i
CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA WACANA BERITA KRIMINAL KORAN MERAPI
EDISI SEPTEMBER 2012
Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Agustina Tri Tresnaning Tyas NIM: 084114009
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA
vi
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Bapak , Ibukku tercinta dan
keluarga besarku
Terimakasih atas doa dan bimbingan kalian
vii ABSTRAK
Tyas, Agustina Tri Tresnaning. 2013. “Campur Kode Bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia pada Wacana Berita Kriminal Koran Merapi edisi september 2012”. Skripsi Strata 1 (S-1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian tentang campur kode pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi september 2012 ini memiliki dua tujuan sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan satuan lingual apa saja campur kode terjadi dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi september 2012. Kedua, mendeskripsikan fungsi campur kode yang terjadi pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012.
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan strategis, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Data diperoleh dengan metode simak, yaitu campur kode pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012. Teknik lanjutan dari metode simak tersebut adalah teknik simak bebas libat cakap, yaitu peneliti berperan sebagai pengamat dan tidak terlibat dalam peristiwa tuturan yang bahasanya sedang diteliti. Teknik simak bebas libat cakap ini dilaksanakan dengan teknik catat, yaitu mencatat data pada kartu data. Analisis data dilakukan dengan metode padan referensial dan metode padan translasional. Teknik yang digunakan pada metode ini adalah teknik hubung banding menyamakan hal pokok. Teknik hubung banding menyamakan hal pokok ini digunakan untuk menemukan campur kode yang digunakan dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012. Data yang sudah dianalisis disajikan dengan metode informal, yaitu penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa yang apabila dibaca dapat langsung dipahami.
Hasil penelitian tentang campur kode pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 adalah sebagai berikut. Pertama, campur kode meliputi satuan lingual morfem, kata, frasa, dan bentuk ulang. Campur kode berupa kata meliputi kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), dan bentuk ulang. Campur kode berupa morfem morfem terikat meliputi prefiks ke-, prefiks di-, prefiks meN-, konfiks ke-an, dan konfiks di-i. campur kode berupa frasa meliputi frasa nomina.
viii ABSTRACT
Tyas, Agustina Tri Tresnaning. 2013.”Code Mixing of Javanese Language into Indonesian Language in Criminal News Koran Merapi September 2012 Edition”. Undergraduate Thesis. Department of Indonesian Letters, Faculty of Letters. Sanata Dharma University.
This research about code mixing in criminal news Koran Merapi in September 2012 edition has two purposes. First, describing the unit of linguistic features in code mixing as seen in the criminal news Koran Merapi September 2012 edition. Second, describing the function of code mixing in criminal news Koran Merapi September 2012 edition.
This study is done by through three strategic steps, which are collecting data, analyzing data, and presenting the result of analysis. The data is collected by Observation Method, which is code mixing in the criminal news in Koran Merapi September 2012 edition. The follow-up from Observation Method is Uninvolved Conversation Observation Technique, which is the researcher is just an observer and does not involved in the conversation which is being observed. This Uninvolved Conversation Observation Technique is performed with Writing Technique, which is writing the relevant data into the data cards. The analysis of data is done by using Referential Identity Method and Translational Identity Method. The technique which is used in this method is Connecting and Comparing Technique to the main object. Connecting and Comparing Technique to the main object is used to find code mixing which is used in criminal news Koran Merapi September 2012 edition. The result of data is presented in informal method, which means the presentation of the result analysis is using informal words which is easy to understand after read.
The result of the study about code mixing in criminal news Koran Merapi September 2012 edition as follow: first, code mixing includes the unit of linguistic features morpheme, words, phrase, and repetition. Code mixing forms as nouns, verbs, adjectives, and repetition. Code mixing as bound morpheme includes prefix ke-, prefix, di-, prefix meN-, affix ke-an, and affix di-i. Code mixing as a phrase include noun phrase.
ix
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan terima kasih dan puji syukur yang teramat besar pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan bimbingan-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikanakhir ini.
Tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak yang dengan setia dan penuh doa menyemangati penulis. Oleh karena itu, banyak terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku pembimbing I yang dengan sabar menerima keluh kesah penulis dan menjadi pemberi solusi yang baik bagi penulis selama penulisan tugas akhir,
2. Drs. Hery Antono, M.Hum., selaku pembimbing II yang dengan sabar memberi masukan dan motivasi bagi penulis,
3. Para dosen Sastra Indonesia, Drs. B. Rahmanto, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Dra. F. Tjandrasih, M.Hum., Drs. F.X. Santosa, M.S., Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., dan Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., terima kasih atas kesempatan berbagi ilmu dan pengalaman selama penulis menjalani studi di Program Studi Sastra Indonesia,
4. Staf Sekretariat Fakultas Sastra yang membantu penulis dalam kelancaran mencari informasi akademik selama penulis kuliah,
x
6. Keluarga tercinta, Bapak Bambang Widiyanto dan Ibu Chatarina Endah Lestari, yang selalu berdoa, sabar, penuh cinta, dan percaya atas pilihan minat studi penulis, serta kakak pertama Felix Alang Bayu Purba beserta istri Bernadheta Deni dan ponakan Gabriela Christabel Kireyna Purba yang selalu menyemangati, dan kakak keduaku Florianus Setianta Wicaksana Purba yang selalu memotivasi dan bertanya “lek lulus nok lek nyusul aq”,
7. Nanang Sukarna kakak, kekasih, teman, sahabat yang selalu ada ketika penulis berada dalam keadaan sulit, terima kasih atas dukungan dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis,
8. Diana Maria Adriana, Lilid Perwira Subagyo, Yohana Yeq, sahabat terbaik dan saudara seperjuangan yang tak henti-hentinya membagi kasih dan kerelaan bagi penulis kemarin, saat ini, dan seterusnya,
9. Teman-teman angkatan 2008, yang dalam suka dan duka tetap kompak dan saling mendukung,
10.Teman-teman Bengkel Sastra yang selalu bersemangat dalam semua kegiatan kampus dan tetap membara.
11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa meski diselesaikan dengan usaha terbaik dari penulis, tugas akhir ini masih belum sempurna. Segala kekurangan, ketidaktelitian, dan kekekeliruan dalam tugas akhir ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya. Dengan rendah hati, penulis menerima saran dan kritik.
Yogyakarta, 17 Juli 2014
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... ...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ...vi
ABSTRAK ...vii
ABSTRACT ...viii
KATA PENGANTAR ...ix
DAFTAR ISI...xi
BAB I: PENDAHULUAN ...1
1.1Latar Belakang ...1
1.2Rumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ...5
xii
1.5Tinjauan Pustaka ...6
1.6Landasan teori ...9
1.6.1 Pengertian Bilingualisme ...10
1.6.2 Pengertian Kode, Alih Kode, dan Campur Kode ...10
1.6.3 Jenis Campur Kode Berdasarkan Satuan Lingualnya ...12
1.7Metode dan Teknik Penelitian ...15
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...15
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ...16
1.7.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data ...17
1.8Sistematika Penyajian ...17
BAB II: CAMPUR KODE BERDASARKAN SATUAN LINGUAL DALAM WACANA BERITA KRIMINAL KORAN MERAPI EDISI SEPTEMBER 2012 ...18
2.1 Pengantar ...18
2.2 Bentuk Campur Kode dalam Wacana Berita Kriminal Koran Merapi Edisi September 2012 berdasarkan Satuan Lingualnya ...19
2.2.1 Campur Kode Berupa Morfem ...19
2.2.1.1 Campur Kode Berupa prefix N- ...20
xiii
2.2.1.2 Campur Kode Berupa Konfiks Ke-an ...22
Tabel 2. Pencampuran Konfiks Ke-an Bahasa Jawa ...23
2.2.1.3 Campur Kode Berupa Konfiks Di-i ...23
Tabel 3. Pemcampuran Konfiks Di-i Bahasa Jawa ...24
2.2.2 Campur Kode Berupa Kata ...24
2.2.2.1 Campur Kode Berupa Kata Benda (Nomina) ...24
Tabel 4. Campur Kode Berupa Kata Benda ... ...26
2.2.2.2 Campur Kode Berupa Kata Kerja (Verba) ...28
Tabel 5. Campur Kode Berupa Kata Kerja ...33
2.2.2.3 Campur Kode Berupa Kata Sifat (adjektiv) ...37
Tabel 6. Campur Kode Berupa Kata Sifat ... 39
2.2.3 Campur Kode Berupa Frasa... ...39
2.4.1 Campur Kode Berupa Frasa Nomina...39
Table 7. Campur Kode Berupa Frasa Nomina ... 40
2.5 Campur kode Berupa Bentuk Ulang... 41
xiv
BAB III: FUNGSI CAMPUR KODE PADA WACANA BERITA KRIMINAL
DALAM KORAN MERAPI EDISI SEPTEMBER 2012... 44
3.1 Pengantar ...44
3.2 Fungsi Campur Kode untuk Memperhalus Maksud Tuuran ...44
3.3 Fungsi Campur Kode untuk Mempertegas Maksud Tuturan...46
3.4 Fungsi campur Kode untuk membedakan Kelas Sosial ...49
3.4.1 Golongan Terdidik... 49
3.4.2 Golongan Masyarakat Biasa ...51
3.5 Fungsi Campur Kode untuk mengetahui Jenis Kelamin Penutur ...52
3.5.1 Jenis Kelamin Laki-laki ...52
3.5.2 Jenis Kelamin Perempuan ...53
BAB IV: PENUTUP ...54
4.1 Kesimpulan ...54
4.2 Saran ...55
Daftar Pustaka ...56
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Alat komunikasi yang dimaksud adalah bahasa. Bahasa sangat diperlukan demi terjalinnya sebuah komunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudaryanto (1985: 110), yakni “bila kita hidup dalam kesendirian, memencil atau terpencil, maka tak dapat tidak kita selalu terlibat dalam penggunaan bahasa; apakah kita sebagai pembicara ataukah sekadar sebagai pendengar saja.”
