• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASPEK TEKNIS PER SEKTOR"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 1

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

6.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (livable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Untuk itu Perintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang laya huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial.

Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan permukiman, diantaranya adalah :

1. Peran Kabupaten/Kota dalam pengembangan wilayah 2. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota

3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dan sebagainya

4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

5. Dalam penyusunan RPIJM mengacu pada Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Permukiman.

6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi dalam Pengembangan Permukiman.

7. Keterpaduan Pengembangan Permukiman dengan sektor lainnya dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik.

8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia. 9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi dalam Pengembangan

Perkotaan pada kota bersangkutan.

10. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta.

11. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman

12. Investasi PS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya.

13. Safeguard Sosial dan Lingkungan.

(2)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 2

6.1.1 Permukiman Prioritas Kabupaten Halmahera Selatan

Sebaran dari hasil pelaksanaan FGD 1 SPPIP Kabupaten Halmahera Selatan, disepakati 4 (kawasan) yang menjadi prioritas penangan, antara lain; Kawasan Labuha Amasing, Kawasan Tomori Marabose, Kawasan Babang Sayoang dan Kawasan Mandaong Panamboang. Kajian potensi kawasan permukiman prioritas Kabupaten Halmahera Selatan, sebagai berikut :

a. Kawasan industry b. Kawasan pariwisata c. Kawasan perikanan

d. Kawasan Bandar udara perintis

e. Pusat kegiatan transportasi antar wilayah

f. Potensi kawasan pesisir sebagai sarana rekreasi pantai g. Pusat kerajinan tradisionil (cendramata) di Amasing h. Pusat pelayanan pemerintahan kabupaten

i. Pengembangan kota tepian air (water from city dan river front city)

6.1.2 Isu Strategi, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan tantangan Pengembangan

Permukiman Kabupaten Halmahera Selatan

1. Isu Strategis

Kajian isu-isu permukiman dan infrastruktur perkotaan pada kawasan prioritas pada dasarnya merupakan kajian untuk mengetahui sejauh mana kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan pada kawasan yang menjadi obyek dalam perumusan SPPIP Kabupaten Halmahera Selatan. Kawasan yang dimaksud meliputi;

Tabel.6.1 Isu-Isu Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kawasan Priotas Kabupaten Halmahera Selatan

No Kawasan Isu-Isu Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

1 2 3

Antisipasi pengembangan kawasan bantaran Sungai Inggoi dan pesisir Amasing

Penanganan permukiman kumuh Pengembangan kawasan permukiman untuk mendukung kawasan perkantoran

Pengembangan kawasan pelabuhan Babang Pengembangan pasar bari di Babang

4 Pengembangan kawasan perdagangan dan

permukiman untuk mendukung kawasan pelabuhan Antisipasi pengembangan kawasan bantaran Sungai Mandaong

(3)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 3

2. Kondisi Eksisting dan Potensi a. Kawasan Prioritas Labuha Amasing

Potensi Kawasan Labuha Amasing, sebagai berikut:

 Aspek Fisik, Luas kawasan prioritas Labuha Amasing 291,33 ha, kemiringan lereng berada pada kisaran 0-15%, ketinggian 0-200 Mdpl, dengan fungsi utama perdagangan dan jasa, fungsi penunjang permukiman, pelabuhan dan perikanan.

 Aspek Ekonomi, Dominan bergerak pada sektor perdagangan dan jasa.

 Aspek Sosial, Tradisi Saruma sebagai sistem kekerabatan dalam hal memutuskan sesuatu, baik dalam kegiatan-kegiatan keagamaan maupun kegiatan-kegiatan tertentu. Tradisi Saruma merupakan modal sosial dalam pembangunan.

 Pola Permukiman, Pola Permukiman liniear mengikuti jaringan jalan dan garis pantai

 Sarana Permukiman, Sarana permukiman yang ada meliputi; fasilitas perkantoran, kesehatan, perdagangan dan jasa.

 Prasana Permukiman, Prasarana permukiman yang ada antara lain; prasarana jalan, drainase, air minum dan persampahan.

 Perkembangan Penduduk, Data jumlah penduduk kawasan prioritas 2 tahun terakhir menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 17.305 jiwa, dan mengalami kenaikan menjadi 19.092 jiwa pada tahun 2010. Hal tersebut memperlihatkan adanya kenaikan perkembangan penduduk selama kurun waktu 2 tahun terakhir, dengan rata-rata pertumbuhan 10,68% pertahun. Perkembangan jumlah penduduk Kawasan Prioritas Labuha Amasing pada setiap desa/kelurahan selama kurun waktu tahun 2009 hingga 2010.

b. Kawasan Prioritas Tomori Marabose

Potensi Kawasan Tomori Marabose, sebagai berikut:

 Aspek Fisik, Luas kawasan prioritas Tomori Marabose 1.129,87 ha, kemiringan lereng berada pada kisaran 15-40%, ketinggian 0-200 Mdpl, dengan fungsi utama Bandar dara, perkantoran, fungsi penunjang permukiman.

 Aspek ekonomi, Dominan bergerak pada sektor pertanian dan perkebunan.

 Aspek sosial, Tradisi Saruma sebagai sistem kekerabatan dalam hal memutuskan sesuatu, baik dalam kegiatan-kegiatan keagamaan maupun kegiatan-kegiatan tertentu. Tradisi Saruma merupakan modal sosial dalam pembangunan.

 Aspek pola permukiman, Pola Permukiman liniear mengikuti jaringan jalan.

 Aspek Sarana Permukiman, yang ada meliputi; fasilitas perkantoran, kesehatan, dan pendidikan

 Aspek Prasarana Permukiman, yang ada antara lain; prasarana jalan, drainase, air minum dan persampahan

(4)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 4

c. Kawasan Prioritas Mandaong Panamboang

Potensi kawasan prioritas mandaong panamboang, sebagai berikut:

 Aspek Fisik, luas kawasan prioritas Mandaong Panamboang 711,56 ha, kemiringan lereng berada pada kisaran 0-15%, ketinggian 0-200 Mdpl, dengan fungsi utama permukiman, fungsi penunjang kebun campuran, hutan dan pelabuhan.

 Aspek ekonomi, dominan bergerak pada sektor perikanan

 Aspek sosial, Tradisi Saruma sebagai sistem kekerabatan dalam hal memutuskan sesuatu, baik dalam kegiatan-kegiatan keagamaan maupun kegiatan-kegiatan tertentu. Tradisi Saruma merupakan modal sosial dalam pembangunan

 Aspek Pola Permukiman liniear mengikuti jaringan jalan

 Aspek pembiayaan, dilaksanakan oleh pemda

 Aspek Sarana permukiman yang ada meliputi; fasilitas perkantoran, kesehatan, pendidikan, perdagangan dan jasa

 Aspek Prasarana permukiman yang ada antara lain; prasarana jalan, drainase, dan persampahan

 Aspek Perkembangan Jumlah Penduduk, Data jumlah penduduk kawasan prioritas Mandaong Panambuang 2 tahun terakhir menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 8.475 jiwa, dan mengalami kenaikan menjadi 9.321 jiwa pada tahun 2010. Hal tersebut memperlihatkan adanya kenaikan perkembangan penduduk selama kurun waktu 2 tahun terakhir, dengan rata-rata pertumbuhan 9,98% pertahun. Perkembangan jumlah penduduk kawasan prioritas Mandaong Panambuang pada setiap desa/kelurahan selama kurun waktu tahun 2009 hingga 2010.

d. Kawasan Prioritas Babang Sayoang

Potensi Kawasan Prioritas Babang Sayoang, sebagai berikut:

 Aspek Fisk, Luas kawasan prioritas Mandaong Panamboang 193,51 ha, kemiringan lereng berada pada kisaran 0-30%, ketinggian 0-150 Mdpl, dengan fungsi utama permukiman, fungsi penunjang pelabuhan.

