• Tidak ada hasil yang ditemukan

Campur kode Bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia pada wacana berita kriminal koran Merapi edisi September 2012 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Campur kode Bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia pada wacana berita kriminal koran Merapi edisi September 2012 - USD Repository"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

i

CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA WACANA BERITA KRIMINAL KORAN MERAPI

EDISI SEPTEMBER 2012

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Agustina Tri Tresnaning Tyas NIM: 084114009

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Bapak , Ibukku tercinta dan

keluarga besarku

Terimakasih atas doa dan bimbingan kalian

(7)

vii ABSTRAK

Tyas, Agustina Tri Tresnaning. 2013. “Campur Kode Bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia pada Wacana Berita Kriminal Koran Merapi edisi september 2012”. Skripsi Strata 1 (S-1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian tentang campur kode pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi september 2012 ini memiliki dua tujuan sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan satuan lingual apa saja campur kode terjadi dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi september 2012. Kedua, mendeskripsikan fungsi campur kode yang terjadi pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012.

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan strategis, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Data diperoleh dengan metode simak, yaitu campur kode pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012. Teknik lanjutan dari metode simak tersebut adalah teknik simak bebas libat cakap, yaitu peneliti berperan sebagai pengamat dan tidak terlibat dalam peristiwa tuturan yang bahasanya sedang diteliti. Teknik simak bebas libat cakap ini dilaksanakan dengan teknik catat, yaitu mencatat data pada kartu data. Analisis data dilakukan dengan metode padan referensial dan metode padan translasional. Teknik yang digunakan pada metode ini adalah teknik hubung banding menyamakan hal pokok. Teknik hubung banding menyamakan hal pokok ini digunakan untuk menemukan campur kode yang digunakan dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012. Data yang sudah dianalisis disajikan dengan metode informal, yaitu penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa yang apabila dibaca dapat langsung dipahami.

Hasil penelitian tentang campur kode pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 adalah sebagai berikut. Pertama, campur kode meliputi satuan lingual morfem, kata, frasa, dan bentuk ulang. Campur kode berupa kata meliputi kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), dan bentuk ulang. Campur kode berupa morfem morfem terikat meliputi prefiks ke-, prefiks di-, prefiks meN-, konfiks ke-an, dan konfiks di-i. campur kode berupa frasa meliputi frasa nomina.

(8)

viii ABSTRACT

Tyas, Agustina Tri Tresnaning. 2013.”Code Mixing of Javanese Language into Indonesian Language in Criminal News Koran Merapi September 2012 Edition”. Undergraduate Thesis. Department of Indonesian Letters, Faculty of Letters. Sanata Dharma University.

This research about code mixing in criminal news Koran Merapi in September 2012 edition has two purposes. First, describing the unit of linguistic features in code mixing as seen in the criminal news Koran Merapi September 2012 edition. Second, describing the function of code mixing in criminal news Koran Merapi September 2012 edition.

This study is done by through three strategic steps, which are collecting data, analyzing data, and presenting the result of analysis. The data is collected by Observation Method, which is code mixing in the criminal news in Koran Merapi September 2012 edition. The follow-up from Observation Method is Uninvolved Conversation Observation Technique, which is the researcher is just an observer and does not involved in the conversation which is being observed. This Uninvolved Conversation Observation Technique is performed with Writing Technique, which is writing the relevant data into the data cards. The analysis of data is done by using Referential Identity Method and Translational Identity Method. The technique which is used in this method is Connecting and Comparing Technique to the main object. Connecting and Comparing Technique to the main object is used to find code mixing which is used in criminal news Koran Merapi September 2012 edition. The result of data is presented in informal method, which means the presentation of the result analysis is using informal words which is easy to understand after read.

The result of the study about code mixing in criminal news Koran Merapi September 2012 edition as follow: first, code mixing includes the unit of linguistic features morpheme, words, phrase, and repetition. Code mixing forms as nouns, verbs, adjectives, and repetition. Code mixing as bound morpheme includes prefix ke-, prefix, di-, prefix meN-, affix ke-an, and affix di-i. Code mixing as a phrase include noun phrase.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan terima kasih dan puji syukur yang teramat besar pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan bimbingan-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikanakhir ini.

Tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak yang dengan setia dan penuh doa menyemangati penulis. Oleh karena itu, banyak terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku pembimbing I yang dengan sabar menerima keluh kesah penulis dan menjadi pemberi solusi yang baik bagi penulis selama penulisan tugas akhir,

2. Drs. Hery Antono, M.Hum., selaku pembimbing II yang dengan sabar memberi masukan dan motivasi bagi penulis,

3. Para dosen Sastra Indonesia, Drs. B. Rahmanto, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Dra. F. Tjandrasih, M.Hum., Drs. F.X. Santosa, M.S., Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., dan Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., terima kasih atas kesempatan berbagi ilmu dan pengalaman selama penulis menjalani studi di Program Studi Sastra Indonesia,

4. Staf Sekretariat Fakultas Sastra yang membantu penulis dalam kelancaran mencari informasi akademik selama penulis kuliah,

(10)

x

6. Keluarga tercinta, Bapak Bambang Widiyanto dan Ibu Chatarina Endah Lestari, yang selalu berdoa, sabar, penuh cinta, dan percaya atas pilihan minat studi penulis, serta kakak pertama Felix Alang Bayu Purba beserta istri Bernadheta Deni dan ponakan Gabriela Christabel Kireyna Purba yang selalu menyemangati, dan kakak keduaku Florianus Setianta Wicaksana Purba yang selalu memotivasi dan bertanya “lek lulus nok lek nyusul aq”,

7. Nanang Sukarna kakak, kekasih, teman, sahabat yang selalu ada ketika penulis berada dalam keadaan sulit, terima kasih atas dukungan dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis,

8. Diana Maria Adriana, Lilid Perwira Subagyo, Yohana Yeq, sahabat terbaik dan saudara seperjuangan yang tak henti-hentinya membagi kasih dan kerelaan bagi penulis kemarin, saat ini, dan seterusnya,

9. Teman-teman angkatan 2008, yang dalam suka dan duka tetap kompak dan saling mendukung,

10.Teman-teman Bengkel Sastra yang selalu bersemangat dalam semua kegiatan kampus dan tetap membara.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa meski diselesaikan dengan usaha terbaik dari penulis, tugas akhir ini masih belum sempurna. Segala kekurangan, ketidaktelitian, dan kekekeliruan dalam tugas akhir ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya. Dengan rendah hati, penulis menerima saran dan kritik.

Yogyakarta, 17 Juli 2014

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... ...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI...xi

BAB I: PENDAHULUAN ...1

1.1Latar Belakang ...1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ...5

(12)

xii

1.5Tinjauan Pustaka ...6

1.6Landasan teori ...9

1.6.1 Pengertian Bilingualisme ...10

1.6.2 Pengertian Kode, Alih Kode, dan Campur Kode ...10

1.6.3 Jenis Campur Kode Berdasarkan Satuan Lingualnya ...12

1.7Metode dan Teknik Penelitian ...15

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...15

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ...16

1.7.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data ...17

1.8Sistematika Penyajian ...17

BAB II: CAMPUR KODE BERDASARKAN SATUAN LINGUAL DALAM WACANA BERITA KRIMINAL KORAN MERAPI EDISI SEPTEMBER 2012 ...18

2.1 Pengantar ...18

2.2 Bentuk Campur Kode dalam Wacana Berita Kriminal Koran Merapi Edisi September 2012 berdasarkan Satuan Lingualnya ...19