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, penggunaan bahasa dapat dibedakan dalam dua ragam bahasa, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis (Sugono, 2002: 14). Penggunaan bahasa Indonesia lisan dan tulis saat ini diakui telah mendapat pengaruh dari bahasa Nusantara dan bahasa asing. Namun, selama pemasukan unsur bahasa daerah Nusantara atau bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia mengisi kekosongan atau memperkaya kesinoniman dalam kosa kata atau bangun kalimat, maka gejala itu dianggap wajar (Tim Depdikbud, 1997: 8).
Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur dalam berkomunikasi menggunakan suatu bahasa secara dominan, dan disisipi dengan bahasa yang lainnya. Biasanya terdapat ciri yang menonjol terjadinya campur kode, yaitu kesantaian atau situasi informal. Dalam situasi formal jarang terjadi campur kode. Namun, tidak menutup kemungkinan hal itu bisa terjadi karena tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa yang lain untuk mendukung suatu fungsi.
Fenomena bahasa campur kode dalam ragam bahasa tulis, terdapat pada wacana berita kriminal dalam Koran Merapi. Koran Merapi adalah salah satu surat kabar yang terbit di Yogyakarta. Surat kabar ini dibaca oleh masyarakat menengah ke bawah. Oleh karena itu, dalam surat kabar ini banyak disisipikan kata dalam bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa.
Berikut ini contoh campur kode yang terdapat pada wacana berita kriminal dalam Koran Merapi edisi September 2012:
(1) “Bukan masalah kerso atau tidak, itu terserah sana,” kata Sultan. (KM, Selasa Legi, 4 September 2012; 1)
(2) Trans Jogja Sruduk Mobil Boks
(KM, Sabtu Pon, 1September 2012, hal 2)
(3) “nuwun sewu, no comment,” katanya singkat. (KM, Selasa Legi, 4 september 2012;1)
(4) Bapak-anak keroyok bakul bakso. (KM, Sabtu Kliwon, 8 September 2012) (5) Rayakan kemenangan Jokowi-Ahok Kader PDIP-Gerindra cukur gundul.
(KM, Jumat Pon, 21 September 2012;1)
Kata kerso pada contoh (1) termasuk dalam campur kode karena kata kerso
berasal dari kata dalam bahasa Jawa yang berarti ‘mau’. Pada contoh (2) terdapat kata dalam bahasa Jawa yang disisipikan dalam kalimat bahasa Indonesia, yaitu kata
sruduk. Kata sruduk merupakan campur kode karena kata sruduk berasal dari kata dalam bahasa Jawa yang berarti ‘tabrak’ atau ‘menabrak’. Pada contoh (3) terdapat frasa dalam bahasa Jawa yang disisipikan dalam kalimat bahasa Indonesia, yaitu frasa
nuwun sewu. Frasa nuwun sewu merupakan campur kode karena frasa nuwun sewu
berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘maaf; permisi’. Pada contoh nomor (4) terdapat
kata dalam bahasa Jawa yang disisipikan dalam kalimat bahasa Indonesia, yaitu kata
bakul. Kata bakul merupakan campur kode karena kata bakul berasal dari bahasa Jawa
yang berarti ‘penjual’. Pada contoh nomor (5) terdapat kata dalam bahasa Jawa yang
disisipikan dalam kalimat bahasa Indonesia, yaitu kata gundul. Kata Gundul
merupakan campur kode karena kata gundul berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘botak’. Pada contoh nomor (6) terdapat kata yang berasal dari bahasa Jawa yag
disisipikan ke dalam kalimat bahasa Indonesia, yaitu kata rewang. Kata rewang
merupakan campur kode karena kata rewang berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘membantu’.
untuk memperhalus maksud tuturan. Kata bakul pada contoh (4) digunakan sebagai penentu kelas sosial dalam masyarakat, dalam hal ini kata tersebut masuk ke dalam masyarakat biasa. Kata gundul pada contoh (5) digunakan sebagai penentu jenis kelamin, dalam hal ini kata tersebut masuk ke dalam kategori jenis kelamin laki-laki. Kata rewang pada contoh (6) digunakan sebagai penentu jenis kelamin, dalam hal ini kata tersebut masuk ke dalam kategori jenis kelamin perempuan.
Campur kode merupakan fenomena yang sering kita jumpai dalam bahasa sehari-hari yang kita gunakan. Selain itu juga, dalam media massa khususnya koran tidak jarang juga kita menemukan bahasa daerah (Jawa) yang disisipkan dalam kalimat berbahasa Indonesia. Campur kode tersebut bisa kita temukan dalam koran lokal khususnya yang berada di daerah Yogyakarta yaitu Koran Merapi edisi September 2012. Dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 penulis banyak sekali menemukan kata dalam bahasa Jawa yang digunakan untuk melengkapi kalimat dalam bahasa Indonesia. Hal itulah yang menjadi alasan penulis ingin melakukan penelitian ini. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui pada satuan lingual apa sajkah campur kode dalam Koran Merapi edisi September 2012 ini terjadi dan apa fungsi campur kode dari setiap satuan lingual tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini ada dua, yaitu 1.2.1 Dalam satuan lingual apa sajakah campur kode terjadi dalam wacana berita
kriminal pada Koran Merapi edisi September 2012?
1.2.2 Apa fungsi campur kode dari setiap satuan lingual yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena campur kode penggunaan bahasa Indonesia, dalam hal ini akan diteliti terjadinya penggunaan bahasa Indonesia yang menggunakan unsur bahasa Jawa. Secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Mendeskripsikan satuan lingual apa saja campur kode terjadi dalam wacana berita kriminal pada Koran Merapi edisi September 2012.
1.3.2 Mendeskripsikan fungsi campur kode dari setiap satuan lingual yang terdapat dalam wacana pada Koran Merapi edisi September 2012.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
dalam media massa bukan sebagai literatur akademik sastra. Pada penegasan kajian sosiolinguistik, penelitian ini diharapkan dapat menguatkan bahwa latar belakang seseorang penutur dapat mempengaruhi tuturan yang digunakannya. Dalam hal ini, latar belakang budaya, sosial, agama, lingkungan tempat tinggal, dan pendidikan memperkuat bagaimana bertindak tutur.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk membaca tindak campur kode yang muncul dalam wacana berita kriminal pada Koran Merapi. Selain itu, pembaca juga bisa memiliki pemahaman mengapa dalam
komunikasi terjadi tindak campur kode.
1.5 Tinjauan Pustaka
Topik mengenai campur kode pernah dibahas oleh Ciptini (2003), Ekayanti (2004), Yuniawan (2005), Hendriawan (2009), Setyawati (2010), dan Primasandi (2011).