 Aspek ekonomi, Dominan bergerak pada sektor perikanan, perdagangan dan jasa.

 Aspek sosial, Tradisi Saruma sebagai sistem kekerabatan dalam hal memutuskan sesuatu, baik dalam kegiatan-kegiatan keagamaan maupun kegiatan-kegiatan tertentu. Tradisi Saruma merupakan modal sosial dalam pembangunan.

 Aspek Pola Permukiman liniear mengikuti jaringan jalan dan membentuk cluster-cluster.

 Aspek Sarana permukiman yang ada meliputi; fasilitas perkantoran, kesehatan, pendidikan, peribadatan, perdagangan dan jasa.

 Aspek Prasarana permukiman yang ada antara lain; prasarana jalan, drainase, dan persampahan.

(5)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 5

3. Kondisi Eksisting Perumahan

Kebutuhan fasilitas perumahan dan permukiman pada tahun 2032 (akhir tahun perencanaan). Hasil proyeksi penduduk Kawasan prioritas hingga akhir tahun 2032 sebesar 52.001 jiwa, untuk kebutuhan jumlah rumah menggunakan asumsi 1 KK terdiri dari 5 orang anggota keluarga dan membutuhkan 1 unit rumah. Perbandingan masing-masing klasifikasi rumah beserta luas tipe kapling diuraikan sebagai berikut :

• Tipe A dengan luas lahan 135 m2 • Tipe B dengan luas lahan 120 m2 • Tipe C dengan luas lahan 108 m2

Sesuai ketentuan dan standar perencanaan perbandingan perumahan kota menganut konsep 1 : 3 : 6 dengan asumsi dasar 10% untuk tipe menengah ke atas, 30% tipe menengah dan 60% untuk kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Kebutuhan perumahan berdasarkan tipe dan klasifikasinya di Kawasan Prioritas dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel .6.2 Kebutuhan Perumahan Berdasarkan Tipe Kavling di Kawasan Prioritas Kabupaten Halmahera Selatan

No Kawasan Prioritas Tipe

Kavling

2 Tomori Marabose

Tipe A

4 Mandaong Panambungan

Tipe A

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan

Tabel tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas perumahan di kawasan prioritas hingga tahun 2032 membutuhkan kurang lebih sebanyak 10.407 unit. Dengan asumsi masing-masing luas kapling pada tiap tipe rumah, maka lahan peruntukan fasilitas permukiman hingga tahun 2032 menggunakan lahan seluas kurang lebih 118,86 Ha.

4. Permasalahan dan Tantangan Pembangunan

Permasalahan yang diindentifikasi pada kawasan permukiman prioritas Kabupaten Halmahera Selatan, sebagai berikut :

a. Banjir perkotaan dan keberadaan lokasi kawasan perkotaan bersentuhan langsung dengan daerah resapan air

(6)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 6

c. Volume timbulan sampah perkotaan cukup tinggiKerapatan bangunan cukup tinggi (rawan ancaman kebakaran)

d. Aksesibilitas jalan antar unit permukiman sangat terbatas e. Kepadatan penduduk cukup tinggi pada kawasan pusat kota f. Kepadatan bangunan cukup tinggi pada kawasan pusat kota

g. Tingkat pelayanan air minum cukup rendah dan pemanfaatan potensi air minum belum optimal

h. Tingkat partisifasi masyarakat masih rendah

Gambar 6.1. Permasalahan Kawasan Permukiman Prioritas

Adapun tantangan yang akan dihadapi dalm pembangunan ialah sebagai berikut :

(7)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 7

bersentuhan langsung dengan kawasan pesisir pantai ditandai dengan

berkembangnya kawasan permukiman kumuh pada pusat kota berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup, banjir perkotaan, pendangkalan sungai dan berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan Kota Labuha kedepan.

b. Aspek Ekonomi : Optimalisasi pemanfaatan teknologi pengelolaan sumberdaya alam dan dukungan infrastruktur yang belum memadai berdampak pada rendahnya konstribusi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) dan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat serta ketersediaan lapangan kerja.

c. Aspek Sosial : Urbanisasi dan migrasi yang berlangsung mendorong proses akulturasi dan asimilasi budaya antara penduduk pendatang dan penduduk asli berdampak pada tingginya penyiapan/kebutuhan akan lahan untuk sarana bermukim sehingga berdampak pada munculnya kawasan permukiman kota, kemiskinan, pengangguran dan terbatasnya penyiapan lapangan kerja.

d. Aspek Kelembagaan : Fungsi dan peran kelembagaan dalam pengendalian, pengawasan pemanfaatan ruang khususnya dalam implementasi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) berdampak pada pola pemanfataan ruang yang cenderung sporadis akibat belum didukung sumberdaya manusia yang maksimal.

e. Aspek Pembiayaan : Alokasi dana yang bersumber dari APBD untuk membiayai infrastruktur permukiman sangat terbatas sehingga memerlukan dukungan sumber pembiayaan lain dan berdampak terhadap penyediaan infrastruktur yang belum memadai.

f. Aspek Partisipasi Publik : Peran partisipasi masyarakat dalam pembangunan perkotaan yang masih rendah berdampak pada lemahnya peran masyarakat dalam memelihara infrastruktur perkotaan.

g. Aspek Kebijakan Pembangunan : Belum efektifnya implementasi pembangunan perkotaan mendorong munculnya pembauran fungsi ruang-ruang perkotaan sehingga berdampak penurunan mutu kualitas lingkungan hidup.

6.1.3 Analisa Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Prioritas Kota

Ternate

a. Proyeksi Jumlah Penduduk

(8)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 8

Tabel .6.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Prioritas Kabupaten Halmahera Selatan

No Kawasan Prioritas Jumlah Penduduk (Jiwa)

2013 2017 2022 2027 2032

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan

b. Fasilitas Perumahan

Fasilitas permukiman dan perumahan merupakan wadah bagi penduduk untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dan membina keluarga. Penentuan jumlah fasilitas ini didasarkan pada kecenderungan jumlah penduduk hasil proyeksi hingga akhir tahun perencanaan.

Tabel . 6.4 Kebutuhan Perumahan Berdasarkan Tipe Kavling di Kawasan Prioritas Kabupaten Halmahera Selatan

No Kawasan Prioritas Tipe

Kavling

2 Tomori Marabose

Tipe A

4 Mandaong Panambungan

Tipe A

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan

(9)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 9

(10)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 10

(11)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 11

(12)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 12

(13)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 13

(14)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 14

(15)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 15

6.1.4 Rencana Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Kabupaten

Halmahera Selatan

Penetapan sistem pusat-pusat permukiman atau sistem kota-kota merupakan bagian penting dalam rencana tata ruang wilayah, karena kota adalah salah satu komponen dalam membentuk struktur ruang. Sementara itu penataan ruang sendiri pada dasarnya mengarahkan pola pelayanan kota-kota/kawasan perkotaan. Dalam merencanakan sistem pusat-pusat permukiman terkandung pengaturan hirarki (orde) dan distribusi kota-kota sesuai dengan skala dan tingkatan pelayanannya dalam melayani penduduk serta potensi dan kegiatan ekonominya dalam lingkup wilayah kabupaten yang dalam hal ini adalah kota-kota kecamatan.. (RTRW Kabupaten Halmahera Selatan)

Analisis Pola Sebaran Perumahan dan Permukiman

Karakteristik permukiman di Kabupaten Halmahera Selatan adalah permukiman nelayan. Hal ini dapat diidentifikasi dari penyebaran areal permukiman yang pada umumnya menyebar di sepanjang tepi pantai, sehingga desa-desa yang terbentuk sebagian besar (90%) adalah desa pesisir (239 desa pesisir dan 10 desa non pesisir).

