapat membagikan pengalaman yang telah dialaminya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Sinergi tidak dapat begitu saja terjadi dalam sekejap, tetapi melalui proses yang cukup panjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

d. Interpersonal skill (Komunikasi Antar anggota)

Keberhasilan kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan kemampuan mereka mengutarakan pendapat mereka. e. Group processing (Evaluasi Proses Kelompok)

Perlu disediakan waktu khusus untuk melaksanakan evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka. Kegiatan evaluasi dilakukan agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif.

3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

(40)

a. Siswa bekerja dalam kelompoknya secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.

4. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat 6 langkah utama di dalam pembelajaran Kooperatif, yaitu: a. Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa

Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. b. Menyajikan Informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan.

c. Mengorganisasi Siswa ke Dalam Kelompok- kelompok Belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agara melakukan transisi secara efisien

d. Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar

(41)

e. Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tetntang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.

f. Memberikan Penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan langkah yang berbeda-beda. Tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. STAD (Student Team Achievement Divisions) b. NHT (Numbered Head Together)

c. TGT (Teams Games Tournament) d. TAI (Teams Assisted Individualization) e. Jigsaw I

f. Jigsaw II

g. CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

Salah satu tipe di atas yang akan digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran Kooperatif tipe TAI

(42)

E.Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Teams Assisted Individualization)

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Menurut Suyatno (2009: 57) tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Slavin membuat metode ini berdasarkan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah kesulitan belajar individu.

Ciri khas dalam pembelajaran ini adalah siswa mempelajari secara individual materi yang telah disiapkan oleh guru. Hasil belajar individual akan dibawa ke dalam kelompok masing-masing untuk dibahas dan didiskusikan oleh anggota kelompok. Semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban yang telah dikerjakan. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok. Siswa diajari bagaimana menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman yang lain untuk bekerja sama, dan menghargai teman yang lain.

(43)

siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.

Slavin (1995: 98) menyatakan bahwa:

“TAI was created to take advantage of the considerable socialization

potential of cooperative learning. Previus studies of group-paced

cooperative learning methods have consistently found positive effects of

these mothods on such outcomes as race relations and attitude toward

mainstreamed academically handicapped students.”

Kutipan di atas mengandung makna bahwa TAI dirancang untuk memperoleh manfaat yang positif dari kegiatan sosialisasi yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran kooperatif. Berdasarkan kegiatan itu, ditemukan adanya pengaruh positif hubungan dan sikap siswa terhadap siswa lain yang mengalami keterlambatan dalam proses akademis.

2. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

Model pembelajaran tipe TAI dalam Slavin (2008: 195-200) ini memiliki 8 komponen, kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.

(44)

c. Curriculum materials yaitu lembar kerja yang berisi materi-materi pembelajaran. Tiap unit yang terdapat pada lembar kerja memiliki bagian tersendiri.

d. Team Study yaitu para siswa diberikan suatu unit perangkat pembelajaran

secara individu. Unit tersebut berisikan materi kemudian siswa mengerjakan soal secara individu dan membahas unit-unit tersebut dalam kelompok masing-masing. Jika ada siswa yang mendapatkan kesulitan disarankan untuk meminta bantuan dalam kelompok sebelum meminta bantuan kepada guru.

e. Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

f. Teaching Group yaitu guru menjelaskan materi pokok secara klasikal

pada siswa yaitu dengan memperkenalkan konsep-konsep utama pada siswa sebelum mereka mengerjakan tugas secara individu.

g. Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

h. Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri

(45)

3. Tahapan dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

Adapun tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI dalam Widyantini (2006: 9) adalah sebagai berikut.

a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh siswa. b. Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai

harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.

c. Guru menjelaskan materi pokok secara klasikal dan singkat pada siswanya.

d. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa. Jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan gender.

e. Sebelum bekerja dalam kelompoknya, terlebih dahulu masing-masing

siswa berusaha membaca kembali dan memahami materi pelajaran yang sudah dijelaskan serta mencoba mengerjakan tugas secara individu. f. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok.