Ciptini (2003) dalam tesisnya meneliti tentang “Jenis dan Alasan Penggunaan
Campur Kode dalam Komunikasi Hubungan Kerja Rektor Universitas Negeri Semarang”. Permasalahan yang dibahas dalam tesis tersebut yaitu jenis dan alasan apa
campur kode adalah untuk menunjukkan wawasan penutur yang luas, rasa kedaerahan, perasaan senang dan tidak senang, menghormati seseorang, dan keinginan untuk menjelaskan atau menafsirkan.
Ekayanti (2004) dalam skripsinya yang berjudul “Campur Kode dalam Novel
Belantik karya Ahmad Tohari” meneliti beberapa permasalahan, yakni, (1) jenis-jenis campur kode yang terdapat dalam novel Belantik karya Ahmad Tohari berdasarkan satuan lingualnya, (2) jenis-jenis campur kode yang terdapat dalam novel Belantik karya Ahmad Tohari berdasarkan bahasanya, (3) makna satuan lingual yang tercampur, dan (4) faktor penyebab terjadinya campur kode.
Yuniawan dalam jurnal Humaniora, Volume 17 No.1 (2005: 89-99) menulis
tentang “Campur Kode pada Masyarakat Etnik Jawa-Sunda: Kajian Sosiolinguistik
dalam Ranah Pemerintahan di Kabupaten Brebes”. Pada penelitiannya, Yuniawan
menemukan wujud campur kode masyarakat etnik Jawa-Sunda yang berada dalam ranah pemerintahan, yang terdiri dari (1) campur kode BJw-dB dalam BI, (2) campur kode dB dalam BI, (3) campur kode BJw-dB dalam dB, (4) campur kode BS-dB dalam BJw-BS-dB, (5) campur kode BJw-Ng dalam BI, dan (6) campur kode BJw-Kr dalam BI.
Hendriawan (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Campur Kode pada
apa sajakah jenis campur kode, (2) apa sajakah wujud campur kode, dan (3) faktor apakah yang melatarbelakangi terjadinya campur kode.
Setyawati dalam jurnal Jalabahasa, Volume 6, No.1 (2010:63-72) menulis
tentang “Campur Kode dalam Rubrik ‘Ah... Tenane’ pada Harian Solopos Edisi 29-30
Januari dan 1 Februari 2010”. Dari analisis yang dilakukan, diperoleh bahwa bentuk
-bentuk campur kode adalah berupa penyisipan bahasa Jawa berupa kata, penyisipan berupa frasa, dan penyisipan berupa klausa ke dalam bahasa Indonesia.
Primasandi, (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Campur Kode Bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia pada Tuturan Tokoh Pariyem dalam Novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag” meniliti satuan lingual apa sajakah campur kode terjadi dalam novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag, dan mengapa terjadi campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag. Dari penelitian tersebut ditemukan campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem terjadi pada satuan lingual berupa kata, frasa, baster, bentuk ulang, dan peribahasa. Selain itu, Campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem dilatarbelakangi oleh dua faktor, yaitu faktor kebahasaan dan faktor non-kebahasaan. Faktor kebahasaan yang melatarbelakangi campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem terdiri atas faktor low frequency of word dan faktor oversight. Faktor non-kebahasaan yang melatarbelakangi
campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem adalah faktor need for synonim, faktor social value, faktor situasi formal, dan faktor kebiasaan. Campur kode dalam tuturan
bahasa Jawa, yakni tingkat tutur krama inggil, tingkat tutur krama, dan tingkat tutur ngoko.
Dalam skripsi ini dibahas campur kode bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia wacana berita kriminal pada Koran Merapi edisi September 2012. Permasalahan yang diangkat adalah campur kode pada wacana berita kriminal Koran Merapi terjadi dalam satuan lingual apa saja dan fungsi campur kode dari setiap satuan lingual pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September tersebut. Meskipun penelitian ini tidak mengembangkan hasil penelitian yang sudah ada mengenai jenis-jenis campur kode berdasarkan satuan lingualnya dan sebab-sebab terjadinya campur kode, penulis mengambil kelebihan dari penelitian ini, yakni karena wacana kriminal Koran Merapi ini merupakan surat kabar yang di dalamnya terdapat banyak campur kode dalam bahasa daerah terutama bahasa Jawa, sehingga surat kabar ini memiliki perbedaan spesifik dengan surat kabar yang lain.
1.6 Landasan Teori
1.6.1 Pengertian Bilingualisme
Istilah bilingualisme dalam bahasa Indonesia juga sering disebut dengan kedwibahasaan. Secara harafiah, yang dimaksud dengan bilingualisme, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Bilingualisme ialah kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain (Nababan, 1984;27).
1.6.2 Pengertian Kode, Alih Kode, dan Campur Kode
berbagai kepustakaan linguistik secara umum disebabkan oleh (1) pembicara atau penutur, (2) pendengar atau lawan tutur, (3) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (4) perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya, dan (5) perubahan topik pembicaraan (Chaer, 2004:108).
Terdapat dua golongan campur kode. Soewito (1983:76) berpendapat bahwa campur kode dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasi-variasinya atau campur kode ke dalam (inner code-mixing) dan campur kode yang bersumber dari bahasa asing atau campur kode ke luar (outer code-mixing).
Pembicaraan mengenai campur kode tidak terlepas dari pembahasan tentang alih kode. Kedua peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat bilingual ini mempunyai kesamaan yang besar, sehingga seringkali sukar dibedakan. Hall dan Hill dalam Chaer (2004:114) dalam penelitian mereka mengenai masyarakat bilingual bahasa Spanyol dan Nahuali di kelompok Indian Meksiko, mengatakan bahwa tidak ada harapan untuk membedakan antara alih kode dan campur kode.
Kesamaan antara alih kode dan campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih, atau dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur. Dalam alih kode setiap bahasa yang digunakan masih memiliki fungsi otonominya sendiri, sedangkan dalam campur kode, kode utama atau dasar masih menduduki fungsi otonomnya, sedangkan kode lain yang terlibat hanya berupa serpihan.
sederhana ini, fenomena campur kode sebenarnya tidak melulu melibatkan bahasa asing. Bisa juga melibatkan bahasa daerah dengan bahasa nasional (http://indonesiasaram.wordpress.com/2007/01/06/campur-kode/).
Campur kode adalah bilamana orang mencampur dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu (Nababan, 1984:32). Terdapat dua tipe campur kode menurut Soewito (1985), yaitu campur kode intern (inner code-mixing) dan campur kode ekstern (outer code-mixing). Campur kode intern yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa daerah. Campur kode ekstern (outer code-mixing) yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa asing di luar bahasa penutur.
1.6.3 Jenis Campur Kode berdasarkan Satuan Lingualnya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suewito (1985: 78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, yaitu:
A. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud morfem.
Berdasarkan jenisnya, morfem dibedakan menjadi dua yaitu morfem terikat dan morfem bebas. Morfem terikat adalah morfem yang tidak bisa berdiri sendiri, atau dengan kata lain morfem ini harus bergabung dengan morfem lain terlebih dahulu agar bisa digunakan dalam frasa atau kalimat. Morfem bebas adalah morfem yang bisa berdiri sendiri. Morfem bebas tidak harus bergabung dengan morfem lain untuk dapat digunakan dalam frasa atau kalimat. Morfem terikat adalah morfem yang tidak bisa berdiri sendiri, atau dengan kata lain morfem ini harus bergabung dengan morfem lain terlebih dahulu agar bisa digunakan dalam frasa atau kalimat.
B. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata
a. Kata Benda
Kata benda (nomina) adalah kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan. Kata benda mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Alwi 2003;213).
b. Kata Kerja
Kata kerja adalah jenis kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda atau suatu mahluk.
c. Kata Sifat/ Adjektiva
Fungsi adjektiva di dalam kalimat adalah memberikan keterangan lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina(menjadi atribut nomina). (Arifin, 2008;106). Kata sifat dapat berfungsi sebagai predikat ataupun adverbial. Kata sifat juga dapat digunakan untuk menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkan.
C. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa.
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat predikatif. Frasa nomina adalah kelompok kata yang unsur pusatnya nomina. Unsur pusatnya tidak selalu monomorfemik, tetapi mungkin pula polimorfemik. Menurut (Wijana, 2009:29).
D. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata.
sebagiannya, baik dengan variasi vonem maupun tidak. Menurut depdiknas (2008:1521) pengulangan adalah proses, cara, perbuatan, mengulang.
1.7 Metode dan Teknik Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan tiga tahap strategis, yaitu (i) metode dan teknik pengumpulan data, (ii) metode dan teknik analisis data, dan (iii) metode dan teknik penyajian hasil analisis data. Berikut ini diuraikan masing-masing tahap penelitian tersebut.
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
tahap akhir dari pengumpulan data adalah pengklasifikasian data. Data diklasifikasikan berdasarkan satuan lingualnya.
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Tahapan analisis data adalah langkah yang dilakukan peneliti setelah data terkumpul sebagai upaya untuk menangani masalah yang ada dalam data. Analisis data untuk penelitian ini menggunakan metode padan.
Metode padan, yang disebut pula metode identitas adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993:13). Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan referensial. Metode padan referensial adalah metode padan yang alat penentunya berupa referen bahasa (Kesuma, 2007:48). Metode padan referensial ini untuk mengidentifikasi satuan kebahasaan dari data yang ditunjuk. Contoh penerapannya sebagi berikut.
(7) Bakul Togel Ditangkap. (KM, 22 September 2012;1)
Kalimat (7) menunjukkan kata bakul togel ‘penjual togel’ merupakan satuan lingual berupa frasa. Penentuan satuan lingual pada kalimat tersebutlah yang merupakan penentuan identitas berupa metode padan referensial. totogelap
pokok di antara satuan-satuan kebahasaan yang ditentukan identitasnya (Kesuma, 2007: 54).
1.7.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data
Data yang sudah diperoleh dan dianalisis disajikan dengan menggunakan metode informal. Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa sehingga apabila dibaca langsung dapat dipahami (Kesuma, 2007: 71). Metode formal cari bikin tabel
1.8 Sistematika Penyajian
BAB II
CAMPUR KODE BERDASARKAN SATUAN LINGUAL
DALAM WACANA BERITA KRIMINAL KORAN MERAPI
EDISI SEPTEMBER 2012
2.1 Pengantar
Campur kode yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing). Sesuai dengan latar belakang
surat kabar dan latar belakang situasi penulisan karya, campur kode yang terjadi dalam wacana berita kriminal pada Koran Merapi edisi September mengarah pada golongan yang pertama, yaitu campur kode yang terjadi antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa
2.2 Bentuk Campur Kode dalam Wacana Berita Kriminal Koran Merapi edisi September Berdasarkan Satuan Lingualnya
Penulis terlebih dahulu akan menganalisis campur kode berdasarkan satuan lingual, sebelum membahas mengenai fungsi campur kode. Satuan lingual merupakan satuan dalam struktur bahasa (Kridalaksana, 1982:148). Satuan lingual antara lain
berwujud kata dan kalimat. Jadi, satuan-satuan lingual itulah yang merupakan objek
sasaran konkret linguistik.
Campur kode tidak hanya terjadi dalam tataran kata, melainkan juga dalam satuan lingual lainnya seperti morfem, frasa, kalimat dan klausa. Berdasarkan satuan lingualnya, campur kode yang ditemukan dalam wacana berita kriminal pada Koran Merapi edisi September adalah sebagai berikut.
2.2.1 Campur Kode berupa Morfem Terikat
Hal pertama yang akan dianalisis adalah morfem. Morfem adalah satuan gramatikal terkecil. Pada dasarnya morfem terdiri dari morfem terikat dan morfem bebas. Morfem terikat adalah morfem yang harus bergabung dengan morfem lain agar bisa digunakan dalam kalimat.
di-i. Contoh morfem terikat yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi
edisi September adalah sebagai berikut.
2.2.1.1 Campur Kode Prefiks
N-Campur kode berupa morfem terikat konfiks N- yang terdapat pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 adalah sebagai berikut,
(1). Ngaku Polisi Bawa Kabur Mio (KM, 6 September 2012; 2) (2). Jual Pil Koplo Ngajak Keponakan. (KM, 7 September 2012; 2) (3). Terlilit Utang Anak Band Nipu. (KM, 8 September 2012; 1)
(4). Nenek Nyebrang Truk LPG NabrakTiang. (KM, 9 September 2012; 2) (5). Ngincar Brankas Nemu Uang Infak RSUD Wonosari Kemalingan. (KM, 9
September 2012; 2)
Contoh (1) ngaku ‘mengaku’ terdiri dari morfem me(N)- dan aku. Contoh (2)
ngajak ‘mengajak’ terdiri dari morfem me(N)- dan ajak. Contoh (3) nipu ‘menipu’
terdiri dari morfem me(N)- dan tipu. Contoh (4) nyebrang ‘menyebrang’, nabrak
‘menabrak’, terdiri dari morfem me(N)- dan sebrang, serta me(N)- dan tabrak. Contoh
(5) ngincar‘mengincar’, nemu‘menemukan’, terdiri dari morfem me(N)- dan incar, serta me(N)-, temu dan –kan.
(6). Motor Nyemplung Jurang. (KM, 12 September 2012; 2)
Contoh (6) nyemplung ‘tercebur’ terdiri dari morfem me(N)- dan cemplung. Contoh (7) ngambang ‘mengambang’ terdiri dari morfem me(N)- dan ambang. Contoh (8) nyuri‘mencuri’ terdiri dari morfem me- dan curi.
(9). Mertua-Menantu Nyabu Bareng. (KM, 19 September 2012; 1) (10). Nyandu Rokok, Pelajar Nyuri. (KM, 19 September 2012; 2)
(11). Nyetir Pegang Hp Mobil Pun Terguling. (KM, 20 September 2012; 1)
(12). Pecandu Narkoba Nginap Di Rumah Teman Diringkus. (KM, 26 September 2012; 3)
Contoh (9) nyabu ‘mengkonsumsi sabu-sabu’ terdiri dari morfem me(N)- dan sabu. Contoh (10) nyandu‘menjadi pecandu’, terdiri dari morfem me(N)-dan candu. Contoh (11) nyetir ‘menyetir; mengemudi’ terdiri dari morfem me(N)- dan setir. Contoh (12) nginap ‘menginap’ terdiri dari morfem me(N)- dan inap.
Berikut ini disajikan pembahasan data dalam bentuk tabel, dengan membandingkan uraian bentuk dalam bahasa Jawa dan bentuk utuhnya dalam bahasa indonesia.
Tabel 1. Pencampuran Prefiks –N Bahasa Jawa
No Bentuk Campur kode
Uraian Bentuk Bentuk Tidak Campur Kode
1 Ngaku N+ aku . mengaku
3 Nipu N+ tipu . menipu 4 Nyebrang N + sebrang . Menyebrang
Nabrak N + tabrak . menabrak, menghantam 5 Ngincar N+ incar .mengincar
Nemu N + temu .Menemukan, mendapatkan 6 Nyemplung N + cemplung Tercebur
7 Ngambang N + ambang .mengambang
8 Nyuri N+ curi .mencuri
9 Nyabu N + sabu Mengkonsumsi sabu-sabu 10 Nyandu N+ candu Menjadi pecandu
11 Nyetir N+ setir menyetir
12 Nginap N+ inap Menginap
2.2.1.2 Campur Kode Konfiks Ke-an
Campur kode berupa morfem terikat konfiks ke-an yang terdapat pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 adalah sebagai berikut,
(13). Aparat Keamanan Tiga kali Kecolongan. (KM, 1 September 2012;1)
(14). Namun belum sempat masuk ke dalam rumah, korban diberitahu tetangganya jika rumahnya kemalingan. (KM, 1 September 2012;2)
kecolongan ‘kecurian’ terdiri dari morfem ke-an ’perihal’ dan morfem colong ‘curi’. Contoh (14) kemalingan‘kecurian’ terdiri dari morfem ke-an dan maling.
Berikut ini disajikan pembahasan data dalam bentuk tabel, dengan membandingkan uraian bentuk dalam bahasa Jawa dan bentuk utuhnya dalam bahasa indonesia.