2.2.1 Campur Kode Berupa Morfem ...19

2.2.1.1 Campur Kode Berupa prefix N- ...20

(13)

xiii

2.2.1.2 Campur Kode Berupa Konfiks Ke-an ...22

Tabel 2. Pencampuran Konfiks Ke-an Bahasa Jawa ...23

2.2.1.3 Campur Kode Berupa Konfiks Di-i ...23

Tabel 3. Pemcampuran Konfiks Di-i Bahasa Jawa ...24

2.2.2 Campur Kode Berupa Kata ...24

2.2.2.1 Campur Kode Berupa Kata Benda (Nomina) ...24

Tabel 4. Campur Kode Berupa Kata Benda ... ...26

2.2.2.2 Campur Kode Berupa Kata Kerja (Verba) ...28

Tabel 5. Campur Kode Berupa Kata Kerja ...33

2.2.2.3 Campur Kode Berupa Kata Sifat (adjektiv) ...37

Tabel 6. Campur Kode Berupa Kata Sifat ... 39

2.2.3 Campur Kode Berupa Frasa... ...39

2.4.1 Campur Kode Berupa Frasa Nomina...39

Table 7. Campur Kode Berupa Frasa Nomina ... 40

2.5 Campur kode Berupa Bentuk Ulang... 41

(14)

xiv

BAB III: FUNGSI CAMPUR KODE PADA WACANA BERITA KRIMINAL

DALAM KORAN MERAPI EDISI SEPTEMBER 2012... 44

3.1 Pengantar ...44

3.2 Fungsi Campur Kode untuk Memperhalus Maksud Tuuran ...44

3.3 Fungsi Campur Kode untuk Mempertegas Maksud Tuturan...46

3.4 Fungsi campur Kode untuk membedakan Kelas Sosial ...49

3.4.1 Golongan Terdidik... 49

3.4.2 Golongan Masyarakat Biasa ...51

3.5 Fungsi Campur Kode untuk mengetahui Jenis Kelamin Penutur ...52

3.5.1 Jenis Kelamin Laki-laki ...52

3.5.2 Jenis Kelamin Perempuan ...53

BAB IV: PENUTUP ...54

4.1 Kesimpulan ...54

4.2 Saran ...55

Daftar Pustaka ...56

(15)

xv

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Alat komunikasi yang dimaksud adalah bahasa. Bahasa sangat diperlukan demi terjalinnya sebuah komunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudaryanto (1985: 110), yakni “bila kita hidup dalam kesendirian, memencil atau terpencil, maka tak dapat tidak kita selalu terlibat dalam penggunaan bahasa; apakah kita sebagai pembicara ataukah sekadar sebagai pendengar saja.”

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, penggunaan bahasa dapat dibedakan dalam dua ragam bahasa, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis (Sugono, 2002: 14). Penggunaan bahasa Indonesia lisan dan tulis saat ini diakui telah mendapat pengaruh dari bahasa Nusantara dan bahasa asing. Namun, selama pemasukan unsur bahasa daerah Nusantara atau bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia mengisi kekosongan atau memperkaya kesinoniman dalam kosa kata atau bangun kalimat, maka gejala itu dianggap wajar (Tim Depdikbud, 1997: 8).

(17)

Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur dalam berkomunikasi menggunakan suatu bahasa secara dominan, dan disisipi dengan bahasa yang lainnya. Biasanya terdapat ciri yang menonjol terjadinya campur kode, yaitu kesantaian atau situasi informal. Dalam situasi formal jarang terjadi campur kode. Namun, tidak menutup kemungkinan hal itu bisa terjadi karena tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa yang lain untuk mendukung suatu fungsi.

Fenomena bahasa campur kode dalam ragam bahasa tulis, terdapat pada wacana berita kriminal dalam Koran Merapi. Koran Merapi adalah salah satu surat kabar yang terbit di Yogyakarta. Surat kabar ini dibaca oleh masyarakat menengah ke bawah. Oleh karena itu, dalam surat kabar ini banyak disisipikan kata dalam bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa.

Berikut ini contoh campur kode yang terdapat pada wacana berita kriminal dalam Koran Merapi edisi September 2012:

(1) “Bukan masalah kerso atau tidak, itu terserah sana,” kata Sultan. (KM, Selasa Legi, 4 September 2012; 1)

(2) Trans Jogja Sruduk Mobil Boks

(KM, Sabtu Pon, 1September 2012, hal 2)

(3) “nuwun sewu, no comment,” katanya singkat. (KM, Selasa Legi, 4 september 2012;1)

(4) Bapak-anak keroyok bakul bakso. (KM, Sabtu Kliwon, 8 September 2012) (5) Rayakan kemenangan Jokowi-Ahok Kader PDIP-Gerindra cukur gundul.

(KM, Jumat Pon, 21 September 2012;1)

(18)

Kata kerso pada contoh (1) termasuk dalam campur kode karena kata kerso

berasal dari kata dalam bahasa Jawa yang berarti ‘mau’. Pada contoh (2) terdapat kata dalam bahasa Jawa yang disisipikan dalam kalimat bahasa Indonesia, yaitu kata

sruduk. Kata sruduk merupakan campur kode karena kata sruduk berasal dari kata dalam bahasa Jawa yang berarti ‘tabrak’ atau ‘menabrak’. Pada contoh (3) terdapat frasa dalam bahasa Jawa yang disisipikan dalam kalimat bahasa Indonesia, yaitu frasa

nuwun sewu. Frasa nuwun sewu merupakan campur kode karena frasa nuwun sewu

berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘maaf; permisi’. Pada contoh nomor (4) terdapat

kata dalam bahasa Jawa yang disisipikan dalam kalimat bahasa Indonesia, yaitu kata

bakul. Kata bakul merupakan campur kode karena kata bakul berasal dari bahasa Jawa

yang berarti ‘penjual’. Pada contoh nomor (5) terdapat kata dalam bahasa Jawa yang

disisipikan dalam kalimat bahasa Indonesia, yaitu kata gundul. Kata Gundul

merupakan campur kode karena kata gundul berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘botak’. Pada contoh nomor (6) terdapat kata yang berasal dari bahasa Jawa yag

disisipikan ke dalam kalimat bahasa Indonesia, yaitu kata rewang. Kata rewang

merupakan campur kode karena kata rewang berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘membantu’.

(19)

untuk memperhalus maksud tuturan. Kata bakul pada contoh (4) digunakan sebagai penentu kelas sosial dalam masyarakat, dalam hal ini kata tersebut masuk ke dalam masyarakat biasa. Kata gundul pada contoh (5) digunakan sebagai penentu jenis kelamin, dalam hal ini kata tersebut masuk ke dalam kategori jenis kelamin laki-laki. Kata rewang pada contoh (6) digunakan sebagai penentu jenis kelamin, dalam hal ini kata tersebut masuk ke dalam kategori jenis kelamin perempuan.

Campur kode merupakan fenomena yang sering kita jumpai dalam bahasa sehari-hari yang kita gunakan. Selain itu juga, dalam media massa khususnya koran tidak jarang juga kita menemukan bahasa daerah (Jawa) yang disisipkan dalam kalimat berbahasa Indonesia. Campur kode tersebut bisa kita temukan dalam koran lokal khususnya yang berada di daerah Yogyakarta yaitu Koran Merapi edisi September 2012. Dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 penulis banyak sekali menemukan kata dalam bahasa Jawa yang digunakan untuk melengkapi kalimat dalam bahasa Indonesia. Hal itulah yang menjadi alasan penulis ingin melakukan penelitian ini. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui pada satuan lingual apa sajkah campur kode dalam Koran Merapi edisi September 2012 ini terjadi dan apa fungsi campur kode dari setiap satuan lingual tersebut.

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini ada dua, yaitu 1.2.1 Dalam satuan lingual apa sajakah campur kode terjadi dalam wacana berita

kriminal pada Koran Merapi edisi September 2012?

1.2.2 Apa fungsi campur kode dari setiap satuan lingual yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena campur kode penggunaan bahasa Indonesia, dalam hal ini akan diteliti terjadinya penggunaan bahasa Indonesia yang menggunakan unsur bahasa Jawa. Secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Mendeskripsikan satuan lingual apa saja campur kode terjadi dalam wacana berita kriminal pada Koran Merapi edisi September 2012.

1.3.2 Mendeskripsikan fungsi campur kode dari setiap satuan lingual yang terdapat dalam wacana pada Koran Merapi edisi September 2012.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

(21)

dalam media massa bukan sebagai literatur akademik sastra. Pada penegasan kajian sosiolinguistik, penelitian ini diharapkan dapat menguatkan bahwa latar belakang seseorang penutur dapat mempengaruhi tuturan yang digunakannya. Dalam hal ini, latar belakang budaya, sosial, agama, lingkungan tempat tinggal, dan pendidikan memperkuat bagaimana bertindak tutur.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk membaca tindak campur kode yang muncul dalam wacana berita kriminal pada Koran Merapi. Selain itu, pembaca juga bisa memiliki pemahaman mengapa dalam

komunikasi terjadi tindak campur kode.

1.5 Tinjauan Pustaka

Topik mengenai campur kode pernah dibahas oleh Ciptini (2003), Ekayanti (2004), Yuniawan (2005), Hendriawan (2009), Setyawati (2010), dan Primasandi (2011).

Ciptini (2003) dalam tesisnya meneliti tentang “Jenis dan Alasan Penggunaan

Campur Kode dalam Komunikasi Hubungan Kerja Rektor Universitas Negeri Semarang”. Permasalahan yang dibahas dalam tesis tersebut yaitu jenis dan alasan apa

(22)

campur kode adalah untuk menunjukkan wawasan penutur yang luas, rasa kedaerahan, perasaan senang dan tidak senang, menghormati seseorang, dan keinginan untuk menjelaskan atau menafsirkan.