Pola permukiman di Kota Tepi Pantai dipengaruhi oleh keadaan topografi, dan dibedakan atas 3 (tiga), yaitu:

a. Daerah perbukitan cenderung mengikuti kontur tanah;

b. Daerah relatif datar cenderung memiliki pola relatif teratur, yaitu pola Grid atau

Linear dengan tata letak bangunan berada di kiri-kanan jalan atau linear sejajar dengan (mengikuti) garis tepi pantai;

c. Daerah atas air pada umumnya cenderung memiliki pola cluster, yang tidak teratur dan organik. Pada daerah-daerah yang telah ditata umumnya menggunakan pola

grid atau linear sejajar garis badan perairan.

Orientasi bangunan semula umumnya menghadap perairan sesuai orientasi kegiatan berbasis perairan. Perkembangan selanjutnya orientasi kegiatan ke darat semakin meningkat (bahkan lebih dominan), maka orientasi bangunan cenderung menghadap ke arah darat dan lebih mempertimbangkan aspek fungsional dan aksesibilitas. Tipologi bangunan menggunakan struktur dan konstruksi sederhana, tradisional dan konvensional, yang kurang memperhitungkan pengaruh angin, Tsunami, gempa, dan lain-lain.

Analisis Kebutuhan Perumahan dan Permukiman

Salah satu tolok ukur dalam pengembangan sektor permukiman adalah identifikasi kebutuhan rumah dalam jangka waktu perencanaan, yaitu 20 tahun ke depan. Untuk menghitung kebutuhan rumah (backlog) tersebut dibutuhkan data ketersediaan rumah eksisting yang tidak diperoleh datanya.

(16)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 16

1. Pertambahan penduduk karena kelahiran; 2. Restorasi rumah-rumah yang sudah ada; 3. Faktor relokasi migrasi.

Di antara ketiga aspek yang disebutkan di atas, maka hanya 1 (satu) aspek saja yang dapat dijadikan dasar perhitungan, yaitu pertambahan penduduk karena kelahiran. Faktor relokasi migrasi belum bisa diperhitungkan, karena tidak tersedianya data migrasi, meskipun pada faktanya migrasi penduduk yang menuju Kawasan Perkotaan Labuha terjadi.

Kelahiran merupakan faktor alami penyebab pertambahan penduduk. Hal ini terjadi di semua tempat dan merupakan faktor yang tidak dapat dihindari. Karenanya pertambahan penduduk karena kelahiran merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam menghitung kebutuhan rumah tambahan. Angka kebutuhan rumah akan dijelaskan pada tabel berikut.

Ketersediaan lahan di Kabupaten Halmahera Selatan berdasarkan hasil analisis kesesuaia lahan, yaitu lahan budidaya yang dapat digunakan yaitu seluas 301.963,73 Ha. Sementara kebutuhan lahan untuk perumahan adalah seluas 7.778.340 M2 atau 77.783,4 Ha sekitar 4 % dari ketersediaan lahan budidaya.

6.1.5 Kebutuhan Sarana Dan Prasarana

a. Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kawasan permukiman prioritas terdiri atas Tk, SD/sederajat, SLTP/sederajat dan SLTA/sederajat, pemenuhan kebutuhan pelayanan pendidikan di kawasan permukiman prioritas pada tahun 2032 perlu peningkatan kuantitas dan kualitas, untuk lebih jelasnya lihat Tabel dibawah ini.

Tabel. 6.5. Kebutuhan Fasilitas Pendidikan di Kawasan Permukiman Prioritas Hingga Akhir Tahun Perencanaan 2032

No Kawasan Prioritas Eksisting (Unit) Kebutuhan (Unit)

TK SD SLTP SLTA TK SD SLTP SLTA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Labuha Amasing 4 8 4 5 25 - 1 -

2 Tomori Marabose 2 2 - - 1 - - -

3 Babang Sayoang 1 4 3 2 6 - - -

4 Mandaong Panambungan - 4 1 - 6 - - 1

Jumlah 7 18 8 7 38 - 1 1

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan

(17)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 17

penambahan sebanyak 1 unit berlokasi di kawasan prioritas Labuha Amasing. Sedangkan fasilitas pendidikan jenjang SLTA dibutuhkan sebanyak 1 unit berlokasi di kawasan prioritas Mandaong Panambuang. Fasilitas jenjang pendidikan tingkat SD tidak dibutuhkan penambahan, namun demikian diharapkan rehabilitasi dan penambahan ruang kelas belajar.

b. Fasilitas Kesehatan

Upaya memenuhi pelayanan kesehatan terhadap masyarakat ditentukan oleh jumlah dan kualitas pelayanan fasilitas kesehatan. Jumlah dan kualitas yang dimaksud berkaitan dengan jumlah fasilitas, jangkauan pelayanan, tenaga dan peralatan medis. Sejauh ini pelayanan fasilitas kesehatan secara kuantitas dapat menjangkau seluruh masyarakat. Kebutuhan fasilitas kesehatan dapat dilihat pada kajian Tabel dibawah ini.

Tabel. 6.6. Kebutuhan Fasilitas Kesehatan di Kawasan Permukiman Prioritas Hingga Akhir Tahun Perencanaan 2032

No Kawasan Prioritas

Eksisting (Unit) Kebutuhan (Unit)

Puskes/Pus tu

BKI A

Poliklini k

Puskes/Pus tu

BKI

A Poliklinik

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Labuha Amasing - - 1 - 4 3

2 Tomori Marabose 1 - - - 1 1

3 Babang Sayoang 1 - - - 1 1

4 Mandaong

Panambungan 1 - - - 1 1

Jumlah 3 - 1 - 7 6

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan

Dari Tabel tersebut diatas, menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas kesehatan di kawasan permukiman prioritas hingga akhir perencanaan 2032 memerlukan penambahan fasilitas kesehatan berupa BKIA sebanyak 7 unit berlokasi disemua kawasan prioritas dan poliklinik sebanyak 6 unit berlokasi disemua kawasan prioritas.

c. Fasilitas Perkantoran

Fasilitas perkantoran merupakan sarana untuk melakukan kegiatan perkantoran dan pelayanan pemerintahan terhadap masyarakat. Kebutuhan fasilitas perkantoran di

kawasan permukiman prioritas hingga akhir perencanaan tidak dibutuhkan

pembangunan. Namun demikian fasilitas perkantoran yang ada memerlukan peningkatan (rehabilitasi) guna melengkapi fasilitas perkantoran yang sudah terbangun.

d. Fasilitas Perdagangan

Fasilitas perdagangan merupakan salah satu sarana yang memegang peranan penting, oleh karena fungsinya berperan sebagai pusat distribusi barang kebutuhan masyarakat. Penyediaan fasilitas perdagangan didasarkan pada kebutuhan pelayanan penduduk, sehingga penentuan jumlah fasilitas ini mempertimbangkan jumlah penduduk pendukung sesuai standar perencanaan.