Tabel 2. Pencampuran Konfiks ke-an Bahasa Jawa
No Bentuk Campur kode
Uraian Bentuk Bentuk Tidak Campur Kode
21 Kecolongan Ke+ colong+ an Kecurian
22 Kemalingan Ke+ maling +an kemasukan pencuri
2.2.1.3 Campur Kode Berupa Morfem Terikat Konfiks Di-i
Campur kode berupa morfem terikat konfiks di-i yang terdapat pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 adalah sebagai berikut,
(15). Dari arah belakang korban dibuntuti dua orang tak dikenal berkendaraan jenis Yamaha Mio. (KM,1 September 2012;1)
Campur kode berupa morfem terikat konfiks di-i yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 hanya ditemukan tiga data. Contoh (15)
dibuntuti ‘diikuti’ terdiri dari morfem di- ‘pasif’, buntut ‘ekor’, dan –i.
Tabel 3. Pencampuran konfiks di-i Bahasa Jawa
No Bentuk
Campur Kode
Uraian Bentuk Bentuk Tidak
Campur Kode
23 Dibuntuti Di+buntut+i Diikuti
2.2.2 Campur Kode Berupa Kata
Kata adalah satuan gramatikal yang terdiri dari satu morfem/ lebih yang menjadi unsur langsung pembentuk frasa/ kalimat (Baryadi, 2011; 17). Campur kode yang ditemukan dalam wacana berita kriminal pada Koran Merapi yaitu kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Berikut ini adalah campur kode berupa kata yang ditemukan dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September.
2.2.2.1 Campur Kode Berupa Kata Benda (Nomina)
Kata benda (nomina) adalah kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan. Kata benda mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Alwi 2003;213). Kata benda yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September adalah sebagai berikut.
(16). Pencari Kodok Ditikam Penjahat. (KM, 1 September 2012; 1)
(17). Ditinggal dalam keadaan kosong, rumah milik Febri Prawira (22) di Tlukan Sambilegi Kidul, Maguwoharjo, Depok, Sleman diobrak-abrik maling, Kamis (30/8) pukul 06.00. (KM, 1 September 2012; 2)
Campur kode berupa kata benda yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September terlihat pada contoh (16) kodok ‘katak’, contoh (17) maling ‘pencuri’, (18) gondrong ‘rambut yang panjang untuk laki-laki’, contoh (19)
pil koplo‘obat; semacam ekstasi’.
(20). Mahasiswa Nyolong Manuk. (KM, 7 September 2012; 11)
(21). Begal Ngaku Polisi Rampas Truk Kayu. (KM, 14 September 2012; 1)
(22). Rumah berukuran 10x8 meter yang terbuat dari kayu jati campuran, usuk dan
reng dari bambu itu pun akhirnya hangus hanya dalam 30 menit. (KM, 14 September 2012; 2)
(23). “lha emange tanah mbaheapa,” ujar Dwi. (KM, 16 September 2012; 2)
Contoh (20) manuk ‘burung’, contoh (21) begal ‘penyamun’, contoh (22) usuk
‘usuk’, reng‘reng’, contoh (23) mbahe ‘kakek-neneknya’
(24). Beraksi Di Warnet Alap-Alap Motor Dihajar Massa. (KM, 17 September 2012;2)
(25). Tersangka David mengaku ia bersama konco-konconya sudah delapan kali mencuri sepeda motor. (KM, 17 September 2012;11)
(26). Bakul Togel Ditangkap. (KM, 21 September 2012; 2)
(27). Informasi dihimpun Merapi, siang itu kandang ternak milik korban yang dipenuhi rumput damen mendadak terbakar. (KM, 23 September 2012; 2) (28). Sebagian rumah saya, terutama tembok bagian belakang yang berdekatan
dengan rumah Midi, berlobang dan retak-retak akibat ledakan bom,” ujar Trining kepada wartawan. (KM, 25 September 2012; 1)
Contoh (24) alap-alap ‘sebutan untuk jenis burung pemangsa daging; pencuri
kawakan’, contoh (25) konco-konconya ‘teman-temannya’, contoh (26) bakul togel
Berikut ini disajikan pembahasan data dalam bentuk tabel, dengan membandingkan kata dalam bahasa Jawa dan artinya dalam bahasa indonesia. Pelacakan makna berdasarkan Kamus BASA JAWA (Bausastra Jawa) yang disusun oleh Tim Balai Pustaka. Buku yang ke dua Kamus Indonesia-Jawa oleh Panitia Kongres Bahasa Jawa 1991 serta Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tabel 4. Campur Kode Berupa Kata Benda
No Campur
kode
Arti Bahasa Jawa Arti bahasa
Indonesia
16 Kodok Kodhok: krama ngoko
Arane kewan bangsa bancet; kongkang
lan sak panunggalane
Katak, sejenis hewan amphibi
17 Maling Maling ngoko, pandung krama inggil . durjana sing nyelonong ing wayah bengi
. nyenyolong ing wayah mbengi
pencuri
18 Gondrong Gondrong krama ngoko: rambute dawa (tekan geger) tumrap bocah
lanang
19 Pil koplo Salah stau jenis obat terlarang; semacam ekstasi
20 Manuk Manuk ngoko; peksi krama bangsa kewan iwen
burung
21 Begal Begal krama ngoko durjana sing ngadhang ing ndalan;
Preman
22 Usuk Krama ngoko kayu utawa pring iga-iganing payon
Reng
23 Mbahe simbah krama ngokoembah
embah; krama ngoko, eyang krama
inggil
wong tuone bapa utawa biyung
Kakek atau
neneknya, orang tua dari bapak atau ibu
24 Alap-alap Arane manuk kang mangsaning daging; njupuk; ngepek
. rowang; rewang; mitra (tunggal
panggawean, sedya, lan sak
panunggalane) batir;
. dialek warganing pangreh desa
Teman-temannya
27 Damen Krama ngoko wit pari garing; dami jerami 28 Tembok Ngoko . tembok
. bendungan
dinding
2.2.2.2 Campur Kode Berupa Kata Kerja (Verba)
Kata kerja adalah jenis kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda atau suatu mahluk. Campur kode berupa kata kerja yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September adalah sebagai berikut.
(29). Trans Jogja Sruduk Mobil Boks. (KM, 1 September 2012;2)
(30). Sebuah paket ganja ditemukan petugas Polres Boyolali di sebuah mobil mewah Range Rouver B 1447 TJB yang dicegat saat razia mengantisipasi kejadian penembakan polisi di Solo, kamis (30/8) malam. (KM, 1 September 2012;2) (31). Pencuri Nyamar Sales. (KM, 2 September 2012; 2)
(32). Tiga Rumah Kobong. (KM, 3 September 2012; 1) (33). Lagi Nongkrong Di Tikam. (KM, 3 September 2012; 2)
Campur kode berupa kata kerja yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi terlihat pada contoh (29) sruduk ‘seruduk; menabrak’, contoh (30) dicegat
‘dihadang’,contoh (31) nyamar ‘menyamar’, contoh (32) kobong ‘terbakar’, contoh
(33) nongkrong‘duduk di tempat yang tinggi’,
(35). Korban yang warga Dusun Bandungrejo Kecamatan Bayan ini mengalami luka mengenaskan dan proses evakuasi cukup memakan waktu karena tubuh korban
nyungsep di bawah kubin truk. (KM, 3 September 2012; 2)
(36). Korban hendak menyalip mobil box namun diperkirakan sepeda motornya
bersenggolan hingga terjatuh. (KM, 3 September 2012; 2)
(37). Dilaporkan Menipu, Oknum Advokat Nyokot Rekannya. (KM, 3 September 2012; 3)
Contoh (34) ngamuk ‘mengamuk’. Contoh (35) nyungsep ‘terjerembab’, contoh
(36) bersenggolan ‘bersentuhan; menyerempet’, contoh (37) nyokot ‘menggigit’,
(38). Jangan sampai mereka setelah terpilih mudah mrothol(turun) di tengah jalan,”
tegas Anas dalam syawalan DPP Demokrat DIY di GOR Amongrogo Minggu (2/9). (KM, 3 September 2012; 3)
(39). NyolongDemi Anak. (KM, 4 September 2012; 1)
(40). “Garis polisi kami copot untuk memberikan kesempatan bagi para pedagang mengambil barang-barangnya yang masih bisa diselamatkan,” ujar Wakil Kepala Polres Magelang Kompol Mardiyanto. (KM, 5 September 2012; 2) (41). Nonton Bola nyambi Judi. (KM, 5 September 2012;3)
(42). Saat melintas di Jalan Langensari, korban dipepet laki-laki pengendara motor Suzuki FU yang memakai jaket putih, helm putih, dan berbadan besar. (KM, 5 September 2012; 3)
Contoh (38) mrothol ‘lepas’, contoh (39) nyolong ‘mencuri’, Contoh (40) copot
‘lepas’, contoh (41) nyambi ‘mengerjakan bersama dengan’, dan contoh (42) dipepet
‘disudutkan’.