(46)

g. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang dan bergantian dengan kelompok yang lainnya.

h. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. i. Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu.

j. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI mempunyai kekurangan dan kelebihan. Slavin (1995: 101) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TAI mempunyai kelebihan sebagai berikut:

a. Meningkatkan hasil belajar.

b. Meningkatkan motivasi belajar pada diri siswa. c. Mengurangi perilaku yang mengganggu.

d. Program ini sangat membantu siswa yang lemah.

Selain memiliki kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

juga memiliki kekurangan, yaitu:

(47)

b. Dengan jumlah siswa yang besar dalam kelas, maka guru akan mengalami kesulitan dalam memberikan bimbingan kepada siswanya.

E.Kompetensi Dasar

1. Pengertian Matematika

Menurut Dikmenum dalam Taniredja (2010: 66) matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuaannya berkaitan dengan penalaran.

Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang doperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika.

2. Kompetensi Dasar Penjumlahan Pecahan

a. Pengertian pecahan

(48)

lurus dan bukan miring (/). Pembilang merupakan bilangan terbagi sedangkan penyebut merupakan bilangan pembagi. Pecahan biasa dapat digunakan untuk menyatakan makna dari setiap bagian dari yang utuh.

Rumusan pecahan adalah: pecahan =

Contoh:

Apabila kakak mempunyai sebuah apel yang akan dimakan berempat dengan temannya, maka apel tersebut harus dipotong‐potong

menjadi 4 bagian yang sama. Sehingga masing‐masing anak akan

memperoleh bagian dari apel tersebut. Pecahan biasa mewakili

ukuran dari masing‐masing potongan apel. Dalam lambang bilangan

(dibaca seperempat atau satu perempat), ”4” menunjukkan banyaknya

bagian‐bagian yang sama dari suatu keseluruhan atau utuh dan disebut

”penyebut”. Sedangkan ”1” menunjukkan banyaknya bagian yang

menjadi perhatian atau digunakan atau diambil dari keseluruhan pada saat tertentu dan disebut pembilang.

(49)

b. Penjumlahan pecahan berpenyebut sama

Pada penjumlahan pecahan berpenyebut sama dapat dilakukan dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan.

Contoh:

Jawab:

c. Penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda

Untuk memperoleh hasil penjumlahan pecahan beda penyebut, dapat menggunakan berbagai macam cara diantaranya:

1)Menggunakan gambar diarsir

Saat anak mempelajari materi ini, sebaiknya mereka diberikan pengalaman pengalaman berbentuk ilustrasi kehidupan sehari-hari,

sebagai contoh: ”Adik makan kue bagian yang didapat dari kakak.

Karena adik masih lapar kemudian meminta lagi, dan ibu

memberinya sepotong yang besarnya bagian. Berapa bagian kue

yang dimakan oleh adik?”

Jawab:

(50)

Dari peragaan ini tampak bahwa hasil akhir adalah berarti

Tampak pula bahwa . Sehingga

. Peragaan dapat diulang untuk penjumlahan pecahan yang

lain, sehingga siswa mempunyai pengalaman bila menjumlah pecahan dengan penyebut tidak sama, maka penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu, dengan mencari pecahan senilainya.

2)Menggunakan pecahan senilai Contoh:

Bentuk yang senilai dengan adalah

Bentuk yang senilai dengan adalah

Pecahan yang senilai dengan dan yang berpenyebut sama adalah

dan

(51)

3)Menggunakan KPK

Menjumlahkan pecahan beda penyebut dapat juga menggunakan KPK dari kedua penyebut yang dijumlahkan. Aturan penjumlahan pecahan yang berbeda penyebutnya adalah:

a) Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan yang senilai).

b) Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan

berpenyebut sama. Contoh:

Tentukan hasil penjumlahan pecahan di bawah ini!

1.

Jawab:

Penyebut kedua pecahan adalah 2 dan 10 dengan KPK 10

Jadi,

F. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada materi

penjumlahan pecahan.

(52)

1. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan dipelajari dan diselesaikan oleh siswa dalam bentuk LKS.

2. Guru menyampaikan apersepsi. Guru memberikan kesempatan kepada dua orang siswa untuk melakukan apersepsi dengan membelah roti dan menyebutkan bagian-bagian roti yang sudah dibelah.