Ekayanti (2004) dalam skripsinya yang berjudul “Campur Kode dalam Novel

Belantik karya Ahmad Tohari” meneliti beberapa permasalahan, yakni, (1) jenis-jenis campur kode yang terdapat dalam novel Belantik karya Ahmad Tohari berdasarkan satuan lingualnya, (2) jenis-jenis campur kode yang terdapat dalam novel Belantik karya Ahmad Tohari berdasarkan bahasanya, (3) makna satuan lingual yang tercampur, dan (4) faktor penyebab terjadinya campur kode.

Yuniawan dalam jurnal Humaniora, Volume 17 No.1 (2005: 89-99) menulis

tentang “Campur Kode pada Masyarakat Etnik Jawa-Sunda: Kajian Sosiolinguistik

dalam Ranah Pemerintahan di Kabupaten Brebes”. Pada penelitiannya, Yuniawan

menemukan wujud campur kode masyarakat etnik Jawa-Sunda yang berada dalam ranah pemerintahan, yang terdiri dari (1) campur kode BJw-dB dalam BI, (2) campur kode dB dalam BI, (3) campur kode BJw-dB dalam dB, (4) campur kode BS-dB dalam BJw-BS-dB, (5) campur kode BJw-Ng dalam BI, dan (6) campur kode BJw-Kr dalam BI.

Hendriawan (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Campur Kode pada

(23)

apa sajakah jenis campur kode, (2) apa sajakah wujud campur kode, dan (3) faktor apakah yang melatarbelakangi terjadinya campur kode.

Setyawati dalam jurnal Jalabahasa, Volume 6, No.1 (2010:63-72) menulis

tentang “Campur Kode dalam Rubrik ‘Ah... Tenane’ pada Harian Solopos Edisi 29-30

Januari dan 1 Februari 2010”. Dari analisis yang dilakukan, diperoleh bahwa bentuk

-bentuk campur kode adalah berupa penyisipan bahasa Jawa berupa kata, penyisipan berupa frasa, dan penyisipan berupa klausa ke dalam bahasa Indonesia.

Primasandi, (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Campur Kode Bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia pada Tuturan Tokoh Pariyem dalam Novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag” meniliti satuan lingual apa sajakah campur kode terjadi dalam novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag, dan mengapa terjadi campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag. Dari penelitian tersebut ditemukan campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem terjadi pada satuan lingual berupa kata, frasa, baster, bentuk ulang, dan peribahasa. Selain itu, Campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem dilatarbelakangi oleh dua faktor, yaitu faktor kebahasaan dan faktor non-kebahasaan. Faktor kebahasaan yang melatarbelakangi campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem terdiri atas faktor low frequency of word dan faktor oversight. Faktor non-kebahasaan yang melatarbelakangi

campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem adalah faktor need for synonim, faktor social value, faktor situasi formal, dan faktor kebiasaan. Campur kode dalam tuturan

(24)

bahasa Jawa, yakni tingkat tutur krama inggil, tingkat tutur krama, dan tingkat tutur ngoko.

Dalam skripsi ini dibahas campur kode bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia wacana berita kriminal pada Koran Merapi edisi September 2012. Permasalahan yang diangkat adalah campur kode pada wacana berita kriminal Koran Merapi terjadi dalam satuan lingual apa saja dan fungsi campur kode dari setiap satuan lingual pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September tersebut. Meskipun penelitian ini tidak mengembangkan hasil penelitian yang sudah ada mengenai jenis-jenis campur kode berdasarkan satuan lingualnya dan sebab-sebab terjadinya campur kode, penulis mengambil kelebihan dari penelitian ini, yakni karena wacana kriminal Koran Merapi ini merupakan surat kabar yang di dalamnya terdapat banyak campur kode dalam bahasa daerah terutama bahasa Jawa, sehingga surat kabar ini memiliki perbedaan spesifik dengan surat kabar yang lain.

1.6 Landasan Teori

(25)

1.6.1 Pengertian Bilingualisme

Istilah bilingualisme dalam bahasa Indonesia juga sering disebut dengan kedwibahasaan. Secara harafiah, yang dimaksud dengan bilingualisme, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Bilingualisme ialah kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain (Nababan, 1984;27).

1.6.2 Pengertian Kode, Alih Kode, dan Campur Kode

(26)

berbagai kepustakaan linguistik secara umum disebabkan oleh (1) pembicara atau penutur, (2) pendengar atau lawan tutur, (3) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (4) perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya, dan (5) perubahan topik pembicaraan (Chaer, 2004:108).

Terdapat dua golongan campur kode. Soewito (1983:76) berpendapat bahwa campur kode dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasi-variasinya atau campur kode ke dalam (inner code-mixing) dan campur kode yang bersumber dari bahasa asing atau campur kode ke luar (outer code-mixing).

Pembicaraan mengenai campur kode tidak terlepas dari pembahasan tentang alih kode. Kedua peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat bilingual ini mempunyai kesamaan yang besar, sehingga seringkali sukar dibedakan. Hall dan Hill dalam Chaer (2004:114) dalam penelitian mereka mengenai masyarakat bilingual bahasa Spanyol dan Nahuali di kelompok Indian Meksiko, mengatakan bahwa tidak ada harapan untuk membedakan antara alih kode dan campur kode.

Kesamaan antara alih kode dan campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih, atau dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur. Dalam alih kode setiap bahasa yang digunakan masih memiliki fungsi otonominya sendiri, sedangkan dalam campur kode, kode utama atau dasar masih menduduki fungsi otonomnya, sedangkan kode lain yang terlibat hanya berupa serpihan.

(27)

sederhana ini, fenomena campur kode sebenarnya tidak melulu melibatkan bahasa asing. Bisa juga melibatkan bahasa daerah dengan bahasa nasional (http://indonesiasaram.wordpress.com/2007/01/06/campur-kode/).

Campur kode adalah bilamana orang mencampur dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu (Nababan, 1984:32). Terdapat dua tipe campur kode menurut Soewito (1985), yaitu campur kode intern (inner code-mixing) dan campur kode ekstern (outer code-mixing). Campur kode intern yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa daerah. Campur kode ekstern (outer code-mixing) yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa asing di luar bahasa penutur.

1.6.3 Jenis Campur Kode berdasarkan Satuan Lingualnya

Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suewito (1985: 78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, yaitu:

A. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud morfem.

(28)

Berdasarkan jenisnya, morfem dibedakan menjadi dua yaitu morfem terikat dan morfem bebas. Morfem terikat adalah morfem yang tidak bisa berdiri sendiri, atau dengan kata lain morfem ini harus bergabung dengan morfem lain terlebih dahulu agar bisa digunakan dalam frasa atau kalimat. Morfem bebas adalah morfem yang bisa berdiri sendiri. Morfem bebas tidak harus bergabung dengan morfem lain untuk dapat digunakan dalam frasa atau kalimat. Morfem terikat adalah morfem yang tidak bisa berdiri sendiri, atau dengan kata lain morfem ini harus bergabung dengan morfem lain terlebih dahulu agar bisa digunakan dalam frasa atau kalimat.

B. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata

(29)

a. Kata Benda

Kata benda (nomina) adalah kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan. Kata benda mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Alwi 2003;213).

b. Kata Kerja

Kata kerja adalah jenis kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda atau suatu mahluk.

c. Kata Sifat/ Adjektiva

Fungsi adjektiva di dalam kalimat adalah memberikan keterangan lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina(menjadi atribut nomina). (Arifin, 2008;106). Kata sifat dapat berfungsi sebagai predikat ataupun adverbial. Kata sifat juga dapat digunakan untuk menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkan.

C. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa.

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat predikatif. Frasa nomina adalah kelompok kata yang unsur pusatnya nomina. Unsur pusatnya tidak selalu monomorfemik, tetapi mungkin pula polimorfemik. Menurut (Wijana, 2009:29).

D. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata.

(30)

sebagiannya, baik dengan variasi vonem maupun tidak. Menurut depdiknas (2008:1521) pengulangan adalah proses, cara, perbuatan, mengulang.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan tiga tahap strategis, yaitu (i) metode dan teknik pengumpulan data, (ii) metode dan teknik analisis data, dan (iii) metode dan teknik penyajian hasil analisis data. Berikut ini diuraikan masing-masing tahap penelitian tersebut.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

(31)

tahap akhir dari pengumpulan data adalah pengklasifikasian data. Data diklasifikasikan berdasarkan satuan lingualnya.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Tahapan analisis data adalah langkah yang dilakukan peneliti setelah data terkumpul sebagai upaya untuk menangani masalah yang ada dalam data. Analisis data untuk penelitian ini menggunakan metode padan.