(43). Mereka mendapati ruang kantor sekolah tersebut sudah acak-acakan sedangkan pintu terbuka bekas dicongkel orang. (KM, 6 September 2012; 2)
(44). Rumah Rehana (32) warga Kelurahan Pabuaran, Purwokerto Utara, Selasa (4/9)
dibobol maling dengan cara membuka pintu belakang. (KM, 6 September 2012; 2)
(46). Lumpuhkan satpam, gotong brankas, kabur. (KM, 6 September 2012; 3) (47). Kedua tersangka sempat dijotosi warga. (KM, 7 September 2012; 1)
(48). Menghina Pakualam IX kantor koran digruduk massa. (KM, 7 September 2012; 2)
Contoh (43) dicongkel‘dibuka secara paksa’, contoh (44) dibobol ‘dirusak’, contoh
(45) menggondol ‘membawa lari; mencuri’, Contoh (46) gotong ‘membawa’, , contoh
(47) dijotosi‘dipukuli’, dan contoh (48) digruduk ‘didatangi secara bersama-sama’.
(49). “ Ini soalnya sekaligus mangayubagyo disahkannya UU keistimewaan baru lalu oleh DPR,” terang Sujudi didampingi sekretaris panitia Edy Hartono SH. (KM, 7 September 2012; 2)
(50). Empat Raperda Mandeg. (KM, 10 September 2012; 3)
(51). Antisipasi Teroris Petugas 3 Polsek Razia Bareng. (KM, 11 September 2012; 2)
(52). Residivis digebuki di lokalisasi. (KM, 12 September 2012; 2)
(53). MbolosDi Warnet Pelajar Dirazia Polisi. (KM, 12 September 2012; 2)
Contoh (49) mangayubagyo ‘ikut bersuka cita’, contoh (50) mandeg ‘terhenti’,
contoh (51) bareng ‘bersama-sama’, Contoh (52) digebuki ‘dipukuli’, contoh (53) mbolos‘membolos’,
(54). “Incim-inciman turun temurun kalau ada gesekan sedikit saja bisa langsung tawuran. (KM, 13 September 2012; 2)
(55). Secara tiba-tiba sekitar 50 siswa dari SMA swasta itu berkonvoi dengan maksud
ngluruk ke SMK negeri. (KM, 13 September 2012; 2)
(57). Peristiwa tersebut ketika pembuat sumur bor, Karyo (60) juga warga desa Meles, akan menguras air sumur begitu rampung memasang pipa peralon ukuran 4 inci. (KM, 13 September 2012; 2)
(58). Imam Salat Dijotos Mahasiswa Ngamuk Di Masjid. (KM, 14 September 2012; 2)
(59). Saat kejadian rumah korban dalam keadaan kosong karena pemiliknya sedang pergi ke pasar Cepogo, sedangkan istri dan anaknya rewang ke rumah tetangga yang punya hajat. (KM, 14 September 2012; 2)
Contoh (54) ngluruk ‘bertandang’, (55) incim-inciman ‘saling mengancam’,
contoh (56) nggruduk ‘mendatangi secara bersama-sama’, contoh (57) rampung
‘selesai’, contoh (58) dijotos ‘dipukul’,contoh (59) rewang ‘pembantu rumah tangga;
membantu tetangga yang punya hajat’.
(60). Kakak Beradik Ngombe Racun. (KM, 15 September 2012; 2)
(61). Ratuan masa yang rata-rata menggunakan jubah menggruduk dan menyegel restaurant siap saji, Mc Donald’s yang terletak di Jalan dr. Sudirman, Coyudan dan KFC di Jalan Gatot Subroto mal Singosaren Plasa, Solo. (KM, 17 September 2012; 2)
(62). Residivis Bobol Kontrakan Mahasiswa Balas Dendam Nyuri Laptop. (KM, 18 September 2012; 2)
(63). Terlilit Utang Mantan Satpam Dipaksa Dodolan Sabu. (KM, 19 September 2012; 2)
(64). Namun karena kepepet ia akhirnya nekat. (KM, 19 September 2012; 2) (65). Nyetir Pegang Hp Mobil Pun Terguling. (KM, 20 September 2012; 1)
Contoh (60) ngombe ‘minum’, dan contoh (61) menggruduk ‘mendatangi secara
(66). Rayakan Kemenangan Jokowi-Ahok Kader PDIP-Gerindra Cukur Gundul. (KM, 21 September 2012; 1)
(67). Dijotos Teman Wadul Polisi. (KM, 21 September 2012; 2)
(68). Giliran konangan, istri malah digampar. (KM, 21 September 2012; 3)
(69). Kami berusaha agar api tidak mrembet kerumah korban,” ujar Karyo warga
sekitar. (KM, 23 September 2012; 2)
(70). Truk diduga mengalami rem blong menyenggol motor Yamaha Xeon H 5874 AB yang dikendarai seorang anggota polisi dan terjatuh tertimpa motornya. (KM, 23 September 2012; 2)
(71). Sopir truk Aji menuturkan, ia tidak menyangka truk akan mlorot kemudian terguling. (KM, 24 September 2012; 1)
(72). Ndelik Di Kebun Sawit Tetap Terendus Densus. (KM, 24 September 2012; 1)
Contoh (66) cukur ‘potong rambut’, contoh (67) wadul‘lapor; mengadu’, contoh
(68) konangan ‘ketahuan’, Contoh (69) mrembet ‘merambat’, contoh (70) menyenggol ‘menyerempet’, contoh (71) mlorot ‘mundur’, contoh (72) ndelik
‘bersembunyi’,
(73). Truk Ngguling Timpa Becak. (KM, 23 September 2012; 2) (74). Maling Helm KetanggorSatpam. (KM, 27 September 2012; 2) (75). Sales Cat Nguntet Uang Kantor. (KM, 27 September 2012; 3)
(76). Diboyong Ke Jakarta Teroris Naik Bus Wisata. (KM, 29 September 2012; 1)
Contoh (73) ngguling ‘terguling’, contoh (74) ketanggor ‘ketahuan’, contoh (75) nguntet‘mencuri’, dan contoh (76) diboyong‘dibawa; digelandang’.