(18)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 18

demikian fasilitas perdagangan yang ada memerlukan peningkatan (rehabilitasi) guna melengkapi fasilitas perdagangan yang sudah terbangun.

e. Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan merupakan sarana penunjang yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan keagamaan dan ritual bagi masyarakat. Penempatan fasilitas peribadatan ini pada lokasi yang menyebar pada kawasan permukiman penduduk. Struktur penduduk berdarkan kelompok agama di kawasan permukiman prioritas didominasi oleh penduduk yang beragama Islam. Untuk lebih jelasnya kebutuhan fasilitas peribadatan di kawasan permukiman prioritas dapat dilihat pada penjelasan Tabel di bawah ini.

Tabel.6.7 Kebutuhan Fasilitas Peribadatan di Kawasan Permukiman Prioritas Hingga Tahun 2032

N

o Kawasan Prioritas

Eksisting (Unit) Kebutuhan (Unit)

Masji d

Mushall ah/ Surau

Gereja Masjid

Mushalla h/ Surau

Gereja

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Labuha Amasing 9 5 3 - 2 -

2 Tomori Marabose 2 1 1 - - -

3 Babang Sayoang 2 3 6 - - -

4 Mandaong

Panambungan 4 4 3 - - -

Jumlah 15 13 13 - 2 -

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan

Dari Tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas peribadatan hingga tahun 2032 terlihat bahwa fasilitas mushallah/surau memerlukan kebutuhan sebanyak 2 unit yang berlokasi di kawasan prioritas Labuha Amasing.

a. Prasarana Jalan

Kebutuhan prasarana jaringan jalan kawasan permukiman prioritas membutuhkan ruang secara khusus. Berdasarkan analisis kebutuhan jaringan jalan, untuk pelayanan hingga tahun 2032 membutuhkan peningkatan untuk semua jenis jalan yang ada. Peningkatan jalan tersebut sebagai berikut :

 Jalan Kolektor, peningkatan dan pemeliharaan (pengaspalan)

 Jalan Lokal Primer, dari kondisi pengerasan ke kondisi aspal

 Jalan Lokal Sekunder, dari pengerasan ke kondisi aspal

 Pembangunan jalan baru, dari kondisi tanah ke pengerasan

Kebutuhan prasarana jaringan jalan tersebut terdistribusi pada seluruh kawasan permukiman prioritas sesuai dengan kebutuhan.

h. Prasarana Drainase

(19)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 19

pola rencana jaringan jalan, dengan penempatan pada sisi kiri-kanan jalan. Besaran atau volume drainase menyesuaikan pada klasifikasi atau hirarki masing-masing jaringan, dengan menggunakan asumsi sebagai berikut :

 Drainase Primer, memfungsikan sungai, laut atau sungai yang ada sebagai saluran pembuangan utama atau drainase primer

 Drainase Sekunder, yaitu jaringan drainase yang bermuara pada drainase primer, penempatan jaringan pada kedua sisi jalan utama dan kolektor.

 Drainase tersier, yaitu drainase yang bermuara pada drainase sekunder dan berhubungan langsung pada saluran pembuangan rumah tangga.

 Penempatan jaringan diarahkan pada kedua sisi jalan kolektor sekunder dan jalan lokal.

 Jaringan drainase kondisi exsisting masih terdapat jaringan drainase tanah yang berfungsi sebagai saluran air hujan dan hanya berfungsi pada musim hujan. Sehingga untuk perencanaan hingga tahun 2032diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas yang mengikuti jaringan jalan.

i. Prasarana Air Minum

Air minum merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, oleh karenanya penyediaan air minum dalam suatu kota sangat diperlukan, untuk pelayanan seluruh penduduk dan fasilitas pendukungnya. Pemenuhan kebutuhan air minum dalam suatu kawasan permukiman terdiri atas kebutuhan pelayanan domestik dan non domestik. Kebutuhan pelayanan domestik didasarkan pada standar kebutuhan penduduk yaitu 60 liter/orang perhari, sedangkan untuk pelayanan non domestik sesuai jenis fasilitas. Untuk lebih jelasnya lihat penjelasan Tabel di bawah ini.

Tabel.6.8. Kebutuhan Air Minum Untuk Pelayanan Domestik dan Non Domestik di Kawasan Permukiman Prioritas Hingga Tahun 2032

No Jenis Fasilitas Jumlah (Unit) Kebutuhan Air

Bersih (ltr/hr)

Jumlah 14.859 4.458.300

2 Fasilitas Pendidikan

a. TK

3 Fasilitas Kesehatan

a. BKIA

4 Fasilitas Peribadatan

a. Mushallah/Surau 2 2.000

Jumlah 55 36.000

(20)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 20

Tabel tersebut, menunjukkan bahwa kebutuhan total penyediaan air minum untuk domestik sekitar 4.458.300 liter/hari dan non domestik sekitar 36.000 liter/hari. Penyediaan air minum di kawasan permukiman prioritas dapat menggunakan air untuk dimanfaatkan yang bersumber dari air PDAM dan air tanah dalam (artesis) dengan menggunakan sistem perpipaan. Pengelolaan air minum harus memenuhi kriteria yang dipersyaratkan, sebagai berikut :

 Ketersediaan air baku cukup dan kontinyu

 Sumber air baku tidak tercemar olah bahan kimia dan mikrorganisme

 Air baku layak konsumsi

 Tingkat kehilangan/kebocoran dibawah 10-20 % dari jumlah produksi

j. Prasarana Listrik

Untuk meningkatkan frekwensi kegiatan dalam suatu kawasan permukiman perlu didukung oleh prasarana kelistrikan, oleh karena itu penyediaan jaringan listrik di kawasan permukiman prioritas memegang peranan penting. Alokasi peruntukan jaringan mengikuti jaringan jalan agar dapat menjangkau seluruh bagian kota dan menggunakan sistem sambungan kabel yang dilengkapi oleh kantor pengelolah dan gardu induk atau travo pengontrol untuk mengatur sistem distribusi.

Dengan menggunakan asumsi diatas, maka dapat diidentifikasi kebutuhan prasarana listrik di kawasan permukiman prioritas hingga tahun 2032 dengan rincian pada Tabel berikut.

Tabel.6.9. Kebutuhan Prasarana Listrik di Kawasan Permukiman Prioritas Hingga Akhir Tahun 2032

No Jenis Penggunaan Volume Daya (Watt) Jumlah Daya (KWH)

1 2 3 4 5

Jumlah 14.914 14.400 20.326.000

Sumber :SPPIP Kab. Halmahera Selatan

k. Prasarana Telepon

(21)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 21

diperlukan jaringan telepon untuk pelayanan penduduk untuk semua permukiman penduduk, perkantoran dan fasilitas pelayanan umum. Penyediaan sambungan telepon ditentukan dengan mempertimbangkan jumlah permintaan dan strata ekonomi penduduk. Kebutuhan jaringan telepon di kawasan permukiman prioritas dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel.6.10. Kebutuhan Prasarana Jaringan Telepon di Kawasan Permukiman Prioritas Hingga Akhir Tahun 2032

No Jenis Penggunaan Volume Kebutuhan

Sambungan (Unit)

Sumber :SPPIP Kab. Halmahera Selatan

l. Persampahan

Sistem pengelolaan persampahan di Kawasan Permukiman Prioritas saat ini untuk sebahagian kawasan terdapat kontainer sebagai tempat pembuangan sementara, namun sebahagian warga mengolah sampahnya dengan jalan membuang atau menimbun pada lahan kosong atau dibakar. Sedangkan untuk efektivitas pengelolaan persampahan di masa yang akan datang diperlukan alokasi peruntukan tempat pembuangan akhir sampah yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