Metode padan, yang disebut pula metode identitas adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993:13). Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan referensial. Metode padan referensial adalah metode padan yang alat penentunya berupa referen bahasa (Kesuma, 2007:48). Metode padan referensial ini untuk mengidentifikasi satuan kebahasaan dari data yang ditunjuk. Contoh penerapannya sebagi berikut.

(7) Bakul Togel Ditangkap. (KM, 22 September 2012;1)

Kalimat (7) menunjukkan kata bakul togel ‘penjual togel’ merupakan satuan lingual berupa frasa. Penentuan satuan lingual pada kalimat tersebutlah yang merupakan penentuan identitas berupa metode padan referensial. totogelap

(32)

pokok di antara satuan-satuan kebahasaan yang ditentukan identitasnya (Kesuma, 2007: 54).

1.7.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data

Data yang sudah diperoleh dan dianalisis disajikan dengan menggunakan metode informal. Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa sehingga apabila dibaca langsung dapat dipahami (Kesuma, 2007: 71). Metode formal cari bikin tabel

1.8 Sistematika Penyajian

(33)

BAB II

CAMPUR KODE BERDASARKAN SATUAN LINGUAL

DALAM WACANA BERITA KRIMINAL KORAN MERAPI

EDISI SEPTEMBER 2012

2.1 Pengantar

Campur kode yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing). Sesuai dengan latar belakang

surat kabar dan latar belakang situasi penulisan karya, campur kode yang terjadi dalam wacana berita kriminal pada Koran Merapi edisi September mengarah pada golongan yang pertama, yaitu campur kode yang terjadi antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa

(34)

2.2 Bentuk Campur Kode dalam Wacana Berita Kriminal Koran Merapi edisi September Berdasarkan Satuan Lingualnya

Penulis terlebih dahulu akan menganalisis campur kode berdasarkan satuan lingual, sebelum membahas mengenai fungsi campur kode. Satuan lingual merupakan satuan dalam struktur bahasa (Kridalaksana, 1982:148). Satuan lingual antara lain

berwujud kata dan kalimat. Jadi, satuan-satuan lingual itulah yang merupakan objek

sasaran konkret linguistik.

Campur kode tidak hanya terjadi dalam tataran kata, melainkan juga dalam satuan lingual lainnya seperti morfem, frasa, kalimat dan klausa. Berdasarkan satuan lingualnya, campur kode yang ditemukan dalam wacana berita kriminal pada Koran Merapi edisi September adalah sebagai berikut.

2.2.1 Campur Kode berupa Morfem Terikat

Hal pertama yang akan dianalisis adalah morfem. Morfem adalah satuan gramatikal terkecil. Pada dasarnya morfem terdiri dari morfem terikat dan morfem bebas. Morfem terikat adalah morfem yang harus bergabung dengan morfem lain agar bisa digunakan dalam kalimat.

(35)

di-i. Contoh morfem terikat yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi

edisi September adalah sebagai berikut.

2.2.1.1 Campur Kode Prefiks

N-Campur kode berupa morfem terikat konfiks N- yang terdapat pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 adalah sebagai berikut,

(1). Ngaku Polisi Bawa Kabur Mio (KM, 6 September 2012; 2) (2). Jual Pil Koplo Ngajak Keponakan. (KM, 7 September 2012; 2) (3). Terlilit Utang Anak Band Nipu. (KM, 8 September 2012; 1)

(4). Nenek Nyebrang Truk LPG NabrakTiang. (KM, 9 September 2012; 2) (5). Ngincar Brankas Nemu Uang Infak RSUD Wonosari Kemalingan. (KM, 9

September 2012; 2)

Contoh (1) ngaku ‘mengaku’ terdiri dari morfem me(N)- dan aku. Contoh (2)

ngajak ‘mengajak’ terdiri dari morfem me(N)- dan ajak. Contoh (3) nipu ‘menipu’

terdiri dari morfem me(N)- dan tipu. Contoh (4) nyebrang ‘menyebrang’, nabrak

‘menabrak’, terdiri dari morfem me(N)- dan sebrang, serta me(N)- dan tabrak. Contoh

(5) ngincar‘mengincar’, nemu‘menemukan’, terdiri dari morfem me(N)- dan incar, serta me(N)-, temu dan –kan.

(6). Motor Nyemplung Jurang. (KM, 12 September 2012; 2)

(36)

Contoh (6) nyemplung ‘tercebur’ terdiri dari morfem me(N)- dan cemplung. Contoh (7) ngambang ‘mengambang’ terdiri dari morfem me(N)- dan ambang. Contoh (8) nyuri‘mencuri’ terdiri dari morfem me- dan curi.

(9). Mertua-Menantu Nyabu Bareng. (KM, 19 September 2012; 1) (10). Nyandu Rokok, Pelajar Nyuri. (KM, 19 September 2012; 2)

(11). Nyetir Pegang Hp Mobil Pun Terguling. (KM, 20 September 2012; 1)

(12). Pecandu Narkoba Nginap Di Rumah Teman Diringkus. (KM, 26 September 2012; 3)

Contoh (9) nyabu ‘mengkonsumsi sabu-sabu’ terdiri dari morfem me(N)- dan sabu. Contoh (10) nyandu‘menjadi pecandu’, terdiri dari morfem me(N)-dan candu. Contoh (11) nyetir ‘menyetir; mengemudi’ terdiri dari morfem me(N)- dan setir. Contoh (12) nginap ‘menginap’ terdiri dari morfem me(N)- dan inap.

Berikut ini disajikan pembahasan data dalam bentuk tabel, dengan membandingkan uraian bentuk dalam bahasa Jawa dan bentuk utuhnya dalam bahasa indonesia.

Tabel 1. Pencampuran Prefiks N Bahasa Jawa

No Bentuk Campur kode

Uraian Bentuk Bentuk Tidak Campur Kode

1 Ngaku N+ aku . mengaku

(37)

3 Nipu N+ tipu . menipu 4 Nyebrang N + sebrang . Menyebrang

Nabrak N + tabrak . menabrak, menghantam 5 Ngincar N+ incar .mengincar

Nemu N + temu .Menemukan, mendapatkan 6 Nyemplung N + cemplung Tercebur

7 Ngambang N + ambang .mengambang

8 Nyuri N+ curi .mencuri

9 Nyabu N + sabu Mengkonsumsi sabu-sabu 10 Nyandu N+ candu Menjadi pecandu

11 Nyetir N+ setir menyetir

12 Nginap N+ inap Menginap

2.2.1.2 Campur Kode Konfiks Ke-an

Campur kode berupa morfem terikat konfiks ke-an yang terdapat pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 adalah sebagai berikut,

(13). Aparat Keamanan Tiga kali Kecolongan. (KM, 1 September 2012;1)

(14). Namun belum sempat masuk ke dalam rumah, korban diberitahu tetangganya jika rumahnya kemalingan. (KM, 1 September 2012;2)

(38)

kecolongan ‘kecurian’ terdiri dari morfem ke-an ’perihal’ dan morfem colong ‘curi’. Contoh (14) kemalingan‘kecurian’ terdiri dari morfem ke-an dan maling.

Berikut ini disajikan pembahasan data dalam bentuk tabel, dengan membandingkan uraian bentuk dalam bahasa Jawa dan bentuk utuhnya dalam bahasa indonesia.

Tabel 2. Pencampuran Konfiks ke-an Bahasa Jawa

No Bentuk Campur kode

Uraian Bentuk Bentuk Tidak Campur Kode

21 Kecolongan Ke+ colong+ an Kecurian

22 Kemalingan Ke+ maling +an kemasukan pencuri

2.2.1.3 Campur Kode Berupa Morfem Terikat Konfiks Di-i

Campur kode berupa morfem terikat konfiks di-i yang terdapat pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 adalah sebagai berikut,

(15). Dari arah belakang korban dibuntuti dua orang tak dikenal berkendaraan jenis Yamaha Mio. (KM,1 September 2012;1)

Campur kode berupa morfem terikat konfiks di-i yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 hanya ditemukan tiga data. Contoh (15)

dibuntuti ‘diikuti’ terdiri dari morfem di- ‘pasif’, buntut ‘ekor’, dan –i.