Kongres Bahasa Jawa 1991 serta Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Tabel 5. Campur Kode Berupa Kata Kerja
No Campur kode Arti Bahasa Jawa Arti bahasa Indonesia
29 Sruduk Srudug, nyrudug krama ngoko Bijig seru; nyodhog nganggo endas
menabrak
30 Dicegat Cegat, nyegat krama ngoko mapagake ing ndalan; ngendheg, dicegat: diendheg
Dihentikan secara paksa
31 Kobong Ngoko (rusak dening) kataman urubing geni
terbakar
32 Ngamuk Amuk, ngamuk krama ngoko nempuh ngriwud ora perduli apa-apa
Mengamuk; membabi buta
33 Nongkrong Lungguh ing enggon bebarengan karo kanca utawa dewe, iso nang pinggir dalan, warung kopin lan sak panunggalane
34 Nyungsep Tiba ngoko dhawah krama inggil Tiba njlungup, utawa sirah ndhisik sik kena lemah
35 Bersenggolan senggol: ora sengaja keno dhumuk, kesenggol
Bersentuhan
36 Mrothol Ucul saka bisa awak, bisa bodi motor utawa mobil, uga iso saka organisasi
lepas
37 Nyokot Cokot, nyokot krama ngoko nggigit, nggathok; nyandu
menggigit
38 Nyolong Colong, nyolong krama ngoko ngalap tanpa nembung
mencuri
39 Diganjar Ganjar, ngganjar krama ngoko menehi apa-apa minangka gegantining kabecikan utawa lelabuhane;
dianugerahi
40 Copot Uwal saka ing anjing-anjingane lepas 41 Nyambi Sambi krama ngoko karo; kambi
42 Ngobrol obrol, ngobrol krama ngoko ngomong gegorohan; umuk-umukan; ngumukake
Berbincang-bincang
43 Dipepet Pepet krama ngoko buntu; ora terus; jejel riyel; akeh banget; suk-sukan
Dipojokake
Disudutkan
44 Dicongkel Congkel dialek, krama ngoko disongkel; didhongkel
Dibuka secara paksa
46 Menggondol gondol: gawa, nggawa
47 Gotong Gotong, nggotong: nggowo barang sing abot
Membawa barang berat; dijinjing 48 Dijotosi Jotos, njotos krama ngoko ngantem
in rai utawa endhas
Kajotos, dijotos: kena jotos
Dijotosi : kena jotos ping bola bali
Dipukuli
49 Digruduk grudug, mak grudug krama ngoko katrangan teka bebarengan wong akeh
digrudug: ditekani bareng-bareng
Didatamgi secara bersamaan
50 Mangayubagyo Ikut bergembira
51 Mandeg Ngoko leren (mari mlaku, obah) berhenti
52 Bareng Bebarengan Bersama-sama
53 Digebuki Diantem ping bola-bali karo wong okeh
dipukuli
54 Mbolos Ora mlebu sekolah mergo males membolos
55 Incim-inciman Cim-ciman, ancam-ancaman Saling mengancam
56 Ngluruk N + lurug Bertandang;
57 Nggrudug N+ grudug Mendatangi
60 Rewang Temandhang gawe ing panggonane uwong utawa tanggane sing lagi due gawe, ewuh
Membantu di rumah orang atau tetangga yang sedang punya hajat
61 Ngombe Ombe, diombe krama ngoko diunjuk krama inggil dilebok ake nang cangkem terus diulu
minum
62 Menggruduk
63 Bobol Krama ngoko bedhah; jebol Rusak 64 Dodolam Uwong kang nawake barang
dagangane ning uwong liyo
berjualan
65 Kepepet
66 Cukur Rambut sik wis dowo dipotong dadi luwih pendek, tumrap rambut sirah, jenggot, kumis lan
sakpanunggalane
mencukur
67 Wadul Omong karo wong liyo biso koncone, wong sik luih tinggi jabatane utawa karo wong tuone
mengadu
68 Konangan Ketahuan
69 Mrembet Mrembet, mrambat, njalar tekan ngendoi-endi
merambat
70 Menyenggol Ora sengaja ndemok menyentuh 71 Mlorot Mlothrok, mudun saka nduwur
mengisor
melorot
72 Ndelik Ndelik; ngumpet bersembunyi
73 Ngguling Ngguling, nggulung, tibo nggllundhung
2.2.2.3 Campur Kode Berupa Kata Sifat (Adjektiv)
Fungsi adjektiva di dalam kalimat adalah memberikan keterangan lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina(menjadi atribut nomina) (Arifin, 2008;106). Contoh campur kode berupa kata sifat yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi adalah sebagai berikut.
(77). Selain itu, roda kiri depan juga ringsek. (KM, 2 September 2012; 2) (78). Teroris Mati Sangit Bukan Mati Syahid. (KM, 5 September 2012; 1) (79). “Saat itu saya tidak berambut gondrong. (KM, 5 September 2012; 3)
(80). Walau dalam sidang ini ketujuh belas PSK mengaku kapok, tidak akan mengulangi perbuatannya, tapi tetap tidak menghapus unsur pidana yang telah dilakukannya. (KM, 13 September 2012; 3)
Campur kode berupa kata sifat terlihat pada contoh (286) ringsek ‘rusak’, contoh
(287) sangit ‘berbau seperti bau gosong’, contoh (288) gondrong ‘rambut panjang
untuk laki-laki’, contoh (289) kapok‘jera’.
(81). Dijebak Polisi Usai Nyolong Blackberry Marinir gadungan Masuk Perangkap. (KM, 14 September 2012; 2)
(82). Rayakan Kemenangan Jokowi-Ahok Kader PDIP-Gerindra Cukur Gundul.
(KM, 21 September 2012; 1)
(83). Kisruh Di PN Temanggung Sidang Ditunda, Mobil Kejari Dirusak. (KM, 26 September 2012; 3)
74 Ketanggor Konangan Ketahuan
Contoh (290) gadungan‘palsu’, contoh (291) gundhul ‘botak’, dan contoh (292) kisruh ‘kacau’.
Berikut ini disajikan pembahasan data dalam bentuk tabel, dengan membandingkan kata dalam bahasa Jawa dan artinya dalam bahasa indonesia. Pelacakan makna berdasarkan Kamus BASA JAWA (Bausastra Jawa) yang disusun oleh Tim Balai Pustaka. Buku yang ke dua Kamus Indonesia-Jawa oleh Panitia Kongres Bahasa Jawa 1991 serta Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Tabel 6. Campur Kode Berupa Kata Sifat
No Campur kode Arti Bahasa Jawa Arti bahasa Indonesia
77 Ringsek rusak
78 Sangit Ambune sangit; mambu gosong. Berbau gosong, berbau asap
79 Gondrong Rambut dowo sik dawane sak geger, kanggo bocah lanang
Rambut panjang untuk laki-laki
80 Kapok kapok; ora mbaleni bab kaluputane
jera
81 Gadungan Ora asli, tumrap uwong sik ngaku-ngaku podo
2.2.3 Campur Kode Berupa Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat predikatif. Contoh campur kode berupa frasa yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September adalah sebagai berikut.
2.2.3.1 Campur Kode Berupa Frasa Nomina
Frasa nomina adalah kelompok kata yang unsur pusatnya nomina. Unsur pusatnya tidak selalu monomorfemik, tetapi mungkin pula polimorfemik. Menurut (Wijana, 2009:29). Contoh campur kode berupa frasa nomina yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi adalah sebagai berikut.
(84). Jual Pil Koplo Ngajak Keponakan. (KM, 7 September 2012; 2)
(85). Racun pembasmi rumput dicampur ke dalam masakan karena dikira bumbu masak. (KM, 22 September 2012; 1)
(86). Pelaku yang bernama Asep langsung dihujani bogem mentah oleh massa hingga babak belur. (KM, 23 September 2012; 2)
Campur kode berupa frasa nomina terlihat pada contoh (293) pil koplo ‘salah
satu jenis obat-obatan terlarang’, contoh (294) bumbu masak‘penyedap rasa; micin’,
dan contoh (295) bogem mentah‘pukulan’.
Berikut ini disajikan pembahasan data dalam bentuk tabel, dengan membandingkan kata dalam bahasa Jawa dan artinya dalam bahasa indonesia. Pelacakan makna berdasarkan Kamus BASA JAWA (Bausastra Jawa) yang disusun oleh Tim Balai Pustaka. Buku yang ke dua Kamus Indonesia-Jawa oleh Panitia Kongres Bahasa Jawa 1991 serta Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Tabel 7. Campur Kode Berupa Frasa Nomina
No Campur kode
Arti Bahasa Jawa Arti bahasa Indonesia
81 Pil koplo Obat yen diombe marai sirahe kliyengan, uga iso marai mabuk
Salah satu jenis obat terlarang; sejenis ekstasi
82 Bumbu masak Bumbu masakan, go nggurihke masakan
2.2.4 Campur Kode Berupa Bentuk Ulang
Campur kode berupa bentuk ulang yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi adalah sebagai berikut.