▪ Jauh dari kawasan permukiman dan aktivitas perkotaan ▪ Tidak terletak pada daerah ketinggian

▪ Tersedia jalur pengangkutan yang strategis ▪ Jauh dari mata air atau sumber air baku

▪ Dilengkapi dengan sistem filtrasi dan jalur hijau ▪ Tidak mencemari lingkungan disekitarnya

(22)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 22

Tabel.6.11. Kebutuhan Pengadaan Prasarana Persampahan di Kawasan Permukiman Prioritas Tahun 2013- 2032

No Tahun

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Jumlah Produksi Sampah Analisis Pengadaan

(Unit)

Sumber :SPPIP Kab. Halmahera Selatan

m. Limbah

Sumber limbah yang ada di kawasan permukiman prioritas saat ini bersumber dari limbah hasil buangan rumah tangga. Sistem pengelolaan limbah masih bersifat tradisionil dengan jalan mengalirkan kesaluran pembuangan yang ada disekitar lokasi permukiman, sungai dan laut. Limbah yang dihasilkan tersebut diindikasikan belum tergolong kedalam limbah berbahaya dan dapat mencemari lingkungan. Untuk jangka waktu perencanaan (tahun 2032) diperlukan suatu pengelolaan dan penanganan limbah secara menyeluruh untuk mencegah kemungkinan dampak yang akan ditimbulkan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap masyarakat.

Tabel.6.12. Kebutuhan Penaganan Limbah di Kawasan Permukiman Prioritas Hingga Akhir Tahun 2032

No Jenis Penggunaan Kebutuhan (Unit)

Septic Tank Komunal

(23)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 23

IV Peribadatan

1. Mushallah/Surau 2 -

Jumlah 14.914 -

Sumber :SPPIP Kab. Halmahera Selatan

6.1.6 Kawasan Permukiman Kumuh Kab. Halmahera Selatan

Dari hasil survei lapangan yang telah dilaksanakan, untuk sebaran permukiman kumuh di Kota Labuha yang teridentifikasi antara lain meliputi; kawasan permukiman kumuh Labuha Amasing yang berlokasi di Desa/Kelurahan Labuha dan Amasing yakni; permukiman kumuh daerah pasang surut dan permukiman kumuh bantaran sungai. Kawasan permukiman kumuh tersebut merupakan permukiman penduduk yang dibangun secara swadaya.

(24)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 24

(25)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 25

(26)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 26

(27)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 27

(28)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 28

(29)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 29

6.1.7 Usulan Program Dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kab. Halmahera

Selatan

(30)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 30

6.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaaatn ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah: (1) Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.

6.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Dan Permasalahan Penataan Bangunan Dan Lingkungan Kabupaten Halmahera Selatan

A. Isu Strategis

Isu strategis penataan lingkungan permukiman dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel.6.13. Isu-Isu Penataan Permukiman

No Isu-Isu Permukiman Perkotaan

1 2

1 Keberadaan kawasan permukiman dominan berlokasi pada daerah rawan banjir

dan kumuh

2 Tata letak bangunan permukiman tidak terpola

3 Pemilihan lokasi untuk bermukim bagi masyarakat dipengaruhi oleh hubungan

sosial (hubungan kekerabatan)

4 Orientasi pilihan untuk bermukim sangat ditentukan oleh aktivitas sosial ekonomi

dan orientasi mata pencaharian

5 Rata-rata tingkat hunian masyarakat yang berada pada kawasan permukiman

kumuh didominasi oleh kondisi bangunan temporer

6 Tingkat pendapatan masyarakat pada kawasan permukiman kumuh didominasi

masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)

7 Kondisi hunian masyarakat umumnya tidak memenuhi estetika lingkungan dan

syarat kesehatan

B. Kondisi Eksisting

Kawasan Perkotaan Labuha terdiri dari 3 (tiga) kecamatan dan melingkupi 25 (dua puluh lima) desa dan merupakan bagian daerah administratif Kabupaten Halmahera Selatan. Kawasan Perkotaan Labuha yang mencakup sebagian Pulau Bacan, Pulau Nusa Ra, Pulau Nusa Deket dan Bori ini, secara geografis berada di Pantai Utara Kabupaten Halmahera Selatan dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Dilihat dari posisi geografisnya ini, maka Kawasan Perkotaan Labuha kaya akan sumberdaya laut dan memiliki potensi pertanian lahan basah yang cukup tinggi.

(31)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 31

a. Indikator yang menjadi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) perkembangannya relatif rendah;

b. Kondisi Sosial seperti pendidikan dan kesehatan masih rendah, berakibat pada rendahnya pendapatan masyarakat;

c. Kondisi prasarana dasar wilayah seperti jalan, drainase dan lain-lain belum memadai, sehingga daya tarik kawasan relatif rendah, yang mengakibatkan investasi ke dalam kawasan juga rendah;

d. Kondisi Fasilitas pendidikan dan kesehatan belum memadai;

e. Kondisi lingkungan permukiman belum memenuhi syarat-syarat teknis dan kesehatan.

C. Permasalahan dan Tantangan

Isu permasalahan lingkungan hidup relatif rendah terjadi di Kawasan Perkotaan Labuha, antara lain:

a. Abrasi yang terjadi akibat gelombang Laut Jawa yang cukup besar, rata-rata abrasi yang terjadi untuk Kawasan Perkotaan Labuha;

b. Intrusi Air Laut yang terjadi ke daerah daratan akibat rusaknya kawasan hutan bakau di pesisir sehingga mengganggu ketersediaan air bersih masyarakat Kawasan Perkotaan Labuha;

c. Sedimentasi Air Laut.

Berbagai potensi dan permasalahan yang dihadapi Kawasan Perkotaan Labuha diharapkan dapat dan mampu dianalisis dan dikaji melalui penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Labuha, sehingga melalui pendekatan perencanaan dan penataan ruang dapat diperoleh skenario terbaik pengembangan Kawasan Perkotaan Labuha secara komprehensif dan terintegrasi dengan pembangunan Kabupaten Halmahera Selatan sesuai dengan proyeksi perkembangan 5 (lima) tahun ke depan.

6.2.2 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan Dan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan merupakan bahagian tak terpisahkan dalam strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kabupaten Halmahera Selatan, yang memerlukan penataan bangunan dan lingkungan dalam hal:

a. Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan

Penyusunan rencana tindak penataan dan revitalisasi kawasan yang dimaksud antara lain; penataan dan revitalisasi kawasan bersejarah kesultanan Bacan.

b. Penyusunan Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisionil

Penyusunan rencana tindak penanganan permukiman tradisionil diarahkan pada kawasan yang teridentifikasi sebagai kawasan tradisionil yang memerlukan penataan dan peremajaan kawasan.

c. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

(32)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 32

d. Aksesibilitas Bangunan Gedung

Aksesibilitas bangunan gedung pada kawasan prioritas hingga saat ini memerlukan penanganan oleh karena kondisi bangunan yang ada, baik bangunan pemerintah, swasta maupun permukiman penduduk diidentifikasi memerlukan penangan

(kepadatan bangunan tinggi). Aksesibilitas bangunan gedung tersebut

diselenggarakan untuk mencegah bahaya kebakaran kota dan menilai kelayakan bangunan yang ada, baik ditinjau dari segi fungsi maupun pada estetika lingkungan. .