(39)

Tabel 3. Pencampuran konfiks di-i Bahasa Jawa

No Bentuk

Campur Kode

Uraian Bentuk Bentuk Tidak

Campur Kode

23 Dibuntuti Di+buntut+i Diikuti

2.2.2 Campur Kode Berupa Kata

Kata adalah satuan gramatikal yang terdiri dari satu morfem/ lebih yang menjadi unsur langsung pembentuk frasa/ kalimat (Baryadi, 2011; 17). Campur kode yang ditemukan dalam wacana berita kriminal pada Koran Merapi yaitu kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Berikut ini adalah campur kode berupa kata yang ditemukan dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September.

2.2.2.1 Campur Kode Berupa Kata Benda (Nomina)

Kata benda (nomina) adalah kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan. Kata benda mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Alwi 2003;213). Kata benda yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September adalah sebagai berikut.

(16). Pencari Kodok Ditikam Penjahat. (KM, 1 September 2012; 1)

(17). Ditinggal dalam keadaan kosong, rumah milik Febri Prawira (22) di Tlukan Sambilegi Kidul, Maguwoharjo, Depok, Sleman diobrak-abrik maling, Kamis (30/8) pukul 06.00. (KM, 1 September 2012; 2)

(40)

Campur kode berupa kata benda yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September terlihat pada contoh (16) kodok ‘katak’, contoh (17) maling ‘pencuri’, (18) gondrong ‘rambut yang panjang untuk laki-laki’, contoh (19)

pil koplo‘obat; semacam ekstasi’.

(20). Mahasiswa Nyolong Manuk. (KM, 7 September 2012; 11)

(21). Begal Ngaku Polisi Rampas Truk Kayu. (KM, 14 September 2012; 1)

(22). Rumah berukuran 10x8 meter yang terbuat dari kayu jati campuran, usuk dan

reng dari bambu itu pun akhirnya hangus hanya dalam 30 menit. (KM, 14 September 2012; 2)

(23). “lha emange tanah mbaheapa,” ujar Dwi. (KM, 16 September 2012; 2)

Contoh (20) manuk ‘burung’, contoh (21) begal ‘penyamun’, contoh (22) usuk

‘usuk’, reng‘reng’, contoh (23) mbahe ‘kakek-neneknya’

(24). Beraksi Di Warnet Alap-Alap Motor Dihajar Massa. (KM, 17 September 2012;2)

(25). Tersangka David mengaku ia bersama konco-konconya sudah delapan kali mencuri sepeda motor. (KM, 17 September 2012;11)

(26). Bakul Togel Ditangkap. (KM, 21 September 2012; 2)

(27). Informasi dihimpun Merapi, siang itu kandang ternak milik korban yang dipenuhi rumput damen mendadak terbakar. (KM, 23 September 2012; 2) (28). Sebagian rumah saya, terutama tembok bagian belakang yang berdekatan

dengan rumah Midi, berlobang dan retak-retak akibat ledakan bom,” ujar Trining kepada wartawan. (KM, 25 September 2012; 1)

Contoh (24) alap-alap ‘sebutan untuk jenis burung pemangsa daging; pencuri

kawakan’, contoh (25) konco-konconya ‘teman-temannya’, contoh (26) bakul togel

(41)

Berikut ini disajikan pembahasan data dalam bentuk tabel, dengan membandingkan kata dalam bahasa Jawa dan artinya dalam bahasa indonesia. Pelacakan makna berdasarkan Kamus BASA JAWA (Bausastra Jawa) yang disusun oleh Tim Balai Pustaka. Buku yang ke dua Kamus Indonesia-Jawa oleh Panitia Kongres Bahasa Jawa 1991 serta Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tabel 4. Campur Kode Berupa Kata Benda

No Campur

kode

Arti Bahasa Jawa Arti bahasa

Indonesia

16 Kodok Kodhok: krama ngoko

Arane kewan bangsa bancet; kongkang

lan sak panunggalane

Katak, sejenis hewan amphibi

17 Maling Maling ngoko, pandung krama inggil . durjana sing nyelonong ing wayah bengi

. nyenyolong ing wayah mbengi

pencuri

18 Gondrong Gondrong krama ngoko: rambute dawa (tekan geger) tumrap bocah

lanang

(42)

19 Pil koplo Salah stau jenis obat terlarang; semacam ekstasi

20 Manuk Manuk ngoko; peksi krama bangsa kewan iwen

burung

21 Begal Begal krama ngoko durjana sing ngadhang ing ndalan;

Preman

22 Usuk Krama ngoko kayu utawa pring iga-iganing payon

Reng

23 Mbahe simbah krama ngokoembah

embah; krama ngoko, eyang krama

inggil

wong tuone bapa utawa biyung

Kakek atau

neneknya, orang tua dari bapak atau ibu

24 Alap-alap Arane manuk kang mangsaning daging; njupuk; ngepek

. rowang; rewang; mitra (tunggal

panggawean, sedya, lan sak

panunggalane) batir;

. dialek warganing pangreh desa

Teman-temannya

(43)

27 Damen Krama ngoko wit pari garing; dami jerami 28 Tembok Ngoko . tembok

. bendungan

dinding

2.2.2.2 Campur Kode Berupa Kata Kerja (Verba)

Kata kerja adalah jenis kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda atau suatu mahluk. Campur kode berupa kata kerja yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September adalah sebagai berikut.

(29). Trans Jogja Sruduk Mobil Boks. (KM, 1 September 2012;2)

(30). Sebuah paket ganja ditemukan petugas Polres Boyolali di sebuah mobil mewah Range Rouver B 1447 TJB yang dicegat saat razia mengantisipasi kejadian penembakan polisi di Solo, kamis (30/8) malam. (KM, 1 September 2012;2) (31). Pencuri Nyamar Sales. (KM, 2 September 2012; 2)

(32). Tiga Rumah Kobong. (KM, 3 September 2012; 1) (33). Lagi Nongkrong Di Tikam. (KM, 3 September 2012; 2)

Campur kode berupa kata kerja yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi terlihat pada contoh (29) sruduk ‘seruduk; menabrak’, contoh (30) dicegat

‘dihadang’,contoh (31) nyamar ‘menyamar’, contoh (32) kobong ‘terbakar’, contoh

(33) nongkrong‘duduk di tempat yang tinggi’,

(44)

(35). Korban yang warga Dusun Bandungrejo Kecamatan Bayan ini mengalami luka mengenaskan dan proses evakuasi cukup memakan waktu karena tubuh korban

nyungsep di bawah kubin truk. (KM, 3 September 2012; 2)

(36). Korban hendak menyalip mobil box namun diperkirakan sepeda motornya

bersenggolan hingga terjatuh. (KM, 3 September 2012; 2)

(37). Dilaporkan Menipu, Oknum Advokat Nyokot Rekannya. (KM, 3 September 2012; 3)

Contoh (34) ngamuk ‘mengamuk’. Contoh (35) nyungsep ‘terjerembab’, contoh

(36) bersenggolan ‘bersentuhan; menyerempet’, contoh (37) nyokot ‘menggigit’,

(38). Jangan sampai mereka setelah terpilih mudah mrothol(turun) di tengah jalan,”

tegas Anas dalam syawalan DPP Demokrat DIY di GOR Amongrogo Minggu (2/9). (KM, 3 September 2012; 3)

(39). NyolongDemi Anak. (KM, 4 September 2012; 1)

(40). “Garis polisi kami copot untuk memberikan kesempatan bagi para pedagang mengambil barang-barangnya yang masih bisa diselamatkan,” ujar Wakil Kepala Polres Magelang Kompol Mardiyanto. (KM, 5 September 2012; 2) (41). Nonton Bola nyambi Judi. (KM, 5 September 2012;3)

(42). Saat melintas di Jalan Langensari, korban dipepet laki-laki pengendara motor Suzuki FU yang memakai jaket putih, helm putih, dan berbadan besar. (KM, 5 September 2012; 3)

Contoh (38) mrothol ‘lepas’, contoh (39) nyolong ‘mencuri’, Contoh (40) copot

‘lepas’, contoh (41) nyambi ‘mengerjakan bersama dengan’, dan contoh (42) dipepet

‘disudutkan’.

(43). Mereka mendapati ruang kantor sekolah tersebut sudah acak-acakan sedangkan pintu terbuka bekas dicongkel orang. (KM, 6 September 2012; 2)

(44). Rumah Rehana (32) warga Kelurahan Pabuaran, Purwokerto Utara, Selasa (4/9)

dibobol maling dengan cara membuka pintu belakang. (KM, 6 September 2012; 2)

(45)

(46). Lumpuhkan satpam, gotong brankas, kabur. (KM, 6 September 2012; 3) (47). Kedua tersangka sempat dijotosi warga. (KM, 7 September 2012; 1)

(48). Menghina Pakualam IX kantor koran digruduk massa. (KM, 7 September 2012; 2)

Contoh (43) dicongkel‘dibuka secara paksa’, contoh (44) dibobol ‘dirusak’, contoh

(45) menggondol ‘membawa lari; mencuri’, Contoh (46) gotong ‘membawa’, , contoh

(47) dijotosi‘dipukuli’, dan contoh (48) digruduk ‘didatangi secara bersama-sama’.