(87). “Incim-inciman turun temurun kalau ada gesekan sedikit saja bisa langsung tawuran. (KM, 13 September 2012; 2)
(88). YOGYA (MERAPI) – Motor Yamaha Mio milik Safitri Ratna Utami (20) warga Pandak Bantul, dibawa kabur oleh kenalan barunya yang mengaku-ngaku sebagai polisi, selasa (4/9) siang. (KM, 6 September 2012; 2)
(89). Korban Diiming-imingi Uang Kakek Cabuli Cucu. (KM, 15 September 2012;1) (90). Beraksi Di Warnet Alap-Alap Motor Dihajar Massa. (KM, 17 September 2012;
2)
Campur kode berupa bentuk ulang yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September terlihat pada contoh (151) incim-inciman ‘saling
mengancam’, contoh (152) mengaku-ngaku ‘menganggap dirinya sama seperti’,
contoh (153) diiming-imingi‘diberikan janji yang muluk’ ,
(91). Tersangka David mengaku ia bersama konco-konconya sudah delapan kali mencuri sepeda motor. (KM, 17 September 2012; 11)
(92). Polisi yang mengubek-ubek rumah Joko menemukan cairan bahan kimia CO-2 yang disembunyikan di WC. (KM, CO-24 September CO-201CO-2; 1)
(93). Kalau jujur-jujuran, kas BSS pasti ambrol
Contoh (154) alap-alap ‘sejenis elang; pencuri’, contoh (155) konco-konconya
‘teman-temannya’, contoh (156) mengubek-ubek‘menggeledah’, contoh (157)
Berikut ini disajikan pembahasan data dalam bentuk tabel, dengan membandingkan kata dalam bahasa Jawa dan artinya dalam bahasa indonesia. Pelacakan makna berdasarkan Kamus BASA JAWA (Bausastra Jawa) yang disusun oleh Tim Balai Pustaka. Buku yang ke dua Kamus Indonesia-Jawa oleh Panitia Kongres Bahasa Jawa 1991 serta Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tabel 8. Campur Kode Berupa Bentuk Ulang
No Campur kode Arti Bahasa Jawa Arti bahasa Indonesia
83 Incim-inciman Cim-ciman; ancam-ancaman Saling mengancam 84
Mengaku-ngaku
85 Diiming-imingi Nggoda bocah utawa wong gedhe, ben pengen barang utawa
panganan sik diduweni; dijanjeni
Diberikan janji yang muluk-muluk
86 Alap-alap Jenis manuk sik mangan daging; maling
. rowang; rewang; mitra (tunggal panggawean, sedya, lan sak panunggalane) batir;
. dialek warganing pangreh desa
88 Mengubek-ngubek
BAB III
FUNGSI CAMPUR KODE PADA WACANA BERITA KRIMINAL
DALAM KORAN MERAPI EDISI SEPTEMBER 2012
3.1 Pengantar
Dalam bab ini akan dibahas fungsi campur kode pada wacana berita kriminal dalam Koran Merapi. Pembahasan ini mencakup fungsi campur kode untuk memperhalus maksud, mempertegas maksud, membedakan status atau kelas sosial, dan untuk membedakan jenis kelamin.
3.2 Fungsi Campur Kode Untuk Memperhalus Tuturan.
Fungsi campur kode yang pertama yaitu untuk memperhalus maksud tuturan. Agar maksud tuturan yang ingin disampaikan menjadi lebih halus, maka digunakanlah campur kode. Hal itu disebabkan penulis berita tidak menemukan padanan bahasa yang dimaksud dalam Bahasa Indonesia. Berikut ini contoh fungsi campur kode untuk memperhalus maksud dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012.
(1) “Bukan masalah kerso atau tidak, itu terserah sana,” kata Sultan. (KM, Selasa Legi, 4 September 2012;1)
(2) Wakil Gubernur secara otomatis tetap akan dijabat oleh Pakualam yang
jumeneng,” tandas sultan. (KM, Selasa Legi, 4 September 2012;1)
(3) “nuwun sewu, no comment,” katanya singkat. (KM, Selasa Legi 4 September
(4) Penadah Emas Diganjar2 Tahun. (KM, Selasa Legi 4 September 2012;3) (5) “ Ini soalnya sekaligus mangayubagyo disahkannya UU keistimewaan baru lalu
oleh DPR,” terang Sujudi didampingi sekretaris panitia Edy Hartono SH. (KM,
Jumat Wage 7 September 2012;3)
(6) Saat kejadian rumah korban dalam keadaan kosong karena pemiliknya sedang pergi ke pasar Cepogo, sedangkan istri dan anaknya rewang ke rumah tetangga yang punya hajat. (KM, Jumat Legi 14 September 2012;1)
(7) Dijotos Teman Wadul Polisi. (KM, Jumat Pon, 21 September 2012;2)
(8) Pelaku yang bernama Asep langsung dihujani bogem mentah oleh massa hingga babak belur. (KM, Minggu Kliwon, 23 September 2012;2)
Contoh (1) pada kata kersopada kalimat “ “Bukan masalah kerso atau tidak,
itu terserah sana,” kata sultan”, secara lugas bermakna ‘mau’. Akan tetapi diungkapkan
dengan kata kerso untuk menghindari kesan kasar dan tidak sopan. Contoh (2) pada kata jumeneng pada kalimat “Wakil Gubernur secara otomatis tetap akan dijabat oleh
Pakualam yang jumeneng,” tandas sultan.”, memiliki arti ‘berdiri; menjabat’. Tetapi diungkapkan dengan kata jumeneng untuk menghindari kesan tidak hormat. Contoh (3) pada frasa nuwun sewu pada kalimat “ “nuwun sewu, no comment,” katanya singkat”, mempunyai arti ‘maaf; permisi; meminta uang seribu’. Akan tetapi
diungkapkan dengan frasa nuwun sewu untuk menghindari kesan kasar. Contoh (4) pada kata diganjar pada kalimat “Penadah Emas Diganjar 2 Tahun.”, memiliki arti
‘dihukum’. Tetapi diungkapkan dengan kata diganjar untuk menghindari kesan
arogan. Contoh (5) pada kata mangayubagyo pada kalimat ““ Ini soalnya sekaligus
mangayubagyo disahkannya UU keistimewaan baru lalu oleh DPR,” terang Sujudi
bergembira’. Tetapi diungkapkan denga kata mangayubagyo untuk menghindari kesan sombong. Contoh (6) pada kata rewang pada kalimat “Saat kejadian rumah korban
dalam keadaan kosong karena pemiliknya sedang pergi ke pasar Cepogo, sedangkan istri dan anaknya rewang ke rumah tetangga yang punya hajat.”, memiliki arti
‘membantu; pembantu’. Akan tetapi diungkapkan dengan kata rewang untuk
menghindari kesan kasar. Contoh (7) pada kata dijotos dan wadul pada kalimat “Dijotos Teman Wadul Polisi” memiliki arti ‘dipukul’ dan ‘mengadu’. Akan tetapi
diungkapkan dengan kata dijotos dan wadul untuk menghindari kesan kasar. Contoh (8) pada frasa bogem mentah pada kalimat “Pelaku yang bernama Asep langsung
dihujani bogem mentaholeh massa hingga babak belur.”, mempunyai arti ‘pukulan;
tonjokan’. Tapi diungkapkan dengan frasa bogem mentah untuk menghindari kesan
kasar.
3.3 Fungsi Campur Kode untuk Mempertegas Maksud Tuturan
(9) Trans Jogja Sruduk Mobil Boks (KM, Sabtu Pon, 1 September 2012;2)
(10) Sesaat kemudian, pelaku langsung mendekati korban dan menikamkan pisau di paha korban dan ngamuk. (KM, Senin Kliwon, 3 September 2012;2)
(11) Korban yang warga Dusun Bandungrejo Kecamatan Bayan ini mengalami luka mengenaskan dan proses evakuasi cukup memakan waktu karena tubuh korban
nyungsep di bawah kubin truk. (KM, Senin Kliwon, 3 September 2012;2) (12) Dilaporkan Menipu, Oknum Advokat Nyokot Rekannya. (KM, Senin Kliwon, 3
September 2012;3)
(13) Mbolos Di Warnet Pelajar Dirazia Polisi. (KM, Rabu Wage, 12 September 2012;2)
(14) Giliran konangan, istri malah digampar. (KM, Jumat Pon, 21 September 2012;3) (15) Kisruh Di PN Temanggung Sidang Ditunda, Mobil Kejari Dirusak. (KM, Rabu
Pon, 26 September 2012;3)
(16) Maling Helm Ketanggor Satpam. (KM, Kamis Wage, 27 September 2012;2) (17) Sales Cat Nguntet Uang Kantor. (KM, Kamis Wage, 27 September 2012;3)
Contoh (9) pada kata srudukdalam kalimat “Trans Jogja SrudukMobil Boks”,
secara lugas bermakna ‘menyeruduk; menabrak’. Menyeruduk, menabrak adalah kata
yang biasa digunakan dalam istilah kecelakaan lalulintas, dan digunakan dalam kalimat tersebut karena ingin menegaskan bahwa terjadi kecelakaan yang melibatkan kendaraan Trans Jogja dan mobil boks. Contoh (10) pada kata ngamuk dalam kalimat
“Sesaat kemudian, pelaku langsung mendekati korban dan menikamkan pisau di paha
korban dan ngamuk.”, merupakan pemendekan dari kata mengamuk yang memiliki
arti ‘marah dengan membabi buta’. Tetapi diungkapkan dengan kata ngamuk agar