6.2.3 Program-Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan A. Program-program Penataan Bangunan dan Lingkungan

1.Program Penataan Lingkungan Permukiman

a. Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis

Komunitas,

b. Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL),

c. Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah,

d. Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), e. Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan.

2. Program Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi: 1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan);

2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; 3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.

3. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.

6.2.4 Usulan Program dan Kegiatan PBL

(33)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 33

6.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan system penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.

6.3.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM

A. Isu Strategis Pengembangan SPAM

1. Pengembangan sumber air baku Sungai Mandawong sebagai sumber air bersih; 2. Jaringan trasmisi dari sumber air baku (sumur bor, dan mata air) ke instalasi

pengolahan air minum; dan

3. Membangun jaringan transmisi baru untuk menambah kapasitas produksi air baku;

4. Pelestarian kawasan sekitar sumber mata air tanah dan air permukaan dengan melakukan penghijauan.

B. Kondisi Eksisting

Air minum merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, oleh karena itu air minum yang dijadikan sebagai sumber kebutuhan utama harus bebas dari rasa, bau dan tidak berwarna. Di kawasan prioritas sudah terdapat sistem jaringan air minum berupa jaringan perpipaan, yang terdistribusi ke unit-unit perumahan dan perkantoran. Sumber air minum yang digunakan masyarakat kawasan prioritas bersumber dari PDAM, air tanah dangkal dan air tanah dalam (sumur artesis). Dari hasil survey lapangan kondisi air minum yang ada sampai saat ini masih aman untuk dikomsumsi dan belum mengalami pencemaran, baik yang disebabkan oleh kegiatan industri rumah tangga maupun kegiatan-kegiatan yang sifatnya menggunakan air.

(34)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 34

Tabel.6.14. Kondisi Eksisting Pelayanan PDAM Cabang dan Unit Kabupaten Halmahera Selatan

No Cabang Unit IKK Jumlah

Sumber

Kapasitas Sumber (L/dtk)

Kapasitas Pompa (L/det)

1 2 3 4 5

1 Bacan 2 254 12.5

30 12.5

2 IKK Saketa 1 75

3 IKK Obi 1 2.3

Jumlah 4 361.3 25

Sumber :SPPIP Kab. Halmahera Selatan

C. Permasalahan Dan Tantangan

Pemenuhan kebutuhan air minum di Kabupaten Halmahera Selatan, menghadapi beberapa kendala dan permasalahan, antara lain :

1. Tingkat pelayanan air minum oleh PDAM Kabupaten Halmahera Selatan masih sangat rendah (±1% dari jumlah penduduk)

2. Kondisi geografis Kabupaten Halmahera Selatan yang terdiri dari pulau-pulau, menyulitkan dalam membuat pelayanan satu sistem, sehingga investasi yang dibutuhkan lebih mahal, untuk mengembangkan pelayanan air minum sistem IKK (Ibukota Kecamatan) dan sistem pulau

3. Belum ada dokumen perencanaan pengembangan air minum yang meliputi seluruh wilayah Kabupaten (Masterplan Air Minum Kabupaten)

4. Pemanfaatan air tanah oleh masyarakat akan membahayakan keseimbangan lingkungan pada masa mendatang jika tidak diawasi dan dikendalikan.

5. Memerlukan komitmen semua pihak untuk pengembangan air minum, sesuai dengan target pengembangan SPAM tingkat nasional, yaitu tingkat pelayanan 60% pada tahun 2009 dan 80% pelayanan pada tahun 2016.

6.3.2 Analisa Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum

Proyeksi kebutuhan air minum Kabupaten Halmahera Selatan, dibuat berdasarkan pertambahan jumlah penduduk dan pertambahan fasiltas sarana dan prasarana (seperti fasilitas fasum, fasos, aktivitas perekonomian, pariwisata, dll). Mengingat Kabupaten Halmahera Selatan adalah wilayah yang baru berkembang, maka kebutuhan air minum untuk aktivitas diluar rumah tangga diproyeksikan sangat kecil, sehingga untuk proyeksi kebutuhan air minum masa mendatang sementara hanya menghitung berdasarkan pertambahan jumlah penduduk.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam proyeksi adalah sebagai berikut :

- Kebutuhan Air Minum :