(49). “ Ini soalnya sekaligus mangayubagyo disahkannya UU keistimewaan baru lalu oleh DPR,” terang Sujudi didampingi sekretaris panitia Edy Hartono SH. (KM, 7 September 2012; 2)

(50). Empat Raperda Mandeg. (KM, 10 September 2012; 3)

(51). Antisipasi Teroris Petugas 3 Polsek Razia Bareng. (KM, 11 September 2012; 2)

(52). Residivis digebuki di lokalisasi. (KM, 12 September 2012; 2)

(53). MbolosDi Warnet Pelajar Dirazia Polisi. (KM, 12 September 2012; 2)

Contoh (49) mangayubagyo ‘ikut bersuka cita’, contoh (50) mandeg ‘terhenti’,

contoh (51) bareng ‘bersama-sama’, Contoh (52) digebuki ‘dipukuli’, contoh (53) mbolos‘membolos’,

(54). “Incim-inciman turun temurun kalau ada gesekan sedikit saja bisa langsung tawuran. (KM, 13 September 2012; 2)

(55). Secara tiba-tiba sekitar 50 siswa dari SMA swasta itu berkonvoi dengan maksud

ngluruk ke SMK negeri. (KM, 13 September 2012; 2)

(46)

(57). Peristiwa tersebut ketika pembuat sumur bor, Karyo (60) juga warga desa Meles, akan menguras air sumur begitu rampung memasang pipa peralon ukuran 4 inci. (KM, 13 September 2012; 2)

(58). Imam Salat Dijotos Mahasiswa Ngamuk Di Masjid. (KM, 14 September 2012; 2)

(59). Saat kejadian rumah korban dalam keadaan kosong karena pemiliknya sedang pergi ke pasar Cepogo, sedangkan istri dan anaknya rewang ke rumah tetangga yang punya hajat. (KM, 14 September 2012; 2)

Contoh (54) ngluruk ‘bertandang’, (55) incim-inciman ‘saling mengancam’,

contoh (56) nggruduk ‘mendatangi secara bersama-sama’, contoh (57) rampung

‘selesai’, contoh (58) dijotos ‘dipukul’,contoh (59) rewang ‘pembantu rumah tangga;

membantu tetangga yang punya hajat’.

(60). Kakak Beradik Ngombe Racun. (KM, 15 September 2012; 2)

(61). Ratuan masa yang rata-rata menggunakan jubah menggruduk dan menyegel restaurant siap saji, Mc Donald’s yang terletak di Jalan dr. Sudirman, Coyudan dan KFC di Jalan Gatot Subroto mal Singosaren Plasa, Solo. (KM, 17 September 2012; 2)

(62). Residivis Bobol Kontrakan Mahasiswa Balas Dendam Nyuri Laptop. (KM, 18 September 2012; 2)

(63). Terlilit Utang Mantan Satpam Dipaksa Dodolan Sabu. (KM, 19 September 2012; 2)

(64). Namun karena kepepet ia akhirnya nekat. (KM, 19 September 2012; 2) (65). Nyetir Pegang Hp Mobil Pun Terguling. (KM, 20 September 2012; 1)

Contoh (60) ngombe ‘minum’, dan contoh (61) menggruduk ‘mendatangi secara

(47)

(66). Rayakan Kemenangan Jokowi-Ahok Kader PDIP-Gerindra Cukur Gundul. (KM, 21 September 2012; 1)

(67). Dijotos Teman Wadul Polisi. (KM, 21 September 2012; 2)

(68). Giliran konangan, istri malah digampar. (KM, 21 September 2012; 3)

(69). Kami berusaha agar api tidak mrembet kerumah korban,” ujar Karyo warga

sekitar. (KM, 23 September 2012; 2)

(70). Truk diduga mengalami rem blong menyenggol motor Yamaha Xeon H 5874 AB yang dikendarai seorang anggota polisi dan terjatuh tertimpa motornya. (KM, 23 September 2012; 2)

(71). Sopir truk Aji menuturkan, ia tidak menyangka truk akan mlorot kemudian terguling. (KM, 24 September 2012; 1)

(72). Ndelik Di Kebun Sawit Tetap Terendus Densus. (KM, 24 September 2012; 1)

Contoh (66) cukur ‘potong rambut’, contoh (67) wadul‘lapor; mengadu’, contoh

(68) konangan ‘ketahuan’, Contoh (69) mrembet ‘merambat’, contoh (70) menyenggol ‘menyerempet’, contoh (71) mlorot ‘mundur’, contoh (72) ndelik

‘bersembunyi’,

(73). Truk Ngguling Timpa Becak. (KM, 23 September 2012; 2) (74). Maling Helm KetanggorSatpam. (KM, 27 September 2012; 2) (75). Sales Cat Nguntet Uang Kantor. (KM, 27 September 2012; 3)

(76). Diboyong Ke Jakarta Teroris Naik Bus Wisata. (KM, 29 September 2012; 1)

Contoh (73) ngguling ‘terguling’, contoh (74) ketanggor ‘ketahuan’, contoh (75) nguntet‘mencuri’, dan contoh (76) diboyong‘dibawa; digelandang’.

(48)

Kongres Bahasa Jawa 1991 serta Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Tabel 5. Campur Kode Berupa Kata Kerja

No Campur kode Arti Bahasa Jawa Arti bahasa Indonesia

29 Sruduk Srudug, nyrudug krama ngoko Bijig seru; nyodhog nganggo endas

menabrak

30 Dicegat Cegat, nyegat krama ngoko mapagake ing ndalan; ngendheg, dicegat: diendheg

Dihentikan secara paksa

31 Kobong Ngoko (rusak dening) kataman urubing geni

terbakar

32 Ngamuk Amuk, ngamuk krama ngoko nempuh ngriwud ora perduli apa-apa

Mengamuk; membabi buta

33 Nongkrong Lungguh ing enggon bebarengan karo kanca utawa dewe, iso nang pinggir dalan, warung kopin lan sak panunggalane

34 Nyungsep Tiba ngoko dhawah krama inggil Tiba njlungup, utawa sirah ndhisik sik kena lemah

(49)

35 Bersenggolan senggol: ora sengaja keno dhumuk, kesenggol

Bersentuhan

36 Mrothol Ucul saka bisa awak, bisa bodi motor utawa mobil, uga iso saka organisasi

lepas

37 Nyokot Cokot, nyokot krama ngoko nggigit, nggathok; nyandu

menggigit

38 Nyolong Colong, nyolong krama ngoko ngalap tanpa nembung

mencuri

39 Diganjar Ganjar, ngganjar krama ngoko menehi apa-apa minangka gegantining kabecikan utawa lelabuhane;

dianugerahi

40 Copot Uwal saka ing anjing-anjingane lepas 41 Nyambi Sambi krama ngoko karo; kambi

42 Ngobrol obrol, ngobrol krama ngoko ngomong gegorohan; umuk-umukan; ngumukake

Berbincang-bincang

43 Dipepet Pepet krama ngoko buntu; ora terus; jejel riyel; akeh banget; suk-sukan

Dipojokake

Disudutkan

44 Dicongkel Congkel dialek, krama ngoko disongkel; didhongkel

Dibuka secara paksa

(50)

46 Menggondol gondol: gawa, nggawa

47 Gotong Gotong, nggotong: nggowo barang sing abot

Membawa barang berat; dijinjing 48 Dijotosi Jotos, njotos krama ngoko ngantem

in rai utawa endhas

Kajotos, dijotos: kena jotos

Dijotosi : kena jotos ping bola bali

Dipukuli

49 Digruduk grudug, mak grudug krama ngoko katrangan teka bebarengan wong akeh

digrudug: ditekani bareng-bareng

Didatamgi secara bersamaan

50 Mangayubagyo Ikut bergembira

51 Mandeg Ngoko leren (mari mlaku, obah) berhenti

52 Bareng Bebarengan Bersama-sama

53 Digebuki Diantem ping bola-bali karo wong okeh

dipukuli

54 Mbolos Ora mlebu sekolah mergo males membolos

55 Incim-inciman Cim-ciman, ancam-ancaman Saling mengancam

56 Ngluruk N + lurug Bertandang;

57 Nggrudug N+ grudug Mendatangi

(51)