3. Guru memberikan pre-test kepada siswa.

4. Guru menjelaskan materi penjumlahan pecahan secara klasikal dan singkat

pada siswanya.

5. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis

berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa. Jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan gender.

6. Sebelum bekerja dalam kelompoknya, terlebih dahulu masing-masing siswa berusaha membaca kembali dan memahami materi pelajaran yang sudah dijelaskan serta mencoba mengerjakan tugas secara individu.

7. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. Jika siswa mengalami kesulitan disarankan untuk meminta bantuan kepada kelompok sebelum meminta bantuan kepada guru. Guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukan. 8. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan

(53)

berulang-9. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. 10. Guru memberikan soal evaluasi (post test) untuk dikerjakan secara

individu.

11. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

Diharapkan dengan kegiatan pembelajaran yang sudah dijelaskan diatas secara umum, kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Model pembelajaran kooperaftif tipe TAI diharapkan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

G.Kerangka berpikir

Minat memegang peranan yang sangat penting dalam kesuksesan belajar siswa. Dengan minat belajar yang kuat, kesulitan yang dihadapi siswa tidak lagi dipandang sebagai hambatan. Oleh karena itu, guru dalam pembelajaran di kelas harus berusaha menumbuhkan minat belajar dalam diri siswa. Timbulnya minat dalam diri siswa terhadap mata pelajaran Matematika khususnya materi penjumlahan pecahan beda penyebut dapat meningkatkan prestasi belajar.

(54)

Setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang setara. Siswa mempunyai tanggung jawab belajar individu, hasil belajar individu akan dibawa dalam kelompok untuk didiskusikan. Guru akan memberikan bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukan. Siswa yang pandai ikut bertanggung jawab untuk membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya.

Kegiatan pembelajaran tipe TAI diharapkan dapat menumbuh kembangkan minat siswa dan prestasi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika. Siswa yang mempunyai kemampuan rendah tidak akan merasa minder karena mereka masuk dalam kelompok yang heterogen. Dalam kelompok tersebut mereka saling membantu untuk menyelesaikan permasalahan. Keberhasilan kelompok dan indvidu akan di perjuangkan secara bersama-sama.

Berdasarkan uraian diatas dijelaskan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat diterapkan materi penjumlahan pecahan. Peneliti yakin bahwa penggunaan model pembelajaran dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa, khususnya pada materi penjumlahan pecahan.

H.Hipotesis

(55)

1. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan minat belajar matematika materi penjumlahan pecahan siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

2. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto (2007: 3) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif yang ditandai dengan adanya kerja sama antara guru bidang studi dengan pihak peneliti. Guru berperan melakukan pembelajaran dan peneliti berperan sebagai pengamat yakni melakukan pengamatan selama pembelajaran berlangsung dan mencatat hasil temuan. Peneliti juga memberikan bantuan ketika guru mengajar. Selain itu, dalam penelitian ini juga saling bekerjasama dalam melakukan evaluasi terhadap hasil temuan yang diperoleh dan melakukan revisi untuk pertemuan siklus berikutnya.

(57)

dilakukan. Kemudian, dilakukan perencanaan ulang untuk dilaksanakan pada siklus tersendiri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini:

Gambar 1: Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Tagart

Keempat langkah penting dalam PTK dapat diuraikan secara singkat seperti berikut ini (Sukardi 2003: 213):

1. Perencanaan

Perencanaan yang dikembangkan harus fleksibel untuk mengadopsi pengaruh yang tidak dapat dilihat dan rintangan yang tersembunyi. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih menekankan pada

PELAKSANAAN

SIKLUS I PENGAMATAN PERENCANAAN

REFLEKSI

PELAKSANAAN

SIKLUS II PENGAMATAN PERENCANAAN

(58)

sifat-sifat strategik yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan mengenal rintangan yang sebenarnya.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan dalam penelitian tindakan harus hati-hati dan merupakan kegiatan yang praktis terencana. Ini dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang rasional dan terukur.

3. Pengamatan

Pengamatan dalam PTK mempunyai fungsi dokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subyek. Observasi yang baik adalah observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.