(35)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 35

- JumlahPendud uk per rumah : 5 orang

(36)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 36

Tabel.6.15. Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2009 – 2028

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

1 Obi 15.09 15.74 18.03 18.75 19.46 22.01 22.69 23.47 24.25 25.03 25.81 26.59 27.37 28.16 28.94 29.72 30.50 31.28 32.06 32.84 2 Obi Barat 6.14 6.41 7.34 7.63 7.93 8.96 9.24 9.56 9.87 10.19 10.51 10.83 11.15 11.46 11.78 12.10 12.42 12.74 13.05 13.37 3 Obi Utara 9.31 9.71 11.12 11.56 12.01 13.58 14.00 14.48 14.96 15.44 15.92 16.41 16.89 17.37 17.85 18.33 18.81 19.30 19.78 20.26 4 Obi Selatan 3.87 4.04 4.63 4.81 5.00 5.65 5.82 6.02 6.22 6.43 6.63 6.83 7.03 7.23 7.43 7.63 7.83 8.03 8.23 8.43 6 Bacan 13.96 14.57 16.69 17.35 18.01 20.37 21.00 21.72 22.44 23.17 23.89 24.61 25.33 26.06 26.78 27.50 28.22 28.95 29.67 30.39 7 Bacan Selatan 23.66 24.68 28.27 29.39 30.51 34.51 35.57 36.79 38.02 39.24 40.47 41.69 42.91 44.14 45.36 46.59 47.81 49.04 50.26 51.48 8 Mandoli Utara 13.65 14.24 16.31 16.96 17.61 19.92 20.53 21.23 21.94 22.65 23.35 24.06 24.77 25.47 26.18 26.89 27.59 28.30 29.01 29.71 9 Mandioli Selatan 4.98 5.20 5.95 6.19 6.42 7.27 7.49 7.75 8.00 8.26 8.52 8.78 9.04 9.29 9.55 9.81 10.07 10.32 10.58 10.84 10 Kep Botanglomang 7.21 7.52 8.61 8.96 9.30 10.52 10.84 11.21 11.58 11.96 12.33 12.70 13.08 13.45 13.82 14.20 14.57 14.94 15.32 15.69 11 Bacan Timur 9.03 9.42 10.79 11.22 11.64 13.17 13.57 14.04 14.51 14.98 15.44 15.91 16.38 16.84 17.31 17.78 18.25 18.71 19.18 19.65 12 Bacan Timur Selatan 8.77 9.14 10.47 10.89 11.31 12.79 13.18 13.63 14.09 14.54 14.99 15.45 15.90 16.35 16.81 17.26 17.72 18.17 18.62 19.08 13 Bacan Timur Tengah 6.70 6.99 8.01 8.32 8.64 9.77 10.07 10.42 10.77 11.12 11.46 11.81 12.16 12.50 12.85 13.20 13.54 13.89 14.24 14.58 14 Bacan Barat 7.09 7.39 8.47 8.80 9.14 10.34 10.65 11.02 11.39 11.75 12.12 12.49 12.85 13.22 13.59 13.95 14.32 14.69 15.05 15.42 15 Bacan Barat Utara 4.56 4.76 5.45 5.67 5.89 6.66 6.86 7.10 7.33 7.57 7.81 8.04 8.28 8.52 8.75 8.99 9.22 9.46 9.70 9.93 16 Kasiruta Barat 5.46 5.69 6.52 6.78 7.04 7.96 8.21 8.49 8.77 9.05 9.34 9.62 9.90 10.18 10.47 10.75 11.03 11.31 11.60 11.88 17 Kasiruta Timur 5.54 5.78 6.62 6.88 7.14 8.08 8.33 8.62 8.90 9.19 9.48 9.76 10.05 10.34 10.62 10.91 11.20 11.48 11.77 12.06 18 Gane Barat 4.63 4.83 5.53 5.75 5.97 6.75 6.96 7.20 7.44 7.68 7.92 8.16 8.40 8.64 8.88 9.11 9.35 9.59 9.83 10.07 19 Gane Barat Selatan 9.87 10.29 11.79 12.26 12.73 14.40 14.84 15.35 15.86 16.37 16.88 17.39 17.90 18.41 18.92 19.43 19.95 20.46 20.97 21.48 20 Gane Barat Utara 7.05 7.36 8.43 8.76 9.10 10.29 10.61 10.97 11.34 11.70 12.07 12.43 12.80 13.16 13.53 13.89 14.26 14.62 14.99 15.35 21 Kep Joronga 8.69 9.06 10.38 10.79 11.21 12.67 13.06 13.51 13.96 14.41 14.86 15.31 15.76 16.21 16.66 17.11 17.56 18.01 18.46 18.91 22 Gane Timur 6.15 6.41 7.35 7.64 7.93 8.97 9.25 9.56 9.88 10.20 10.52 10.84 11.16 11.47 11.79 12.11 12.43 12.75 13.07 13.38 23 Gane Timur Selatan 12.78 13.33 15.27 15.87 16.48 18.64 19.21 19.87 20.53 21.19 21.85 22.51 23.18 23.84 24.50 25.16 25.82 26.48 27.14 27.80 24 Gane Timur Tengah 4.66 4.87 5.57 5.79 6.02 6.80 7.01 7.25 7.50 7.74 7.98 8.22 8.46 8.70 8.94 9.18 9.43 9.67 9.91 10.15 25 Kayoa 4.92 5.13 5.88 6.11 6.34 7.17 7.39 7.65 7.90 8.16 8.41 8.67 8.92 9.17 9.43 9.68 9.94 10.19 10.45 10.70 26 Kayoa Utara 10.67 11.13 12.75 13.26 13.77 15.57 16.05 16.60 17.15 17.71 18.26 18.81 19.36 19.92 20.47 21.02 21.57 22.13 22.68 23.23 27 Kayoa Selatan 3.62 3.77 4.32 4.50 4.67 5.28 5.44 5.63 5.82 6.00 6.19 6.38 6.56 6.75 6.94 7.13 7.31 7.50 7.69 7.88 28 Kayoa Barat 7.11 7.42 8.49 8.83 9.17 10.37 10.69 11.06 11.42 11.79 12.16 12.53 12.90 13.26 13.63 14.00 14.37 14.74 15.10 15.47 29 Pulau Makian 5.11 5.33 6.10 6.34 6.59 7.45 7.68 7.94 8.21 8.47 8.73 9.00 9.26 9.53 9.79 10.06 10.32 10.58 10.85 11.11 30 Makian Barat 12.25 12.78 14.64 15.22 15.80 17.87 18.42 19.06 19.69 20.32 20.96 21.59 22.23 22.86 23.50 24.13 24.76 25.40 26.03 26.67

242.52 252.98 289.79 301.29 312.80 353.79 364.65 377.20 389.76 402.31 414.86 427.41 439.96 452.52 465.07 477.62 490.17 502.72 515.27 527.83 Jumlah Total

No Kecamatan

Kebutuhan Air Minum (Liter/Detik)

(37)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 37

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) eksisting yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan meliputi :

• IPA Kota Labuha : melayani wilayah Kota Labuha (Kecamatan Bacan, Kecamatan

Bacan Timur dan Kecamatan Bacan Selatan)

• IKK Obi : melayani wilayah Kecamatan Obi

• IKK Saketa : melayani wilayah Kecamatan Gane Barat

• IKK Maffa : melayani wilayah Kecamatan Gane Timur

• IKK Kayoa : melayani wilayah Kecamatan Kayoa.

Berdasarkan kondisi eksisting tersebut maka penambahan atau pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang dibutuhkan dikembangkan dengan mempertimbangkan kondisi eksisting IPA, pertambahan jumlah penduduk dan pertambahan fasiltas sarana dan prasarana (seperti fasilitas fasum, fasos, aktivitas perekonomian, pariwisata, dll).

Sementara itu yang menjadi dasar pemilihan jenis sistem SPAM yang akan dikembangkan di wilayah tersebut adalah Sistem SPAM Eksisting dan kondisi geografis wilayah tersebut.Secara garis besar sistem pengembangan SPAM di Kabupaten Halmahera Selatan akan dibagi menjadi 3 (tiga) sistem, yaitu :

1. Sistem Kota

2. Sistem IKK

3. Sistem Pulau

(38)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 38

Tabel.6.16. Total Kebutuhan IPA Jenis Sistem dan Sumber Air Baku Per Wilayah di Kabupaten Halmahera Selatan

No Wilayah

Total Kap. IPA (Liter/Detik)

Kap. IPA Eksisting

(L/d)

Penambahan Kap. IPA

(L/d)

Sistem Sumber

SPAM Air Baku

1 Kota Labuha 150

25 125 SPAM Kota

Sungai Mandoang & Mata Air

2 Obi 40 0 40 SPAM IKK Mata Air

3 Obi Barat 20 0 20 SPAM IKK Mata Air

4 Obi Utara 20 0 20 SPAM IKK Mata Air

5 Obi Selatan 10 0 10 SPAM IKK Mata Air

6 Mandoli Utara 30 0 30 SPAM IKK Mata Air

7 Mandioli Selatan 20 0 20 SPAM Pulau Mata Air

8 Kep Botanglomang 20 0 20 SPAM IKK Mata Air

9 Bacan Timur Selatan 20 0 20 SPAM IKK Mata Air

10 Bacan Timur Tengah 20 0 20 SPAM IKK Mata Air

11 Bacan Barat 20 0 20 SPAM IKK Mata Air

12 Bacan Barat Utara 10 0 10 SPAM IKK Mata Air

13 Kasiruta Barat 20 0 20 SPAM IKK Mata Air

14 Kasiruta Timur 20 0 20 SPAM IKK Mata Air

15 Gane Barat 10 0 10 SPAM IKK Mata Air Akehono

16 Gane Barat Selatan 20 0 20 SPAM IKK Mata Air

17 Gane Barat Utara 20 0 20 SPAM IKK Mata Air

18 Kep Joronga 20 0 20 SPAM Pulau Mata Air

19 Gane Timur 20 0 20 SPAM IKK

Mata Air Desa Kebun Raja

20 Gane Timur Selatan 30 0 30 SPAM IKK Mata Air

21 Gane Timur Tengah 10 0 10 SPAM IKK Mata Air

22 Kayoa 20 0 20 SPAM IKK Mata Air

23 Kayoa Utara 30 0 30 SPAM IKK Mata Air

24 Kayoa Selatan 10 0 10 SPAM IKK Mata Air

25 Kayoa Barat 20 0 20 SPAM IKK Mata Air

26 Pulau Makian 10 0 10 SPAM Pulau Mata Air

27 Makian Barat 30 0 30 SPAM IKK Mata Air

Jumlah Total 670 25 645

(39)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 39

Berdasarkan strategi pengembangan SPAM nasional tingkat pelayanan air minum pada pada tahun 2009 harus mencapai 60% dan tahun 2016 harus mencapai 80%. Jika melihat target tersebut, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Selatan harus mentargetkan dapat melayani kebutuhan air minum seluruh masyarakat Kabupaten Halmahera Selatan pada tahun 2028. Pelayanan air minum kepada masyarakat harus dilakukan melalui pelayanan yang sustainable, yaitu melalui jaringan perpipaan dan sambungan langganan. Jumlah Sambungan langganan, yang harus dibangun oleh