60 Rewang Temandhang gawe ing panggonane uwong utawa tanggane sing lagi due gawe, ewuh

Membantu di rumah orang atau tetangga yang sedang punya hajat

61 Ngombe Ombe, diombe krama ngoko diunjuk krama inggil dilebok ake nang cangkem terus diulu

minum

62 Menggruduk

63 Bobol Krama ngoko bedhah; jebol Rusak 64 Dodolam Uwong kang nawake barang

dagangane ning uwong liyo

berjualan

65 Kepepet

66 Cukur Rambut sik wis dowo dipotong dadi luwih pendek, tumrap rambut sirah, jenggot, kumis lan

sakpanunggalane

mencukur

67 Wadul Omong karo wong liyo biso koncone, wong sik luih tinggi jabatane utawa karo wong tuone

mengadu

68 Konangan Ketahuan

69 Mrembet Mrembet, mrambat, njalar tekan ngendoi-endi

merambat

70 Menyenggol Ora sengaja ndemok menyentuh 71 Mlorot Mlothrok, mudun saka nduwur

mengisor

melorot

72 Ndelik Ndelik; ngumpet bersembunyi

73 Ngguling Ngguling, nggulung, tibo nggllundhung

(52)

2.2.2.3 Campur Kode Berupa Kata Sifat (Adjektiv)

Fungsi adjektiva di dalam kalimat adalah memberikan keterangan lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina(menjadi atribut nomina) (Arifin, 2008;106). Contoh campur kode berupa kata sifat yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi adalah sebagai berikut.

(77). Selain itu, roda kiri depan juga ringsek. (KM, 2 September 2012; 2) (78). Teroris Mati Sangit Bukan Mati Syahid. (KM, 5 September 2012; 1) (79). “Saat itu saya tidak berambut gondrong. (KM, 5 September 2012; 3)

(80). Walau dalam sidang ini ketujuh belas PSK mengaku kapok, tidak akan mengulangi perbuatannya, tapi tetap tidak menghapus unsur pidana yang telah dilakukannya. (KM, 13 September 2012; 3)

Campur kode berupa kata sifat terlihat pada contoh (286) ringsek ‘rusak’, contoh

(287) sangit ‘berbau seperti bau gosong’, contoh (288) gondrong ‘rambut panjang

untuk laki-laki’, contoh (289) kapok‘jera’.

(81). Dijebak Polisi Usai Nyolong Blackberry Marinir gadungan Masuk Perangkap. (KM, 14 September 2012; 2)

(82). Rayakan Kemenangan Jokowi-Ahok Kader PDIP-Gerindra Cukur Gundul.

(KM, 21 September 2012; 1)

(83). Kisruh Di PN Temanggung Sidang Ditunda, Mobil Kejari Dirusak. (KM, 26 September 2012; 3)

74 Ketanggor Konangan Ketahuan

(53)

Contoh (290) gadungan‘palsu’, contoh (291) gundhul ‘botak’, dan contoh (292) kisruh ‘kacau’.

Berikut ini disajikan pembahasan data dalam bentuk tabel, dengan membandingkan kata dalam bahasa Jawa dan artinya dalam bahasa indonesia. Pelacakan makna berdasarkan Kamus BASA JAWA (Bausastra Jawa) yang disusun oleh Tim Balai Pustaka. Buku yang ke dua Kamus Indonesia-Jawa oleh Panitia Kongres Bahasa Jawa 1991 serta Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Tabel 6. Campur Kode Berupa Kata Sifat

No Campur kode Arti Bahasa Jawa Arti bahasa Indonesia

77 Ringsek rusak

78 Sangit Ambune sangit; mambu gosong. Berbau gosong, berbau asap

79 Gondrong Rambut dowo sik dawane sak geger, kanggo bocah lanang

Rambut panjang untuk laki-laki

80 Kapok kapok; ora mbaleni bab kaluputane

jera

81 Gadungan Ora asli, tumrap uwong sik ngaku-ngaku podo

(54)

2.2.3 Campur Kode Berupa Frasa

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat predikatif. Contoh campur kode berupa frasa yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September adalah sebagai berikut.

2.2.3.1 Campur Kode Berupa Frasa Nomina

Frasa nomina adalah kelompok kata yang unsur pusatnya nomina. Unsur pusatnya tidak selalu monomorfemik, tetapi mungkin pula polimorfemik. Menurut (Wijana, 2009:29). Contoh campur kode berupa frasa nomina yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi adalah sebagai berikut.

(84). Jual Pil Koplo Ngajak Keponakan. (KM, 7 September 2012; 2)

(85). Racun pembasmi rumput dicampur ke dalam masakan karena dikira bumbu masak. (KM, 22 September 2012; 1)

(86). Pelaku yang bernama Asep langsung dihujani bogem mentah oleh massa hingga babak belur. (KM, 23 September 2012; 2)

Campur kode berupa frasa nomina terlihat pada contoh (293) pil koplo ‘salah

satu jenis obat-obatan terlarang’, contoh (294) bumbu masak‘penyedap rasa; micin’,

dan contoh (295) bogem mentah‘pukulan’.

(55)

Berikut ini disajikan pembahasan data dalam bentuk tabel, dengan membandingkan kata dalam bahasa Jawa dan artinya dalam bahasa indonesia. Pelacakan makna berdasarkan Kamus BASA JAWA (Bausastra Jawa) yang disusun oleh Tim Balai Pustaka. Buku yang ke dua Kamus Indonesia-Jawa oleh Panitia Kongres Bahasa Jawa 1991 serta Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Tabel 7. Campur Kode Berupa Frasa Nomina

No Campur kode

Arti Bahasa Jawa Arti bahasa Indonesia

81 Pil koplo Obat yen diombe marai sirahe kliyengan, uga iso marai mabuk

Salah satu jenis obat terlarang; sejenis ekstasi

82 Bumbu masak Bumbu masakan, go nggurihke masakan

(56)

2.2.4 Campur Kode Berupa Bentuk Ulang

Campur kode berupa bentuk ulang yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi adalah sebagai berikut.

(87). “Incim-inciman turun temurun kalau ada gesekan sedikit saja bisa langsung tawuran. (KM, 13 September 2012; 2)

(88). YOGYA (MERAPI) – Motor Yamaha Mio milik Safitri Ratna Utami (20) warga Pandak Bantul, dibawa kabur oleh kenalan barunya yang mengaku-ngaku sebagai polisi, selasa (4/9) siang. (KM, 6 September 2012; 2)

(89). Korban Diiming-imingi Uang Kakek Cabuli Cucu. (KM, 15 September 2012;1) (90). Beraksi Di Warnet Alap-Alap Motor Dihajar Massa. (KM, 17 September 2012;

2)

Campur kode berupa bentuk ulang yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September terlihat pada contoh (151) incim-inciman ‘saling

mengancam’, contoh (152) mengaku-ngaku ‘menganggap dirinya sama seperti’,

contoh (153) diiming-imingi‘diberikan janji yang muluk’ ,

(91). Tersangka David mengaku ia bersama konco-konconya sudah delapan kali mencuri sepeda motor. (KM, 17 September 2012; 11)

(92). Polisi yang mengubek-ubek rumah Joko menemukan cairan bahan kimia CO-2 yang disembunyikan di WC. (KM, CO-24 September CO-201CO-2; 1)

(93). Kalau jujur-jujuran, kas BSS pasti ambrol

Contoh (154) alap-alap ‘sejenis elang; pencuri’, contoh (155) konco-konconya

‘teman-temannya’, contoh (156) mengubek-ubek‘menggeledah’, contoh (157)

(57)

Berikut ini disajikan pembahasan data dalam bentuk tabel, dengan membandingkan kata dalam bahasa Jawa dan artinya dalam bahasa indonesia. Pelacakan makna berdasarkan Kamus BASA JAWA (Bausastra Jawa) yang disusun oleh Tim Balai Pustaka. Buku yang ke dua Kamus Indonesia-Jawa oleh Panitia Kongres Bahasa Jawa 1991 serta Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tabel 8. Campur Kode Berupa Bentuk Ulang

No Campur kode Arti Bahasa Jawa Arti bahasa Indonesia

83 Incim-inciman Cim-ciman; ancam-ancaman Saling mengancam 84

Mengaku-ngaku

85 Diiming-imingi Nggoda bocah utawa wong gedhe, ben pengen barang utawa

panganan sik diduweni; dijanjeni

Diberikan janji yang muluk-muluk

86 Alap-alap Jenis manuk sik mangan daging; maling

. rowang; rewang; mitra (tunggal panggawean, sedya, lan sak panunggalane) batir;

. dialek warganing pangreh desa

(58)

88 Mengubek-ngubek

(59)

BAB III

FUNGSI CAMPUR KODE PADA WACANA BERITA KRIMINAL

DALAM KORAN MERAPI EDISI SEPTEMBER 2012

3.1 Pengantar

Dalam bab ini akan dibahas fungsi campur kode pada wacana berita kriminal dalam Koran Merapi. Pembahasan ini mencakup fungsi campur kode untuk memperhalus maksud, mempertegas maksud, membedakan status atau kelas sosial, dan untuk membedakan jenis kelamin.