4. Refleksi

Refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Hasil refleksi penting untuk melakukan tiga kemungkinan terhadap suatu subyek penelitian, yaitu diberhentikan, modifikasi atau dilanjutkan ketingkatan atau daur selanjutnya.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

(59)

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah Siswa SD Kanisius Wirobrajan tahun pelajaran 2011/2012 kelas IV yang berjumlah 31 siswa. Terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah peningkatan minat dan prestasi belajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) dalam Operasi Penjumlahan Pecahan kelas IV SD Kanisius Wirobrajan tahun pelajaran 2011/2012.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 yakni bulan Desember-Juni 2012

(60)

C.Rencana Tindakan

Agar penelitian ini dapat berjalan dengan lancar, maka dibuat suatu rancangan kegiatan penelitian yang nantinya akan digunakan sebagai acuan kegiatan yang akan dilakukan peneliti. Rancangan kegiatan yang akan dilakukan selama penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus pertama menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TAI dengan bantuan gambar diarsir. Siklus kedua menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TAI

dengan bantuan mika pecahan. Pada setiap siklus dilakukan pengamatan dan setiap akhir siklus diadakan evaluasi dengan menggunakan tes tertulis.

1. Persiapan

a. Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah SD Kanisius Wirobrajan b. Wawancara.

Wawancara di sini dimaksudkan untuk mencari informasi tentang kondisi awal minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan. b. Melakukan observasi terhadap siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan

untuk mengetahui keadaan dan respon siswa terhadap mata pelajaran Matematika.

c. Identifikasi masalah.

(61)

Hal tersebut dilakukan dengan merumuskan isi dan materi dari kompetensi dasar sehingga diperoleh indikator. Kompetensi dasarnya yaitu penjumlahan pecahan.

e. Menyiapkan dan menyusun instrumen pembelajaran (Silabus, RPP,

bahan ajar)

f. Menyiapkan dan menyusun instrumen pengumpulan data (rubrik pengamatan minat, panduan wawancara, kisi-kisi soal, soal evaluasi dan instrumen penilaian).

g. Mempersiapkan sarana pendukung kegiatan pembelajaran di kelas,

seperti: media pembelajaran.

2. Rencana Tindakan Setiap Siklus

Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, maka dilakukan tindakan kelas sebagai berikut:

a. Rencana Tindakan Siklus I

1) PerencanaanTindakan

Rencana tindakan pada siklus I menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TAI dengan bantuan media gambar diarsir. Pembelajaran pada siklus I terdiri dari dua pertemuan, dimana pada setiap pertemuan beralokasi 2 JP. Adapun rencana tindakan pada siklus I adalah:

a) mempersiapkan silabus

(62)

c) menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) d) menyiapkan alat dan bahan pelajaran e) membuat instrumen penelitian f) membuat soal evaluasi siklus I

2) PelaksanaanTindakan  Pertemuan I

a) Menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. b) Guru memberikan pretest

c) Siswa menyimak penjelasan guru secara klasikal dan singkat

mengenai penjumlahan pecahan berpenyebut sama.

d) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok beranggotakan 5 siswa.

e) Setiap siswa diberi LKS untuk dipelajari dan menyelesaikan soal yang terdapat pada LKS secara individual.

f) Siswa diminta untuk mensyaringkan jawaban individu kepada kelompok. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. g) Jika siswa mengalami kesulitan disarankan untuk meminta

(63)

guru. Guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukan.

h) Setiap kelompok mempresentasikan penyelesaian soal yang sudah dibahas, sedangkan guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. i) Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.

j) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor evaluasi.

 Pertemuan II

a) Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I

3) Observasi

Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan mengisi lembar pengamatan minat siswa yang telah disiapkan, mengamati kegiatan siswa yang berkaitan dengan aspek afektif dan psikomotorik. Peneliti juga membuat catatan kelas yaitu berisi hal-hal penting yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

4) Refleksi

(64)

a) Mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan dalam siklus ini sebagai upaya peningkatan minat dan prestasi yang diinginkan.

b) Membandingkan hasil tes dan observasi yang sudah dicapai

dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

c) Merencanakan dan menentukan tindak lanjut yang harus dilakukan pada siklus ke 2 berdasarkan hasil yang telah diperoleh.

b. Rencana Tindakan Siklus II

1) PerencanaanTindakan

Peneliti memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan. Rencana tindakan pada siklus II menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TAI dengan bantuan media mika pecahan. Pembelajaran pada siklus II terdiri dari dua pertemuan. Adapun rencana tindakan pada siklus I adalah:

a) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan sesuai dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI.

b) Menyusun rencana pelakasanaan pembelajaran. c) Membuat lembar kerja siswa.