Services Provider Air Minum (PDAM) sampai tahun 2008 untuk tiap wilayah ditampilkan dalam tabel berikut

Tabel.6.17. Proyeksi Sambungan Langganan Sampai Tahun 2028

No Wilayah Total Kebutuhan Air

Minum (liter/detik)

Proyeksi Jumlah Sambungan Langganan

1 Kota Labuha 101.53 10,153

2 Obi 32.84 3,284

3 Obi Barat 13.37 1,337

4 Obi Utara 20.26 2,026

5 Obi Selatan 8.43 843

6 Mandoli Utara 29.71 2,971

7 Mandioli Selatan 10.84 1,084

8 Kep Botanglomang 15.69 1,569

9 Bacan Timur Selatan 19.08 1,908

10 Bacan Timur Tengah 14.58 1,458

11 Bacan Barat 15.42 1,542

12 Bacan Barat Utara 9.93 993

13 Kasiruta Barat 11.88 1,188

14 Kasiruta Timur 12.06 1,206

15 Gane Barat 10.07 1,007

16 Gane Barat Selatan 21.48 2,148

17 Gane Barat Utara 15.35 1,535

18 Kep Joronga 18.91 1,891

19 Gane Timur 13.38 1,338

20 Gane Timur Selatan 27.80 2,780

21 Gane Timur Tengah 10.15 1,015

22 Kayoa 10.70 1,070

23 Kayoa Utara 23.23 2,323

24 Kayoa Selatan 7.88 788

25 Kayoa Barat 15.47 1,547

26 Pulau Makian 11.11 1,111

27 Makian Barat 26.67 2,667

Jumlah Total 527.83 52,783

(40)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 40

Gambar 6.13 : Peta Analisis SPAM

(41)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 41

6.3.3 Analisa Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum Kawasan Prioritas

Air minum merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, oleh karenanya penyediaan air minum dalam suatu kota sangat diperlukan, untuk pelayanan seluruh penduduk dan fasilitas pendukungnya. Pemenuhan kebutuhan air minum dalam suatu kawasan permukiman terdiri atas kebutuhan pelayanan domestik dan non domestik. Kebutuhan pelayanan domestik didasarkan pada standar kebutuhan penduduk yaitu 60 liter/orang perhari, sedangkan untuk pelayanan non domestik sesuai jenis fasilitas. Untuk lebih jelasnya lihat penjelasan Tabel di bawah ini.

Tabel.6.18. Kebutuhan Air Minum Untuk Pelayanan Domestik dan Non Domestik di Kawasan Permukiman Prioritas Hingga Tahun 2032

No Jenis Fasilitas Jumlah (Unit) Kebutuhan Air

Bersih (ltr/hr)

Jumlah 14.859 4.458.300

2 Fasilitas Pendidikan

b. TK

3 Fasilitas Kesehatan

c. BKIA

4 Fasilitas Peribadatan

b. Mushallah/Surau 2 2.000

Jumlah 55 36.000

Sumber : SPPIP Kab. Halmahera Selatan

Tabel tersebut, menunjukkan bahwa kebutuhan total penyediaan air minum untuk domestik sekitar 4.458.300 liter/hari dan non domestik sekitar 36.000 liter/hari. Penyediaan air minum di kawasan permukiman prioritas dapat menggunakan air untuk dimanfaatkan yang bersumber dari air PDAM dan air tanah dalam (artesis) dengan menggunakan sistem perpipaan. Pengelolaan air minum harus memenuhi kriteria yang dipersyaratkan, sebagai berikut :

 Ketersediaan air baku cukup dan kontinyu

 Sumber air baku tidak tercemar olah bahan kimia dan mikrorganisme

 Air baku layak konsumsi

 Tingkat kehilangan/kebocoran dibawah 10-20 % dari jumlah produksi

6.3.4 Program Pengembangan SPAM

(42)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 42

tehnologi sederhana (masyarakat mampum mengelola) diluar jaringan PDAM, dengan cakupan skala komunal yang dikelola oleh masyarakat. Khusus untuk kawasan yang dilokasi tersebut memungkinkan dilayani oleh PDAM maka pengembangan air minum sederhana tersebut harus menggunakan sumber dari pipa PDAM. Pengembangan SPAM dari sumber air jaringan PDAM diperbolehkan jika masih ada sisa kapasitas dan tidak merusak sistem yang ada.

Penyelenggaraan program pengembangan pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM IKK), pemerintah pusat memberi bantuan berupa unit air baku dan unit produksi yang terdiri dari IPA dan reservoir. Pemerintah pusat dalam hal ini Direktorat Sumber Daya Air, DITJEN. Pengairan dan Direktorat Pengembangan Air Minum, DITJEN Cipta Karya.

Unit distribusi, hingga sambungan rumah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah atau perusahaan daerah air minum (PDAM) untuk membiayai investasi.

Pengelola SPAM IKK yang telah selesai dibangun yang lokasi di kabupaten/ kota telah memiliki penyelenggara SPAM berupa PDAM, PDAM tersebut dimungkinkan boleh mengelola dengan syarat kinerjanya sehat atau kurang sehat. Apabila kinerjanya sakit, disarankan dikelola oleh kelembagaan Badan Layanan Umum (BLU) SPAM sesuai Edaran DITJEN Cipta Karya No 01/SE/DJCK/ 2008 Pemerintah Pusat juga memberikan bantuan tehnik/ pelatihan pengoperasian instalasi.

6.3.5 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM

Gambar

Tabel .6.2 Kebutuhan Perumahan Berdasarkan Tipe Kavling di Kawasan Prioritas
Gambar 6.1. Permasalahan Kawasan Permukiman Prioritas
Tabel .6.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Prioritas Kabupaten Halmahera Selatan
Gambar 6.2  : Peta Master Plan Kawasan Labuha - Amasing
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan upaya strategis Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya, dalam rangka meningkatkan peran masyarakat dan

Pencapaian Indikator kinerja konsistensi penyelenggaraan infrastruktur permukiman terhadap RPI2JM, di tahun 2015 akan didukung oleh output perencanaan dan pengendalian

Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa Perum Jasa Tirta I Malang sudah menerapkan manajemen risiko TI yang terbukti dengan adanya pengelolaan terhadap risiko yang

Pada angka 1 sub angka 3 huruf b: Yang disebut dengan “sentana rajeg” ialah biasanya seorang anak perempuan tunggal yang oleh orang tuanya ditetapkan sebagai sentana dalam

Data dikumpulkan dari catatan rekam medis pasien demam berdarah dengue yang dirawat di RS Al-Islam Bandung periode 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Desember 2014 untuk

Disajikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan barisan geometri, peserta didik mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar..

Di bagian depan dahulu terdapat pendopo, sekarang telah dijual kepada orang lain dan telah dibuat bangunan baru untuk dua keluarga yang berbeda.. Sementara di atas

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyalutan antara lain sifat dan bentuk tablet inti (bentuk yang ideal : sferis, elips, bikonveks, bulat dan bikonveks oval