3.2 Fungsi Campur Kode Untuk Memperhalus Tuturan.

Fungsi campur kode yang pertama yaitu untuk memperhalus maksud tuturan. Agar maksud tuturan yang ingin disampaikan menjadi lebih halus, maka digunakanlah campur kode. Hal itu disebabkan penulis berita tidak menemukan padanan bahasa yang dimaksud dalam Bahasa Indonesia. Berikut ini contoh fungsi campur kode untuk memperhalus maksud dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012.

(1) “Bukan masalah kerso atau tidak, itu terserah sana,” kata Sultan. (KM, Selasa Legi, 4 September 2012;1)

(2) Wakil Gubernur secara otomatis tetap akan dijabat oleh Pakualam yang

jumeneng,” tandas sultan. (KM, Selasa Legi, 4 September 2012;1)

(3) “nuwun sewu, no comment,” katanya singkat. (KM, Selasa Legi 4 September

(60)

(4) Penadah Emas Diganjar2 Tahun. (KM, Selasa Legi 4 September 2012;3) (5) “ Ini soalnya sekaligus mangayubagyo disahkannya UU keistimewaan baru lalu

oleh DPR,” terang Sujudi didampingi sekretaris panitia Edy Hartono SH. (KM,

Jumat Wage 7 September 2012;3)

(6) Saat kejadian rumah korban dalam keadaan kosong karena pemiliknya sedang pergi ke pasar Cepogo, sedangkan istri dan anaknya rewang ke rumah tetangga yang punya hajat. (KM, Jumat Legi 14 September 2012;1)

(7) Dijotos Teman Wadul Polisi. (KM, Jumat Pon, 21 September 2012;2)

(8) Pelaku yang bernama Asep langsung dihujani bogem mentah oleh massa hingga babak belur. (KM, Minggu Kliwon, 23 September 2012;2)

Contoh (1) pada kata kersopada kalimat “ “Bukan masalah kerso atau tidak,

itu terserah sana,” kata sultan”, secara lugas bermakna ‘mau’. Akan tetapi diungkapkan

dengan kata kerso untuk menghindari kesan kasar dan tidak sopan. Contoh (2) pada kata jumeneng pada kalimat “Wakil Gubernur secara otomatis tetap akan dijabat oleh

Pakualam yang jumeneng,” tandas sultan.”, memiliki arti ‘berdiri; menjabat’. Tetapi diungkapkan dengan kata jumeneng untuk menghindari kesan tidak hormat. Contoh (3) pada frasa nuwun sewu pada kalimat “ “nuwun sewu, no comment,” katanya singkat”, mempunyai arti ‘maaf; permisi; meminta uang seribu’. Akan tetapi

diungkapkan dengan frasa nuwun sewu untuk menghindari kesan kasar. Contoh (4) pada kata diganjar pada kalimat “Penadah Emas Diganjar 2 Tahun.”, memiliki arti

‘dihukum’. Tetapi diungkapkan dengan kata diganjar untuk menghindari kesan

arogan. Contoh (5) pada kata mangayubagyo pada kalimat ““ Ini soalnya sekaligus

mangayubagyo disahkannya UU keistimewaan baru lalu oleh DPR,” terang Sujudi

(61)

bergembira’. Tetapi diungkapkan denga kata mangayubagyo untuk menghindari kesan sombong. Contoh (6) pada kata rewang pada kalimat “Saat kejadian rumah korban

dalam keadaan kosong karena pemiliknya sedang pergi ke pasar Cepogo, sedangkan istri dan anaknya rewang ke rumah tetangga yang punya hajat.”, memiliki arti

‘membantu; pembantu’. Akan tetapi diungkapkan dengan kata rewang untuk

menghindari kesan kasar. Contoh (7) pada kata dijotos dan wadul pada kalimat “Dijotos Teman Wadul Polisi” memiliki arti ‘dipukul’ dan ‘mengadu’. Akan tetapi

diungkapkan dengan kata dijotos dan wadul untuk menghindari kesan kasar. Contoh (8) pada frasa bogem mentah pada kalimat “Pelaku yang bernama Asep langsung

dihujani bogem mentaholeh massa hingga babak belur.”, mempunyai arti ‘pukulan;

tonjokan’. Tapi diungkapkan dengan frasa bogem mentah untuk menghindari kesan

kasar.

3.3 Fungsi Campur Kode untuk Mempertegas Maksud Tuturan

(62)

(9) Trans Jogja Sruduk Mobil Boks (KM, Sabtu Pon, 1 September 2012;2)

(10) Sesaat kemudian, pelaku langsung mendekati korban dan menikamkan pisau di paha korban dan ngamuk. (KM, Senin Kliwon, 3 September 2012;2)

(11) Korban yang warga Dusun Bandungrejo Kecamatan Bayan ini mengalami luka mengenaskan dan proses evakuasi cukup memakan waktu karena tubuh korban

nyungsep di bawah kubin truk. (KM, Senin Kliwon, 3 September 2012;2) (12) Dilaporkan Menipu, Oknum Advokat Nyokot Rekannya. (KM, Senin Kliwon, 3

September 2012;3)

(13) Mbolos Di Warnet Pelajar Dirazia Polisi. (KM, Rabu Wage, 12 September 2012;2)

(14) Giliran konangan, istri malah digampar. (KM, Jumat Pon, 21 September 2012;3) (15) Kisruh Di PN Temanggung Sidang Ditunda, Mobil Kejari Dirusak. (KM, Rabu

Pon, 26 September 2012;3)

(16) Maling Helm Ketanggor Satpam. (KM, Kamis Wage, 27 September 2012;2) (17) Sales Cat Nguntet Uang Kantor. (KM, Kamis Wage, 27 September 2012;3)

Contoh (9) pada kata srudukdalam kalimat “Trans Jogja SrudukMobil Boks”,

secara lugas bermakna ‘menyeruduk; menabrak’. Menyeruduk, menabrak adalah kata

yang biasa digunakan dalam istilah kecelakaan lalulintas, dan digunakan dalam kalimat tersebut karena ingin menegaskan bahwa terjadi kecelakaan yang melibatkan kendaraan Trans Jogja dan mobil boks. Contoh (10) pada kata ngamuk dalam kalimat

“Sesaat kemudian, pelaku langsung mendekati korban dan menikamkan pisau di paha

korban dan ngamuk.”, merupakan pemendekan dari kata mengamuk yang memiliki

arti ‘marah dengan membabi buta’. Tetapi diungkapkan dengan kata ngamuk agar

Gambar

Tabel 3. Pemcampuran Konfiks Di-i Bahasa Jawa ....................24
Tabel 1. Pencampuran Prefiks –N  Bahasa Jawa
Tabel 2. Pencampuran Konfiks ke-an Bahasa Jawa
Tabel 3. Pencampuran konfiks di-i Bahasa Jawa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akhir penelitian adalah didapatkannya resin dari gambir untuk bahan baku perekat pada industri kayu lapis, komposisi glue yang optimal, kondisi untuk proses pengaplikasinya

This thesis analyzes Vikas Swarup‟s Slumdog Millionaire (Q&A) and focuses the discussion on alienation that is undergone by the main character in the novel, Ram

aktivitas antioksidan produk olahan jambu biji merah berupa selai yang dibuat dengan variasi suhu dan waktu pemanasan yang berbeda menggunakan metode penangkap

Respon terhadap aroma asam ikan mujair yang direndam dengan menggunakan asam cuka berbagai konsentrasi dan lama perendaman yang berbeda, diperoleh hasil 80% dari

Dalam penulisan ilmiah ini penulis akan menjelaskan tentang pembuatan program Sistem perpustakaan pada SMP plus Muthmainatul Qulub dengan menggunakan Visual Basic 6.0 dan

JUDUL : GALANG DANA UNTUK SOSIALISASI KESEHATAN MEDIA : HARIAN JOGJA. TANGGAL : 19

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka hipotesis pada penelitian ini adalah Asosiasi merek berdasarkan fungsi merek (jaminan, identifikasi personal, identifikasi

konsumenmakanan/minuman dapat mengetahui apakah barang tersebut masih layak dikonsumsi atau tidak hal ini tertera dalam ketentuan Kadaluarsa menurut Undang- Undang Nomor 8 Tahun