(65)

2) PelaksanaanTindakan II  Pertemuan I

a) Menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang akan

dicapai dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. b) Guru memberikan pretest.

c) Siswa menyimak penjelasan guru secara klasikal dan singkat mengenai penjumlahan pecahan beda penyebut.

d) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok beranggotakan

4 siswa.

e) Setiap siswa diberi LKS untuk dipelajari dan menyelesaikan

soal yang terdapat pada LKS secara individual.

f) Siswa diminta untuk mensyaringkan jawaban individu kepada kelompok. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. g) Jika siswa mengalami kesulitan disarankan untuk meminta

bantuan kepada kelompok sebelum meminta bantuan kepada guru. Guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukan.

h) Setiap kelompok mempresentasikan penyelesaian soal yang

(66)

membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. i) Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.

j) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan

perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

 Pertemuan II

a) Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus II

3) Observasi

Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan mengisi lembar pengamatan minat siswa yang telah disiapkan, mengamati kegiatan siswa yang berkaitan dengan aspek afektif dan psikomotorik. Peneliti juga membuat catatan kelas yaitu berisi hal-hal penting yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

4) Refleksi

(67)

D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini memiliki dua variabel (peubah) tergantung berdasarkan judul penelitian, yakni minat dan prestasi belajar. Berikut ini akan diuraikan indikator keberhasilan dari masing-masing variabel (peubah) dari kegiatan penelitian ini.

1. Variabel minat

Untuk memperoleh data mengenai minat dilakukan kegiatan observasi/ pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Indikator ini disusun secara bersama-sama dengan teman-teman yang melakukan penelitian dengan variabel yang sama yakni minat.

Tabel 2. Peubah dan Instrumen Penelitian Minat

No. Peubah Indikator Data Pengumpul an

2. Variabel prestasi belajar

(68)

tes tertulis pada akhir setiap siklus.

Tabel 3. Peubah dan Instrumen Penelitian Prestasi belajar

No. Peubah Indikator Data Pengumpul an Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa 2 intrumen yakni tes dan non tes. Instrumen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tes tertulis

Dalam penelitian ini, soal tes yang digunakan adalah isian singkat. Tes ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa pada ranah kognitif. Tes ini dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan bimbingan dosen pembimbing yang mengacu pada kisi-kisi soal. Validitas soal evaluasi ini diujicobakan kepada siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan, karena siswa kelas ini sudah pernah mengalami dan mempelajari materi penjumlahan pecahan beda penyebut. Soal tes evaluasi berupa isian singkat yang terdiri dari 20 soal. Adapun penyekorannya adalah sebagai berikut:

Gambar

Gambar 3. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa...............................................
Gambar 1: Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Tagart
Tabel 1. Jadwal Penelitian
Tabel 2. Peubah dan Instrumen Penelitian Minat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, Usa,

internet en las prácticas de producción periodística en la versión digital del periódico El. Universal de Cartagena

[r]

Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara 43 Tahun 2015 tentang Pedoman Penetapan Pembayaran Honorarium Yang Diberikan Atas Kelebihan Jumlah Minimal Jam Tatap Muka Bagi

Pengaruh Bubuk Kunyit Hitam (Curcuma Caesia) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Mencit (Mus Musculus l.) Swiss Webster Jantan Yang Mengalami Hiperglikemia..

Metode evaluasi yang digunakan berdasarkan Kualitas dan Biaya, dimana untuk Evaluasi Kualitas dilakukan terhadap Penawaran File I meliputi administrasi dengan

kompetisi Peran pemerintah diperlukan untuk menjamin agar kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan kompetisi yang sehat. Sebab tanpa pengawasan pemerintah akan berakibat

Thus, knowing the effectiveness of food label on making a healthier food choice for consumers, especially a lower calories food, is important.. A narrative review on the